I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan
salah satu jenis komoditi hortikultura yang penting
karena merupakan salah satu sumber pendapatan petani
dan bahan baku industri prosesing. Produktivitas
kentang di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 16.51
ton/ha dan pada tahun 2010 menurun menjadi 15.94
ton/ha. Namun pada tahun 2011 mengalami peningkatan
produktivitas 0,12 persen yaitu 15.96 ton/ha (Badan
Pusat Statistik, 2011).
Produktivitas kentang di Indonesia masih berada
dibawah produktivitas kentang di Eropa yang mencapai
25.0 ton/ha (The International Potato Center, 2008).
Rendahnya produktivitas tanaman kentang, khususnya di
Indonesia disebabkan beberapa kendala, diantaranya
yaitu : (1) rendahnya kualitas dan kuantitas bibit
kentang yang merupakan perhatian utama dalam usaha
peningkatan produksi kentang di Indonesia, (2) teknik
budidaya yang masih konvensional, (3) faktor topografi,
di mana daerah dengan ketinggian tempat dan temperatur
yang sesuai untuk pertanaman kentang di Indonesia
sangat terbatas, (4) daerah tropis Indonesia merupakan
tempat yang optimum untuk perkembangbiakan hama dan
penyakit tanaman kentang.
Kentang termasuk tanaman yang dapat tumbuh di
daerah tropis dan subtropis dan dapat tumbuh pada
ketinggian 500 m sampai dengan 3000 m di atas permukaan
laut, terbaik pada ketinggian 1300 m di atas permukaan
laut. Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada tanah yang
subur, dan mempunyai drainase yang baik, tanah liat
yang gembur, debu atau debu berpasir. Tanaman kentang
toleran terhadap pH pada selang yang cukup luas, yaitu
4,5 sampai 8,0, pH optimum untuk produksi yaitu 5,0
sampai 6,5. Tanaman kentang tumbuh baik pada lingkungan
dengan suhu rendah, yaitu 15 0C sampai 20 0C, cukup
sinar matahari, dan kelembaban udara 80% sampai 90%.
Pertumbuhan optimum umbi yaitu pada suhu 18-
20 0C dengan suhu rata-rata 15,5 0C. Tanaman kentang
memerlukan banyak air, terutama pada fase berbunga.
Tanaman kentang tidak akan tumbuh baik apabila hujan
lebat yang berlangsung terus menerus. Curah hujan yang
baik untuk pertumbuhan tanaman kentang adalah 2000-3000
mm/tahun.
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses budidaya kentang melalui
umbi?
2. Bagaimana proses budidaya melalui biji?
3. Bila dibandingkan di antara biji dan umbi,
hasil mana yang lebih unggul bila ditinjau dari
jumlah produksi, ketahanan hama dan penyakit
serta nilai jualnya?
II.PEMBAHASAN
Budidaya kentang secara konvensional adalah
budidaya yang menggunakan umbi kentang sebagai bibit.
Cara inilah yang paling sering digunakan oleh petani
kentang untuk memproduksi kentang dalam jumlah banyak.
Langkah- langkah di dalam pembudidayaan kentang
secara konvensional atau dengan umbi sebagai bibitnya
secara baik dan benar adalah:
A. Pemilihan varietas yang akan ditanam
Beberapa varietas kentang secara umum adalah:
1.Alpha
Tanaman berbatang kuat sedang, daunnya
rimbun, bunganya berwatna ungu, dan bisa berbuah.
Sangat peka terhadap penyakit Phytopthora infestans
dan virus daun menggulung. Namun, varietas ini
tahan terhadap penyakit kutil. Daya hasilnya
sedang tinggi. Umbinya bulat sampai bulat telur,
bermata dangkal, dagingnya berwarna kuning muda.
2.Catella
Varietas ini berbatang kecil, agak lemah, dan
berdaun rimbun. Bunganya putih dan sulit berbuah.
Sangat peka terhadap penyakit Phytopthora infestans.
Tergolong varietas genjah – sedang. Hasilnya
sedang- tinggi. Umbinya bulat, seragam, bermata
dangkal, dan dagingnya berwarna kuning. Umbi ini
cukup tahan lama dibiarkan dalam tanah.
3.Cosima
Batangnya besar, agak kuat, dan daunnya
rimbun. Bunganya berwarna ungu dan tidak pernah
berbuah. Tanaman agak tahan lama terhadap
penyakit Phytoptora infestans dan agak peka terhadap
virus menggulung.
4.Desiree
Varietas ini berbatang besar, kuat, berwarna
kemerahan, berdaun rimbun, berbunga ungu, dan
mudah berbuah. Tanaman ini peka terhadap penyakit
Phytopthora infestans, penyakit layu dan virus daun
menggulung tetapi tahan penyakit kulit. Dasiree
termasuk berumur sedang dan produktivitasnya
tinggi. Umbinya bulat sampai bulat telur, bermata
dangkal, kulitnya berwarna merah dan dagingnya
kuning cenderung kemerah- merahan.
5.Granola
Jenis ini termasuk varietas unggul karena
produktivitasnya bisa mencapai 30 ton per hektar.
Granola juga tahan terhadap penyakit kentang
umumnya. Misalnya bila daya serang suatu penyakit
terhadap varietas kentang lain bisa 30% tetapi
Granola hanya 10%. Umur panen normal 90 hari
meskipun umur 80 hari sudah bisa dipanen.
B. Pemilihan Lahan dan Pengolahan Tanah
Lahan untuk bertanam kentang harus tanah yang
gembur atau sedikit mengandung pasir agar mudah
diserapi air dan mengandung humus yang tinggi. Tanah
untuk penanaman kentang pada umumnya dibajak terlebih
dahulu , yang kemudian setelahnya beberapa hari siap
untuk dicangkuli agar tanah menjadi remah dan gembur.
Setelah beberapa hari tanah kembali dibajak dan
dicangkuli. Jadi tanah untuk kentang memerlukan dua
kali pembajakan dan pencangkulan. Langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1.Membuat Guludan
Guludan secara definitif adalah tanah yang
permukaanya ditinggikan. Pekerjaan meninggikan
permukaan itu dilakukan sambil menggemburkan
tanah (di sekitar tanaman) dengan maksud agar
aerasi udara dalam tanah menjadi baik.
2.Pupuk Dasar
Pupuk dasar adalah pupuk yang diberikan
sebelum penanaman dilakukan. Pupuk ini bisa
berupa pupuk organic. Untuk jenis pupuk kandang
misalnya berasal dari sapi atau domba. Begitu
pula pupuk kompos bisa berasal dari tanaman
jagung, rumput, atau sampah dedaunan. Selain
pupuk organik, pupuk dasar juga berupa anorganik
(pupuk buatan).
3.Jarak dan Lubang Tanam
Kalau bibitnya seukuran telur bebek, jarak
tanamnya 35 cm. Jika bibitnya seukuran telur ayam
, jaraknya 25 cm. Sedangkan ukuran guludannya
antara 75 cm – 80 cm atau lebih idealnya minimal
100 cm untuk dua barisan. Kemudian untuk tinggi
guludan sedalam bajakan (30 - 40 cm) atau sedalam
cangkulan (20 – 30 cm). Lubang tanaman posisinya
“pas ditengah-tengah” guludan.
Lahan untuk budidaya kentang sebaiknya
tanahnya gembur, dekat dengan sumber air (untuk
musim kemarau), bukan daerah endemic penyakit
layu dan bukan bekas tanaman anggota family
Solanaceae. Sisa-sisa tanaman sebelumnya
dikumpulkan dan dimusnahkan. Rerumputan jangan
dibiarkan menumpuk karena akan menjadi sarang
ulat tanah. Kemudian dibuat garitan sedalam 5-10
cm dengan jarak antar garitan 70-80 cm.
Lahan dibajak sedalam 30-40 cm sampai gembur
benar supaya perkembangan akarnya dan pembesaran
umbi berlangsung optimal. Kemudian tanah
dibiarkan selama 2 minggu sebelum dibuat
bedengan. Pada lahan yang datar, sebaiknya dibuat
bedengan memanjang ke arah barat-timur agar
memperoleh sinar matahari secara optimal, sedang
pada lahan berbukit arah bedengan dibuat tegak
lurus kemiringan tanah untuk mencegah erosi.
Lebar bedengan 70 cm (1 jalur tanaman) / 140 cm
(2 jalur tanaman), tinggi 30 cm dan jarak antar
bedengan dapat diubah sesuai dengan varietas
kentang yang ditanam. Disekeliling petak bedengan
dibuat saluran pembuangan air sedalam 50 cm dan
lebar 50 cm.
C. Pembibitan Kentang
Bibit kentang yang sebenarnya adalah umbi kentang
itu sendiri yang sudah disimpan dalam waktu yang
tertentu (tergantung dari jenis kentangnya), dan sudah
melewati masa dormansi (dormant period), dan mulai
mengeluarkan tunas tanaman baru. Inilah yang disebut
bibit kentang. Ukuran bibit kentang beragam dari satu
tempat ke tempat yang lain. Di satu tempat lebih
menyukai ukuran bibit yang besar. Hal ini berhubungan
dengan kerapatan populasi tanaman yang diinginkan.
Ukuran bibit kentang diameter, range millimeter, 28-35
mm, 45-50 mm, dan sebagainya.
Bibit kentang adalah bagian tanaman yang berupa
umbi dan bukan biji botani. Umbi yang ditanam perlu
diseleksi dahulu, dipilih yang sehat dan berasal dari
tanaman yang bebas hama dan penyakit.
1. Jika ukuran kentang 30-60 gram tunasnya
akan keluar sekitar 3 bulan 7 hari setelah
disimpan di gudang yang terang. Sedangkan
bibit ukuran 10-30 gram keluar tunasnya
setelah sekitar 4 bulan. Namun, benih yang
baik digunakan untuk pembenihan seukuran
telur ayam sampai telur bebek dengan bobot
antara 30-80 gram. Benih yang siap ditanam
jika panjang tunas antara 2-3 cm dan
jumlahnya 3-5 tunas.
2. Umbi bibit berasal dari umbi produksi
berbobot 30-50 gram , umur 150-180 hari,
tidak cacat, dan varietas unggul. Pilih
umbi berukuran sedang, memiliki 3-5 mata
tunas dan hanya sampai generasi keempat
saja. Setelah tunas +2 cm, siap ditanam.
3. Bila bibit membeli (usahakan bibit yang
bersertifikasi), berat antara 30-45 gram
dengan 3-5 mata tunas. Penanaman dapat
dilakukan tanpa/dengan pembelahan.
Pemotongan umbi dilakukan menjadi 2-4
potong menurut mata tunas yang ada. Sebelum
tanam umbi direndam dahulu menggunakan POC
NASA selama 1-3 jam (2-4 cc/lt air).
( Nurul, 2012).
D. Pemupukkan Dan Penanaman
Kompos jerami padi sebanyak 20 ton/ha atau pupuk
kandang sapi/domba/kambing/ayam sebanyak 20-30 ton/ha
atau 1 kg/ lubang tanam diberikan sekaligus dengan cara
disebarkan merata di atas garitan di atas pupuk kandang
dengan jarak tanam 30 cm x 80 cm. Bibit diletakkan
dengan mata tunas menghadap ke atas. Pupuk buatan
(perhektar) : TSP 250-300kg, Urea 200-300 kg, ZA 300-
400 kg dan KCl 200-300 kg dicampur, kemudian diberikan
sekaligus pada waktu tanam dengan cara diletakkan di
antara bibit kentang. Garitan yang telah ditanami dan
diberi pupuk ditutup dengan tanah.
Bila penanaman dilakukan untuk mendapatkan umbi
bibit , sebaiknya disekeliling pertanaman kentang
ditanami kubis atau caisim sebanyak 3-5 baris untuk
tanaman perangkap aphid yang merupakan vektor virus.
Bibit yang diperlukan jika memakai jarak tanam
70x30 cm adalah 1.300-1.700 kg/ha dengan anggapan umbi
bibit berbobot sekitar 30-45 gram. Jarak tanam
tergantung varietas. Dimanat dan LCB 80 x 40 sedangkan
varietas lain 70 x 30 cm. Waktu tanam yang tepat adalah
akhir musim hujan pada bulan april-juni, jika lahan
memiliki irigasi yang baik/sumber air kentang dapat di
tanam dimusim kemarau. Jangan menanam dimusim hujan.
Penanaman dilakukan dipagi/sore hari. Lubang tanam
dibuat dengan kedalaman 8-10 cm. Bibit dimasukkan ke
lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan tekan tanah di
sekitar umbi. Bibit akan tumbuh sekitar 10-14 hst.
Mulsa jerami perlu dihamparkan di bedengan jika kentang
ditanam di dataran medium.
Faktor lain yang mencolok perbedaannya adalah
irigasi. Tidak umum memang lahan untuk penanaman
kentang di Indonesia dilengkapi dengan irigasi. Tapi
untuk negara maju, sistem irigasi canggih sudah
diterapkan untuk penanaman kentang ini. Irigasi canggih
maksudnya adalah semua sudah diatur melalui komputer,
kapan sistem akan menyiramkan air dengan intensitas
tertentu, dikombinasikan sekaligus untuk perawatan
( penyemprotan dan pemupukkan), semua terintegrasi apik
dlam satu sistem. Pengairan di indonesia masih
mengandlakan curah hujan. Dareah tertentu memiliki
curah hujan yang teratur sementara daerah yang lain
memiliki curah hujan yang tidak teratur. Di satu daerah
banyak hujan sementara di daerah lain sangat kurang
hujannya. ( Nurul, 2012).
E. Pemeliharaan Kentang
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Pada
waktu muda tanaman harus cukup cukup air. Penyiangan
dilakukan 2-3 kali selama musim tanam. Pengguludan
dilakukan bersamaan dengan waktu penyiangan. Pada musim
hujan guludan ditinggikan hingga mencapai ketinggian
40- 50 cm.
Penyulaman tanaman : penyulaman dilakukan
jika ada tanaman yang mati dan tumbuh tidak
normal. Cara ini dilakukan 15 hari sejak
tumbuh.
Penyiangan: penyulaman dilakukan 2 kali dalam
masa penanaman.
Pemangkasan bunga: cara ini harus dilakukan
karena tanaman kentang memang mempunyai
bunga. Jika bunga tetap dibiarkan akan
mengganggu proses pertumbuhan umbi.
1.Pemupukkan
Yang perlu dicatat bahwa ada yang memberikan
pupuk urea, ZA, TSP, KCL, NPK dan pupuk lainnya
dilakukan selama 20 hari sekali dengan
pertimbangan tanaman sudah berumur 20- 30 hari
sejak tanam; umur 40- 50 hari tanaman diberi
pupuk yang kandungan Hp-nya tinggi; umur 60 hari
diberi pupuk yang kandungan PK-nya tinggi; umur
90- 100 hari diberi pupuk yang kandungan HP-nya
tinggi.
2.Penyiangan
Penyiangan atau pembersihan rumput dan gulma
dilakukan pada saat pemupukkan susulan I ( 20-an
HST) dan susulan II ( 40-an HST) atau pada saat
tanaman berumur sekitar 30 hari dan 50 hari.
3.Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersama dengan
penyiangan. Penyiangan dilakukan dengan
mempertinggi permukaan tanah di sekitar tanaman
agar lebih tinggi dari tanah di sekitarnya.
Tujuannya agar perakaran tanaman akan menjadi
lebih baik, menghindarkan umbi kentang dari sinar
matahari sehingga racun rosalin yang ada dalam
umbi tidak muncul karena racun ini akan muncul
ketika terkena sinar matahari. ( Nurul, 2012)
F. Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman
1.Hama
a. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat menyerang daun dengan memakan
bagian epidermis dan jaringan hingga habis
daunnya. Pengendalian: (1) mekanis dengan
memangkas daun yang telah ditempeli telur;
(2) kimia dengan Azordin, Diazinon 60 EC,
Sumithion 50 EC.
b. Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala: kutu daun menghisap cairan dan
menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan
virus bagi tanaman kedelai. Pengendalian:
dengan cara memotong dan membakar daun yang
terinfeksi, menyemprotkan Roxion 40 EC,
Dicarzol 25 SP.
c. Orong-orong (Gryllotalpa Sp)
Gejala: menyerang umbi di kebun, akar,
tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya
tanaman menjadi peka terhadap infeksi
bakteri. Pengendalian: menggunakan tepung
Sevin 85 S yang dicampur dengan pupuk
kandang.
d. Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella
Zael)
Gejala: pada daun yang berwarna merah tua
dan terlihat adanya jalinan seperti benang
yang berwarna kelabu yang merupakan materi
pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila
dibelah, akan terlihat adanya lubang-lubang
karena sebagian umbi telah dimakan.
Pengendalian: secara kimia menggunakan
Selecron 500 EC, Ekalux 25 EC, Orthene &5 SP,
Lammnate L.
e. Hama trip ( Thrips tabaci )
Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak
berwarna putih, selanjutnya berubah menjadi
abu-abu perak dan kemudian mengering.
Serangan dimulai dari ujung-ujung daun yang
masih muda. Pengendalian: (1) secara mekanis
dengan cara memangkas bagian daun yang
terserang; (2) secara kimia menggunakan
Basudin 60 EC, Mitac 200 EC, Diazenon,
Bayrusil 25 EC atau Dicarzol 25 SP.
2.Penyakit
a. Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur Phytopthora infestans. Gejala:
timbul bercak-bercak kecil berwarna hijau
kelabu dan agak basah, lalu bercak-bercak ini
akan berkembang dan warnanya berubah menjadi
coklat sampai hitam dengan bagian tepi
berwarna putih yang merupakan sporangium.
Selanjutnya daun akan membusuk dan mati.
Pengendalian: menggunakan Antracol 70 WP,
Dithane M-45, Brestan 60, Polyram 80 WP,
Velimek 80 WP dan lain-lain.
b. Penyakit layu bakteri
Penyebab: bakteri Pseudomonas solanacearum.
Gejala: beberapa daun muda pada pucuk tanaman
layu dan daun tua, daun bagian bawah
menguning. Pengendalian: dengan cara menjaga
sanitasi kebun, pergiliran tanaman.
Pemberantasan secara kimia dapat menggunkan
bakterisida, Agrimycin atu Agrept 25 WP.
c. Penyakit busuk umbi
Penyebab: jamur Colleotrichum coccodes.
Gejala: daun menguning dan menggulung, lalu
layu dan kering. Pada bagian tanaman yang
berada dalam tanah terdapat bercak-bercak
berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan
akar dan umbi muda busuk. Pengendalian:
dengan cara pergiliran tanaman , sanitasi
kebun dan penggunaan bibit yang baik.
d. Penyakit fusarium
Penyebab: jamur Fusarium sp. Gejala:
infeksi pada umbi menyebabkan busuk umbi yang
menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga
menyerang kentang di gudang penyimpanan.
Infeksi masuk melalui luka-luka yang
disebabkan nematoda/faktor mekanis.
Pengendalian: dengan menghindari terjadinya
luka pada saat penyiangan dan pendangiran.
Pengendalian kimia dengan Benlate.
e. Penyakit bercak kering (Early Blight)
Penyebab: jamur Alternaria solani. Jamur hidup
disisa tanaman sakit dan berkembang biak di
daerah kering. Gejala: daun terinfeksi
berbercak kecil yang tersebar tidak teratur,
berwarna coklat tua, lalu meluas ke daun
muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap
tidak beraturan, kering, berkerut dan keras.
Pengendalian: dengan pergiliran tanaman.
3.Penyakit karena virus
Virus yang menyerang adalah: (1) Potato
Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun
menggulung; (2) Potato Virus X (PVX)
menyebabkan mosaik laten pada daun; (3)
Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau
nekrosis lokal; (4) Potato Virus A (PVA)
menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M
(PVM) menyebabkan mosaik menggulung; (6)
Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik
lemas. Gejala: akibat serangan, tanaman
tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi
kecil-kecil/tidak menghasilkan sama sekali;
daun menguning dan jaringan mati. Penyebaran
virus dilakukan oleh peralatan pertanian,
kutu daun Aphis spiraecola, A. gossypii dan Myzus
persicae, kumbang Epilachna dan Coccinella dan
nematoda. Pengendalian: tidak ada pestisida
untuk mengendalikan virus, pencegahan dan
pengendalian dilakukan dengan menanam bibit
bebas virus, membersihkan peralatan,
memangkas dan membakar tanaman sakit,
memberantas vektor dan pergiliran tanaman.
G. Panen dan Pascapanen
Umbi kentang dapat dipanen setelah daunnya berwarna
kekuningan yaitu sekitar umur 70 hari setelah tanam
tergantung dengan varietasnya. Setelah umbi dipanen
dilakukan sortasi dengan tujuan memisahkan umbi yang
berkualitas jelek, kemudian umbi ditempatkan dalam
karung jala, keranjang atau kotak untuk tujuan
pengangkutan dan penyimpanan sementara. Tanaman kentang
yang siap mempunyai ciri sebagai berikut:
biasanya daun berwarna kekuningan
batang tanaman juga kekuningan
kulit umbi akan lekat dengan daging umbi
kulit tidak cepat mengelupas
Jika tidak langsung dipasarkan, umbi sebaiknya
disimpan pada suhu dingin (cold storage yaitu pada suhu
10° C dan RH 90%. Penyimpanan seperti ini bisa
memperpanjang umur simpan sampai 2 bulan,
mempertahankan kualitas, memperkecil susut bobot,
menekan pertunasan dan menekan pembusukkan umbi. Proses
Pascapanen sendiri memiliki prosedur sebagai berikut:
1.Seleksi Mutu
Jika dibutuhkan untuk bibit umbi haruslah
yang sehat, bermutu super, mempunyai 3-5 mata
tunas, dan bobotnya 80- 100 gram atau sebesar
telur ayam, banyaknya mata tunas dapat
menentukan jumlah rumputan tanaman. Tapi jika
untuk konsumsi kentang yang umbinya kuning,
permukaannya halus, penampakkannya cerah
serta bermata dangkal.
2.Pembersihan
Pembersihan adalah proses menghilangkan
kotoran yang menepel pada umbi. Tujuannya
untuk menghilangkan kotoran yang masih
menempel pada umbi supaya umbi terlihat
menarik.
Selama pembersihan usahakan umbi kentang
bebas dari segala kotoran yang menempel pada
umbi seperti tanah, sisa tanaman atau akar
tanaman dengan cara dipangkas, setelah itu
dicuci dengan air bersih secara hati- hati.
Untuk mencucinya dapat dilakukan dengan cara
memasukkan umbi ke dalam bak air atau disemprot
dengan air bersih. Kemudian dikeringkan di atas
terpal untuk dikeringanginkan dan jangan
langsung terkena sinar matahari.
3.Sortasi dan Grading
Adalah proses pemilihan dan pemisahan umbi
berdasarkan kualitas dan ukuran. Tujuannya
untuk memisahkan umbi yang baik dan yang jelek
untuk memperoleh umbi yang seragam dalam ukuran
dan kualitasnya.
Caranya, pilih umbi yang sudah dibersihkan
itu di antara umbi yang baik dan yang jelek
berdasarkan: i) ada tidaknya cacat pada umbi;
ii) normal tidaknya bentuk dan ukuran umbi;
iii) ada tidaknya serangan hama atau penyakit
pada umbi. Umbi itu dipilah lagi berdasarkan
kualitas dan ukuran ( grading/ pengkelasan).
Grading/ pengkelasan umbi kentang digolongkan
menjadi: i) Kelas AL( >200 gram/ umbi); ii)
Kelas A ( 120- 200 gram/ umbi); iii) Kelas B
( 80- 120 gram/ umbi); dan iv) Kelas C ( 50- 80
gram/ umbi).
4. Penyimpanan
Adalah proses menyimpan umbi hasil panen
sebelum dipasarkan. Tujuannya untuk menunggu
saat pemasaran yang tepat. Kentang konsumsi
dimasukkan dalam kantong- kantong plastik.
Untuk kentang bibit dimasukkan ke dalam
keranjang- keranjang bambu kemudian gudang
dilapisi plastik atau diberi ganjal kayu
sebelum dimasukkan ke kantong atau keranjang,
umbi kentang harus bersih dari tanah. Cara
menyimpannya, umbi kentang dimasukkan ke dalam
mwadah berupa kotak kayu/ krat/ keranjang/
waring kemudian wadah itu dimasukkan ke dalam
ruang penyimpanan yang disusun secara rapi.
Jiak wadah berisi kentang itu disimpan dalam
gudang, usahakan gudang penyimpanannya mempunya
ventilasi udara yang cukup supaya sirkulasi
udara lancar dan kelembabannya sekitar 65- 75%.
Selain itu, gudang mendapat sinar matahari yang
cukup dan keadaannya selalu bersih.
5. Pengemasan
Adalah proses mengemas kentang yang
dilakukan dengan menggunakan bahan pengemas
sesuai dengan tujuan pasar. Tujuannya, untuk
memudahkan distribusi dan melindungi umbi dari
kerusakan mekanis dan fisiologis serta
memperbaiki penampilan sehingga disukai oleh
konsumen.
Caranya, umbi yang sudah dipilih sesuai
kualitasnya dikemas dalam wadah tertentu,
misalnya dengan karung jaring plastik/ waring/
polinet yang bersih dan tidak ada sisa bahan
lainnya. Wadah berisi kentang itu ujungnya
ditutup rapat- rapat misalnya dijahit dengan
jarum karung atau tali plastik. Jika kentang
itu akan langsung dijual ke pasar, kentang
dapat dikemas langsung dalam waring dengan
kapasitas ±40kg, tetapi bila akan dijual ke
pasar khusus misalnya supermarket kemasan
disesuaikan dengan permintaan supermarket
tersebut. ( Nurul, 2012)
Sejak berkembangnya budi daya tanaman kentang
(Solanum tuberosum) di Indonesia, hingga kini perbenihan
kentang masih merupakan masalah tersendiri. Sebab,
setiap tahun, kebutuhan benih kentang bermutu serta
bebas dari hama dan penyakit belum dapat tercukupi dari
produksi dalam negeri. Oleh karena itu, sebagian benih
kentang masih diimpor dari luar negeri. Yang berarti
pengeluaran devisa negara.
Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah telah
berupaya mencari terobosan untuk memenuhi kebutuhan
benih kentang. Salah satu upaya yang ditempuh adalah
memacu pertumbuhan dan perkembangan kemampuan penangkar
benih kentang, terutama di daerah-daerah sentra
produksi kentang seperti di daerah Jawa Barat.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.12
tahun 1992 tentang "Sistem Budi Daya Tanaman", pasal 1,
ayat 4, yang dimaksud dengan benih tanaman adalah
tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman.
Perbanyakan tanaman kentang dapat dilaksanakan dengan
cara vegetatif maupun generatif. ( Widodo, 2010).
Untuk memperbanyak benih secara generatif bisa
menggunakan propagul benih atau biji. Jika akan
memperbanyak dengan cara vegetatif bisa menggunakan
setek mikro, setek mini, umbi mikro atau dengan umbi
mini.
Benih kentang yang berupa biji dikenal dengan
sebutan "Seed propagules", sedang benih yang berupa
umbi disebut "Vegetatif propagules". Adapun bahan
perbanyakan kentang yang berupa biji dikenal dengan
nama "true potato seed", sedangkan yang berupa umbi
terkenal dengan nama "seed potatoes". Namun demikian,
sebagian besar petani di Indonesia lebih mengenal benih
kentang yang berupa umbi dibandingkan dengan benih
kentang yang lain.
Untuk budidaya kentang melalui biji dapat
dijabarkan sebagai berikut:
A. Penyemaian Biji
1.Siapkan pupuk kandang yang matang sebagai
media persemaian.
2.Siapkan kotak kayu atau baki persemaian
dengan ukuran sekitar 30 cm x 40 cm. Kotak
ini cukup untuk menyemai sekitar 1.000 biji
TPS.
3.Isi kotak kayu atau baki setinggi 3-4 cm
dengan pupuk kandang yang kasar pada bagian
bawah, kemudian dengan pupuk kandang yang
halus di atasnya hingga media/substrat
seluruhnya mencapai tinggi sekitar 10 cm.
Untuk menjaga kelembapan, sebelum penyemaian
lakukan penyemprotan dengan air.
4.Sebarkan TPS di permukaan media lalu tutup
dengan media tipis-tipis (±0,5 cm).
5.Setelah penyemaian, semprot media dengan air
untuk menjaga kelembapan. Tutup kotak dengan
karung plastik serta daun pisang di atasnya.
Biji biasanya berkecambah pada 3-5 hari
setelah sebar.
B. Naungan
Naungan digunakan untuk melindungi biji/bibit
di persemaian dari hujan dan sinar matahari
langsung yang terik, terutama pada tahap
pertumbuhan awal.
C. Pemindahan Bibit ke Bumbungan
1.Setelah berumur 12-14 hari, bibit dapat
dipindahkan ke bumbungan daun pisang
berdiameter 3-4 cm.
2.Media dalam bumbungan daun pisang sama dengan
media di kotak persemaian.
D. Pemindahan Bibit ke Lapangan
1.Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah
mempunyai 4-5 daun atau telah berumur 4-5
minggu setelah semai
2.Sebelumnya sudah disiapkan guludan yang
diberi pupuk kandang.
3.Jarak tanam 75 cm x 30 cm.
E. Pemupukan
1.Pupuk NPK (15:15:15) diberikan ketika bibit
masih dalam bumbungan daun pisang. NPK 25 g
dilarutkan dalam 10 liter air. Larutan pupuk
ini cukup untuk 1.000 bibit bumbungan.
2.Pada penanaman di lapangan, pupuk kandang
sebanyak 30 t/ha diberikan 2 hari sebelum
bibit dipindahkan.
3.Pupuk dasar urea, SP-36 dan KCl dengan
takaran masing 250 kg N, 225 kg P, dan 225 K
per hektar diberikan pada saat tanam.
4.Pemupukan susulan dengan urea 50 kg N/ha
dilakukan pada umur 25 hari setelah tanam.
F. Pemeliharaan Tanaman
1.Insektisida dapat disemprotkan ke persemaian,
tetapi dengan dosis yang sangat rendah (5 ml
dalam 10 liter air).
2.Penyiangan dilakukan dua kali, pertama pada
umur 25 HST dan kedua pada umur 40 HST.
G. Panen
Dilakukan pada umur 100-120 HST. Dua minggu
sebelum panen, bagian atas tanaman (batang dan
daun) dipotong. ( Balitbang, 2005).
Menurut Widodo (2010) bila berminat untuk
memperbanyak benih kentang dengan biji yang disingkat
dengan TPS dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1.Persemaian
Sebagai tempat pesemaian bisa menggunakan
plastik yang diisi dengan media steril
(bersih dari hama dan penyakit) yang berupa
campuran tanah halus dan pupuk kandang yang
matang dengan perbandingan yang sama (1 :1).
Artinya, jumlah tanah halus dan pupuk kandang
yang matang tersebut jumlahnya sama. Usahakan
media untuk tempat persemaian ini cukup
lembab supaya biji kentang cepat tumbuh. Jika
biji kentang dan media pesemaian sudah
disiapkan, benih kentang disemaikan secara
merata atau berbaris, kemudian ditutup dengan
selapis tipis tanah lembut. Selanjutnya, baki
plastik tempat persemaian ini ditutup dengan
plastik tipis transparan dan disimpan di
tempat yang teduh. Setelah 5 - 7 hari, biji
yang disemaikan itu biasanya sudah
berkecambah. Kecambah tersebut dipelihara
dengan baik sampai tumbuh menjadi benih/bibit
kecil.
2.Pemindahan
Benih/bibit setelah berumur ± 2 minggu
dipindah ke dalam pot daun pisang dan
dipellihara hingga berumur 30 hari atau
tanaman berdaun 4-5 helai.
3.Penanaman
Sebelum benih tanaman yang berdaun 4 -5 helai
itu ditanam pada lahan pembibitan, lahan
diolah secara sempurna atau diolah sampai
gembur dan ditambah dengan pupuk kandang yang
matang sebanyak 20 ton/ha dan ditambah pupuk
dasar NPK (15:15:15). Setelah lahan diolah
dan ditambah pupuk tersebut kemudian dibuat
larikan dengan jarak antar larikan 70 cm dan
jarak dalam larikan 20 cm. Lima hari sebelum
benih ditanam, tutup yang ada di tempat
persemaian dibuka agar benih/bibit
beradaptasi dengan lingkungan luar. Benih
dari persemaian ini ditanam pada sore hari.
Selama penananam, usahakan kelembaban tanah
dijaga dan dipelihara secara intensif supaya
benih yang tumbuh itu bisa berkembang secara
optimal.
4. Panen
Panenan benih kentang asal biji ini baru bisa
dilakukan apabila umbi mencapai berat 30 - 50
gram. Umbi yang akan digunakan sebagai benih
dipilih dan diklasifikasikan untuk umbi calon
benih. Umbi tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai benih apabila sudah patah
dormansi/masa istirahat.
Keunggulan perbanyakan kentang dari biji atau umbi
bila ditinjau dari segi produksi, ketahanan hama dan
penyakit, serta kualitas jual dijelaskan sebagai
berikut:
1. Kebutuhan benih lebih sedikit, yaitu sekitar
50 g- 250 g/ ha. Sedangkan jika menggunakan
benih asal umbi membutuhkan 1-2 ton benih umbi/
ha.
2. Bebas dari cendawan, bakteri, nematoda,
insekta, dan virus. Sedangkan benih berasal
dari umbi tidak bebas dari cendawan, bakteri,
nematoda dan insekta serta virus.
3. Ongkos produksi relatif lebih murah karena
ongkos transport dan penyimpanan dapat
dihilangkan. Sedangkan jika menggunakan benih
dari umbi, ongkos transport dan penyimpanan
lebih mahal. ( Widodo, 2010).
Sedangkan menurut Balitbang pada tahun 2005,
keunggulan itu meliputi:
1. Biaya pengadaan bibit lebih rendah dibanding
bibit dari umbi. Setiap hektar pertanaman
kentang hanya memerlukan benih TPS 80-120 g
dibandingkan dengan bibit umbi yang mencapai 1-
2 ton.
2. Bebas dari nematoda, serangga, bakteri, jamur
dan virus, sehingga meminimalkan masalah yang
berhubungan dengan penyakit tular umbi,
terutama penyakit virus.
3. Lebih mudah disimpan dibandingkan dengan
umbi bibit untuk waktu yang lama, pada kondisi
suhu kamar.
4. Mudah diintroduksikan ke pola tanam yang ada
karena TPS tidak bergantung pada tingkat
fisiologis tanaman seperti pada umbi bibit.
Dari penjelasan yang disampaikan oleh Widodo dan
Balitbang dapat disimpulkan bahwa perbanyakan kentang
menggunakan biji lebih unggul dibanding umbi.Bila
diperhitungkan dari segi ekonomis dan usahatani, biji
juga lebih unggul karena dianggap memudahkan dalam
penyimpanan dan tahan lama. Meski demikian, penggunaan
biji masih jarang dilakukan karena dianggap rumit oleh
para petani kentang.
Untuk itulah, perlu adanya kesadaran yang dapat
mengubah pola pikir petani kentang agar mereka lebih
diuntungkan. Takut gagal yang menyebabkan mereka untuk
mencoba inovasi baru di dalam pengembangan usahatani
mereka. Dalam hal ini, diharapkan peran pemerintah agar
dapat mendukung inovasi baru dalam pengembangan
perbanyakan kentang melalui biji.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Teknik perbanyakan kentang secara konvensional
adalah teknik perbanyakan menggunakan umbi
sebagai bibitnya.
2. Secara keseluruhan, proses perbanyakan
kentang melalui biji atau umbi hampir sama.
3. Keunggulan perbanyakan melalui umbi atau biji
lebih ditonjolkan dari biji karena lebih
murah, tahan lama, dan lebih tahan terhadap
hama dan penyakit.
4. Petani kentang lebih sering menggunakan
perbanyakan menggunakan umbi karena dianggap
lebih mudah.
B. Saran
Perlunya perhatian dari pemerintah agar petani
bersedia untuk memperbanyak produksi dengan cara
biji agar lebih menguntungkan mereka.
IV.DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2011.Luas Panen, Produksi, dan
Produktivitas Kentang 2009- 2010. www.bps.go.id.
Diakses tanggal 20 September 2014.
Balai penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005.
Biji Botani Kentang Bahan Tanaman Alternatif
dalam Penanaman Kentang.
www.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 24
September 2014.
Idawati, Nurul. 2012. Pedoman Lengkap Bertanam
Kentang. Jogjakarta: Pustaka Baru Press.
The International Potato Center. 2008. Facts and
Figures: 2008 -The International Year of the
Potato. CIP. http://www.potato 2008.org. diakses
tanggal 20 September 2014.
Widodo, Ir. Muchdat. 2010. Memperbanyak Benih Kentang
dengan Biji yang akan Ditanam. www.deptan.go.id.
Diakses tanggal 24 September 2014.