Tugas sayur fix

43
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu jenis komoditi hortikultura yang penting karena merupakan salah satu sumber pendapatan petani dan bahan baku industri prosesing. Produktivitas kentang di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 16.51 ton/ha dan pada tahun 2010 menurun menjadi 15.94 ton/ha. Namun pada tahun 2011 mengalami peningkatan produktivitas 0,12 persen yaitu 15.96 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2011). Produktivitas kentang di Indonesia masih berada dibawah produktivitas kentang di Eropa yang mencapai 25.0 ton/ha (The International Potato Center, 2008). Rendahnya produktivitas tanaman kentang, khususnya di Indonesia disebabkan beberapa kendala, diantaranya yaitu : (1) rendahnya kualitas dan kuantitas bibit kentang yang merupakan perhatian utama dalam usaha peningkatan produksi kentang di Indonesia, (2) teknik

Transcript of Tugas sayur fix

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan

salah satu jenis komoditi hortikultura yang penting

karena merupakan salah satu sumber pendapatan petani

dan bahan baku industri prosesing. Produktivitas

kentang di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 16.51

ton/ha dan pada tahun 2010 menurun menjadi 15.94

ton/ha. Namun pada tahun 2011 mengalami peningkatan

produktivitas 0,12 persen yaitu 15.96 ton/ha (Badan

Pusat Statistik, 2011).

Produktivitas kentang di Indonesia masih berada

dibawah produktivitas kentang di Eropa yang mencapai

25.0 ton/ha (The International Potato Center, 2008).

Rendahnya produktivitas tanaman kentang, khususnya di

Indonesia disebabkan beberapa kendala, diantaranya

yaitu : (1) rendahnya kualitas dan kuantitas bibit

kentang yang merupakan perhatian utama dalam usaha

peningkatan produksi kentang di Indonesia, (2) teknik

budidaya yang masih konvensional, (3) faktor topografi,

di mana daerah dengan ketinggian tempat dan temperatur

yang sesuai untuk pertanaman kentang di Indonesia

sangat terbatas, (4) daerah tropis Indonesia merupakan

tempat yang optimum untuk perkembangbiakan hama dan

penyakit tanaman kentang.

Kentang termasuk tanaman yang dapat tumbuh di

daerah tropis dan subtropis dan dapat tumbuh pada

ketinggian 500 m sampai dengan 3000 m di atas permukaan

laut, terbaik pada ketinggian 1300 m di atas permukaan

laut. Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang

subur, dan mempunyai drainase yang baik, tanah liat

yang gembur, debu atau debu berpasir. Tanaman kentang

toleran terhadap pH pada selang yang cukup luas, yaitu

4,5 sampai 8,0, pH optimum untuk produksi yaitu 5,0

sampai 6,5. Tanaman kentang tumbuh baik pada lingkungan

dengan suhu rendah, yaitu 15 0C sampai 20 0C, cukup

sinar matahari, dan kelembaban udara 80% sampai 90%.

Pertumbuhan optimum umbi yaitu pada suhu  18-

20 0C dengan suhu rata-rata 15,5 0C. Tanaman kentang

memerlukan banyak air, terutama pada fase berbunga.

Tanaman kentang tidak akan tumbuh baik apabila hujan

lebat yang berlangsung terus menerus. Curah hujan yang

baik untuk pertumbuhan tanaman kentang adalah 2000-3000

mm/tahun.

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana proses budidaya kentang melalui

umbi?

2. Bagaimana proses budidaya melalui biji?

3. Bila dibandingkan di antara biji dan umbi,

hasil mana yang lebih unggul bila ditinjau dari

jumlah produksi, ketahanan hama dan penyakit

serta nilai jualnya?

II.PEMBAHASAN

Budidaya kentang secara konvensional adalah

budidaya yang menggunakan umbi kentang sebagai bibit.

Cara inilah yang paling sering digunakan oleh petani

kentang untuk memproduksi kentang dalam jumlah banyak.

Langkah- langkah di dalam pembudidayaan kentang

secara konvensional atau dengan umbi sebagai bibitnya

secara baik dan benar adalah:

A. Pemilihan varietas yang akan ditanam

Beberapa varietas kentang secara umum adalah:

1.Alpha

Tanaman berbatang kuat sedang, daunnya

rimbun, bunganya berwatna ungu, dan bisa berbuah.

Sangat peka terhadap penyakit Phytopthora infestans

dan virus daun menggulung. Namun, varietas ini

tahan terhadap penyakit kutil. Daya hasilnya

sedang tinggi. Umbinya bulat sampai bulat telur,

bermata dangkal, dagingnya berwarna kuning muda.

2.Catella

Varietas ini berbatang kecil, agak lemah, dan

berdaun rimbun. Bunganya putih dan sulit berbuah.

Sangat peka terhadap penyakit Phytopthora infestans.

Tergolong varietas genjah – sedang. Hasilnya

sedang- tinggi. Umbinya bulat, seragam, bermata

dangkal, dan dagingnya berwarna kuning. Umbi ini

cukup tahan lama dibiarkan dalam tanah.

3.Cosima

Batangnya besar, agak kuat, dan daunnya

rimbun. Bunganya berwarna ungu dan tidak pernah

berbuah. Tanaman agak tahan lama terhadap

penyakit Phytoptora infestans dan agak peka terhadap

virus menggulung.

4.Desiree

Varietas ini berbatang besar, kuat, berwarna

kemerahan, berdaun rimbun, berbunga ungu, dan

mudah berbuah. Tanaman ini peka terhadap penyakit

Phytopthora infestans, penyakit layu dan virus daun

menggulung tetapi tahan penyakit kulit. Dasiree

termasuk berumur sedang dan produktivitasnya

tinggi. Umbinya bulat sampai bulat telur, bermata

dangkal, kulitnya berwarna merah dan dagingnya

kuning cenderung kemerah- merahan.

5.Granola

Jenis ini termasuk varietas unggul karena

produktivitasnya bisa mencapai 30 ton per hektar.

Granola juga tahan terhadap penyakit kentang

umumnya. Misalnya bila daya serang suatu penyakit

terhadap varietas kentang lain bisa 30% tetapi

Granola hanya 10%. Umur panen normal 90 hari

meskipun umur 80 hari sudah bisa dipanen.

B. Pemilihan Lahan dan Pengolahan Tanah

Lahan untuk bertanam kentang harus tanah yang

gembur atau sedikit mengandung pasir agar mudah

diserapi air dan mengandung humus yang tinggi. Tanah

untuk penanaman kentang pada umumnya dibajak terlebih

dahulu , yang kemudian setelahnya beberapa hari siap

untuk dicangkuli agar tanah menjadi remah dan gembur.

Setelah beberapa hari tanah kembali dibajak dan

dicangkuli. Jadi tanah untuk kentang memerlukan dua

kali pembajakan dan pencangkulan. Langkah-langkahnya

sebagai berikut:

1.Membuat Guludan

Guludan secara definitif adalah tanah yang

permukaanya ditinggikan. Pekerjaan meninggikan

permukaan itu dilakukan sambil menggemburkan

tanah (di sekitar tanaman) dengan maksud agar

aerasi udara dalam tanah menjadi baik.

2.Pupuk Dasar

Pupuk dasar adalah pupuk yang diberikan

sebelum penanaman dilakukan. Pupuk ini bisa

berupa pupuk organic. Untuk jenis pupuk kandang

misalnya berasal dari sapi atau domba. Begitu

pula pupuk kompos bisa berasal dari tanaman

jagung, rumput, atau sampah dedaunan. Selain

pupuk organik, pupuk dasar juga berupa anorganik

(pupuk buatan).

3.Jarak dan Lubang Tanam

Kalau bibitnya seukuran telur bebek, jarak

tanamnya 35 cm. Jika bibitnya seukuran telur ayam

, jaraknya 25 cm. Sedangkan ukuran guludannya

antara 75 cm – 80 cm atau lebih idealnya minimal

100 cm untuk dua barisan. Kemudian untuk tinggi

guludan sedalam bajakan (30 - 40 cm) atau sedalam

cangkulan (20 – 30 cm). Lubang tanaman posisinya

“pas ditengah-tengah” guludan.

Lahan untuk budidaya kentang sebaiknya

tanahnya gembur, dekat dengan sumber air (untuk

musim kemarau), bukan daerah endemic penyakit

layu dan bukan bekas tanaman anggota family

Solanaceae. Sisa-sisa tanaman sebelumnya

dikumpulkan dan dimusnahkan. Rerumputan jangan

dibiarkan menumpuk karena akan menjadi sarang

ulat tanah. Kemudian dibuat garitan sedalam 5-10

cm dengan jarak antar garitan 70-80 cm.

Lahan dibajak sedalam 30-40 cm sampai gembur

benar supaya perkembangan akarnya dan pembesaran

umbi berlangsung optimal. Kemudian tanah

dibiarkan selama 2 minggu sebelum dibuat

bedengan. Pada lahan yang datar, sebaiknya dibuat

bedengan memanjang ke arah barat-timur agar

memperoleh sinar matahari secara optimal, sedang

pada lahan berbukit arah bedengan dibuat tegak

lurus kemiringan tanah untuk mencegah erosi.

Lebar bedengan 70 cm (1 jalur tanaman) / 140 cm

(2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan jarak antar

bedengan dapat diubah sesuai dengan varietas

kentang yang ditanam. Disekeliling petak bedengan

dibuat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan

lebar 50 cm.

C. Pembibitan Kentang

Bibit kentang yang sebenarnya adalah umbi kentang

itu sendiri yang sudah disimpan dalam waktu yang

tertentu (tergantung dari jenis kentangnya), dan sudah

melewati masa dormansi (dormant period), dan mulai

mengeluarkan tunas tanaman baru. Inilah yang disebut

bibit kentang. Ukuran bibit kentang beragam dari satu

tempat ke tempat yang lain. Di satu tempat lebih

menyukai ukuran bibit yang besar. Hal ini berhubungan

dengan kerapatan populasi tanaman yang diinginkan.

Ukuran bibit kentang diameter, range millimeter, 28-35

mm, 45-50 mm, dan sebagainya.

Bibit kentang adalah bagian tanaman yang berupa

umbi dan bukan biji botani. Umbi yang ditanam perlu

diseleksi dahulu, dipilih yang sehat dan berasal dari

tanaman yang bebas hama dan penyakit.

1. Jika ukuran kentang 30-60 gram tunasnya

akan keluar sekitar 3 bulan 7 hari setelah

disimpan di gudang yang terang. Sedangkan

bibit ukuran 10-30 gram keluar tunasnya

setelah sekitar 4 bulan. Namun, benih yang

baik digunakan untuk pembenihan seukuran

telur ayam sampai telur bebek dengan bobot

antara 30-80 gram. Benih yang siap ditanam

jika panjang tunas antara 2-3 cm dan

jumlahnya 3-5 tunas.

2. Umbi bibit berasal dari umbi produksi

berbobot 30-50 gram , umur 150-180 hari,

tidak cacat, dan varietas unggul. Pilih

umbi berukuran sedang, memiliki 3-5 mata

tunas dan hanya sampai generasi keempat

saja. Setelah tunas +2 cm, siap ditanam.

3. Bila bibit membeli (usahakan bibit yang

bersertifikasi), berat antara 30-45 gram

dengan 3-5 mata tunas. Penanaman dapat

dilakukan tanpa/dengan pembelahan.

Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4

potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum

tanam umbi direndam dahulu menggunakan POC

NASA selama 1-3 jam (2-4 cc/lt air).

( Nurul, 2012).

D. Pemupukkan Dan Penanaman

Kompos jerami padi sebanyak 20 ton/ha atau pupuk

kandang sapi/domba/kambing/ayam sebanyak 20-30 ton/ha

atau 1 kg/ lubang tanam diberikan sekaligus dengan cara

disebarkan merata di atas garitan di atas pupuk kandang

dengan jarak tanam 30 cm x 80 cm. Bibit diletakkan

dengan mata tunas menghadap ke atas. Pupuk buatan

(perhektar) : TSP 250-300kg, Urea 200-300 kg, ZA 300-

400 kg dan KCl 200-300 kg dicampur, kemudian diberikan

sekaligus pada waktu tanam dengan cara diletakkan di

antara bibit kentang. Garitan yang telah ditanami dan

diberi pupuk ditutup dengan tanah.

Bila penanaman dilakukan untuk mendapatkan umbi

bibit , sebaiknya disekeliling pertanaman kentang

ditanami kubis atau caisim sebanyak 3-5 baris untuk

tanaman perangkap aphid yang merupakan vektor virus.

Bibit yang diperlukan jika memakai jarak tanam

70x30 cm adalah 1.300-1.700 kg/ha dengan anggapan umbi

bibit berbobot sekitar 30-45 gram. Jarak tanam

tergantung varietas. Dimanat dan LCB 80 x 40 sedangkan

varietas lain 70 x 30 cm. Waktu tanam yang tepat adalah

akhir musim hujan pada bulan april-juni, jika lahan

memiliki irigasi yang baik/sumber air kentang dapat di

tanam dimusim kemarau. Jangan menanam dimusim hujan.

Penanaman dilakukan dipagi/sore hari. Lubang tanam

dibuat dengan kedalaman 8-10 cm. Bibit dimasukkan ke

lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan tekan tanah di

sekitar umbi. Bibit akan tumbuh sekitar 10-14 hst.

Mulsa jerami perlu dihamparkan di bedengan jika kentang

ditanam di dataran medium.

Faktor lain yang mencolok perbedaannya adalah

irigasi. Tidak umum memang lahan untuk penanaman

kentang di Indonesia dilengkapi dengan irigasi. Tapi

untuk negara maju, sistem irigasi canggih sudah

diterapkan untuk penanaman kentang ini. Irigasi canggih

maksudnya adalah semua sudah diatur melalui komputer,

kapan sistem akan menyiramkan air dengan intensitas

tertentu, dikombinasikan sekaligus untuk perawatan

( penyemprotan dan pemupukkan), semua terintegrasi apik

dlam satu sistem. Pengairan di indonesia masih

mengandlakan curah hujan. Dareah tertentu memiliki

curah hujan yang teratur sementara daerah yang lain

memiliki curah hujan yang tidak teratur. Di satu daerah

banyak hujan sementara di daerah lain sangat kurang

hujannya. ( Nurul, 2012).

E. Pemeliharaan Kentang

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Pada

waktu muda tanaman harus cukup cukup air. Penyiangan

dilakukan 2-3 kali selama musim tanam. Pengguludan

dilakukan bersamaan dengan waktu penyiangan. Pada musim

hujan guludan ditinggikan hingga mencapai ketinggian

40- 50 cm.

Penyulaman tanaman : penyulaman dilakukan

jika ada tanaman yang mati dan tumbuh tidak

normal. Cara ini dilakukan 15 hari sejak

tumbuh.

Penyiangan: penyulaman dilakukan 2 kali dalam

masa penanaman.

Pemangkasan bunga: cara ini harus dilakukan

karena tanaman kentang memang mempunyai

bunga. Jika bunga tetap dibiarkan akan

mengganggu proses pertumbuhan umbi.

1.Pemupukkan

Yang perlu dicatat bahwa ada yang memberikan

pupuk urea, ZA, TSP, KCL, NPK dan pupuk lainnya

dilakukan selama 20 hari sekali dengan

pertimbangan tanaman sudah berumur 20- 30 hari

sejak tanam; umur 40- 50 hari tanaman diberi

pupuk yang kandungan Hp-nya tinggi; umur 60 hari

diberi pupuk yang kandungan PK-nya tinggi; umur

90- 100 hari diberi pupuk yang kandungan HP-nya

tinggi.

2.Penyiangan

Penyiangan atau pembersihan rumput dan gulma

dilakukan pada saat pemupukkan susulan I ( 20-an

HST) dan susulan II ( 40-an HST) atau pada saat

tanaman berumur sekitar 30 hari dan 50 hari.

3.Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan bersama dengan

penyiangan. Penyiangan dilakukan dengan

mempertinggi permukaan tanah di sekitar tanaman

agar lebih tinggi dari tanah di sekitarnya.

Tujuannya agar perakaran tanaman akan menjadi

lebih baik, menghindarkan umbi kentang dari sinar

matahari sehingga racun rosalin yang ada dalam

umbi tidak muncul karena racun ini akan muncul

ketika terkena sinar matahari. ( Nurul, 2012)

F. Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman

1.Hama

a. Ulat grayak (Spodoptera litura)

Gejala: ulat menyerang daun dengan memakan

bagian epidermis dan jaringan hingga habis

daunnya. Pengendalian: (1) mekanis dengan

memangkas daun yang telah ditempeli telur;

(2) kimia dengan Azordin, Diazinon 60 EC,

Sumithion 50 EC.

b. Kutu daun (Aphis Sp)

Gejala: kutu daun menghisap cairan dan

menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan

virus bagi tanaman kedelai. Pengendalian:

dengan cara memotong dan membakar daun yang

terinfeksi, menyemprotkan Roxion 40 EC,

Dicarzol 25 SP.

c. Orong-orong (Gryllotalpa Sp)

Gejala: menyerang umbi di kebun, akar,

tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya

tanaman menjadi peka terhadap infeksi

bakteri. Pengendalian: menggunakan tepung

Sevin 85 S yang dicampur dengan pupuk

kandang.

d. Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella

Zael)

Gejala: pada daun yang berwarna merah tua

dan terlihat adanya jalinan seperti benang

yang berwarna kelabu yang merupakan materi

pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila

dibelah, akan terlihat adanya lubang-lubang

karena sebagian umbi telah dimakan.

Pengendalian: secara kimia menggunakan

Selecron 500 EC, Ekalux 25 EC, Orthene &5 SP,

Lammnate L.

e. Hama trip ( Thrips tabaci )

Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak

berwarna putih, selanjutnya berubah menjadi

abu-abu perak dan kemudian mengering.

Serangan dimulai dari ujung-ujung daun yang

masih muda. Pengendalian: (1) secara mekanis

dengan cara memangkas bagian daun yang

terserang; (2) secara kimia menggunakan

Basudin 60 EC, Mitac 200 EC, Diazenon,

Bayrusil 25 EC atau Dicarzol 25 SP.

2.Penyakit

a. Penyakit busuk daun

Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala:

timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau

kelabu dan agak basah, lalu bercak-bercak ini

akan berkembang dan warnanya berubah menjadi

coklat sampai hitam dengan bagian tepi

berwarna putih yang merupakan sporangium.

Selanjutnya daun akan membusuk dan mati.

Pengendalian: menggunakan Antracol 70 WP,

Dithane M-45, Brestan 60, Polyram 80 WP,

Velimek 80 WP dan lain-lain.

b. Penyakit layu bakteri

Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum.

Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman

layu dan daun tua, daun bagian bawah

menguning. Pengendalian: dengan cara menjaga

sanitasi kebun, pergiliran tanaman.

Pemberantasan secara kimia dapat menggunkan

bakterisida, Agrimycin atu Agrept 25 WP.

c. Penyakit busuk umbi

Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes.

Gejala: daun menguning dan menggulung, lalu

layu dan kering. Pada bagian tanaman yang

berada dalam tanah terdapat bercak-bercak

berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan

akar dan umbi muda busuk. Pengendalian:

dengan cara pergiliran tanaman , sanitasi

kebun dan penggunaan bibit yang baik.

d. Penyakit fusarium

Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala:

infeksi pada umbi menyebabkan busuk umbi yang

menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga

menyerang kentang di gudang penyimpanan.

Infeksi masuk melalui luka-luka yang

disebabkan nematoda/faktor mekanis.

Pengendalian: dengan menghindari terjadinya

luka pada saat penyiangan dan pendangiran.

Pengendalian kimia dengan Benlate.

e. Penyakit bercak kering (Early Blight)

Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup

disisa tanaman sakit dan berkembang biak di

daerah kering. Gejala: daun terinfeksi

berbercak kecil yang tersebar tidak teratur,

berwarna coklat tua, lalu meluas ke daun

muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap

tidak beraturan, kering, berkerut dan keras.

Pengendalian: dengan pergiliran tanaman.

3.Penyakit karena virus

Virus yang menyerang adalah: (1) Potato

Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun

menggulung; (2) Potato Virus X (PVX)

menyebabkan mosaik laten pada daun; (3)

Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau

nekrosis lokal; (4) Potato Virus A (PVA)

menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M

(PVM) menyebabkan mosaik menggulung; (6)

Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik

lemas. Gejala: akibat serangan, tanaman

tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi

kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali;

daun menguning dan jaringan mati. Penyebaran

virus dilakukan oleh peralatan pertanian,

kutu daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan Myzus

persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan

nematoda. Pengendalian: tidak ada pestisida

untuk mengendalikan virus, pencegahan dan

pengendalian dilakukan dengan menanam bibit

bebas virus, membersihkan peralatan,

memangkas dan membakar tanaman sakit,

memberantas vektor dan pergiliran tanaman.

G. Panen dan Pascapanen

Umbi kentang dapat dipanen setelah daunnya berwarna

kekuningan yaitu sekitar umur 70 hari setelah tanam

tergantung dengan varietasnya. Setelah umbi dipanen

dilakukan sortasi dengan tujuan memisahkan umbi yang

berkualitas jelek, kemudian umbi ditempatkan dalam

karung jala, keranjang atau kotak untuk tujuan

pengangkutan dan penyimpanan sementara. Tanaman kentang

yang siap mempunyai ciri sebagai berikut:

biasanya daun berwarna kekuningan

batang tanaman juga kekuningan

kulit umbi akan lekat dengan daging umbi

kulit tidak cepat mengelupas

Jika tidak langsung dipasarkan, umbi sebaiknya

disimpan pada suhu dingin (cold storage yaitu pada suhu

10° C dan RH 90%. Penyimpanan seperti ini bisa

memperpanjang umur simpan sampai 2 bulan,

mempertahankan kualitas, memperkecil susut bobot,

menekan pertunasan dan menekan pembusukkan umbi. Proses

Pascapanen sendiri memiliki prosedur sebagai berikut:

1.Seleksi Mutu

Jika dibutuhkan untuk bibit umbi haruslah

yang sehat, bermutu super, mempunyai 3-5 mata

tunas, dan bobotnya 80- 100 gram atau sebesar

telur ayam, banyaknya mata tunas dapat

menentukan jumlah rumputan tanaman. Tapi jika

untuk konsumsi kentang yang umbinya kuning,

permukaannya halus, penampakkannya cerah

serta bermata dangkal.

2.Pembersihan

Pembersihan adalah proses menghilangkan

kotoran yang menepel pada umbi. Tujuannya

untuk menghilangkan kotoran yang masih

menempel pada umbi supaya umbi terlihat

menarik.

Selama pembersihan usahakan umbi kentang

bebas dari segala kotoran yang menempel pada

umbi seperti tanah, sisa tanaman atau akar

tanaman dengan cara dipangkas, setelah itu

dicuci dengan air bersih secara hati- hati.

Untuk mencucinya dapat dilakukan dengan cara

memasukkan umbi ke dalam bak air atau disemprot

dengan air bersih. Kemudian dikeringkan di atas

terpal untuk dikeringanginkan dan jangan

langsung terkena sinar matahari.

3.Sortasi dan Grading

Adalah proses pemilihan dan pemisahan umbi

berdasarkan kualitas dan ukuran. Tujuannya

untuk memisahkan umbi yang baik dan yang jelek

untuk memperoleh umbi yang seragam dalam ukuran

dan kualitasnya.

Caranya, pilih umbi yang sudah dibersihkan

itu di antara umbi yang baik dan yang jelek

berdasarkan: i) ada tidaknya cacat pada umbi;

ii) normal tidaknya bentuk dan ukuran umbi;

iii) ada tidaknya serangan hama atau penyakit

pada umbi. Umbi itu dipilah lagi berdasarkan

kualitas dan ukuran ( grading/ pengkelasan).

Grading/ pengkelasan umbi kentang digolongkan

menjadi: i) Kelas AL( >200 gram/ umbi); ii)

Kelas A ( 120- 200 gram/ umbi); iii) Kelas B

( 80- 120 gram/ umbi); dan iv) Kelas C ( 50- 80

gram/ umbi).

4. Penyimpanan

Adalah proses menyimpan umbi hasil panen

sebelum dipasarkan. Tujuannya untuk menunggu

saat pemasaran yang tepat. Kentang konsumsi

dimasukkan dalam kantong- kantong plastik.

Untuk kentang bibit dimasukkan ke dalam

keranjang- keranjang bambu kemudian gudang

dilapisi plastik atau diberi ganjal kayu

sebelum dimasukkan ke kantong atau keranjang,

umbi kentang harus bersih dari tanah. Cara

menyimpannya, umbi kentang dimasukkan ke dalam

mwadah berupa kotak kayu/ krat/ keranjang/

waring kemudian wadah itu dimasukkan ke dalam

ruang penyimpanan yang disusun secara rapi.

Jiak wadah berisi kentang itu disimpan dalam

gudang, usahakan gudang penyimpanannya mempunya

ventilasi udara yang cukup supaya sirkulasi

udara lancar dan kelembabannya sekitar 65- 75%.

Selain itu, gudang mendapat sinar matahari yang

cukup dan keadaannya selalu bersih.

5. Pengemasan

Adalah proses mengemas kentang yang

dilakukan dengan menggunakan bahan pengemas

sesuai dengan tujuan pasar. Tujuannya, untuk

memudahkan distribusi dan melindungi umbi dari

kerusakan mekanis dan fisiologis serta

memperbaiki penampilan sehingga disukai oleh

konsumen.

Caranya, umbi yang sudah dipilih sesuai

kualitasnya dikemas dalam wadah tertentu,

misalnya dengan karung jaring plastik/ waring/

polinet yang bersih dan tidak ada sisa bahan

lainnya. Wadah berisi kentang itu ujungnya

ditutup rapat- rapat misalnya dijahit dengan

jarum karung atau tali plastik. Jika kentang

itu akan langsung dijual ke pasar, kentang

dapat dikemas langsung dalam waring dengan

kapasitas ±40kg, tetapi bila akan dijual ke

pasar khusus misalnya supermarket kemasan

disesuaikan dengan permintaan supermarket

tersebut. ( Nurul, 2012)

Sejak berkembangnya budi daya tanaman kentang

(Solanum tuberosum) di Indonesia, hingga kini perbenihan

kentang masih merupakan masalah tersendiri. Sebab,

setiap tahun, kebutuhan benih kentang bermutu serta

bebas dari hama dan penyakit belum dapat tercukupi dari

produksi dalam negeri. Oleh karena itu, sebagian benih

kentang masih diimpor dari luar negeri. Yang berarti

pengeluaran devisa negara.

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah telah

berupaya mencari terobosan untuk memenuhi kebutuhan

benih kentang. Salah satu upaya yang ditempuh adalah

memacu pertumbuhan dan perkembangan kemampuan penangkar

benih kentang, terutama di daerah-daerah sentra

produksi kentang seperti di daerah Jawa Barat.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.12

tahun 1992 tentang "Sistem Budi Daya Tanaman", pasal 1,

ayat 4, yang dimaksud dengan benih tanaman adalah

tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk

memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman.

Perbanyakan tanaman kentang dapat dilaksanakan dengan

cara vegetatif maupun generatif. ( Widodo, 2010).

Untuk memperbanyak benih secara generatif bisa

menggunakan propagul benih atau biji. Jika akan

memperbanyak dengan cara vegetatif bisa menggunakan

setek mikro, setek mini, umbi mikro atau dengan umbi

mini.

Benih kentang yang berupa biji dikenal dengan

sebutan "Seed propagules", sedang benih yang berupa

umbi disebut "Vegetatif propagules". Adapun bahan

perbanyakan kentang yang berupa biji dikenal dengan

nama "true potato seed", sedangkan yang berupa umbi

terkenal dengan nama "seed potatoes". Namun demikian,

sebagian besar petani di Indonesia lebih mengenal benih

kentang yang berupa umbi dibandingkan dengan benih

kentang yang lain.

Untuk budidaya kentang melalui biji dapat

dijabarkan sebagai berikut:

A. Penyemaian Biji

1.Siapkan pupuk kandang yang matang sebagai

media persemaian.

2.Siapkan kotak kayu atau baki persemaian

dengan ukuran sekitar 30 cm x 40 cm. Kotak

ini cukup untuk menyemai sekitar 1.000 biji

TPS.

3.Isi kotak kayu atau baki setinggi 3-4 cm

dengan pupuk kandang yang kasar pada bagian

bawah, kemudian dengan pupuk kandang yang

halus di atasnya hingga media/substrat

seluruhnya mencapai tinggi sekitar 10 cm.

Untuk menjaga kelembapan, sebelum penyemaian

lakukan penyemprotan dengan air.

4.Sebarkan TPS di permukaan media lalu tutup

dengan media tipis-tipis (±0,5 cm).

5.Setelah penyemaian, semprot media dengan air

untuk menjaga kelembapan. Tutup kotak dengan

karung plastik serta daun pisang di atasnya.

Biji biasanya berkecambah pada 3-5 hari

setelah sebar.

B. Naungan

Naungan digunakan untuk melindungi biji/bibit

di persemaian dari hujan dan sinar matahari

langsung yang terik, terutama pada tahap

pertumbuhan awal.

C. Pemindahan Bibit ke Bumbungan

1.Setelah berumur 12-14 hari, bibit dapat

dipindahkan ke bumbungan daun pisang

berdiameter 3-4 cm.

2.Media dalam bumbungan daun pisang sama dengan

media di kotak persemaian.

D. Pemindahan Bibit ke Lapangan

1.Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah

mempunyai 4-5 daun atau telah berumur 4-5

minggu setelah semai

2.Sebelumnya sudah disiapkan guludan yang

diberi pupuk kandang.

3.Jarak tanam 75 cm x 30 cm.

E. Pemupukan

1.Pupuk NPK (15:15:15) diberikan ketika bibit

masih dalam bumbungan daun pisang. NPK 25 g

dilarutkan dalam 10 liter air. Larutan pupuk

ini cukup untuk 1.000 bibit bumbungan.

2.Pada penanaman di lapangan, pupuk kandang

sebanyak 30 t/ha diberikan 2 hari sebelum

bibit dipindahkan.

3.Pupuk dasar urea, SP-36 dan KCl dengan

takaran masing 250 kg N, 225 kg P, dan 225 K

per hektar diberikan pada saat tanam.

4.Pemupukan susulan dengan urea 50 kg N/ha

dilakukan pada umur 25 hari setelah tanam.

F. Pemeliharaan Tanaman

1.Insektisida dapat disemprotkan ke persemaian,

tetapi dengan dosis yang sangat rendah (5 ml

dalam 10 liter air).

2.Penyiangan dilakukan dua kali, pertama pada

umur 25 HST dan kedua pada umur 40 HST.

G. Panen

Dilakukan pada umur 100-120 HST. Dua minggu

sebelum panen, bagian atas tanaman (batang dan

daun) dipotong. ( Balitbang, 2005).

Menurut Widodo (2010) bila berminat untuk

memperbanyak benih kentang dengan biji yang disingkat

dengan TPS dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

1.Persemaian

Sebagai tempat pesemaian bisa menggunakan

plastik yang diisi dengan media steril

(bersih dari hama dan penyakit) yang berupa

campuran tanah halus dan pupuk kandang yang

matang dengan perbandingan yang sama (1 :1).

Artinya, jumlah tanah halus dan pupuk kandang

yang matang tersebut jumlahnya sama. Usahakan

media untuk tempat persemaian ini cukup

lembab supaya biji kentang cepat tumbuh. Jika

biji kentang dan media pesemaian sudah

disiapkan, benih kentang disemaikan secara

merata atau berbaris, kemudian ditutup dengan

selapis tipis tanah lembut. Selanjutnya, baki

plastik tempat persemaian ini ditutup dengan

plastik tipis transparan dan disimpan di

tempat yang teduh. Setelah 5 - 7 hari, biji

yang disemaikan itu biasanya sudah

berkecambah. Kecambah tersebut dipelihara

dengan baik sampai tumbuh menjadi benih/bibit

kecil.

2.Pemindahan

Benih/bibit setelah berumur ± 2 minggu

dipindah ke dalam pot daun pisang dan

dipellihara hingga berumur 30 hari atau

tanaman berdaun 4-5 helai.

3.Penanaman

Sebelum benih tanaman yang berdaun 4 -5 helai

itu ditanam pada lahan pembibitan, lahan

diolah secara sempurna atau diolah sampai

gembur dan ditambah dengan pupuk kandang yang

matang sebanyak 20 ton/ha dan ditambah pupuk

dasar NPK (15:15:15). Setelah lahan diolah

dan ditambah pupuk tersebut kemudian dibuat

larikan dengan jarak antar larikan 70 cm dan

jarak dalam larikan 20 cm. Lima hari sebelum

benih ditanam, tutup yang ada di tempat

persemaian dibuka agar benih/bibit

beradaptasi dengan lingkungan luar. Benih

dari persemaian ini ditanam pada sore hari.

Selama penananam, usahakan kelembaban tanah

dijaga dan dipelihara secara intensif supaya

benih yang tumbuh itu bisa berkembang secara

optimal.

4. Panen

Panenan benih kentang asal biji ini baru bisa

dilakukan apabila umbi mencapai berat 30 - 50

gram. Umbi yang akan digunakan sebagai benih

dipilih dan diklasifikasikan untuk umbi calon

benih. Umbi tersebut dapat dimanfaatkan

sebagai benih apabila sudah patah

dormansi/masa istirahat.

Keunggulan perbanyakan kentang dari biji atau umbi

bila ditinjau dari segi produksi, ketahanan hama dan

penyakit, serta kualitas jual dijelaskan sebagai

berikut:

1. Kebutuhan benih lebih sedikit, yaitu sekitar

50 g- 250 g/ ha. Sedangkan jika menggunakan

benih asal umbi membutuhkan 1-2 ton benih umbi/

ha.

2. Bebas dari cendawan, bakteri, nematoda,

insekta, dan virus. Sedangkan benih berasal

dari umbi tidak bebas dari cendawan, bakteri,

nematoda dan insekta serta virus.

3. Ongkos produksi relatif lebih murah karena

ongkos transport dan penyimpanan dapat

dihilangkan. Sedangkan jika menggunakan benih

dari umbi, ongkos transport dan penyimpanan

lebih mahal. ( Widodo, 2010).

Sedangkan menurut Balitbang pada tahun 2005,

keunggulan itu meliputi:

1. Biaya pengadaan bibit lebih rendah dibanding

bibit dari umbi. Setiap hektar pertanaman

kentang hanya memerlukan benih TPS 80-120 g

dibandingkan dengan bibit umbi yang mencapai 1-

2 ton.

2. Bebas dari nematoda, serangga, bakteri, jamur

dan virus, sehingga meminimalkan masalah yang

berhubungan dengan penyakit tular umbi,

terutama penyakit virus.

3. Lebih mudah disimpan dibandingkan dengan

umbi bibit untuk waktu yang lama, pada kondisi

suhu kamar.

4. Mudah diintroduksikan ke pola tanam yang ada

karena TPS tidak bergantung pada tingkat

fisiologis tanaman seperti pada umbi bibit.

Dari penjelasan yang disampaikan oleh Widodo dan

Balitbang dapat disimpulkan bahwa perbanyakan kentang

menggunakan biji lebih unggul dibanding umbi.Bila

diperhitungkan dari segi ekonomis dan usahatani, biji

juga lebih unggul karena dianggap memudahkan dalam

penyimpanan dan tahan lama. Meski demikian, penggunaan

biji masih jarang dilakukan karena dianggap rumit oleh

para petani kentang.

Untuk itulah, perlu adanya kesadaran yang dapat

mengubah pola pikir petani kentang agar mereka lebih

diuntungkan. Takut gagal yang menyebabkan mereka untuk

mencoba inovasi baru di dalam pengembangan usahatani

mereka. Dalam hal ini, diharapkan peran pemerintah agar

dapat mendukung inovasi baru dalam pengembangan

perbanyakan kentang melalui biji.

III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Teknik perbanyakan kentang secara konvensional

adalah teknik perbanyakan menggunakan umbi

sebagai bibitnya.

2. Secara keseluruhan, proses perbanyakan

kentang melalui biji atau umbi hampir sama.

3. Keunggulan perbanyakan melalui umbi atau biji

lebih ditonjolkan dari biji karena lebih

murah, tahan lama, dan lebih tahan terhadap

hama dan penyakit.

4. Petani kentang lebih sering menggunakan

perbanyakan menggunakan umbi karena dianggap

lebih mudah.

B. Saran

Perlunya perhatian dari pemerintah agar petani

bersedia untuk memperbanyak produksi dengan cara

biji agar lebih menguntungkan mereka.

IV.DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2011.Luas Panen, Produksi, dan

Produktivitas Kentang 2009- 2010. www.bps.go.id.

Diakses tanggal 20 September 2014.

Balai penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005.

Biji Botani Kentang Bahan Tanaman Alternatif

dalam Penanaman Kentang.

www.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 24

September 2014.

Idawati, Nurul. 2012. Pedoman Lengkap Bertanam

Kentang. Jogjakarta: Pustaka Baru Press.

The International Potato Center. 2008. Facts and

Figures: 2008 -The International Year of the

Potato. CIP. http://www.potato 2008.org. diakses

tanggal 20 September 2014.

Widodo, Ir. Muchdat. 2010. Memperbanyak Benih Kentang

dengan Biji yang akan Ditanam. www.deptan.go.id.

Diakses tanggal 24 September 2014.

TUGAS TERSTRUKTUR

BUDIDAYA TANAMAN SAYURAN

PERBANYAKAN KENTANG MELALUI UMBI DAN BIJI

DISUSUN OLEH

REBECA LINTANG WIEDINDAA1L109006

MIFTAHUL HUDA A1L10902

RIYANY NUR KOMARIYA A1L110007

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

AGROTEKNOLOGI

2014