Tugas anggar
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Tugas anggar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran
tubuh dan melindungi kita dari berbagai penyakit. Namun,
berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga
yang benar, malah mendatangkan cedera yang membahayakan dirinya
sendiri.
Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera
goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh.
Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan yang profesional
dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang dialami oleh atlit
olahraga, tidak terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini
bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam level yang
rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang dalam
jangka waktu lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon
yang baik bagi pengobatan sendiri.
Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas
olahraga yang salah. Aktivitas yang salah ini karena pemanasan
tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot,
dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera yang
paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang
biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau
ingin meningkatkan tahap latihan.
Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet,
tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat
kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya
ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan
yang harus diikuti.
Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah
dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana
tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan
dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa
yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana
mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana
mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional
(memeriksakan diri ke dokter).
Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi.
Khususnya para mahasiswa pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup
agar mahasiswa mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-
prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam olahraga serta
dapat mempraktekkanya pada saat menempuh perkuliahan maupun
setelah lulus dan menjadi guru pendidikan jasmani di sekolah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud cedera dan cedera olahraga ?
2. Apa macam-macam cedera olahraga ?
3. Bagaiamana klasifikasi cedera olahraga ?
4. Apa penyebab cedera olahraga ?
5. Bagaimana penerapan usaha pencegahan cedera olahraga pada
olahraga anggar ?
C. Tujuan1. Mengetahui pengertian cedera dan cedera olahraga.
2. Mengetahui macam-macam cedera olahraga.
3. Mengetahui klasifikasi cedera olahraga.
4. Mengetahui penyebab cedera olahraga.
5. Memahami penerapan usaha pencegahan cedera olahraga pada
olahraga anggar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Cedera dan Cedera Olahraga
1. Cedera
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja
pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui
kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa
berlangsung dengan cepat atau jangka lama.
Dapat dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau kekuatan yang
berlebihan dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga
tubuh atau bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan dan tidak
dapat menyesuaikan diri.
Harus diingat bahwa setiap orang dapat terkena celaka yang
bukan karena kegiatan olahraga, biarpun kita telah berhati-hati
tetapi masih juga celaka, tetapibila kita berhati-hati kita akan
bisa mengurangi resiko celaka tersebut.
2. Cedera Olahraga
Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk
dikembangkan dan ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi atau
kompetisi, tetapi olahraga juga untuk kebugaran jasmani secara
umum. Kebugaran jasmani tidak hanya punya keuntungan secara
pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan bagi masyarakat dan
negara. Oleh karena itu kegiatan olahraga sekarang ini semakin
mendapat perhatian yang luas.
Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas keolahragaan tersebut,
korban cedera olahraga juga ikut bertambah. Sangat disayangkan
jika hanya karena cedera olahraga tersebut para pelaku olahraga
sulit meningkatkan atau mempertahankan prestasi.
“Cedera Olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena
olahraga, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada
otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh.
Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar
dapat mengakibatkan gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam
melakukan aktivitas hidup sehari-hari maupun melakukan aktivitas
olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera ini bisa
berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan
sama sekali hobi dan profesinya. Oleh sebab itu dalam penaganan
cedera olahraga harus dilakukan secara tim yang multidisipliner.
B.Macam – macam Cedera Olahraga
Didalam menangani cedera olahraga (sport injury) agar terjadi
pemulihan seorang atlit untuk kembali melaksanakan kegiatan dan
kalau perlu ke prestasi puncak sebelum cedera.
Kita ketahui penyembuhan penyakit atau cedera memerlukan waktu
penyembuhan yang secara alamiah tidak akan sama untuk semua alat
(organ) atau sistem jaringan ditubuh, selain itu penyembuhan juga
tergantung dari derajat kerusakan yang diderita, cepat lambat
serta ketepatan penanggulangan secara dini.
Dengan demikian peran seseorang yang berkecimpung dalam
kedokteran olahraga perlu bekal pengetahuan mengenai penyembuhan
luka serta cara memberikan terapi agar tidak menimbulkan
kerusakan yang lebih parah, sehingga penyembuhan serta pemulihan
fungsi, alat dan sistem anggota yang cedera dapat dicapai dalam
waktu singkat untuk mencapai prestasi kembali, maka latihan untuk
pemulihan dan peningkatan prestasi sangat diperlukan untuk
mempertahankan kondisi jaringan yang cedera agar tidak terjadi
penecilan otot (atropi).
Agar selalu tepat dalam menangani kasus cedera maka sangat
diperlukan adanya pengetahuan tentang macam-macam cedera. Cedera
olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :
a. Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti :
lecet, lepuh, memar, leban otot, luka, “stram” otot, “sprain”
sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma kepala-leher-tulang
belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada
perut, cedera anggota gerak atas dan bawah.
b. Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes),
yang lebih spesifik yang berhubungan dengan jenis olahraganya,
seperti : tenis elbow, golfer’s elbow swimer’s shoulder, jumper’s
knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.
C. Klasifikasi Cedera Olahraga
Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam,
yaitu :
a. Cedera tingkat 1 (cedera ringan)
Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius,
namun dapat mengganggu penampilan atlit. Misalnya: lecet, memar,
sprain yang ringan.
b. Cedera tingkat 2 (cedera sedang)
Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh
pada performance atlit. Keluhan bias berupa nyeri, bengkak,
gangguan fungsi (tanda-tanda inplamasi) misalnya: lebar otot,
straing otot, tendon-tendon, robeknya ligament (sprain grade II).
c. Cedera tingkat 3 (cedera berat)
Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif,
istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat
robekan lengkap atau hamper lengkap ligament (sprain grade III)
dan IV atau sprain fracture) atau fracture tulang.
d. Strain dan Sprain
Strain dan sprain adalah kondisi yang sering ditemukan pada
cedera olahraga.
1. Strain
Strain adalah menyangkut cedera otot atau tendon. Straing dapat
dibagi atas 3 tingkat, yaitu :
a) Tinkat 1 (ringan)
Straing tingkat ini tidak ada robekan hanya terdapat kondisi
inflamasi ringan, meskipun tidak ada penurunan kekuatan otot,
tetapi pada kondisi tertentu cukup mengganggu atlit. Misalnya
straing dari otot hamstring (otot paha belakang) akan
mempengaruhi atlit pelari jarak pendek (sprinter), atau pada
baseball pitcher yang cukup terganggu dengan strain otot-otot
lengan atas meskipun hanya ringan, tetapi dapat menurunkan
endurance (daya tahannya).
b) Tingkat 2 (sedang)
Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau
tendon, sehingga dapat mengurangi kekuatan atlit.
c) Tingkat 3 (berat)
Straing pada tingkat 3 ini sudah terjadi rupture yang lebih hebat
sampai komplit, pada tingkat 3 diperlukan tindakan bedah (repair)
sampai fisioterapi dan rehabilitasi.
2. Sprain
Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligament. Sprain
dapat dibagi 4 tingkat, yaitu :
a) Tingkat 1 (ringan)
Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat ligament
yang terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada
gangguan fungsi.
b) Tingkat 2 (sedang)
Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih luas,
tetapi 50% masih baik. Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi,
tindakan proteksi harus dilakukan untuk memungkinkan terjadinya
kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu untuk benar-benar
aman dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali terjadi
pada atlit memaksakan diri sebelum selesainya waktu pemulihan
belum berakhir dan akibatnya akan timbul cedera baru lagi.
c) Tingkat 3 (berat)
Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau
lepasnya ligament dari tempat lekatnya dan fungsinya terganggu
secara total. Maka sangat penting untuk segera menempatkan kedua
ujung robekan secara berdekatan.
d) Tingkat 4 (Sprain fraktur)
Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi akibat ligamennya robek
dimana tempat lekatnya pada tulang dengan diikuti lepasnya
sebagian tulang tersebut.
D. Penyebab Cedera Olahraga
Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai
penyebab cedara olahraga.
1. Faktor olahragawan/olagragawati
a. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta
kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman
kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan
ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik
mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun.
b. Faktor pribadi
Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan
lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan
yang sudah berpengalaman.
c. Pengalaman
Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera
dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang sudah
berpengalaman.
d. Tingkat latihan
Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan
fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya
latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan cedera karena
“over use”.
e. Teknik
Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera.
Dalam melakukan teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera.
f. Kemampuan awal (warming up)
Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan,
sehingga terhindar dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya :
terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan lain-lain.
g. Recovery period
Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem
musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk
recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi
prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa
dihindari.
h. Kondisi tubuh yang “fit”
Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk
berolahrag, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga
mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.
i. Keseimbangan Nutrisi
Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang
cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat.
j. Hal-hal yang umum
Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol,
rokok dan yang lain.
2. Peralatan dan Fasilitas
Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan
kurang baik akan mudah terjadinya cedera.
Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga
yang bersifat body contack, serta jenis olahraga yang khusus.
3. Faktor karakter dari pada olahraga tersebut
Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal
olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan
sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya.
E. Usaha Pencegahan Cedera Olahraga dan Penerapannya pada Olahraga Anggar
Setiap atlet atau siapapun yang melakukan aktifitas olahraga
pasti mendekatkan diri dengan resiko cidera. Memang sering
terjadi cidera tersebut tidak terlalu membahayakan. Namun
demikian ada beberapa faktor yang perlu menjadi perhatian yang
menjadi prinsip dari pencegahan cidera pada olahraga. Bila
prinsip ini dilaksanakan maka tubuh akan siap melakukan aktifitas
olahraga dengan aman. Dalam hal ini akan dijelaskan beberapa cara
usaha-usaha untuk pencegahan cedera olahraga yang ,antara lain :
1. Pengaturan gizi
Seorang atlet,baik itu professional atau non pofesional akan
membutuhkan asupan gizi yang baik dan teratur untuk dapat
mengatur kondisi fisik tubuhnya dan pengeluaran kalorinya.
Penambahan beban kerja selalu diikuti upaya penambahan energi dan
zat-zat gizi lainnya yang diperoleh dari makanan. Kalori yang
dibutuhkan semakin besar sesuai tingkat energi yang dikeluarkan
selama melakukan aktivitas. Jumlah kalori yang dibutuhkan
tergantung dari berat ringannya aktivitas yang diikuti. Keadaan
gizi untuk orang biasa yang tidak melakukan aktivitas berat cukup
dengan 2500 kalori, sedangkan bagi atlit yang melakukan aktivitas
fisik yang yang berat memerlukan kira-kira 4000 kalori. Sumber
kalori yang kita gunakan tersebut berasal dari karbohidrat .
Lemak secara teotitis bisa menghasilkan kaori yang paling banyak.
Tetapi memilih memakan lemak yang banyak untuk memperoleh kalori
adalah keputusan yang kurang tepat karena lemak paling sulit
dicerna.
Pengetahuan gizi khususnya tentang pengaturan makanan untuk
atlet sangat bermanfaat, karena memberikan beberapa keuntungan
atlet tersebut, antara lain :
1) Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dapat mencapai atau
mempertahankan kondisi tubuh yang telah diperoleh dalam latihan;
2) Memberikan makanan yang dapat menyediakan energi yang
diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga;
3) Menentukan bentuk makanan dan frekwensi makan yang tepat pada
waktu latihan intensif sebelum, selama dan sesudah pertandingan;
4) Menggunakan prinsip gizi dalam menurunkan dan menaikkan berat
badan sesuai yang diinginkan;
5) Menggunakan prinsip gizi untuk mengembangkan atau membuat
rencana diet individu sesuai dengan aturan tubuh, keadaan
fisiologi dan metabolismenya serta mempertimbangkan selera serta
kebiasaan dan daya cerna atlet
Makanan yang baik bagi para olahragawan adalah makanan yang
seimbang. Maksudnya, makanan yang dalm penyusunannya tidak hanya
disesuaikan dengan kebutuhan energi dalam bentuk kalori saja,
tetapi harus diperhatikan pula komposisi makannanya. Kecukupan
nutrisi optimal pada olahragawan adalah karbohidrat sebesar 60-
70% dari total energi, protein 12-15%, sisanya didapatkan dari
lemak. Vitamin dan mineral mempunyai peran dalam meningkatkan
kemampuan fisik atlet terutama pada saat latihan dan
pertandingan.
Pengaturan gizi sebagai upaya pencegahan cedera juga berkenaan
dengan frekuensi dan waktu makan. Makan dalam jumlah tertentu
dengan frekuensi tiga kali sehari, jauh lebih aman daripada makan
dengan jumlah yang sama namun dengan frekuensi dua kali atau
sekali dalam sehari. Jika seorang olahragawan memiliki kebiasaan
makan sekaligus dalm sehari dengan jumlah yang sangat banyak,
maka kan terjadi beban pada sistem pencernannya. Seseorang yang
akan melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak tenaga, harus
menghindari makanan yang menyebabkan kejang-kejang pada perut,
makanan yang keluarnya dari lambung sangat pelan dan makanan yang
menyebabkan diare.
Penerapan Usaha Pengaturan Gizi pada Olahraga Anggar
Berikut beberapa cara dalam pengaturan gizi bagi seorang
atlet,misalnya saja pada atlet anggar. Selain pengaturan program
latihan yang teratur dan terarah, untuk mencapai hasil yang lebih
baik dengan asupan gizi atau pengaturan makanan dengan kebutuhan
gizi yang lebih besar dan seimbang dibanding orang biasa. Serta
pengaturan makanan khusus harus disiapkan pada masa
pelatihan,pertandingan dan pasca pertandingan.Sebagai
contoh,atlet anggar makan 3x sehari dengan lauk pauk yang
seimbang dan gizinya lebih besar dari orang biasa. Dan pada saat
latihan, pertandingan dan pasca pertandingan diberikan makanan
khusus, seperti suplemen atau vitamin. Hal ini bertujuan agar
kebutuhan zat-zat yang diperlukan tubuh bisa terpenuhi dan dapat
menjaga kondisi atlet anggar tersebut supaya tetap dalam kondisi
prima sehingga pemain tidak akan mudah cedera dan daya tahan
tubuhnya tetap terjaga.
2. Pengaturan Istirahat atau Recovery
Kegiatan-kegiatan yang memerlukan aktivitas fisik yang berat
dengan tidak memperhatikan istirahat dapat menimbulkan resiko
yang cukup fatal.lelah dan capek adalah reaksi fisiologis yang
diberikan pada kita agar kita beristirahat. Apabila hal itu
kurang diindahkan maka kejadian yang tidak diinginkan akan
terjadi.
Sehabis melakukan aktifitas fisik, banyak terkumpul zat yang
melelahkan di dalam tubuh sehingga tubuh perlu beristirahat.
Orang yang mengalami kelelahan biasanya tidak dapat berfikir
dengan benar, otot-otot menjadi lemah, daya tahan tubuh secar
umum menurun, koordinasi gerak kurang baik. Kemungkinan
terjadinya cedera terbuka lebar pada seseorang yang mengalami
kelelahan namun tetap memaksakan diri untuk tetap melakukan
aktifitas fisik.
Istirahat yang cukup adalah perlu sekali untuk memperoleh
kondisi yang sebaik-baiknya. Kondisi yang baik berfungsi untuk
menutup kemungkinan terjadinya cedera. Agar para atlet tetap pada
kondisi yang prima, hendaknya mereka disarankan untuk mempunyai
jatah istirahat yang cukup.
Salah satu usaha agar tidak cepat mengalami kelelahan adalah
pengaturan waktu istirahat dengan baik. Recovery (pulih asal) yang
baik dan cukup akan mengistirahatkan seluruh sel-sel tubuh kita
dari stress karena keharusan bekerja berat secara terus-menerus
pada saat aktif. Recovery yang baik dan pemberian asupan gizi yang
yang tepat akan dapat segera mengembalikan simpanan glikogen otot
secara optimal. Dengan demikian asupan gizi yang tepat dan
istirahat yang cukup sangat dibutuhkan olahragawan baik yang
professional maupun bukan (adalah sangat ironis jika atlet yang
besok pagi harus bertanding tetapi malam sebelumnya begadang
sampai pagi). Disamping itu laju percepatan recovery dapat dibantu
dengan pemberian masase olahraga, terutama yeng berkaitan dengan
penumpukan asam laktat, otot yang tegang dan atau “njarem”.
Penerapan Usaha Pengaturan Istirahat atau Recovery pada Olahraga
Anggar
Pada olahraga anggar, dikenal adanya waktu jedah yang
bertujuan untuk mengisirahatkan fisik pemain sehingga nantinya
tidak terlalu mengalami kelelahan yang biasanya dapat
mengakibatkan pemain menderita cedera. Tetapi istirahat pada
jedah pertandingan bukan berarti sudah mencukupi kebutuhan untuk
mengembalikan kondisi fisik secara prima namun hanya menghindari
agar fisik pemain tidak terlalu berat dalam melakukan kerjanya
sehingga membuat mereka rentan akan cedera. Setelah bertanding
secara penuh, disarankan agar pemain beristirahat yang cukup. Hal
ini dimaksudkan agar kondisi badan bisa fit kembali dan rasa
lelah yang mengakibatkan pemain mudah mengalami cedera bisa
dihilangkan.
Disamping itu istirahat tersebut harus diimbangi dengan
asupan gizi yang cukup supaya otot-otot yang dipergunakan pada
saat bermain anggar terutama otot-otot kaki serta tangan bisa
bekerja dengan baik tanpa mengalami suatu gangguan. Selain itu
setelah bertanding dapat pula dilakukan masase atau pemijatan
ringan terutama pada bagian paha dan betis agar otot-otot pada
bagian tersebut menjadi rileks dan tidak mengalami kram.
2. Latihan peningkatan kondisi fisikKondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam
suatu program latihan. Program latihan kondisi fisik haruslah
direncanakan secara baik dan sistematis, ditujukan untuk
meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari
sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk
mencapai prestasi yang lebih baik.
Fungsi utama dari latihan adalah agar tubuh mampu mengerahkan
tenaga untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Dengan latihan,
organ tubuh serta susunan syaraf yaitu otak mengadakan
penyesuaian terhadap beban kerja yang lebih berat sehingga
mengalami perkembangan sesuai dengan intensitas latihannya.
Bentuk latihan fisik antara lain :
a) Latihan Daya Tahan (Aerobik dan Anaerobik)
Kemampuan daya tahan dan stamina dapat dikembangkan melalui
kegiatan lari dan gerakan-gerakan lain yang memiliki nilai
aerobik. Biasakan pemain menyenangi latihan lari selama 40-60
menit dengan kecepatan yang bervariasi. Tujuan latihan ini adalah
meningkatkan kemampuan daya tahan aerobik dan daya tahan otot.
Artinya, pemain dipacu untuk berlari dan bergerak dalam waktu
lama dan tidak mengalami kelelahan yang berarti. Selanjutnya
proses latihan lari ini ditingkatkan kualitas frekuensi,
intensitas, dan kecepatan, yang akan berpengaruh terjadinya
proses anaerobik (stamina)pemain. Artinya, pemain itu mampu
bergerak cepat dalam tempo lama dengan gerakan yang tetap
konsisten dan harmonis.
b) Latihan Kekuatan
kekuatan adalah kemampuan maksimal seseorang untuk mengangkat
suatu beban. Pengertian semacam itu sering disalahartikan oleh
sebagian orang. Banyak diantara kita yang beranggapan bahwa
kemampuan push-up atau sit-up dijadikan ukuran kekuatan
seseorang. Sebenarnya agar jasmani seseorang menjadi lebih segar
dn kuat, maka semua otot tubuh harus dilatih sehingga kemampuan
otot menjadi maksimal.
Upaya pencegahan cedera tidak hanya ditopang oleh kekuatan
otot lengan saja, namun keuatan otot tungkai, otot perut, otot
bahu, dan otot-otot lainnya juga perlu dilatih. Cara terbaik
untuk meningkatkan kemampuan kekuatan ini adalah berlatih
menggunakan beban atau dengan kata lain latihan beban (weight
training). Sebaiknya sebelum melakukan program latihan beban
sesungguhnya, disarankan agar pemain lebih dulu mengenal berbagai
bentuk gerakan seperti:
Mendorong (push up, pull up)
Bangun tidur, angkat kaki
Memperkuat otot punggung, pinggang
Jongkok berdiri untuk membina kekuatan tungkai – loncat-loncat di
tempat atau sambil bergerak.
Proses selanjutnya adalah meningkatkan kualitas geraknya
dengan menggunakan beban (weight training) yang sebenarnya.
Dianjurkan untuk tidak melakukan atau berlatih loncat di tempat
yang keras karena akan berdampak terjadinya sakit, cedera pada
bagian lutut, dan pinggang.
c) Latihan KecepatanCara untuk bergerak cepat adalah melatih kecepatan
tungkai/kaki. Aspek kecepatan juga bermakna pemain harus cekatan
dalam mengubah arah gerak dengan tiba-tiba, tanpa kehilangan
momen keseimbangan tubuh (agilitas). Bentuk-bentuk latihannya
antara lain:
a. Lari cepat dalam jarak dekat
b . Lari bolak-balik, jarak enam meter (shuttle run)
c. Tingkatkan kualitas latihan dengan menggunakan beban,
rintangan.
d. Jongkok-berdiri dan diikuti lari cepat dalam jarak dekat
pula.
d) Latihan Kelenturan/Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah komponen kesegaran jasmani yang sangat
penting dikuasi oleh setiap atlet. Dengan karakteristik gerak
serba cepat, kuat, luwes namun tetap bertenaga, pembinaan
kelenturan tubuh harus mendapat perhatian khusus.Latihan
fleksibilitas harus mendapat porsi yang cukup. Orang yang kurang
lentur rentan mengalami cedera di bagian otot dan daerah
persendian. Di samping itu, gerakannya cenderung kaku sehingga
banyak menggunakan energi, kurang harmonis, kurang rileks, dan
tidak efisien.Latihan-latihan peregangan dengan kualitas gerakan
yang benar memacu komponen otot dan persendian mengalami
peregangan yang optimal. Oleh karena itu, fleksibilitas ini harus
dilatih dengan tekun dan sistematis.
Penerapan Usaha Peningkatan Latihan Fisik pada Olahraga Anggar
Pada olahraga Anggar aspek fisik sangat diutamakan karena hal
tersebut merupakan komponen yang penting bagi pemain Anggar guna
bisa bermain dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa mudah
mengalami kelelahan fisik. Oleh karena itu, perlu adanya
peningkatan latihan fisik guna menunjang dan memperkuat fisik
pemain setiap akan bertanding agar pada saat melakukan
pertandingan pemain tidak mudah mengalami cedera. Bentuk-bentuk
latihan fisik yang dapat dilakukan oleh seorang pemain Anggar
antara lain :
a) Latihan Daya Tahan (Aerobik dan Anaerobik)
Untuk memperkuat daya tahan seorang pemain anggar dapat
melakukan kegiatan lari mengelilingi lapangan atletik sebanyak 3-
4 kali. Hal ini bertujuan untuk memperkuat otot-otot terutama
otot bagian paha dan betis agar terbiasa untuk melakukan
aktivitas yang berat. Selanjutnya proses latihan lari ini
ditingkatkan kualitas frekuensi, intensitas, dan kecepatannya,
yang akan berpengaruh terjadinya proses anaerobik (stamina)
pemain sehingga stamina pemain akan tetap baik ketika pada saat
pertandingan. Dan nantinya diharapakan pemain itu mampu bergerak
cepat dalam tempo lama dengan gerakan yang tetap konsisten dan
harmonis.
b) Latihan KekuatanPada pemain anggar, latiahan kekuatan dapat dialakuakan
secara rutin guna meningkatan kerja otot agar bisa digunakan
secara maksimal. Latihan kekuatan tersebut dapat dilakukan
sebanyak dua atau tiga kali dalam seminggu dengan porsi latihan
yang berbeda-beda. Latiahn kekuatan ini dapat dilakukan dipusat
kebugaran atau tempat fitness yang dimana tersedia alat-alat yang
bisa digunakan untuk melatih kekuatan otot. Sebaiknya sebelum
melakukan program latihan beban sesungguhnya, disarankan agar
pemain lebih dulu melakukan berbagai bentuk gerakan seperti:
Mendorong (push up, pull up)
Bangun tidur, angkat kaki
Memperkuat otot punggung, pinggang
Jongkok berdiri untuk membina kekuatan tungkai – loncat-loncat di
tempat atau sambil bergerak.
Dengan melakuakan latihan beban yang memacu otot untuk bekerja
secara maksimal, maka cedera otot yang biasa dialami oleh pemain
sepak bola bisa dihindari karena otot sudah terbisa dengan
kegiatan yang membutuhkan kerja otot yang maksimal.
c) Latihan KecepatanAspek kecepatan sangat diperlukan oleh seorang pemain anggar
agar bisa melakukan permainan dengan disertai adanya skill dari
masing-masing pemain. Dalam hal ini kecepatan merupakan suatu
usaha seorang pemain untuk menghindari serangan lawan dengan
gerakan yang cepat dan lincah tanpa kehilangan keseimbangan.
Latihan kecepatan disini ditujukan untuk meningkatkan refleks
kaki agar bisa bergerak dengan cepat dan tetap seimbang. Berbagai
latihan kecepatan yang dapat dilakukan oleh seorang pemain sepak
bola antara lain :
Lari sprint dengan jarak 100 m.
Lari bolak-balik jarak 10 meter dengan intensitas kecepatan
yang semkin meningkat.
Lari zig-zag.
Dengan melakukan latihan kecepatan di atas maka seorang
pemain anggar akan terhindarkan dari bahaya cedera yang munculnya
bisa karena kesalahan sendiri atau karena kesalahan lawan.
Seorang pemain yang memilki kecepatan akan sulit untuk diserang
oleh lawan karena pemain tersebut bisa menghindar atau menangkis
dengan cepat.
d) Latihan Kelenturan/Fleksibilitas
Latihan kelenturan diperlukan seorang pemain anggar agar gerak
tubuhnya menjadi lebih luwes dan fleksibel. Latihan kelenturan
ditujukan untuk melatih persendian agar dapat bergerak pada
daerah gerak secara maksimal. Pada bagian persendian merupakan
bagian yang rentan akan cedera karena bagian tersebut
menghubungkan antar tulang dan dimana bagian tersebut merupakan
bagian yang paling dominan dalam melakukan gerak.
Sedangkan pada anggar, sendi yang sering digunakan untuk
bergerak adalah sendi pada bagian, pergelangan kaki, lutut,
pangkal paha dan pada punggung. Oleh karena itu seorang pemain
anggar harus selalu melatih persendiannya agar tidak kaku saat
bertanding anggar. Usahakan sebelum latiahan dan bertanding harus
melakukan pemanasan terlebih dahulu guna mereganggkan otot dan
melatih persendian agar tidak kaku saat digunakan dalam berlatih
dan bertanding. Dengan begitu cedera yang biasanya terjadi pada
daerah persendian bisa diantisipasi sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Cedera
akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak
terkecuali atlet Anggar. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan
berlebihan karena panjangnya waktu permainan atau terlalu
banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti. Kalau pemula,
biasanya kesalahan terbanyak karena tidak cukup efektifnya
pemanasan atau gerakan peregangan yang dilakukan sebelum memulai
olahraga. Akibatnya, otot tidak siap untuk melakukan aktifitas.
Berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga
yang benar, malah mendatangkan cedera dan membahayakan diri
sendiri.
B.SaranDari pembahasan di atas diharapkan para atlit khususnya
atlet anggar tidak hanya mengerti tentang bagaimana cara
malakukan gerakan olahraga saja, tetapi juga harus mengetahui
usaha-usaha dalam mencegah terjadinya cedera yang dapat merugikan
atlet itu sendiri. Dengan mengerti tentang cara-cara mencegah
cedera maka diharapkan atlet dapat mengantisipasi kejadian-
kejadian yang mungkin bisa menimbulkan cedera. Selain itu
diharapkan pula seorang pelatih atau guru pendidikan jasmani juga
bisa memberikan arahan-arahan tentang usaha-usaha yang
memperkecil terjadinya bahaya cedera bagi atlet yang dilatih
ataupun anak didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Soetopo, Sayati. 1994. Pencegahan Cedera dan P3K. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.http://fisioterapior.wordpress.com/prinsip-pencegahan-cidera-olahraga/ http://priyosport07.wordpress.com/2010/06/02/usaha-pencegahan-cedera-olahraga/
http://arifin16.multiply.com/journal/item/1/Makalah_Cedera_Olahraga
http://berthae.wordpress.com/2010/06/02/cara-cara-pencegahan-cedera-
olahraga/
http://badrockboys.blogspot.com/2009/09/prinsip-pencegahan-cidera-olahraga.html