MAKALAH TPKI
Transcript of MAKALAH TPKI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Anak adalah anugerah paling berharga dari Allah
SWT, merupakan amanah dari-Nya yang harus di emban
dengan baik. Sebagai orang tua berkewajiban menjaga,
mendidik, merawat, dan mengarahkan mereka agar dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang
diilikinya.
Namun tidak banyak orang tua yang memahami
karakteristik petumbuhan anak mereka. Dengan kata
lain tidak banyak orang tua yang memahami jika sejak
dalam kandungan anak-anak sudah mulai berkembang baik
secara fisik maupun psikologis. Bahkan, sebagian
besar orang tua tidak peduli dan menganggap remeh
usia dini. Mereka membiarkan anak-anak tumbuh tanpa
stimulasi atau perilaku-perilaku khusus yang sangat
berguna bagi tumbuh kembang anak. Akibatnya, usia
dini berlalu begitu saja tanpa proses stimulasi yang
dibutuhkan anak di masa depan mereka.
Maka sudah menjadi tanggungjawab orang tua
dalam merawat dan mendidik anak-anak mereka dengan
maksimal, karena orang tualah peran terpenting dan
utama dalam mendidik dan menumbuhkan karakter anak.
Di tangan orang tua akan tercipta masa depan anak
1
yang cemerlang. Apabila orang tua tidak memahami akan
hal tersebut atau malah meremehkannya, maka tidak
akan menjamin generasi yang akan datang lebih baik
daripada sebelumnya.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Apakah pendidikan karakter?
2.Bagaimana pendidikan pada usia emas?
3.Bagaimana pendidikan karakter pada usia emas?
C.TUJUAN
1. Mengetahui tentang pengertian pendidikan karakter
2. Mengetahui tentang pendidikan pada usia emas
3. Mengetahui bagaimana pendidikan karakter pada usia
emas
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sejatinya jika para orang tua mengerti, usia
dini itu merupakan momentum yang sangat penting bagi
tumbuh kembang anak. Baik secara fisik, psikis, atau
psikologi, terbentuk mulai dari usia dini tersebut.
Menurut para pakar psikologi anak, sejak usia 0
3
sampai 1 tahun pertama, sel-sel otak anak atau yang
disebut neuron berkembang sangat pesat.
Begitu pesatnya perkembangan neuron tersebut,
sampai-sampai melebihi perkembangan pada tahun-tahun
berikutnya. Neuron yang digambarkan William Sears
laksana kabel dengan panjang bermil-mil itu saling
menghubungkan dan membuat jalur-jalur yang begitu
rumit dan kompleks.1 Ketika bayi lahir, neuron ini
belum saling berkaitan. Tetapi ketika bayi sudah
mulai tumbuh, melihat dan mengenal dunia, jutaan sel
neuron itu saling sambung menyambung setiap hari,
sehingga otak mampu mengorganisasi dirinya semakin
baik dan sempurna.
Sebagai orang tua hendaknya memanfaatkan masa
emas anak untuk memberikan pendidikan karakter yang
baik bagi anak. Sehingga anak bias meraih
keberhasilan dan kesuksesan dalam kehidupannya di
masa mendatang.
Orang tua yang berpandangan bahwa anak tidak
boleh dimarahi, harus dituruti semua kemauan yang dia
inginkan dan tidak boleh membantu pekerjaan orang
tuanya yang sering kita kenal dengan sebutan anak
manja harus diubah agar berwawasan bahwa anak harus
diberdayakan dalam berlatih hidup menyiasati hari1 Agus Wibowo, M.Pd, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012), h.2
4
depan yang pasti terjadi dan pendidikan utama anak
adalah orang tua bukan pendidikan formal / sekolah,
karena anak adalah tanggung jawab orang tua di dunia
maupun di akhirat.
A.PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan karakter memiliki beragam istilah dan
pemahaman antara lain pendidikan akhlak, budi
pekerti, nilai, moral, etika, dan lain sebagainya.
Pendidikan karakter tidak bisa berdiri sendiri tetapi
harus dibangun dengan melibatkan semua komponen yang
ada.
Pola asuh atau parenting style adalah salah satu
faktor yang penting dalam membentuk karakter anak.
Hal ini didasari bahwa pendidikan dalam keluarga
merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak,
yang tidak bias digantikan oleh lembaga pendidikan
manapun. Keluarga yang harmonis, rukun dan damai,
akan tercermin dari kondisi psikologis dan karakter
anak-anaknya. Begitu juga sebaliknya, anak yang
kurang berbakti, tidak hormat, bertabiat buruk,
sering melakukan tindakan di luar moral kemanusiaan
atau berkarakter buruk , lebih banyak disebabkan oleh
ketidak harmonisan dalam keluarganya .2
2 Ibid.,76.
5
Dalam pemahaman awam kita karakter memiliki arti
akhlak, budi pekerti, nilai, moral dan lain
sebagainya. Namun , istilah karakter sendiri lebih
kuat dengan sesuatu yang ada dalam diri setiap
individu. Istilah Karakter secara etimologi berasal
dari bahasa latin character yang berarti watak,
tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti,
kepribadian. Dalam bahasa arab, karakter diartikan
khuluq, sajiyyah, thab’u’ yang berarti budi pekerti,
tabiat atau watak. Kadang juga diartikan syakhsiyyah
yang artinya lebih dekat dengan personality atau
kepribadian.
Secara terminologi (istilah), karakter diartikan
sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung
pada faktor kehidupannya. Karakter adalah sifat
kejiwaan,akhlak atau budi yang menjadi ciri khas
seseorang atau sekelompok. Adapun karakter disini
berarti sifat-sifat dasar seseorang yang bernilai
baik yang sesuai dengan norma-norma agama, hukum,
tata krama, budaya dan adat istiadat yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan
perbuatannya,sedangkan sifat-sifat dasar seseorang
yang tercela dan tidak sesuai dengan norma-norma
kebaikan maka disebut tabiat.3
3 Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 20
6
Dalam menciptakan karakter seseorang tidaklah
hal yang mudah,karena pembentukan karakter ini
membutuhkan proses yang lama melalui pendidikan,baik
itu pendidikan formal dalam sekolah dimana sosok guru
sebagai peran penting dan suri tauladan bagi siswa
didiknya, ataupun dalam pendidikan nonformal yakni
dalam lingkungan keluarga dimana orangtua adalah
peran terpenting dalam perkembangan karakter anak.
Menurut Al-Ghazali akhlak atau karakter merupakan
tingkah laku seseorang yang berasal dari hati yang
baik.
Dengan demikian, pendidikan karakter harus
diterapkan sejak dini agar anak memiliki kebiasaan
yang baik sehingga dia mampu mengambil keputusan yang
bijak dan baik serta mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari.4tidak akan tercapai tujuan hidup
seseorang tanpa dengan ilmu dan amal, maka seseorang
tidak akan mampu beramal tanpa ilmu yang dimiliknya.
Sehingga ilmu menjadi pangkal dari sumber tujuan
hidup di dunia maupun di akhirat.
Menurut kamus Poerwadarminta, karakter diartikan
sabagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada
yang lain. Sementara menurut American Dictionary of The
4 Agus Wibowo, M.Pd, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012),21
7
English Language karakter di definisikan sebagai,
“kualitas-kualitasyang teguh dan khusus yang di
bangun dalam kehidupan seorang yang menentukan
responnya tanpa pengaruh kondisi-kondisi yang ada”.
Karakter merupakan istilah yang menunjukkan kepada
aplikasi nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan
dan tingkah laku.
Menurut Thomas Lickona, karakter merupakan sifat
alami seseorang dalam merespon situasi secara
bermoral. Dan menurut Suyanto, karakter adalah cara
berfikir dan berperilaku yang menjadi cirri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalm
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang
bias membuat keputusan dan siap mempertanggung
jawabkan tiap akibat dari keputusan yang dia ambil.
Sedangkan menurut Tadkiroatun Musfiroh, memandang
karakter mengacu kepada serangkaian sikap, perilaku,
motivasi, dan ketrampilan. Karakter, lanjut musfiroh,
sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“to mark” atau menandai, dan memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan itu dalam bentuk
tingkah laku. Adapun pendidikan karakter dalah suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah, yang meliputi komponen pengetahuan kesadaran
8
atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-
nilai tersebut. 5
Dari berbagai definisi yang telah diuraikan
dapat kita ambil kesimpulan bahwa karakter
merupakan; sifat alami seseorang dalam merespons
situasi secara bermoral (Thomas Lickona) cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerjasama (Suyanto),
serangkaian sikap , perilaku, motivasi, dan
ketrampilan. Dari beberapa definisi yang telah kita
ketahui memiliki sudut pandang yang berbeda, sehingga
menyebabkan definisi yang berbeda pula. Meski
demikian, dari berbagai definisi tersebut terdapat
kesamaan bahwa karakter adalah sesuatu yang ada dalam
diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut
tersifati. Adapun pendidikan karakter secara sringkas
berdasarkan definisi diatas adalah pendidikan yang
menanamkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur
kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter
luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam
kehidupannya, dalam keluarga, masyarakat dan warga
Negara.
5 Ibid.,65
9
B.PENDIDIKAN PADA USIA EMAS
Sebagaimana yang telah kita ketahui sebelumnya,
usia dini adalah saat yang terpenting dalam tumbuh
kembang anak . karena di dalam moment ini tumbuh
kembang anak mengalami perkembangan yang sangat
pesat, usia dini juga sering disebut dengan masa
keemasan (golden age), yaitu masa di mana semua
stimulasi segenap aspek perkembangan mengambil peran
penting bagi pertumbuhan anak selanjutnya.
Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan
ataupun rangsangan yang diberikan pendidik ataupun
orang tua kepada anak yang berumur 0 tahun sampai
dengan 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut yang
diselenggarakan pada jalur formal, non formal, dan
informal.
Menurut undang-undang (UU) nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya pasal
1 butir 14, disebutkan bahwa PAUD adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui
pengasuhan, pembimbingan dan pendidikan untuk
10
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.6
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar kea rah
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi
motorikhalus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya
cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual) sosio
emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkrmbangan yang dilalui anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakan pendidikan anak
usia dini yaitu :
Tujuan utama: untuk membentuk anak
Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang
tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangannya sehingga memiliki kesiapan
yang optimal di dalam memasuki pendidikan
dasar serta mengarungi kehidupan pada masa
dewasa.
6 Ibid.,46
11
Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan
anak mencapai kesiapan belajar (akademik)
di sekolah.7
Menurut Sandralyn Byrnes palaksanaan PAUD yang
efektif akan memberikan persiapan anak menghadapi
masa-masa yang akan datang, khususnya menghadapi masa
sekolah. Itu karena di PAUD anak-anak sudah diajarkan
mengenai dasar-dasar belajar. Mereka diajarkan dengan
cara yang mereka ketahui, yakni lewat bermain.
Model bermain di PAUD tentu saja bukan sekedar
bermain biasa, tetapi bermain yang diarahkan, mereka
bias belajar banyak cara bersosialisasi , problem
solving, negoisasi, manajemen waktu, resolusi
konflik, berada dalam grup besar/kecil, kewajiban
social, serta bahasa.
Melalui permainan, lanjur Byrnes, anak tidak
merasa dipaksa untuk belajar. Saat bermain, otak anak
berada dalam keadaan yang tenang. Saat tenang itu,
pendidikan pun bias masuk dan tertanam. Cara bermain
yang demikian, tentu saja membutuhkan guru yang
memiliki kemampuan dan caramengajarkan yang tepat.
Selain itu, kelas-kelas di PAUD harus berisi
kesenangan, antusiasme, dan rasa penasaran. Bukan
7 artikel diakses pada 9 Desember 2012 darihttp://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini
12
menjadi ajang tarik ulur kekuatan antara murid dan
guru.8
C.PENDIDIKAN KARAKTER PADA USIA EMAS
Agar pendidikan karakter pada anak dalam
keluarga berhasil, selain pola asuh yang tepat, orang
tua juga harus memilih strategi yang tepat pula.
Menurut Irwanto, masa-masa dominan dalam
pembentukan karakter dan kepribadian anak itu di
dalam keluarga. Fase tersebut mulai dari periode
kanak-kanak akhir (late childhood), hingga periode
dewasa awal (early adulthood). Pada fase ini, anak
memiliki kecenderungan untuk mengikuti atau meniru
tata nilai dan perilaku di sekitarnya, pengambilan
pola perilaku dan nilai-nilai baru, serta tumbuhnya
idealisme untuk pemantapan identitas diri. Jika pada
fase itu dilakukan proses penanaman nilai-nilai
moralitas yang terangkum dalam pendidikan karakter
secara sempurna, maka akan menjadi pondasi dasar
sekaligus warna kepribadian anak ketika dewasa
kelak.9
8 Agus Wibowo, M.Pd, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012), h.49 9 ibid.,h.85
13
Agar anak menjadi anak yang berbudi mulia,
cerdas, dan memiliki mental yang kuat maka sebagai
orang tua harus bisa menumbuhkan keyakinan diri pada
anak serta membentuk kepribadian yang baik dalam
dirinya.
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci
bersih, maka kedua orang tualah yang menjadikan anak
itu Yahudi, Nashrani, dan Majusi (HR. Muslim).
Kalimat ini mengandung suatu pengertian bahwa orang
tua mempunyai kontribusi yang besarbagi tertanamnya
keyakinan diri anak. Keyakinan yang dimaksud adalah
keyakinan dasar anak sebelum terpolusi oleh pengaruh
keyakinan lingkungan. Keyakinan dasar ini berperan
sebagai fondasi tumbuhnya sikap, perilaku dan
tindakan seorang anak dalam mengisi kegiatan
seharinya.10
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang
individu untuk mengembangkan penilaian positif, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau
situasi yang dihadapinya. Namun , bukan berarti
seorang individu mampu dan kompeten dalam melakukan
segala sesuatu seorang diri. Sebenarnya, rasa percaya
diri yang tinggi hanya merujuk kepada adanya beberapa
aspek dari kehidupan individu seseorang, yaitu merasa
10 Drs. Marijan, M.Pd, Metode Pendidikan Anak ( Yogyakarta: Sabda Media, 2012), h.23
14
memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa
ia bias karena didukung oleh pengalaman, potensi ,
prestasi, serta harapan yang realistis terhadap diri
sendiri.11
Menumbuhkan keyakinan anak dibarengi dengan
mengajarkan Agama, Ketuhanan, Keimanan, nilai moral
dan peribadatan kepada anak. Apabila anak telah
memiliki rasa yakin dan percaya pada diri sendiri,
maka tidak akan terjadi plin-plan, serta bangunan
keyakinannya kokoh sehingga tidak tergoyahkan oleh
lingkungannya.
Membentuk kepribadian anak yakni dengan
memperkenalkan nilai-nilai kejujuran, keberanian,
kesabaran, kesederhanaan dengan berfikir lurus yang
penuh tanggung jawab serta displin tinggi serta
semangat juang tanpa putus asa. Apabila anak telah
diajarkan nilai-nilai tersebut maka akan tertanam
pada diri anak mental yang kuat dan kaya.
Membangun mental juara dalam diri anak menjadi
sangat penting dilakukan orangtua sejak awal. Mental
berkaitan dengan sesuatu yang sangat inheren dalam
diri anak. Orang tua adalah pihak yang paling
memahami anak-anaknya. Membangun mental yang kuat
dalam diri anak tidak seperti kita mengajari anak
11 Agus N. Cahyo, Siapkan Anakmu untuk Kaya! (Yogyakarta:Diva Press, 2011), h.58
15
untuk menghitung dan menghafal, tapi ini berkaitan
dengan kebiasaan sehari-hari yang selalu ditempa
melalui penglihatan, pendengaran, perilaku, dan
segala bentuk aktifitas keseharian dalam kehidupan
keluarga.12
Menurut Juliana Langowuyo (2011),pendidikan
karakter sebaiknya harus dimulai sejak anak usia
dini. Adapun pihak yang paling bertanggung jawab
untuk mendidik, mengasuh, dan membesarkan anak-anak
menjadi generasi yang tangguh adalah orang tua.
Mereka merupakan orang yang paling dekat dengan anak
sehingga kebiasaan dan segala tingkah laku yang
terbentuk dalam keluarga menjadi contoh dan dengan
mudah ditiru anak.
Anak merupakan karunia Allah SWT yang di berikan
kepada pasangan suami istri. Anak pulalah sebagai
buah hati suami istri yang mendambakannya. Di tangan
anak, masa depan bergantung. Maka tidak keliru
apabila anak diposisikan sebagai asset masa depan.
Dengan demikian anak mempunyai hak hidup yang layak
untuk masa depan sebagaimana ibu dan ayahnya. Dari
sinilah timbul suatu tanggung jawab orang tua
terhadap anaknya untuk mempersiapkan masa depan anak.
Termasuk di dalamnya yang terpenting adalah
12 Jausi Efendi Tips agar Anak Menjadi Rangking Kelas (Yogyakarta: Buku Biru, 2012), h.18
16
pembentukan pribadi anak melalui pendidikan
berkarakter.
Pendidikan anak harus dilakukan dengan proses
yang bertujuan untuk membimbing anak ke arah
kedewasaan supaya anak dapat memperoleh keseimbangan
antara perasaan dan akal budaya serta dapat
mewujudkan kesimbangan dalam perbuatannya kelak.
Dalam teori tabularasanya John Lock, seorang bayi
diibaratkan sebagai kertas putih bersih tak berwarna,
apa yang kita goreskan maka itulah hasilnya.13
Menurut Edi Waluyo, pendidikan karakter terhadap
anak hendaknya menjadikan mereka terbiasa untuk
berperilaku baik;sehingga ketika seorang anak tidak
melakukan kebiasaan baik itu, yang bersangkutan akan
merasa bersalah. Dengan demikian, kebiasaan baik
sudah emnjadi semacam instink yang secara otomatis akan
membuat seseorang anak erasa kurang nyaman bila tidak
melakukan kebiasaan baik itu. Adapun strategi
implementasi pendidikan karakter yang ditawarkan oleh
Edy Waluyo diantaranya:
1. Ciptakan suasana penuh kasih saying, mai
menerima anak sebagaimana adanya, dan
menghargaipotensi yang dimiliki mereka.
Memberikan rangsangan-rangsanganyang kaya untuk
13 Agus Wibowo, M.Pd, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012),17
17
segala aspek perkembangan anak, baik secara
kognitif, afektif, sosioemosional, moral, agama,
dan psikomotorik.
2. Berikan pengertian betapa pentingnya “cinta”
dalam melakukan sesuatuitu tidak semata-mata
karena prinsip timbale balik. Tekankan nilai-
nilai agama yang menjunjung tinggi cinta dan
pengorbanan.
3. Ajak anak kita merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain. Bantu anak kita berbuat sesuai
dengan hrapan-harapan kita,tidak semata karena
ingin dapat pujian atau menghindari hukuman.
Ciptakan hubungan yang mesra, agar anak peduli
terhadap einginan dan harapan-harapan kita.
4. Ingatkan pentingnya rasa saying antar anggota
keluarga dan perluas rasa sayang ini ke luar
keluarga , yakni terhadap sesama.
5. Gunakan metode pembiasaan. Misalnya mengajak
anak untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai
dengan yang telah kita programkan. Diharapkan
kegiatan-kegiatan yang sudah terprogram itu akan
melekat pada diri anak , bahkan menjadi
kebiasaann hidup mereka sehari-hari.
6. Membangun karakter pada anak hendaknya
menjadikan mereka terbiasa untuk berperilaku
baik. Jika anak sudah terbiasa melakukan
18
kebiasaan baik, maka ketika mereka tidak
melakukan kebiasaan baik, maka ketika mereka
tidak melakukan kebiasaan itu akan timbul
perasaan bersalah, dan tentu saja tidak akan
mengulangi kelalaian itu.
7. Kurangi jumlah mata pelajaran berbasis kognitif
dalam kurikulum-kurikulum pendidikan anak usia
dini.
8. Setelah dikurangi beberapa pelajaran kognitif,
lantas tambahkan materi pendidikan karakter.
Materi pendidikan karakter tidak identik dengan
mengasahkan kemampuan kognitif, tetapi
pendidikan ini semata-mata mengarahkan anak pada
pengasahan kemampuan afektif. Misalnya
memberikan kisah-kisah teladan atau dongeng yang
mendidik dan contextual learning yaitu pembelajaran
anak dengan memberikan contoh kegiatan yang baik
secara langsung.14
14 Agus Wibowo, M.Pd, Pendidikan Karakter Usia Dini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012), h.86
19
BAB III
KESIMPULAN
Usia emas yang sering disebut dengan golden age
adalah usia dimulainya anak lahir sampai berumur 6
tahun, yang lebih sering kita ketahui dengan usia
20
dini adalah usia dimana terjadinya tumbuh kembang
anak yang sangat pesat. Yang menurut pakar psikologi
anak, sejak usia 0 sampai 1 tahun pertama, sel-sel
otak anak yang disebut neuron berkembang sangat
pesat, karena begitu pesatnya perkembangan neuron
tersebut, sampai melebihi perkembangan pada tahun-
tahun berikutnya.
Kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh
kecerdasan otak saja. Namun, kesuksesan ternyata
lebih dominan ditentukan oleh kecakapan membangun
hubungan emosional kita dengan diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan. Selain itu, yang tidak boleh
ditinggalkan adalah hubungan spiritual kita dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
Kecakapan membangun hubungan dengan tiga pilar
(diri sendiri, sosial, dan Tuhan) tersebut merupakan
karakter orang sukses. Sesungguhnya karakter tidak
sepenuhnya bawaan sejak lahir, pada saat anak usia
dini adalah masa perkembangan karakter fisik, mental
dan spiritual anak terbentuk.
Pada usia dini inilah, karakter anak akan
terbentuk dari hasil belajar dan menyerap dari
perilaku orang tua dan sekitar lingkungannya. Pada
usia ini perkembangan mental berlangsung sangat
cepat. Pada usia itu pula anak menjadi sangat
sensitive dan peka mempelajari dan berlatih sesuatu
21
yang dilihatnya, dirasakannya dan didengarkannya dari
lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan yang
positif akan membentuk karakter yang positif dan
sukses.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyo, Agus N. 2011. Siapkan Anakmu Untuk Kaya!.
Yogyakarta : Diva press
Efendi, Jausi. 2012. Tips Agar Anak Jadi Rangking Kelas.
Yogyakarta : Buku Biru
Fitri, Agus Zaenul. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai &
Etika di Sekolah. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini diakses pada26 November 2012
Marijan. 2012. Metode Pendidikan Anak. Yogyakarta :
Sabda Media
Wibowo,Agus. 2012 .Pendidikan Karakter Usia
Dini.Yogyakarta :
PustakaPelajar
22
1 Buku : Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah hal.20
Secara
etimologi,istilah
karakter berasal dari
bahasa latin
character,yang antara
berarti
watak,tabiat,sifat-
sifat kejiwaan,budi
pekerti,,kepribadian
dan akhlak. Istilah
23
karakter juga diadopsi
dari bahasa Latin
kharakter, kharessian, dan
xharaz yang berarti
marking, tool for to engrave,
dan pointed stake.Dalam
bahasa Inggris,
diterjemahkan menjadi
character. Character
berarti tabiat, budi
pekerti, watak.
Secara terminology
(istilah), karakter
diartikan sebagai sifat
manusia pada umumnya
yang bergantung pada
faktor kehidupannya
sendiri. Karakter
adalah sifat kejiwaan,
akhlak, atau budi
pekerti yang menjadi
ciri khas seseorang
atau sekelompok orang.
Karakter merupakan
nilai-nilai perilaku
24
manusia yang
berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa,
diri sendiri,sesama
manusia,lingkungan, dan
kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan,
perkataan, dan
perbuatan berdasarkan
norma-norma agama,
hukum, tata
karma,budaya, dan adat
istiadat.2 Buku : Pendidikan
Karakter Usia Dini hal.25
Pendidikan anak usia
dini adalah pendidikan
ataupun rangsangan yang
diberikan pendidik
ataupun orang tua
kepada anak yang
berumur 0 tahun sampai
dengan 6 tahun yang
dilakukan melalui
pemberian rangsangan
pendidikan untuk
membantu pertumbuhan
25
dan perkembangan
jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan
dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut
yang diselenggarakan
pada jalur formal, non
formal, dan informal.
3 Buku : Pendidikan Karakter Usia Dini hal.45
Menurut Irwanto, masa-
masa dominan dalam
pembentukan karakter
dan kepribadian anak
itu di dalam keluarga.
Fase tersebut mulai
dari periode kanak-
kanak akhir (late
childhood), hingga
periode dewasa awal
(early adulthood). Pada
fase ini, anak memiliki
kecenderungan untuk
mengikuti atau meniru
tata nilai dan perilaku
di sekitarnya,
pengambilan pola
26
perilaku dan nilai-
nilai baru, serta
tumbuhnya idealisme
untuk pemantapan
identitas diri. Jika
pada fase itu dilakukan
proses penanaman nilai-
nilai moralitas yang
terangkum dalam
pendidikan karakter
secara sempurna, maka
akan menjadi pondasi
dasar sekaligus warna
kepribadian anak ketika
dewasa kelak.
Agar anak menjadi anak
yang berbudi mulia,
cerdas, dan memiliki
mental yang kuat maka
sebagai orang tua harus
bisa menumbuhkan
keyakinan diri pada
anak serta membentuk
kepribadian yang baik
dalam dirinya.
27