MODUL TUGAS INDIVIDU
Transcript of MODUL TUGAS INDIVIDU
MODUL TUGAS INDIVIDU
KESEHATAN LANSIA
DOKTER KELUARGA
PUSKESMAS PAKISAJI
OSTEOARTRITIS
Oleh:
Nidia Astriani 0910713055
Pembimbing:
dr. Arief Alamsyah, MARS
PUSKESMAS PAKISAJI KABUPATEN MALANG
LABORATORIUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT-KEDOKTERAN
PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Tidak Bekerja ( Mantan buruh rokok )
Alamat : Genengan 5/17
Pendidikan : SD
Status Kawin : Janda
2. Anamnesa
2.1 Keluhan Utama
Nyeri pada lutut kanan dan kiri
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien menegeluhkan nyeri pada lutut kanan dan kiri sejak kurang lebih3
minggu yang lalu. Awalnya pasien merasa nyeri pada pagi hari dan ketika lutut
digerakkan menurut pasien terdapat bunyi kretek. Setelah itu pasien merasa lututnya
nyeri sekali pada saat pasien akan bersujud ketika akan sholat. Biasanya ketika
lututnya sakit pasien memakai koyo pada kedua lututnya untuk mengurangi nyeri
pada lutut pasien,
2.3 Riwayat Reproduksi
Pasien lupa kapan pertama kali menstruasi. Pasien saat ini sudah tidak
mengalami menstruasi. Pasien menikah saat usia 24 tahun dan mempunyai 2 orang
anak laki-laki yang sekarang berusia 40 tahun dan 37 tahun serta 1 orang anak
perempuan yang sekarang berumah 32 tahun. Setelah melahirkan anak ketiga
pasien menggunakan KB steril.
2.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami sakit jantung hingga pasien dirawat di RSUD
Kepanjen 3 tahun yang lalu. Dikatakan pada saat itu jantung pasien membesar.
2.5 Riwayat Pengobatan
Pasien mengobati nyeri nya dengan menggunak koyo yang dibeli di warung
dekat rumah nya
2.6 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien
2.7 Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang janda yang sudah ditinggal suaminya karena penyakit
kanker 20 tahun yang lalu. Pasien merupakan seorang mantan buruh pabrik kardus.
Semenjak ditinggal meninggal oleh suaminya pasien kini tinggal bersamaanak lakilaki
nya yang nomer 2. Saat pagi hingga siang biasanya pasien hanya mengerjakan
pekerjaan rumah yang bisa dilakukan seperti membersihkan kamar. Waktu pasien
dalam sehari banyak dihabiskan untuk mengurus cucu pasien.
Pasien mempunyai kebiasaan makan 2x sehari dengan nasi setengah porsi
dan lauk berupa tempe, tahu serta sayur.
2.8 Review of System
Pasien mengeluhkan ndredeg dan nyeri kepala
3. Pemeriksaan
3.1 Pemeriksaan pada Tingkat Individu
3.1.1 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Terlihat sakit ringan, Kesan gizi berlebih, TB:155 cm,
BB: 56kg, BMI: 23,3, VAS : 4
GCS 456
Tanda-tanda Vital TD : 170/90 mmHg Frekuensi napas :22x/mnt
Nadi : 88x /m Tax : 36,5oC
KEPALA
Inspeksi Anemis (-)/(-) ; Ikterik (-)/(-)
LEHER
Inspeksi Simetris, JVP R+0 cmH2O 300
Palpasi Pembesaran kelenjar limfe
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
(-), Trakea di tengah,
THORAX
a. Pulmo
Inspeksi Gerakan Dada Simetris
Palpasi Stem Fremitus Dextra = Sinistra
Perkusi ..........
..........
..........
..........
..........
..........
Auskultasi Suara nafas ..................
..................
..................
..................
..................
..................
Rhonki -
-
-
-
-
-
wheezing -
-
-
-
-
-
b. Jantung
Inspeksi Iktus tidak terlihat
Palpasi Iktus teraba di ICS V AAL Sinistra
Batas jantung kiri .
Iktus
Perkusi Batas jantung kanan .
SL Dextra
Auskultasi Bunyi jantung S1S2 single, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi Bentuk bulat bergelambir
Bising usus (+) normal
Auskultasi Liver span 9 cm
Perkusi Sonor, shifting dullness (-)
Palpasi Soefl, Nyeri tekan abdomen (-)
EKSTREMITAS
Superior Akral hangat, Cappilary Refill time < 2 “
Inferior Akral hangat, Cappilary Refill time < 2 ” Akral hangat, Cappilary Refill time < 2 ”
Terasa krepitasi pada lutut sebelah kanan dan kiri,
edema (-), nyeri (+)
3.1.2 Pemeriksaan Kondisi Psikologi
Stressful Event : Saat ini pasien tinggal bersama anak pasien yang nomer dua.
Pasien takut dianggap hanya bisa mengganggu keluarga anak pasien. Menurut
pasien menantu pasien tidak suka jika pasien ada dirumah tersebut. Halitu membuat
pasien ingin keluar dari rumah anaknya dan tinggal sendiri di rumahnyadulu di desa
Kendalpayak.
3.2 Pemeriksaan pada Tingkat Keluarga
3.2.1 Genogram
GENOGRAM KELUARGA NY N, 20 Oktober 2014
No Nama Status dalam
keluarga
Usia Pekerjaan Status
kesehatan
1 Tn. G Suami pasien 70 tahun -Meninggal
2. Ny. N Pasien 68 tahun -Sakit
3. Tn. F Anak pasien 58 tahun Wiraswasta Sehat
4. Ny. W Menantu pasien 50 tahun IRT Sehat
5. Ny. S Menantu pasien 45tahun IRT Sehat
6. Tn. J Anak pasien 48 tahun Wiraswasta Sehat
7. Tn. Y Menantu pasien 48 tahun Wiraswasta Sehat
8. Ny. K Anak Pasien 46 tahun PNS Sehat
9. I Cucu Pasien 22 tahun Buruh pabrik Sehat
10. R Cucu Pasien 17 tahun Pelajar Sehat
11. Y Cucu Pasien 14 tahun Pelajar Sehat 12.WCucu Pasien20 tahun Buruhpabrik Sehat 13.SCucu Pasien19 tahun Buruh pabrik Sehat 14.JCucu Pasien8 tahun Pelajar Sehat 15.RCucu Pasien19 tahun Pelajar Sehat
3.2.2 Family APGAR
Adaptation Pasien merasa tidak disukai oleh menantu pasien
Partnership Semenjak suami pasien meninggal, tidak ada yang bisa pasien ajak
bekerjasama
Growth Pasien mendapatkan ruang untuk bertumbuh dan mencapai
kedewasaan.
Affection Pasien merasa tidak mendapat kasih sayang dari keluarganya sendiri.
Resolve Pasien merasa tidak puas dengan keluarga yang saat ini tinggal
dengannya, karena menantunya tidak suka dengan pasien
No Pertanyaan Sering Kadangkadang
Jarang
(2) (1) (0)
1. Saya puas karena saya dapat
bercerita kepada keluarga saat
saya memiliki masalah
.
2. Saya puas dengan cara keluarga
bermusyawarah untuk
memecahkan masalah
.
3. Saya puas karena diberi
kesempatan bertumbuh sesuai
arah kehidupan yang saya
inginkan
.
4. Saya puas dengan kasih sayang
yang terjalin diantara keluarga
saya
.
5. Saya puas dengan cara keluarga
membagi waktu antara pribadi
dan waktu bersama
.
Penilaian Family APGAR: skor 4, Fungsi keluarga kurang baik (Moderately
Functional Family).
3.2.3 SCREEM
a. Sosial
Pasien tinggal di rumah anak kedua pasien dengan anak pasien, menantu
serta tiga orang cucu pasien. Menurut pasien menantu pasien tidak sukapasien ada
disana, sehingga pasien ingin keluar dari rumah tersebut.
b. Cultural
Pasien dibiasakan sejak kecil dengan budaya bekerja, jika tidak bekerja
pasien tidak bisa makan.
c. Religious
Pasien biasa sholat 5 waktu.
d. Economic
Pasien sudah tidak bekerj. Sekarang pasien hanya mengandalkan uang
pemberian anak-anak pasien
e. Educational
Pasien lulusan SD sehingga sulit utuk pasien mengerti tentang kesehatan
serta gaya hidup yang mendukung kesehatan
f. Medical
Bila pasien sakit pasien akan langsung memeriksakan diri ke Puskesmas
Pakisaji, karena pasien merasa senang karena bila berobat ke Puskesmaspasien
tidak perlu mengeluarkan biaya apa-apa.
3.3 Pemeriksaan Penunjang
Belum dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini
4. Analisis
4.1 Pengertian
Osteoartritis adalah suatu penyakit kronis yang mengenai sendi dan tulang di
sekitar sendi tersebut. Dulu OA dianggap penyakit degeneratif, atau penyakit orang
tua karena sendi menjadi aus atau usang, namun dewasa ini diketahui melalui
penelitian-penelitian ternyata selain akibat aus terdapat proses peradangan yang
mempengaruhi kerusakan pada sendi tersebut, walaupun peradangan yang terjadi
tidak sehebat penyakit radang sendi yang lain seperti artritis reumatoid.
4.2 Etiopatofisiologi
Beberapa faktor etiologi yang telah diketahui berhubungan dengan terjadinya
osteoarthritis lutut ini antara lain:
•
Usia
Semakin lanjut usia seseorang, pada umumnya semakin besar faktor resiko
terjadinya osteoarthritis lutut. Hal ini disebabkan karena sendi lututyang digunakan
sebagai penumpu berat badan sering mengalami kompresi atau tekanan dan
gesekan, sehingga dapat menyebabkan kartilago yang melapisi tulang keras pada
sendi lutut tersebut lama-kelamaan akan terkikis dan rentan terjadi degenerasi.
•
Obesitas
Jelas sekali bahwa kelebihan berat badan atau obesitas bisa menjadi faktor
resiko terjadinya Osteoarthritis lutut. Berat badan yang berlebih akanmenambah
kompresi atau tekanan atau beban pada sendi lutut. Semakin besar bebanyang
ditumpu oleh sendi lutut, semakin besar pula resiko terjadinya kerusakan pada
tulang.
•
Herediter atau faktor bawaan
Struktur tulang rawan dan laxity pada sendi, serta permukaan sendi yang
tidak teratur yang dimiliki seseorang sebagai faktor bawaan merupakan faktor resiko
terjadi Osteoarthritis lutut.
•
Trauma pada sendi dan kerusakan pada sendi sebelumnya
Terjadinya trauma, benturan atau cedera pada sendi lutut juga dapat
menyebabkan kerusakan atau kelainan pada tulang-tulang pembentuk sendi
tersebut.
•
Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
Pekerjaan dan akifitas yang banyak melibatkan gerakan lutut juga merupakan
salah satu penyebab osteoarthritis pada lutut.
4.3 Manifestasi Klinis
•
Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah
apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
•
Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 -30 menit dan timbul setelah istirahat atau
saat memulai kegiatan fisik.
•
Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang
sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua
ini akan menimbulkan rasa nyeri.
•
Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan
akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan
penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeribiasanya
berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya padaosteoartritis
coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri
dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui
penyebabnya.
•
Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan
cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
•
Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
4.4 Diagnosis Banding
-Gout artritis
-Rheumatoid artritis
-Osteoporosis
4.5 Penatalaksaan
Osteoartritis tidak dapat disembuhkan. Penyakit ini biasanya makin lama
makin memburuk sejalan dengan usia. Tetapi keluhan OA dapat dikontrol sehingga
penderita OA dapat beraktivitas seperti biasa dan melakukan kegiatan sehari-hari
tanpa rasa nyeri. Beberapa obat dapat membantu perlambatan kerusakan yang
terjadi, mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri. Selanjutnya jika tetap nyeri
walaupun sudah menjalani semua prosedur pengobatan maka pilihan terakhir adalah
operasi. Pemasangan sendi palsu pada sendi yang rusak itu dapat membantu
pasien-pasien yang tidak respon terhadap terapi.
4.5.1 Farmakologis
•
Parasetamol:
Merupakan pilihan obat yang cukup aman untuk mengobati OA, kecuali pada
mereka yang alergi terhadap obat ini. Obat yang dikenal sebagai tabletpenurun
panas ini mempunyai efek mengurangi rasa nyeri sehingga dapat digunakan pada
OA. Pasien OA perlu mendapat anti nyeri selama waktu tertentu sehinggabisa
kembali beraktivitas, melakukan latihan terhadap otot-ototnya supaya otot-ototnya
menjadi kuat dan mengurangi beban terhadap sendinya.
•
Obat anti inflamasi non steroid:
Penggunaan obat-obat ini harus melalui konsultasi dengan dokter. Efek
samping obat-obat golongan ini terutama mengenai lambung, ginjal dan jantung,
karena itu sebelum digunakan harus berkonsultasi dengan dokter. Obat golongan ini
dapat mengurangi radang yang terjadi di sendi dan sekitarnya, sehinggarasa nyeri
akan jauh berkurang.
•
Suntikan kortikosteroid:
Obat ini dapat digunakan pada keadaan sendi yang meradang dan bengkak.
Dokter akan menyuntikan obat ini setelah mengeluarkan terlebih dahulu cairan
berlebihan dari sendi yang bengkak, fungsinya sebagai anti radang. Penggunaan
obat ini juga harus hati-hati maksimal 3 kali dalam setahun, karena kalau terlalu
sering malah berakibat kerusakan pada sendi itu sendiri (steroid artropati).
4.5.2 Nonfarmakologi
•
Kompres:
Jika sendi sedang bengkak maka pilihannya adalah kompres dingin, dan jika
sudah teratasi atau rasa kaku maka pilihannya adalah kompres hangat
•
Menjaga berat badan ideal:
Penting memperhatikan berat badan. Jika BB berlebih harus diturunkan
sampai BB ideal. Berat badan yang berlebih akan menjadi beban bagi sendi-sendi
yang menopang tubuh, sehingga semakin nyeri.
•
Diet yang seimbang:
Selama ini banyak mitos yang beredar di masyarakan mengatakan bahwa
makan sayur-sayuran hijau atau kacang-kacangan dapat menyebabkan nyerisendi,
hal ini tidaklah tepat.Sayur-sayuran dan kacang-kacangan tidak menyebabkan nyeri
sendi. Tidak ada makanan tertentu yang menyebabkan nyeri pada OA, namun
makan yang berlebihan sehingga berat badan meningkat akan menambah nyeri,
karena menambah beban pada sendi untuk menopang berat badan.
•
Perubahan gaya hidup:
Hindari posisi atau keadaan yang menimbulkan trauma pada sendi seperti
jongkok, lompat, lari, terlalu sering naik-turun tangga atau berdiri terlalu lama. Tetap
menjalani aktivitas sehari-hari. Jika timbul nyeri istirahatlah sejenak, atasi nyerinya
dan kembali beraktivitas. Jika pekerjaan Anda menimbulkan nyeri maka harus
melakukan penyesuaian terhadap pekerjaan tersebut, contohnya jika memasak di
dapur dan saat berdiri lama timbul nyeri maka usahakan pada saat menyiapkan
masakan dapat dikerjakan dalam posisi duduk, sehingga tidak berdiri terlalu lama di
dapur. Contoh lain, jika biasanya mencuci baju dalam posisi jongkok, maka gunakan
kursi pendek untuk duduk saat mencuci sehingga dapat mengurangi traumapada
lutut.
•
Latihan
menggunakan otot-otot, terutama otot paha bagi mereka yang mengalami OA
pada lututnya merupakan terapi yang baik. Cara latihan adalah dalam posisi
berbaring terlentang lalu angkat kaki lurus (lutut tidak ditekuk) setinggi 30 derajat lalu
pertahankan sampai 8 hitungan (10 detik) kemudian turunkan dan ganti ke kaki
sebelahnya. Lakukan secara bergantian selama beberapa kali. Latihan ini dapat
menguatkan otot paha jika dilakukan berulang-ulang beberapa kali dalamsehari
dengan jumlah yang meningkat secara bertahap dari hari ke hari.
5
Diagnosis Holistik Komprehensif
a.
Biomedis
Diagnosa biomedis 1 : OA Genu Dextra dan Sinistra
Diagnosa biomedis 2 : Hipertensi Stage I
b.
FaktorResiko
Internal
-Genetik : Pasien usia tua merupakan faktor resiko osteoartritis
-Persepsi : (-)
-Psikologis : (-)
-Perilaku : Pasien tidak terbiasa olahraga
Eksternal
-Ekonomi : (-)
-Sosial : (-)
-Budaya : (-)
-Fisik : (-)
-Kimia : (-)
-Biologi : (-)
c.
Upaya
Pasien berobat ke puskesmas untuk mengobati penyakitnya.
6
Intervensi Holistik Komprehensif
a.
Medikamentosa dan Tindakan Medis
•
Non-Medikamentosa : kompres dingin
•
Medikamentosa :
-Paracetamol tab 500mg 3x sehari hingga nyeri hilang
-Captopril tab 25mg 3x sehari sebelum makan selama 5 hari lalu
kontrol
b.
Edukasi dan Advokasi
•
Edukasi obat-obatan dan tindakan
Pasien diberikan obat paracetamol untuk meredakan nyeri nya
serta captopril untuk menurunkan tekanan darah pasien. Paracetamol
diminum setelah makan dan dihentikan ketika nyeri sudah terasa
berkurang. Captopril diminum 3 kali sehari sebelum makan dan
dihabisakan. Jika captopril habis dianjurkan pasien untuk kontrol. Jika
diminum sesuai dosis, obat tidak akan menimbulkan efek samping. Namun
pasien tetap harus waspada efek samping yang dapat timbul berupa mual,
muntah serta batuk. Bila efek samping timbul dan dirasa sangat
mengganggu pasien diminta kembali berobat atau bila obatnya sudah
habis.
•
Edukasi psikososial
-Pasien dianjurkan untuk melakukan latihan ringan di daerah lutut
-Pasien dianjurkan untuk tidak mengangkat barang barang berat
-Pasien dianjurkan untuk tidak sering jongkok
-Pasien dianjurkan untuk melakukan olah raga non weight bearing
seperti bersepeda
•
Edukasi lingkungan
-
Keluarga yang serumah dengan pasien dianjurkan untuk lebih banyak
meluangkan waktu agar pasien dapat menceritakan masalahnya dan
tidak stress.
7
Efek Komunitas
Penyakit pada pasien tidak memberikan efek kepada komunitas secara