SEMAT QUANTUM TEACHING FIX

25
EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Oleh: Intan Kemalasari, Lutviyah Hidayati, Putri Khairunnisa Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta Jalan Pemuda No. 10 Rawamangun Jakarta Timur 13220 Abstract Mathematics understanding is inevitably needed by every students in order to be able to solve mathematics problem in real life. One of the popular teaching methods of mathematics is quantum teaching method. The aim of this paper is to find out the effectiveness of quantum teaching method for mathematics learning. The writing method used in this paper is conducting a literature review. According to the research of Kusno and Joko Purwanto in SMA Muhammadiyah Purwokerto, based on the students’ activity in the class, teacher’s ability to manage the class and students’ response, it was concluded that quantum teaching method is effective for mathematics learning. In another research conducted by Dihan Narso in SMK Negeri 01 Brebes, there were improvement in students’ mathematics learning outcomes and positive responses for quantum teaching method. Therefore, this paper concluded that the use of quantum teaching method in mathematics is effective, the students’ learning outcomes using quantum teaching method are better than the conventional one and students’ responses for quantum teaching method are positive. Keywords: Quantum teaching, mathematics learnings, and teaching method Abstrak Penguasaan atas matematika mutlak diperlukan oleh setiap siswa agar dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu metode pembelajaran matematika yang populer adalah metode pembelajaran kuantum (quantum teaching). Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji efektivitas metode pembelajaran quantum teaching terhadap pembelajaran matematika. Metode pengkajian yang dilakukan adalah melalui kajian pustaka. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kusno dan Joko Purwanto

Transcript of SEMAT QUANTUM TEACHING FIX

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM

TEACHING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Oleh:Intan Kemalasari, Lutviyah Hidayati, Putri KhairunnisaJurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan AlamUniversitas Negeri Jakarta

Jalan Pemuda No. 10 Rawamangun Jakarta Timur 13220

Abstract

Mathematics understanding is inevitably needed by every students in orderto be able to solve mathematics problem in real life. One of the popularteaching methods of mathematics is quantum teaching method. The aim ofthis paper is to find out the effectiveness of quantum teaching method formathematics learning. The writing method used in this paper is conductinga literature review. According to the research of Kusno and Joko Purwanto inSMA Muhammadiyah Purwokerto, based on the students’ activity in theclass, teacher’s ability to manage the class and students’ response, it wasconcluded that quantum teaching method is effective for mathematicslearning. In another research conducted by Dihan Narso in SMK Negeri 01Brebes, there were improvement in students’ mathematics learningoutcomes and positive responses for quantum teaching method. Therefore,this paper concluded that the use of quantum teaching method inmathematics is effective, the students’ learning outcomes using quantumteaching method are better than the conventional one and students’responses for quantum teaching method are positive.

Keywords: Quantum teaching, mathematics learnings, and teachingmethod

Abstrak

Penguasaan atas matematika mutlak diperlukan oleh setiapsiswa agar dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupansehari-hari. Salah satu metode pembelajaran matematikayang populer adalah metode pembelajaran kuantum (quantumteaching). Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkajiefektivitas metode pembelajaran quantum teaching terhadappembelajaran matematika. Metode pengkajian yangdilakukan adalah melalui kajian pustaka. Menurutpenelitian yang dilakukan oleh Kusno dan Joko Purwanto

di SMA Muhammadiyah Purwokerto, berdasarkan aktivitassiswa selama proses pembelajaran, kemampuan guru dalammengelola kelas, serta respon siswa, diperoleh hasilbahwa penggunaan metode pembelajaran quantum teachingefektif untuk pembelajaran matematika. Dalam penelitianlain yang dilakukan oleh Dihan Narso di SMK Negeri 01Brebes, terdapat peningkatan hasil belajar matematikasiswa dan tanggapan yang positif dari siswa terhadapquantum teaching. Berdasarkan hasil kajian pustaka, dapatdisimpulkan bahwa penerapan quantum teaching efektif untukpembelajaran matematika, prestasi siswa yang diajarkandengan metode tersebut lebih baik dibandingkan denganmetode konvensional, serta tanggapan siswa terhadapquantum teaching tergolong positif.

Kata Kunci: Quantum teaching, pembelajaran matematika,dan metode pembelajaran

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) sangatlah pesat. Untuk menghadapi

perkembangan IPTEK yang pesat ini, dibutuhkan Sumber

Daya Manusia (SDM) yang mampu berpikir kritis,

sistematis, logis, kreatif, dan memiliki kemampuan

untuk bekerja sama secara efisien. Cara berpikir

seperti ini mampu dikembangkan oleh pendidikan

matematika.

Matematika adalah ilmu eksak yang bersifat

deduktif. Penguasaannya tidak cukup dengan hanya

membaca dan menghapal, namun memerlukan proses berpikir

dan pemahaman yang baik. Penguasaan atas matematika

mutlak diperlukan oleh setiap siswa agar dapat

memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu cara agar siswa dapat menguasai matematika

dengan baik adalah dengan optimalisasi peran guru.

Seiring dengan perkembangan zaman, telah banyak

metode pembelajaran yang diterapkan agar siswa dapat

menguasai pelajaran dengan baik. Salah satu metode yang

populer adalah metode pembelajaran kuantum (quantum

teaching). Quantum teaching pertama kali dikembangkan oleh

De Porter dan mulai dipraktikkan sejak tahun 1992.

Teori yang terkandung dalam quantum teaching adalah

Accelerated Learning, Multiple Intelligences, Neuro-Linguistic

Programming, Experiential Learning, Socratoc Inquiry, Cooperative

Learning, dan Elements of Effective Instruction sehingga quantum

teaching merangkaikan sebuah kekuatan yang memadukan

multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan

otak, di mana di dalamnya terdapat integrasi konsep

berbagai teori, yaitu teori otak kanan/kiri, teori otak

triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual, auditorial,

dan kinestetik), teori kecerdasan ganda, pendidikan

holistik (menyeluruh), belajar berdasarkan pengalaman,

belajar dengan simbol, dan simulasi/permainan. Metode

quantum teaching dapat digunakan secara luas, salah

satunya adalah dalam pembelajaran matematika.

Penerapan quantum teaching dalam pembelajaran

matematika sejauh ini telah banyak dilakukan oleh

beberapa pengajar. Penggunaannya dapat dikatakan cukup

populer, termasuk di Indonesia, walaupun tidak

sepopuler metode pembelajaran matematika lainnya

seperti RME/PMR. Metode quantum teaching ini bukanlah

metode pembelajaran khusus matematika saja, namun

metode ini sangat layak untuk dikaji lebih jauh karena

merupakan metode yang dapat mengoptimalkan seluruh

potensi dan kecerdasan siswa, baik di bidang

intelektual (IQ), emosional (EQ), maupun spiritual

(SQ). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun

makalah berjudul Efektifitas Metode Pembelajaran

Quantum Teaching terhadap Pembelajaran Matematika untuk

mengetahui lebih lanjut mengenai efektifitas metode

pembelajaran quantum teaching terhadap pembelajaran

matematika.

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji efektivitas

metode pembelajaran quantum teaching terhadap

pembelajaran matematika.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah, “Bagaimana

efektivitas metode pembelajaran quantum teaching terhadap

pembelajaran matematika?”

Manfaat Penulisan

Hasil penulisan ini diharapkan memiliki manfaat:

1. Bagi guru; agar guru dapat menggunakan metode

pembelajaran quantum teaching sebagai alternatif

metode pembelajaran yang lebih kreatif dan

inovatif.

2. Bagi siswa; agar siswa dapat lebih tertarik untuk

mendalami materi sehingga dapat berkembang dan

meningkatkan prestasi belajar.

3. Bagi sekolah; agar hasil penulisan ini dapat

memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam

peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam sistem

pembelajaran.

LANDASAN TEORI

Matematika

Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau

manthenein yang berarti mempelajari (Sri Subarinah,

2006: 1). Ebbutt dan Straker (Marsigit, 2003: 2-3)

memberikan definisi Matematika Sekolah, yang

selanjutnya disebut Matematika, sebagai berikut:

1. Matematika merupakan kegiatan penelusuran pola dan

hubungan.

Berarti siswa diberi kesempatan untuk melakukan

kegiatan hubungan dan penyelidikan pola-pola untuk

menentukan hubungan; melakukan percobaan yang

berkaitan dengan matematika; memahami dan

mengemukakan hubungan antara pengertian yang satu

dengan yang lain; serta menemukan adanya urutan,

perbedaan, perbandingan, pengelompokan, dsb.

2. Matematika merupakan kreativitas yang memerlukan

imajinasi, intuisi, dan penemuan.

Implikasinya terhadap pembelajaran matematika adalah

siswa diberikan kesempatan berfikir berbeda,

menghargai penemuan dan pendapat lain yang berbeda

dengan pendapatnya, berfikir refleksif serta

berinisiatif untuk menemukan sendiri jawaban atas

keingintahuan siswa.

3.Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah

(problem solving).

Sebagai kegiatan pemecahan masalah siswa akan

dihadapkan pada lingkungan belajar yang merangsang

timbulnya masalah matematika, sehingga siswa

didorong untuk berfikir logis, konsisten sistematis

dan mengembangkan kemampuan dan keterampilannya

untuk memecahkan persoalan.

4. Matematika sebagai alat berkomunikasi.

Siswa akan diharuskan untuk mengenal sifat-sifat

matematika, membicarakan sifat-sifat matematika

serta membuat atau menafsirkan suatu model

matematika.

Menurut Ebbutt dan Straker (Marsigit, 8-9), materi

pembelajaran Matematika untuk semua jenjang pendidikan

meliputi :

1. Fakta (facts), meliputi informasi atau istilah

matematika serta konvensi tentang lambang-lambang

matematika.

2. Pengertian (concepts), meliputi stuktur pengertian

serta peranannya, pola dan urutan matematika,

serta operasi dan algoritma.

3. Keterampilan penalaran, meliputi pemahaman

terhadap pengertian, berfikir logis, induksi,

deduksi, sistematis dan konsisten, menarik

kesimpulan, menentukan strategi serta menentukan

metode.

4. Keterampilan algoritmik, meliputi keterampilan

untuk memahami dan mengikuti langkah yang dibuat

orang lain, merancang dan membuat langkah,

mendefinisikan dan menjelaskan langkah yang

dirancang, membandingkan dan memilih langkah yang

efektif serta emperbaiki langkah.

5. Keterampilan menyelesaikan masalah matematika,

meliputi memahami pokok persoalan,mendiskusikan

alternatif pemecahan, memecah persoalan utama

menjadi lebih sederhana, mencoba berbagai cara,

bekerja secara sistematis, mencatat apa yang

terjadi, dan mengecek dengan mengulang langkah-

langkahnya, serta mencoba memahami dan

menyelesaikan persoalan lain.

Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika membutuhkan proses

bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan

mengaplikasikan konsep matematika yang ada dalam

situasi nyata. Campbell dalam Linda (2008: 6)

mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika menekankan

kesadaran dan kemampuan untuk berargumen dan

berkomunikasi secara matematis, untuk memecahkan

masalah dan menerapkan matematika dalam kehidupan para

siswa sehari-hari.

Berdasarkan pendapat di atas, tergambar bahwa

kegiatan pembelajaran matematika dilakukan dengan

sengaja dan atas bimbingan guru untuk membahas suatu

permasalahan. Guru harus mampu menumbuhkan minat dan

aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. Salah

satu cara yang dapat dilakukan guru yaitu dengan

menggunakan metode dan pendekatan belajar yang tepat,

agar tercipta suatu kegiatan mental yang tinggi,

meliputi proses aktif dari dalam diri siswa yang

dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru dalam

menyelesaikan masalah matematika.

Dalam pembelajaran matematika, keaktifan siswa

sangat berpengaruh dalam rangka pemahaman konsep secara

menyeluruh yang merupakan dasar penting dalam

pembelajaran matematika. Berdasarkan uraian di atas,

dapat dinyatakan bahwa siswa harus berperan aktif dan

terlibat secara menyeluruh dalam pembelajaran

matematika untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika bukan

hanya bersifat fisik melainkan juga mental. Siswa

hendaknya merasa senang dan bersemangat dalam

mempelajari matematika.

Metode Pembelajaran

Berikut ini merupakan beberapa pendapat yang

dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian dari

metode pembelajaran, di antaranya adalah:

1.Menurut Ramdhani (2012: 1), metode pembelajaran

adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang

atau dikembangkan dengan menggunakan pola

pembelajaran tertentu.

2.Menurut Suprijono (2010: 45), metode pembelajaran

merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori

belajar yang dirancang berdasarkan analisis

terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya

pada tingkat operasional di kelas.

3.Menurut Aunurrahman (2009: 146), metode

pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur yang

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

4.Menurut Trianto (2007: 7), metode pembelajaran

adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengoganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam

merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan

bahwa metode pembelajaran adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang dirancang secara sistematis dalam

pengorganisasiannya sehingga tujuan pembelajaran

diharapkan dapat tercapai.

Metode Pembelajaran Quantum Teaching

Pembelajaran quantum teaching diciptakan berdasarkan

teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning dari

Lozanov, Multiple Intelegences dari Garder, Neuro-Linguistic

Programming dari Grinder dan Bandler, Experiental Learning

dari Hahn, Socratic Inquiry, Cooperative Learning dari Johnson

dan Johnson, dan Element of Effective Instruction dari Hanter

(De Porter, 2003: 4). Pembelajaran kuantum adalah

pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya.

Kata quantum berarti interaksi yang mengubah energi

menjadi cahaya, dengan demikian quantum teaching adalah

pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam

dan di sekitar momen belajar.

Dengan kata lain, quantum teaching adalah konsep yang

menguraikan cara-cara baru dalam memudahkan proses

belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan

pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata

pelajaran yang diajarkan. Quantum teaching menciptakan

lingkungan belajar yang efektif dengan cara menggunakan

unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya

melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas. Quantum

teaching menjadikan segala sesuatu berarti dalam proses

belajar mengajar. Setiap kata, pikiran, dan tindakan

asosiasi dapat mengubah lingkungan, presentasi, dan

rancangan pengajaran.

Komponen-Komponen Pembelajaran Kuantum (quantum

teaching) menurut Bobbi De Porter yakni:

a. Sintaks

Kerangka rancangan pembelajaran kuantum dikenal

dengan istilah TANDUR, yang di dalamnya memiliki 6

tahap atau fase yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai,

Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (Porter, 2003:

88). Tumbuhkan berarti menumbuhkan minat belajar

siswa dengan cara memberitahukan manfaat materi yang

akan dipelajari. Alami berarti guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman-

pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh mereka.

Namai berarti guru menyediakan kata-kata kunci,

konsep, dan rumus yang merupakan materi utama yang

menjadi pesan pembelajaran. Demonstrasikan berarti

guru menyediakan kesempatan bagi siswa untuk dapat

menunjukkan kemampuannya. Ulangi berarti guru

menunjukkan kepada siswa cara-cara mengulang materi

dan menegaskan bahwa mereka benar-benar tahu akan

apa yang dipelajari. Rayakan berarti guru memberikan

pengakuan atas upaya yang telah dilakukan siswa

dalam menampilkan penyelesaian, partisipasi,

pemerolehan keterampilan, dan ilmu pengetahuannya.

b. Prinsip Reaksi

Dalam pembelajaran kuantum ada lima prinsip

dasar yang mempengaruhi terciptanya lingkungan

belajar yang kondusif (Porter, 2003: 56). Adapun

kelima prinsip dasar tersebut adalah: (1) Prinsip

segalanya berbicara berarti seluruh lingkungan kelas

membawa pesan ke pembelajar. (2) Prinsip segalanya

bertujuan berarti semua pembelajaran haruslah

mempunyai tujuan-tujuan yang jelas. (3) Prinsip

pengalaman sebelum pemberian nama berarti sebelum

mendefinisikan, membedakan, siswa terlebih dahulu

telah memiliki atau telah diberikan pengalaman

informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama

tersebut. (4) Prinsip akui setiap usaha berarti

apapun usaha yang telah dilakukan siswa haruslah

mendapat pengakuan dari guru maupun siswa lainnya.

(5) Prinsip jika layak dipelajari maka layak

dirayakan berarti setiap usaha belajar yang

dilakukan layak untuk dirayakan untuk memberi umpan

balik dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan

belajar.

c. Sistem Sosial

Pembelajaran kuantum dibangun berdasarkan asas

“Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan

Dunia Kita ke Dunia Mereka” (Porter, 2003: 6),

memberikan pengertian bahwa hubungan antara guru

dengan siswa harus saling mendukung. Guru memasuki

dunia siswa sebagai upaya memperoleh ijin untuk

memimpin, menuntun, dan memudahkan siswa untuk

memahami ilmu pengetahuan. Upaya ini dilakukan

antara lain dengan mengaitkan secara langsung

konsep-konsep yang akan dikaji dengan peristiwa

sehari-hari atau dari pengalaman sehari-hari mereka.

Dengan pengertian yang lebih luas dan mendalam

berdasarkan interaksi tersebut, siswa akan dapat

membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia

mereka dan menerapkannya dalam situasi baru.

Melalui penerapan pembelajaran kuantum, dampak

instruksional yang diperoleh adalah siswa-siswa

diharapkan memiliki pemahaman konseptual yang memadai

terkait dengan konsep-konsep matematika yang

dipelajari. Dampak pengiring yang diperoleh adalah

nilai-nilai positif dalam membangkitkan kesadaran akan

pengetahuan yang relevan dan sikap kritis siswa dalam

belajar.

PEMBAHASAN

Dalam proses sintaks quantum teaching, yakni metode

TANDUR, yang dinamakan dengan Tumbuhkan adalah

penumbuhan minat siswa terhadap ilmu yang akan

dipelajari, dengan menjawab pertanyaan AMBAK – “Apakah

Manfaatnya Bagiku?”, yaitu bagaimana ilmu atau materi

tersebut dapat bermanfaat dalam kehidupan siswa.

Menemukan jawaban dari pertanyaan AMBAK tersebut dapat

meningkatkan minat siswa terhadap materi yang akan

dipelajari, mengaitkan pengalaman belajar dengan

kehidupan, dan menciptakan optimisme dalam

pembelajaran. Hal ini diharapkan dapat merangsang

keinginan siswa untuk belajar dan menumbuhkan keyakinan

kuat bagi siswa agar dapat sukses dalam mendapatkan

ilmu baru.

Sedangkan, Alami adalah memberikan siswa

pengalaman belajar sebelum suatu materi diajarkan, agar

tumbuh hasrat alamiah pada diri siswa untuk

bereksplorasi (De Porter, 2001). Pada fase ini, guru

memberikan siswa suatu permainan atau teka-teki logika

untuk dimainkan agar siswa dapat lebih memahami

matematika dengan cara yang berkesan, karena Ausubel

(dalam Dahar, 1996) mengatakan bahwa informasi baru

yang diterima oleh otak akan dikaitkan dengan struktur

kognitif yang telah ada sebelumnya. Dengan memainkan

suatu permainan, siswa juga dapat menikmati

pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini diharapkan

dapat meminimalisasi muculnya fobia matematika atau

ketakutan terhadap matematika.

Dalam TANDUR, yang dimaksud dengan Namai adalah

suatu usaha untuk memuaskan kecenderungan alamiah

pikiran manusia dalam menamai, mengurutkan, dan

mendefinisikan dengan memberikan siswa kesempatan untuk

mengkonstruksi pengetahuan dalam bentuk konsep-konsep,

prinsip-prinsip, dan logika berpikir yang berlandaskan

pada pengalaman belajar yang telah dirasakan oleh

siswa. Dalam kasus ini, guru dapat membantu siswa

dengan memberikan pertanyaan arahan, contoh-contoh,

ilustrasi, dan lain sebagainya sesuai dengan konsep

matematika yang diajarkan. Menurut Bruner (dalam

Slavin, 2000), melalui partisipasi aktif siswa, siswa

dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang

diajarkan dalam materi.

Tahap selanjutnya, Demonstrasi, bermaksud untuk

memberi kesempatan pada siswa untuk menunjukkan

kemampuan dan pengetahuan mereka. Misalnya, siswa

diberikan masalah untuk diselesaikan, kemudian

pemecahan masalah tersebut dipresentasikan kepada

teman-teman sekelas mereka. Dalam hal ini, guru

memberikan kebebasan pada siswa untuk mengekspresikan

gagasan, menampilkan hasil pekerjaan, dan menjalin

interaksi yang positif dengan teman-temannya, serta

memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang timbul dari hasil

pekerjaan siswa untuk mendukung pembelajaran

matematika. Hal ini adalah suatu hal yang penting,

karena menurut Bandura (dalam Slavin, 2000), suatu

pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila

pembelajaran tersebut didemonstrasikan.

Kemudian, yang dimaksud dengan Ulangi adalah suatu

usaha untuk memahami kembali, memberi penekanan, dan

membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.

Guru harus mengarahkan siswa untuk mengulangi materi

yang telah dipelajari untuk menunjukkan bahwa mereka

telah memahami ilmu tersebut. Pengulangan dapat

memperkuat koneksi-koneksi sel syaraf yang ada pada

otak. Dengan mengulang, ilmu yang tersimpan dapat

bertahan lebih lama.

Terakhir, Rayakan, adalah suatu pengakuan dan

apresiasi atas setiap pencapaian dari partisipasi siswa

serta bertambahnya ilmu dan keterampilan baru siswa.

Merayakan keberhasilan siswa dapat dilakukan dengan

cara memberi hadiah, memuji, memberikan anggukan

persetujuan, tersenyum, memberi nilai tambah,

mengacungkan jempol, bertepuk tangan, berteriak

“hore!”, memajang tugas siswa yang terbaik, dan hal-hal

lainnya yang dapat meningkatkan persepsi positif siswa.

Menurut Lozanov (dalam De Porter, 2001), hal-hal

tersebut dapat meningkatkan kualitas proses

pembelajaran.

Singkatnya, dalam quantum teaching, guru dituntut

untuk memberikan pembelajaran yang mengarahkan siswa

untuk berpikir, bereksplorasi, dan mengkonstruksi

pengetahuan dari pengalaman mereka. Siswa harus

memecahkan masalah dengan berdiskusi dan

mempresentasikan solusi yang mereka dapat. Guru

memfasilitasi, membimbing, dan menyemangati siswa

dengan membuat proses pembelajaran yang menyenangkan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kusno dan

Joko Purwanto mengenai efektivitas metode pembelajaran

quantum yang dilakukan di SMA Muhammadiyah Purwokerto,

Jawa Tengah, secara umum diperoleh hasil bahwa

penggunaan metode pembelajaran tersebut efektif untuk

pembelajaran matematika.

Penelitian tersebut berdasarkan analisis

deskriptif-kuantitatif yang terdiri dari aktifitas

siswa selama proses pembelajaran, kemampuan guru dalam

mengelola kelas serta respon siswa terhadap metode

pembelajaran tersebut.

Berdasarkan observasi terhadap aktivitas siswa

selama proses pembelajaran terlihat bahwa rata-rata

kegiatan siswa dalam tahap mendemonstrasikan adalah

23.69% yang diperoleh dengan analisis deskriptif-

kuantitatif dari 40 siswa kelas X di kelas eksperimen

SMA Muhammadiyah Purwokerto. Hal tersebut menjelaskan

bahwa metode pembelajaran kuantum bisa membuat siswa

lebih aktif. Oleh karena itu, terdapat kesempatan

berdiskusi, baik antara siswa dengan siswa maupun siswa

dengan guru. Berdasarkan respon siswa, suasana kelas

yang baru (85%) dan menyenangkan (90%) dapat

meningkatkan minat belajar siswa sehingga siswa yang

cenderung diam ketika belajar menjadi memiliki

keberanian dalam mengemukakan ide-ide mereka. Hal ini

didasarkan pada pengamatan dan kesaksian dari guru

matematika yang memfasilitasi proses pembelajaran

mereka. Sementara itu, data yang diperoleh dari

kuisioner yang dibagikan kepada siswa menunjukkan bahwa

mereka merespon positif terhadap pembelajaran kuantum.

Berdasarkan kemampuan mengajar guru, metode belajar

quantum teaching dapat dikategorikan efektif berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebuah

pembelajaran dikatakan efektif jika penguasaan

setidaknya 65% dengan 85% dari siswa di kelas,

pemenuhan penguasaan tujuan pembelajaran jika ≥ 85%

dari tujuan dapat dikuasai oleh 65% dari siswa,

efektivitas aktivitas siswa dicapai, dan 80% siswa

memberikan respon positif terhadap pembelajaran (Dahar,

1996, dan Slavin, 2000).

Berdasarkan kuesioner tentang tanggapan siswa

terhadap pembelajaran, 97% dari 40 siswa tertarik untuk

mengikuti pelajaran selanjutnya dengan metode yang

sama. Respon positif pasti akan membuat siswa senang

selama pembelajaran. Mereka menjadi termotivasi untuk

belajar dan meningkatkan kemampuannya serta membantu

mereka dalam pemecahan masalah secara mandiri, sehingga

siswa dapat dengan mudah menambah pengetahuan mereka

tanpa harus tergantung pada guru.

Berdasarkan hasil belajarnya, penggunaan metode

pembelajaran quantum teaching menujukkan peningkatan hasil

belajar, terlihat dari skor post-test serta peningkatan

skor dari pre-test ke post-test kelas eksperimen yang lebih

tinggi dibandingkan kelas kontrol.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Dihan

Narso mengenai pembelajaran matematika dengan

pendekatan quantum teaching sebagai upaya peningkatan

hasil belajar matematika pada siswa kelas II Tata

Busana 1 SMK Negeri 01 Kecamatan Brebes, diperoleh

hasil bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa

kelas II TB 1 pada pembelajaran matematika dengan

pendekatan quantum teaching. Hal tersebut diketahui dari

hasil tes pada siklus 1 dari 35 siswa kelas II TB1 yang

mendapatkan nilai ≥ 6 ada 21 siswa atau 60% siswa

dengan nilai rata-rata 6,36. Hasil tes ini lebih baik

dari pada hasil tes sebelum diadakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yaitu dengan nilai rata-rata 4,43

dan tidak ada siswa atau 0% siswa yang mendapatkan

nilai ≥ 6. Kemudian, hasil tes pada siklus 2 lebih baik

daripada hasil tes pada siklus 1. Pada siklus 2 dari 35

siswa kelas II TB1 yang mendapatkan nilai ≥ 6 ada 30

siswa atau 85,7% siswa dengan nilai rata-rata 6,52.

Berdasarkan hasil angket tentang tanggapan siswa

terhadap pembelajaran, diperoleh skor rata-rata 3,57

yang berarti termasuk ke dalam kategori baik. Hal

tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa

menyenangi pembelajaran matematika dengan pendekatan

quantum teaching.

Dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

dilakukan oleh Dihan Narso tersebut, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran matematika dengan metode

pembelajaran quantum teaching mengalami peningkatan hasil

belajar yang baik dan mendapatkan tanggapan yang

positif dari siswa sehingga penerapan metode

pembelajaran tersebut efektif.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa

penerapan metode pembelajaran quantum teaching efektif

untuk pembelajaran matematika, prestasi siswa yang

diajarkan dengan metode pembelajaran quantum teaching

lebih baik dibandingkan dengan metode konvensional,

serta tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran

quantum teaching tergolong positif.

Saran

Penulis menyarankan agar metode pembelajaran

quantum teaching digunakan pada pembelajaran matematika

karena metode tersebut menarik minat siswa dikarenakan

siswa mengalami dan membangun pengetahuan dengan cara

mereka sendiri, yang pada gilirannya dapat meningkatkan

prestasi mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2009. “Belajar dan Pembelajaran”. Bandung:

Alfabeta.

Autiema. “Pengertian Prestasi Belajar Menurut Para Ahli”,

(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2307607-

pengertian-prestasi-belajar-menurut-para/ diakses 13

Desember 2012)

Kusno dan Joko Purwanto. 2011. “Effectiveness of Quantum

Learning for Teaching Linear Program at The Muhammadiyah

Senior High School of Purwokerto in Central Java, Indonesia ”.

EDUCARE: International Journal for Educational Studies, 4(1) 2011.

Narso, Dihan. 2010. “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Quantum Teaching sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar

Matematika pada Siswa Kelas II TB 1 SMK Negeri 01 Kecamatan

Brebes”. Jurnal Widyatama Volume 7 Nomor 1, Maret

2010.

[ONLINE]

http://hardymath.blogspot.com/2012/07/quantum-

teaaching.html diakses pada: Sabtu, 29 April 2013 pukul

20.00

[ONLINE]

http://media.kompasiana.com/buku/2013/05/03/metode-

pembelajaran-quantum-teaching-557032.html diakses pada:

Sabtu, 29 April 2013 pukul 20.00

TUGAS SEMINAR MATEMATIKA

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM

TEACHING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Disusun oleh :

Intan Kemalasari (311510)

Luviyah Hidayati (3115102299)

Putri Khairunnisa (311510)

Jakarta, 27 Mei

2013

Telah diperiksa dan

disetujui

Dosen Pembimbing

Dra. Ellis

Salsabila, M. Si.