Makalah Asesmen dan Evaluasi

28
ASESMEN DAN EVALUASI PEMERIKSAAN DAN PENSKORAN TES OLEH KELOMPOK IV: I MADE ADITYA PURNAMA (1211021002) KELAS: VI A NI PUTU ARI WULAN DWI P. (1311021032) KELAS: IV B NI KETUT ARI SUDARWATI (1311021036) KELAS: IV B AMER SYARIFUDDIN (1311021039) KELAS: IV B KOMANG RIAN PURNIASIH (1311021040) KELAS: IV B I KADEK YOGA ADI PUTRA W. (1311021044) KELAS: IV B JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015

Transcript of Makalah Asesmen dan Evaluasi

ASESMEN DAN EVALUASI

PEMERIKSAAN DAN PENSKORAN TES

OLEH KELOMPOK IV:

I MADE ADITYA PURNAMA (1211021002) KELAS: VI A

NI PUTU ARI WULAN DWI P. (1311021032) KELAS: IV B

NI KETUT ARI SUDARWATI (1311021036) KELAS: IV B

AMER SYARIFUDDIN (1311021039) KELAS: IV B

KOMANG RIAN PURNIASIH (1311021040) KELAS: IV B

I KADEK YOGA ADI PUTRA W. (1311021044) KELAS: IV B

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2015

i

PRAKATA

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada

waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun mendapat refrensi dari

sumber-sumber terkait yaitu buku- buku dan internet. Diharapkan makalah ini,

menambah pengetahuan.

Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan waktu pengetahuan dan

kemampuan yang masih jauh dari sempurna karena itu penyusun mengharapkan

sumbangan- sumbangan pemikiran, kritik yang konstruktif dari semua pihak demi

lebih sempurnanya makalah ini.

Kepada semua pihak yang telah membantu didalam penyusunan baik

secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini tidak lupa

penulis ucapkan terima kasih.

Tim Penyusun

ii

DAFTAR ISI

COVER

PRAKATA ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2

C. Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Jenis – Jenis Tes .................................................................................................. 3

B. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan, dan Penskoran Tes ................................... 4

C. Teknik Pemeriksaan dan Penskoran Tes Lisan serta Rubrik .............................. 5

1. Teknik pemeriksaan tes lisan .......................................................................... 5

2. Rubrik .............................................................................................................. 6

3. Teknik penskoran tes lisan .............................................................................. 7

D. Teknik Pemeriksaan dan Penskoran Tes Objektif............................................... 4

1. Pemeriksaan Tes Objektif ................................................................................ 7

2. Penskoran Tes Objektif .................................................................................. 11

E. Teknik Pemeriksaan dan Penskoran Tes Subjektif .......................................... 16

1. Pemeriksaan Tes Subjektif ............................................................................. 16

2. Penskoran Tes Subjektif ................................................................................. 19

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................................... 20

C. Saran .................................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jenis – jenis tes ....................................................................................... 4

Gambar 2.Lembar jawaban dan kunci jawaban berdamping (stripkey) ................... 8

Gambar 3.Lembar jawaban dan kunci jawaban system karbon .............................. 9

Gambar 4.Lembar jawaban dan kunci berjendela .................................................. 10

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisis butir item tes objektif bentuk multi choice ................................ 15

Tabel 2. Tes hasil belajar siswa ............................................................................. 15

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses pembelajaran merupakan hal yang kompleks, proses pembelajran

ini merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan siswa atau peserta didik.

Untuk mengetahui hasil atau perkembangan peserta didik maka perlulah diadakan

tes. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara yang sudah ditentukan (Arikunto:

2005, 53). Selain itu tes juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa

dapat menguasai standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator

pembelajaran. Untuk mengetahui hal tersebut dapat menggunakan penilaian

berbasis kelas. Menurut Arikunto (2005, 162) “tes dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu tes subjektif dan tes objektif. Tes subektif umumnya berbentuk esai

(uraian), sedangkan tes objektif merupakn tes yang dalam pemeriksaan dapat

dilakukan secara objektif, ada beberapa macam tes objektif yaitu tes benar salah,

tes pilihan ganda, dan menjodohkan”.

Ada beberapa prosedur yang dilakukan dalam tes mulai dari perencanaan

tes, pembuatan tes, melakukan tes sampai penskoran tes. Dalam pendidikan Tes

biasanya dibuat oleh seorang guru. Pemeriksaan dan penskoran tes sangatlah

diperlukan, namun ada beberapa guru yang belum mengerti mengenai

pemeriksaan dan penskoran tes. Seorang guru setelah melakukan kegiatan tes

terhadap siswa, hal penting selanjutnya yang dibuat adalah memberikan skor pada

setiap lembar jawaban siswa. Kegiatan penskoran harus dilakukan dengan cermat

karena menjadi dasar bagi kegiatan pengolahan hasil tes sampai menjadi nilai

prestasi. Sebelum melakukan tes, sebaiknya seorang guru sudah menyusun teknik

pemberian skor (penskoran) terlebih dahulu.

Pemberian skor secara cermat dan hati – hati haruslah dilakukan

sehingga seorang guru dapat mengetahui hasil dari tes tersebut dan guru mampu

mengetahui perkembangan siswanya. Dalam penskoran perlulah

membuat pedoman penskoran sangatlah diperlukan. Pemeriksaan dan penskoran

bukanlah hal yang gampang dan tidak dapat dilakukan sembarangan, ada beberapa

2

hal penting yang perlu diperhatikan sehingga dalam makalah ini, akan dijelaskan

mengenai pemeriksaan dan penskoran tes. Sehingga dapat membantu guru dalam

menskor tes lisan ataupun tertulis.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja jenis – jenis tes?

2. Apa pengertian dan tujuan pemeriksaan, dan Penskoran Tes?

3. Bagaimana teknik pemeriksaan dan penskoran tes lisan dan rubrik ?

4. Bagaimana teknik Pemeriksa dan Penskor tes objektif?

5. Bagaimana teknik Pemeriksa dan Penskor tes subjektif?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui jenis – jenis tes

2. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan pemeriksaan, dan penskoran Tes

3. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan dan penskoran tes lisan dan rubrik

4. Untuk mengetahui teknik memeriksa dan menskor tes objektif

5. Untuk mengetahui teknik memeriksa dan menskor tes subjektif

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis – Jenis Tes

Tes dapat dibagi menjadi dua yaitu: Tes Lisan dan Tes Tulis

Menurtut Budhiyani, dkk (2010: 96)

Tes lisan/wawancara merupakan tes dimana tester dalam mengajukan

pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan

jawabannya secara lisan pula. Tes lisan/wawancara dapat dibagi menjadi 2

jenis tes/wawancara, yaitu : (1) Wawancara berstruktur, yakni wawancara

yang jawabannya telah disiapkan sehingga pewawancara tinggal

mengkategorikannya pada alternatif jawaban yang telah dibuat. dan (2)

Wawancara bebas, yakni wawancara yang tidak menyiapkan alternatif

jawaban, tetapi responden bisa secara bebas mengemukakan pendapatnya.

Menurut Arikunto (2005, 162) “tes dapat dibedakan menjadi dua macam

yaitu tes subjektif dan tes objektif. Tes subjektif umumnya berbentuk esai

(uraian), sedangkan tes objektif merupakn tes yang dalam pemeriksaan dapat

dilakukan secara objektif, ada beberapa macam tes objektif yaitu tes benar salah,

tes pilihan ganda, dan menjodohkan” .

Sedangkan menurut Sudijono (2011)

Untuk mengukur perkembangan peserta didik maka perlu dilakukan Tes

hasil belajar yang dapat diselenggarakan secara tertulis (=tes tertulis),

dengan secara lisan (=tes lisan) dan dengan perbuatan. Adanya perbedaan

pelaksanan tes hasil belajar tersebut sudah barang tentu menuntut adanya

perbedaan pula dalam pemeriksaan hasil-hasilnya. Tes hasil belajar yang

diselenggarakan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua golongan,

yaitu: tes hasil belajar (tertulis) bentuk uraian (subjective test = essay test)

dan tes hasil belajar (tertulis) bentuk objektif (objective test). Karena kedua

bentuk tes hasil belajar itu memiliki karakteristik yang berbeda, sudah

barang tentu teknik pemeriksaan hasil-hasilnya pun berbeda pula.

4

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini;

Gambar 1. Jenis – jenis Tes

B. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan, dan Penskoran Tes

Setelah membuat tes dan menyampaikan pada siswa langkah selanjutnya

yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan, penskoran dan penilaian.

Pemeriksaan merupakan proses yang mesti dilakukan untuk mengetahui skor dan

nilai. Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan

jawaban instrument menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari

suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. Angka-angka hasil penilaian

selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade). Menurut Arikunto (2005) “Skor

adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka –

angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul” sehingga dapat dikatakan

Penskoring adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-

angka. Sebelum melakukan penskoran maka perlu dilakukan pemeriksaan.

Menurut Surapranata (2004) “Penskoran dan pemeriksaan atas jawaban peserta

didik dan pemberian angka dilakukan dalam rangka mendapat informasi

TES

Tes

Lisan/Wawan

car

Tes Tulis

Tes Lisan /

Wawancara

Berstruktur

Tes Lisan /

Wawancara

Bebas

Tes

Objektif

Tes

Subjektif

Jawaban Singkat

Benar Salah

Menjodohkan

Pilihan Ganda

Uraian

5

kuantitatif dari masing – masing peserta didik. Penskoran harus dilakukan

seobjektif mungkin”.

Menskor dan menilai merupakan pekerjaan yang menuntut ketekunan

yang luar biasa dari penilai. menurut Arikunto (2005: 223) pekerjaan menskor

dapat digunakan tiga alat bantu yaitu : “(1) Pembantu menentukan jawaban yang

benar, yang disebut kunci jawaban, (2) Pembantu menyeleksi jawaban yang benar

dan yang salah disebut kunci scoring, (3) Pembantu menentukan angka disebut

pedoman penilaian”.

C. Teknik Pemeriksaan Dan Penskoran Tes Lisan serta Rubrik

1. Teknik Pemeriksaan Tes lisan

Menurut Sudijono (2011)

Pemeriksaan atau koreksi yang dilaksanakan dalam rangka menilai

jawaban-jawaban testee pada tes hasil belajar secara lisan, pada

umumnya cenderung bersifat subyektif. Hal ini kiranya mudah

dipahami, sebab dalam tes lisan itu tester tidak berhadapan dengan

lembar-lembar jawaban soal yang wujudnya adalah benda mati,

melainkan berhadapan dengan individu-individu atau makhluk hidup

yang masing-masing mempunyai ciri atau karakteristik berbeda-

beda, sehingga terbuka peluang bagai tester untuk bertindak kurang

atau bahkan tidak obyektif. Dalam tes lisan, testee yang oleh tester

sedang “diperiksa” (dalam hal ini didengarkan) jawaban-

jawabannya, kemungkinan adalah termasuk testee yang “disukai”

oleh atau mendapatkan “simpati” dari tester, atau sebaliknya, yang

dihadapi tester adalah testee yang termasuk “tidak disukai”, sehingga

terbuka peluang bagi tester untuk bertindak kurang/tidak obyektif.

Menghadapi kemungkinan-kemungkinan seperti telah disebutkan

diatas maka harus senantiasa disadari oleh siapa saja yang sedang

melakukan tugas menguji secara lisan, baik guru atau dosen dan

sebagainya, bahwa betapapun sulitnya, penguji harus berusaha

semaksimal mungkin untuk bertindak obyektif dan tidak terpengaruh

oleh subyek (testee) yang sedang dihadapinya.

Dalam hubungan ini, pemeriksaan terhadap jawaban-jawaban testee

hendaknya dikendalikan oleh pedoman yang pasti, misalnya:

a. Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee

Pernyataan tersebut mengandung makna : apakah jawaban-jawaban yang

diberikan oleh testee sudah memenuhi atau mencakup semua unsur yang

6

seharusnya ada, sesuai dengan pedoman jawaban betul yang telah disusun

oleh tester.

b. Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban-jawaban

Maksudnya: apakah dalam memberikan jawaban-jawaban lisan atas soal-

soal (pertanyaan-pertanyaan) yang diajukan kepada testee itu cukup lancar

sehingga mencerminkan tingkat kedalaman atau tingkat pemahaman testee

terhadap materi pertanyaan yang diajukan kepadanya.

c. Kebenaran jawaban yang dikemukakan

Jawaban panjang lebar dan dikemukakan secara lancar di hadapan tester,

belum tentu merupakan jawaban yang benar. Karena itu tester harus benar-

benar memperhatikan jawaban-jawaban testee tersebut, apakah jawaban

testee itu mengandung kadar kebenaran yang tinggi atau sebaliknya.

d. Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya

Maksudnya, apakah jawaban yang diberikan testee itu diberikan dengan

penuh keyakinan akan kebenarannya ataukah tidak. Jawaban lisan yang

disampaikan dengan nada ragu-ragu merupakan salah satu indikator bahwa

testee kurang menguasai materi yang ditanyakan dalam tes lisan tersebut.

e. Berapa persen (%) kira-kira, pertanyaan-pertanyaan lisan yang termasuk

kategori sukar, sedang dan mudah dapat dijawab dengan betul oleh testee.

Demikianlah seterusnya, dan penguji dapat saja menambahkan unsur-

unsur lain yang dirasa perlu untuk dijadikan bahan penilaian, seperti:

kesopanan atau tingkah laku testee dalam menghadapi penguji, kerapian

dalam berpakaian, kedisiplinan waktu, dan sebagainya.

2. Rubrik

Rubrik merupakan instrument yang digunakan untuk menilai hasil belajar.

Menurut Budhiyani, dkk (2010),

Kinerja siswa dapat direkam dengan berbagai bentuk rubrik, seperti

menggunakan checklist (daftar centang) atau ranting scale (skala

lanjutan). Dalam pembuatan instrument asesmen kinerja ini perlu

dilakukan perencanaan terlebih dahulu mengenai aspek-aspek kinerja

yang dapat diamati dan yang akan diakses. Daftar centang digunakan

untuk mengakses kinerja siswa yang tampak sesuai atau tidak sesuai

dengan aspek-aspek kinerja. Jadi dalam hal ini asesor hanya

menyatakan ada atau tidak adanya aspek-aspek kinerja yang dituntut.

Daftar centang yang dibuat minimal ada dua komponen, yaitu

7

deskripsi aspek kinerja dan tanda yang menyatakan ada tidaknya

aspek kinerja yang diakses.

Rating scale dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang

kualitas kinerja siswa pada setiap aspek kinerja yang dituntut. Ada

beberapa tipe rating scale, antara lain Numeric rating scale, graphic

rating scale dan descriptive rating scale. Numeric rating scale terdiri

dari deskripsi tentang aspek kinerja yang disertai dengan angka yang

menunjukkan tingkatan kualitas kinerja yang diakses. Graphic rating

scale sama dengan numeric rating scale, hanya dalam graphic rating

scale yang digunakan bukan angka sebagai tanda kualitas kinerja,

tetapi dengan memberi tanda tertentu pada suatu kontinum baris.

Descriptive rating scale sama dengan graphic rating scale, tetapi pada

setiap skala diberi deskripsi tentang kualitas kinerja yang diakses.

3. Teknik penskoran Tes Lisan

Menurut Budhiyani, dkk (2010),

Penskoran Wawancara berstruktur dan wawancara bebas dilakukan

secara kualitatif karena dalam wawancara tidak terdapat jawaban yang

benar dan salah, sehingga penskoran dilakukan secara kualitatif

berdasarkan jawaban dari responden kemudian disimpulkan

berdasarkan pertanyaan dari wawancara yang dilakukan.

D. Teknik Memeriksa Dan Menskor Tes Objektif

1. Teknik Pemeriksa Tes Objektif

Menurut Budhiyani, dkk (2010) “Secara umum, pemeriksaan dan

penskoran pada tes objektif cukup sederhana. cukup dengan membuat kunci

jawaban kemudian dicocokkan dengan jawaban siswa. melakukan

penghitungan: jumlah jawaban benar dikalikan bobot setiap soal (bila ada) lalu

dibandingkan dengan skor maksimal idealnya”.

Misalnya, skor maksimal ideal sebuah tes dengan 50 butir soal adalah

100. dengan demikian bobot tiap butir soal adalah 2. seseorang siswa yang

menjawab 36 butir soal akan mendapat skor 72”.

Sudijono, 2011: 292 menyatakan

Memeriksa atau mengoreksi jawaban soal-soal tes objektif pada

umumnya dilakukan dengan jalan menggunakan kunci jawaban. Ada

beberapa macam kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk

mengoreksi jawaban soal tes objektif, yaitu: (1) kunci berdamping (strip

keys), (2) kunci sitem karbon (carbon system keys), (3) kunci sistem

tusukan (pinprick system keys), dan (4) kunci berjendela (windows key ).

Contoh dari keempat jenis kunci jawaban soal tes objektif itu adalah

seperti yang dikemukakan berikut ini.

8

a) Kunci Berdamping (Strip Keys)

Kunci jawaban berdamping ini terdiri atas jawaban-jawaban betul

yang ditulis dalam satu kolom yang lurus dari atas ke bawah. Kunci

jawaban jenis pertama ini digunakan untuk memeriksa jawaban-jawaban

yang ditulis pada kolom 1, yang disusun lurus dari atas ke bawah.

Adapun cara menggunakannya ialah dengan cara meletakkan

kunci jawaban tersebut berjajar dengan lembar jawaban yang akan

diperiksa. Cocokkanlah jawaban-jawaban yang diberikan oleh testee

dengan jawaban-jawaban yang tercantum pada kunci jawaban. Jawaban

yang cocok dengan kunci jawaban diisi/ditulis dengan tanda plus (+),

sedangkan jawaban-jawaban yang tidak cocok dengan kunci jawaban diisi

dengan tanda minus (-).

Perhatikan contoh berikut ini:

Lembar Jawaban

No:

1. B -

2. B -

3. S -

4. S -

5. S -

Dan seterusnya…

Gambar 2. Lembar Jawaban dan Kunci jawaban Kunci Berdamping

(Strip Keys)

b) Kunci Sistem Karbon (Carbon System Keys)

Wujud fisik dari kunci jawaban sistem karbon adalah sebagai berikut:

Kunci Jawaban

No.:

1. S

2. B

3. B

4. S

5. B

Dan seterusnya…

9

Lembar Jawaban Kunci Jawaban

Nomor B S Nomor B S

1. X 1. X

2. X 2. X

3. X 3. X

4. X 4. X

5. X 5. X

…. Dan seterusnya …. …. Dan seterusnya….

Atau

Lembar Jawaban Kunci Jawaban

No. Jawaban

No Jawaban

A B C D E A B C D E

1. X 1.

2. X 2.

3. X 3.

4. X 4.

5. X 5.

…. Dan seterusnya …. …. Dan seterusnya….

Gambar 3.Lembar jawaban dan Kunci Sistem Karbon (Carbon

System Keys)

c) Kunci Sistem Tusukan (Pinprick System Keys)

Pada dasarnya kunci sistem tusukan adalah sama dengan kunci

sistem karbon. Letak perbedaannya adalah bahwa pada kunci jawaban

sistem tusukan ini, untuk jawaban betul diberi tusukan dengan jarum

besar, paku atau alat penusuk lainnya, sementara lembar jawaban

(pekerjaan testee) berada dibawahnya. Tusukan tadi akan menembus

lembar jawaban yang berada dibawahnya. Pilihan jawaban yang betul

adalah pilihan jawaban yang berlubang, sedangkan pilihan jawaban

yang tidak berlubang adalah salah.

10

d) Kunci Berjendela (Window Keys)

Apabila kunci berjendela ini akan kita gunakan untuk mengoreksi

jawaban testee, maka prosedur kerja yang kita tempuh adalah sebagai

berikut:

1) Ambillah blanko lembar jawaban yang masih kosong (belum

dipergunakan).

2) Pilihan jawaban yang betul kita beri lubang (bulatan) seolah-olah

seperti jendela.

3) Lembar jawaban kita letakkan di bawah kunci berjendela.

4) Melalui lubang-lubang (jendela-jendela) tadi kita buat garis vertikal

dengan pensil berwarna. Jika garis-garis vertikal itu tepat mengenai

tanda silang yang dibuat oleh testee pada lembar jawaban, maka ini

berarti bahwa jawaban testee adalah betul. Sebaliknya apabila tanda

silang yang terdapat pada lembar jawaban tidak terkena oleh goresan

garis vertikal yang berwarna tadi, berarti jawaban testee adalah salah.

Adapun wujud fisik dari kunci berjendela itu adalah seperti terlihat

dibawah ini:

Lembar Jawaban Kunci Jawaban

Nomor B S Nomor B S

1. 1.

2. 2.

3. 3.

4. 4.

5. 5.

…. Dan seterusnya …. …. Dan seterusnya….

Gambar 4. Lembar jawaban dan Kunci Berjendela (Window Keys)

Sebagai catatan perlu ditambahkan bahwa sehubungan dengan

kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kunci

jawaban soal tes objektif dalam bentuk kunci berjendela ini, selain

menggunakan lembaran-lembaran kertas juga dapat menggunakan

11

lembaran plastic transparan. Lebih dari itu, dengan lembar-lembar

jawaban soal ujian yang sudah dipersiapkan secara matang,

pengoreksiannya dapat dilakukan dengan menggunakan jasa computer,

khususnya pada tes-tes seleksi dimana jumlah testee sangat besar dan

hasil tes seleksi itu perlu diumumkan dalam waktu yang relative

terbatas, seperti: Sipenmaru atau UMPTN.

2. Teknik Penskor Tes Objektif

Menurut Hamalik (2001: 74) Dalam penskoran tes obyektif perlu

memperhatikan dua hal pokok, yakni: “(a) Kita harus mempersiapkan kunci

jawaban, Kunci jawaban ini tersusun pada sebuah lembaran atau dapat dibuat

semacam template, (b) Kita harus memberikan satu angka terhadap setiap

jawaban yang benar tanpa adanya pertimbangan yang bersifat subyektif”.

Menurut Surapranata (2004: 176)

Penskoran soal pilihan ganda dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (1)

tanpa adanya koreksi terhadap jawaban tebakan dan (2) dengan koreksi

terhadap jawaban tebakan. Menurut (Sudijono, 2011: 302) Pada tes

objektif, untuk memberikan skor umumnya digunakan pada rumus

correction for guessing atau sering dikenal dengan istilah sistem denda.

Untuk tes objektif bentuk true-false misalnya, setiap item diberi skor

maksimum 1 (satu). Apabila seorang testee menjawab betul satu item

sesuai dengan kunci jawaban, maka kepadanya diberikan skor 1. Apabila

dijawab salah maka skornya 0 (nihil).

Sedangkan Arikunto (2005) yang sejalan dengan Sudijono( 2011)

menyatakan,

Adapun cara menghitung skor terakhir dari seluruh item bentuk true-

false, dapat digunakan dua macam rumus, yaitu: (1) rumus yang

memperhitungkan denda, dan (2) rumus yang mengabaikan atau

meniadakan denda. Penggunaan rumus-rumus itu sepenuhnya diserahkan

kepada kebijaksanaan tester, apakah dalam tes hasil belajar tesebut

kepada testee akan dikenai denda (bagi jawaban yang salah), ataukah

tidak.

Rumus skor akhir dengan memperhitungkan denda adalah sebagai berikut:

𝑆 =R−W

0−1

Di mana:

S = Skor yang sedang dicari.

R = Jumlah jawaban betul, yaitu jawaban yang sesuai dengan kunci

jawaban (R adalah singkatan dari Right = Betul).

12

W = Jumlah jawaban salah, yaitu jawaban yang tidak sesuai dengan kunci

jawaban (W adalah singkatan dari Wrong = Salah).

O = Option atau alternatif (= kemungkinan jawaban), di mana pada tes

objektif bentuk true-false ini kemungkinan jawabannya hanya dua,

yaitu B (Betul) atau S (Salah).

1 = Bilangan konstan.

Adapun rumus skor akhir yang tidak memperhitungkan denda

adalah sebagai berikut:

S = R

Di mana:

S = Skor yang sedang dicari.

R = jumlah jawaban betul.

Contoh:

Dalam tes hasil belajar bidang studi Ushul Fiqh yang diikuti oleh

40 orang siswa Madrasah’Aliyah diajukan 80 butir item tes objektif; 20

butir diantaranya adalah tes objektif bentuk true-false, dengan ketentuan

bahwa untuk setiap butir item yang dijawab betul diberikan bobot 1 dan

untuk setiap butir item yang dijawab salah diberikan bobot 0.

Dalam tes tersebut seorang siswa bernama Basirun dapat

menjawab dengan betul sebanyak15 butir item (R = 15); berarti jawaban

yang salah = 20 – 15 = 5 (W = 5); sedangkan optionnya = 2 (0 = 2 ).

Apabila terhadap jawaban salah itu dikenai sanksi berupa denda,

maka skor akhir yang diberikan kepada Basirun adalah:

𝑆 = 𝑅 − 𝑊

0− 1=

15− 5

2 − 1= 10

Sedangkan apabila terhadap jawaban salah itu tidak dikenai sanksi berupa

denda, maka skor yang diberikan kepada Basirun adalah :

S = R = 15

Untuk tes objektif bentuk matching, fill in dan completion,

perhitungan skor akhir pada umumnya tidak memperhitungkan sanksi

berupa denda, sehingga rumus yang digunakan adalah:

S = R

13

Dengan kata lain, skor yang diberikan kepada testee adalah sama dengan

jumlah jawaban betulnya.

Contoh:

Tes hasil belajar bidang studi al-Quran-Hadits menyajikan 20 butir

item bentuk matching, 20 butir item bentuk fill in dan 20 butir item bentuk

completion. Untuk soal bentuk matching siswa bernama Chumaidi

menjawab betul 8 butir, bentuk fill in dijawab betul 10 butir, sedangkan

bentuk completion dijawab betul sebanyak 4 butir.

Dengan demikian skor yang diberikan kepada siswa bernama

Chumaidi adalah sebagai berikut:

- Untuk item bentuk matching : S = R = 8

- Untuk item bentuk fill in : S = R = 10

- Untuk item bentuk completion : S = R = 4

Adapun untuk tes objektif bentuk multiple choise items dapat

digunakan salah satu dari dua buah rumus, yaitu rumus dengan denda atau

rumus tanpa denda.

Rumus perhitungan skor dengan denda adalah:

𝑆 =R−W

0−1

Adapun rumus perhitungan skor tanpa denda adalah:

S = R

Di mana:

S = Skor yang sedang dicari

R = Right (jumlah jawaban betul)

W = Wrong (jumlah jawaban salah)

0 = Banyaknya option yang dipasang pada item

1 = Bilangan konstan.

Contoh:

Tes hasil belajar bidang studi Aqidah-Akhlaq menyajikan 40 butir

item bentuk multiple choice item, yang masing-masing itemnya dilengkapi

dengan 5 buah option. Siswa bernama Dardiri dapat menjawab dengan

betul sebanyak 32 butir item (R = 32), sehingga jawaban salahnya adalah

= 40 – 32 = 8 (W = 8).

14

Dengan demikian apabila dalam pemberian skor akhir

diperhitungkan sanksi berupa denda, maka skor yang diberikan kepada

siswa bernama Dardiri itu adalah:

𝑆 = R −W

0−1

=8

5−1

= 32 – 2

= 30

Jika tidak dikenai sanksi berupa denda, maka skor yang diberikan

kepada siswa bernama Dardiri itu adalah: S = R = 32

Suatu hal yang perlu dicatat ialah, bahwa karena tes objektif bentuk

multiple choice item itu terdiri dari berbagai model yang masing-masing

memiliki derajat kesukaran yang berbeda, maka bobot jawaban betul yang

diberikan belum tentu 1, melainkan bisa saja diberikan bobot 1 ½ , 2, 2 ½ ,

3, 4 atau 5 misalnya. Dalam hubungan ini, orang yang paling tahu berapa

bobot yang seharusnya diberikan terhadap jawaban betul itu adalah si

pembuat soal itu sendiri, yaitu tester, karena dialah orang yang paling tahu

mengenai derajat kesukaran yang dimiliki oleh masing-masing butir item

yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar.

Sehubungan dengan itu, maka apabila dalam pemberian skor itu

ditentukan bobot (=weight) yang berbeda-beda, maka kedua rumus yang

telah disebutkan di atas perlu dimodifikasi menjadi sebagai berikut:

Rumus dengan denda:

S = R – ( 𝑤

0−1 ) Wt

Rumus tanpa denda : S = R X Wt

Contoh:

15

Tes hasil belajar bidang studi bahasa Indonesia menyajikan 50

butir item tes obyektif bentuk multiple choice dengan rincian sebagai

b

e

r

i

k

u

t

:

M

i

Tabel 1. Analisis butir item tes obyektif bentuk multiple choice

Dalam tes hasil belajar tersebut siswa bernama budi , dari 50 butir

item tes tersebut dapat menjawab betul sebagai berikut :

Model Multiple Choice Item Jumlah Jawaban Betul

Melengkapi lima pilihan

Asosiasi dengan 5 pilihan

melengkapi berganda

analisis hubungan antarhal

analisis kasus

8

6

4

7

3

Tabel 2. tes hasil belajar siswa

Apabila dalam pemberian skor itu digunakan sanksi berupa denda,

maka skor yang diberikan kepada siswa bernama Budi adalah sebagai

berikut :

Butir Model Option Jawaban Jawabanbobot Skor yang diberikan

Item MCI (0) Betul Salah

No- (R) (W) S = R( 𝑊

0−1)Wt

Mor

01-10 Melengkapi 5 8 2 1 8-( 2

5−1 )1= 7,50

5 pilihan

Nomor

Urut

Item

Model Multiple Choice Item

Jumlah

Butir

Item :

Bobot

Jawaban

Betul

01 – 10

11 – 20

21 – 30

31 – 40

41 – 50

MCI model melengkapi 5 pilihan

MCI model asosiasi dengan 5

pilihan

MCI model melengkapi berganda

MCI model analisis hubungan

antarhal

MCI model analisis kasus

10

10

10

10

10

1

2

4

Total 50 -

16

11-20 Asos,dengan 5 6 4 11

2 6-( 4

5−11

1

2)=4,50

5 pilihan

21-30 Melengkapi 5 4 6 11

2 4-( 6

5−1 1

1

2)=1,75

Berganda

31-40 Analisis 5 7 3 2 7-( 3

5−1 2)=5,50

Hubungan

Antarhal

41-50 Analisis 5 3 7 4 3-( 7

5−1 4)= -4,00

Kasus

Total 15,25

Adapun apabila dalam pemberian skor dilakukan tanpa memperhitungkan denda,

maka dengan menggunakan

rumus: S = R X Wt,

skor yang diberikan kepada Erlina adalah sebagai berikut:

- Untuk butir item No. 01-10, skornya = 8 X 1 = 8

- Untuk butir item No. 11-20, skornya = 6 X 11

2 = 9

- Untuk butir item No. 21-30, skornya = 4X 11

2 = 6

- Untuk butir item No. 31-40, skornya =7 X 2 = 14

- Untuk butir item No. 41-50, skornya =3 X 4 = 12

T o t a l = 49

E. Teknik Memeriksa Dan Menskor Tes Subjektif

a. Teknik pemeriksa tes subjektif

Menurut Hamalik (2001: 47)

Beberapa saran/petunjuk dibawah ini dapat membantu guru tentang

cara memeriksa dan memberi angka pada tes essay yaitu: (1) Ambil

beberapa lembaran pekerjaan siswa sebagai sampel dan bacalah secara

menyeluruh untuk memperoleh ide umum tentang kualitas jawaban

yang diharapkan, (2) Berilah skor terhadap satu pertanyaan dari setiap

kertas pekerjaan siswa sebelum mempertimbangkan pertanyaan

(+)

17

lainnya, (3) Sebelum memberikan skor atas pekerjaan siswa, bacalah

lebih dahulu bahan dalam teks dan ceramah yang telah diberikan

sehubungan dengan pelajaran tersebut, yang dijadikan sumber

penyusunan pertanyaan, (4) Buatlah suatu daftar yang berisikan hal-

hal pokok yang harus didiskusikan dalam setiap jawaban, (5) Setelah

point-point pokok tersebut diberi bobot barulah dilakukan penskoran

sebenarnya dengan jalan membaca jawaban itu secara keseluruhan

sambil mengecek penjabaran/ perinciannya.

Langkah pemeriksaan seyogyanya ditempuh oleh evaluator (tester)

dalam rangka melakukan evaluasi hasil belajar dengan menggunakan alat

berupa tes hasil belajar bentuk uraian adalah bahwa begitu soal tes uraian

selesai disusun hendaknya tester segera membuat kunci jawaban/pedoman

jawaban/ancar-ancar jawabaannya. Pedoman atau ancar-ancar jawaban betul

atas buti-butir soal yang telah disusun itulah yang selanjutnya akan digunakan

sebagai pegangan atau patokan dalam pemeriksaan atau pengoreksian

terhadap hasil-hasil tes uraian. Sudah barang tentu, pemeriksaannya adalah

dengan jalan membandingkan antara jawaban yang diberikan oleh testee

dengan pedoman atau ancar-ancar jawaban betul yang sebelumnya telah

disusun oleh tester.

Menurut Sudijono (2011: 290)

Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil-hasil tes uraian ini ada dua hal

yang perlu dipertimbangkan, yaitu: (1) Apakah nantinya pengolahan

dan penentuan nilai hasil tes uraian itu akan didasarkan pada standar

mutlak atau (2) Apakah nantinya pengolahan dan penentuan nilai

hasil tes subjektif itu akan didasarkan pada standar relatif.

Apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu

akan didasarkan pada standar mutlak (dimana penentuan nilai secara

mutlak akan didasarkan pada prestasi individual), maka prosedur

pemeriksaannya adalah sebagai berikut: (1) Membaca setiap jawaban

yang diberikan oleh testee untuk setiap butir soal tes uraian dan

membandingkannya dengan pedoman/ancar-ancar jawaban betul

yang sudah disiapkan, (2) Atas dasar hasil perbandingan antara

jawaban testee dengan pedoman/ancar-ancar jawaban betul yang

telah disiapkan itu, tester lalu memberikan skor untuk setiap butir

soal dan menuliskannya di bagian kiri dari jawaban testee tersebut,

(3) Menjumlahkan skor-skor yang telah diberikan kepada testee

(yang nantinya akan dijadikan bahan dalam pengolahan dan

penentuan nilai lebih lanjut).

18

Adapun apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai akan

didasarkan pada standar relatif (dimana penentuan nilai akan didasarkan pada

prestasi kelompok), maka prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut:

1) Memeriksa jawaban atas butir soal nomor satu yang diberikan oleh

seluruh testee, sehingga diperoleh gambaran secara umum mengenai

keseluruhan jawaban yang ada. Setelah pemeriksaan terhadap seluruh

jawaban item nomor 1 dapat diselesaikan, maka tester akan menjadi

tahu, testee manakah yang jawabannya termasuk lengkap, kurang

lengkap, menyimpang, dan tidak memberikan jawaban sama sekali.

2) Memberikan skor terhadap jawaban soal nomor 1 untuk seluruh testee;

misalnya, untuk jawaban lengkap beri skor 2, kurang lengkap

diberikan skor 1, dan yang menyimpang atau tidak memberikan

jawaban sama sekali diberikan skor 0.

3) Setelah pemeriksaan atas jawaban butir soal nomor 1 dari seluruh

testee dapat diselesaikan, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan

terhadap butir soal nomor 2, dengan cara yang sama.

4) Memberikan skor terhadap jawaban butir soal nomor 2 dari seluruh

testee, dengan cara yang sama.

5) …………..dan seterusnya, sampai selesai……………..

6) Setelah jawaban atas seluruh butir soal yang diberikan oleh seluruh

testee dapat diselaikan, akhirnya dilakukanlah penjumlahan skor (yang

nantinya akan dijadikan bahan dalam pengolahan dan penentuan nilai).

b. Teknik Menskor Tes Subjektif

Menurut Marhaeni dalam (Budhiyani, dkk, 2010: 95) menyebutkan

Tiga cara penskoran yaitu cara holistik, analitik, dan unsure utama

(Primary traits). Holistik scoring yaitu pemberian skor berdasarkan

impresi penilaian secara umum terhadap kualitas performansi, analytic

scoring yaitu pemberian skor terhadap aspek – aspek yang

berkontribusi terhadap suatu performansi, dan primary traits scoring

yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur dominan atau

khusus dari suatu performansi.

Contoh : Ketika menilai suatu karangan siswa dapat pelajaran bahasa

Indonesia. Jika skor diberikan secara menyeluruh tanpa melihat bagian –

bagian karangan (holistik) untuk suatu karangan, misalnya 80 (rentang 0 –

19

100), maka itu disebut skor holistik. Jika skor diberikan pada beberapa

komponen karangan (misalnya ditetapkan 5 komponen: isi, organisasi isi,

penggunaan tatabahasa, kosakata, dan mekanika) dimana setiap komponen

diberi skor (selanjutnya boleh dijumlahkan atau dirata – ratakan, sama saja),

maka penilaian seperti itu disebut skor analitik. Dan jika skor diberikan pada

beberapa komponen khusus yang sesui dengan jenis karangan (misalnya,

untuk jenis karangan deskriptif ditetapkan tiga komponen khusus: pemilihan

topik cocok untuk karangan deskriptif, kualitas deskriptif, cara

pendeskripsian). Setiap komponen tersebut diberi skor, maka penilaian seperti

itu disebut skor unsur utama.

Beberapa hasil penelitian tentang penggunaan cara scoring di atas

menunjukkan bahwa cara analitik (yang dapat divariasi dengan primary

traits) ternyata dapat dengan lebih objektif menilai kinerja.

Menurut Surapranata (2004: 220-226)

Penskoran dalam soal uraian merupakan hal yang sangat penting,

secara umum terdapat dua metode yang digunakan untuk menskor

tes uraian, yaitu: (1) Penskoran Analitik, Penskoran yang

mengharuskan para penskor untuk menentukan daftar unsur-unsur

penting yang harus dinilai, berikutnya adalah memberikan angka

masing-masing unsur tersebut, dengan cara membuat pedoman

penskoran, Guru memiliki alasan yang masuk akal ketika

menentukan skor masing-masing unsur, dalam kasus ini , ada

baiknya menentukan skor total untuk soal uraian sebelum

menentukan skor masing-masing unsur. (2) Penskoran Holistik,

Penskoran yang mengharuskan para penulis soal untuk menilai

secara sepintas pada kualitas masing-masing unsur yang terdapat

pada jawaban peserta didik, guru tidak perlu memberikan skor pada

masing-masing unsur tersebut.

20

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

1. Jenis – Jenis Tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara yang sudah ditentukan. Tes dapat

dibagi menjadi dua yaitu tes lisan dan tes tertulis.

2. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan, dan Penskoran Tes

Tes yang merupakan prosedur ini ada beberapa tahap, setelah membuat

tes dan menyampaikan pada siswa langkah selanjutnya yang dilakukan adalah

melakukan pemerikssaan, penskoran dan penilaian. Pemeriksaan merupakan

proses yang mesti dilakukan untuk mengetahui skor dan nilai. Skor adalah hasil

pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka – angka bagi

setiap soal tes yang dijawab betul, maka Penskoring adalah suatu proses

pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka. Penskoran dan

pemeriksaan atas jawaban peserta didik dan pemberian angka dilakukan dalam

rangka mendapat informasi kuantitatif dari masing – masing peserta didik.

Penskoran harus dilakukan seobjektif mungkin.

3. Teknik Pemeriksaan Dan Penskoran Tes Lisan serta Rubrik

a. Teknik Pemeriksaan Tes lisan

Dalam tes lisan, testee yang oleh tester sedang “diperiksa” (dalam

hal ini didengarkan) jawaban-jawabannya, kemungkinan adalah termasuk

testee yang “disukai” oleh atau mendapatkan “simpati” dari tester, atau

sebaliknya, yang dihadapi tester adalah testee yang termasuk “tidak disukai”,

sehingga terbuka peluang bagi tester untuk bertindak kurang/tidak obyektif.

Dalam hubungan ini, pemeriksaan terhadap jawaban-jawaban testee

hendaknya dikendalikan oleh pedomn yang pasti, misalnya:

1) Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee

2) Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban-jawaban

3) Kebenaran jawaban yang dikemukakan

4) Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya.

21

5) Berapa persen (%) kira-kira, pertanyaan-pertanyaan lisan yang

termasuk kategori sukar, sedang dan mudah dapat dijawab dengan

betul oleh testee.

b. Rubrik penilaian

Kinerja siswa dapat direkam dengan berbagai bentuk rubric, seperti

menggunakan checklist (daftar centang) atau ranting scale (skala

lanjutan). Daftar centang digunakan untuk mengakses kinerja siswa yang

tampak sesuai atau tidak sesuai dengan aspek-aspek kinerja. Rating scale

dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang kualitas kinerja siswa

pada setiap aspek kinerja yang dituntut.

c. Teknik penskoran Tes Lisan

Penskoran Wawancara berstruktur dan wawancara bebas dilakukan

secara kualitatif karena dalam wawancara tidak terdapat jawaban yang

benar dan salah, sehingga penskoran dilakukan secara kualitatif

berdasarkan jawaban dari responden kemudian disimpulkan berdasarkan

pertanyaan dari wawancara yang dilakukan.

4. Teknik Pemeriksaan dan Menskor Tes Objektif

a. Teknik pemeriksa tes objektif

Memeriksa atau mengoreksi jawaban soal-soal tes objektif pada

umumnya dilakukan dengan jalan menggunakan kunci jawaban. Ada

beberapa macam kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk mengoreksi

jawaban soal tes objektif, yaitu: (1) kunci berdamping (strip keys), (2) kunci

sitem karbon (carbon system keys), (3) kunci sistem tusukan (pinprick system

keys), dan (4) kunci berjendela (windows key)(Sudijono, 2011: 292).

b. Teknik penskor tes objektif

Menurut (Sudijono, 2011: 302) Pada tes objektif, untuk memberikan

skor umumnya digunakan pada rumus correction for guessing atau sering

dikenal dengan istilah sistem denda. Menurut Arikunto (2005) yang sejalan

dengan Sudijono( 2011). Adapun cara menghitung skor terakhir dari seluruh

item bentuk true-false, dapat digunakan dua macam rumus, yaitu: (1) rumus

yang memperhitungkan denda, dan (2) rumus yang mengabaikan atau

meniadakan denda. Rumus skor akhir dengan memperhitungkan denda adalah

sebagai berikut:

𝑆 =R−W

0−1

22

5. Teknik Pemeriksaan dan Menskor Tes Subjektif

a. Teknik pemeriksa tes subjektif

Langkah pemeriksaan dalam rangka melakukan evaluasi hasil belajar

dengan menggunakan alat berupa tes hasil belajar bentuk uraian adalah

bahwa begitu soal tes uraian selesai disusun hendaknya tester segera

membuat kunci jawaban/pedoman jawaban/ancar-ancar jawabaannya.

Pedoman atau ancar-ancar jawaban betul atas buti-butir soal yang telah

disusun itulah yang selanjutnya akan digunakan sebagai pegangan atau

patokan dalam pemeriksaan atau pengoreksian terhadap hasil-hasil tes uraian.

b. Teknik penskor tes objektif

Menurut Surapranata (2004: 220-226) Penskoran dalam soal uraian

merupakan hal yang sangat penting, secara umum terdapat dua metode yang

digunakan untuk menskor tes uraian, yaitu: (1) Penskoran Analitik, (2)

Penskoran Holistik

B. SARAN

Mahasiswa diharapkan dapat memahami Pemeriksaan dan Penskoran Tes

dalam mata kuliah Asesmen dan Evaluasi. Dari semua penjelasan yang

pemakalah paparkan, pemakalah berharap saran serta kritik dari para pembaca

agar pemakalah dapat memperbaiki dan menyempurnakan kualitas dari

makalah ini serta meningkatkan mutu isi makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Budhiyani, I Dewa Ayu Made dkk. 2010. Bahan Ajar Evaluasi Dan Asesmen

Hasil Belajar. Singaraja: Cetakan Pribadi.

Hamalik, Oemar. 2001. Teknik Pengukuran Dan Evaluasi Pendidikan. Bandung:

Mandar Maju.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo

Persada.

Surapranata, Sumarna. 2004. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi

Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.