Tugas anggar

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan melindungi kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera yang membahayakan dirinya sendiri. Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan yang profesional dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang dialami oleh atlit olahraga, tidak terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam level yang rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon yang baik bagi pengobatan sendiri. Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah. Aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang

Transcript of Tugas anggar

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran

tubuh dan melindungi kita dari berbagai penyakit. Namun,

berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga

yang benar, malah mendatangkan cedera yang membahayakan dirinya

sendiri.

Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera

goresan, robek pada ligamen, atau patah tulang karena terjatuh.

Cedera tersebut biasanya memerlukan pertolongan yang profesional

dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang dialami oleh atlit

olahraga, tidak terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini

bermula dari adanya suatu kekuatan abnormal dalam level yang

rendah atau ringan, namun berlangsung secara berulang-ulang dalam

jangka waktu lama. Jenis cedera ini terkadang memberikan respon

yang baik bagi pengobatan sendiri.

Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas

olahraga yang salah. Aktivitas yang salah ini karena pemanasan

tidak memenuhi syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot,

dan salah dalam melakukan gerakan olahraga. Kasus cedera yang

paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula yang

biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau

ingin meningkatkan tahap latihan.

Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet,

tak terkecuali atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat

kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu permainan (misalnya

ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan

yang harus diikuti.

Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah

dengan memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana

tubuh kita memberikan respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan

dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat mengetahui apa

yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera, bagaimana

mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana

mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional

(memeriksakan diri ke dokter).

Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi.

Khususnya para mahasiswa pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup

agar mahasiswa mampu melaksanakan dan faham tentang prinsip-

prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam olahraga serta

dapat mempraktekkanya pada saat menempuh perkuliahan maupun

setelah lulus dan menjadi guru pendidikan jasmani di sekolah.

B. Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud cedera dan cedera olahraga ?

2.      Apa macam-macam cedera olahraga ?

3.      Bagaiamana klasifikasi cedera olahraga ?

4.      Apa penyebab cedera olahraga ?

5.      Bagaimana penerapan usaha pencegahan cedera olahraga pada

olahraga anggar ?

C. Tujuan1.      Mengetahui pengertian cedera dan cedera olahraga.

2.      Mengetahui macam-macam cedera olahraga.

3.      Mengetahui klasifikasi cedera olahraga.

4.      Mengetahui penyebab cedera olahraga.

5.      Memahami penerapan usaha pencegahan cedera olahraga pada

olahraga anggar.

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Cedera dan Cedera Olahraga

1.      Cedera

Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja

pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui

kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa

berlangsung dengan cepat atau jangka lama.

Dapat dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau kekuatan yang

berlebihan dilimpahkan pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga

tubuh atau bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan dan tidak

dapat menyesuaikan diri.

Harus diingat bahwa setiap orang dapat terkena celaka yang

bukan karena kegiatan olahraga, biarpun kita telah berhati-hati

tetapi masih juga celaka, tetapibila kita berhati-hati kita akan

bisa mengurangi resiko celaka tersebut.

2.      Cedera Olahraga

Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk

dikembangkan dan ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi atau

kompetisi, tetapi olahraga juga untuk kebugaran jasmani secara

umum. Kebugaran jasmani tidak hanya punya keuntungan secara

pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan bagi masyarakat dan

negara. Oleh karena itu kegiatan olahraga sekarang ini semakin

mendapat perhatian yang luas.

Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas keolahragaan tersebut,

korban cedera olahraga juga ikut bertambah. Sangat disayangkan

jika hanya karena cedera olahraga tersebut para pelaku olahraga

sulit meningkatkan atau mempertahankan prestasi.

“Cedera Olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena

olahraga, sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada

otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh.

Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar

dapat mengakibatkan gangguan atau  keterbatasan fisik, baik dalam

melakukan aktivitas hidup sehari-hari maupun melakukan aktivitas

olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera ini bisa

berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan

sama sekali hobi dan profesinya. Oleh sebab itu dalam penaganan

cedera olahraga harus dilakukan secara tim yang multidisipliner.

B.Macam – macam Cedera Olahraga

Didalam menangani cedera olahraga (sport injury) agar terjadi

pemulihan seorang atlit untuk kembali melaksanakan kegiatan dan

kalau perlu ke prestasi puncak sebelum cedera.

Kita ketahui penyembuhan penyakit atau cedera memerlukan waktu

penyembuhan yang secara alamiah tidak akan sama untuk semua alat

(organ) atau sistem jaringan ditubuh, selain itu penyembuhan juga

tergantung dari derajat kerusakan yang diderita, cepat lambat

serta ketepatan penanggulangan secara dini.

Dengan demikian peran seseorang yang berkecimpung dalam

kedokteran olahraga perlu bekal pengetahuan mengenai penyembuhan

luka serta cara memberikan terapi agar tidak menimbulkan

kerusakan yang lebih parah, sehingga penyembuhan serta pemulihan

fungsi, alat dan sistem anggota yang cedera dapat dicapai dalam

waktu singkat untuk mencapai prestasi kembali, maka latihan untuk

pemulihan dan peningkatan prestasi sangat diperlukan untuk

mempertahankan kondisi jaringan yang cedera agar tidak terjadi

penecilan otot (atropi).

Agar selalu tepat dalam menangani kasus cedera maka sangat

diperlukan adanya pengetahuan tentang macam-macam cedera. Cedera

olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :

a.    Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti :

lecet, lepuh, memar, leban otot, luka, “stram” otot, “sprain”

sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma kepala-leher-tulang

belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada

perut, cedera anggota gerak atas dan bawah.

b.  Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes),

yang lebih spesifik yang berhubungan dengan jenis olahraganya,

seperti : tenis elbow, golfer’s elbow swimer’s shoulder, jumper’s

knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.

C.    Klasifikasi Cedera Olahraga

Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam,

yaitu :

a.    Cedera tingkat 1 (cedera ringan)

Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius,

namun dapat mengganggu penampilan atlit. Misalnya: lecet, memar,

sprain yang ringan.

b.    Cedera tingkat 2 (cedera sedang)

Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh

pada performance atlit. Keluhan bias berupa nyeri, bengkak,

gangguan fungsi (tanda-tanda inplamasi) misalnya: lebar otot,

straing otot, tendon-tendon, robeknya ligament (sprain grade II).

c.    Cedera tingkat 3 (cedera berat)

Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif,

istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat

robekan lengkap atau hamper lengkap ligament (sprain grade III)

dan IV atau sprain fracture) atau fracture tulang.

d.    Strain dan Sprain

Strain dan sprain adalah kondisi yang sering ditemukan pada

cedera olahraga.

1.    Strain

Strain adalah menyangkut cedera otot atau tendon. Straing dapat

dibagi atas 3 tingkat, yaitu :

a)    Tinkat 1 (ringan)

Straing tingkat ini tidak ada robekan hanya terdapat kondisi

inflamasi ringan, meskipun tidak ada penurunan kekuatan otot,

tetapi pada kondisi tertentu cukup mengganggu atlit. Misalnya

straing dari otot hamstring (otot paha belakang) akan

mempengaruhi atlit pelari jarak pendek (sprinter), atau pada

baseball pitcher yang cukup terganggu dengan strain otot-otot

lengan atas meskipun hanya ringan, tetapi dapat menurunkan

endurance (daya tahannya).

b)    Tingkat 2 (sedang)

Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau

tendon, sehingga dapat mengurangi kekuatan atlit.

c)    Tingkat 3 (berat)

Straing pada tingkat 3 ini sudah terjadi rupture yang lebih hebat

sampai komplit, pada tingkat 3 diperlukan tindakan bedah (repair)

sampai fisioterapi dan rehabilitasi. 

2.    Sprain

Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligament. Sprain

dapat dibagi 4 tingkat, yaitu :

a)    Tingkat 1 (ringan)

Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat ligament

yang terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada

gangguan fungsi.

b)    Tingkat 2 (sedang)

Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih luas,

tetapi 50% masih baik. Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi,

tindakan proteksi harus dilakukan untuk memungkinkan terjadinya

kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu untuk benar-benar

aman dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali terjadi

pada atlit memaksakan diri sebelum selesainya waktu pemulihan

belum berakhir dan akibatnya akan timbul cedera baru lagi.

c)    Tingkat 3 (berat)

Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau

lepasnya ligament dari tempat lekatnya dan fungsinya terganggu

secara total. Maka sangat penting untuk segera menempatkan kedua

ujung robekan secara berdekatan.

d)    Tingkat 4 (Sprain fraktur)

Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi akibat ligamennya robek

dimana tempat lekatnya pada tulang dengan diikuti lepasnya

sebagian tulang tersebut.

D.      Penyebab Cedera Olahraga

Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai

penyebab cedara olahraga.

1.    Faktor olahragawan/olagragawati

a.    Umur

Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta

kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman

kekuatan otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan

ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-kegiatan fisik

mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun.

b.    Faktor pribadi

Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan

lebih sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan

yang sudah berpengalaman.

c.    Pengalaman

Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera

dibandingkan dengan olahragawan atau atlit yang sudah

berpengalaman.

d.    Tingkat latihan

Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan

fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya

latihan yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan cedera karena

“over use”.

e.    Teknik

Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera.

Dalam melakukan teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera.

f.      Kemampuan awal (warming up)

Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan,

sehingga terhindar dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya :

terjadi sprain, strain ataupun rupture tendon dan lain-lain.

g.    Recovery period

Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem

musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk

recovery (pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi

prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa

dihindari.

h.    Kondisi tubuh yang “fit”

Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk

berolahrag, karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga

mempercepat atau mempermudah terjadinya cedera.

i.      Keseimbangan Nutrisi

Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang

cukup untuk kebutuhan tubuh yang sehat.

j.      Hal-hal yang umum

Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol,

rokok dan yang lain.

2.    Peralatan dan Fasilitas

Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan

kurang baik akan mudah terjadinya cedera.

Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga

yang bersifat body contack, serta jenis olahraga yang khusus.

3.    Faktor karakter dari pada olahraga tersebut

Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal

olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan

sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya.

E. Usaha Pencegahan Cedera Olahraga dan Penerapannya pada Olahraga Anggar

Setiap atlet atau siapapun yang melakukan aktifitas olahraga

pasti mendekatkan diri dengan resiko cidera. Memang sering

terjadi cidera tersebut tidak terlalu membahayakan. Namun

demikian ada beberapa faktor yang perlu menjadi perhatian yang

menjadi prinsip dari pencegahan cidera pada olahraga. Bila

prinsip ini dilaksanakan maka tubuh akan siap melakukan aktifitas

olahraga dengan aman. Dalam hal ini akan dijelaskan beberapa cara

usaha-usaha untuk pencegahan cedera olahraga yang ,antara lain :

1. Pengaturan gizi

Seorang atlet,baik itu professional atau non pofesional akan

membutuhkan asupan gizi yang baik dan teratur untuk dapat

mengatur kondisi fisik tubuhnya dan pengeluaran kalorinya.

Penambahan beban kerja selalu diikuti upaya penambahan energi dan

zat-zat gizi lainnya yang diperoleh dari makanan. Kalori yang

dibutuhkan semakin besar sesuai tingkat energi yang dikeluarkan

selama melakukan aktivitas. Jumlah kalori yang dibutuhkan

tergantung dari berat ringannya aktivitas yang diikuti. Keadaan

gizi untuk orang biasa yang tidak melakukan aktivitas berat cukup

dengan 2500 kalori, sedangkan bagi atlit yang melakukan aktivitas

fisik yang yang berat memerlukan kira-kira 4000 kalori. Sumber

kalori yang kita gunakan tersebut berasal dari karbohidrat .

Lemak secara teotitis bisa menghasilkan kaori yang paling banyak.

Tetapi memilih memakan lemak yang banyak untuk memperoleh kalori

adalah keputusan yang kurang tepat karena lemak paling sulit

dicerna.

Pengetahuan gizi khususnya tentang pengaturan makanan untuk

atlet sangat bermanfaat, karena memberikan beberapa keuntungan

atlet tersebut, antara lain :

1) Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dapat mencapai atau

mempertahankan kondisi tubuh yang telah diperoleh dalam latihan;

2) Memberikan makanan yang dapat menyediakan energi yang

diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga;

3) Menentukan bentuk makanan dan frekwensi makan yang tepat pada

waktu latihan intensif sebelum, selama dan sesudah pertandingan;

4) Menggunakan prinsip gizi dalam menurunkan dan menaikkan berat

badan sesuai yang diinginkan;

5) Menggunakan prinsip gizi untuk mengembangkan atau membuat

rencana diet individu sesuai dengan aturan tubuh, keadaan

fisiologi dan metabolismenya serta mempertimbangkan selera serta

kebiasaan dan daya cerna atlet

Makanan yang baik bagi para olahragawan adalah makanan yang

seimbang. Maksudnya, makanan yang dalm penyusunannya tidak hanya

disesuaikan dengan kebutuhan energi dalam bentuk kalori saja,

tetapi harus diperhatikan pula komposisi makannanya. Kecukupan

nutrisi optimal pada olahragawan adalah karbohidrat sebesar 60-

70% dari total energi, protein 12-15%, sisanya didapatkan dari

lemak. Vitamin dan mineral mempunyai peran dalam meningkatkan

kemampuan fisik atlet terutama pada saat latihan dan

pertandingan.

Pengaturan gizi sebagai upaya pencegahan cedera juga berkenaan

dengan frekuensi dan waktu makan. Makan dalam jumlah tertentu

dengan frekuensi tiga kali sehari, jauh lebih aman daripada makan

dengan jumlah yang sama namun dengan frekuensi dua kali atau

sekali dalam sehari. Jika seorang olahragawan memiliki kebiasaan

makan sekaligus dalm sehari dengan jumlah yang sangat banyak,

maka kan terjadi beban pada sistem pencernannya. Seseorang yang

akan melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak tenaga, harus

menghindari makanan yang menyebabkan kejang-kejang pada perut,

makanan yang keluarnya dari lambung sangat pelan dan makanan yang

menyebabkan diare.

  Penerapan Usaha Pengaturan Gizi pada Olahraga Anggar

Berikut beberapa cara dalam pengaturan gizi bagi seorang

atlet,misalnya saja pada atlet anggar. Selain pengaturan program

latihan yang teratur dan terarah, untuk mencapai hasil yang lebih

baik dengan asupan gizi atau pengaturan makanan dengan kebutuhan

gizi yang lebih besar dan seimbang dibanding orang biasa. Serta

pengaturan makanan khusus harus disiapkan pada masa

pelatihan,pertandingan dan pasca pertandingan.Sebagai

contoh,atlet anggar makan 3x sehari dengan lauk pauk yang

seimbang dan gizinya lebih besar dari orang biasa. Dan pada saat

latihan, pertandingan dan pasca pertandingan diberikan makanan

khusus, seperti suplemen atau vitamin. Hal ini bertujuan agar

kebutuhan zat-zat yang diperlukan tubuh bisa terpenuhi dan dapat

menjaga kondisi atlet anggar tersebut supaya tetap dalam kondisi

prima sehingga pemain tidak akan mudah cedera dan daya tahan

tubuhnya tetap terjaga.

2. Pengaturan Istirahat atau Recovery

Kegiatan-kegiatan yang memerlukan aktivitas fisik yang berat

dengan tidak memperhatikan istirahat dapat menimbulkan resiko

yang cukup fatal.lelah dan capek adalah reaksi fisiologis yang

diberikan pada kita agar kita beristirahat. Apabila hal itu

kurang diindahkan maka kejadian yang tidak diinginkan akan

terjadi.

Sehabis melakukan aktifitas fisik, banyak terkumpul zat yang

melelahkan di dalam tubuh sehingga tubuh perlu beristirahat.

Orang yang mengalami kelelahan biasanya tidak dapat berfikir

dengan benar, otot-otot menjadi lemah, daya tahan tubuh secar

umum menurun, koordinasi gerak kurang baik. Kemungkinan

terjadinya cedera terbuka lebar pada seseorang yang mengalami

kelelahan namun tetap memaksakan diri untuk tetap melakukan

aktifitas fisik.

Istirahat yang cukup adalah perlu sekali untuk memperoleh

kondisi yang sebaik-baiknya. Kondisi yang baik berfungsi untuk

menutup kemungkinan terjadinya cedera. Agar para atlet tetap pada

kondisi yang prima, hendaknya mereka disarankan untuk mempunyai

jatah istirahat yang cukup.

Salah satu usaha agar tidak cepat mengalami kelelahan adalah

pengaturan waktu istirahat dengan baik. Recovery (pulih asal) yang

baik dan cukup akan mengistirahatkan seluruh sel-sel tubuh kita

dari stress karena keharusan bekerja berat secara terus-menerus

pada saat aktif. Recovery yang baik dan pemberian asupan gizi yang

yang tepat akan dapat segera mengembalikan simpanan glikogen otot

secara optimal. Dengan demikian asupan gizi yang tepat dan

istirahat yang cukup sangat dibutuhkan olahragawan baik yang

professional maupun bukan (adalah sangat ironis jika atlet yang

besok pagi harus bertanding tetapi malam sebelumnya begadang

sampai pagi). Disamping itu laju percepatan recovery dapat dibantu

dengan pemberian masase olahraga, terutama yeng berkaitan dengan

penumpukan asam laktat, otot yang tegang dan atau “njarem”.

  Penerapan Usaha Pengaturan Istirahat atau Recovery pada Olahraga

Anggar

Pada olahraga anggar, dikenal adanya waktu jedah yang

bertujuan untuk mengisirahatkan fisik pemain sehingga nantinya

tidak terlalu mengalami kelelahan yang biasanya dapat

mengakibatkan pemain menderita cedera. Tetapi istirahat pada

jedah pertandingan bukan berarti sudah mencukupi kebutuhan untuk

mengembalikan kondisi fisik secara prima namun hanya menghindari

agar fisik pemain tidak terlalu berat dalam melakukan kerjanya

sehingga membuat mereka rentan akan cedera. Setelah bertanding

secara penuh, disarankan agar pemain beristirahat yang cukup. Hal

ini dimaksudkan agar kondisi badan bisa fit kembali dan rasa

lelah yang mengakibatkan pemain mudah mengalami cedera bisa

dihilangkan.

Disamping itu istirahat tersebut harus diimbangi dengan

asupan gizi yang cukup supaya otot-otot yang dipergunakan pada

saat bermain anggar terutama otot-otot kaki serta tangan bisa

bekerja dengan baik tanpa mengalami suatu gangguan. Selain itu

setelah bertanding dapat pula dilakukan masase atau pemijatan

ringan terutama pada bagian paha dan betis agar otot-otot pada

bagian tersebut menjadi rileks dan tidak mengalami kram.

2. Latihan peningkatan kondisi fisikKondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam

suatu program latihan. Program latihan kondisi fisik haruslah

direncanakan secara baik dan sistematis, ditujukan untuk

meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari

sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk

mencapai prestasi yang lebih baik.

Fungsi utama dari latihan adalah agar tubuh mampu mengerahkan

tenaga untuk mencapai hasil kerja yang maksimal. Dengan latihan,

organ tubuh serta susunan syaraf yaitu otak mengadakan

penyesuaian terhadap beban kerja yang lebih berat sehingga

mengalami perkembangan sesuai dengan intensitas latihannya.

Bentuk latihan fisik antara lain :

a)      Latihan Daya Tahan (Aerobik dan Anaerobik)

Kemampuan daya tahan dan stamina dapat dikembangkan melalui

kegiatan lari dan gerakan-gerakan lain yang memiliki nilai

aerobik. Biasakan pemain menyenangi latihan lari selama 40-60

menit dengan kecepatan yang bervariasi. Tujuan latihan ini adalah

meningkatkan kemampuan daya tahan aerobik dan daya tahan otot.

Artinya, pemain dipacu untuk berlari dan bergerak dalam waktu

lama dan tidak mengalami kelelahan yang berarti. Selanjutnya

proses latihan lari ini ditingkatkan kualitas frekuensi,

intensitas, dan kecepatan, yang akan berpengaruh terjadinya

proses anaerobik (stamina)pemain. Artinya, pemain itu mampu

bergerak cepat dalam tempo lama dengan gerakan yang tetap

konsisten dan harmonis.

b) Latihan Kekuatan

kekuatan adalah kemampuan maksimal seseorang untuk mengangkat

suatu beban. Pengertian semacam itu sering disalahartikan oleh

sebagian orang. Banyak diantara kita yang beranggapan bahwa

kemampuan push-up atau sit-up dijadikan ukuran kekuatan

seseorang. Sebenarnya agar jasmani seseorang menjadi lebih segar

dn kuat, maka semua otot tubuh harus dilatih sehingga kemampuan

otot menjadi maksimal.

Upaya pencegahan cedera tidak hanya ditopang oleh kekuatan

otot lengan saja, namun keuatan otot tungkai, otot perut, otot

bahu, dan otot-otot lainnya juga perlu dilatih. Cara terbaik

untuk meningkatkan kemampuan kekuatan ini adalah berlatih

menggunakan beban atau dengan kata lain latihan beban (weight

training). Sebaiknya sebelum melakukan program latihan beban

sesungguhnya, disarankan agar pemain lebih dulu mengenal berbagai

bentuk gerakan seperti:

  Mendorong (push up, pull up)

  Bangun tidur, angkat kaki

  Memperkuat otot punggung, pinggang

  Jongkok berdiri untuk membina kekuatan tungkai – loncat-loncat di

tempat atau sambil bergerak.

Proses selanjutnya adalah meningkatkan kualitas geraknya

dengan menggunakan beban (weight training) yang sebenarnya.

Dianjurkan untuk tidak melakukan atau berlatih loncat di tempat

yang keras karena akan berdampak terjadinya sakit, cedera pada

bagian lutut, dan pinggang.

c) Latihan KecepatanCara untuk bergerak cepat adalah melatih kecepatan

tungkai/kaki. Aspek kecepatan juga bermakna pemain harus cekatan

dalam mengubah arah gerak dengan tiba-tiba, tanpa kehilangan

momen keseimbangan tubuh (agilitas). Bentuk-bentuk latihannya

antara lain:

a.       Lari cepat dalam jarak dekat

b . Lari bolak-balik, jarak enam meter (shuttle run)

c. Tingkatkan kualitas latihan dengan menggunakan beban,

rintangan.

d.      Jongkok-berdiri dan diikuti lari cepat dalam jarak dekat

pula.

d) Latihan Kelenturan/Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah komponen kesegaran jasmani yang sangat

penting dikuasi oleh setiap atlet. Dengan karakteristik gerak

serba cepat, kuat, luwes namun tetap bertenaga, pembinaan

kelenturan tubuh harus mendapat perhatian khusus.Latihan

fleksibilitas harus mendapat porsi yang cukup. Orang yang kurang

lentur rentan mengalami cedera di bagian otot dan daerah

persendian. Di samping itu, gerakannya cenderung kaku sehingga

banyak menggunakan energi, kurang harmonis, kurang rileks, dan

tidak efisien.Latihan-latihan peregangan dengan kualitas gerakan

yang benar memacu komponen otot dan persendian mengalami

peregangan yang optimal. Oleh karena itu, fleksibilitas ini harus

dilatih dengan tekun dan sistematis.

  Penerapan Usaha Peningkatan Latihan Fisik pada Olahraga Anggar

Pada olahraga Anggar aspek fisik sangat diutamakan karena hal

tersebut merupakan komponen yang penting bagi pemain Anggar guna

bisa bermain dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa mudah

mengalami kelelahan fisik. Oleh karena itu, perlu adanya

peningkatan latihan fisik guna menunjang dan memperkuat fisik

pemain setiap akan bertanding agar pada saat melakukan

pertandingan pemain tidak mudah mengalami cedera. Bentuk-bentuk

latihan fisik yang dapat dilakukan oleh seorang pemain Anggar

antara lain :

a)      Latihan Daya Tahan (Aerobik dan Anaerobik)

Untuk memperkuat daya tahan seorang pemain anggar dapat

melakukan kegiatan lari mengelilingi lapangan atletik sebanyak 3-

4 kali. Hal ini bertujuan untuk memperkuat otot-otot terutama

otot bagian paha dan betis agar terbiasa untuk melakukan

aktivitas yang berat. Selanjutnya proses latihan lari ini

ditingkatkan kualitas frekuensi, intensitas, dan kecepatannya,

yang akan berpengaruh terjadinya proses anaerobik (stamina)

pemain sehingga stamina pemain akan tetap baik ketika pada saat

pertandingan. Dan nantinya diharapakan pemain itu mampu bergerak

cepat dalam tempo lama dengan gerakan yang tetap konsisten dan

harmonis.

b) Latihan KekuatanPada pemain anggar, latiahan kekuatan dapat dialakuakan

secara rutin guna meningkatan kerja otot agar bisa digunakan

secara maksimal. Latihan kekuatan tersebut dapat dilakukan

sebanyak dua atau tiga kali dalam seminggu dengan porsi latihan

yang berbeda-beda. Latiahn kekuatan ini dapat dilakukan dipusat

kebugaran atau tempat fitness yang dimana tersedia alat-alat yang

bisa digunakan untuk melatih kekuatan otot. Sebaiknya sebelum

melakukan program latihan beban sesungguhnya, disarankan agar

pemain lebih dulu melakukan berbagai bentuk gerakan seperti:

  Mendorong (push up, pull up)

  Bangun tidur, angkat kaki

  Memperkuat otot punggung, pinggang

  Jongkok berdiri untuk membina kekuatan tungkai – loncat-loncat di

tempat atau sambil bergerak.

Dengan melakuakan latihan beban yang memacu otot untuk bekerja

secara maksimal, maka cedera otot yang biasa dialami oleh pemain

sepak bola bisa dihindari karena otot sudah terbisa dengan

kegiatan yang membutuhkan kerja otot yang maksimal.

c) Latihan KecepatanAspek kecepatan sangat diperlukan oleh seorang pemain anggar

agar bisa melakukan permainan dengan disertai adanya skill dari

masing-masing pemain. Dalam hal ini kecepatan merupakan suatu

usaha seorang pemain untuk menghindari serangan lawan dengan

gerakan yang cepat dan lincah tanpa kehilangan keseimbangan.

Latihan kecepatan disini ditujukan untuk meningkatkan refleks

kaki agar bisa bergerak dengan cepat dan tetap seimbang. Berbagai

latihan kecepatan yang dapat dilakukan oleh seorang pemain sepak

bola antara lain :

         Lari sprint dengan jarak 100 m.

         Lari bolak-balik jarak 10 meter dengan intensitas kecepatan

yang semkin meningkat.

         Lari zig-zag.

Dengan melakukan latihan kecepatan di atas maka seorang

pemain anggar akan terhindarkan dari bahaya cedera yang munculnya

bisa karena kesalahan sendiri atau karena kesalahan lawan.

Seorang pemain yang memilki kecepatan akan sulit untuk diserang

oleh lawan karena pemain tersebut bisa menghindar atau menangkis

dengan cepat.

d) Latihan Kelenturan/Fleksibilitas

Latihan kelenturan diperlukan seorang pemain anggar agar gerak

tubuhnya menjadi lebih luwes dan fleksibel. Latihan kelenturan

ditujukan untuk melatih persendian agar dapat bergerak pada

daerah gerak secara maksimal. Pada bagian persendian merupakan

bagian yang rentan akan cedera karena bagian tersebut

menghubungkan antar tulang dan dimana bagian tersebut merupakan

bagian yang paling dominan dalam melakukan gerak.

Sedangkan pada anggar, sendi yang sering digunakan untuk

bergerak adalah sendi pada bagian, pergelangan kaki, lutut,

pangkal paha dan pada punggung. Oleh karena itu seorang pemain

anggar harus selalu melatih persendiannya agar tidak kaku saat

bertanding anggar. Usahakan sebelum latiahan dan bertanding harus

melakukan pemanasan terlebih dahulu guna mereganggkan otot dan

melatih persendian agar tidak kaku saat digunakan dalam berlatih

dan bertanding. Dengan begitu cedera yang biasanya terjadi pada

daerah persendian bisa diantisipasi sebelumnya.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Cedera

akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak

terkecuali atlet Anggar. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan

berlebihan karena panjangnya waktu permainan atau terlalu

banyaknya partai pertandingan yang harus diikuti. Kalau pemula,

biasanya kesalahan terbanyak karena tidak cukup efektifnya

pemanasan atau gerakan peregangan yang dilakukan sebelum memulai

olahraga. Akibatnya, otot tidak siap untuk melakukan aktifitas.

Berolahraga secara berlebihan dan mengabaikan aturan berolahraga

yang benar, malah mendatangkan cedera dan membahayakan diri

sendiri.

B.SaranDari pembahasan di atas diharapkan para atlit khususnya

atlet anggar tidak hanya mengerti tentang bagaimana cara

malakukan gerakan olahraga saja, tetapi juga harus mengetahui

usaha-usaha dalam mencegah terjadinya cedera yang dapat merugikan

atlet itu sendiri. Dengan mengerti tentang cara-cara mencegah

cedera maka diharapkan atlet dapat mengantisipasi kejadian-

kejadian yang mungkin bisa menimbulkan cedera. Selain itu

diharapkan pula seorang pelatih atau guru pendidikan jasmani juga

bisa memberikan arahan-arahan tentang usaha-usaha yang

memperkecil terjadinya bahaya cedera bagi atlet yang dilatih

ataupun anak didiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Soetopo, Sayati. 1994. Pencegahan Cedera dan P3K. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.http://fisioterapior.wordpress.com/prinsip-pencegahan-cidera-olahraga/ http://priyosport07.wordpress.com/2010/06/02/usaha-pencegahan-cedera-olahraga/

http://arifin16.multiply.com/journal/item/1/Makalah_Cedera_Olahraga

http://berthae.wordpress.com/2010/06/02/cara-cara-pencegahan-cedera-

olahraga/

http://badrockboys.blogspot.com/2009/09/prinsip-pencegahan-cidera-olahraga.html