Tugas makalah

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembuatan keputusan (decision-making) berada di antara perumusan kebijakan dan implementasi. Akan tetapi kedua hal tersebut saling terkait satu sama lain. Keputusan memengaruhi implementasi dan implementasi tahap awal akan memengaruhi tahap pembuatan keputusan selanjutnya yang pada gilirannya akan memengaruhi impelementasi berikutnya. Pembuatan keputusan, karena itu bukanlah proses pasif. Keputusan adalah sebuah proses dan keputusan awal sering kali hanyas merupakan sinyal penunjuk arah atau dorongan awal, atau percobaan awal, yang nantinya akan mengalami revisi dan diberi spesifikasi. 1 Apapun pengaruh dari penentuan agenda “internasional” atau “global”, lokus pembuatan keputusan tetap berada di wiliyah Negara bangsa. Jika mendefinisikan pembuatan keputusan sebagai proses penentuan pilihan atau pemilihan opsi-opsi, maka gagasan tentang keputusan akan menyangkut satu poin atau serangkaian poin dalam ruang dan waktu ketika pembuat kebijakan mengalokasikan nilai-nilai (values). 2 1 Etzioni,A.1968, The Active Society:A Theory Of Societal and Political Processes. New York: Free Press. Halaman 203 2 Wayne Parsons.2011. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta: Kencana. Halaman 247 1

Transcript of Tugas makalah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembuatan keputusan (decision-making) berada di antara

perumusan kebijakan dan implementasi. Akan tetapi kedua

hal tersebut saling terkait satu sama lain. Keputusan

memengaruhi implementasi dan implementasi tahap awal

akan memengaruhi tahap pembuatan keputusan selanjutnya

yang pada gilirannya akan memengaruhi impelementasi

berikutnya. Pembuatan keputusan, karena itu bukanlah

proses pasif. Keputusan adalah sebuah proses dan

keputusan awal sering kali hanyas merupakan sinyal

penunjuk arah atau dorongan awal, atau percobaan awal,

yang nantinya akan mengalami revisi dan diberi

spesifikasi.1

Apapun pengaruh dari penentuan agenda

“internasional” atau “global”, lokus pembuatan

keputusan tetap berada di wiliyah Negara bangsa. Jika

mendefinisikan pembuatan keputusan sebagai proses

penentuan pilihan atau pemilihan opsi-opsi, maka

gagasan tentang keputusan akan menyangkut satu poin

atau serangkaian poin dalam ruang dan waktu ketika

pembuat kebijakan mengalokasikan nilai-nilai (values).2

1 Etzioni,A.1968, The Active Society:A Theory Of Societal and Political Processes. New York: Free Press. Halaman 2032Wayne Parsons.2011. Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta: Kencana. Halaman 247

1

Analisis proses kebijakan cenderung disibukkan dengan

isu. Akan tetapi setelah era 1960-an muncul minat apada

apa yang disebut fase “pasca keputusan” dari kebijakan

public. Pada tahun 1970-an semakin tampak jelas bahwa

banyak program dan kebijakan tidak berjalan sebaik

seperti yang diharapkan.3 Karenanya pembuatan keputusan

terjadi di arena dan level yang berbeda-beda. Akan

tetapi, “proses kebijakan” ini bukan hanya sangat

bervariasi. Kerangka yang dipakai untuk menerangkan

proses ini juga multidimensional dan multidisipliner.

Analisis keputusan berkaitan dengan apa yang oleh

Lasswell diringkaskan sebagai “siapa yang mendapatkan

sesuatu, kapan dan bagaimana ia

mendapatkannya.4Analisis pembuatan keputusan adalah

semacam penjelsan yang bertujuan untuk menerangkan atau

mendeskripsikan bagaimana satu keputusan, atau

serangkaian keputusan dibuat. Bentuk lain dari tujuan

analisis keputusan adalah untuk memberikan argument

tentang cara keputusan itu diambil atau bagaimana

keputusan itu seharusnya dibuat. Namun, analisis proses

pembuatan keputusan dan analisis untuk(for)dan dalam(in)

proses keputusan atau pengetahuan tentang dan

pengetahuan dalam pembuatan kebijakan bukanlah kategori

yang eksklusif. Kerangka deskriptif memuat kerangka

normatif, dan kerangka normatif memuat asumsi tentang

3 Ibid. ,Halaman 4594 Lasswell.1936. Politics: Who Gets What, When, How. Cleveland: Meridian Books.

2

bagaimana jalannya proses keputusan. Kerangka yang

mengkonseptualisasikan apa itu proses pembuatan

keputusan, atau bagaimana seharusnya proses pembuatan

keputusan, 5

Kerangka kebijakan public konsekuensinya dibentuk

oleh kelanjutan dan perhatian bersama terhadap biaya-

efektivitas, pelaksanaan kebijakan dan pelayanan,

peningkatan manajemen sumberdaya manusia serta

pengawasan dan evaluasi secara lebih baik.6Peran

analisis kebijakan dalam proses pembuatan keputusan

akan tergantung kepada apa pendapat kita tentang apa

realitas pembuatan keputusan sebagai sebuah proses.

Analisis kebijakan sebagai seni dan keterampilan

menurut Lasswell bertujuan untuk mengklarifikasikan

nilai-nilai yang menginformasikan baik itu analisis

proses pembuatan keputusan maupun bentuk pengetahuan

yang dipakai dalam proses tersebut. Jadi, analisis

proses pembuatan keputusan dapat dilihat sebagai

analisis yang melibatkan dua dimensi analisis tentang

dan analisis di dalam yang saling terkait satu sama

lain.7Untuk dapat memahami hal tersebut di dalam

makalah ini penulis berusaha menguraikan analisis

proses pembuatan keputusan dalam kebijakan

pemerintah/kebijakan public.

5 Opcit.,Halaman 248-2496 OECD.1993. Public Management Developments.Paris: OECD7Opcit.,Halaman 249

3

1.2 Perumusan masalah

2. Bagaimanaproses pembuatan keputusan dalam

kebijakan pemerintah/kebijakan public ?

3. Bagaimana analisis proses pembuatan keputusan

dalam kebijakan pemerintah/kebijakan public ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui proses pembuatan keputusan dalam

kebijakan pemerintah/kebijakan public.

2. Untuk mengetahui analisis proses pembuatan

keputusan dalam kebijakan pemerintah/kebijakan

public.

1.4 Kerangka Teori

Menurut Harold D.Laswell mengatakan bahwa

kebijakan public adalah suatu program pencapaian

tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang

terarah.Sedangkan menurut Carl J. Frederick yang

mengatakan bahwa kebijakan public adalah serangkaian

tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau

pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dengan

4

menunjukkan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan

terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut

dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Atau ada pula

menurut David Easton yang mengatakan bahwa kebijakan

public adalah sebuah proses pengalokasian nilai-nilai

secara paksa kepada seluruh masyarakat yang dilakukan

oleh lembaga yang berwenang seperti pemerintah.

Kebijakan public menitikberatkan pada apa yang

oleh Dewey katakan sebagai “public dan problem-

problemnya”. Menurut Dye kebijakan public adalah studi

tentang apa yang dilakukan oleh pemerintah, mengapa

pemerintah mengambil tindakan tersebut, dan apa akibat

dari tindakan tersebut.8Kebijakan public membahas soal

bagaimana isu dan persoalan-persoalan tersebut disusun

(contructed) dan didefinisikan, dan bagaimana kesemuanya

itu diletakkan dalam agenda kebijakan dan agenda

politik.

Berdasarkan sekilas tentang sejarah dan sedikit

penjelasan definitive di atas kemudian Raksasatnya

menyimpulkan bahwa kebijakan public pada dasarnya

memiliki 3 (tiga) elemen yaitu :9

1. Identifikasi dan tujuan yang ingin dicapai

2. Taktik atau strategi dan berbagi langkah untuk

mencapai tujuan yang diinginkan

8 Dye.T.R.1976. What governments, Why They Do It, What Differenceit Makes.Tuscaloosa:University of Alabama Press. 9 Eddi Wibowo.dkk. 2004. Hukum dan Kebijakan Publik. Yogyakarta: YPAPI. Halaman 24

5

3. Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan

pelaksanaan secara nyata dan taktik maupun

strategi tersebut di atas

Dari tiga elemen dalam kebijakan public tersebut

terlihat dengan jelas bahwa pada dasarnya kebijakan

public adalah sikap dan pemerintahyang berorientasi

pada tindakan.Artinya, disini bahwa kebijakan

publikmerupakan sebuah kerja konkret dan adanya sebuah

organisasi pemerintah.Ide kebijakan public mengandung

anggapan bahwa ada suatu ruang atau domain dalam

kehidupan yang bukan privat atau murni milik

individual, tetapi milik bersama atau milik umum.Oleh

karenanya, dengan meminjam pendapat Harold Lasswell,

orientasi kebijakan bisa diringkas sebagai orientasi

yang :

- Multi-method

- Multi-discliplinary

- Berfokus pada problem (problem-focused)

- Berkaitan dengan pemetaan kentekstualitas proses

kebijakan, opsi kebijakan, dan hasil kebijakan

- Bertujuan untuk mengintegrasikan pengetahuan ke

dalam suatu disiplin yang menyeluruh (overarching)

untuk menganalisis pilihan public dan pengambilan

keputusan dan karenanya ia ikut dalam

demokratisasi masyarakat.

6

Sedangkan karakteristik kebijakan itu sendirin

adalah sebagai berikut:

1. Kejelasaan isi kebijakan. Ini berarti semakin jelas

dan rinci isi sebuah kebijakan akan mudah

diimplementasikan karena implementor mudah memahami

dan menterjemahkan dalam tindakan nyata. Sebaliknya,

ketidakjelasan isi kebijakan merupakan potensi

lahirnya distrosi dalam implementasi kebijakan.

2. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan

teoretis. Kebijakan yang memiliki dasar teoretis

memiliki sifat lebih mantap karena sudah teruji,

walaupun untuk beberapa lingkungan sosial tertentu

perlu ada modifikasi.

3. Besarnya alokasi sumberdaya financial terhadap

kebijakan tersebut. Sumberdaya keuangan adalah

faktor krusial untuk setiap program sosial. Setiap

program juga memerlukan dukungan staff untuk

melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi dan

teknis, serta memonitor program, yang semuanya itu

perlu biaya.

4. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar

berbagai institusi pelaksana. Kegagalan program

sering disebabkan kurangnya koordinasi vertical dan

horizontal antarinstansi yang terlibat dalam

implementasi program.

7

5. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan

pelaksana.

6. Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan.

7. Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk

berpartisipasi dalam implementasi kebijakan. suatu

program yang memberikan peluang luas bagi masyarakat

untuk terlibat akan relatif mendapat dukungan

daripada program yang tidak melibatkan masyarakat.10

Analisis kebijakan berasal dari periode perang,

terutama sejak muncul OR (operations research) dan teknik

analisis ekonomi. Karenanya, di antara jenis-jenis

pertama analisis kebijakan adalah analisis yang

dilakukan dalam pembuatan kebijakan ekonomi dan

pertahanan. Akan tetapi, pada tahun 1960-an di Amerika

Serikat dan beberapa Negara lainnya, pemerintah semakin

membutuhkan lebih banyak informasi dan analisis

pendidikan, transportasi, perencanaan tata kota,

kesehatan dan sebagainya.11Meltser mencatat bahwa

istilah analisis kebijakan dan analis kebijakan di era

modern ini sering dipakai pada tahun 1960-an oleh Dror,

dan sering muncul dalam berbagai paper pemerintah.

Menurut Wildavsky, analisis kebijakan (policy analysis)

adalah kajian terhadap kebijakan public yang bertujuan

untuk mengintegrasikan dan mengontekstualisasikan model

dan riset dari disiplin-disiplin tersebut yang

10 Bahan Kuliah Kebijakan Publik : Implementasi kebijakan. Halaman97-9811Opcit. ,Halaman 20-21

8

mengandung orientasi problem dan kebijakan. Seperti

yang telah didefinisikan oleh Wildavsky, analisis

kebijakan merupakan subbidang terapan yang isinya tidak

dapat ditentukan berdasarkan disiplin yang terbatas,

tetapi dengan segala sesuatu yang tampaknya sesuai

dengan situasi dari masa dan hakikat dari persoalan.

Studi analisis kebijakan lebih terfokus pada studi

pembuatan keputusan (decision making) dan penetapan

kebijkan (policy formation) dengan menggunakan model-model

staristik dan matematika yang canggih.12Dalam kerangka

analisis yang berbeda-beda akan menggunakan dua

kategorisasi luas :

- Analisis proses kebijakan : bagaimana cara

mendefinisikan problem, menetapkan agenda,

merumuskan kebijakan, mengambil keputusan, serta

mengevaluasi dan mengimplementasikan kebijakan

- Analisis dalam dan untuk proses kebijakan :

kategori ini meliputi kajian penggunaan teknik

analisis, riset, dan advokasi dalam pendefinisian

problem, pengambilan keputusan, serta evaluasi dan

implementasinya.

12 Subarsono.2005. Analisis Kebijakan Publik:Konsep, Teori dan Pembahasan.Yogyakarta:Pustaka pelajar. Halaman 5

9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Pembuatan Keputusan dalam KebijakanPemerintah/Kebijakan Public

Proses Dasar

Pembuatan kebijakan merupakan sebuah tahap

dalam siklus hidup kebijakan.siklus hidup atau

tahap-tahap dari suatu kebijakan pada dasarnya

yaitu dimulai dari perumusan masalah, identifikasi

alternative solusi, penilaian alternatif, seleksi

alternatif, implementasi kebijakan dan kembali

pada perumusan masalah.13

Perumusan kebijakan

Evaluasi

Implementasi

13 Samodra Wibawa.2011. Politik Perumusan Kebijakan Publik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 5

10

Implementasi

Identifikasi alternatif

Interpretasi

Evaluasi

Pemilihan

alternative

Ada beberapa pendapat lain tentang tahap-tahap

(stages) dalam proses/siklus kebijakan yang berbeda

dengan itu, namun pada dasarnya mirip satu sama lain.

Pendapat-pendapat dibawah ini menraik untuk dicermati

dan diperbandingkan satu sama lain:

Harold D. Lasswell (1956)

Inteligensi

Promosi

Preskripsi

Invocation (perujukan ke kebijakan yang lebih

tinggi)

Aplikasi

Terminasi (perhentian)

Evaluasi (appraisal)

R.Mack (1971)

Memutuskan untuk menetapkan (pengenalan problem)

Merumuskan alternative dan kriteria pemilihan

11

Menentukan keputusan yang terbaik

Melahirkan akibat kebijakan (effectuation)

Koreksi dan penambahan (supplementation)

B.W. Hogwood dan L.A.Gunn (1984)

Memutuskan untuk memutuskan (pencarian isu dan

penentuan agenda)

Memtuskan cara bagaimana memutuskan

Mendefinisikan isu

Meramalkan, memperkirakan, forecasting

Menentukan tujuan dan prioiritas

Analisis opsi

Implementasi kebijakan, monitoring dan control

Evaluasi dan review

Pemeliharaan kebijakan, penggantian dan

penghentian14

Para pakar yang menjelaskan, mendeskripsikan atau

menganalisis suatu proses kebijakan dengan menguraikan

tahap-tahap dari pembuatan kebijakan tersebut disbut

kaum stagist. Cara mengupas suatu kebijakan oleh kaum

stagist ini disebut dengan pendekatan textbook.Dalam

hal ini diandaikan, bahwa kebijakan public adalah hasil

karya policy maker (bersama dengan orang-orang

kepercayaan mereka di dalam lingkaran kekuasaan), dan

tahap-tahap tersebut adalah langkah-langkah yang harus

atau biasanya dilalui oleh policy maker untuk

14 Ibid. ,Halaman 6-7

12

menghasilkan suatu kebijakan serta peristiwa atau

tindakan yang mengikutinya.15

Ada beberapa model dalam proses pembuatan

keputusan yang diambil dari sejumlah ilmu sosial. Model

tersebut adalah :

- Ilmu politik

- Sosiologi

- Teori organisasi

- Ilmu ekonomi

- Psikologi

- Manajemen

Adapun tahap-tahap dalam proses pembuatan

kebijakan public (Parson, 1997) sebagai berikut :16

a. Tahap Meta Pembuatan Kebijakan Publik (Mefapolicy-

malthzgsfage):

1) Pemrosesan nilai

2) Pemrosesan realitas

3) Pemrosesan masalah

4) Survey, pemrosesan dan pengembangan sumber daya

5) Desain, evaluasi, dan redesain sistem pembuatan

kebijakan public

6) Pengalokasian masalah, nilai dan sumber daya

7) Penentuan strategi oembuatan kebijakan

b. Tahap pembuatan kebijakan (policy-making stage):15 Ibid. ,Halaman 7-816 Edi Wibowo. Dkk 2004. Hukum dan Kebijakan Publik.Yogyakarta: YPAPI. Halaman 56-57

13

1) Sub alokasi sumber daya

2) Penetapan tujuan operasional, dengan beberapa

prioritas

3) Penetapan nilai-nilai yang signifikan, dengan

beberapa prioritas

4) Penyiapan alternative-alternatif kebijakan

secara umum

5) Penyiapan prediksi yang realities atas berbagai

alternative tersebut di atas, berikut keuntungan

dan kerugiannya

6) Membandingkan masing-masing alternative yang ada

itu sekaligus menentukan alternative mana yang

terbaik

7) Melakukan ex-ante evaluation atas alternative terbaik

yang telah dipilih tersebut di atas

c. Tahap pasca pembuatan kebijakan public (post-policy-

making stage):

1) Memotivasi kebijakan yang hendak diambil

2) Mengambil dan memutuskan kebijakan public

3) Mengevaluasi proses pembuatan kebijakan

public yang telah dilakukan

4) Komunikasi dan umpan balik atas seluruh fase

yang telah dilakukan

Dari delapan belas tahap dan proses pembuatan

kebijakan public tersebut diatas terlihat pula

bagaimana sesungguhnya proses pembuatan kebijakan

public itu juga berangkat dari realitas yang ada di

14

dalam masyarakat. Realitas tersebut bisa berupa

aspirasi yang berkembang, masalah yang ada maupun

tuntutan atas kepentingan perubahan-perubahan. Dari

realitas tersebut maka proses berikutnya adalah

mencoba untuk mencari sebuah jalan keluar yang terbaik

yang akan dapat mengatasi persoalan yang muncul atau

memperbaiki keadaan yang ada sekarang. Hasil dari

pilihan solusi tersebutlah yang dinamakan hasil

kebijakan public.17

Formulasi kebijakan public adalah langkah yang

palingn awal dalam proses kebijakan public secara

keseluruhan. Yang harus diingat adalah bahwa formulasi

kebiajakn public yang baik adalah fomulasi kebijakan

public yang bererientasi pada implementasi dan

evaluasi.Sebab seringkali para pengambil kebijakan

beranggapan bahwa formulasi kebijakan public yang baik

itu adalah sebuah uraian konseptual yang sarat dengan

pesan-pesan ideal dan normative, namun tidak

membumi.Padahal sesungguhnya formulasi kebijakan public

yang baik adalah sebuah uraian atas kematangan

pembacaan realitas sekaligus alternative solusi yang

fisibel terhadap realitas tersebut. Dan ternyata

formulasi kebijakan public, utamanya dalam paradigm

kritis, banyak memberikan ruang bagi tersedianya

kebutuhan akan berkualitasnya hasil dan proses

pembentukan hukum yang akan dilakukan dan ditetapkan.

17 Ibid., halaman 59-60

15

Proses Politik/Proses Kebijakan

Kerangka ini terdiri dari berbagai pendekatan

untuk menjelaskan konteks politik dari pembuatan

kebijakan. Kita bisa mengemukakan enam pendekatan

utama:

- Stragist approaches: yang memandang proses

pembuatan kebijakan sebagai proses yang terdiri

dari serangkaian tahapan atau urut-urutan.

Pandangan ini berasal dari dari Lasswell, Simon

dan Easton, dan Almond. Pendekatan ini

menganalisis kebijakan dari sudut pandang proses

yang dimulai dengan “agenda-setting” dan diakhiri

dengan evaluasi dan terminasi kebijakan.

- Pluralist-elitist approaches: yang berfokus pada

kekuasaan dan distribusinya diantara kelompok dan

elite (segitiga besi) dan cara mereka membentuk

kebijakan.

- Neo-Marxist approaches: yang mengkaji aplikasi

ide-ide marx dan marxis untuk menjelaskan

pembuatan kebijakan dalam masyarakat kapitalis.

- Sub-system approaches: yang menganalisis pembuatan

kebijakan dalam term metafora baru

16

- Policy discourse approaches: yang mengkaji proses

kebijakan dari sudut pandang bahasa dan

komunikasi. Pendekatan ini didasrakan pada karya

teori kritik Jerman dan Prancis.

- Institutionalism: yang kurang berkembang ketimbang

pendekatan lainnya, tetapi muncuul sebagai

pendekatan baru yang penting untuk proses

kebijakan.18

Kebijakan Publik Komperatif

Kebijakan public komperatif adalah seperti yang

dinyatakan Feldman, sebuah metode studi kebijakan

public dengan mengadopsi pendekatan komparatif untuk

proses kebijakan serta output dan hasil kebijakan.

Pendekatan komperatif cenderung menggunakan tiga metode

utama (Harrop:1992). Satu studi kasus terhadap satu

area kebijakan disatu Negara (Parsons,1988). Analisis

statistic terhadap beberapa studi kasus dan beberapa

Negara (Castles,1989), atau perbandingan yang lebih

focus pada area atau sector kebijakan di antara

sejumlah negara pilihan yang dapat diperbandingkan.

2.2 Analisis Proses Pembuatan Keputusan dalam

Kebijakan Pemerintah/Kebijakan Public

Dalam menganalisis proses pembuatan keputusan, ada

lima kategori dan pendekatan utama, yaitu :18 Wayne parsons.2011.Publik Policy:Pengantar Teori dan Praktek Analisis Kebijakan.Jakarta: Kencana. Halaman 40-41

17

a. Pendekatan kekuasaan untuk pembuatan keputusan

Model kekuasaan (power) memandang pembuatan

keputusan sebagai sesuatu yang dibentuk dan

ditentukan oleh struktur kekuasaan: kelas, orang

kaya, tatananbirokrasi dan tatanan politik,

kelompok penekan, dan kalangan professional atau

ahli pengetahuan teknis. Ada enam pendekatan dan

variannya :19

a) Model Elitis dan Non-elitis

Model proses kebijakan elitis berpendapat bahwa

kekuasaan terkonsentrasi di tangan segelintir

orang atau kelompok. Menurut model ini pembuatan

keputusan adalah proses yang dilaksanakan demi

keuntungan elite-elite tersebut. Dikatakan bahwa

dalam dunia riil ada pihak-pihak yang berada di

atas yang memegang kekuasaan dan ada “massa” yang

tak memegang kekuasaan. Weber juga memfokuskan

pada konteks organisasional atau birokratis dari

kekuasaan dengan menunjukkan bagaimana

“rasionalisasi” dalam masyarakat kapitalis

menghasilkan formulasi birokrasi yang pasti akan

menggantikan bentuk-bentuk oprganisasi lainnya

dan, karena tidak adanya akuntabilitas

parlementer yang kuat, akan memunculkan ancaman

19 Ibid. ,Halaman 250-273

18

bagi pengambilan keputusan demokratis oleh

politisi pemilih.

b) Pendekatan Pluralisme dan Neopluralis untuk

Pembuatan Keputusan

Salah satu pendukung utama model “neo-pluralis”

adalah Charles Lindblom, yang gagasannya

tentangbpebuatan kebijakan sebagai “muddling

through”.Lindblom adalah tokoh utama dalam

kebijakan public, dan perkembangan argumennya

telah menjadi focus perhatian para mahasiswa

kebijakan.lindblom mengemukakan pandangan

pluralisnya pertama kali pada 1950-an: pertama

bersama Dahl, dan kemudian dalam Lindblom. Mereka

berpendapat bahwa politik pluralis tidak

dimainkan di tingkat lapangan. Kepentingan bisnis

sangat memengaruhi proses pembuatan keputusan

dalam demokrasi liberal.

c) Marxisme Lama dan Baru: Pembuatan Keputusan

di Dalam Masyarakat Kapitalis

Pandangan Marxis tentang bagaimana isu-isu dan

problem didefinisikan juga berkembang, seperti

halnya pandangan pluralisme.Sebagaimana pluralis

mulai meninggalkan gagasan dangkal tentang dunia

pembuatan keputusan yang terbuka dan kompetitif,

demikian pula Marxis mulai menerima gambaran yang

lebih kompleks ketimbang gagasan dominasi kelas

19

dan negara sebagai instrument kekuasaan kelas.

Dalam satu pengertian, model ini menghadirkan

sebentuk pluralism Marxis karena ia mengatakan

bahwa pembuatan keputusan di dalam masyarakat

kapitalis lebih kompleks ketimbang yang

dinyatakan oleh model instrumental sederhana.

d) Korporatisme

Korporatisme adalah istilah yang berasal dari

abad pertengahan dan dalam gerakan fasis pada

periode antra-perang dunis. Istilah ini

mengandung teori tentang masyarakat yang

didasarkan pada pelibatan (incorporation) kelompok-

kelompok dalam proses pembuatan kebijakan.

b. Rasioalitas dan Pembuatan Keputusan

a) Rasionalitas: Konteks Sosiologis dan Ekonomi

Pendekatan rasional untuk pembuatan keputusan

punya dua konteks atau sumber yaitu:

ide rasionalitas ekonomi seperti yang

dikembangkan dalam teori ekonomi

ide rasionalitas birokratis seperti yang

dirumuskan oleh teori sosiologis tentang

organisasi dan masyarakat industry

Rasionalitas dibangun sebagai tema utama dalam

analisis pembuatan keputusan sebagai akibat dari

20

pengaruh sosiologi Jerman Max Weber (1864-1920).

Ide rasionalitas adalah ide sentral dalam teori

dan praktik pembuatan keputusan di era pasca

perang.model pembuatan keputusan yang berfokus

pada rasionalitas mengatakan bahwa, apabila kita

ingin memahami dunia keputusan riil, kita harus

mempertimbangkan sejauh mana keputusan itu adalah

hasil dari proses yang rasional.

b) Simon: Rasionalitas yang Terkekang (Bounded

Rationality)

Kontribusi Simon terhadap studi pembuatan

keputusan dengan mengambil rute sebagai berikut:

Studi awalnya tentang “perilaku administrative”

(1945)

Bagaimana aspek ekonomi dari perilaku

administrative dikembangkan dalam karya

selanjutnya

Bagaimana aspek psikologis dari perilaku

administrative dikembankan dalam karya

selanjutnya

Bagaimana kerangka analitisnya berhubungan

dengan rumusan atau solusinya20

Tahap KarakteristikPerumusan Memberikan informasi mengenai

20 Ibid.,halaman 274-286

21

Masalah kondisi-kondisi yang menimbulkan

masalahForecasting

(Peramalan)

Memberikan informasi mengenai

konsekuensi di masa mendatang dari

diterapkannya alternative

kebijakan, termasuk apabila tidak

membuat kebijakanRekomendasi

Kebijakan

Memberikan informasi mengenai

manfaat bersih dari setiap

alternative, dan merekomendasikan

alternative kebijakan yang

memberikan manfaat bersih paling

tinggiMonitoring

Kebijakan

Memberikan informasi mengenai

konsekuensi sekarang dan masa lalu

dari diterapkannya alternative

kebijakan termasuk kendala-

kendalanyaEvaluasi

Kebijakan

Memberikan informasi mengenai

kinerja atau hasil dari suatu

kebijakanSumber:William N. Dunn, 1994:17

Analisis kebijakan merupakan proses kajian yang

mencakup lima komponen, dan setiap komponen dapat

berubah menjadi komponen yang lain melalui prosedur

metodologi tertentu, seperti perumusan masalah,

peramalan, rekomendasi, pemantauan, dan evaluasi.

22

Melakukan analisis kebijakan berarti menggunakan kelima

prosedur metodologi tersebut, yakni merumuskan masalah

kebijakan, melakukan peramalan, membuat rekomendasi,

melakukan pemantauan, dan melakukan evaluasi

kebijakan.21

Evaluasi Perumusan Masalah Peramalan

21Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik: konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: pustaka pelajar. Halaman 18

23

KINERJAKEBIJAKAN

HASIL-HASILKEBIJAKAN

Perumusan Masalah

Pemantauan Rekomendasi

Sumber: Dunn, 1994:149.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

24

AKSIKEBIJAKAN

MASALAHKEBIJAKAN

MASA DEPANKEBIJAKAN

Pembuatan kebijakan merupakan sebuah tahap dalam

siklus hidup kebijakan.siklus hidup atau tahap-tahap

dari suatu kebijakan pada dasarnya yaitu dimulai dari

perumusan masalah, identifikasi alternative solusi,

penilaian alternatif, seleksi alternatif, implementasi

kebijakan dan kembali pada perumusan masalah. Dalam

penyusunan kebijakan ada tiga kegiatan yang perlu

dilakukan yakni: (1) membangun persepsi dikalangan

stakeholders bahwa sebuah fenomena benar-benar dianggap

sebagai masalah. (2) membuat batasan masalah. (3)

memobilisasi dukungan agar masalah tersebut dapat masuk

dalam agenda pemerintahan. Adapun proses pembuatan

kebijakan tersebut adalah:

1. Perumusan masalah

2. Forecasting

3. Rekomendasi kebijakan

4. Monitoring kebijakan

5. Evaluasi kebijakan

Proses analisis kebijakan public adalah

serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan dalam

proseskegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis

tersebut nampak dalam serangkaian kegiatan yang

mencakup penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi

kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian

kebijakan.sedangkan aktivitas perumusan masalah,

25

forecasting, dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas

yang lebih bersifat intelektual.

3.2 Saran

Dalam proses pembuatan keputusan hendaknya

pemerintah mengetahui dan melaksanakan proses pembuatan

keputusan sesuai dengan prosedur atau sistematika yang

telah ada. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih

jauh dari sempurna.Oleh karena itu kritikan dan saran

dari pembaca sangat membantu penulis dalam pembuatan

makalah ini.

26

DAFTAR PUSTAKA

Dunn, William N. (1994), Public Policy Analysis: An Introduction,

Prentice-Hall International, Englewood Cliffs, New

Jersey

Dye.(1976), What Governments, Why They Do It, What Difference It

Makes. Tuscaloosa, University Of Alabama Press

Etzioni. (1986), The Active Sociiety: A Theory Of Societal and

Political Processes. New York, Free Press

Lasswell. (1936), Politics: Who Get What, When, How.

Cleveland, Meridian Books

OECD.(1993),Public Management Developments. Paris, OECD

27

Parsons, Wayne. (2011), Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik

Kebijakan, Jakarta, Kencana

Subarsono.(2005), Analisis Kebijakan Publik: konsep, Teori dan

Aplikasi, Yogyakarta, pustaka pelajar

Wibawa, Samodra. (2011),Politik Perumusan Kebijakan Publik,

Yogyakarta, Graha Ilmu

Wibowo, Dkk.(2004), Hukum dan Kebijakan Publik, Yogyakarta,

YPAPI

Bahan Kuliah Kebijakan Publik : Implementasi kebijakan

28