8 BAB II TEORI ASESMEN KINERJA DAN ASESMEN ...

19
8 BAB II TEORI ASESMEN KINERJA DAN ASESMEN PENUGASAN A. Deskripsi Teoritik 1. Evaluasi dan Asesmen a. Evaluasi 1) Pengertian Evaluasi Evaluasi adalah suatu proses sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam pembuatan keputusan. 1 Evaluasi atau asesmen merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data, berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat keputusan. 2 Evaluasi juga harus dilakukan secara sistematis dan kontinu agar dapat menggambarkan kemampuan para siswa yang dievaluasi. Evaluasi sebaiknya dikerjakan setiap hari dengan skedul yang sistematis dan terencana. Bagian penting lainnya yang perlu diperhatikan bagi seorang pendidik adalah perlu melibatkan siswa dalam evaluasi sehingga mereka secara sadar dapat mengenali perkembangan pencapaian hasil hasil pembelajaran mereka. 3 Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran sudah tercapai. 4 Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang harus dilakukan secara sistematis untuk mencari informasi mengenai gambaran kemampuan siswa untuk mengukur sejauhmana tujuan pembelajaran sudah tercapai. 1 Zainal Arifin. Op Cit., hal 5. 2 Ngalim Purwanto. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 3 3 Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 2 4 Mulyadi. 2010. Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Agama di Sekolah. Malang : UIN- MALIKI PRESS, hal 14

Transcript of 8 BAB II TEORI ASESMEN KINERJA DAN ASESMEN ...

8

BAB II

TEORI ASESMEN KINERJA DAN ASESMEN PENUGASAN

A. Deskripsi Teoritik

1. Evaluasi dan Asesmen

a. Evaluasi

1) Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses sistematis dan berkelanjutan untuk

menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu berdasarkan

pertimbangan dan kriteria tertentu dalam pembuatan

keputusan.1Evaluasi atau asesmen merupakan suatu proses yang

sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data,

berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat keputusan.2

Evaluasi juga harus dilakukan secara sistematis dan kontinu agar

dapat menggambarkan kemampuan para siswa yang dievaluasi.

Evaluasi sebaiknya dikerjakan setiap hari dengan skedul yang

sistematis dan terencana. Bagian penting lainnya yang perlu

diperhatikan bagi seorang pendidik adalah perlu melibatkan siswa

dalam evaluasi sehingga mereka secara sadar dapat mengenali

perkembangan pencapaian hasil hasil pembelajaran mereka.3 Evaluasi

adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan

pembelajaran sudah tercapai.4

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dipaparkan dapat

disimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses yang harus dilakukan

secara sistematis untuk mencari informasi mengenai gambaran

kemampuan siswa untuk mengukur sejauhmana tujuan pembelajaran

sudah tercapai.

1 Zainal Arifin. Op Cit., hal 5.

2 Ngalim Purwanto. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, hal. 3 3 Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara, hal. 2

4 Mulyadi. 2010. Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Agama di Sekolah. Malang : UIN-

MALIKI PRESS, hal 14

9

2) Jenis jenis evaluasi

Menurut Yahya Qohar yang dikutip oleh Kaelani dan Nurdin jenis

evaluasi dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu5:

a) Evaluasi Formatif yang menetapkan tingkat penguasaan manusia

didik dan menentukan bagian- bagian tugas yang belum dikuasai

dengan tepat. Contohnya yaitu : Evaluasi tentang materi

pembelajaran matematika yang belum dikuasai.

b) Evaluasi Sumatif yaitu asesmen secara umum tentang keseluruhan

hasil proses belajar mengajar yang dilakukan pada setiap akhir

periode belajar mengajar secara terpadu.

Contoh yang ditunjukan oleh Kaelani dan Nurdin6 adalah :

Evaluasi akhir semester atau evaluasi setelah siswa

menyelesaikan suatu bagian dari mata pelajaran tertentu

c) Evaluasi diagnostik ialah asesmen yang dipusatkan pada PBM

(Proses Belajar Mengajar) dengan melokalisasikan suatu titik

keberangkatan yang cocok. Misalkan mengklasifikasikan murid

sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, kecerdasan,

latarbelakang, keterampilan dan sebagainya.

d) Evaluasi penempatan (placement evalution) yang menitik

beratkan pada asesmen tentang permasalahan yang berkaitan

dengan:

- Ilmu pengetahuan dan keterampilan murid yang diperlukan

untuk awal PBM

- Pengetahuan murid tentang tujuan pengajaran yang telah

ditetapkan sekolah

- Minat dan perhatian, kebiasaan bekerja, corak kepribadian

yang menonjol yang mengandung konotasi kepada suatu

metode belajar tertentu misalnya belajar kelompok dan

5 Kaelani dan Nurdin OpCit., hal. 120

6 Ngalim Purwanto OpCit., hal 108

10

sebagainya. Contoh : evaluasi dalam penentuan tingkat, kelas,

atau jurusan.7

Dari beberapa jenis evaluasi diatas penulis melihat bahwa asesmen

kinerja dan asesmen penugasan masuk kedalam kedalam kategori

asesmen diagnostik dimana asesmen ini dipusatkan pada PBM (Proses

Belajar Mengajar) namun tetap berkaitan juga dengan asesmen Formatif

Sumatif karena asesmen penugasan dan asesmen kinerja ini diperlukan

juga untuk mengetahui dan memberikan asesmen pada setiap akhir

periode belajar mengajar seperti tujuan pada asesmen Formatif Sumatif.

b. Asesmen

1) Pengertian Asesmen

Asesmen adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu

dengan ukuran baik dan buruk.8 Asesmen juga dinyatakan sebagai proses

memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan

suatu kriteria tertentu.9

Definisi lain mengatakan bahwa asesmen adalah suatu kegiatan

untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan

menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa.10

Menurut Gronlund yang dikutip oleh Zaenal Arifin asesmen

merupakan suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan

interprestasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana peserta didik

telah mencapai tujuan pembelajaran.11

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dipaparkan dapat

disimpulkan bahwa asesmen adalah proses menetukan keputusan

7 Ibid.,

8 Suharsimi Arikunto. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, hal.3 (edisi

revisi) 9 Nana sudjana 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosda Karya hal 3

10 Zaenal Arifin. Op Cit., hal. 4

11 Ibid.,

11

terhadap suatu individu, instansi, program dan lain sebagainya dengan

tujuan untuk melakukan perbaikan dan menentukan keberhasilan.

2) Fungsi dan tujuan Asesmen

Tujuan Fungsi Asesmen menurut arikunto yaitu12

:

a) Asesmen berfungsi selektif

b) Asesmen berfungsi diagnostik

c) Asesmen berfungsi sebagai penempatan

d) Asesmen berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.

Dalam asesmen hasil belajar menurut Zainal Arifin ada empat

kemungkinan tujuan asesmen yaitu : untuk memperbaiki kinerja, atau

proses pembelajaran (formatif), untuk menentukan keberhasilan peserta

didik (sumatif), untuk mengidentifikasikan kesulitan belajar peserta

didik dalam proses pembelajaran (diagnostik) atau untuk menempatkan

posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya (penempatan)13

3) Prinsip Asesmen

Menurur Cece Wijaya seperti yang dikutip oleh Kaelani dan Nurdin

prinsip Asesmen adalah sebagai berikut:14

1) Segala usaha asesmen, dari mulai pembuatan alat asesmen sampai

pelaksanaannya harus didasarkan atau tujuan pengajaran baik

umum maupun khusus.

2) Asesmen harus memiliki fungsi tertentu, yaitu memiliki fungsi

formatif, sumatif, diagnostik, selektif dan motivasi.

3) Asesmen harus komprehensif maksudnya lengkap atau

menyeluruh asesmen harus bersifat menyeluruh [artinya

diarahkan kepada tujuan ketiga aspek yaitu: kognitif afektif dan

psikomotor].

12

Suharsimi Arikunto. Op Cit., hal 10-11 13

Zaenal Arifin. Op Cit., hal 92 14

Kaelani dan Diding nurdin Op Cit., hal 110

12

4) Asesmen harus mencakup butir butir pertanyaan yag paling

sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan, maksudnya

bahwa daya guna, kekuatan dan kelemahan tiap jenis asesmen

harus dipertimbangkan semuanya dengan tujuan pelajaran.

5) Asesmen harus direncanakan dengan baik, yang langkah yang

paling awal didalam asesmen ialah memahami makna tujuan

yang hendak dicapai oleh para siswa, kemudian dari situ baru

memikirkan pokok-pokok materi pelajaran yang akan

diAsesmenkan kepada siswa.

6) Asesmen harus dipakai untuk memperbaiki kualitas belajar

mengajar, asesmen akan memberikan informasi tentang

bagaimana seharusnya usaha perbaika selanjutnya untuk

meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar.

c. Kinerja (Performance)

Kinerja (Performance) dapat dikatakan sebagai identitas

kecenderungan positif atau negative terhadap suatu objek psikologis

tertentu.15

Kinerja (Performance) juga merupakan aktivitas dalam

melakukan suatu tindakan atau kegiatan tertentu.16

Pengertian yang lain

dari Kinerja (Performance) yaitu merupakan kemampuan yang

dimunculkan dalam kondisi/keadaan tertentu.17

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia kata kinerja didefinisikan

sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan disebut

juga kemampuan kerja. 18

Menurut Oxford Dictionary Kinerja

(Performance) merupakan suatu tindakan proses atau cara bertindak atau

melakukan proses organisasi.

15

http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/prestasi-kerja.html diunduh 16 september 2013

pukul 14.32 16

http://fourseasonnews.com/2012/05/pengertian-desain-penelitian.html di unduh senin, 27 Mei

2013 jam 13.47 WIB 17

Ibid., 18

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Balai

Pustaka; Jakarta; 1996

13

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Kinerja

(Performance) merupakan identitas dan aktivitas yang dimunculkan

dalam kondisi/keadaan tertentu dalam memecahkan masalah, penalaran,

dan komunikasi dalam bentuk tulisan maupun lisan sebagai sesuatu yang

dicapai atau prestasi yang diperlihatkan.

d. Penugasan

Penugasan adalah suatu teknik asesmen yang menuntut peserta

didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas.

19Penugasan dapat diberikan dalam bentuk individual atau kelompok.

20Penugasan ada yang berupa pekerjaan rumah atau berupa proyek.

Pekerjaan rumah adalah tugas yang harus diselesaikan peserta didik di

luar kegiatan kelas, misalnya menyelesaikan soal-soal dan melakukan

latihan. Proyek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan

perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan

dalam waktu tertentu dan umumnya menggunakan data lapangan.21

2. Asesmen Kinerja (Performance)

a) Pengertian Asesmen Kinerja (Performance)

Asesmen Kinerja (Performance)adalah asesmen berdasarkan hasil

pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi.

Asesmen dilakukan terhadap unjuk kerja, tingkah laku, atau interaksi

siswa. Asesmen kinerja (Performance) digunakan untuk menilai

kemampuan siswa melalui penugasan. Penugasan tersebut dirancang

khusus untuk menghasilkan respon (lisan atau tulis), menghasilkan karya

(produk), atau menunjukkan penerapan pengetahuan. Tugas yang

19

Badan Nasional Satuan Pendidikan 2007, “Panduan AsesmenKelompok Mata Pelajaran Agama

dan Akhlak Mulia” 20

Ibid., 21

Ibid.,

14

diberikan kepada siswa harus sesuai dengan kompetensi yang ingin

dicapai dan bermakna bagi siswa. 22

Asesmen Kinerja (Performance) merupakan asesmen dengan

berbagai macam tugas dan situasi di mana peserta asesmen diminta untuk

mendemonstrasikan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan yang

mendalam, serta keterampilan di dalam berbagai macam konteks. Jadi

boleh dikatakan bahwa Kinerja (Performance) assessment adalah suatu

Asesmen yang meminta peserta asesmen untuk mendemostrasikan dan

mengaplikasikan pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai

dengan kriteria-kriteria yang diinginkan.23

Asesmen Kinerja (Performance) dapat mengungkapkan potensi

siswa dalam memecahkan masalah, penalaran, dan komunikasi dalam

bentuk tulisan maupun lisan. 24

Asesmen Kinerja (Performance) lebih

tepat untuk menilai kemampuan siswa dalam menyajikan lisan,

pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi siswa dalam suatu

kegiatan pembelajaran, kemampuan siswa dalam menggunakan peralatan

laboratorium serta kemampuan siswa mengoperasikan suatu alat.25

Asesmen kinerja (Performance) digunakan untuk menilai

kemampuan siswa melalui penugasan (task). Dalam menilai kinerja

siswa tersebut, perlu disusun kriteria. Kriteria yang menyeluruh disebut

rubric. Dengan demikian wujud asesmen kinerja yang utama adalah task

(tugas) dan rubrics (kriteria asesmen). Tugas-tugas kinerja digunakan

untuk memperlihatkan kemampuan siswa dalam melakukan suatu

keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk nyata. Selanjutnya rubrik

22

Budi Setyono. 2005. Penilaian Otentik dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (dalam jurnal

pengembangan pendidikan). Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan (LP3)

Universitas Jember, hal. 3 23

A.Majid . 2006. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.

Bandung:Remaja Rosdakarya, hal. 34 24

Puji Iryanti. 2004. Penilaian Unjuk Kerja. Yogyakarta:Depdiknas,hal. 6 25

O. RHutabarat. 2004. Model-model Penilaian Berbasis Kompetensi PAK. Bandung: Bina Media

Informasi, hal. 16

15

digunakan untuk memberikan keterangan tentang hasil yang diperoleh

siswa. 26

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa asesmen kinerja

(Performance) merupakan asesmen penilai terhadap aktivitas siswa

dengan berbagai macam tugas dan situasi untuk menilai kemampuan

siswa.

b) Kelebihan asesmen kinerja (Performance) adalah27

:

1) Satu satunya teknik yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil

belajar belajar dalam bidang keterampilan menggunakan komputer,

keterampilan menggunakan bahasa asing keterampilan menulis

indah keterampilan menggambar dan sebagainya.

2) Sangat baik digunakan untuk mencocokan antara pengetahuan teori

dan keterampilan praktik, sehingga hasil asesmen menjadi lengkap.

3) Dalam pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk

menyontek dan,

4) Guru dapat mengenal lebih dalam tentang karakteristik masing

masing peserta didik sebagai dasar tindak lanjut hasil asesmen,

seperti pembelajaran remedial.

c) Kelemahan/ kekurangan asesmen kinerja (Performance) adalah:28

1) Memakan waktu yang lama

2) Dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar

3) Cepat membosankan

4) Jika asesmen kinerja (Performance) sudah menjadi sesuatu yang

rutin maka ia tidak mempunyai arti apa apa lagi

5) Memerlukan syarat syarat pendukung yang lengkap baik waktu

tenaga maupun biaya. Jika syarat syarat tertentu tidak terpenuhi

26

Asmawi Zainul. 2001. Alternative Assessment. Jakarta: UnintversitasTerbuka, hal. 9 27

Zainal Arifin OpCit hal 150-151 28

Ibid.,

16

maka hasil asesmen tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan

baik.

3. Asesmen Penugasan

a. Pengertian asesmen penugasan

Asesmen penugasan merupakan asesmen yang dalam lingkup

kegiatan tugas guru memberikan bidang studi di luar jam pelajaran tatap

muka. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa, dinilai,

dan dibahas hasilnya.29

Asesmen penugasan merupakan asesmen yang memiliki makna

jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas

diberikan guru kepada siswa untuk diselesaikan dan

dipertanggungjawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah, di rumah

atau di tempat lain yang dapat menunjang penyelesaian, baik secara

individu atau kelompok. Tujuannya melatih atau menunjang materi yang

diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab.30

Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa asesmen penugasan

merupakan asesmen yang dalam lingkup kegiatan tugas guru

memberikan bidang studi di luar jam pelajaran tatap muka. Tugas

ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa, dinilai, dan dibahas

hasilnya serta dipertanggungjawabkan.

b. Kelebihan Asesmen Penugasan31

1. Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri

2. Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah

menginformasikan dan dan mengkomunikasikan sendiri.

3. Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan

4. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa

29

Roestiyah . 1996. “Startegi Belajar Mengajar” Yogyakarta : GRAHA ILMU hal 75. 30

Ibid., 31

Irwan Veri . 2010 ” Perbedaan Tugas dan PR” pada

http://www.hariansumutpos.com/arsip/?p=56916

17

5. Dapat mengembangkan kreativitas siswa

6. Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak.

c. Adapun Kelemahan Asesmen Penugasan 32

1. Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu

dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa.

2. Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas

3. Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat

menimbulkan keluhan siswa,

4. Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit

5. Pemberian tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan

siswa apabila terlalu sering.

6. Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.

4. Matematika dan Kemampuan Matematika

a. Pengertian Matematika

Kata “Matematika” berasal dari kata (mẚthema)dalam bahasa

Yunani yang diartikan sebagai “sains, ilmu pengetahuan, atau belajar”

juga (mathematikỏs) yang diartikan sebagai “suka belajar, ilmu

matematika telah banyak dikenal orang pada masa pra sejarah.

Berikut ini beberapa definisi atau pengertian tentang matematika33

:

a) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan

terorganisasi secara sistematik.

b) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan

kalkulasinya

c) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan

berhubungan dengan bilangan.

d) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta fakta kuantitatif

dan masalah tentang ruang dan bentuk.

32

Ibid., 33

A.saepul hamdani dkk. Matematika 1 edisi pertama surabaya LAPIS PGMI 2008 Hal. 1-6

18

e) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur struktur yang

logis.

f) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan aturan yang ketat.

b. Pengertian kemampuan matematika.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kemampuan adalah

kesanggupan, kecakapan, kekuatan.34

Sedangkan matematika merupakan

ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur

operasional yang digunakan di penyelesaian mengenai bilangan.35

Disimpulkan bahwa kemampuan matematika merupakan kecakapan

dalam menyerap dan memahami pelajaran yang berkaitan dengan

prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian bilangan.

c. Tujuan matematika dalam meningkatkan kemampuan siswa.

Dari hubungan keduanya didapat suatu tujuan seperti yang tertera

didalam lampiran peraturan menteri pendidikan nasional (Permendiknas)

Nomor 20 Tahun 2006 tentang standar isi, disebutkan bahwa

pembelajaran matematika bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan

sebagai berikut:36

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematikadalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

34

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Balai

Pustaka; Jakarta; 1996 35

Ibid., 36

Ariyadi wijaya. 2012. “Pendidikan Matematika Realistik”, Yogyakarta : GRAHA ILMU hal 16

19

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

d. Peran matematika

Adams dan Hamm menyebutkan empat macam pandangan

tentang posisi dan peran matematika, yaitu 37

1) Matematika sebagai suatu cara untuk berpikir

Pandangan ini berawal dari bagaimana karakter logis dan sistematis

dari matematika berperan dalam proses mengorganisasi gagasan,

menganalisis informasi, dan menarik kesimpulan antardata.

2) Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan

(pattern and relationship)

Dalam mempelajari matematika, siswa perlu menghubungkan suatu

konsep matematika dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki.

Penekanan pada hubungan ini sangat diperlukan untuk kesatuan dan

kontinuitas konsep dalam matematika sekolah sehingga siswa dapat

dengan segera menyadari bahwa suatu konsep yang mereka pelajari

memiliki persamaan atau perbedaan dengan konsep yang mereka

pelajari memiliki persamaan atau perbedaan dengan konsep yang

sudah mereka pelajari.

3) Matematika sebagai suatu alat (mathematics as a tool)

Pandangan ini sangat dipengaruhi oleh aspek aplikasi dan asspek

sejarah dari konsep matematika. Banyak konsep matematika yang bisa

37

Ibid., hal 5

20

kita temukan dan gunaka dalam kehidupan sehari-hari, baik secara

sadar maupun tidak. Selain aspek aplikas matematika pada masa

sekarang, perkembangan matematika juga sebenernya disebabkan

adanya kebutuhan manusia. Contoh paling sederhana adalah konsep

korespondensi satu satu yang melandasi perkembangan bilangan.

Korespondensi satu satu berkembang karena kebutuhan manusia untuk

memastika bahwa banyak hewan gembala yang pulang tetap sama

dengan banyak hewan gembala yang berangkat (Flegg, 1983)

4) Matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi

Matematika merupakan bahasa yang paling universal karena simbol

matematika memiliki makna yang sama untuk berbagai istilah dari

bahasa yang berbeda. Ketika kita berkata “dua ditambah tiga sama

dengan lima” maka hanya orang yang mengerti bahasa indonesia saja

yang memahami kalimat tersebut. Namun, ketika jika kalimat tersebut

dituliskan sebagai “2+3= 5” maka orang dengan pengetahuan bahasa

yang berbeda beda aka bisa memahami kalimat tersebut.

Dengan peran dan tujuan matematika yang disebutkan diatas

kemampuan matematika yang diharapkan bisa disebutkan menjadi suatu

kecakapan dalam mengorganisir peran-peran serta tujuan-tujuan dari

pembelajaran matematika.

5. Hubungan Asesmen Kinerja (Performance) Dan Asesmen Penugasan

Terhadap Kemampuan Matematika

Seperti sudah dikemukakan sebelumnya bahwa asesmen kinerja

(Performance) yaitu bertujuan untuk menilai peserta asesmen, dalam hal ini

mengungkap secara utuh kemampuan individu yang tidak bisa dinyatakan dalam

ukuran kemampuan (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat

oleh waktu yang disediakan. Kemampuan yang dinilai bisa berupa kognitif

maupun psikomotor, sedangkan asesmen penugasan merupakan asesmen yang

21

bertujuan agar hasil belajar lebih mantap karena siswa melaksanakan latihan,

sehingga pengalaman siswa mempelajari sesuatu lebih terintegrasi.

Keduanya memiliki hubungan yang bisa digunakan untuk menilai

kemampuan matematika siswa seperti menilai kemampuan kognitif maupun

psikomotor serta kecepatan berpikir dan keterampilan dalam matematika

B. Tinjauan Hasil Penelitian Yang Relevan

Untuk menghindari kekeliruan atau duplikasi dengan penelitian-penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya yang terdapat kaitannya dengan penelitian yang

akan dilakukan oleh penulis, maka penulis mencoba mencari beberapa penelitian

yang sudah dilakukan oleh mahasiswa di beberapa Perguruan Tinggi dari

berbagai sumber bacaan seperti jurnal skripsi dan yang lainnya. Hasil dari

pencarian penulis terdapat tiga buah hasil penelitian yang terdapat kemiripan

dengan masalah penelitian yang akan diteliti oleh penulis, yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian tentang : “Perbandingan motivasi belajar siswa antara yang

memperoleh Tes Kecepatan (Speed Tes) dan Tes Kemampuan (Power

tes) pada bidang studi matematika (Studi kasus di MTs Negeri

Cibingbin Kabupaten Kuningan) yang dilakukan oleh Ratna Sari

mahasiswa jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon 2012, penelitian ini

dilakukan penelitinya sebagai penelitian skripsi untuk mendapat gelar

sarjana, namun penelitian ini tidak dipublikasikan.Hasil penelitian

dengan uji hipotesis menunjukan bahwa nilai thitung adalah 4,090, pada

taraf kepercayaan 95% (signifikansi 5%) ttabel adalah 2,023. Maka dapat

disimpulkan bahwa thitung > ttabel (4,090> 2,023) yang berarti bahwa

hipotesis H0 ditolak dan hipotesis Ha diterima.38

2. Penelitian tentang “Perbandingan motivasi belajar sisiwa pada

pembelajaran menggunakan bentuk Tes lisan dan Tes tulis pada

38

Ratna Sari. 2012. “Perbandingan motivasi belajar siswa antara yang memperoleh Tes

Kecepatan (Speed tes ) dan Tes Kemampuan (Power tes ) pada bidang studi matematika (Studi

kasus di MTs Negeri Cibingbin Kabupaten Kuningan). skripsi tidak dipublikasikan, IAIN Syekh

Nurjati Cirebon, hal. 80

22

bidang studi matematika di SMP Negeri Pabuaran Cirebon.” Penelitian

ini dilakukan oleh Haryati mahasiswa jurusan Tadris Matematika

Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati

Cirebon pada tahun 2011 penelitian ini dilakukan penelitinya sebagai

penelitian skripsi untuk mendapat gelar sarjana, namun penelitian ini

tidak dipublikasikan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada

perbedaan motivasi belajar siswa yang signifikan antara kelas

eksperimen dengan kelas kontro, dengan perhitungan thitung > ttabel ( 5,10

> 1,994). Yang berarti Ha dengan perbedaan signifikan.39

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ningzul Fa22timatun, 2012,

Pengembangan Asesmen Kinerja Siswa (Kinerja (Performance)

Assessment) pada Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran

Matematika Kelas VIII SMPN 1 Ciwaringin, penelitian ini dilakukan

penelitinya sebagai penelitian skripsi untuk mendapat gelar sarjana,

namun penelitian ini tidak dipublikasikan. Hasil dari penelitian ini

adalah perangkat asesmen kinerja siswa pada lembar kerja siswa (LKS)

kelas VIII semester 2 yang meliputi 6 kali pembehasan yakni

menentukan unsur-unsur kubus dan balok, membuat jaring-jaring kubus

dan balok, menentukan rumus dan menghitung luas permukaan kubus

dan balok, menentukan rumus dan menghitung volume kubus dan

balok. Berdasarkan hasil validasi expert judgement terdapat beberapa

komponen Asesmen kinerja yang perlu direvisi. Nilai ketuntasan

kinerja siswa pada enam indikator adalah 89,8%, 87,2%, 92,3%, 92,3%,

94,9%, 89,8% siswa telah mencapai KKM (efektif) dengan nilai rata-

rata tiap indikator yaitu 81,92, 76,92, 81,41, 79,74, 86,54, 86,92

sedangkan hasil nilai Asesmen akhir (post ) 92,3% siswa telah

mencapai KKM (efektif) dengan nilai rata-rata 74,74 menunjukan

39

Haryati 2011 “Perbandingan motivasi belajar sisiwa pada pembelajaran menggunakan bentuk

Tes lisan dan Tes tulis pada bidang studi matematika di SMP Negeri Pabuaran Cirebon.” ).

skripsi tidak dipublikasikan, IAIN Syekh Nurjati Cirebon, hal 23

23

bahwa asesmen kinerja yang telah dikembangkan efektif untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.40

Dari ketiga hasil penelitian diatas, terdapat kesamaan dengan

penelitian yang akan dilakukan penulis, yaitu “perbandingan dua teknik

evaluasi berbasis proses” dan “serta asesmen kinerja”. Namun ketiga hasil

penelitian tersebut tidak ada yang persis sama dengan masalah yang akan

diteliti.

Tabel 2.1

Penelitian yang relevan

No X1 X2

1

2

3

Hasil penelusuran pertama, variabel X2 sama yakni membahas

tentang evaluasi bentuk asesmen tulis akan tetapi varibel X1 berbeda, yang

telah dilakukan yaitu asesmen lisan, sedangkan yang akan dilakukan peneliti

yaitu asesmen kinerja (Performance), dalam hal ini penulis mengganggap

adanya kesamaan jenis penelitian yaitu sama sama membahas mengenai

perbandingan dua teknik evaluasi berbasis proses namun saja dua teknik

evaluasi yang dibahas berbeda jenis evaluasinya.

Hasil penelusuran kedua, variabel X2 sama yaitu membahas

mengenai asesmen kemampuan yang di uraikan dalam bentuk asesmen tulis

akan tetapi variabel X1 berbeda yaitu yang telah dilakukan membahas

mengenai Asesmen kecepatan siswa, sedangkan yang akan dilakukan

peneliti yaitu asesmen kinerja (Performance), dalam hal ini penulis

mengganggap adanya kesamaan jenis penelitian yaitu sama sama membahas

40

Ningzul Fatimatun. 2012. Pengembangan Penilaian Kinerja Siswa (Performa Assessment)

pada Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII SMPN 1 Ciwaringin.

skripsi tidak dipublikasikan. IAIN Syekh Nurjati Cirebon, hal 86

24

mengenai perbandingan dua teknik evaluasi berbasis proses namun saja dua

teknik evaluasi yang dibahas berbeda jenis evaluasinya.

Hasil penelusuran ketiga variabel X1 memiliki kesamaan yaitu

membahas mengenai asesmen kinerja (Performance) siswa tapi di variabel

X2 pada penelitian ini tidak menggunakan perbandingan dengan evaluasi

berbasis proses lainnya.

Oleh karena itu, penelitian dengan judul

“Perbandingan Penggunaan Asesmen kinerja (Performance) Dan Asesmen

Penugasan Terhadap Kemampuan Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan

Garis dan Sudut Kelas VII MTs Negeri Cirebon II dapat dilakukan karena

masalah yang akan diteliti berbeda dengan penelitian penelitian sebelumnya.

C. Kerangka Pemikiran

Seorang pendidik harus memiliki banyak keahlian dalam bidang

pendidikan bukan hanya sekedar mengajar dan mentransfer ilmu saja akan

tetapi proses akhir dari suatu pembelajaran yang tidak kalah penting untuk

diperhatikan adalah asesmen bagaimana seorang guru atau pendidik dituntut

piawai dalam menilai siswa atau pesert didiknya sehingga dengan asesmen

tersebut akan didapatkan suatu kesimpulan akhir mengenai keberhasilan

dalam mengajar. hal ini yang menjadikan kita perlu mengetahui lebih

banyak sumber dan keilmuan mengenai macam dan jenis asesmen yang bisa

diterapkan.

Dalam pembelajaran di sekolah guru adalah pihak yang paling

bertanggungjawab atas hasilnya. Dengan demikian, guru patut dibekali

dengan evaluasi sebagai ilmu yang mendukung tugasnya, yakni

mengevaluasi hasil belajar siswa.

Melihat pemikiran tersebut seyogyanya sebagai pendidik memahami

betul cara, alat dan teknik evaluasi serta bisa membandingkan evalusi yang

setara dengan materi dan keadaan peserta didik sehingga disini sebagai

pendidik pun harus bisa membandingkan dan memilah teknik evaluasi apa

saja yang harus digunakan dan baik digunakan dalam kondisi tertentu.

25

Dengan demikian membandingkan dua teknik evaluasi berbasis

proses bisa dijadikan sebagai sumber acuan yang pas untuk mengetahui

perbedaan dan keselarasan fungsi evaluasi pada kondisi tertentu.

Evaluasi dalam hal ini adalah suatu proses yang harus dilakukan

secara sistematis untuk mencari informasi mengenai gambaran kemampuan

siswa untuk mengukur sejauhmana tujuan pembelajaran sudah tercapai.

Pada asesmen dalam penelitian ini menggunakan asesmen, asesmen

itu adalah asesmen kinerja (Performance) dan asesmen penugasan ,

keduanya diharapkan menilai kemampuan matematika siswa, sehingga

dapat disimpulkan kedalam kerangka berfikir yang menunjukan dua

variabel yaitu kempuan matematikayang diperoleh dari asesmen kinerja

(Performance) sebagai variabel X1 dan kemampuan matematika yang

diperoleh dari Asesmen Penugasan sebagai variabel X2.

Untuk diagram penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

: Hubungan yang menyatakan Proses

Siswa

Asesmen

kinerja(Performance)

X1

Asesmen penugasan

X2

Kemampuan

Matematika Siswa

Proses Pembelajaran

Temuan

26

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian.41

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data

yang terkumpul.42

Berdasarkan definisi tersebut maka penulis merumuskan hipotesis

sebagai berikut : “ terdapat perbedaan kemampuan matematika siswa yang

signifikan antara siswa-siswa yang dalam pembelajaran biasa diterapkan

asesmen kinerja (performance) dengan siswa-siswa yang dalam

pembelajaran biasa diterapkan asesmen penugasan.

41

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta hal 159 42

Suharsimi Arikunto. 2010**. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta, hal.110