TUGAS INDIVIDU KEDELAI

12
POTENSI PELUANG BISNIS NURSERY KEDELAI DI INDONESIA Oleh Dosen Pengampu Ibu Sisca Fajriani,Sp.Mp. Disusun Oleh: Nama : Zahrotun Nisak L.E.F. NIM : 115040201111329 Kelas : P Mata Kuliah : Teknologi Produksi Benih PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Transcript of TUGAS INDIVIDU KEDELAI

POTENSI PELUANG BISNIS NURSERY KEDELAI

DI INDONESIA

Oleh Dosen Pengampu Ibu Sisca

Fajriani,Sp.Mp.

Disusun Oleh:

Nama : Zahrotun Nisak L.E.F.

NIM : 115040201111329

Kelas : P

Mata Kuliah : Teknologi Produksi

Benih

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

SOAL

1. Berapakah produksi (ton) komoditas kedelai per

tahun di Indonesia + berapa import (ton)/tahun?

2. Berapakah tren kebutuhan/ konsumsi/ industri/

food processing/ vitamin/ serat/ pharmakologi/ dll untuk

komoditas pertanian kedelai dalam 10 tahun kedepan yang

membutuhkan benih dari perbanyakan vegetatif. Berarti

ini analog dengan luas pertanaman ..... /ha?

3. Berapakah umur produktif komoditas pertanian

tersebut? Sehingga dapat diperkirakan % laju rehabilitasi

(1/...tahun populasi yang ada, atau rata-rata

berfluktuasi antara 7,5-8% per tahun) dan ditambah

ekstensifikasinya

4. Bila harga benih siap tanam adalah Rp 5000-

10000,- maka diketahui potensi dan peluang bisnis yang

mungkin dapat diraih

5. Kesimpulan: bila saudara memiliki potensi dan

melihat peluang tersebut, apakah yang menjadi pilihan

karir saudara dimasa depan? Berikan pendapat saudara!!!

JAWABAN

1. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi

kedelai pada periode 1978-2008 meningkat rata-rata

sebesar 2,08% per tahun. Peningkatan produksi kedelai

disebabkan karena meningkatnya produktivitas kedelai

ratarata sebesar 1,49% per tahun, serta meningkatnya luas

areal panen kedelai rata-rata sebesar 0,56% per tahun.

Perkembangan produksi kedelai di Indonesia ini masih

rendah jika dibandingkan dengan negara-negara produsen

utama kedelai dunia.

Upaya pemerintah untuk memenuhi permintaan kedelai

merupakan awal munculnya kebijakan impor kedelai di

Indonesia. Pada tahun 1978, volume impor kedelai di

Indonesia hanya mencapai 160.000 Ton, namun pada tahun

2008, volume impor kedelai telah menjadi 1.169.016 Ton.

Selama periode 1978-2008, volume impor kedelai meningkat

sebesar 14,56% per tahun. Pada Tahun 2006 ketergantungan

Indonesia terhadap kedelai impor sangat tinggi yaitu

lebih dari 60 persen.

2. Data ini adalah hasil penelitian yang menggunakan

metode ARIMA. Model ARIMA (Autoregressive Integrated

Moving Average) adalah model yang dapat menghasilkan

ramalan akurat berdasarkan uraian pola data historis,

yang merupakan jenis model linier yang mampu mewakili

deret waktu yang stasioner dan non stasioner.

Kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata pertahun

mencapai 2 ton, terbagi untuk produksi tempe 1.2 juta

ton, kecap dan susu kedelai 0,65 juta ton, pakan ternak

1,0 juta ton, serta benih 0,05 juta ton.

Apabila program peningkatan produksi kedelai tidak

direspon oleh petani, maka produksi kedelai nasional akan

terus menurun dari 800 ribu ton pada tahun 2008menjadi

630 ribu ton pada tahun 2020. Padahal kebutuhan kedelai

akanmeningkat dari 2,0 juta ton pada tahun 2008menjadi

sekitar 2,6 juta ton pada tahun 2020 sehingga akan

terjadi defisit produksi sekitar 2,0 juta ton (Gambar 2).

Berdasarkan proyeksi pertumbuhan penduduk dan rata-rata

konsumsi per kapita per tahun, kebutuhan kedelai di

Indonesia pada tahun 2008 akan mencapai 1,9 juta ton dan

tahun 2020 mencapai 2,6 juta ton. Melihat perkembangan

produktivitas kedelai di Indonesia dalam 10 tahun

terakhir yang belum dapat melampaui 1,3 t/ha, maka untuk

memenuhi kebutuhan kedelai pada tahun 2020 diperlukan

luas areal tanam 2,1 juta ha.Apabila tren areal tanam

kedelai masih seperti saat ini (turun), untuk memenuhi

kebutuhan kedelai pada tahun 2020 diperlukan tambahan

areal tanam sekitar 1,6 juta ha.

3. Dari data dan hasil proyeksi yang diperoleh dapat

diketahui bahwa dari tahun 2005-2020 produktifitas

kedelai terus mengalami penurunan.

Dapat diketahui bahwa dalam satu hektar, kedelai yang

produktif dapat mencapai 250.000 tanaman. Jika

menggunakan perhitungan kasar, maka % rehabilitasinya

didapat sebagai berikut:

Tahun Jumlah Tanaman Produksi (kg)2006 250.000 13002010 250.000 12902013 250.000 12802016 250.000 12702020 250.000 1260

2010 : 12901300 x 100% = 99.2 %

Jadi, penurunan produksinya sebanyak 0.8 %.

Untuk mendapatkan hasil produksi yang tetap, maka:

= 250.000 + (0.8% X 250.000)

= 250.000 + 20.000

= 270.000

Jadi, jika ingin produksinya tetap, maka setiap tahun

perlu ditambah sebanyak 20.000 bibit untuk menutupi

penurunannya. Akibatnya akan terjadi ekstensifikasi/

penambahan luas lahan seperti yang tercantum dan sudah

diperkirakan dalam tabel 2 pada nomor 2 di atas. Begitu

juga pada interval tahun berikutnya karena diperkirakan

mengalami penurunan secara tetap sebanyak 10 kg per tahun

@hektar, maka tinggal mengalikan jumlah bibit yang

dibutuhkan.

4. Untuk memberi gambaran umum, analisis usaha tani

kedelai mengambil data dari salah satu sentra pertanaman

kedelai di Jawa Timur, yaitu Kabupaten Mojokerto pada

tahun 2004, akan tetapi untuk harga dan produksi kedelai

disesuaikan dengan keinginan, harga, dan produksi saat

ini maupun untuk proyeksi 10 tahun kedepan. . Adapun

asumsi-asumsi yang dipergunakan sebagai berikut :

Lahan budidaya kedelai seluas 1 ha, berupa lahan

sewa.

Upah 1 hari tenaga kerja pria (HKP) senilai Rp

15.000/hari.

Upah 1 hari tenaga kerja wanita (HKW) senilai Rp

10.000/hari.

Harga jual biji kedelai saat panen di tingkat

petani Rp 5.000-10.000/kg.

Volume produksi sebanyak 1.300 kg.

a. Biaya

Secara umum, biaya yang digunakan pada kegiatan usaha

tani dapat dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya

tidak tetap.

Biaya tetap

Biaya tetap yang diperlukan pada kegiatan usaha tani

kedelai seluas 1 ha selama satu musim tanam (3 bulan)

sebagai berikut :

Sewa lahan 1 ha Rp 500.000

Biaya tidak tetap (variabel)

Biaya tidak tetap pada usaha tani kedelai sebagai

berikut :

Biaya benih kedelai sebanyak 60 kg

@ Rp 10.000/kg Rp 600.000

Biaya pupuk

1) Pupuk urea sebanyak 50 kg @ Rp 1.450 Rp 72.500

2) Pupuk SP36 sebanyak 50 kg@ Rp 2.100 Rp

105.000

3) Pupuk KCl sebanyak 50 kg @Rp 2.250 Rp

112.500

Total biaya pupuk Rp 290.000

Biaya pestisida

1) Padat 1 kg @ Rp 15.000 Rp 15.000

2) Cair 1 liter @ Rp 100.000 Rp

100.000

Total biaya pestisida Rp

115.000

Biaya tenaga kerja (penyiapan lahan, tanam,

pemeliharaan, panen, dan proses)

1) 70 HKW @ Rp 10.000 Rp 700.000

2) 40 HKP @ Rp 15.000 Rp 600.000

Total biaya tenaga kerja Rp 1.300.000

Total biaya variable Rp 2.305.000

Total biaya produksi = Biaya tetap + Total biaya

variabel

= Rp 500.000 + Rp 2.305.000

= Rp 2.805.000

b. Pendapatan dan keuntungan

Produksi biji kedelai yang diperoleh dari luas areal

tanam 1 ha selama satu musim tanam (3 bulan) mencapai

1.3 ton/ha. Bila harga jual pada saat panen dapat

mencapai Rp 4.000/kg maka pendapatan yang diperoleh

petani sebagai berikut :

Pendapatan= Volume produksi x Harga jual

= 1.300 kg x Rp 4.000/kg = Rp 5.200.000

Keuntungan yang diperoleh dari usaha tani kedelai

seluas 1 ha sebagai berikut :

Keuntungan= Pendapatan – Total biaya produksi

= Rp 5.200.000 – Rp 2.805.000

= Rp 2.395.000

c. Analisis kelayakan usaha

Penilaian suatu kelayakan usaha tani dilakukan dengan

beberapa cara, antara lain return of investment (ROI) dan

perbandingan biaya dengan pendapatan (benefit cost ratio,

B/C rasio).

1. Perhitungan ROI dilakukan dengan rumus sebagai

berikut :

ROI = PendapatanTotalBiayaProduksi

= 5.200.0002.805.000 = 1.85

Nilai ROI untuk usaha tani kedelai sebesar 1.85.

Berarti, setiap modal Rp 1 yang dikeluarkan untuk

usaha tani kedelai akan menghasilkan keuntungan

sebesar Rp 1.85. Dengan demikian, usaha tani kedelai

tersebut dinilai efisien dalam penggunaan modal.

2. Perhitungan B/C rasio usaha tani kedelai dilakukan

dengan rumus sebagai berikut :

B/C rasio = KeuntunganTotalBiayaProduksi

= 2.395.0002.805.000 = 0.85

Hasil perhitungan nilai B/C rasio pada usaha tani

kedelai senilai 0.85. Artinya, setiap satuan biaya

yang dikeluarkan akan diperoleh hasil penjualan

sebesar 0.85 kali lipat. Hasil ini menunjukkan bahwa

usaha tani kedelai cukup layak untuk dikembangkan.

Contoh diatas memakai asumsi jika harga benih Rp.

10.000. Jika harga Rp. 10.000 bibit kedelai cukup

layak dikembangkan, maka jika harga bibit < Rp.10.000

bibit kedelai prospeknya juga akan semakin baik.

5. Jika dilihat dari prospek agribisnis untuk penangkar,

bisa dilihat bahwa prospek tanaman kedelai untuk 10 tahun

yang akan dating cukup bagus. Apalagi diketahui bahwa

permintaan untuk komoditas kedelai semakin tahun semakin

tinggi karena kedelai sendiri juga merupakan tanaman yang

banyak dibuat bahan baku pembuatan makanan yang sering

dikonsumsi.

Akan tetapi, jika melihat genetic dari kedelai sendiri

yang merupakan tanaman long day plant (tanaman berhari

panjang), sedangkan Indonesia tidak memenuhi kriteria itu

dan juga tantangan lainnya adalah luas lahan yang dari

tahun ke tahun harus semakin bertambah agar

produktifitasnya tidak menurun sedangkan kedelai di

Indonesia masih kalah bersaing dengan komoditas lain

seperti padi, jagung, kelapa sawit, dll. Tantangan

lainnya adalah hama dan penyakit yang sulit dikendalikan.

Kesimpulannya adalah, saya belum tertarik untuk menjadi

penangkar atau pemulia untuk tanaman kedelai.