FIX LAPORAN
Transcript of FIX LAPORAN
Daftar Isi
Daftar Isi....................................................iiBAB I..........................................................4PENDAHULUAN....................................................41.1 Tujuan Umum...............................................41.2 Tujuan Khusus.............................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................62.1 Mengukur volume respirasi dan menghambat kapasitas paru. .62.2 Spirometri................................................92.3 Pengaruh surfaktan dan tekanan intrapleura saat respirasi.............................................................13
BAB III.......................................................16HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................163.1 Mengukur volume respirasi dan menghambat kapasitas paru. .163.2 Spirometri...............................................173.3 Pengaruh surfaktan dan tekanan intrapleura saat respirasi.............................................................20
BAB IV........................................................31KESIMPULAN....................................................31DAFTAR PUSTAKA................................................33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami mekanisme Sistem Respirasi
dengan menggunakan aplikasi PhysioEx.
Tujuan Khusus
1.1 Mengukur volume respirasi dan menghitung kapasitas paru
1. Untuk memahami tentang penggunaan dari istilah ventilasi,
inspirasi, ekspirasi, diafragma, otot interkostal ekterna,
otot interkostal interna, otot dinding abdomen, volume
ekspirasi cadangan, kapasitas vital paksa, volume tidal,
volume inspirasi cadangan, volume residual, dan volume
ekspirasi paksa dalam 1 detik.
2. Untuk memahami peranan dari otot-otot skeletal dalam
mekanisme pernapasan.
3. Untuk memahami perubahan volume dan tekanan pada kavitas
torak selama ventilasi paru.
4. Untuk memahami pengaruh dari lapang sempitnya saluran udara
dengan hambatan pada aliran udara.
1.2 Perbandingan spirometri
1. Untuk memahami istilah dari spirometri, spirogram, emfisema,
asma, inhaler, latihan sedang, latihan berat, volume tidal,
volume ekspirasi cadangan, volume inspirasi cadangan, volume
4
residual, kapasitas vital, kapasitas total paru, kaositas
vital dipaksa, dan volume ekspirasi paksa dalam 1 detik.
2. Untuk mengamati dan membandingkan hasil spirogram pada orang
sehat dengan pasien emfisema pada kondisi istirahat.
3. Untuk mengamati dan membandingkan hasil spirogram pada orang
sehat dengan pasien serangan asma akut pada kondisi
istirahat.
4. Untuk mengamati dan membandingkan hasil spirogram pada
pasien asma saat terkena serangan dengan saat menggunakan
inhaler untuk melegakan.
5. Untuk mengamati dan membandingkan hasil spirogram pada saat
latihan sedang dengan latihan berat.
1.3 Pengaruh surfaktan dan tekanan intrapleura saat respirasi
1. Untuk memahami istilah dari surfaktan, tekanan permukaan,
ruang intrapleura, tekanan intrapleura, pneumothoraks, dan
atelektasis.
2. Untuk memahami pengaruh surfaktan pada tekanan permukaan dan
fungsi paru.
3. Untuk memahami bagaimana tekanan negatif intrapleura
mencegah paru kolaps.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mengukur volume respirasi dan menghambat kapasitas paru
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke
paru. Ventilasi paru mencakup gerakan dasar atau kegiatan
bernafas atau inspirasi dan ekspirasi. Udara yang masuk dan
keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara intrapleura
dengan tekanan atmosfer, dimana pada saat inspirasi tekanan
intrapleural lebih negatif (752 mmHg) dari pada tekanan atmosfer
(760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli. Ventilasi
terdiri dari inspirasi dan ekspirasi. Pada saat inspirasi terjadi
kontraksi dari otot-otot insiprasi (muskulus interkostalis
eksternus dan diafragma)sehingga terjadi elevasi dari tulang-
tulang kostae dan menyebabkan peningkatan volume cavum thorax
(rongga dada), secara bersamaan paru-paru juga akan ikut
mengembang sehingga tekanan intra pulmonal menurun dan udara
terhirup ke dalam paru-paru.
6
Setelah inspirasi normal biasanya kita masih bisa menghirup
udara dalam-dalam (menarik nafas dalam), hal ini dimungkinkan
karena kerja dari otot-otot tambahan isnpirasi yaitu muskulus
sternokleidomastoideus dan muskulus skalenus.
Ekspirasi merupakan proses yang pasif dimana setelah terjadi
pengembangan cavum thorax akibat kerja otot-otot inspirasi maka
setelah otot-otot tersebut relaksasi maka terjadilah ekspirasi.
Tetapi setelah ekspirasi normal, kitapun masih bisa menghembuskan
nafas dalam-dalam karena adanya kerja dari otot-otot ekspirasi
yaitu muskulus interkostalis internus dan muskulus abdominis.
Kepatenan Ventilasi terganutung pada faktor :
1. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi
jalan napas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara
dari dan ke paru-paru.
2. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan.
3. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru.7
4. Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma,
eksternal interkosa, internal interkosa, otot abdominal.
Volume udara respirasi pada setiap orang berbeda-beda,
tergantung pada ukuran paru-paru, kekuatan bernapas, dan cara
bernapas. Pada orang dewasa, volume paru-paru berkisar antara 5 –
6 liter yang terdiri dari:
a. Volume Tidal (VT). Volume udara tidal adalah volume udara
hasil inspirasi atau ekspirasi pada setiap kali bernapas
normal. Volume udara tidal bervariasi tergantung pada tingkat
kegiatan seseorang. Pada kondisi tubuh istirahat, volume udara
tidal sebanyak kira-kira 500 mililiter pada rata-rata orang
dewasa muda, dan besarnya akan meningkat bila kegiatan tubuh
meningkat. Dari 500 mililiter udara tidal yang dipernapaskan
pada kondisi istirahat tersebut hanya 350 mililiter saja yang
dapat sampai di alveolus, sedang yang 150 mililiter mengisi
ruang yang terdapat pada saluran respirasi (disebut ruang
rugi).
b. Volume Cadangan Inspirasi (VCI), adalah volume udara yang
dapat dihisap dengan kekuatan inspirasi yang lebih kuat setelah
volume tidal dilakukan, pada keadaan normal sebanyak kira-kira
3000 mililiter.
c. Volume Cadangan Ekspirasi (VCE), adalah volume udara ekstra
yang dapat dikeluarkan (dihembuskan) dengan ekspirasi kuat pada
akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal sebanyak kira-kira
1000 mililiter.
8
d. Volume Residu (VR), yaitu volume udara yang masih tetap berada
dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat, kira-kira sebanyak 1500
mililiter.
Dalam menguraikan proses respirasi terkadang diperlukan
penyatuan dua atau lebih jenis-jenis volume di atas. Kombinasi
dari jenis-jenis volume itu disebut kapasitas paru-paru. Beberapa
jenis kapasitas paru-paru sebagai berikut.
a. Kapasitas Inspirasi (KI), sama dengan volume tidal ditambah
dengan volume cadangan inspirasi. Kapasitas inspirasi merupakan
jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang mulai ekspirasi
normal dan mengembangkan paru-parunya sampai jumlahnya maksimum
(kira-kira 3500 ml).
b. Kapasitas Residu Fungsional (KRF), sama dengan volume cadangan
ekspirasi ditambah dengan volume residu. Besarnya kapasitas
residu fungsional adalah udara yang tersisa dalam paru-paru
pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2500 ml).
c. Kapasitas Vital (KV), sama dengan volume cadangan inspirasi
ditambah dengan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi.
Kapasitas vital ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat
dikeluarkan dari paru-paru seseorang setelah terlebih dahulu
mengisi paru-paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan
sebanyak-banyaknya (kira-kira 4500 ml).
d. Kapasitas total paru-paru, adalah volume maksimum dimana paru-
paru dapat dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa
9
atau sama dengan kapasitas vital ditambah dengan volume residu
(kira-kira 6000 ml).
Ø KI = VT + VCI
Ø KRF = VCE + VR
Ø KV = VCI + VT + VCE
VT = volume tidal
VCI = volume cadangan inspirasi
VCE = volume cadangan ekspirasi
VR = volume residu
KI = kapasitas inspirasi
KRF = kapasitas residu fungsional
KV = kapasitas vital
Gambar Volume dan kapasitas paru-paru pada
manusia
10
2.2 Spirometri
2.2.1 Volume dan Kapasitas Paru
Metode yang sederhana untuk meneliti ventilasi paruadalah
dengan merekam volume pergerakan udara yang masuk dan keluar
paru. Alat yang digunakan dinamakan spirometri atau spirogram
yang dapat memperlihatkan perubahan dalam volume paru pada
berbagai keadaan pernapasan.
Volume Paru
Ada empat volume paru bila semua dijumlahkan sama dengan
volume maksimal paru yang mengembang, masing-masing volume itu
adalah:
1. Volume tidal: Merupakan volume udara yang diinspirasikan dan
diekspirasikan di setiap pernapasan normal, jumlahnya
sekitar 500 ml.
2. Volume cadangan inspirasi: Merupakan volume tambahan udara
yang dapat diinspirasikan di atas volume tidal normal,
biasanya 3.000 ml.
3. Volume cadangan ekspirasi: Merupakan jumlah udara yang masih
dapat dikeluarkan dengan ekspirasi tidal yang normal,
jumlahnya lebih kurang 1.100 ml.
4. Volume sisa: Volume udara yang masih tersisa di dalam paru
setelah kebanyakan ekspirasi kuat, volume ini rata-rata
1.200 ml.
11
Ventilasi paru normal hampir sepenuhnya dilakukan oleh otot-
otot inspirasi, pada waktu otot inspirasi berelaksasi sifatnya
elastis, paru dan toraks mengempis secara pasif. Bila semua otot
berelaksasi kembali ke suatu keadaan istirahat. Volume udara di
dalam paru pada tingkat yang sama dengan kapasitas sisa
fungsional kira-kira 2.300 ml.
Volume Sisa
Udara yang tidak bisa dikeluarkan dari paru bahkan dengan
ekspirasi yang kuatpun tidak bisa dikeluarkan, fungsinya
menyediakan udara dalam alveolus untuk menyerasikan darah di
antara dua siklus pernapasan. Seandainya tidak ada udara sisa,
konsentrasi oksigen dan karbon dioksida di dalam darah akan naik
dan turun secara jelas. Volume Respirasi Per MenitVolume
respirasi per menit adalah jumlah total udara baru yang masuk ke
dalam saluran pernapasansetiap menit, sama dengan volume tidal
kecepatan respirasi. Volume tidal normal sekitar 500 ml dan
kecepatan respirasi normal 12 kali per menit. Rata-rata volume
respirasi per menit sekitar 6 liter/menit. Seseorang dapat hidup
untuk waktu singkat dengan volume respirasi permenit sedikitnya
1,5 liter dan kecepatan respirasi serendahnya 2-4 kali permenit.
Kecepatan respirasi kadang-kadang mencapai 40-50 kali per
menit dan volume tidal dapat menjadi sama besar dengan kapasitas
vital, kira-kira 4.600 ml pada pria dewasa muda. Kecepatan
bernapas tinggi tidak dapat mempertahankan suatu volume tidal
yang lebih besar dari setengah kapasitas vital, dengan
12
mengombinasikan kedua faktor ini laki-laki dewasa muda mempunyai
kapasitas pernapasan maksimum 100-120 liter/menit .
Kapasitas Paru
Dalam peristiwa siklus paru perlu menyatukan dua volume atau
lebih. Kombinasi seperti ini disebut kapasitas paru sebagai
berikut :
1. Kapasitas inspirasi: Sama dengan volume tidal, ditambah
dengan volume cadangan inspirasi, kira-kira 3.500 ml. Jumlah
udara yang dapat dihirup oleh seseorang mulai pada tinggat
ekspirasi normal dan mengembangkan parunya sampai jumlah
maksimum.
2. Kapasitas sisa fungsional: Sama dengan volume cadangan
ekspirasi ditambah volume sisa. Jumlah udara yang tersisa di
dalam paru pada akhir ekspirasi normal kira-kira 2.300 ml.
3. Kapasitas vital: Sama dengan volume cadangan ditambah dengan
volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Jumlah udara
maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah ia
mengisinya sampai batas maksimum dan kemudian mengeluarkan
sebanyak-banyaknya kira-kira 4.600 ml.
4. Kapasitas total paru: Adalah volume maksimum pengembangan
paru dengan usaha inspirasi yang sebesar-besarnya kira-kira
5.800 ml.
2.2.2 Spirometri
13
Spirometri adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur
aliran udara kedalam dan keluar dari paru. Seseorang yang
bernapas melalui “mouthpiece” spirometri perlu ditutup hidungnya.
Responden yang meniup diinstruksi mengenai cara bernapas sewaktu
prosedur. Tiga maneuver pernapasan dicoba dahulu sebelum
menentukan data prosedur dan data yang tertinggi dari tiga kali
percobaan diambil untuk mengevaluasi pernapasan. Prosedur ini
mengukur aliran udara melalui prinsip-prinsip perpindahan
elekronik atau mekanik dan menggunakan mikropresessor dan perekam
untuk menghitung serta memplot aliran udara .
Tes ini menghasilkan rekaman ventilasi responden dalam
kondisi yang melibatkan usaha normal dan maksimal. Rekaman yang
diperoleh disebut “spirogram” yang akan menunjukkan volume udara
serta tingkat aliran udara yang memasuki dan keluar dari paru.
Spirometri dapat menghitung beberapa kapasitas paru. Akurasi
pengukuran tergantung pada betapa benar responden melakukan
maneuver ini.
Pengukuran yang paling umum diukur melalui spirometri adalah
:
1. Vital Capacity (VC)
Vital Capacity adalah jumlah udara (dalam liter) yang keluar
dari paru sewaktu pernapasan yang normal. Responden
diinstruksi untuk menginhalasi dan mengekspirasi secara
normal untuk mendapat ekspirasi yang maksimal. Nilai normal
biasanya 80% dari jumlah total paru. Akibat dari elastisitas
14
paru dan keadaan toraks, jumlah udara yang kecil akan
tersisa didalam paru selepas ekspirasi maksimal. Volume
inidisebut residual volume (RV) (Guyton, 2006).
2. Forced vital capacity (FVC)
Setelah mengekspirasi secara maksimal, responden disuruh
menginspirasi dengan usaha maksimal dan mengekspirasi secara
kuat dan cepat. FVC adalah volume udara yang diekspirasi
kedalam spirometri dengan usaha inhalasi yang maksimum
(Ganong, 2005).
3. Forced expiratory volume (FEV)
Pada awalnya maneuver FVC diukur dengan volume udara keluar
ke dalam spirometri dengan interval 0.5, 1.0, 2.0, dan 3.0
detik. Jumlah dari semua nilai itu memberikan ukuran
sebanyak 97% dari FVC. Secara umum, FEV-1 digunakan lebih
banyak yaitu volume udara yang diekspirasi kedalam
spirometri pada 1 detik. Nilai normalnya adalah 70% dari FVC
( Ganong, 2005) .
4. Maximal voluntary ventilation (MVV)
Responden akan bernapas sedalam dan secepat mungkin selama
15 detik. Rerata volume udara (dalam liter) menunjukkan
kekuatan otot respiratori. (Guyton, 2006)
15
Semua nilai normal pengukuran yang dilakukan melalui
spirometri sangat tergantung pada umur, kelamin, berat
badan, tinggi dan ras.
Indikasi Spirometri
Ada beberapa indikasi-indikasi dari pemeriksaan spirometri
seperti:
Diagnostik
Untuk mengevaluasi gejala dan tanda
Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru
Untuk menilai resiko pra-operasi
Untuk menilai prognosis
Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas
fisik berat program
Monitoring
Untuk menilai intervensi terapeutik
Untuk menggambarkan perjalanan peyakit yang mempengaruhi
fungsi paru-paru
Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru
diketahui
Untuk memantau orang terkena agen merugikan
Penurunan Nilai Evaluasi
16
Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program
rehabilitasi
Untuk menilai resiko seb agai bagian dari evaluasi asuransi
Kontraindikasi Spirometri
Spirometri dikontraindikasi pada responden yang :
1. Hemoptisis
2. Pneumotoraks
3. Sakit jantung
4. Angina Pektoris
5. Aneurisme pada toraks, abdominal, cranial
6. Kondisi trombotik
7. Pembedahan toraks atau abdominal
2.3 Pengaruh surfaktan dan tekanan intrapleura saat respirasi
Tegangan permukaan adalah gaya yang diakibatkan oleh suatu
benda yang bekerja pada permukaan zat cair sepanjang permukaan
yang menyentuh benda itu. Tegangan permukaan zat cair adalah
kecenderungan permukaan zat cair untuk menegang,sehingga
permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan elastis. Tekanan
intrapleura adalah tekanan yang timbul pada cavum intrapleura. Tekanan
intrapleura atau kadang-kadang disebut tekanan recoil adalah tekanan
negative
dalam ruang intrapleura yang diperlukan untuk mencegah pen
gempisan paru-paru. Biasanya besarnya –4 mmHg. Pada inspirasi
17
dalam, paru-paru mengembang
sangat besar. Tekanan intrapleura yang diperlukan untuk mengemban
gkan paru-paru dapat mencapai –9 sd -12 mmHg. Tekanan ruang
intrapleura lebih negative dari pad tekanan cairan intrapleura (-
10mmHg). Sedangkan tekanan permukaan pleura (+6 mmHg).
Jadi berarti tekanan intrapleura = jumlah tekanan
cairan intrapleura dan tekana permukaan pleura. Pneumothorax
adalah suatu keadaan yang menyebabkan paru-paru mengempis.
Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat
mengembang secara sempurna . Atelektasis timbul karna alveoli
menjadi kurang berkembang atau tidak berkembang, sedangkan
pneumothoraks timbul karena udara masuk kedalam rongga pleura.
Pembentukan paru dimulai pada kehamilan 3 - 4 minggu dengan
terbentuknya trakea dari esofagus. Pada 24 minggu terbentuk
rongga udara yang terminal termasuk epitel dan kapiler, serta
diferensiasi pneumosit tipe I dan II. Sejak saat ini pertukaran
gas dapat terjadi namun jarak antara kapiler dan rongga udara
masih 2 -3 kali lebih lebar dibanding pada dewasa. Setelah 30
minggu terjadi pembentukan bronkiolus terminal, dengan
pembentukan alveoli sejak 32 – 34 minggu. Surfaktan muncul pada
paru-paru janin mulai usia kehamilan 20 minggu tapi belum
mencapai permukaan paru. Muncul pada cairan amnion antara 28-32
minggu. Level yang matur baru muncul setelah 35 minggu kehamilan.
Surfaktan mengurangi tegangan permukaan pada rongga alveoli,
memfasilitasi ekspansi paru dan mencegah kolapsnya alveoli selama
ekspirasi. Selain itu dapat pula mencegah edema paru serta
18
berperan pada sistem pertahanan terhadap infeksi. (4),(9)
Komponen utama surfaktan adalah Dipalmitylphosphatidylcholine
(lecithin) – 80 %, phosphatidylglycerol – 7 %,
phosphatidylethanolamine – 3 %, apoprotein (surfactant protein A,
B, C, D) dan cholesterol. Dengan bertambahnya usia kehamilan,
bertambah pula produksi fosfolipid dan penyimpanannya pada sel
alveolar tipe II. Protein merupakan 10 % dari surfaktan.,
fungsinya adalah memfasilitasi pembentukan film fosfolipid pada
perbatasan udara-cairan di alveolus, dan ikut serta dalam proses
perombakan surfaktan.
Surfaktan disintesa dari prekursor di retikulum endoplasma
dan dikirim ke aparatus Golgi melalui badan multivesikular.
Komponen-komponennya tersusun dalam badan lamelar ,yaitu
penyimpanan intrasel berbentuk granul sebelum surfaktan
disekresikan. Setelah disekresikan (eksositosis) ke perbatasan
cairan alveolus, fosfolipid-fosfolipid surfaktan disusun menjadi
struktur kompleks yang disebut mielin tubular Mielin tubular
menciptakan fosfolipid yang menghasilkan materi yang melapisi
perbatasan cairan dan udara di alveolus, yang menurunkan tegangan
permukaan. Kemudian surfaktan dipecah, dan fosfolipid serta
protein dibawa kembali ke sel tipe II, dalam bentuk vesikel-
vesikel kecil ,melalui jalur spesifik yang melibatkan endosom dan
ditransportasikan untuk disimpan sebagai badan lamelar untuk
didaur ulang. Beberapa surfaktan juga dibawa oleh makrofag
alveolar Satu kali transit dari fosfolipid melalui lumen alveoli
biasanya membutuhkan beberapa jam. Fosfolipid dalam lumen dibawa
19
kembali ke sel tipe II dan digunakan kembali 10 kali sebelum
didegradasi. Protein surfaktan disintesa sebagai poliribosom dan
dimodifikasi secara ekstensif di retikulum endoplasma, aparatus
Golgi dan badan multivesikular. Protein surfaktan dideteksi dalam
badan lamelar sebelum surfaktan disekresikan ke alveolus.
Pada saat inspirasi tekanan paru lebih kecil dari tekanan
atmosfer. Tekanan paru dapat lebih kecil jika volumenya
diperbesar. Membesarnya volume paru diakibatkan oleh pembesaran
rongga dada. Pembesaran rongga dada terjadi akibat 2 faktor,
yaitu faktor thoracal dan abdominal. Faktor thoracal (gerakan
otot-otot pernafasan pada dinding dada) akan memperbesar rongga
dada ke arah transversal dan anterosuperior, sementara faktor
abdominal (kontraksi diafragma) akan memperbesar diameter
vertikal rongga dada. Akibat membesarnya rongga dada dan tekanan
negatif pada kavum pleura, paru-paru menjadi terhisap sehingga
mengembang dan volumenya membesar, tekanan intrapulmoner pun
menurun. Oleh karena itu, udara yang kaya O2 akan bergerak dari
lingkungan luar ke alveolus. Di alveolus, O2 akan berdifusi masuk
ke kapiler sementara CO2 akan berdifusi dari kapiler ke alveolus.
Sebaliknya, pada proses ekspirasi terjadi bila tekanan
intrapulmonal lebih besar dari tekanan atmosfer. Kerja otot-otot
ekspirasi dan relaksasi diafragma akan mengakibatkan rongga dada
kembali ke ukuran semula sehingga tekanan pada kavum pleura
menjadi lebih positif dan mendesak paru-paru. Akibatnya, tekanan
intrapulmoner akan meningkat sehingga udara yang kaya CO2 akan
keluar dari peru-paru ke atmosfer.
20
PEMBAHASAN
AKTIVITAS 1
PRE-LAB TEST
1. Manakah dari pernyataan berikut yang salah mengenai
mekanisme bernafas ?
d. Ventilasi secara eksklusif pada kontraksi otot skelet
2. Manakah kontraksi otot berikut ini yang akan meningkatkan
volume kavitas toraks selama inspirasi ?
c. Interkostalexternus
3. Pada proses awal inspirasi, yang terjadi ?
b. Volume kavitas toraks meningkat
4. Pada proses awal ekspirasi, yang terjadi
a. Tekanan dalam kavitas toraks meningkat
27
5. Volume tidal adalah
b. Jumlah dari udara inspirasi kemudian ekspirasi pada tiap
kali bernafas pada kondisi dibawah istirahat.
POST-LAB TEST
1. Untuk menghitung kapasitas vital seseorang, Anda perlu tahu
TV, ERV, dan?
c. IRV.
2. Mengukur FVC seseorang berarti Anda mengukur?
d. Jumlah udara yang dapat dikeluarkan ketika subjek mengambil
inspirasi terdalam
dan kemudian dengan paksa mengeluarkannya secepat mungkin.
3. Mengukur FEV1 seseorang berarti Anda mengukur?
b. Jumlah VC yang berakhir pada detik pertama dari tes FVC.
4. Untuk orang yang menderita serangan asma, obat inhaler
diharapkan?
a. Mengurangi resistensi saluran napas.
5. Manakah dari nilai berikut tidak termasuk ERV?
c. TV
LEMBAR ULASAN AKTIVITAS 1
1. Apa contoh peristiwa pernapasan sehari-hari yang
mensimulasikan ERV?
Jawaban Anda:
28
Beberapa contoh peristiwa pernapasan sehari-hari yang
dapatmerangsang ERV antara lain olahraga, meniup balon, bersin
atau pun batuk.
2. Apa otot rangka tambahan yang digunakan dalam suatu kegiatan
ERV?
Jawaban Anda:
Pada proses pernapasan normalnya fase ekspirasi merupakan
suatu proses yang tidak aktif ataupun pasif dan tidak memerlukan
otot-otot tambahan untuk ekspirasi tersebut. Namun, pada kondisi
tertentu saat terjadi ekspirasi paksa tubuh memerlukan bantuan
dari otot-otot tambahan ekspirasi sehingga otot-otot dinding
abdomen dan otot interkostal internal akan berkontraksi.
3. Apa FEV1 (%) pada radius awal 5,00 mm?
Jawaban Anda:
FEV 1 (Forced Expiratory Volume in One Second) beguna untuk
mengukur persentasi dari Vital Capacity yang di ekspirasi kan
selama 1 detik pada tes FVC. Normalnya berkisar 75%-85% dari
Vital Capacity).
Diketahui berdasarkan hasil praktikum :
FEV 1 = 3541 ml
29
VC = 4791 ml
Maka;
FEV1 % = (FEV1 / VC) X 100%
FEV1 %= (3541ml/4791ml) X 100% = 73,9%
4. Apa yang terjadi dengan FEV1 (%) sebagai radius saluran udara
menurun? Seberapa baik hasil dibandingkan denganprediksiAnda?
Jawaban Anda:
FEV1% menurun secara proporsional seperti radius napas yang
menurun. Karena radius mengurangi aliran udara. Prediksi saya
adalahtepat.
5. Jelaskan mengapa hasil dari percobaan menunjukkan bahwa ada
obstruktif, daripada restriktifataumasalah paru yang lain?
Jawaban Anda:
FEV1(%) menurunsecara proporsionalsepertiradiusmengalami
penurunanyang merupakankarakteristikmasalahparu obstruktif.Radius
menurun karena penurunan aliran udara yang mempengaruhi aliran
udara sehingga akan mengakibatkan penyakit obstruktif .
AKTIFITAS 2
30
PRE-LAB QUIZ RESULT
1. Volume tidal normal saat istirahat adalah
d . 500 ml .
2. Proses pernapasan yang terganggu pada pasien dengan emfisema
adalah
c . ekspirasi
3. Yang terjadi selama serangan asma adalah
b . inspirasi dan ekspirasi terganggu .
4. Selama latihan aerobic moderat, variable pernapasan yang
meningkat adalah
a . volume tidal
5. Inhaler pada pasien asma akan mempengaruhi
b. melebarkan bronkiolus pasien .
POST-LAB QUIZ RESULT
1. Manakah dari nilai pernapasan berikut yang menurun pada
penyakit obstruktif paru?
c. FEV1
2. Hitung ERV seseorang dengan volume pernapasan berikut : TLC =
6000 ml, FVC = 4800 ml, RV = 1200ml, Irv = 2.900 ml, TV = 500
ml.
d. 1400 ml
3. Hitung FVC seseorang dengan volume pernapasan berikut : RV =
1000 ml, Irv = 3000 ml, TV = 500 ml, ERV = 1500 ml.31
b. 5000 ml
4. Nilau paru yang terbesar diperlihatkan pada ?
a. IRV
5. Apa yang terjadi dengan RV untuk pasien emfisema ?
d. Peningkatan
LEMBAR ULASAN AKTIVITAS 2
1. Nilai-nilai apa yang berubah (dari orang-orang dari pasien
normal) di spirogram ketika pasien dengan emfisema? Mengapa
nilai-nilai ini berubah? Seberapa baik hasil dibandingkan
dengan prediksi Anda?
Jawaban :
Perkiraan awal kami menganggap yang berubah adalah TV ,
ERV, IRV, RV, FVC, FEV1, dan FEV1 (%), ternyata salah.
Perubahan untuk pasien dengan emfisema adalah ERV, IRV, RV,
FVC, FEV1, FEV1 (%). Perubahan ini disebabkan oleh hilangnya
elastisitas alveolus.
Nilai-nilai yang berubah adalah ERV, IRV, RV, FVC, FEV1
dan FEV1 (%). Emfisema adalah suatu pelebaran kantung udara
kecil atau alveoli diparu-paru, yang disertai kerusakan pada
dindingnya. Dalam keadaan normal sekumpulan alveoli yang
berhubungan saluran napas kecil (bronkioli), membentuk
struktur yang kuat dan menjaga saluran pernapasan yang kuat
dan menjaga saluran pernapasan tetap terbuka. Pada emfisema,
dinding alveoli mengalami kerusakan, sehingga bronkioli
32
kehilangan struktur penyangganya. Dengan demikian, saat udara
dikeluarkan, bronkioli akan mengkerut. Struktur saluran udara
menyempit dan sifatnya menetap. Hal tersebutlah yang membuat
adanya perubahan nilai ERV, IRV, RV, FVC, FEV1 dan FEV1(%).
2. Manakah dari dua parameter berubah lebih untuk pasien dengan
emfisema, FVC atau FEV1?
Jawaban :
FEV1 lebih besar perubahannya karena kehilangan elastisitas
alveolus. Sehingga upaya untuk melakukan pernapasan membutuhkan
upaya yang lebih sehingga menunjukkan perbuhan pada FEV1.
3. Nilai-nilai apa yang berubah (dari orang-orang dari pasien
normal) di spirogram ketika pasien dengan asma akut? Mengapa
nilai-nilai ini berubah? Seberapa baik hasil dibandingkan
dengan prediksi Anda?
Jawaban :
Nilai spirometri yang berubah pada pasien asma akut adalah
TV, ERV, IRV, RV, FVC, FEV1 dan FEV1 (%). Hal ini dikarenakan
pada asma terjadinya penyempitan saluran pernapasan, maka
jumlah udara yang dapat dihembuskan dengan cepat akan berkurang
juga.
4. Bagaimana perbedaan serangan asma akut dengan serangan
emfisema?
Jawaban :
33
Secara khas sebagian serangan asma berlangsung singkat
selama beberapa menit hingga beberapa jam setelahnya, pasien
tampak kesembuhan klinik yang total. Namun demikian, ada suatu
fase ketika pasien mengalami obstruksi jalan napas dengan
derajat tertentu setiap harinya. Fase ini dapat ringan dengan
atau tanpa disertai episode yang berat atau yang lebih serius
lagi, dengan obstruksi hebat yang berlangsung selama berhari-
hari atau berminggu-minggu. Keadaan semacam ini disebut sebagai
status asmatikus. Pada beberapa keadaan yang jarang ditemui,
serangan asma akut dapat berakhir dengan kematian.
5. Jelaskan efek obat inhaler pada pasien asma. Apakah semua
nilai spirogram kembali ke " normal" ? Menurut Anda, mengapa
ada beberapa nilai yang tidak kembali normal ? Seberapa baik
hasil dibandingkan dengan prediksi Anda ?
Jawaban :
Perkiraan awal kami menganggap yang berubah adalah TV, ERV,
IRV, FVC, FEV1, FEV1 (%), ternyata prediksi kami salah. Nilai-
nilai yang kembali normal adalah TV , ERV , FEV1( % ) .
Beberapa nilai tidak berubah karena inhaler tidak dapat merubah
otot polos di bronkiolus kembali normal dan juga inhaler tidak
dapat menghilangkan mukus yang memblok jalan napas.
6. Berapa peningkatan FEV1 menurut Anda yang perlu ditingkatkan
agar nilainya dapat dianggap signifikan menggunakan obat ?
Jawaban :
34
Nilai FEV1 dalam persen harus meningkat dari 40% menjadi 80%
dari nilai normal untuk dinyatakan sebagai kondisi yang
signifikan dengan menggunakan obat.
7. Dengan latihan aerobik moderat, perubahan yang lebih
terlihat dibandingkan normal, ERV atau IRV? Bandingkan dengan
prediksi Anda ?
Jawaban :
Perkiraan awal kami mengganggap IRV yang lebih terlihat
perubahannya, ternyata benar. Dengan latihan aerobik moderat
perubahan IRV lebih terlihat dibandingkan perubahan ERV. ERV
menurun menjadi 1125 ml dibandingkan dengan 1500 dalam kondisi
normal. IRV juga menurun menjadi 2000 ml dibandingkan nilai
normal yaitu 3000, tetapi lebih terlihat yaitu penurunan hingga
1000 ml.
8. Bandingkan kuantitas pernapasan selama pernapasan normal ,
olahraga ringan , dan olahraga berat !
Jawaban Anda:
Selama pernapasan normal orang dewasa normalnya bernapas 15
kali per menit . Selama pernapasan latihan moderat kecepatan
nafas semakin meningkat lagi begitupun volume tidal yang lebih
meningkat. Selama latihan berat kecepatan pernapasan dan volume
tidal meninggkat hingga titik maksimal.
35
AKTIFITAS 3
PRE-TEST
1. Yang mana dari pernyataan berikut ini tentang tegangan
permukaan yang salah?
c. Tegangan permukaan bekerja meningkatkan ukuran alveolus pada
paru.
2. Yang mana pernyataan berikut tentang surfaktan yang salah?
d. Surfaktan bekerja dengan cara meningkatkan penarikan molekul
air ke tiap-tiap lainnya.
3. Tepat sebelum dimulainya inspirasi, tekanan pada kavitas
intrapleura . . .
b. Kurang dari tekanan di alveoli.
4. Kondisi respirasi pada pneumothoraks merujuk ke
c. Setiap pembukaan pleura yang mana tekanan intrapleura sama
dengan tekanan atmosfir
5. Pneumothoraks dapat menjadi
b. Atelektasis
POST-TEST
1. Penambahan surfaktan pada bagian interior paru
c. Meningkatkan aliran udara
36
2. Pembukaan katup pada salah satu sisi botol kaca
d. Stimulasi pneumothoraks
3. pada aktivitas ini, pneumothoraks otomatis diikuti dengan
b. Atelektasis
4. Cara terbaik untuk reinflasi paru seseorang yang kolaps
secara cepat adalah
a. Memompa gas keluar dari ruang intrapelura untuk menciptakan
tekanan negatif
LEMBAR ULASAN AKTIVITAS 3
1. Apa efek penambahan surfaktan pada aliran udara?Bagaimana
hasilnya jika dibandingkan dengan prediksimu?
Aliran udara akan meningkat drastis.
Hal ini sesuai dengan manfaat penting surfaktan yaitu:
sebagai bahan untuk dapat meingkatkan complianceparu, mengurangi
kerja untuk mengembangkan paru dan memperkecil kecenderungan
paru untuk recoilsehingga paru tidak mudah kolaps.
Hasil yang didapat pada pratikum fisiologi ini sesuai
dengan prediksi.
2. Mengapa surfaktan berefek pada perlakuan ini?
37
Karena surfaktan dapat mempengaruhi tegangan permukaan dari
alveolus dengan cara mengurangi tarikan antar molekul sehingga
aliran udarapun akan meningkat.
Efek yang terjadi pada praktikum ini, juga disebabkan oleh
peranan surfaktan paru dalam mengurangi kecenderungan alveolus
mengalami recoil sehingga mencegah alveolus kolaps, sehingga
dapat membantu mempertahankan stabilitas paru.
3. Apa efek membukanya katup pada paru kiri, mengapa ini bisa
terjadi?
Karena masuknya udara ke dalam pleura, akan meningkatkan
tekanan intrapleura sehingga tekanan intapleura sama dengan
tekanan atmosfer (760 mmHg), sehingga paru kolaps karena
tekanan alveoli lebih rendah dibanding dengan tekanan
intrapleura.
4. Apa efek kolaps pada paru kiri setelah katup pada tabung
ditutup kembali? Bagaimana hasilnya jika dibandingkan dengan
prediksimu?
Paru kiri akan tetap kolaps dikarenakan katup hanya ditutup
tanpa dikeluarkan udara yang ada pada intapleura. Hasil yang
didapat pada pratikum sama dengan prediksi.
5. Apa kondisi emergensi yang dapat terjadi bila ketika katup
sebelah kiri dibuka?
Pneumotoraks.
38
Hal ini terjadi akibat pada saat pembukaan katup kiri udara
masuk ke dalam pleura sehingga pleura yang tadinya berisi
serous menjadi berisi udara diikuti paru yang kolaps.
6. Pada bagian akhir dari aktivitas ini, kamu menekan tombol
reset untuk menarik udara keluar dari ruang intrapleura agar
kekeadaan dapat kembali normal. Prosedur emergensi yang
digunakan untuk mendapatkan hasil seperti ini pada paru-paru
orang hidup?
Prosedur utama yang dapat dilakukan adalah Thorakotomi.
Thorakotomi merupakan prosedur utama yang dapat dilakukan
pada penderita pneumothorak, dengan cara mengeluarkan udara
yang berada didalam cavitas pleura menggunakan spuit yang
berisi antiseptik. Penusukan ini dilakukan pada intercostalis
2, diposisi paru yang mengalami pneumothorak (dextra/
sinistra). Adanya gelembung pada cairan antiseptik yang berada
didalam spuit menandakan keluarnya udara.
Setelah dilakukan thorakotomi untuk mengeluaran udara yang
ada pada cavitas pleura, dapat dilakukan pemasangan IV line dan
pemberian oksigen. Sehingga saturasi oksigen akan kembali pada
keadaan normal sebelum terjadinya pneumothorak.
7. Apa yang kamu pikir akan terjadi jika kedua paru digabungkan
dalam satu kapasitas besar, jika dibandingkan dengan paru yang
terletak dalam tempat yang terpisah?
39
Bila paru-paru berada dalam satu kavitas (kavitas besar)
pada kondisi pneumotoraks, maka pleura akan diisi udara
sehingga tekanan intrapleura akan meningkat, dan mengakibatkan
kedua paru kolaps. Berbeda dengan paru yang berada dalam
kavitas terpisah, hanya salah satu paru yang mengalami kolaps,
sesuai dengan tempat terjadinya pneumotoraks (terjadi
peningkatan intrapleura).
40
BAB IV
KESIMPULAN
1. Ventilasi atau bernapas terdiri dari dua fase yaitu yaitu
(1) inspirasi ketika udara memasuki paru dan (2) ekspirasi
ketika udara keluar dari paru. Inspirasi terjadi ketika otot
interkostal internal dan diafragma berkontraksi menyebabkan
volume thorax meningkat. Tekanan didalam paru lebih rendah
dari tekanan di lingkungan sehingga menyebabkan udara masuk.
Ekspirasi terjadi ketika otot-otot pernapasan berelaksasi
dan menyebabkan tekanan di paru kembali meningkat sehingga
udara terdorong keluar paru. Pada ekspirasi paksa otot-otot
abdominal dan otot interkostal internal juga berkontraksi
untuk mengeluarkan lebih banyak udara kelua paru.
2. Pernapasan normal memilki volume tidal sebesar 500 ml.
Selain volume tidal, penilaian fungsi paru melalui spirogram
juga meliputi: volume cadangan inspirasi, kapasitas
inspirasi, volume cadangan ekspirasi, volume residual,
kapasitas residual fungsional, kapasitas vital. Kapasitas
paru total, dan volume ekspirasi paksa dalam 1 detik.
3. Ventilasi dipengaruhi oleh besarnya radius jalan napas.
Ketika radius diperkecil akan menyebabkan penurunan airflow
sehingga kapasitas fungsi paru secara umum juga mengalami
penurunan. Hal ini memberikan gambaran pada keadaan paru
sebenarnya ketika terjadi penyakit paru obstruktif atau
41
restriktif yang menyebabkan radius jalur napas lebih kecil
sehingga terjadi penurunan nilai kapasitas paru terutama
volum ekspirasi paksa (FEV1).
4. Pada pasien normal nilai volume respirasi TV : 500 ml,
ERV : 1500 ml, IRV : 3000 ml , RV : 1000 ml, FVC : 5000
ml, TLC : 6000 ml, FEV1 : 4000 ml dan FEV1 (80%).
5. Pada pasien emfisema terjadi perubahan nilai volume
respirasi berupa IRV, RV, FVC, FEV1 dan FEV1 (%), hal ini
dikarenakan berkurangnya keelastisitasan dari alveoli. Pada
pasien asma terjadi perubahan nilai volume respirasi berupa
TV, ERV, IRV, RV, FVC, FEV1 dan FEV1 (%), hal ini
dikarenakan pada asma terjadinya penyempitan saluran
pernapasan, maka jumlah udara yang dapat dihembuskan dengan
cepat akan berkurang juga.
6. Surfaktan meningkatan aliran udara karena menurunkan
tegangan permukaan alveoli.
7. Tekanan intrapleura selalu lebih kecil dibandingkan tekanan
intraalveolar.
8. Masuknya udara ke dalam pleura, akan meningkatkan tekanan
intrapleura sehingga tekanan intapleura sama dengan tekanan
atmosfer, sehingga paru kolaps karena tekanan alveoli lebih
rendah dibanding dengan tekanan intrapleura.
9. Jika tekanan intrapleura lebih besar dibanding tekanan
intaalveolar maka akan terjadi pneumotoraks dan akan
berlanjut menjadi atelektasis.
42
DAFTAR PUSTAKA
Astrand P.O., and K. Rodahl. 1986. Textbook of work physiology. 3rd ed.
New York: McGraw-Hill Book Company.
Brunner dan Suddart. 1994. Keperawatan Medikal Bedah I, edisi 8, Vol.
1. EGC : Jakarta.
Ganong, Wiliam F. 2003. Fisiologi Saraf dan Sel Otot, Edisi 20. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Green HJ. 2008. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Bina Aksara Rupa.
Guyton AC, Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11.
Penerjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pearce EC. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedi. Jakarta:
Gramedia.
Penuntun Praktikum Fisiologi Modul Respirasi Tahun Ajaran 2015
Sherwood, Laurale. 2013. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
44