Tugas skripsi PDK

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kebanyakan penyakit yang diderita oleh seorang pasien, tidak semua yang dapat disembuhkan hanya dengan menggunakan obat-obatan saja, baik itu obat tradisional maupun obat medis, tetapi ada penyakit yang dapat disembuhkan dengan dilakukannya suatu tindakan operatif, dimana sebelum dilakukannya tindakan operatif tersebut perawat sudah bertemu dengan pasien dan keluarganya untuk membantu menjelaskan seperti factor fisik, psikologi, psikososial, dan pendidikan kesehatan Setelah pembedahan perlu dilakukan pengkajian status umum pasien, hal ini merupakan tanggung jawab perawat diruangan tersebut. Namun demikian perawat tetap harus terlibat dengan perawatan pasien secara umum seperti masalah-masalah yang dapat terjadi pada klient post operatif, diantaranya adalah ~ 1 ~

Transcript of Tugas skripsi PDK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kebanyakan penyakit yang diderita oleh seorang

pasien, tidak semua yang dapat disembuhkan hanya dengan

menggunakan obat-obatan saja, baik itu obat tradisional maupun

obat medis, tetapi ada penyakit yang dapat disembuhkan dengan

dilakukannya suatu tindakan operatif, dimana sebelum

dilakukannya tindakan operatif tersebut perawat sudah bertemu

dengan pasien dan keluarganya untuk membantu menjelaskan

seperti factor fisik, psikologi, psikososial, dan pendidikan

kesehatan

Setelah pembedahan perlu dilakukan pengkajian status umum

pasien, hal ini merupakan tanggung jawab perawat diruangan

tersebut. Namun demikian perawat tetap harus terlibat dengan

perawatan pasien secara umum seperti masalah-masalah yang

dapat terjadi pada klient post operatif, diantaranya adalah

~ 1 ~

nyeri dan mual serta mencegah komplikasi berikutnya. Perawatan

yang dapat dilakukan oleh perawat pada klient post operatif

adalah mengurangi rasa nyeri, mempertahankan keseimbangan

cairan elektrolit, melakukan perawatan luka operasi serta

persiapan klient untuk pulang.

Pada perawatan luka operasi pada klien post operatif ada

factor-faktor yang harus diperhatikan yaitu kesterilan dalam

persiapan alat dan penatalaksanaan perawatan luka itu sendiri

serta kebersihan dan desinfeksi lingkungan untuk mencegah

terjadinya infeksi.

Infeksi didefenisikan sebagai suatu proses dimana seorang

hospes yang rentan dimasuki oleh agen-agen pathogen

(infeksius) yang tumbuh dan memperbanyak diri sehingga

menyebabkan bahaya terhadap hospes, kira-kira 10% dari pasien

dengan luka mendapat infeksi luka nosokominal termasuk luka

bedah. Luka bedah merupakan nfeksi nosokomial kedua terbanyak

dirumah sakit (schaffer dkk, seri pedoman praktis pencegahan

infeksi dari praktik yang aman, EGC,2000 : 243)

~ 2 ~

Penting untuk menghindari terjadinya infeksi pada suatu

luka, maka sebagai seorang perawat harus menghindari

kemungkinan memburuknya luka melalui observasi yang baik.

Adapun tanda-tanda yang menunjukkan adanya infeksi adalah :

perubahan warna disekitar luka menjadi merah, nyeri, dirasakan

panas local pada infeksi serius biasanya disertai demam,

pembengkakan ringan disekitar luka, fungsi berkurang, serta

pengeluaran cairan-cairan pada luka berupa pus/ nanah (bordui,

dkk, ilmu keperawatan jilid 2, EGC, 1999:368)

Karena perawatan luka post operatif terhadap kejadian

infeksi bias mengakibatkan lamanya penyembuhan luka dan

bertambahnya hari perawatan serta biaya rumah sakit maka

diperlukan kemampuan perawat dalam perawatan luka baik dalam

persiapan pasien, persiapan alat, cara kerja/ pelaksanaan

serta sikap perawat kepada pasien tersebut.

Data yang diperoleh dari RSU F.L Tobing Sibolga adalah

jumlah pasien dengan operasi bersih dari bulan januari sampai

~ 3 ~

November 2013 berjumlah 146 orang, dan dari keseluruhan pasien

tersebut ada 25% yang terkena infeksi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan

masalahnya adalah bagaimana hubungan ketrampilan perawat dalam

perawatan luka terhadap kejadian infeksi pada pasien post

operatif diruang bedah RSU F.L Tobing Sibolga.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan ketrampilan perawat dalam

perawatan luka terhadap kejadian infeksi pada pasien post

operatif di Ruang bedah RSU F.L Tobing Sibolga

~ 4 ~

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 mengidentifiasi ketrampilan perawat dalam

persiapan pasien dan alat untuk perawatan luka pada

pasien post operatif

1.3.2.2 mengidentifikasi kemampuan perawat tentang

pelaksanaan atau cara kerja perawatan luka pada

pasien post operatif

1.3.2.3 mengidentifikasi sikap perawat dalam perawatan

luka pada pasien post operatif di ruang bedah

1.3.2.4 mengidentifikasi kejadian infeksi pada klien

post operatif di ruang bedah

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan serta wawasan

penelitian tentang perawatan luka pada pasien post operatif

untuk mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan.

1.4.2 Bagi institute penelitian

~ 5 ~

Sebagai informasi bagi institute pendidikan dalam proses

belajar tentang hubungan ketrampilan perawat dalam perawatan

luka terhadap kejadian infeksi pada pasien post operatif di

ruang bedah rumah sakit F.L Tobing sibolga.

1.4.3 bagi rumah sakit

sebagai bahan informasi serta sumbangan fikiran dalam

upaya meningkatkan ketrampilan dalam perawatan luka pada

pasien post operatif di ruang bedah rumah sakit F.L Tobing

sibolga.

~ 6 ~

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan teoritis

2.1.1 Konsep ketrampilan

Ketrampilan adalah kecakapan yang dimiliki seseorang

dalam menyelesaikan tugas (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, 1988)

~ 7 ~

2.1.2 Pengertian Perawat

Perawat adalah seseorang yang memiliki kwalifikasi dan

bertanggung jawab sehigga dibenarkan mempunyai kedudukan dalam

melaksanakan system pelayanan kesehatan (Depkes,RI,1989 : 4)

variable individu seperti umur, tingkat pendidikan, dan lama

kerja diasumsikan sebagai yang mempengaruhi kinerja dan

kepuasan kerja personil (IIyas, 1999).

2.1.2.1 umur

Umur berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau

maturitas perawat. Kedewasaan adalah tingkat kemampuan teknis

dalam melaksanakan tugas-tugas maupun kedewasaan psikologis,

semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat pula

kedewasaan teknisnya, demikian pula psikologinya serta

menunjukkan kematangan jiwa.

Umur semakin meningkat akan meningkat pula kebijaksanaan

kemampuan seseorang dalam pengambilan keputusan, berfikir

rasional, kinerja akan meningkatkan dan kepuasan kerja

tercapai. Karyawan yang masi muda tuntutan kepuasan kerjanya

tinggi sedangkan karyawan tua tuntutan kepuasan kerja dapat

~ 8 ~

tercipta karena adanya persepsi yang positif terhadap sesuatu

yang berkaitan dengan pekerjaanya (Hasibuan,1995)

Selanjutnya bertolak belakang dengan pendapat di atas,

Brown dalam As (2000) bahwa usia antara 25 hingga 30 tahun

antara 45 hingga 54 tahun sering timbul ketidakpuasan dalam

pekerjaannya. Selain itu martoyo (1998) menjelaskan bahwa

prestasi kerja meningkatkan bersamaan dengan meningkatnya

umurlalu menurun menjelang tua.

Usia tua memiliki fisik relative lemah meskipun mereka

ini pada umumnya banyak memiliki pengalaman karena pengalaman

juga berkaitan erat dengan umur. Sebaiknya mereka yang berusia

muda mungkin memiliki validitas fisik yang cukup baik, namun

tanggung jawab relative agak kurang dibandingkan yang berusia

agak lanjut.

2.1.2.2 Tingkat pendidikan

Menurut Siagian (2000) mengatakan bahwa pendidikan

merupakan pengalaman yang berfungsi mengembangkan kemapuan dan

kualitas kepribadian seseorang, dimana semakin tinggi

pendidikan semakin besar keinginan untuk memanfaatkan

pengetahuan dan ketrampilan

~ 9 ~

Pendapat Gibsons (1996) yang menyatakan bahwa tingkat

pendidikan yang tinggi pada umumnya menyebabkan seseorang

lebih mampu dan bersedia menerima posisi dan tanggungjawab.

Selain itu Marquis (2000) mengatakan bahwa untuk

pengembangan staf antara lain program sertifikasi dan

pendidikan keperawatan berlanjut. Latar belakang pendidikan

mempengaruhi kinerja. Hal ini dikemukakan oleh Siagian dan

Saydam (2000) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan

karyawan mempengaruhi kinerja karyawan yang bersangkutan.

Tenaga perawat yang berpendidikan tinggi menunjukkan

kinera lebih baik karena telah memiliki pengetahuan dan

wawasan yang lebih luas dbandingkan dengan perawat yang

berpendidikan lebih rendah. Perawat dengan pendidikan lebih

tinggi diharapkan memberikan sumbangsih berupa saran yang

bermanfaat terhadap manajer keperawatan dalam upaya

meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja.

2.1.2.3 Lama kerja

Siagian (2000) menyimpulkan bahwa semakin lama seseorang

bekerja akan semakin terampil dan berpengalaman menghadapi

masalah dalam pekerjaannya. Lama kerja seorang perawat bekerja

~ 10 ~

pada institute yaitu dari mulai perawat resmi. Sedangkan

Gibsons (1996) mengatakan lama kerja dapat mempengaruhi dan

kepuasan kerja.

Menurut Martoyo (1998) berpendapat bahwa apabila

seseorang bekerja belum cukup lama sedikit banyaknya akan

mengakibatkan hal-hal yang kurang baik antara lain belum

mengenal dan menghayati pekerjaan yang menjadi

tanggungjawabnya. Masa kerja seseorang yang terlalu lama dalam

suatu organisasi juga merupakan gejala yang tidak sehat.

Akibat yang mungkin timbul antara lain rasa bosan karena

pekerjaan sama dalam waktu yang lama, sikap pasif dan adaptif,

mundurnya motivasi dalam bekerja serta mempengaruhi

kreativitas seseorang karena tidak ada tantangan yang berarti.

Siagian (2000) menyebutan kepuasan kerja relative tinggi pada

waktu permulaan bekerja, menurun secara berangsur - angsur

selama 5 – 8 tahun dan selanjutnya kepuasan meningkat dan

mencapai puncaknya setelah 20 tahun.

2.1.3 Konsep Perawatan

Perawatan adalah pelayanan esensial yang diberikan oleh

perawat yang berdasarkan cinta kasih kepada individu, keluarga

~ 11 ~

dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang khususnya

mempunyai masalah kesehatan dalam usaha mencapai derajat

kesehatan semaksimal mungkin yang meliputi upaya-upaya

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative sesuai dengan

potensi yang ada padanya (DepkesRI, 1989 : 4 )

Tujuan Perawatan :

2.1.3.1 untuk membantu individu menjadi bebas dari masalah

kesehatan yang disarankan dengan mengajak individu dan

masyarakat untuk berpartisipasi meningkatkan

kesehatannya.

2.1.3.2 untuk membantu mengembangkan potensinya dalam

memelihara kesehatan seoptimal mungkin, agar tidak selalu

tergantung kepada orang lain dalam memelihara

kesehatannya.

2.1.3.3 untuk membantu individu memperoleh derajat

kesehatannya.

2.1.4 Konsep Luka

Suatu luka dapat diartikan sebagai rusaknya struktur

jaringan normal baik didalam dan / atau diluar tubuh (Bondui.

F, ilmu keperawatan, 1999 : 366 )~ 12 ~

Ketika terjadi luka, beragam efek dapat terjadi.

- Kehilangan segera semua atau sebagian fungsi organ

- Respon stress simpatis

- Hemoragic dan pembekuan darah

- Kontaminasi bakteri

- Kematian sel

Aseptis yang cermat adalah factor paling penting untuk

meminimalkan ndan meningkatkan keberhasilan perawatan luka.

Luka dapat diklasifikasikan ke dalam 2 cara yaitu: sesuai

dengan mekanisme cedera dan tingkat kontaminasi luka pada saat

pembedahan.

Ad. 1 Mekanisme Cedera

Luka dapat digambarkan sebagai insisi, kontusi, laserasi

atau tusuk.

- Luka, insisi dibuat dengan potongan bersih menggunakan

instrument tajam, sebagai contoh luka yang dibuat oleh

ahli bedah dalam setiap prosedur operasi. Luka bersih

(luka yang dibuat secara aseptif) biasanya ditutp dengan

jahitan setelah semua pembuluh yang berdarah diligasi

dengan cermat.

~ 13 ~

- Luka kontusi dibuat dengan dorongan tumpul dan ditandai

denga cedera berat bagian yang lunak, hemoragic dan

pembengkakan.

- Luka laserasi adalah luka dengan tepi yang bergerigi,

tidak teratur seperti luka yang dibuat oleh kaca atau

goresan kawat

- Luka tusuk diakibatkan oleh bukaan kecil pada kulit,

sebagai contoh luka yang dibuat oleh tusukan pisau.

Ad. 2 Tingkat Kontaminasi

Luka dapat digambarkan dengan bersih, kontaminasi

bersih, terkontaminasi atau kotor / terinfeksi .

- Luka bersih adalah luka bedah tidak terinfeksi dimana

tidak terdapat inflamasi dan saluran pernafasan,

pencernaan, genital atau saluran kemih yang tidak

terinfeksi, tidak dimasuki, kemungkinan relative dan

infeksi luka adalah 1% sampai 5%.

~ 14 ~

- Luka kontaminasi bersih adalah luka bedah dimana saluran

pernafasan, pencernaan, genital atau perkemihan dimasuki

di bawah kondisi yang terkontrol, tidak terdapat

kontaminasi yang tidak lazim. Kemungkinan relative dan

infeksi luka adalah 10% sampai 17% .

- Luka kotor atau terinfeksi adalah luka dimana organisme

yang menyebabkan infeksi pasca operatif terdapat dalam

lapang operatif sebelum pembedahan. Hal ini mencakup luka

traumatic yang sudah lama dengan jaringan yang

terkelupas, tertahan dan luka yang melibatkan infeksi

klinis yang sudah ada atau visera yang mengalami

preforasi, kemungkinan relative infeksi luka adalah lebih

dari 27 % .

2.1.5 Perawatan Luka

2.1.5.1 Pengertian

Perawatan luka adalah suatu tindakan diaman seorang

perawat membersihkan luka dan mengganti perban pada luka yang

harus dilakukan secara asepsis dan antisepsis sehingga

mikroarganisme tidak dapat masuk ke dalam luka dan tidak

terjadi infeksi.

~ 15 ~

2.1.5.2 Tujuan

Untik mencegah masuknya mikrooganisme ke dalam luka

supaya tidak terjadi infeksi dan mempercepat proses

penyembuhan.

2.1.5.3 Prosedur Perawat Luka

2.1.5.3.1 Cek kebutuhan Pasien

Dilakukan pada pasien yang luka khususnya luka bedah

2.1.5.3.2 Persiapan pasien

Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan

dilakukan dan menerangkan prosedurnya secara sederhana sesuai

dengan tingkat pengetahuan pasien, posisi pasien diatur sesuai

kebutuhan serta menentukan lokasi yang akan dilakukan

perawatan luka.

2.1.5.3.3 Persiapan alat

Seperangkat pralatan yang steril yaitu :

- Bak instrument kecil : 2 buah

- Pinset anatome : 2 buah

- Pinset cerurgi : 2 buah

- Handscone : 1 pasang~ 16 ~

- Kom sedang : 2 buah

- Kom kecil : 1 buah

- Korentang dalam tempatnya

- Kassa streril

- Lidi waten steril

- Depper

- Gunting jaringan steril

Peralatan yang tidak steril yaitu :

- Gunting perban

- Plester

- Pengalas

- Bengkok : 2 buah

Cairan-cairan yang digunakan adalah :

- Cairan pembasuh luka (yodium tinkur, alcohol, larutan

peroksida)

- Cairan antiseptic (betadine)

- Cairan pelepas plester (alcohol 70% atau bensin)

2.1.5.3.4 hal hal yang harus diperhatikan

- lingkungan harus dalam keadaan bersih

~ 17 ~

- pasang sampiran (schrem) bila perlu untuk menjaga privasi

pasien

- hindari tindakan yang menyinggung perasaan pasien,

misalnya dalam bekerja sikap perawat yang kurang ramah

terhadap pasien

- perhatikan teknik septic dan aseptic

- bekerja harus cepat, rapid an teratur supaya pasien tidak

kesakitan dan kuman yang melalui udara tidak masuk ke luka

- jangan pernah mengganti balutan pada waktu makan,

sebaiknya mengganti balutan dilakukan sebelum jam

kunjungan

2.1.5.3.5 pelaksanaan atau cara kerja

- mencuci tangan dengan benar

- meletakkan alat-alat ke dekat pasien

- memasang schrem bila perlu tergantung besar kecilnya luka

atau lokasi luka

- meletakkan pengalas dibawah daerah yang akan diganti

balutan

~ 18 ~

- mendekatkan bengkok kosong kedekat luka dengan posisi yang

benar

- mencuci tangan dengan teknik yang benar dan memasang

handscone steril

- membuka plester dengan menggunakan lidi waten yang telah

diolesi dengan alcohol atau bensin dan mengangkat balutan

hanya lapisan luar dengan menggunakan pinset cerurgi

- membersihkan bekas plester dengan menggunakan lidi waten

yang telah diolesi dengan alcohol atau bensin

- meletakkan pinset yang sudah tidak steril ke dalam bengkok

yang berisi larutan Lysol

- menyiapkan kassa bethadine kering

- mengambil pinset anatomi steril untuk mengangkat lapisan

kassa kotor yang melekat pada luka, kemudian kassa kotor

dibuang ke dalam tempatnya (bengkok)..

- luka dibersihkan dengan kassa yang dibasahi larutan

desinfektan dengan menggunakan pinset cerurgi steril,

membersihkan luka dilakukan satu arah yaitu dari dalam

~ 19 ~

keluar sambil dicek apakah pada luka ada tanda-tanda

infeksi atau tidak.

- bila telah tiba waktunya membuka jahitan, sebelumnya

bersihkan luka dan daerah sekitar luka dengan antiseptic,

peganglah ujung benang dengan pinset anatomi steril lalu

guntinglah benang itu tepat di bawah ikatan sehingga

benang yang berada di luar tidak masuk ke dalam sewaktu

benang diangkat, lalu benang yang telah digunting tersebut

ditarik dengan hati-hati kemudian dibuang ke kassa yang

telah disediakan.

- pinset yang telah dipakai diletakkan pada bengkok yang

berisi larutan Lysol

- luka diberi obat yang telah ditentikan atau dengan

meletakkan kassa bethadine dengan tepat

- luka ditutup dengan menggunakan kain kassa steril dengan

menggunakan pinset steril. Usahakan serta kassa jangan

melekat pada luka.

- luka dibalut atau diplester secara rapi

- setelah selesai pasien dirapikan, alat-alat dibereskan dan

dibersihkan dan kemudian disterilkan kembali.~ 20 ~

- memberitahukan kepada pasien bahwa tindakan sudah selesai

dialkukan

- mencuci tangan dengan teknik yang benar

2.1.5.3.6 Evaluasi

Observasi keadaan umum klien, apakah klien merasa nyaman

setelah balutan diganti. Apabila terdapat kelainan seperti

klien merasakan nyeri hebat pada luka segera laporkan pada

perawat yang bertanggungjawab diruangan tersebut.

(Tim Departemen Kesehatan RI, Prosedur Perawatan Dasar, 1991 :

66)

Ada beberapa aturan untuk perawatan luka yang harus

diperhatikan yang berpengaruh terhadap proses penyembuh luka.

a. Menghindari Terjadinya Pencemaran

Pada kulit dan lapisan lender terdapat mikroorganisme,

oleh karena itu penting sekali setelah membantu pasien

dan setelah menggantikan balutan yang kotor, perlu~ 21 ~

mencuci tangan dan mendesinfeksikan luka dan kulit. Juga

tujuan dari membalut luka adalah untuk menghindari

mikroorganisme tadi. Dengan bantuan pembalut (perban)

maka mikroorganisme yang menyebar diudara tidak dapat

hinggap pada luka, kadang-kadang untuk menghindari

terjadinya penularan / pencemaran perlu dipakai masker

hidung, misalnya pada luka bakar.

b. Mengusahakan balutan tetap kering

Mikroorganisme dengan cepat memperbanyak diri dalam

lingkungan yang basah. Oleh karena itu perlu secara

teratur mengganti balutan (perban). Terutama lapisan luar

balutan tidak boleh basah karena mikroorganisme melewati

balutan yang basah itu masuk ke dalam luka.

c. Proses perkembangan aliran darah local

Untuk dapat memperoleh hasil optimal dalam aliran darah

local, tergantung pada situasi dapat kita lakukan melalui

tindakan-tindakan berikut :

- Jangan membalut luka terlalu kencang

- Member obat-obatan tertentu

- Penatalaksanaan panas dan dingin sesuai anjuran dokter

atau sesuai dengan anjuran kepala bagian perawatan

~ 22 ~

d. Mengembangkan kondisi yang baik

Skondisi pasien yang baik sangat penting, terutama status

nutrisi dan cairan sangat penting.

e. Selalu berusaha agar luka bersih

Luka dapat dibersihkan dengan lautan steril dari natrium

klorida (NaCl 0,9%) pada luka-luka kecil yang timbul

dirumah atau dapur sering dibersihkan dengan alcohol atau

dengan betadhine yodium. Sebenarnya yang diizinkan hanya

membersihkan lingkungan maksimal disekitar luka.

Pada luka-luka terkomplikasi, ada berbagai cara untuk

membersihkan luka itu secara maksimal :

- Melalui bantuan larutan peroksida (H2O2), dapat

dibersihkan sampai berbuih. Ini hanya mungkin dilakukan

jika yang diperlukan adalah pembersihan, sehingga luka

tersebut berbuih, setelah berbuih kemudian dibasuh dengan

(NaCl 0,9%).

- Melalui bantuan enzim, jaringan yang telah mati tadi

dapat dilarutkan. Suatu bahan yang terkenal untuk itu

adalah elase.

f. Penyokong yang baik untuk luka

~ 23 ~

Pada luka steril (misal: luka yang telah dijahit) perlu

suatu dukungan yang baik terhadap luka tersebut, untuk

menjaga agar luka tersebut tidak “menganga” dan juga agar

tidak timbul perdarahan.

Sokongan luka ini misalnya dapat dilakukan dengan balutan

plester perekat atau balutan yang member dukungan pada

luka tersebut. Cara defekasi yang mudah serta bantuan

untuk menghilangkan kepentingan proses penyembuhan

pasien.

g. Menghindari kondisi luka yang makin memburuk

Penting untuk menghindari terjadinya infeksi pada suatu

perdarahan sehingga seorang perawat harus menghindari

kemungkinan memburuknya luka melalui observasi yang baik.

Tanda-tanda yang menunjukkan adanya infeksi adalah :

- Perubahan warna disekitar luka menjadi merah

- Nyeri

- Dirasakan panas pada infeksi serius biasanya disertai

demam

- Pembengkokan ringan disekitar luka

- Fungsi berkurang

~ 24 ~

- Pengeluaran cairan-cairan pada luka, cairan luka berupa

pus, menandakan adanya infeksi

h. Menghindari rasa sakit yang tidak perlu

Suatu luka pasti sering terasa sakit dan perawatan luka

hamper selalu terasa sakit. Rasa sakit yang tidak perlu

seperti ikut tertariknya bulu-bulu saat melepaskan

plester, atau saat melepaskan kasa penutup luka yang

menempel, harus dihindari rasa sakitnya. Melalui

penatalaksanaan berikut ini dapat kita hindari terjadinya

rasa sakit.

- Mencukur rambut sebelum menempel plester pelekat

- (jiak memungkinkan) mengurangi pemakain plester perekat

- Tidak memakai bahan-bahan pembalut yang bersifat mengikat

- Memberi waktu yang cukup

- Sedapat mungkin tidak memakai bahan-bahan yang keras /

tajam seperti alcohol

- Memungkinkan pasien mengambil posisi rileks

(Bordui F, dkk, ilmu keperawatan, 1999 : 367)

2.1.6 Proses Penyembuhan Luka

~ 25 ~

Melihat bahwa pada luka terjadi kerusakan pada jaringan

maka tubuh akan bereaksi sama seperti yang terjadi pada

peradangan pembuluh-pembuluh darah didaerah yang terluka akan

melebar dan mengangkut sel-sel yang mati dan rusak. Di daerah

luka akan terbentuk jaringan dari serat-serat protein

(fibrin). Jaringan ini nanti akan membentuk suatu lapisan yang

keras yang melindungi luka tersebut. Pada saat yang bersamaan

akan tumbuh sel tepi-tepi luka suatu jaringan granulasi. Jika

luka itu bersih dank arena adanya jaringan-jaringan mati

(nekrosis) yang lebih sedikit pada luka tersebut, maka

pertumbuhan dari jaringan granulasi itu yang terdiri dari

pembuluh-pembuluh luka sudah terbentuk jaringan granulasi maka

keropeng luka akan terlepas, kemudian akan terbentuk bekas

luka tertutup oleh lapisan kulit yang tipis (bekas luka yang

tertutup lapisan kulit itu adalah lapisan granulasi). Tanda-

tanda bekas ini akan memudar dan berkerut.

Disamping factor-faktor yang disebut tadi, ada masalah

lain yaitu tentang terinfeksinya luka oleh mikroorganisme yang

ada pada luka tersebut, yang nanti akan sangat menentukan

penyembuhan lukanya, luka steril seperti luka operasi akan

lebih cepat sembuh dari pada luka meradang :

~ 26 ~

- Pengaliran darah local. Ini harus seoptimal mungkin dalam

proses penyembuhan yang baik

- Ada / tidak adanya edema. Adanya edema dapat menghalangi

penyembuhan luka karena demikian pengaliran darah akan

terganggu.

- Zat – zat pembakar dan pembangun. Zat –zat ini harus ada

dalam kadar yang cukup dalam makanan yang dikonsumsi.

- Kebersihan luka. Luka yang bersih akan lebih cepat sembuh

daripada luka yang banyak terdapat nekrosisinya.

- Besarnya luka. Luka yang besar akan lebih lama sembuhnya

dari pada luka yang kecil, dimana tepi luka itu lebih

berdekatan

- Kering atau tidaknya luka. Luka yang kering akan lebih

cepat sembuh daripada luka yang basah, karena luka kering

akan lebih cepat tumbuh lapisan granulasi dibawah

keropeng luka.

Masalah-masalah berikut ini adalah hambatan yang paling

utama dalam proses penyembuhan luka :

- Timbulnya perdarahan sebagai akibat dari suatu kerusakan,

dapat timbul di tempat-tempat berlema yang kurang aliran

~ 27 ~

darah. Pembuluh darah itu dapat rusak pada tempat-tempat

yang berlemak tadi, akibat dari tegangan pada luka atau

oleh gerakan yang dipaksakan,perdarahan itu dapat terjadi

diluar maupun di dalam tubuh.

- Adanya infeksi pada luka. Luka menjadi lahan yang subur

bagi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu cara

perawatan luka harus tertuju pada usaha untuk menghindari

terjadinya pencemaran luka atau sedapat mungkin

membatasinya. Meskipun demikian hygine luka merupakan

satu-satunya factor pada perawatan luka yang menyebabkan

timbulnya infeksi karena kondisi umum pasien dan tempat

terjadinya luka juga sangat menentukan dalam hal ini.

(Bordui F dkk, Ilmu keperawatan, 1999 : 366)

2.1.7 Infeksi

Infeksi didefenisikan sebagai proses dimana seorang hospes

yang rentan di masuki oleh agen-agen pathogen ( infeksius)

yang tumbuhdan memperbanyak diri, menyebabkan bahaya terhadap

hospes.

Infeksi dapat dikategorikan sebagai infeksi local atau

umum. Infeksi local disertai dengan inflamasi yaitu nyeri,

~ 28 ~

panas, kemerahan, bengkak, dan kehilangan fungsi. Infeksi

local meliputi infeksi dengan tempat spesifik dan yang

mempunyai manifestasi inflamasi, purulen atau disuria, infeksi

umum adalah infeksi yang meliputi disfungsi tubuh yang umum

dan menunjukkan gejala – gejala sistemik seperti demam,

menggigil,takkikardi,hipertensi, konfusi, individu yang

menunjukkan tanda dan gejala infeksi dapat membutuhkan terapi

antibiotic atau penanganan lain untuk melumpuhkan organisme

penyebab infeksi (schaffer dkk, 2000 : 53)

Infeksi luka bedah adalah infeksi nasokomial kedua

terbanyak di rumah sakit. Bagian yang paling penting dari

pencegahan terletak pada penatalaksanaan luka dan teknik bedah

yang cermat, selain itu kesterilan alat dan desinfeksi

lingkungan juga penting.

Kira – kira 10% dari pasien dengan luka mendapatka infeksi

luka nasokomial, staphylococcus aureus menyebabkan banyak

infeksi luka pasca operatif. Infeksi lainnya dapat terjadi

akibat Escherichia coli, proteus vulgaris, aerobacter

aerogener, pseudumunas aeruginosa dan organism lainnya.

Banyak yang menyebabkan infeksi dapat ditularkan ke pasien

dari petugas keperawatan kesehatan atau dari pengunjung.

~ 29 ~

Pasien dan staf harus diajarkan tentang strategi pengendalian

infeksi seperti teknik mencuci tangan yang tepat dan prosedur

mengganti balutan yang tepat untuk mengurangi insiden

kontaminasi luka atau infeksi silang karena tujuan utama

anggota staf adalah pencegahan infeksi untuk mengurangi

morbilitas dan mortalitas pada pasien. Luka dengan jaringan

nekrotik harus diamati dengan teliti terhadap tanda – tanda

infeksi. Indikasi infeksi luka pada dasar luka nekrotik adalah

drainase purulen, abu-abu dari luka, eritema dan kresitus yang

meluas ke sekitar perifer luka dan demam.

Dalam penatalaksanaan luka harus mencakup teknik-teknik

pencegahan infeksi yang tepat, serta peralatan yang

terkontaminasi, dan kurangnya tindakan pengendalian infeksi

oleh pemberi perawatan memungkinkan penularan infeksi

( Schaffer dkk, 2000 : 243 )

2.2 Penelitian Terkait

Sejauh ini peneliti belum menemukan adanya penelitian

sebelumnya yang sama dengan yang akan diteliti oleh peneliti

saat ini.

~ 30 ~

2.3 kerangka konsep

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan

ketrampilan perawat dalam perawatan luka terhadap kejadian

infeksi pada pasien post operatif di ruang bedah RSU F.L

Tobing sibolga. Adapun variable yang dibahas dalam penelitian

ini adlaha seperti yang tertera pada kerangka konsep di bawah

ini. :

Independen Dependen

Karakteristik :

- Pendidikan

~ 31 ~

Ketrampilan perawatdalam perawatan lukapost operatifmeliputi :

- Persiapanpasien

- Persiapan alat- Sikap perawat- Cara kerja /

penatalaksanaan

Kejadian infeksi- Infeksi- Tidak

infeksi

- Umur

- Lama kerja

Keterangan :

2.4 Data Operasional

Table 2.1

Variable Defenisioperasional

Cara

ukur

Alat

ukur

Skala

ukur

Hasil

ukur

~ 32 ~

Independen- Ketramp

ilanperawatdalamperawatan luka

Post operasi: lukabersih

Sub variable: sikap

Dependen :kejadianinfeksi

Karakteristi

Kecakapan yangdimiliki olehseorang perawatdalam melakukanperawatan lukasesuai denganprosedur yangtelah ditetapkanbaik dalampersiapan pasienpersiapan alat,cara kerja sertasikap danperawat kepadapasien tersebut.

Tindakanpembedahan yangsudah dilakukandimaan padadaerah yangdibedah bersihdan tidakterinfeksi

Sesuatu yangditampilkanperawat dalamberhadapandengan pasien

Suatu kejadiandimana adanyatanda-tandainfeksi yangterjadi padasuatu lukasepertikemerahan,

Observasi

Observasi

Observasi

Observasi

Angket

Dataobservasi

Dataobservasi

Dataobservasi

Daftarobservasi

Nominal

Nominal

Ordinal

Nominal

Ratio

75 -100%sesuaiSOP<75 %tidaksesuaiSOP

BersihTidakbersih

Baik75-100%sedang<75%

Infeksi> 2Tdkinfeksi<2

~ 33 ~

k:Usia

pendidikan

Lama kerja

panas, nyeri dankehilanganfungsi

Umur yang telahdilalui olehseseorang sejakkelahiran sampaiulang tahunterakhir saatpenelitian

Latar belakangpendidikanformal terakhirpada saatpenelitian

Lamanyaseseorang ekerjadalam suatuorganisasi

Angket

Angket

Daftarpertanyaan

Daftarpertanyaan

Daftarpertanyaan

Ordinal

Ordinal

20-30tahun31-40tahun41-50tahun> 51thn

S.P.KD IIIKepS. Kep

0-5tahun0-10tahun> 10thn

Catatan :

Dalam lembar observasi ketrampilan perawat tentang cara kerja

terdapat nilai Critical Point (F, J, M, N, O, Q) dimana pada

tindakan yang diberi tanda bintang jika tidak dilakukan maka

cara kerjanya dianggap tidak sesuai dengan SOP walaupun hanya

1 poin.

~ 34 ~

2.5 Hipotesa

Ho : tidak ada hubungan antara ketrampilan perawat dalam

perawatan luka terhadap kejadian infeksi pada pasien post

operatif

Ha : ada hubungan antara ketrampilan perawat dalam perawatan

luka terhadap kejadian infeksi pada pasien post operatif

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adlah studi korelasi yaitu menelaah

hubungan antara dua variable pada suatu situasi atau

sekelompok subyek (notoadmojo, 2002 : 142). Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui hubungan ketrampilan perawat dalam

perawatan luka terhadap kejadian infeksi pada pasien post

operatif di ruang bedah RSU F.L Tobing Sibolga.

3.2 Populasi dan Sampel

~ 35 ~

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,

2002 : 108) pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah

seluruh perawat di ruang bedah RSU F.L Tobing sibolga

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo,

2002 : 79). Apbila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil

semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi,

selanjutnya jika julah subjeknya lebih besar dapat diambil

antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih dari populasi (Arikunto,

2000:112)

Penelitian ini menggunakan sampel jenuh atau total sampel

dimana semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal

ini dilakukan karena jumlah populasi relative kecil yaitu 28

orang (Sugiyono, 2002 : 61 )

Criteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat

dimasukkan atau yang layak untuk diteliti, criteria

inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Perawat yang bersedia untuk diteliti~ 36 ~

2. Perawat yang bekerja di ruang bedah RSU F.L Tobing

sibolga

3. Perawat dengan ketrampilannya dalam perawatan luka pada

pasien post operatif

Criteria eklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Perawat yang tidak bersedia diteliti

2. Perawat yang tidak bekerja di Ruang Bedah RSU F.L Tobing

Sibolga

3.3 Cara pengumpulan data

3.3.1 Alat pengumpulan data

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi yang diobservasi pada penelitian ini adalah prosedur

perawatan luka yang dilakukan perawat baik dalam persiapan

pasien, cara kerja serta sikap perawat pada pasien post

operatif, persiapan alat dan adanya tanda-tanda terinfeksi

pada daerah luka juga perlu diobservasi. Pada data observasi

yang telah dibuat peneliti, peneliti hanya membubhkan

checklist pada kolom-kolom yang telah ditentukan.

Untuk daftar observasi persiapan pasien, cara kerja dan

sikap perawat yang akan dicheck list adalah pada salah satu

~ 37 ~

kolom yaitu dilakukan atau tidak dilakukan. Jika perawat

melakukan prosedur perawatan luka yang ada pada daftar

observasi tersebut maka nilainya 2 dan jika perawatan tidak

melakukan prosedur perawatan luka yang ada pada daftar

observasi maka nilai yang diberi adalah 1.

Pada daftar observasi persiapan alat salah satu kolom

yang akan dicheck list adalah pada kolom ada atau tidak. Jika

alat ada sesuai dengan yang ada dalam daftar observasi maka

nilainya adalah 2 dan jika tidak nilainya dalah 1. Demikian

pula pada lembaran observasi tanda-tanda infeksi, salah satu

kolom yang akan di check list adalah pada kolom ya atau tidak.

Jiak tanda-tanda infeksinya pada luka dan lebih dari 2 tanda

maka nilai yang diberikan adlah 2 dan jika tanda-tanda infeksi

pada luka dan < 2 tanda maka nilai yang diberikan adalah 1.

3.3.2 Cara pengumpulan data

Peneliti mengobservasi tentang prosedur perawatan luka,

yang dilakukan oleh seorang perawat pada pasien post operatif

baik dala persiapan pasien, persiapan alat, cara kerja serta

sikap perawat apakah telah sesuai dengan prosedur yang telah

~ 38 ~

ditetapkan atau tidak serta mengobservasi apakah pada daerah

sekitar luka ada tanda-tanda infeksi atau tidak.

Setelah mendapat izin dari direktur dan kepala ruangan di

ruang bedah RSU F.L Tobing maka pengumpula data dilakukan

dengan tahapan memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat

dan prosedur penelitian yang akan dilaksanakan kepada

responden. Setelah responden memahami penjelasan yang

diberikan, responden diminta persetujuan yang dibuktikan

dengan cara mendatangani informed concent, setelah itu

peneliti melakukan observasi pada responden yang akan

melakukan perawatan luka pada pasien post operatif dan

mencheck list pada daftar observasi yang telah dibuat. Jika

perawat melakukan prosedur perawatan luka yang ada pada daftar

observasi tersebut maka nilainya 2 dan jika perawat tidak

melakukan prosedur perawatan luka yang ada pada daftar

observasi maka nilainya 1. Pada daftar observasi persiapan

alat, jika alat ada sesuai dengan yang ada dalam daftar

observasi maka nilainya 2 dan jika tidak ada maka nilainya 1.

Demikian pula pada lembaran observasi tanda-tanda infeksi,

jika tanda-tanda infeksi ada pada luka dan > 2 tanda maka

nilai yang diberikan adalah 2 dan jika tanda-tanda infeksi ada

~ 39 ~

pada luka dan < 2 tanda maka nilai yang diberikan adalah 1.

Setelah itu penelitian memberikan score pada daftar observasi

yang telah diamati.

3.4 Cara pengolahan dan Analisa Data

3.4.1 Cara Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul pada penelitian ini akan

dianalisa melalui tahap-tahap berikut:

3.4.1.1 Pengecekan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan

terhadap, kelengkapan pada setiap instrument yang

telah diisi

3.4.1.2 Memberi kode

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pemberian

tanda, simbol, kode bagi tiap-tiap data.

3.4.1.3 Menilai

Pada yahap ini peneliti memberikan nilai pada

ketrampilan perawat dalam perawatan luka baik dalam

persiapan pasien, persiapan alat, cara kerja setiap

~ 40 ~

sikap perawat, dan melihat adanya tanda-tanda

infeksi pada daerah sekitar luka.

3.4.1.4 Memproses data

Pada tahap ini dilakukan kegiatan proses data

terhadap semua koesioner yang lengkap dan benar

serta hasil observasi untuk dianalisa. Pengolahan

data dilakukan dengan manual.

3.4.1.5 Pembersihan data

Pada tahp ini penelitian melakukan pengecekan

terhadap data apakah ada kesalahan atau tidak.

3.4.2 Analisa data

3.4.2.1 Analisa Univariat

Dari data yang telah dikumpulkan dan yang telah diolah

maka didapat hubungan ketrampilan perawat dalam perawatan

luka terhadap kejadian infeksi pada pasien post operatif.

Baik : 75 - 100%

Sedang : < 75 %

Data yang telah dikelompokkan dipresentasikan dengan

rumus yang telah ditentukan yaitu :

~ 41 ~

Keterangan :

P = Presentase

F = Frekuensi

N = Nilai Maximum

(Arikunto.1993)

Hasil presentase penelitian dapat dibacakan sebagai

berikut :

0 & : Tidak satupun

1-25 % : sebagian kecil

26-49 % : hamper setengah

50 % : sebagain

51-75 % : sebagian besar

76 – 99 % : hamper semua

100 % : seluruhnya

3.4.2.2 Analisa Bivariat

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara dua variable yang diteliti. Pengujian hipotesis untuk

pengambil keputusan tentang apakah hipotesisi yang diajukan

~ 42 ~

cukup meyakinkan untuk ditolak atau diterima, dengan

menggunakan uji statistic Yates. Untuk melihat kemaknaan

perhitungan statistic digunakan batasan kemaknaan 95 %

sehingga jika nilai P < 0.05 maka secara statistic disebut

“bermakna” dan jika p > 0.05 maka hasil hitungan tersebut

tidak bermakna.

Rumus :

3.5 Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan diruang bedah RSU F.L Tobing

Sibolga dengan responden yaitu perawat yang ada diruang

bedah. Peneliti memilih tempat ini karena RSU F.L Tobing

Sibolga merupakan rumah sakit pendidikan dan mempunyai

fasilitas tenaga medis, perawat dan non perawat yang cukup

memadai.

~ 43 ~

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 18 maret sampai

28 mei 2013

DAFTAR PUSTAKA

~ 44 ~

Arikunto. 1993. Manajemen Penelitian. Rhineka Cipta. Jakarta

Arikunto. 2000. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Penerbit

Rineka Cipta. Jakarta

Arikunto. 2002. Riset Keperawatan. Rhineka Cipta. Yokyakarta

Bordui. 1999. Ilmu Keperawatan Jilid Edisi 2. EGC. Jakarta

Bordui, Eko. 2001. Biostatistik Untuk kedokteran kesehatan Masyarakat.

EGC. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 1989. Dasar-dasar Keperawatan. Pusat

Pendidikan Tenaga Kesehatan. Jakarta

Hasibuan. 1995. Organisasi dan Motivasi

Notoadmojo. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rhineka Cipta.

Jakarta

Notoadmojo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi.

Penerbit Rhineka Cipta. Jakarta

Oswari. 2000. Bedah dan Perawatannya. FKUI. Jakarta

Schaffer. 2000. Seri Pedoman Praktis Pencegahan Infeksi dan Praktik yang

Aman. EGC. Jakarta

Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Cv. Alfa Beta. Bandung

~ 45 ~

Tim Departemen Kesehatan RI. 1991. Prosedur perawatan dasar

Cetakan ke 4. Departemen Kesehatan RI Bekerjasama

dengan WHO. Jakarta

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdikbud. Jakarta

~ 46 ~