tugas bangir

33
BANGUNAN PEMBILAS 1. Definisi Bangunan Pembilas Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran irigasi yang disebut dengan bangunan pembilas. Bangunan pembilas merupakan salah satu perlengkapan pokok bendung yang terletak didekat intake dan hilir setelah kantong lumpur. Bangunan pembilas dirancang pada bendung yang dibangun di sungai dengan angkutan sedimen yang relatif besar yang dikhawatirkan mengganggu aliran ke bangunan pengambilan. Oleh karenanya diperlukan tinggi tekan yang cukup untuk pembilasan dan pertimbangan tidak akan terjadi penggerusan setempat di hilir bangunan. Gambar 1. Skema Bangunan Pembilas Sumber : http://psda.jabarprov.go.id/data/arsip/KP%2002%202010.pdf

Transcript of tugas bangir

BANGUNAN PEMBILAS

1. Definisi Bangunan Pembilas

Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat

bangunan guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam

jaringan saluran irigasi yang disebut dengan bangunan

pembilas. Bangunan pembilas merupakan salah satu perlengkapan

pokok bendung yang terletak didekat intake dan hilir setelah

kantong lumpur.

Bangunan pembilas dirancang pada bendung yang dibangun di

sungai dengan angkutan sedimen yang relatif besar yang

dikhawatirkan mengganggu aliran ke bangunan pengambilan. Oleh

karenanya diperlukan tinggi tekan yang cukup untuk pembilasan

dan pertimbangan tidak akan terjadi penggerusan setempat di

hilir bangunan.

Gambar 1. Skema Bangunan Pembilas

Sumber : http://psda.jabarprov.go.id/data/arsip/KP%2002%202010.pdf

2. Fungsi Bangunan Pembilas

Berdasarkan letak bangunannya di dalam bendung terdapat

dua buah bangunan pembilas yaitu, di bagian hulu di dekat

intake dan di hilir setelah kantong lumpur.

1. Bangunan pembilas di dekat intake

Bangunan pembilas (penguras) berfungsi untuk mengontrol

pergerakan sedimen, menghindarkan angkutan muatan dasar,

dan mengurangi angkutan muatan layang masuk ke bangunan

pengambil.

2. Bangunan pembilas setelah kantong lumpur

Bangunan pembilas setelah kantong lumpur berfungsi untuk

menguras atau membilas sedimen keluar dari saluran kantong

lumpur dengan aliran terkonsentrasi yang berkecapatan

tinggi. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mendimensi

kantong lumpur adalah :

Kecepatan aliran dalam kantong lumpur hendaknya cukup

rendah, sehingga partikel yang telah mengendap tidak

menghambur lagi

Turbulensi yang mengganggu proses pengendapan harus

dicegah

Kecepatan hendaknya tersebar secara merata di seluruh

potongan melintang, sehingga sedimentasi juga dapat

tersebar merata

Kecepatan aliran tidak boleh kurang dari 0,3 m/dt, guna

mencegah tumbuhnya vegetasi

Peralihan/transisi dari pengambilan ke kantong dan dari

kantong ke saluran primer harus mulus, tidak menimbulkan

turbulensi atau pusaran.

Gambar 2.7 Kantong Lumpur pada Saluran Irigasi

3. Macam Bangunan Pembilas

Menurut Mawardi dan Memed (2002), bangunan pembilas

dapat dibedakan menjadi

a. Tipe konvensional tanpa undersluice

b. Tipe undersluice dan shunt undersluice

Secara umum macam bangunan pembilas dibedakan atas :

1. Bangunan pembilas konvensional terdiri 1 dan 2 pintu,

umumnya dibangun di bendung kecil (bentang 20 m). Seperti

bangunan tua warisan belanda.

2. Bangunan pembilas undersluice untuk bendungan irigasi,

ditempatkan pada bentang dibagian sisi yang arahnya tegak

lurus sumbu bendung.

3. Bangunan pembilas shunt undersluice digunakan di bendung sungai

ruas hulu, untuk menghindarkan benturan batu/benda padat

lainnya terhadap bendungan.

4. Bangunan pembilas bawah tipe box.

Tipe (2) sekarang umum dipakai; tipe (1) adalah

tipe tradisional; tipe (3) dibuat di luar lebar bersih

bangunan bendung dan tipe (4) menggabung pengambilan dan

pembilas dalam satu bidang atas bawah. Perencanaan pembilas

dengan dinding pemisah dan pembilas bawah telah diuji

dengan berbagai penyelidikan model.

a. Bangunan Pembilas Konvensional

Tipe bangunan pembilas konvensional, terdiri dari satu

dan dua lubang pintu. Umumnya dibangun pada bendung kecil

dengan bentang berkisar 20 m dan banyak terdapat pada bendung

tua warisan Belanda di Indonesia.

Gambar 2. Bangunan Pembilas Konvensional dan Skema

Sumber : http://www.scribd.com/doc/92870284/BANGUNAN-PEMBILAS

b. Bangunan Pembilas Undersluice

Bangunan pembilas dengan undersluice banyak dijumpai pada

bendung yang dibangun sesudah tahun 1970-an, untuk bendung

irigasi teknis. Pembilas ditempatkan pada bentang dibagian

sisi yang arahnya tegak lurus sumbu bendung. Pembilas

bawah direncanakan untuk mencegah masuknya angkutan sedimen

dasar dan fraksi pasir yang lebih kasar kedalam pengambilan.

Mulut pembilas bawah ditempatkan dihulu pengambilan dimana

ujung penutup pembilas membagi air menjadi dua lapisan,

lapisan atas mengalir ke pengambilan dan pembilas bawah lewat

bendung.

c. Bangunan Pembilas Shunt Undersluice

Bangunan pembilas shunt underslice adalah bangunan undersluice

yang penempatannya diluar bentang sungai dan diluar pangkal

bendung, dibagian samping melengkung kedalam dan terlindung

tembok pangkal.

Pembilas shunt undersluice dipilih pada bendung-bendung yang

dibangun di sungai ruas hulu. Bermaksud agar pilar dan

bangunan undersluice terhindar dari bahaya benturan batu dan kayu

yang hanyut sewaktu banjir. Manfaatnya yaitu kapasitas

pelimpah bendung tidak dikurangi oleh adanya pilar pembilas

atau seluruh bentang bendung tidak terganggu melimpahkan debit

banjir sungai.

2. Tata Letak Bangunan Pembilas

2.1 Bangunan Pembilas Undersluice

2.1.1 Tata Letak Bangunan Pembilas Undersluice

Saluran pembilas bawah harus direncana dengan hati – hati

untuk menghindari sudut mati (dead corner) dengan kemungkinan

terjadinya sedimentasi atau terganggunya aliran. Sifat tahan

gerusan dari bahan yang dipakai untuk lining saluran pembilas

bawah membatasi kecepatan maksimum yang diizinkan dalam

saluran bawah, tetapi kecepatan minimum bergantung kepada

ukuran butir sedimen yang akan dibiarkan tetap bergerak.

Tata Letak Bangunan Diatur Sebagai Berikut :

a) Bersatu dengan bangunan intake,

b) Pintu pembilas diletakkan segaris dengan sumbu bendung,

c) Bangunan diletakkan di sisi luar tubuh bendung dekat tembok

pangkal, arahnya tegak lurus sumbu bendung,

d) Mulut undersluice mengarah ke udik bukan ke arah samping.

Gambar 3. Bangunan Pembilas Tipe Undersluice

Sumber : http://www.scribd.com/doc/92870284/BANGUNAN-PEMBILAS

2.1.2 Bentuk dan Dimensi Bangunan Undersluice

a) Bentuk Mulut

Mulut undersluice diletakkan di udik mulut intake dengan

arah tegak lurus,

Lebar mulut undersluice harus lebih besar dari (1,2 x

lebar intake),

Elevasi bagian atas palat undersluice diletakkan sama

tinggi atau lebih rendah dari pada elevasi

ambang/lantai intake, Lubang dapat terdiri dari atas 2

bagian atau lebih,

Bila lebar mulut bagian udik jauh lebih lebar dari

bagian hilir dapat dipersempit dengan tembok

penyangga.

b) Lebar bangunan

lebar pembilas total diambil (1/6 – 1/10) dari lebar

bentang bendung untuk sungai–sungai yang lebarnya

kurang dari 100 meter.

Lebar satu lubang maksimum 2,5 m untuk kemudahan

operasi pintu dan jumlah lubang tidak lebih dari tiga

buah.

c) Tinggi dan panjang undersluice

Tinggi lubang undersluice diambil 1,5 m

Panjang ditentukan, mulut undersluice harus terletak

dibagian udik intake,

Bentuk lantai undersluice rata tanpa kemiringan.

d) Elevasi lantai lubang

sama tinggi dengan lantai udik bendung,

lebih rendah atau lebih tinggi dari lantai udik

bendung.

Dimensi – dimensi dasar pembilas bawah (undersluice) adalah :

• Dimensi – dimensi dasar pembilas bawah hendaknya lebih

besar 1,5 x diameter terbesar sedimen dasar sungai.

• Tinggi saluran pembilas bawah sekurang – kurangnya 1,0 m.

• Tinggi sebaiknya diambil (1/3 – 1/4)x kedalaman air

didepan pengambilan selama normal.

Dimensi rata – rata dari pembilas bawah direncanakan akan

dibangun berkisar dari :

˘ 5,0 – 2,0 m untuk panjang saluran pembilas bawah.

˘ 1,00 – 2,00 m untuk panjang tinggi saluran pembilas bawah.

˘ 0,20 – 0,35 m untuk tebal beton bertulang.

Luas saluran pembilas bawah (lebar x tinggi) harus sedemikian

rupa sehingga kecepatan minimum dapat dijaga (V = 1,0 – 1,5

m/dtk).

Gambar 4. Macam Penempatan Lantai Lubang Undersluice

Sumber : http://www.scribd.com/doc/92870284/BANGUNAN-PEMBILAS

2.2 Bangunan Pembilas Shunt Undersluice

2.2.1 Tata Letak Bangunan Diatur Sebagai Berikut :

a) Bersatu dengan bangunan intake,

b) Ditempatkan dibagian luar tubuh atau diluar tembok

pangkal bendung,

c) Mulut undersluice mengarah ke samping bukan ke arah

udik,

d) Pilar pembilas berfungsi sebagai tembok pangkal.

2.2.2 Bentuk dan Dimensi Bangunan ShuntUndersluice

Kelemahan pembilas shunt underslice yaitu kurang diperolehnya

efek penggurusan di mulut shunt undersluice yang diakibatkan

aliran helicoidal seperti yang biasanya terbagi pada bangunan

undersluice. 

Bentuk dan ukuran :

a) Tinggi lubang 1–2 m, diusahakan 1,5 m. Lebar sekitar 2 m.

b) Mulut undersluice mengarah kearah bendung bukan kearah udik.

c) Bentuk melengkung kearah luar bendung.

d) Umumnya dilengkapi dengan dinding banjir ditempatkan di

hilir pintu bilas.

Gambar 5. Bangunan Pembilas Tipe Shunt Undersluice

Sumber : http://www.scribd.com/doc/92870284/BANGUNAN-PEMBILAS

3. Kriteria Desain Bangunan Pembilas

Sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik

Bendung Tetap, sebagai berikut :

i. lebar pembilas total 1/6 – 1/10 dari lebar bendung;

ii. bangunan dilengkapi dengan pilar-pilar dan pintu;

iii. bentuk pilar bagian hulu bulat dengan jari-jari

pembulatan setengah lebar pilar;

iv. bagian hilir runcing dengan jari-jari peruncingan 2

x lebar pilar;

v. bentuk bagian hulu tegak dan berawal dari bagian muka

kepala bendung;

vi. kemiringan bagain hilir dapat diambil dengan

perbandingan 1 : n;

vii. lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai

dengan 2,0 m;

viii. lebar sisi bagian dalam 1,0 m dan 1,5 m;

ix. mercu pintu pembilas ditentukan sama tinggi dengan

elevasi mercu bendung atau 0,10 m lebih tinggi dari elevasi

mercu bendung;

x. lebar pintu pembilas maksimum 2,5 m (operasi manual).

3.2 Pembilas Undersluice

kriteria desain lantai bangunan pembilas undersluice

sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik

Bendung Tetap, sebagai berikut :

i. bangunan pintu pembilas diletakkan segaris dengan sumbu

bendung;

ii. mulut undersluicemengarah ke hulu;

iii. lebar mulut undersluice harus lebih besar dari 1,2 x

lebar intake;

iv. panjang undersluiceditentukan berdasarkan perletakan hulu

intake dan tinggi under sluice minimum 1,0 m;

v. bentuk lantai datar

3.2 Pembilas Shunt Undersluice

kriteria desain lantai bangunan pembilas shunt

undersluicesesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain

Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :

i. dibangun jika material angkutan sungai masih dimungkinkan

batu gelundung;

ii. mulut undersluicemengarah ke samping;

iii. tinggi lubang minimum 1,0 m;

iv. lebar lubang disesuaikan dengan lebar intakedan pembilas;

v. tembok pangkal bagian hulu segaris dengan bagian luar

pembilas;

vi. bagian hulu dilengkapi dengan bangunan boulder screendan

dinding banjir

3.3 Tembok Baya-Baya

kriteria desain lantai bangunan tembok baya-baya sesuai dengan

Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap,

sebagai berikut :

i. penempatan menerus ke arah hulu dari pilar pembilas

bagian luar/sisi bendung;

ii. bentuk mengecil ke arah hulu sebesar setengah lebar

tembok pilar;

iii. tinggi mercu minimal 0,5 m di atas bendung dengan

panjang ke arah hulu sama dengan lebar mulut undersluicedan

tidak menghalangi pengaliran ke intake

4. Komponen Bangunan Pembilas

4.1 Pintu Pembilas

Pengoperasian pintu pembilas (pembukaan pintu) dilakukan

dengan cara :

1. Pembilasan sistem terus-menerus, pintu bilas dibuka sewaktu-

waktu.

2. Pintu bilas bibuka dengan tinggi bukaan tertentu bila

selesai banjir atau banjir sungai mulai turun

3. Pintu bilas bukaan pintu tergantung pada besar debit sungai

dan keadaan tinggi muka air sungai. Pintu bilas ditutup

selama banjir sungai berlangsung

4. Pintu bilas ditutup penuh saat pengaliran keintake dan saat

air kecil dan banjir.

5. Pengangkatan dan Penutupan Pintu; yang dilakukan oleh tenaga

manusia akan lebih mudah dan ringan bila ulir tempat

perputaran stang pintu terbuat dari bahan tembaga.

6. Evektifitas Pembilas; akan sangat tinggi bila terdapat head

yang cukup, debit sungai yang memadai dan tinggi bukaan

pintu bilas yang sesuai daerah bebas endapan dimulut

undersluice selalu terjadi.

Masalah Rongga di bawah Plat

Rongga udara dibawah plat undersluice dapat terjadi bila :

a. Pintu bilas dibuka penuh, Muka air hilir terlalu rendah,

b. Tidak terjadi pelimpah dari mercu pintu bilas.

Mengatasi hal diatas dilakukan cara:

a. Pintu bilas tidak dibuka penuh, ujung plat diudik undersluice

dibuat bulat,

b. Pengoperasian pintu diatas sehingga tidak terjadi pusaran

isap.

Gambar 7. Pintu Pembilas

Sumber : http://awok90.files.wordpress.com/2011/04/diktat-b-air.pdf

4.2 Pilar Pembilas

Fungsi : Untuk penempatan pintu-pintu, undersluice dan

perlengkapan lain.

Bahan : Umumnya terbuat dari tembok pasangan batu, beton

bertulang sebagai bahan pilar jarang dibuat.

Bentuk : Bagian udik bulat dengan jari–jari pembulatan

setengah lebar pilar. Bagian hilir runcing dengan jari-jari

peruncingan 2x lebar pilar.

Ukuran : Lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai

dengan 2 m dan sisi bagian dalam 1 – 1,5 m.

Penempatan : pada undersluice lurus ditempatkan dibentang

sungai. 

Gambar 8. Pilar Pembilas

Sumber : http://putusukmakurniawan.blogspot.com/2010/09/perencanaan-

bendung.html

4.3 Sponeng dan Stang Pintu

Sponeng : Fungsi pada pintu sorong kayu, untuk menahan

tekanan air pada pintu. Ukuran 25x25 cm atau 25x30 cm,

dilengkapi dengan sponeng cadangan bentuk huruf T pada

bangunan bilas dengan undersluice. 

Stang pintu : Berfungsi mengangkat dan menurunkan pintu.

Ditempatkan dalam sponeng diluar bukaan bersih. Jumlah stang

pintu 2 buah diletakkan dibagian dalam dike-2 sisi, tidak 1

buah di tengah.

4.4 Tembok Baya–Baya

Fungsi : Tembok baya/guidewall adalah untuk mencegah

angkutan sedimen dasar meloncat dari udik bendung keatas plat

undersluice.

Penempatan : Tembok baya–baya ditempatkan menerus kearah

udik dari plat pembilas bagian luas / sisi bendung.

Bentuk : Mengecil kearah udik / sama besar dari hilir

keudik.

Ukuran : Tinggi mercu tembok gaya – gaya 0,5 – 1m diatas

mercu bendung.

Gambar 9 Pintu Pembilas dan Baya-baya

Sumber : http://elib.unikom.ac.id

5. Pengoperasian Bangunan Pembilas

Sesuai dengan Pedoman Operasi Jaringan Irigasi Partisipatif

pada Irigasi Air Permukaan sebagai berikut :

5.1 Operasi kolam tenang (still pond regulation)

Pada cara ini semua pintu pembilas ditutup. Hanya jumlah

air yang diperlukan saluran yang dialirkan ke dalam kantong

pembilas, selebihnya dialirkan di bagian lain dari bangunan

utama. Kecepatan air di dalam kantong pembilas dengan demikian

akan rendah, oleh karena itu jumlah air yang masuk ke dalamnya

kecil dan menyebabkan air yang masuk ke saluran relatif

bersih. Endapan dibiarkan mengendap di dalam kantong pembilas

sampai mencapai ketinggian kurang lebih 0,5 meter. Kemudian

pintu pengambilan ditutup dan pintu pembilas dibuka untuk

membersihkan kantong pembilas. Setelah kantong pembilas

bersih, pintu pembilas ditutup kembali dan pintu pengambilan

dibuka kembali untuk mengalirkan air ke saluran.

Cara pengoperasian ini disebut Operasi Kolam Tenang dan

sangat efektif untuk mengurangi endapan masuk ke saluran. Akan

tetapi operasi semacam ini hanya dilakukan kalau ambang pintu

pengambilan relatif tinggi di atas dasar kantong pembilas, dan

dapat menyebabkan penghentian pengaliran ke saluran selama

pembilasan.

5.2 Operasi Kolam Semi Tenang.

Pada cara ini air dialirkan ke dalam kantong pembilas

lebih besar dan debit yang dialirkan ke dalam saluran.

Kelebihan air dialirkan ke hilir melalui pintu pembilas yang

dibuka sebagian. Aliran air yang masuk ke dalam kantong

pembilas dengan demikian akan terbagi dua lapisan. Lapisan

atas mengalir ke saluran melalui pintu pengambilan sedangkan

lapisan bawah dialirkan ke hilir melalui bukaan pintu

pembilas. Akibat dari operasi ini kecepatan aliran di kantong

pembilas akan tinggi yang menyebabkan endapan melayang dan

tidak mengendap, bahkan dengan terjadinya aliran turbulen

kadang-kadang dapat menaikkan endapan dasar ke permukaan.

Dengan demikian fungsi pengendapan di kantong pembilas akan

berkurang. Kelebihan dari cara ini ialah endapan terus menerus

dibilas dan saluran tidak perlu ditutup sebagaimana yang

dilakukan pada cara operasi kolam tenang.

5.3 Operasi Pengaliran Terbuka.

Pengoperasian semacam ini dilakukan dengan membuka penuh

pintu pembilas.Dalam keadaan demikian akan banyak endapan

masuk ke dalam saluran dan dianjurkan semua pintu pengambilan

ditutup

6 Pengoperasian Kantong Lumpur

Dua cara pengoperasian kantong lumpur sesuai denganPedoman

Operasi Jaringan Irigasi Partisipatif pada Irigasi Air

Permukaansebagai berikut :

6.1 Pengurasan Berkala

Pengurasan berkala pada saat terjadi pengendapan di

kantong lumpur kecepatan air akan bertambah dan proses

pengendapan mulai berkurang pada saat endapan mulai akan masuk

ke dalam saluran. Untuk menanggulangi keadaan ini kantong

lumpur harus dikuras. Operasi dilakukan dengan cara berikut :

a) Pintu saluran ditutup dengan demikian pengaliran di

kantong lumpur terhenti dan permukaan air berangsur-angsur

naik sampai sama dengan permukaan air di hilir bendung.

b) Sesudah itu bukaan pintu pengambilan diatur sedemikian

agar debit yang masuk sama dengan debit yang dibutuhkan

untuk pengurasan (sekitar 0,5 – 1,0 debit rencana ruangan),

kemudian pintu penguras diangkat sepenuhnya.

c) Dengan urutan seperti itu permukaan air di kantong lumpur

turun dan air mulai masuk ke kantong lumpur sesuai dengan

debit yang diperlukan untuk pengurasan. Akibat kecepatan air

endapan di dasar kantong lumpur mulai terkuras. Setelah

pengurasan selesai, pintu penguras ditutup, permukaan air di

kantong lumpur kemudian akan sama dengan permukaan air di

hulu bendung, selanjutnya pintu pengambilan dibuka penuh dan

setelah itu pintu saluran dibuka.

6.2 Pengurasan terus-menerus

Pada kantong lumpur endapan tidak dibiarkan mengendap

melainkan dikuras terus menerus melalui pintu penguras yang

dipasang di ujung kantong lumpur. Oleh karena itu debit air

yang masuk melalui pintu pengambilan harus lebih besar,

sebanyak debit saluran (Qs) ditambah debit pengurasan (Qp)

dari dasar. Akan tetapi operasi semacam ini dilakukan hanya

pada saat banjir ketika kandungan endapan dalam air sungai

cukup tinggi, sedangkan di musim kemarau dapat diadakan

pengurasan berkala. Agar di saat banjir air dan hilir bendung

tidak masuk ke dalam kantong lumpur melalui pintu penguras,

dasar kantong lumpur harus lebih tinggi dan muka air di hilir

bendung atau pada saat muka air di hilir

bendung lebih tinggi dan dasar kantong lumpur, pintu penguras

ditutup dan kalau perlu pengaliran air ke saluran dihentikan

7 Perencanaan Hidrolis Bangunan Pembilas

Bangunan pembilas pengambilan di sungai dilengkapi dengan

pintu dan bagian depannya terbuka untuk menjaga jika terjadi

muka air tinggi selama banjir. Besarnya bukaan pintu

bergantung kepada kecepatan aliran masuk yang diijinkan.

Kecepatan ini bergantung kepada ukuran butir bahan yang dapat

diangkut.

Q Pengambilan = 1,20 x Q Kebutuhan

Rumus dibawah ini memberikan perikiraan kecepatan yang

dimaksud :

7.1 Dalam Kondisi Biasa

rumus ini dapat disederhanakan menjadi :

dengan kecepatan masuk 1,0 – 2,0 m/dtk yang merupakan besaran

perencanaan normal dapat diharapkan bahwa butir – butir

berdiameter 0,01 - 0,04 m dapat masuk.

7.2 Untuk Aliran Tenggelam

Q = μ.b.a√2.g.z

V = μ√2.g

Q = V . b . a

Dimana :

Q = debit (m3/ dtk)

μ = Koefisien debit untuk bukaandibawah permukaan air

aliran tenggelam dengan

kehilangantinggi energi kecil (μ= 0,80)

b = lebar bukaan (m)

a = Tinggi bukaan (m)

g = Percepatan gravitasi = 9,8 m2/ dtk

z = kehilangan tinggi energi pada bukaan (m)

7.3 Untuk Aliran Tidak Tenggelam

Dimana :

Q = debit (m3/ dtk)

μ = Koefisien debit untuk bukaandibawah permukaan air

aliran tenggelam dengan kehilangantinggi energi kecil (μ=

0,80)

b = lebar bukaan (m)

a = Tinggi bukaan (m)

g = Percepatan gravitasi = 9,8 m2/ dtk

z = kehilangan tinggi energi pada bukaan (m)

hi = kedalaman air didepan pintu diatas ambang.

Elv. Mercu bendung direncanakan 0,10 diatas Elv. MA

pengambilan yang dibutuhkan untuk mencegah kehilangan air pada

bendung akibat gelombang . Elv MA direncanakan 16,70 m

Elv. MA pengambilan = Elv. Mercu - 0,10m

= 16,70 – 0,10

= 16,60 m

Elv. Ambang bangunan pengambilan ditentukkan dari

tingginya dasar sungai. Ambang direncanakan diatas dasar

sungai dengan ketentuan sebagai berikut :

- X min 0,50 m jika sungai menyangkut lanau.

- X min 1,00m bila sungai juga menyangkut pasir dan kerikil.

- X min 1,50m kalau sungai menyangkut batu – batu bongkah

Harga – harga diatas hanya dipakai untuk pengambilan yang

digabung dengan pembilas terbuka. Jika direncanakan pembilas

bawah, maka criteria ini bergantung pada ukuran saluran

pembilas bawah, dalam hal ini umumnya ambang pengambilan

direncanakan cm P 20 0 ≤ ≤ diatas ujung kantong lumpur dalam

keadaan penuh.

Bila pengambilan mempunyai bukaan lebih dari satu, maka

pilar sebaiknya dimundurkan untuk menciptakan kondisi aliran

masuk yang lebih mulus. (lihat gambar 5.2 KP – 02)

Sumber : https://sites.google.com/site/kisaranteknik/assignments/teknik-irigasi-ii

Hal – hal yang perlu diperhatikan :

• Pengambilan hendaknya selalu dilengkapi dengan sponeng

skot balok dikedua sisi pintu agar pintu dapat dikeringkan

untuk keperluan pemeliharaan dan perbaikan.

• Guna mencegah masuknya benda – benda hanyut, puncak

bukaan direncanakan dibawah muka air hulu.

• Jika bukaan berada diatas muka air hulu maka harus

dipakai kisi – kisi penyaring.

Kisi – kisi penyaring direncanakan dengan mempergunakan rumus

berikut :

Kehilangan tinggi energi melalui saringan adalah :

Dimana :

Hf = kehilangan tinggi energi.(m)

V = Kecepatan datang (m/dtk)

g = Percepatan gravitasi (9,8 m2/dt )

C = Koefisien yang sangat tergantung pada :

B = Faktor bentuk (gambar 3.3).

S = Tebal jeruji (m).

L = Panjang jeruji (m).

B = Jarak bersih antar jeruji b ( b ≥50 mm).

δ = Sudut kemiringan dari horizontal (dalam derajat).

β= 2,42 β= 1,8

Gambar 3.3. Bentuk – bentuk kisi – kisi penyaring dan harga βSumber : https://sites.google.com/site/kisaranteknik/assignments/teknik-irigasi-ii

Qkebutuhan = 10,88 m3/Dtk

Qpengambilan = 1,2 x Qkeb. = 13,056 m3/Dtk

Dimensi bangunan pengambilan di hitung dengan rumus sebagai

berikut :

- Elevasi dasar bang. Pengambilan = Elv. KL Penuh + 0,20

m

Hal tersebut dilakukan guna mencegah pengendapan partikel

sedimen di dasar bangunan pengambilan itu sendiri.

- Elevasi dasar hilir pengambilan dengankantong lumpur

dalam keadaan penuh

= 14,96 m

- Elevasi dasar bang. Pengambilan = Elv. KL Penuh + 0,20

m

= 14,96 + 0,20

= 15,16 m

- Elevasi MA. Pengambilan Hulu = Elv. Mercu - 0,10 m

= 16,70 - 0,10

= 16,60 m

Karena diangkut sungai adalah sedimen kasar, maka elevasi

ambang pengambilan sekurang- kurangnya 1,00 m - 1,50 m diatas

dasar sungai.

- Elevasi rata - rata dasar sungai = + 13,40 m

- Elevasi dasar bangunan pembilas = + 14,46 m

- Elevasi minimum bangunan pembilas

= 13,40 + 1,50

= + 14,90 m

Tinggi bersih bukaan (a) menjadi :

a = Elv. MA. Pengambilan - n - Elv. Dasar bangunan

pengambilan

= 16,60 m - 0,25 - 15,16 m

= 1,19 m

b = QV.a

= 13,0561,5.1,19

= 7,314 m Diambil b = 7,50 m

Ukuran - ukuran pintu ditentukan dengan perbandingan tinggi/

lebar pintu. Untuk eksploitasi diperlukan nilai perbandingan

0,80 - 1,00

Tinggi pintu pengambilan diambil atotal = a + 0,30

= 1,19 + 0,30 = 1,49 m

Diambil a bukaan = 1,50 m

Perbandingan b/atotal = 0,8 - 1,00

Kemudian lebar pintu = 1,20 - 1,50 m

Diambil perbandingan b/a = 1,00 maka lebar pintu b = 1,50

m

Pengalaman yang diperoleh dari banyakbendung yang sudah

dibangun telah menghasilkan beberapa pedoman menentukan

pembilas :

• Lebar pembilas ditambah pilar pembagi sebaiknya sama dengan

(1/6 – 1/10) dari lebar bersih bendung untuk sungai – sungai

yang kurang dari 100 m.

• Lebar pembilas sebaiknya diambil 60% daritotal

pengambilan termasuk pilar – pilarnya (0,6 x lebar total

pengambilan).

• Juga untuk dinding pemisah, dapat diberikan harga empiris

(a) sebaiknya diambil sekitar 60°– 70°.

• Pintu – pintu bilas dapat direncana dengan bagian depan

terbuka atau tertutup.

Keuntungan – keuntungan dari pintu bagian depan terbuka adalah

sebagai berikut :

• Ikut mengatur kapasitas debit bendung karena air dapat

mengalir melalui pintu – pintu yang tertutup selama banjir.

• Pembuangan benda – benda terapung lebih mudah, khususnya

dibuat dalam dua bagian dan bagian atas diturunkan.

Kelemahan – kelemahannya :

• Sedimen akan terangkut ke pembilas selama banjir, hal ini

dapat menimbulkan masalah apalagi kalau sungai mengangkut

bongkah – bongkah ini dapat menumpuk didepan pembilas dan

sulit disingkirkan.

• Benda – benda hanyut dapat merusakan pintu.

• Karena debit di sungai lebih besar dari debit

dipengambilan maka air akan mengalir melalui pintu pembilas,

dengan demikian kecepatan menjadi lebih tinggi dan membawa

lebih banyak sedimen. Sekarang kebanyakan pembilas direncana

dengan bagian depan terbuka. Jika bongkah yang terangkut

banyak, lebih menguntungkan untuk merencanakan pembilas

samping (shunt sluice) gambar 5.5. KP –02. Pembilas tipe ini

terletak diluar bentang bersih bendung dan tidak menjadi

penghalang jika terjadi banjir.

Gambar 5.5 Pembilas SampingSumber : https://sites.google.com/site/kisaranteknik/assignments/teknik-irigasi-ii

Selama eksploitasi biasa dengan pintu pengambilan

terbuka, pintu bilas berganti – berganti akan dibuka dan

ditutup mencegah penyumbatan.

Contoh Perhitungan Hidrolis Bangunan Pembilas.

Pembilas Bawah Tertutup.

Karena sungai diperkirakan mengangkut batu – batu bongkah

diperlukan bangunan pembilas dengan bagian bawah tertutup.

Dari hasil perhitungan sebelumnya, untuk perencanaan lebar

pintu adalah 1,5 m dan lebar pilar masing-masing 1,0 m

Lebar bersih bangunan pembilas (Bsc) = 0,6 x lebar total

pengambilan.

Bsc = 0,6 x (5 x 1,5 + 4 x 1,0)

= 6,90 m

diambil Bsc = 7,10 m

lebar total pembilas ditentukan = 7,10 m

Direncanakan 3 (tiga) bukaan @' = 1,70 m

dipisahkan dengan dua pilar @' = 1,00 m

Jumlah pilar = 2 Buah

Lebar pilar = 2,00 x 1,00

= 2,00 m

Lebar sisa bukaan bersih = 7,10 m - 2,00 m

= 5,10 m

Direncanakan 3 (tiga) bukaan

b = 5,10m3,0

= 1,70 m

Sumber : https://sites.google.com/site/kisaranteknik/assignments/teknik-irigasi-ii

Pengurasan yang membawa efek paling kecil adalah pengurasan

routline pada

saat air setinggi mercu + 16,70 m ( data perencanaan

sebelumnya )

Untuk bendung dengan under sluice, pengurasan dapat ditinjau

untuk dua

kondisi, yaitu :

- Pintu dibuka setinggi undersluice.

- Pintu dibuka penuh.

a) Pintu Dibuka Setinggi Pembilas Bawah (Undersluice).

Pada kondisi ini pintu undersluice dibuka penuh, pintu bilas

ditutup.

Elev. Muka Air di Udik = Elevasi Mercu

Q = Debit (m3/dtk).

μ = Koefisien debit diambil = 0,80

B = Lebar pintu bilas.

Y = Tinggi lubang undersluice = 1,80 m.

g = Percepatan gravitasi (9,80 m/dtk2).

H = Tinggi MA udik terhadap undersluice = 16,70 + 12,90 =

3,80 m

Berdasarkan harga – harga diatas diperoleh

Q = 0,80 . 1,70 . 1,80 √2.9,80(3,80−(1,802 ))= 18,456 m3/dtk

Kontrol Debit Pembilasan.

Qbilas ≥ 2 x Qrenc (syarat)

Qrenc = 10,88 m3/Dtk ⇒ 2 x Qrenc = 21,76 m3/Dtk

Qbilas = 18,456 m3/Dtk < 21,76 m3/Dtk

Rubah ukuran lebar pintu (b).

Vbilas = μ√2.9,80(H−(Y2 ))= 0,80 √2.9,80(3,80−(1,802 ))= 6,031 m/dtk

= 0,67 m

Dengan demikian diameter butir yang dapat terbilas mempunyai

diameter < 0,67 m

b) Pintu Pembilas Dibuka Penuh.

Pada kondisi ini pintu bilas bawah dan pintu bilas atas dibuka

penuh.

Q = μ.B.Y√2.g.zDimana :

Q = Debit (m3/dtk).

μ = Koefisien debit diambil = 0,80

B = Lebar pintu bilas.

Y = Tinggi lubang undersluice = 1,80 m.

g = Percepatan gravitasi (9,80 m/dtk2).

H = Tinggi MA udik terhadap undersluice = 16,70 + 12,90 =

3,80 m

Z = 1/3. H = 1/3. 3.80 = 1,267 m

Berdasarkan harga – harga diatas diperoleh :

Q = 0,80 . 1,70 . 1,80 √2.9,80.1,267= 12,199 m3/dtk

Kontrol Debit Pembilasan.

Qbilas ≥ 2 x Qrenc (syarat)

Qrenc = 10,88 m3/Dtk ⇒ 2 x Qrenc = 21,76 m3/Dtk.

Qbilas = 12,199 m3/Dtk < 21,76 m3/Dtk.

Rubah ukuran lebar pintu (b).

Perhitungan Diameter Butir Terbilas

Dimana :

d = Diameter butir terbilas (m).

V = Kecepatan pembilasan (m/dtk).

C = Koefisien bentuk sedimen = 5,00 untuk Congulated Sand And

Gravel.

Berdasarkan harga – harga tersebut diperoleh :

Dengan demikian diameter butir yang dapat terbilas mempunyai

diameter < 0,957 m.

Gambar 3.6. Bentuk Pintu Bilas Atas Dan Pintu Bilas BawahSumber : https://sites.google.com/site/kisaranteknik/assignments/teknik-irigasi-ii