BAB I, II, III Am Blas Fix
Transcript of BAB I, II, III Am Blas Fix
BAB I
PENDAHULUAN
Ameloblastoma merupakan tumor jaringan enamel yang
tidak berdiferensiasi untuk membentuk enamel, memiliki
karakteristik tumbuh secara lambat dan terus menerus
serta menginfiltrasi jaringan sekitarnya (en_29).
Tumor ini merupakan tumor langka, dimana kejadiannya
hanya 1% dari keseluruhan tumor pada rahang. Etiologi
pasti belum ditemukan. Selama pertumbuhannya tidak
menimbulkan nyeri, oleh karena itu kebanyakan pasien
tidak berobat pada tahap awal. (24-1_7-12). (clincal
review) (moralv)
Tingkat kekambuhan tumor ini sangat tinggi apabila
tidak ditangani secara tepat. Terapi bedah untuk
ameloblastoma bervariasi, tergantung dari manifestasi
klinis dan gambaran radiologisnya, mulai dari enukleasi
sederhana dengan kuretase, reseksi segmental, reseksi
luas hingga melibatkan area yang sehat dengan atau
tanpa rekonstruksi dan terakhir adalah reseksi radikal
(hemimandibulektomi) dengan rekonstruksi segera.(24-1)
(caserep)
Pada makalah ini akan dibahas mengenai ameloblastoma
mandibula, bagaimana cara mendiagnosis, terapi serta
follow up untuk mencegah kekambuhannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Ameloblastoma
Ameloblastoma merupakan tumor jaringan enamel yang
tidak berdiferensiasi untuk membentuk enamel. Merupakan
tumor jinak berasal dari lapisan ektoderm, meskipun
demikian, sifat klinisnya masih berada di antara jinak
dan ganas. Tumor ini bukan murni tumor jinak karena
tidak berkapsul dan pernah dilaporkan ditemukan pada
tempat yang jauh seperti paru-paru dan kranium, tetapi
juga tidak benar-benar ganas karena bersifat invasif
lokal dan metastasis melalui sistem limfatik maupun
pembuluh darah sangat jarang, bahkan diragukan. (D
Jong) (en_29). (24-1_7-12).
Dulunya tumor ini dikenal sebagai adamantinoma, akan
tetapi kemudian menjadi ameloblastoma berdasarkan
gambaran histologi yang ditemukan oleh Churchill
(1934). (24-1_7-12).
Tumor ini memiliki karakteristik tumbuh secara lambat
dan terus menerus serta menginfiltrasi jaringan
sekitarnya. Ameloblastoma dapat tumbuh sampai besar
sekali. (D Jong) (en_29).
2.2. Epidemiologi Ameloblastoma
Tumor ini merupakan tumor langka, dimana kejadiannya
hanya 1% dari keseluruhan tumor pada rahang. Selama
pertumbuhannya tidak menimbulkan nyeri, oleh karena itu
kebanyakan pasien tidak berobat pada tahap awal. (24-
1_7-12).
Angka kejadian ameloblastoma sekitar 0,5 per juta
populasi per tahun, meskipun pada beberapa wilayah di
dunia seperti di Afrika Selatan dilaporkan terdapat
insidensi yang lebih tinggi. Kejadian ameloblastoma
antara wanita dengan pria memiliki kecenderungan yang
sama, hampir tidak berbeda, dimana onset terjadinya
paling sering pada dekade ke 3 atau 4. Sumber lain
mengatakan bahwa kebanyakan kasus didiagnosis pada
rentang usia 30-60 tahun. Ameloblastoma unikistik lebih
umum terjadi pada usia di bawah 20 tahun. Ameloblastoma
mandibula empat kali lebih sering terjadi dibandingkan
maksilla. ¾ ameloblastoma mandibula terlokasi di ramus
mandibula, gigi molar dan premolar. (en_29)
(Article_WMC002904) (24-1_7-12) (en_29).
(ameloblastoma-clinical review) (medoralv17)
Rata-rata tumor ini terjadi pada usia 36 tahun. Wanita
biasanya memiliki usia 4 tahun lebih muda dibandingkan
pria ketika gejala pertamakali muncul. Pasien yang
berasal dari negara berkembang terkena penyakit ini
pada usia 10-15 tahun lebih muda dibandingkan pasien
dari negara maju/industri. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Hertog et al (2012) yang dalam penelitiannya
menemukan bahwa penderita ameloblastoma yang berasal
dari negara berkembang maupun penderita dari ras kulit
hitam memiliki usia yang lebih muda. (98_v1_1)
(medoralv17) (4-192-196)
2.3. Etiologi dan Patogenesis Ameloblastoma
Belum ditemukan etiologi pasti tumor ini. 40% kasus
berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi. Lebih sering
meluas pada daerah bukal dan lingual. Dapat terjadi
resorbsi akar gigi. (ameloblastoma-clinical review)
(medoralv17)
Pada saat ini sebagian penulis mempertimbangkan bahwa
tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun
rangsangan awal dari proses pembentukan tumor ini belum
diketahui.(CII)
Tumor ini dapat berasal dari:(CII)
Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental
lamina. Struktur mikroskopis dari beberapa
spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang
terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan
berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian
tengah mengalami degenerasi serta menyerupai
retikulum stelata.
Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa
epitel yang biasanya terdapat pada membran
periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada
tulang spongiosa yang mungkin menyebabkan
pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya
kista odontogenik
Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista
dentigerous dan odontoma. Pada kasus yang
dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson
(1957) mengenai ameloblastoma yang berkembang dari
kista periodontal atau kista dentigerous tapi hal
ini sangat jarang terjadi. Setelah perawatan dari
kista odontogenik, terjadi perkembangan dan
rekurensi menjadi ameloblastoma.
Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang
rahang. Siegmund dan Weber (1926) pada beberapa
kasus ameloblastoma menemukan adanya hubungan
dengan epiteluim oral.
2.4. Gejala Klinis Ameloblastoma
Pada tahap yang sangat awal , riwayat pasien
asimtomatis (tanpa gejala). Ameloblastoma tumbuh secara
perlahan selama bertahun-tahun, dan tidak ditemui
sampai dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara
rutin. Pada tahap awal , tulang keras dan mukosa
diatasnya berwarna normal. Pada tahap berikutnya,
tulang menipis dan ketika teresobsi seluruhnya tumor
yang menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat
memiliki gambaran berlobul pada radiografi. Dengan
pembesarannya, maka tumor tersebut dapat mengekspansi
tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan tulang
serta menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi menyadari
adanya pembengkakan yang progresif, biasanya pada
bagian bukal mandibula, juga dapat mengalami perluasan
ke permukaan lingual. Ketika menembus mukosa, permukaan
tumor dapat menjadi memar dan mengalami ulserasi akibat
penguyahan. Pada tahap lebih lanjut,kemungkinan ada
rasa sakit didalam atau sekitar gigi dan gigi tetangga
dapat goyang bahkan tanggal. (Inet)
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan
ekstra oral yang penting. Sisi asimetris tergantung
pada tulang utama atau tulang-tulang yang terlibat.
(Inet)
Tumor ini sangat jarang menimbulkan nyeri terkecuali
terdapat infeksi sekunder dan biasanya tidak
menimbulkan gejala yang mengarah terhadap adanya
keterlibatan sistem saraf meski ukurannya besar
sekalipun. (en_29) (Article_WMC002904)
Terkadang pasien membiarkan ameloblastoma bertahan
selama beberapa tahun tanpa perawatan dan pada kasus-
kasus tersebut ekspansi dapat menimbulkan ulkus. Pada
tahap lanjut, ukurannya bertambah besar dapat
menyebabkan gangguan penguyahan dan penelanan. (Inet)
Kesulitan dalam mengunyah merupakan gejala klinis yang
paling sering, sedangkan rasa nyeri, ulserasi, gigi
goyang, pergeseran gigi dan lain-lain adalah gejala
lain yang jarang muncul. (98_v1_1)
2.5. Klasifikasi Ameloblastoma
Pada tahun 2005, World Health Organization (WHO)
mengklasifikasikan ameloblastoma menjadi 4, antara
lain: (medoralv17)
1. Solid/multikistik
2. ekstraoseus/periferal
3. desmoplastik
4. unikistik
Batasan ini penting karena terapi terhadap lesi
unikistik dapat lebih konservatif karena jenis ini
sifatnya kurang agresif serta memiliki ukuran lebih
kecil dibandingkan jenis tumor solid ataupun
multikistik. (en_29)
2.6. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Sifat klinis ameloblastoma dapat diprediksi dengan
melihat tipe histologisnya, akan tetapi, bila biopsi
dilakukan preoperatif, maka mungkin akan menyebabkan
pasien mengalami cedera tambahan selain sulit untuk
mendapatkan jaringan yang cukup untuk membuat diagnosis
histopatologi bila tumor berada jauh di dalam tulang.
Oleh karena itu, pemeriksaan radiologis, sebagai metode
nontraumatik sangat penting dan membantu dalam
mengevaluasi sifat biologis tumor ini. Kita dapat
memperkirakan laju pertumbuhan tumor dari gambaran
radiologis termasuk adanya kerusakan tulang, reaksi
tulang, dan detail lain termasuk lokasi dan ukuran
tumor. (ijos)
Banyak penelitian yang membahas mengenai tipe histologi
dan terapi tumor ini. Telah diketahui bahwa gambaran
radiologis yang berbeda memiliki sifat biologis yang
berbeda pula. Selain itu, Li Y et al (2012) menemukan
bahwa selain sifat biologis, juga dapat ditentukan
kemampuan proliferasi tumor ini berdasarkan gambaran
radiologis. (ijos)
2.6.1 Gambaran Radiologis
Gambaran radiologis untuk tipe multikistik berupa lesi
multilokuler, sering disebut dengan “soap bubble
appearance” bila ukurannya besar atau “honeycomb
appearance” bila ukurannya kecil. Untuk tipe unikistik
memberikan gambaran radiolusen. (en_29)
Soap bubble appearance (Article_WMC002904)
CT scan biasanya digunakan untuk mengetahui
keterlibatan jaringan lunak, kerusakan tulang kortikal
dan ekspansi tumor pada struktur sekitarnya. Sedangkan
gambaran resonansi magnet (MRI) digunakan untuk
mengetahui usia dan konsistensi tumor. Pada MRI, tampak
resolusi lebih baik, tentang sifat dan tingkat invasi
tersebut, sehingga menjadi sangat penting dalam
penilaian evaluasi setelah operasi ameloblastoma (studi
kasus)
Gambaran radiologis preoperatif dan postoperatif pada
pasien ameloblastoma mandibula (en_29)
2.6.2 Gambaran Histologis
Secara histologis, ameloblastoma hampir selalu jinak,
meskipun demikian, tumor ini memiliki kecenderungan
untuk kambuh setelah terapi bedah konservatif.
(medoralv17)
Secara histologis, ameloblastoma tipe solid/multikistik
dapat dibagi menjadi tipe folikular dan pleksiform.
Tipe folikular dapat dibagi lebih jauh menjadi tipe
spindel sel, tipe akantomatous, tipe granular dan tipe
sel basal. Ameloblastoma tipe pleksiform mengandung sel
basal yang tersusun berbentuk untaian yang saling
menyambung satu sama lain dengan retikulum stellata
yang tidak terlalu mencolok. Stroma biasanya lembut dan
mengalami degenerasi kistik. (medoralv17)
Ameloblastoma unikistik memiliki dua varian bentuk
histologis, yaitu varian luminal dan mural.
Ameloblastoma ekstraoseus memiliki gambaran histologis
sama dengan ameloblastoma solid/multikistik. Pada tipe
desmoplastik, komponen stroma mendominasi dan mendesak
komponen epitel odontogenik. (medoralv17)
Berikut akan dibahas beberapa gambaran histologis dari
ameloblastoma: (inet) (v51i)
A. Tipe Folikular
28,2% Ameloblastoma merupakan tipe ini. Ameloblastoma
folikular terdiri dari pulau-pulau epitel dengan dua
komponen berbeda. Bagian sentral dari pulau epitel
mengandung suatu jalinan sel-sel yang rumit dan longgar
yang menyerupai stelate retikulum dari organ enamel.
Disekeliling sel-sel ini adalah lapisan sel-sel
kolumnar tinggi dan tunggal dengan nukleusnya
berpolarisai jauh dari membran dasar. Degenerasi kistik
umumnya terjadi dibagian sentral pulau-pulau epitel,
meninggalkan ruang yang jelas dan dibatasi oleh sel-sel
stelate padat. Kelompok sel-sel epitel dipisahkan oleh
sejumlah steoma jaringan fibrosa. (inet) (v51i)
Ameloblastoma folikular: terdapat gambaran “peripheral
palisading” yaitu sel-sel epitel yang mengelilingi
stelate retikulum pada bagian tengah (medoralf)
B. Tipe Pleksiform
Merupakan 32,5 % dari keseluruhan tipe ameloblastoma,
terbanyak di antara tipe lainnya. Pada ameloblastoma
pleksiform, sel-sel tumor yang menyerupai ameloblas
tersusun dalam massa yang tidak teratur atau lebih
sering sebagai suatu jaringan dari untaian sel-sel yang
berhubungan. Masing-masing massa atau untaian ini
dibatasi oleh lapisan sel-sel kolumnar dan diantara
lapisan ini kemungkinan dijumpai sel-sel yang
menyerupai stalate retikulum. Namun demikian, jaringan
yang menyerupai stalate retikulum terlihat kurang
menonjol pada tipe ameloblastoma pleksiform dibanding
pada ameloblastoma tipe folikuler dan ketika dijumpai
secara keseluruhan tersusun pada bagian perifer daerah
degenerasi kistik.(inet) (v51i)
Ameloblastoma Fleksiform: terdapat gambaran sel basal
yang tersusun berbentuk untaian yang saling menyambung
satu sama lain dengan retikulum stellata yang tidak
terlalu mencolok
C. Ameloblastoma Tipe Akantomatosa
12,1% ameloblastoma merupakan tipe ini. Dalam
ameloblastoma akantomatosa, sel-sel yang menempati
posisi stalate retikulum mengalami metaplasia squamous
(central squamous mataplasia), terkadang dengan
pembentukan keratin pada bagian sentral dari pualu-
pulau tumor. Terkadang, epitel pearls atau keratin
pearls dapat dijumpai.(inet) (v51i)
Ameloblastoma tipe akantomatosa; terdapat gambaran
“central squamous metaplasia” (v51i)
D. Ameloblastoma Tipe Granular
Sekitar 4, 28% ameloblastoma merupakan tipe granular.
Pada ameloblastoma sel granular, ada ciri-ciri
transformasi sitoplasma, biasanya sel-sel yang
menyerupai stelate retikulum sehingga mengalami bentuk
eosinofil, granular yang sangat kasar. Sel-sel ini
sering meluas hingga melibatkan sel-sel kolumnar atau
kuboidal periperal. Penelitian ultrastruktural, seperti
yang dilakukan Tandler dan Rossi, menunjukkan bahwa
granul-granul sitoplasmik ini menunjukkan lisosomal
dengan komponen-komponen sel yang tidak dapat dikenali.
Hartman telah melaporkan serangkaian kasus
ameloblastoma sel granular dan memperkirakan bahwa tipe
sel granular ini terlihat menjadi lesi yang agresif dan
cenderung untuk kambuh kecuali dilakukan bedah yang
sesuai pada operasi pertama.(inet)
Ameloblastik tipe granular: terdapat area sentral
berisi sel granular (v51I)
E. Ameloblastoma Tipe Desmoplastik
4-13% ameloblastoma memiliki tipe desmoplastik.
Terdiri dari dua karakteristik utama yang sangat
berbeda, pertama, muncul sebagai “desmoplastic fibrous
connective tissue” (jaringan ikat desmoplastik) yang
mengandung sarang-sarang epitel odontogenik yang
tipis. Subtipe kedua hampir tidak terdapat gambaran ini
akibat desakan dari stroma, adakalanya terdapat sedikit
gambaran sel-sel ameloblastoma yang menandakan bahwa
jaringan ini merupakan turunan dari jarinagn odontogen.
Faktanya, sangat sulit untuk membedakan kedua subtipe
ini.
Ameloblstoma tipe desmoplsatik: terdapat gambaran
komponen sel odontogenik yang sangat tipis akibat
desakan dari stroma.
F. Ameloblastoma Tipe Sel Basal
2,02% ameloblastoma terdiri dari tipe ini.
Ameloblastoma Tipe Sel Basal mengandung sarang-sarang
yang terdiri dari sel-sel basaloid dengan epitel kuboid
pada bagian perifernya. Pada bagian sentral tidak
terdapat retikulum stelata.
Ameloblastoma tipe sel basal: terdapat sel kuboid pada
bagian perifer tanpa retikulum stelata pada bagian
sentralnya.
2.7. Terapi Ameloblastoma
Terapi ameloblastoma adalah dengan pembedahan. Radiasi
lebih sering dikontraindikasikan untuk mencegah
terjadinya osteoradionekrosis maupun malignansi,
terkecuali pada kondisi tertentu dimana terapi
pembedahan tidak dimungkinkan, radiasi dapat
dipertimbangkan. Kemoterapi bukan merupakan terapi
pilihan pada ameloblastoma. (98_v1_1)
Terapi bedah untuk ameloblastoma bervariasi, tergantung
dari manifestasi klinis dan gambaran radiologisnya,
mulai dari enukleasi sederhana dengan kuretase, reseksi
segmental, reseksi luas hingga melibatkan area yang
sehat dengan atau tanpa rekonstruksi dan terakhir
adalah reseksi radikal (hemimandibulektomi) dengan
rekonstruksi segera. (24-1_7-12).
Tren yang berkembang adalah menterapi ameloblastoma
unikistik dengan teknik kuretase dengan kemungkinan
rekurensi antara 10%-15%. Pada tipe solid atau
multikistik, diperlukan teknik eksisi radikal dengan
reseksi tulang yang terkena dengan luas setidaknya 15
mm dari jaringan yang sehat. Mukosa yang terkena kontak
dengan tumor juga harus dibuang karena
kemungkinanmengandung sel ameloblastik yang
dikhawatirkan akan mengkontaminasi graft ketika
dilakukan rekonstruksi. (en_29)
Ansari SR et al (2004) merekomendasikan reseksi
marginal (enblok) untuk terapi ameloblastoma unilokular
yang tidak ekstensif dan bedah radikal dengan
rekonstruksi segera untuk amelobastoma multilokular.
Kuretase tidak direkomendasikan untuk menghindari
pembedahan berulang, terlebih bagi wilayah dengan
penduduk ekonomi menengah ke bawah. (24-1_7-12).
Pasien dengan ameloblastoma mandibula yang menjalani
hemimandibulektomi dengan rekonstruksi segera(98_v1_1)
Kiri: Gambaran intraoral pada pasien yang sama,
terlihat massa tumor disertai area dengan ulserasi.
Kanan: Gambaran orthopantomogram memperlihatkan
gambaran radiolusen yang multilokuler. (98_v1_1)
Kiri: Ameloblastoma mandibula yang sudah diangkat pada
pasien yang sama. Kanan: rekonstruksi menggunakan plat
titanium.
2.8. Diagnosis Banding
Banyak sekali lesi jinak yang dapat mengakibatkan
pembengkakan pada mandibula, dapat dibedakan menjadi
dua, odontogenik dan nonodontogenik. Lesi tersebut
diantaranya ameloblastoma, kista radikular, central giant
cell carcinoma, lesi fibroosseous dan osteoma. Tumor
odontogen paling sering adalah ameloblastoma. (1758-
3284-2-1) (5255_kahairi)
Diagnosis banding berdasarkan gambaran radiologis
antara lain dengan berbagai kista odontogen,
odontogenik mixoma, tumor keratosit odontogenik, serta
dengan tumor nonodontogenik, seperti central giant cell
granuloma dan simple bone cyst. (ameloblastoma-clinical
review) (medoralv17)
2.9. Prognosis
Tingkat rekurensi ameloblastoma berkisar antara 55-90%
bila tidak ditangani secara adekuat. (11-case rep)
Dalam penelitiannya juga diketahui bahwa tidak ada
perbedaan kejadian rekurensi antara pasien usia muda
dengan dewasa yang menjalani terapi enukleasi, hal ini
tampaknya tidak sesuai dengan keyakinan selama ini yang
menyatakan bahwa ameloblatoma pada anak-anak lebih
tidak agresif dibandingkan pada orang dewasa.
(medoralv17)
2.10. Follow Up
Secara umum, diperlukan follow up secara berkala tiap 1
tahun sekali selama 10 tahun. Rekomendasi lain
menyarankan agar dilakukan follow tiap 1 tahun sekali
selama 5 tahun, kemudian dilanjutkan tiap 2 tahun