Makalah Angga
Transcript of Makalah Angga
MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
KESEHATAN DAN RAHASIA BANK
Disusun Oleh
1. ANGGA PP 2011051834 2. HAMDANI 20110510183. BUSTAMIN ARIFIN 20110509694. ADE PUTRA 20110507115. BAGUS APRIADI 20110521466. ISMANTA 20110511507. YULI HARYANTI 20110510558. SALWANI 2011050591
FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PAMULANG
2013KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis diberikan kemudahan dan kelancaran
dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “KESEHATAN
DAN RAHASIA BANK”.
Makalah ini disusun guna memenuhi kelengkapan tugas
mata kuliah Sistem Informasi Manajemen. Dengan
tersusunnya makalah ini adalah berkat bantuan dari
berbagai pihak.
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat
memberikan informasi kepada berbagai pihak yang
membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan pembuatan makalah ini untuk masa yang akan
datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................
i
KATA PENGANTAR ....................................
ii
DAFTAR ISI.........................................
iii
BAB I PENDAHULUAN .................................
1
A. Latar Belakang ...............................
1
B. Rumusan Masalah...............................
2
C. Tujuan........................................
2
BAB II PEMBAHASAN .................................
3
A. Kesehatan Bank ...............................
3
1. Pengertian Kesehatan Bank .................
3
2. Aturan Kesehatan Bank .....................
3
iv
3. Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank .........
7
B. Rahasia Bank .................................
8
1. Tujuan Penerapan ..........................
9
2. Dasar Hukum ...............................
10
3. Pengecualian Terhadap Rahasia
Bank.......................................
12
BAB III KESIMPULAN ................................
15
DAFTAR
PUSTAKA................................................
.............................. 16
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan
sistem pembayaran suatu negara. Bahkan pada era
globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi
bagian dari system keuangan dan sistem pembayaran
dunia. Mengingat hal yang demikian itu, maka begitu
suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan
beroperasi dari otoritas moneter dari negara yang
bersangkutan, bank tersebut menjadi "milik"
masyarakat. Oleh karena itu eksistensinya bukan saja
hanya harus dijaga oleh para pemilik bank itu
sendiri dan pengurusnya, tetapi juga oleh masyarakat
nasional dan global.
Kepentingan masyarakat untuk menjaga eksistensi
suatu bank menjadi sangat penting, lebih-lebih bila
diingat bahwa ambruknya suatu bank akan mempunyai
akibat rantai atau domino effect, yaitu menular kepada
bank-bank yang lain, yang pada gilirannya tidak
mustahil dapat sangat mengganggu fungsi sistem
keuangan dan system pembayaran dari negara yang
bersangkutan.
Untuk menjaga agar bank tetap eksis dalam dunia
perekonomian global maka bank perlu dinilai secara
6
rutin yang disebut dengan penilaian kesehatan bank
untuk mengetahui kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan
baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku. Kesehatan bank mencakup
kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh
kegiatan usah perbankan, baik dari kemampuan
menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain,
dan dari modal sendiri, mengelola dana, menyalurkan
dana ke masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan
pihak lain, pemenuhan peraturan perbankan yang
berlaku.
Bank juga merupakan suatu lembaga keuangan yang
eksistensinya tergantung mutlak pada kepercayaan
dari para nasabahnya yang mempercayakan dana
simpanan mereka pada bank. Oleh karena itu bank
sangat berkepentingan agar kadar kepercayaan
masyarakat, yang telah maupun yang akan menyimpan
dananya, terpelihara dengan baik dalam tingkat yang
tinggi. Mengingat bank adalah bagian dari sistem
keuangan dan system pembayaran, yang masyarakat luas
berkepentingan atas kesehatan dari sistem-sistem
tersebut, sedangkan kepercayaan masyarakat kepada
bank merupakan unsur paling pokok dari eksistensi
suatu bank, maka terpeliharanya kepercayaan
7
masyarakat kepada perbankan adalah juga kepentingan
masyarakat banyak. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kadar kepercayaan masyarakat kepada
bank adalah terjamin atau tidaknya rahasia nasabah
yang ada di bank. Data nasabah yang berada di bank,
baik data keuangan maupun non keuangan, seringkali
merupakan suatu data yang ingin diketahui oleh pihak
lain. Jumlah kekayaan yang tersimpan di bank bagi
nasabah tertentu merupakan sesuatu yang perlu
dirahasiakan dari orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang Dimaksud dengan Kesehatan Bank?
2. Bagaimana Aturan Kesehatan Bank?
3. Apa Saja yang Melanggar Aturan Kesehatan Bank?
4. Apa yang Dimaksud dengan Kerahasiaan Bank?
5. Apa Tujuan Penerapan dari Rahasia Bank?
6. Apa Dasar Hukum Rahasia bank?
7. Apa Saja Pengecualian Terhadap Rahasia Bank yang
Boleh Dibuka?
C. Tujuan
1. Mengetahui Apa yang Dimaksud dengan Kesehatan
Bank.
2. Mengetahui Bagaimana Aturan Kesehatan Bank.
3. Mengetahui Apa Saja yang Melanggar Aturan
kesehatan Bank.
8
4. Mengetahui Apa yang Dimaksud dengan Kerahasiaan
Bank.
5. Mengetahui Apa Tujuan Penerapan dari Rahasia Bank.
6. Mengetahui Apa Dasar Hukum Rahasia bank.
7. Mengetahui Apa Saja Pengecualian Terhadap Rahasia
Bank yang Boleh Dibuka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesehatan Bank
1. Pengertian
Kesehatanan bank diartikan sebagai kemampuan suatu
bank untuk melakukan kegiatan operasional
perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang
sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.
Pengertian tentang kesehatan bank tersebut
merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena
kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu
bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usah
perbankannya. Kegiatan tersebut mencakup :
a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari
lembaga lain, dan dari modal sendir.
b. Kemampuan mengelola dana.
c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat,
karyawan, pemilik modal, dan pihak lain.
9
d. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
2. Aturan Kesehatan Bank
Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, pembinaan dan pengawasan
bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang-undang
tersebut lebih lanjut menetapkan bahwa :
a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank
sesuai dengan ketentuan kecukupan modal,
kualitas aset, kualitas manajemen, likuditas,
rentabilitas, dan aspek-aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank, dan wajib
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
kehati-hatian.
b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah dan melakukan
kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh
cara-cara yang tidak merugikan bank dan
kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya
kepada bank.
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia
segala keterangan, dan penjelasan mengenai
usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
10
d. Bank atas permintaan Bank Indonesia wajib
memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-
buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta
wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam
rangka memperoleh kebenaran dari segala
keterangan, dokumen, dan penjelasan yang
dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhaap
bank, baik secara berkala maupun setiap waktu
apabila diperlukan.
f. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia
neraca, perhitungan laba rugi tahunan dan
penjelasannya, serta laporan berkala lainnya,
dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
g. Bank wajib mengumumkan neraca perhitungan
neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu
dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Sesuai Lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004 kepada semua
bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional perihal setiap penilaian tingkat
kesehatan bank umum. Penilaian tingkat kesehatan
bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor
CAMELS, yang terdiri dari :
a. Faktor Permodalan (Capital), terdiri dari :
11
1) Kecukupan pemenuhan KPMM terhadap ketentuan yang
berlaku, dengan membagi modal dan aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR).
2) Komposisi permodalan.
3) Tren ke depan/proyeksi KPMM. Tren rasio KPMM dan
atau persentase pertumbuhan modal dibandingkan
dengan persentase pertumbuhan ATMR.
4) Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan (APYD)
dibandingan dengan modal bank. Ditentukan dengan
membagi APYD dengan Modal Bank.
5) Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan
modal yang berasal dari keuntungan (laba
ditahan).
6) Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan
usaha.
7) Akses kepada sumber permodalan. Indikator
pendukung seperti Laba per saham atau rasio
harga terhadap saham dan tingkat pemesanan
saham.
8) Kinerja keuangan pemegang saham (PS) untuk
meningkatkan permodalan bank. Indikator
pendukung seperti kondisi keuangan PS, usaha
utama PS dan catatan reputasi PS.
b. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality), terdiri dari :
1) Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan dibanding
dengan total aktiva produktif.
12
2) Debitor inti kredit di luar pihak terkait
dibandingkan dengan total kredit.
3) Perkembangan Aktiva Produktif bermasalah
dibanding dengan aktiva produktif.
4) Tingkat kecukupan pembentukan PPAP.
Membandingkan PPAP yang telah dibentuk dengan
PPAP yang wajib dibentuk.
5) Kecukupan kebijakan dan prosedur Aktiva
Produktif. Indikator pendukung seperti
keterlibatan pengurus bank dalam menyusun dan
menetapkan kebijakan Aktiva Produktif serta
memonitor pelaksanaan; konsistensi kebijakan
dengan pelaksanaan, tujuan, dan strategi usaha
bank.
6) Sistem kaji ulang internal terhadap Aktiva
Produktif. Indikator seperti kaji ulang
independen, ketaatan terhadap peraturan internal
dan eksternal, dan proses keputusan manajemen.
7) Dokumentasi Aktiva Produktif. Indikator
pendukung seperti kelengkapan dokumen dan
kemudahan penelusuran jejak audit, sistem
penatausahaan dokumen, serta back up dan
penyimpanan dokumen.
8) Kinerja penanganan Aktiva Produktif bermasalah.
Indikator seperti kualitas penanganan Aktiva
Produktif bermasalah.
13
c. Faktor Manajemen (Management), terdiri dari :
1) Manajemen Umum. Indikator pendukung seperti
praktik tata kelola perusahaan yang baik (good
coporate governance/GCG), struktur dan komposisi
pengurus bank, penanganan pertentangan
kepentingan, independensi pengurus bank,
kemampuan untuk membatasi/mencegah penurunan
kualitas GCG, transparansi informasi dan edukasi
nasabah, serta efektivitas kinerja fungsi
komite.
2) Penerapan sistem manajemen risiko. Indikator
pendukung seperti penerapan sistem manajemen
risiko nilai berdasarkan empat cakupan, yaitu :
a) pengawasan aktif dewan komisaris dan
direksi,
b) kecukupan kebijakan, prosedur, dan
penetapan limit,
c) kecukupan proses identifikasi, pengukuran,
pemantauan, dan pengendalian risiko serta
sistem informasi manajemen risiko,
d) sistem pengendalian internal menyeluruh.
3) Kepatuhan Bank. Indikator pendukung seperti
Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan
kepatuhan terhadap komitmen dan ketentuan
lainnya.
d. Faktor Rentabilitas (Earning), terdiri dari :
14
1) Pengembalian atas Aset (Return on Asset-ROA)
2) Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity-
ROE)
3) Margin bunga bersih
4) Biaya Operasional dibanding dengan Pendapatan
Operasional.
5) Perkembangan laba operasional
6) Komposisi portofolio Aktiva Produktif dan
diversifikasi pendapatan
7) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan
pendapatan dan biaya
8) Prospek laba operasional
e. Faktor Likuiditas (Liquidity), terdiri dari :
1) Aktiva likuid yang kurang dari 1 bulan
dibanding dengan pasiva likuid kurang dari 1
bulan
2) 1-Month Maturity Mismatch Ratio. Dengan formula
Selisih Aktiva dan Pasiva yang akan jatuh tempo
1 bulan terhadap Pasiva yang akan jatuh tempo 1
bulan.
3) Kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (Loan to
Deposits Ratio-LDR)
4) Proyeksi arus kas 3 bulan mendatang. Dengan
formula membandingkan Arus Kas Bersih dengan
Dana Pihak Ketiga.
15
5) Ketergantungan pada dana antarbank dan deposan
inti.
6) Kebijakan dan penelolaan likuiditas.
7) Kemampuan bank memperoleh akses kepada pasar
uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan
lainnya.
8) Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK). Indikator
pendukung seperti pertumbuhan DPK dan
Pertumbuhan deposan inti.
f. Faktor Senitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity
to Market Risk), terdiri dari :
1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk
mengatasi fluktuasi suku bunga dibanding dengan
potensi kerugian suku bunga.
2) Modal/cadangan untuk fluktuasi nilai tukar
debandingkan dengan potensi kerugian nilai
tukar.
3) Kecukupan penerapan Sistem Manajemen Risiko
Pasar (Market Risk).
3. Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank
Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan
tentang kesehatan bank, Bank Indonesia dapat
mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan
agar bank yang bersangkutan menjadi sehat dan tidak
membahayakan kinerja perbankan secara umum.
16
Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, dalam hal suatu bank
mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan
usahanya, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan
agar :
a. Pemegang saham menambah modal.
b. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan
atau direksi bank.
c. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan
bank lain.
d. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia
mengambil alis seluruh kewajiban.
e. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau
sebagian kegiatan bank kepada pihak lain.
f. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan
atau kewajiban bank kepada bank atau pihak
lain.
B. Rahasia Bank
Pasal 1 angka 16 UU No. 7 thn 1992 ttg Perbankan:
” Rahasia bank adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan keuangan, dan hal-hal lain dari
nasabah bank yang menurut kelaziman dunia
perbankan wajib dirahasiakan”.
17
Pasal 1 angka 28 UU No. 10 thn 1998
” Rahasia bank adalah segala sesuatu yang
berhubungan dangan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya.”
Ketentuan Rahasia Bank
Ketentuan Rahasia Bank dalam UU No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan diatur dlm Pasal 40 s.d Pasal
45.
Menurut UU No. 10 tahun 1998, ketentuan rahasia
bank mengalami perubahan dan penambahan. Bank
wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya kecuali dlm hal
sebagaimana dimaksud dlm Pasal 41, 41A,42, 43, 44
dan 44A.
1. Tujuan Penerapan
Dasar dari kegiatan perbankan adalah
kepercayaan. Tanpa adanya kepercayaan dari
masyarakat terhadap perbankan dan juga sebaliknya
maka kegiatan perbankan tidak akan dapat berjalan
dengan baik.
Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi
tingkat kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank.
18
Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Integritas pengurus
b. Pengetahuan dan Kemampuan pengurus baik berupa
pengetahuan kemampuan manajerial maupun
pengetahuan dan kemampuan teknis perbankan
c. Kesehatan bank yang bersangkutan
d. Kepatuhan bank terhadap kewajiban rahasia bank.
Sebagaimana dikemukakan di atas, salah satu faktor
untuk dapat memelihara dan meningkatkan kadar
kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank pada
khususnya dan perbankan pada umumnya ialah kepatuhan
bank terhadap kewajiban rahasia bank. Maksudnya adalah
menyangkut "dapat atau tidaknya bank dipercaya oleh
nasabah yang menyimpan dananya pada bank tersebut untuk
tidak mengungkapkan simpanan nasabah identitas nasabah
tersebut kepada pihak lain". Dengan kata lain,
tergantung kepada kemampuan bank itu untuk menjunjung
tinggi dan mematuhi dengan teguh "rahasia bank". Data
nasabah yang berada di bank, baik data keuangan maupun
non keuangan, seringkali merupakan suatu data yang
ingin diketahui oleh pihak lain. Jumlah kekayaan yang
tersimpan di bank bagi nasabah tertentu merupakan
sesuatu yang perlu dirahasiakan dari orang lain.
Biodata bagi nasabah tertentu merupakan data yang harus
dirahasiakan. Sebagian nasabah juga menginginkan agar
pinjamannnya dari bank dirahasiakan kepada orang lain.
19
Bila kerahasiaan data nasabah tidak dapat dijamin oleh
bank, maka nasabah akan merasa enggan untuk berhubungan
dengan bank. Dalam usaha mewujudkan terjaminnya rahasia
tertentu dari nasabah yang berada di bank, maka
ketentuan tentang rahasia bank dicantumkan dalam
undang-undang perbankan.
2. Dasar Hukum
a. Undang-undang no 7 tahun 1992 tentang perbankan
telah mencantumkan aturan tentang rahasia bank
dalam bab 1 pasal 1 butir 16 dan bab VII pasal
40, 41, 42,43,44,45 dan bab VII pasal 47.
Definisi rahasia bank adalah “ segala sesuatu
yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain
dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia
perbankan wajib dirahasiakan”.
Definisi tersebut merupakan suatu batasan yang
sangat luas dan cenderung kurang jelas mengenai
rahasai bank. Pembatasan didasarkan pada istilah
“menurut kelaziman dunia perbankan” sehingga
batasannya sangat tergantunga pada interpretasi
dari istilah “kelaziman”. Interpretasi satu orang
dengan orang lain mungkin berbeda. Secara umum
batasan tersebut juga dapat diartikan bahwa
rahasia bank mencakup data milik nasabah deposan
maupun nasabah debitor.
20
Perkembangan dunia perbankan sejak ditetapkannnya
undang-undang no7 tahun 1992 sampai dengan tahun
1998 menunjukkan bahwa bank sering kali mengalami
kesulitan untuk menyelesaikan kredit bermasalah
karena terbentur aturan tentang rahasia bank.
Berdasarkan pertimbangan tersebut dan untuk
memberikan batasan yang lebih jelas terhadap
rahasia bank, maka undang-undang diperbaharui
dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998.
b. Aturan mengenai rahasia bank ini kemudian di ubah
seperti tercantum dalam undang-undang nomor 10
tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang
no 7 tahun 1992. Mengubah pengertian rahasia bank
dalam pasal 1 butir 1 menjadi: “segala sesuatu
yang berhubungan dengan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya”.
Undang-undang ini membatasi rahasia bank
hanya pada nasabah deposan atau penyimpan dana.
Perubahan ini membawa 2 (dua) macam konsekuensi.
Pertama, perubahan tersebut menyebabkan
peningkatan posisi bank dalam berhubungan dengan
debitornya, karena data nasabah peminjam dana
tidak termasuk dalam pengertian rahasia bank.
Manfaat ini akan dirasakan oleh bank terutama
untuk menyelesaikan kredit-kredit bermasalah.
Kedua, perubahan ini sedikit banyak akan
21
menurunkan motivasi calon debitor untuk memperoleh
bantuan dana pinjaman dari bank, karena
kerahasiaan datanya tidak termasuk dalam
pengertian rahasia bank. Di samping dua
konsekuensi tersebut, masih terdapat satu
permasalahan yang akan muncul pada saat penentuan
suatu data termasuk rahasia bank atau bukan.
Nasabah debitor biasanya juga sekaligus sebagai
nasabah penyimpan dana, sehingga penentuan suatu
data nasabah tergolong data nasabah penyimpan atau
nasabah peminjam merupakan sesuatu yang tidak
mudah. Masalah tersbut sebenarnya ssudah berusaha
diantisipasi melalui penjelasan pasal 40 undang-
undang Nomor 10 tahun 1998.
c. Penjelasan pasal 40 undang-undang Nomor 10 tahun
1998. Penjelasan pasal 40 adalah “ apabila
nasabah bank adalah nasabah penyimpan yang
sekaligus juga sebagai nasabah debitor, bank
wajib tetap merahasiakan keterangan tentang
nasabah dalam kedudukannya sebagai nasabah
penyimpan. Keterangan mengenai nasabah selain
sebagai nasabah penyimpan, bukan merupakan
keterangan yang wajib dirahasiakan bank.
Secara lebih rinci Undang-undang Nomor 7 tahun
1992 dan undang-undang Nomor 10 tahun 1998 mengatur
rahasia bank sebagai berikut:
22
a. Rahasia bank adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya.
b. Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpananannya.
c. Ketentuan tresebut berlaku pula bagi pihak
terafiliasi
d. Pihak terafiliasi adalah:
1) Anggota dewan komisaris, pengawas, direksi,
atau kuasanya, pejabat, atau karyawan bank.
2) Anggota pengurus, pengawas, pengelola, atau
kuasanya, pejabat atau karyawan bank, khusus
bagi bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Pihak yang memberikan jasanya kepada bank,
antara lain, akuntan publik, penilai, konsultan
hukum, dan konsultan lainnya.
4) Pihak yang menurut penilaian BI turut
mempengaruhi pengelolaan bank, antara lain,
pemegang saham dan keluarganya, keluarga
komisaris, keluarga pengawas, keluarga direksi,
keluarga pengurus.
3. Pengecualian Terhadap Rahasia Bank
Dalam situasi atau keadaan tertentu sesuai
dengan unang-unang, data nasabah di bank dapat
23
saja tidak harus dirahasiakan lagi. Pengecualian
terhadap rahasia bank tersebut meliputi:
1) Kepentingan perpajakan
Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan
menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah
tertulis kepada bank agar memberikan keterangan
dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta
surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah
penyimpan tertentu kepada pejabat pajak. Perintah
tertulis tersebut harus menyebutkan nama pejabat
pajak dan nasabah wajib pajak yang dikehendaki
keterangannya, dan pihak wajib memberikan
keterangan yang diminta.
2) Penyelesaian piutang bank yang diserahkan ke
BUPLN atau PUPN
Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin
kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang
Negara/ panitia Urusan Piutang Negara untuk
memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan
nasabah debitor, dan pihak bank wajib memberikan
keterangan yang diminta. Izin sebagaimana
dimaksud di atas diberikan secara tertulis atas
permintaan tertulis dari Kepala Badan Urusan
Piutang dan Lelang Negara/ Ketua Panitia Urusan
Piutang Negara. Permintaan tertulis tersebut di
24
atas harus menyebutkan nama dan jabatan pejabat
Badan Urusan piutang dan Lelang negara/ Panitia
Urusan Piutang Negara, nama nasabah debitor yang
bersangkutan, dan alasan diperlukanya keterangan.
3) Kepentingan peradilan dalam perkara pidana
Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin
kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh
keterangan dari bank mengenai simoanan tersangka
atau terdakwa pada bank, dan pihak bank wajib
memberikan keterangan yang diminta. Izin
sebagaimana dimaksud di atas diberikan secara
tertulis atas permintaan tertulis dari kepala
kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau
Ketua Mahkamah Agung. Pemberian izin oleh Bank
Indonesia harus dilakukan selambat-lambatnya 14
hari setelah dokumen permintaan diterima secara
lengkap. Permintaan tertulis tersebut harus
menyebut nama dan jabatan polis, jaksa, atau
hakim, nama tersangka atau terdakwa, serta alasan
diperlukannya keterangan dan hubungan perkara
pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang
diperlukan.
4) Perkara perdata antara bank dengan nasabahnya
25
Direksi bank bersangkutan dapat
menginformasikan kepada pengadilan tentang
keadaan keuangan nasabah bersangkutan dan
memberikan keterangan lain yang relevan dengan
perkara tersebut. Dalam situassi ini bank dapat
menginformasikan keadaan keuangan nasabah yang
dalam perkara serta keterangan yang berkaitan
dengan perkara tersebut, tanpa izin dari pimpina
Bank Indonesia.
5) Tukar-menukar informasi antar bank
Direksi bank dapat memberitahukan keadaan
keuangan nasabahnya kepada bank lain. Tukar-
menukar informasi antarbank dimaksudkan untuk
memperlancar dan mengamankan kegiatan usaha bank,
antara lain guna mencegah kredit rangkap serta
mengetahui keadaan dan status dari suatu bank
yang lain. Dengan demikian bank dapat menilai
tingkat risiko yang dihadapi, sebelum melakukan
transaksi dengan nasabah atau dengan bank lain.
Dalam ketentuan yang akan ditetapkan lebih lanjut
oleh Bank Indonesia antara lain diatur mengenai
tata cara penyimpanan dan permintaan informasi
serta bentuk dan jenis informasi tertentu yang
dapat dipertukarkan, seperti indikator secara
garis besar dari kredit yang diterima nasabah,
26
agunan, dan masuknya debitor yang bersangkutan
dalam daftar kredit macet. Ketentuan mengenai
tukar menukar informasi tersebut diatur lebih
lanjut oleh Bank Indonesia.
6) Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari
nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis
Bank wajib memberikan keterangan mengenai
simpaan nasabah penyimpan pada bank yang
bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh
nasabah penyimpan tersebut atas dasar permintaan,
persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyimpan
yang dibuat secara tertulis.
7) Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal
dunia
Apabila nasabah penyimpan telah meninggal
dunia, maka ahli waris yang sah dari nasabah
penyimpan yang bersangkutan barhak memperoleh
keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan
tersebut.
27
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kesehatanan bank diartikan sebagai kemampuan suatu
bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan
secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya
dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan
peraturan perbankan yang berlaku.
2. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian
terhadap faktor-faktor CAMELS, yang terdiri dari :
a. Faktor Permodalan (Capital).
b. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality).
c. Faktor Manajemen (Management).
d. Faktor Rentabilitas (Earning).
e. Faktor Likuiditas (Liquidity).
f. Faktor Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity
to Market Risk).
g. Kecukupan penerapan Sistem Manajemen Risiko Pasar
(Market Risk).
3. ” Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan
dangan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya.” Namun ketika nasabah juga sebagai
peminjam maka rahasia tetap akan terjamin oleh bank.
28
4. Dasar hukum yang mengatur rahasia bank adalah:
a. Pasal 1 angka 16 UU No. 7 thn 1992 ttg Perbankan
b. Pasal 1 angka 28 UU No. 10 thn 1998
5. Pengecualian kerahasiaan Bank
a. Urusan perpajakan
b. Penyelesaian piutang bank yang diserahkan ke BUPLN
atau PUPN
c. Kepentingan peradilan dalam perkara pidana
d. Perkara perdata antara bank dengan nasabahnya
e. Tukar-menukar informasi antar bank
f. Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari
nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis
g. Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia
29
DAFTAR PUSTAKA
Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan
Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat.
http://kuliahade.wordpress.com/2010/06/27/hukum-
perbankan-rahasia-bank/
http://edratna.wordpress.com/2008/01/09/apa-yang-perlu-
diketahui-dari-rahasia-bank/
30