MAKALAH TPKI

28
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Anak adalah anugerah paling berharga dari Allah SWT, merupakan amanah dari-Nya yang harus di emban dengan baik. Sebagai orang tua berkewajiban menjaga, mendidik, merawat, dan mengarahkan mereka agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang diilikinya. Namun tidak banyak orang tua yang memahami karakteristik petumbuhan anak mereka. Dengan kata lain tidak banyak orang tua yang memahami jika sejak dalam kandungan anak-anak sudah mulai berkembang baik secara fisik maupun psikologis. Bahkan, sebagian besar orang tua tidak peduli dan menganggap remeh usia dini. Mereka membiarkan anak-anak tumbuh tanpa stimulasi atau perilaku-perilaku khusus yang sangat berguna bagi tumbuh kembang anak. Akibatnya, usia dini berlalu begitu saja tanpa proses stimulasi yang dibutuhkan anak di masa depan mereka. Maka sudah menjadi tanggungjawab orang tua dalam merawat dan mendidik anak-anak mereka dengan maksimal, karena orang tualah peran terpenting dan utama dalam mendidik dan menumbuhkan karakter anak. Di tangan orang tua akan tercipta masa depan anak 1

Transcript of MAKALAH TPKI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Anak adalah anugerah paling berharga dari Allah

SWT, merupakan amanah dari-Nya yang harus di emban

dengan baik. Sebagai orang tua berkewajiban menjaga,

mendidik, merawat, dan mengarahkan mereka agar dapat

berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang

diilikinya.

Namun tidak banyak orang tua yang memahami

karakteristik petumbuhan anak mereka. Dengan kata

lain tidak banyak orang tua yang memahami jika sejak

dalam kandungan anak-anak sudah mulai berkembang baik

secara fisik maupun psikologis. Bahkan, sebagian

besar orang tua tidak peduli dan menganggap remeh

usia dini. Mereka membiarkan anak-anak tumbuh tanpa

stimulasi atau perilaku-perilaku khusus yang sangat

berguna bagi tumbuh kembang anak. Akibatnya, usia

dini berlalu begitu saja tanpa proses stimulasi yang

dibutuhkan anak di masa depan mereka.

Maka sudah menjadi tanggungjawab orang tua

dalam merawat dan mendidik anak-anak mereka dengan

maksimal, karena orang tualah peran terpenting dan

utama dalam mendidik dan menumbuhkan karakter anak.

Di tangan orang tua akan tercipta masa depan anak

1

yang cemerlang. Apabila orang tua tidak memahami akan

hal tersebut atau malah meremehkannya, maka tidak

akan menjamin generasi yang akan datang lebih baik

daripada sebelumnya.

B.RUMUSAN MASALAH

1.Apakah pendidikan karakter?

2.Bagaimana pendidikan pada usia emas?

3.Bagaimana pendidikan karakter pada usia emas?

C.TUJUAN

1. Mengetahui tentang pengertian pendidikan karakter

2. Mengetahui tentang pendidikan pada usia emas

3. Mengetahui bagaimana pendidikan karakter pada usia

emas

2

BAB II

PEMBAHASAN

Sejatinya jika para orang tua mengerti, usia

dini itu merupakan momentum yang sangat penting bagi

tumbuh kembang anak. Baik secara fisik, psikis, atau

psikologi, terbentuk mulai dari usia dini tersebut.

Menurut para pakar psikologi anak, sejak usia 0

3

sampai 1 tahun pertama, sel-sel otak anak atau yang

disebut neuron berkembang sangat pesat.

Begitu pesatnya perkembangan neuron tersebut,

sampai-sampai melebihi perkembangan pada tahun-tahun

berikutnya. Neuron yang digambarkan William Sears

laksana kabel dengan panjang bermil-mil itu saling

menghubungkan dan membuat jalur-jalur yang begitu

rumit dan kompleks.1 Ketika bayi lahir, neuron ini

belum saling berkaitan. Tetapi ketika bayi sudah

mulai tumbuh, melihat dan mengenal dunia, jutaan sel

neuron itu saling sambung menyambung setiap hari,

sehingga otak mampu mengorganisasi dirinya semakin

baik dan sempurna.

Sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa

emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang

baik bagi anak. Sehingga anak bias meraih

keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di

masa mendatang.

Orang tua yang berpandangan bahwa anak tidak

boleh dimarahi, harus dituruti semua kemauan yang dia

inginkan dan tidak boleh membantu pekerjaan orang

tuanya yang sering kita kenal dengan sebutan anak

manja harus diubah agar berwawasan bahwa anak harus

diberdayakan dalam berlatih hidup menyiasati hari1 Agus Wibowo, M.Pd, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012), h.2

4

depan yang pasti terjadi dan pendidikan utama anak

adalah orang tua bukan pendidikan formal / sekolah,

karena anak adalah tanggung jawab orang tua di dunia

maupun di akhirat.

A.PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER

Pendidikan karakter memiliki beragam istilah dan

pemahaman antara lain pendidikan akhlak, budi

pekerti, nilai, moral, etika, dan lain sebagainya.

Pendidikan karakter tidak bisa berdiri sendiri tetapi

harus dibangun dengan melibatkan semua komponen yang

ada.

Pola asuh atau parenting style adalah salah satu

faktor yang penting dalam membentuk karakter anak.

Hal ini didasari bahwa pendidikan dalam keluarga

merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak,

yang tidak bias digantikan oleh lembaga pendidikan

manapun. Keluarga yang harmonis, rukun dan damai,

akan tercermin dari kondisi psikologis dan karakter

anak-anaknya. Begitu juga sebaliknya, anak yang

kurang berbakti, tidak hormat, bertabiat buruk,

sering melakukan tindakan di luar moral kemanusiaan

atau berkarakter buruk , lebih banyak disebabkan oleh

ketidak harmonisan dalam keluarganya .2

2 Ibid.,76.

5

Dalam pemahaman awam kita karakter memiliki arti

akhlak, budi pekerti, nilai, moral dan lain

sebagainya. Namun , istilah karakter sendiri lebih

kuat dengan sesuatu yang ada dalam diri setiap

individu. Istilah Karakter secara etimologi berasal

dari bahasa latin character yang berarti watak,

tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti,

kepribadian. Dalam bahasa arab, karakter diartikan

khuluq, sajiyyah, thab’u’ yang berarti budi pekerti,

tabiat atau watak. Kadang juga diartikan syakhsiyyah

yang artinya lebih dekat dengan personality atau

kepribadian.

Secara terminologi (istilah), karakter diartikan

sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung

pada faktor kehidupannya. Karakter adalah sifat

kejiwaan,akhlak atau budi yang menjadi ciri khas

seseorang atau sekelompok. Adapun karakter disini

berarti sifat-sifat dasar seseorang yang bernilai

baik yang sesuai dengan norma-norma agama, hukum,

tata krama, budaya dan adat istiadat yang terwujud

dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan

perbuatannya,sedangkan sifat-sifat dasar seseorang

yang tercela dan tidak sesuai dengan norma-norma

kebaikan maka disebut tabiat.3

3 Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 20

6

Dalam menciptakan karakter seseorang tidaklah

hal yang mudah,karena pembentukan karakter ini

membutuhkan proses yang lama melalui pendidikan,baik

itu pendidikan formal dalam sekolah dimana sosok guru

sebagai peran penting dan suri tauladan bagi siswa

didiknya, ataupun dalam pendidikan nonformal yakni

dalam lingkungan keluarga dimana orangtua adalah

peran terpenting dalam perkembangan karakter anak.

Menurut Al-Ghazali akhlak atau karakter merupakan

tingkah laku seseorang yang berasal dari hati yang

baik.

Dengan demikian, pendidikan karakter harus

diterapkan sejak dini agar anak memiliki kebiasaan

yang baik sehingga dia mampu mengambil keputusan yang

bijak dan baik serta mempraktikkannya dalam kehidupan

sehari-hari.4tidak akan tercapai tujuan hidup

seseorang tanpa dengan ilmu dan amal, maka seseorang

tidak akan mampu beramal tanpa ilmu yang dimiliknya.

Sehingga ilmu menjadi pangkal dari sumber tujuan

hidup di dunia maupun di akhirat.

Menurut kamus Poerwadarminta, karakter diartikan

sabagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak

atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada

yang lain. Sementara menurut American Dictionary of The

4 Agus Wibowo, M.Pd, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012),21

7

English Language karakter di definisikan sebagai,

“kualitas-kualitasyang teguh dan khusus yang di

bangun dalam kehidupan seorang yang menentukan

responnya tanpa pengaruh kondisi-kondisi yang ada”.

Karakter merupakan istilah yang menunjukkan kepada

aplikasi nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan

dan tingkah laku.

Menurut Thomas Lickona, karakter merupakan sifat

alami seseorang dalam merespon situasi secara

bermoral. Dan menurut Suyanto, karakter adalah cara

berfikir dan berperilaku yang menjadi cirri khas tiap

individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalm

lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Individu yang berkarakter baik adalah individu yang

bias membuat keputusan dan siap mempertanggung

jawabkan tiap akibat dari keputusan yang dia ambil.

Sedangkan menurut Tadkiroatun Musfiroh, memandang

karakter mengacu kepada serangkaian sikap, perilaku,

motivasi, dan ketrampilan. Karakter, lanjut musfiroh,

sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti

“to mark” atau menandai, dan memfokuskan bagaimana

mengaplikasikan nilai kebaikan itu dalam bentuk

tingkah laku. Adapun pendidikan karakter dalah suatu

sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga

sekolah, yang meliputi komponen pengetahuan kesadaran

8

atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-

nilai tersebut. 5

Dari berbagai definisi yang telah diuraikan

dapat kita ambil kesimpulan bahwa karakter

merupakan; sifat alami seseorang dalam merespons

situasi secara bermoral (Thomas Lickona) cara

berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap

individu untuk hidup dan bekerjasama (Suyanto),

serangkaian sikap , perilaku, motivasi, dan

ketrampilan. Dari beberapa definisi yang telah kita

ketahui memiliki sudut pandang yang berbeda, sehingga

menyebabkan definisi yang berbeda pula. Meski

demikian, dari berbagai definisi tersebut terdapat

kesamaan bahwa karakter adalah sesuatu yang ada dalam

diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut

tersifati. Adapun pendidikan karakter secara sringkas

berdasarkan definisi diatas adalah pendidikan yang

menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur

kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter

luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam

kehidupannya, dalam keluarga, masyarakat dan warga

Negara.

5 Ibid.,65

9

B.PENDIDIKAN PADA USIA EMAS

Sebagaimana yang telah kita ketahui sebelumnya,

usia dini adalah saat yang terpenting dalam tumbuh

kembang anak . karena di dalam moment ini tumbuh

kembang anak mengalami perkembangan yang sangat

pesat, usia dini juga sering disebut dengan masa

keemasan (golden age), yaitu masa di mana semua

stimulasi segenap aspek perkembangan mengambil peran

penting bagi pertumbuhan anak selanjutnya.

Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan

ataupun rangsangan yang diberikan pendidik ataupun

orang tua kepada anak yang berumur 0 tahun sampai

dengan 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yang

diselenggarakan pada jalur formal, non formal, dan

informal.

Menurut undang-undang (UU) nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pasal

1 butir 14, disebutkan bahwa PAUD adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui

pengasuhan, pembimbingan dan pendidikan untuk

10

membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut.6

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu

bentuk penyelenggaraan pendidikan yang

menitikberatkan pada peletakan dasar kea rah

pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi

motorikhalus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya

cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual) sosio

emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan

komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap

perkrmbangan yang dilalui anak usia dini.

Ada dua tujuan diselenggarakan pendidikan anak

usia dini yaitu :

Tujuan utama: untuk membentuk anak

Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang

tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat

perkembangannya sehingga memiliki kesiapan

yang optimal di dalam memasuki pendidikan

dasar serta mengarungi kehidupan pada masa

dewasa.

6 Ibid.,46

11

Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan

anak mencapai kesiapan belajar (akademik)

di sekolah.7

Menurut Sandralyn Byrnes palaksanaan PAUD yang

efektif akan memberikan persiapan anak menghadapi

masa-masa yang akan datang, khususnya menghadapi masa

sekolah. Itu karena di PAUD anak-anak sudah diajarkan

mengenai dasar-dasar belajar. Mereka diajarkan dengan

cara yang mereka ketahui, yakni lewat bermain.

Model bermain di PAUD tentu saja bukan sekedar

bermain biasa, tetapi bermain yang diarahkan, mereka

bias belajar banyak cara bersosialisasi , problem

solving, negoisasi, manajemen waktu, resolusi

konflik, berada dalam grup besar/kecil, kewajiban

social, serta bahasa.

Melalui permainan, lanjur Byrnes, anak tidak

merasa dipaksa untuk belajar. Saat bermain, otak anak

berada dalam keadaan yang tenang. Saat tenang itu,

pendidikan pun bias masuk dan tertanam. Cara bermain

yang demikian, tentu saja membutuhkan guru yang

memiliki kemampuan dan caramengajarkan yang tepat.

Selain itu, kelas-kelas di PAUD harus berisi

kesenangan, antusiasme, dan rasa penasaran. Bukan

7 artikel diakses pada 9 Desember 2012 darihttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini

12

menjadi ajang tarik ulur kekuatan antara murid dan

guru.8

C.PENDIDIKAN KARAKTER PADA USIA EMAS

Agar pendidikan karakter pada anak dalam

keluarga berhasil, selain pola asuh yang tepat, orang

tua juga harus memilih strategi yang tepat pula.

Menurut Irwanto, masa-masa dominan dalam

pembentukan karakter dan kepribadian anak itu di

dalam keluarga. Fase tersebut mulai dari periode

kanak-kanak akhir (late childhood), hingga periode

dewasa awal (early adulthood). Pada fase ini, anak

memiliki kecenderungan untuk mengikuti atau meniru

tata nilai dan perilaku di sekitarnya, pengambilan

pola perilaku dan nilai-nilai baru, serta tumbuhnya

idealisme untuk pemantapan identitas diri. Jika pada

fase itu dilakukan proses penanaman nilai-nilai

moralitas yang terangkum dalam pendidikan karakter

secara sempurna, maka akan menjadi pondasi dasar

sekaligus warna kepribadian anak ketika dewasa

kelak.9

8 Agus Wibowo, M.Pd, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012), h.49 9 ibid.,h.85

13

Agar anak menjadi anak yang berbudi mulia,

cerdas, dan memiliki mental yang kuat maka sebagai

orang tua harus bisa menumbuhkan keyakinan diri pada

anak serta membentuk kepribadian yang baik dalam

dirinya.

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci

bersih, maka kedua orang tualah yang menjadikan anak

itu Yahudi, Nashrani, dan Majusi (HR. Muslim).

Kalimat ini mengandung suatu pengertian bahwa orang

tua mempunyai kontribusi yang besarbagi tertanamnya

keyakinan diri anak. Keyakinan yang dimaksud adalah

keyakinan dasar anak sebelum terpolusi oleh pengaruh

keyakinan lingkungan. Keyakinan dasar ini berperan

sebagai fondasi tumbuhnya sikap, perilaku dan

tindakan seorang anak dalam mengisi kegiatan

seharinya.10

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang

individu untuk mengembangkan penilaian positif, baik

terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau

situasi yang dihadapinya. Namun , bukan berarti

seorang individu mampu dan kompeten dalam melakukan

segala sesuatu seorang diri. Sebenarnya, rasa percaya

diri yang tinggi hanya merujuk kepada adanya beberapa

aspek dari kehidupan individu seseorang, yaitu merasa

10 Drs. Marijan, M.Pd, Metode Pendidikan Anak ( Yogyakarta: Sabda Media, 2012), h.23

14

memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa

ia bias karena didukung oleh pengalaman, potensi ,

prestasi, serta harapan yang realistis terhadap diri

sendiri.11

Menumbuhkan keyakinan anak dibarengi dengan

mengajarkan Agama, Ketuhanan, Keimanan, nilai moral

dan peribadatan kepada anak. Apabila anak telah

memiliki rasa yakin dan percaya pada diri sendiri,

maka tidak akan terjadi plin-plan, serta bangunan

keyakinannya kokoh sehingga tidak tergoyahkan oleh

lingkungannya.

Membentuk kepribadian anak yakni dengan

memperkenalkan nilai-nilai kejujuran, keberanian,

kesabaran, kesederhanaan dengan berfikir lurus yang

penuh tanggung jawab serta displin tinggi serta

semangat juang tanpa putus asa. Apabila anak telah

diajarkan nilai-nilai tersebut maka akan tertanam

pada diri anak mental yang kuat dan kaya.

Membangun mental juara dalam diri anak menjadi

sangat penting dilakukan orangtua sejak awal. Mental

berkaitan dengan sesuatu yang sangat inheren dalam

diri anak. Orang tua adalah pihak yang paling

memahami anak-anaknya. Membangun mental yang kuat

dalam diri anak tidak seperti kita mengajari anak

11 Agus N. Cahyo, Siapkan Anakmu untuk Kaya! (Yogyakarta:Diva Press, 2011), h.58

15

untuk menghitung dan menghafal, tapi ini berkaitan

dengan kebiasaan sehari-hari yang selalu ditempa

melalui penglihatan, pendengaran, perilaku, dan

segala bentuk aktifitas keseharian dalam kehidupan

keluarga.12

Menurut Juliana Langowuyo (2011),pendidikan

karakter sebaiknya harus dimulai sejak anak usia

dini. Adapun pihak yang paling bertanggung jawab

untuk mendidik, mengasuh, dan membesarkan anak-anak

menjadi generasi yang tangguh adalah orang tua.

Mereka merupakan orang yang paling dekat dengan anak

sehingga kebiasaan dan segala tingkah laku yang

terbentuk dalam keluarga menjadi contoh dan dengan

mudah ditiru anak.

Anak merupakan karunia Allah SWT yang di berikan

kepada pasangan suami istri. Anak pulalah sebagai

buah hati suami istri yang mendambakannya. Di tangan

anak, masa depan bergantung. Maka tidak keliru

apabila anak diposisikan sebagai asset masa depan.

Dengan demikian anak mempunyai hak hidup yang layak

untuk masa depan sebagaimana ibu dan ayahnya. Dari

sinilah timbul suatu tanggung jawab orang tua

terhadap anaknya untuk mempersiapkan masa depan anak.

Termasuk di dalamnya yang terpenting adalah

12 Jausi Efendi Tips agar Anak Menjadi Rangking Kelas (Yogyakarta: Buku Biru, 2012), h.18

16

pembentukan pribadi anak melalui pendidikan

berkarakter.

Pendidikan anak harus dilakukan dengan proses

yang bertujuan untuk membimbing anak ke arah

kedewasaan supaya anak dapat memperoleh keseimbangan

antara perasaan dan akal budaya serta dapat

mewujudkan kesimbangan dalam perbuatannya kelak.

Dalam teori tabularasanya John Lock, seorang bayi

diibaratkan sebagai kertas putih bersih tak berwarna,

apa yang kita goreskan maka itulah hasilnya.13

Menurut Edi Waluyo, pendidikan karakter terhadap

anak hendaknya menjadikan mereka terbiasa untuk

berperilaku baik;sehingga ketika seorang anak tidak

melakukan kebiasaan baik itu, yang bersangkutan akan

merasa bersalah. Dengan demikian, kebiasaan baik

sudah emnjadi semacam instink yang secara otomatis akan

membuat seseorang anak erasa kurang nyaman bila tidak

melakukan kebiasaan baik itu. Adapun strategi

implementasi pendidikan karakter yang ditawarkan oleh

Edy Waluyo diantaranya:

1. Ciptakan suasana penuh kasih saying, mai

menerima anak sebagaimana adanya, dan

menghargaipotensi yang dimiliki mereka.

Memberikan rangsangan-rangsanganyang kaya untuk

13 Agus Wibowo, M.Pd, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012),17

17

segala aspek perkembangan anak, baik secara

kognitif, afektif, sosioemosional, moral, agama,

dan psikomotorik.

2. Berikan pengertian betapa pentingnya “cinta”

dalam melakukan sesuatuitu tidak semata-mata

karena prinsip timbale balik. Tekankan nilai-

nilai agama yang menjunjung tinggi cinta dan

pengorbanan.

3. Ajak anak kita merasakan apa yang dirasakan oleh

orang lain. Bantu anak kita berbuat sesuai

dengan hrapan-harapan kita,tidak semata karena

ingin dapat pujian atau menghindari hukuman.

Ciptakan hubungan yang mesra, agar anak peduli

terhadap einginan dan harapan-harapan kita.

4. Ingatkan pentingnya rasa saying antar anggota

keluarga dan perluas rasa sayang ini ke luar

keluarga , yakni terhadap sesama.

5. Gunakan metode pembiasaan. Misalnya mengajak

anak untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai

dengan yang telah kita programkan. Diharapkan

kegiatan-kegiatan yang sudah terprogram itu akan

melekat pada diri anak , bahkan menjadi

kebiasaann hidup mereka sehari-hari.

6. Membangun karakter pada anak hendaknya

menjadikan mereka terbiasa untuk berperilaku

baik. Jika anak sudah terbiasa melakukan

18

kebiasaan baik, maka ketika mereka tidak

melakukan kebiasaan baik, maka ketika mereka

tidak melakukan kebiasaan itu akan timbul

perasaan bersalah, dan tentu saja tidak akan

mengulangi kelalaian itu.

7. Kurangi jumlah mata pelajaran berbasis kognitif

dalam kurikulum-kurikulum pendidikan anak usia

dini.

8. Setelah dikurangi beberapa pelajaran kognitif,

lantas tambahkan materi pendidikan karakter.

Materi pendidikan karakter tidak identik dengan

mengasahkan kemampuan kognitif, tetapi

pendidikan ini semata-mata mengarahkan anak pada

pengasahan kemampuan afektif. Misalnya

memberikan kisah-kisah teladan atau dongeng yang

mendidik dan contextual learning yaitu pembelajaran

anak dengan memberikan contoh kegiatan yang baik

secara langsung.14

14 Agus Wibowo, M.Pd, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012), h.86

19

BAB III

KESIMPULAN

Usia emas yang sering disebut dengan golden age

adalah usia dimulainya anak lahir sampai berumur 6

tahun, yang lebih sering kita ketahui dengan usia

20

dini adalah usia dimana terjadinya tumbuh kembang

anak yang sangat pesat. Yang menurut pakar psikologi

anak, sejak usia 0 sampai 1 tahun pertama, sel-sel

otak anak yang disebut neuron berkembang sangat

pesat, karena begitu pesatnya perkembangan neuron

tersebut, sampai melebihi perkembangan pada tahun-

tahun berikutnya.

Kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh

kecerdasan otak saja. Namun, kesuksesan ternyata

lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangun

hubungan emosional kita dengan diri sendiri, orang

lain, dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh

ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita dengan

Tuhan Yang Maha Esa.

Kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar

(diri sendiri, sosial, dan Tuhan) tersebut merupakan

karakter orang sukses. Sesungguhnya karakter tidak

sepenuhnya bawaan sejak lahir, pada saat anak usia

dini adalah masa perkembangan karakter fisik, mental

dan spiritual anak terbentuk.

Pada usia dini inilah, karakter anak akan

terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari

perilaku orang tua dan sekitar lingkungannya. Pada

usia ini perkembangan mental berlangsung sangat

cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat

sensitive dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu

21

yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari

lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan yang

positif akan membentuk karakter yang positif dan

sukses.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyo, Agus N. 2011. Siapkan Anakmu Untuk Kaya!.

Yogyakarta : Diva press

Efendi, Jausi. 2012. Tips Agar Anak Jadi Rangking Kelas.

Yogyakarta : Buku Biru

Fitri, Agus Zaenul. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai &

Etika di Sekolah. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini diakses pada26 November 2012

Marijan. 2012. Metode Pendidikan Anak. Yogyakarta :

Sabda Media

Wibowo,Agus. 2012 .Pendidikan Karakter Usia

Dini.Yogyakarta :

PustakaPelajar

22

1 Buku : Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah hal.20

Secara

etimologi,istilah

karakter berasal dari

bahasa latin

character,yang antara

berarti

watak,tabiat,sifat-

sifat kejiwaan,budi

pekerti,,kepribadian

dan akhlak. Istilah

23

karakter juga diadopsi

dari bahasa Latin

kharakter, kharessian, dan

xharaz yang berarti

marking, tool for to engrave,

dan pointed stake.Dalam

bahasa Inggris,

diterjemahkan menjadi

character. Character

berarti tabiat, budi

pekerti, watak.

Secara terminology

(istilah), karakter

diartikan sebagai sifat

manusia pada umumnya

yang bergantung pada

faktor kehidupannya

sendiri. Karakter

adalah sifat kejiwaan,

akhlak, atau budi

pekerti yang menjadi

ciri khas seseorang

atau sekelompok orang.

Karakter merupakan

nilai-nilai perilaku

24

manusia yang

berhubungan dengan

Tuhan Yang Maha Esa,

diri sendiri,sesama

manusia,lingkungan, dan

kebangsaan yang

terwujud dalam pikiran,

sikap, perasaan,

perkataan, dan

perbuatan berdasarkan

norma-norma agama,

hukum, tata

karma,budaya, dan adat

istiadat.2 Buku : Pendidikan

Karakter Usia Dini hal.25

Pendidikan anak usia

dini adalah pendidikan

ataupun rangsangan yang

diberikan pendidik

ataupun orang tua

kepada anak yang

berumur 0 tahun sampai

dengan 6 tahun yang

dilakukan melalui

pemberian rangsangan

pendidikan untuk

membantu pertumbuhan

25

dan perkembangan

jasmani dan rohani agar

anak memiliki kesiapan

dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut

yang diselenggarakan

pada jalur formal, non

formal, dan informal.

3 Buku : Pendidikan Karakter Usia Dini hal.45

Menurut Irwanto, masa-

masa dominan dalam

pembentukan karakter

dan kepribadian anak

itu di dalam keluarga.

Fase tersebut mulai

dari periode kanak-

kanak akhir (late

childhood), hingga

periode dewasa awal

(early adulthood). Pada

fase ini, anak memiliki

kecenderungan untuk

mengikuti atau meniru

tata nilai dan perilaku

di sekitarnya,

pengambilan pola

26

perilaku dan nilai-

nilai baru, serta

tumbuhnya idealisme

untuk pemantapan

identitas diri. Jika

pada fase itu dilakukan

proses penanaman nilai-

nilai moralitas yang

terangkum dalam

pendidikan karakter

secara sempurna, maka

akan menjadi pondasi

dasar sekaligus warna

kepribadian anak ketika

dewasa kelak.

Agar anak menjadi anak

yang berbudi mulia,

cerdas, dan memiliki

mental yang kuat maka

sebagai orang tua harus

bisa menumbuhkan

keyakinan diri pada

anak serta membentuk

kepribadian yang baik

dalam dirinya.

27

28