Makalah Angga

30
MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KESEHATAN DAN RAHASIA BANK Disusun Oleh 1. ANGGA PP 2011051834 2. HAMDANI 2011051018 3. BUSTAMIN ARIFIN 2011050969 4. ADE PUTRA 2011050711 5. BAGUS APRIADI 2011052146 6. ISMANTA 2011051150 7. YULI HARYANTI 2011051055 8. SALWANI 2011050591 FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

Transcript of Makalah Angga

MAKALAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

KESEHATAN DAN RAHASIA BANK

Disusun Oleh

1. ANGGA PP 2011051834 2. HAMDANI 20110510183. BUSTAMIN ARIFIN 20110509694. ADE PUTRA 20110507115. BAGUS APRIADI 20110521466. ISMANTA 20110511507. YULI HARYANTI 20110510558. SALWANI 2011050591

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

UNIVERSITAS PAMULANG

2013KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis diberikan kemudahan dan kelancaran

dalam menyelesaikan makalah yang berjudul “KESEHATAN

DAN RAHASIA BANK”.

Makalah ini disusun guna memenuhi kelengkapan tugas

mata kuliah Sistem Informasi Manajemen. Dengan

tersusunnya makalah ini adalah berkat bantuan dari

berbagai pihak.

Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat

memberikan informasi kepada berbagai pihak yang

membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa makalah ini

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan pembuatan makalah ini untuk masa yang akan

datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca

sekalian.

ii

Tangerang Selatan, November

2013

Penyusun

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................

i

KATA PENGANTAR ....................................

ii

DAFTAR ISI.........................................

iii

BAB I PENDAHULUAN .................................

1

A. Latar Belakang ...............................

1

B. Rumusan Masalah...............................

2

C. Tujuan........................................

2

BAB II PEMBAHASAN .................................

3

A. Kesehatan Bank ...............................

3

1. Pengertian Kesehatan Bank .................

3

2. Aturan Kesehatan Bank .....................

3

iv

3. Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank .........

7

B. Rahasia Bank .................................

8

1. Tujuan Penerapan ..........................

9

2. Dasar Hukum ...............................

10

3. Pengecualian Terhadap Rahasia

Bank.......................................

12

BAB III KESIMPULAN ................................

15

DAFTAR

PUSTAKA................................................

.............................. 16

v

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan

sistem pembayaran suatu negara. Bahkan pada era

globalisasi sekarang ini, bank juga telah menjadi

bagian dari system keuangan dan sistem pembayaran

dunia. Mengingat hal yang demikian itu, maka begitu

suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan

beroperasi dari otoritas moneter dari negara yang

bersangkutan, bank tersebut menjadi "milik"

masyarakat. Oleh karena itu eksistensinya bukan saja

hanya harus dijaga oleh para pemilik bank itu

sendiri dan pengurusnya, tetapi juga oleh masyarakat

nasional dan global.

Kepentingan masyarakat untuk menjaga eksistensi

suatu bank menjadi sangat penting, lebih-lebih bila

diingat bahwa ambruknya suatu bank akan mempunyai

akibat rantai atau domino effect, yaitu menular kepada

bank-bank yang lain, yang pada gilirannya tidak

mustahil dapat sangat mengganggu fungsi sistem

keuangan dan system pembayaran dari negara yang

bersangkutan.

Untuk menjaga agar bank tetap eksis dalam dunia

perekonomian global maka bank perlu dinilai secara

6

rutin yang disebut dengan penilaian kesehatan bank

untuk mengetahui kemampuan suatu bank untuk

melakukan kegiatan operasional perbankan secara

normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan

baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan

perbankan yang berlaku. Kesehatan bank mencakup

kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh

kegiatan usah perbankan, baik dari kemampuan

menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain,

dan dari modal sendiri, mengelola dana, menyalurkan

dana ke masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan

pihak lain, pemenuhan peraturan perbankan yang

berlaku.

Bank juga merupakan suatu lembaga keuangan yang

eksistensinya tergantung mutlak pada kepercayaan

dari para nasabahnya yang mempercayakan dana

simpanan mereka pada bank. Oleh karena itu bank

sangat berkepentingan agar kadar kepercayaan

masyarakat, yang telah maupun yang akan menyimpan

dananya, terpelihara dengan baik dalam tingkat yang

tinggi. Mengingat bank adalah bagian dari sistem

keuangan dan system pembayaran, yang masyarakat luas

berkepentingan atas kesehatan dari sistem-sistem

tersebut, sedangkan kepercayaan masyarakat kepada

bank merupakan unsur paling pokok dari eksistensi

suatu bank, maka terpeliharanya kepercayaan

7

masyarakat kepada perbankan adalah juga kepentingan

masyarakat banyak. Salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kadar kepercayaan masyarakat kepada

bank adalah terjamin atau tidaknya rahasia nasabah

yang ada di bank. Data nasabah yang berada di bank,

baik data keuangan maupun non keuangan, seringkali

merupakan suatu data yang ingin diketahui oleh pihak

lain. Jumlah kekayaan yang tersimpan di bank bagi

nasabah tertentu merupakan sesuatu yang perlu

dirahasiakan dari orang lain.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang Dimaksud dengan Kesehatan Bank?

2. Bagaimana Aturan Kesehatan Bank?

3. Apa Saja yang Melanggar Aturan Kesehatan Bank?

4. Apa yang Dimaksud dengan Kerahasiaan Bank?

5. Apa Tujuan Penerapan dari Rahasia Bank?

6. Apa Dasar Hukum Rahasia bank?

7. Apa Saja Pengecualian Terhadap Rahasia Bank yang

Boleh Dibuka?

C. Tujuan

1. Mengetahui Apa yang Dimaksud dengan Kesehatan

Bank.

2. Mengetahui Bagaimana Aturan Kesehatan Bank.

3. Mengetahui Apa Saja yang Melanggar Aturan

kesehatan Bank.

8

4. Mengetahui Apa yang Dimaksud dengan Kerahasiaan

Bank.

5. Mengetahui Apa Tujuan Penerapan dari Rahasia Bank.

6. Mengetahui Apa Dasar Hukum Rahasia bank.

7. Mengetahui Apa Saja Pengecualian Terhadap Rahasia

Bank yang Boleh Dibuka.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesehatan Bank

1. Pengertian

Kesehatanan bank diartikan sebagai kemampuan suatu

bank untuk melakukan kegiatan operasional

perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua

kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang

sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.

Pengertian tentang kesehatan bank tersebut

merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena

kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu

bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usah

perbankannya. Kegiatan tersebut mencakup :

a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari

lembaga lain, dan dari modal sendir.

b. Kemampuan mengelola dana.

c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat,

karyawan, pemilik modal, dan pihak lain.

9

d. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

2. Aturan Kesehatan Bank

Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun

1992 tentang Perbankan, pembinaan dan pengawasan

bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang-undang

tersebut lebih lanjut menetapkan bahwa :

a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank

sesuai dengan ketentuan kecukupan modal,

kualitas aset, kualitas manajemen, likuditas,

rentabilitas, dan aspek-aspek lain yang

berhubungan dengan usaha bank, dan wajib

melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip

kehati-hatian.

b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah dan melakukan

kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh

cara-cara yang tidak merugikan bank dan

kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya

kepada bank.

c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia

segala keterangan, dan penjelasan mengenai

usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia.

10

d. Bank atas permintaan Bank Indonesia wajib

memberikan kesempatan bagi pemeriksaan buku-

buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta

wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam

rangka memperoleh kebenaran dari segala

keterangan, dokumen, dan penjelasan yang

dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.

e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhaap

bank, baik secara berkala maupun setiap waktu

apabila diperlukan.

f. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia

neraca, perhitungan laba rugi tahunan dan

penjelasannya, serta laporan berkala lainnya,

dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia.

g. Bank wajib mengumumkan neraca perhitungan

neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu

dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Sesuai Lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia

Nomor 6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004 kepada semua

bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional perihal setiap penilaian tingkat

kesehatan bank umum. Penilaian tingkat kesehatan

bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor

CAMELS, yang terdiri dari :

a. Faktor Permodalan (Capital), terdiri dari :

11

1) Kecukupan pemenuhan KPMM terhadap ketentuan yang

berlaku, dengan membagi modal dan aktiva

tertimbang menurut risiko (ATMR).

2) Komposisi permodalan.

3) Tren ke depan/proyeksi KPMM. Tren rasio KPMM dan

atau persentase pertumbuhan modal dibandingkan

dengan persentase pertumbuhan ATMR.

4) Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan (APYD)

dibandingan dengan modal bank. Ditentukan dengan

membagi APYD dengan Modal Bank.

5) Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan

modal yang berasal dari keuntungan (laba

ditahan).

6) Rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan

usaha.

7) Akses kepada sumber permodalan. Indikator

pendukung seperti Laba per saham atau rasio

harga terhadap saham dan tingkat pemesanan

saham.

8) Kinerja keuangan pemegang saham (PS) untuk

meningkatkan permodalan bank. Indikator

pendukung seperti kondisi keuangan PS, usaha

utama PS dan catatan reputasi PS.

b. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality), terdiri dari :

1) Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan dibanding

dengan total aktiva produktif.

12

2) Debitor inti kredit di luar pihak terkait

dibandingkan dengan total kredit.

3) Perkembangan Aktiva Produktif bermasalah

dibanding dengan aktiva produktif.

4) Tingkat kecukupan pembentukan PPAP.

Membandingkan PPAP yang telah dibentuk dengan

PPAP yang wajib dibentuk.

5) Kecukupan kebijakan dan prosedur Aktiva

Produktif. Indikator pendukung seperti

keterlibatan pengurus bank dalam menyusun dan

menetapkan kebijakan Aktiva Produktif serta

memonitor pelaksanaan; konsistensi kebijakan

dengan pelaksanaan, tujuan, dan strategi usaha

bank.

6) Sistem kaji ulang internal terhadap Aktiva

Produktif. Indikator seperti kaji ulang

independen, ketaatan terhadap peraturan internal

dan eksternal, dan proses keputusan manajemen.

7) Dokumentasi Aktiva Produktif. Indikator

pendukung seperti kelengkapan dokumen dan

kemudahan penelusuran jejak audit, sistem

penatausahaan dokumen, serta back up dan

penyimpanan dokumen.

8) Kinerja penanganan Aktiva Produktif bermasalah.

Indikator seperti kualitas penanganan Aktiva

Produktif bermasalah.

13

c. Faktor Manajemen (Management), terdiri dari :

1) Manajemen Umum. Indikator pendukung seperti

praktik tata kelola perusahaan yang baik (good

coporate governance/GCG), struktur dan komposisi

pengurus bank, penanganan pertentangan

kepentingan, independensi pengurus bank,

kemampuan untuk membatasi/mencegah penurunan

kualitas GCG, transparansi informasi dan edukasi

nasabah, serta efektivitas kinerja fungsi

komite.

2) Penerapan sistem manajemen risiko. Indikator

pendukung seperti penerapan sistem manajemen

risiko nilai berdasarkan empat cakupan, yaitu :

a) pengawasan aktif dewan komisaris dan

direksi,

b) kecukupan kebijakan, prosedur, dan

penetapan limit,

c) kecukupan proses identifikasi, pengukuran,

pemantauan, dan pengendalian risiko serta

sistem informasi manajemen risiko,

d) sistem pengendalian internal menyeluruh.

3) Kepatuhan Bank. Indikator pendukung seperti

Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) dan

kepatuhan terhadap komitmen dan ketentuan

lainnya.

d. Faktor Rentabilitas (Earning), terdiri dari :

14

1) Pengembalian atas Aset (Return on Asset-ROA)

2) Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity-

ROE)

3) Margin bunga bersih

4) Biaya Operasional dibanding dengan Pendapatan

Operasional.

5) Perkembangan laba operasional

6) Komposisi portofolio Aktiva Produktif dan

diversifikasi pendapatan

7) Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan

pendapatan dan biaya

8) Prospek laba operasional

e. Faktor Likuiditas (Liquidity), terdiri dari :

1) Aktiva likuid yang kurang dari 1 bulan

dibanding dengan pasiva likuid kurang dari 1

bulan

2) 1-Month Maturity Mismatch Ratio. Dengan formula

Selisih Aktiva dan Pasiva yang akan jatuh tempo

1 bulan terhadap Pasiva yang akan jatuh tempo 1

bulan.

3) Kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (Loan to

Deposits Ratio-LDR)

4) Proyeksi arus kas 3 bulan mendatang. Dengan

formula membandingkan Arus Kas Bersih dengan

Dana Pihak Ketiga.

15

5) Ketergantungan pada dana antarbank dan deposan

inti.

6) Kebijakan dan penelolaan likuiditas.

7) Kemampuan bank memperoleh akses kepada pasar

uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan

lainnya.

8) Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK). Indikator

pendukung seperti pertumbuhan DPK dan

Pertumbuhan deposan inti.

f. Faktor Senitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity

to Market Risk), terdiri dari :

1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk

mengatasi fluktuasi suku bunga dibanding dengan

potensi kerugian suku bunga.

2) Modal/cadangan untuk fluktuasi nilai tukar

debandingkan dengan potensi kerugian nilai

tukar.

3) Kecukupan penerapan Sistem Manajemen Risiko

Pasar (Market Risk).

3. Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank

Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan

tentang kesehatan bank, Bank Indonesia dapat

mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan

agar bank yang bersangkutan menjadi sehat dan tidak

membahayakan kinerja perbankan secara umum.

16

Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan, dalam hal suatu bank

mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan

usahanya, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan

agar :

a. Pemegang saham menambah modal.

b. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan

atau direksi bank.

c. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan

bank lain.

d. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia

mengambil alis seluruh kewajiban.

e. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau

sebagian kegiatan bank kepada pihak lain.

f. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan

atau kewajiban bank kepada bank atau pihak

lain.

B. Rahasia Bank

Pasal 1 angka 16 UU No. 7 thn 1992 ttg Perbankan:

” Rahasia bank adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan keuangan, dan hal-hal lain dari

nasabah bank yang menurut kelaziman dunia

perbankan wajib dirahasiakan”.

17

Pasal 1 angka 28 UU No. 10 thn 1998

” Rahasia bank adalah segala sesuatu yang

berhubungan dangan keterangan mengenai nasabah

penyimpan dan simpanannya.”

Ketentuan Rahasia Bank

Ketentuan Rahasia Bank dalam UU No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan diatur dlm Pasal 40 s.d Pasal

45.

Menurut UU No. 10 tahun 1998, ketentuan rahasia

bank mengalami perubahan dan penambahan. Bank

wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah

penyimpan dan simpanannya kecuali dlm hal

sebagaimana dimaksud dlm Pasal 41, 41A,42, 43, 44

dan 44A.

1. Tujuan Penerapan

Dasar dari kegiatan perbankan adalah

kepercayaan. Tanpa adanya kepercayaan dari

masyarakat terhadap perbankan dan juga sebaliknya

maka kegiatan perbankan tidak akan dapat berjalan

dengan baik.

Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi

tingkat kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank.

18

Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Integritas pengurus

b. Pengetahuan dan Kemampuan pengurus baik berupa

pengetahuan kemampuan manajerial maupun

pengetahuan dan kemampuan teknis perbankan

c. Kesehatan bank yang bersangkutan

d. Kepatuhan bank terhadap kewajiban rahasia bank.

Sebagaimana dikemukakan di atas, salah satu faktor

untuk dapat memelihara dan meningkatkan kadar

kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank pada

khususnya dan perbankan pada umumnya ialah kepatuhan

bank terhadap kewajiban rahasia bank. Maksudnya adalah

menyangkut "dapat atau tidaknya bank dipercaya oleh

nasabah yang menyimpan dananya pada bank tersebut untuk

tidak mengungkapkan simpanan nasabah identitas nasabah

tersebut kepada pihak lain". Dengan kata lain,

tergantung kepada kemampuan bank itu untuk menjunjung

tinggi dan mematuhi dengan teguh "rahasia bank". Data

nasabah yang berada di bank, baik data keuangan maupun

non keuangan, seringkali merupakan suatu data yang

ingin diketahui oleh pihak lain. Jumlah kekayaan yang

tersimpan di bank bagi nasabah tertentu merupakan

sesuatu yang perlu dirahasiakan dari orang lain.

Biodata bagi nasabah tertentu merupakan data yang harus

dirahasiakan. Sebagian nasabah juga menginginkan agar

pinjamannnya dari bank dirahasiakan kepada orang lain.

19

Bila kerahasiaan data nasabah tidak dapat dijamin oleh

bank, maka nasabah akan merasa enggan untuk berhubungan

dengan bank. Dalam usaha mewujudkan terjaminnya rahasia

tertentu dari nasabah yang berada di bank, maka

ketentuan tentang rahasia bank dicantumkan dalam

undang-undang perbankan.

2. Dasar Hukum

a. Undang-undang no 7 tahun 1992 tentang perbankan

telah mencantumkan aturan tentang rahasia bank

dalam bab 1 pasal 1 butir 16 dan bab VII pasal

40, 41, 42,43,44,45 dan bab VII pasal 47.

Definisi rahasia bank adalah “ segala sesuatu

yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain

dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia

perbankan wajib dirahasiakan”.

Definisi tersebut merupakan suatu batasan yang

sangat luas dan cenderung kurang jelas mengenai

rahasai bank. Pembatasan didasarkan pada istilah

“menurut kelaziman dunia perbankan” sehingga

batasannya sangat tergantunga pada interpretasi

dari istilah “kelaziman”. Interpretasi satu orang

dengan orang lain mungkin berbeda. Secara umum

batasan tersebut juga dapat diartikan bahwa

rahasia bank mencakup data milik nasabah deposan

maupun nasabah debitor.

20

Perkembangan dunia perbankan sejak ditetapkannnya

undang-undang no7 tahun 1992 sampai dengan tahun

1998 menunjukkan bahwa bank sering kali mengalami

kesulitan untuk menyelesaikan kredit bermasalah

karena terbentur aturan tentang rahasia bank.

Berdasarkan pertimbangan tersebut dan untuk

memberikan batasan yang lebih jelas terhadap

rahasia bank, maka undang-undang diperbaharui

dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998.

b. Aturan mengenai rahasia bank ini kemudian di ubah

seperti tercantum dalam undang-undang nomor 10

tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang

no 7 tahun 1992. Mengubah pengertian rahasia bank

dalam pasal 1 butir 1 menjadi: “segala sesuatu

yang berhubungan dengan keterangan mengenai

nasabah penyimpan dan simpanannya”.

Undang-undang ini membatasi rahasia bank

hanya pada nasabah deposan atau penyimpan dana.

Perubahan ini membawa 2 (dua) macam konsekuensi.

Pertama, perubahan tersebut menyebabkan

peningkatan posisi bank dalam berhubungan dengan

debitornya, karena data nasabah peminjam dana

tidak termasuk dalam pengertian rahasia bank.

Manfaat ini akan dirasakan oleh bank terutama

untuk menyelesaikan kredit-kredit bermasalah.

Kedua, perubahan ini sedikit banyak akan

21

menurunkan motivasi calon debitor untuk memperoleh

bantuan dana pinjaman dari bank, karena

kerahasiaan datanya tidak termasuk dalam

pengertian rahasia bank. Di samping dua

konsekuensi tersebut, masih terdapat satu

permasalahan yang akan muncul pada saat penentuan

suatu data termasuk rahasia bank atau bukan.

Nasabah debitor biasanya juga sekaligus sebagai

nasabah penyimpan dana, sehingga penentuan suatu

data nasabah tergolong data nasabah penyimpan atau

nasabah peminjam merupakan sesuatu yang tidak

mudah. Masalah tersbut sebenarnya ssudah berusaha

diantisipasi melalui penjelasan pasal 40 undang-

undang Nomor 10 tahun 1998.

c. Penjelasan pasal 40 undang-undang Nomor 10 tahun

1998. Penjelasan pasal 40 adalah “ apabila

nasabah bank adalah nasabah penyimpan yang

sekaligus juga sebagai nasabah debitor, bank

wajib tetap merahasiakan keterangan tentang

nasabah dalam kedudukannya sebagai nasabah

penyimpan. Keterangan mengenai nasabah selain

sebagai nasabah penyimpan, bukan merupakan

keterangan yang wajib dirahasiakan bank.

Secara lebih rinci Undang-undang Nomor 7 tahun

1992 dan undang-undang Nomor 10 tahun 1998 mengatur

rahasia bank sebagai berikut:

22

a. Rahasia bank adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah

penyimpan dan simpanannya.

b. Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai

nasabah penyimpan dan simpananannya.

c. Ketentuan tresebut berlaku pula bagi pihak

terafiliasi

d. Pihak terafiliasi adalah:

1) Anggota dewan komisaris, pengawas, direksi,

atau kuasanya, pejabat, atau karyawan bank.

2) Anggota pengurus, pengawas, pengelola, atau

kuasanya, pejabat atau karyawan bank, khusus

bagi bank yang berbentuk hukum koperasi sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3) Pihak yang memberikan jasanya kepada bank,

antara lain, akuntan publik, penilai, konsultan

hukum, dan konsultan lainnya.

4) Pihak yang menurut penilaian BI turut

mempengaruhi pengelolaan bank, antara lain,

pemegang saham dan keluarganya, keluarga

komisaris, keluarga pengawas, keluarga direksi,

keluarga pengurus.

3. Pengecualian Terhadap Rahasia Bank

Dalam situasi atau keadaan tertentu sesuai

dengan unang-unang, data nasabah di bank dapat

23

saja tidak harus dirahasiakan lagi. Pengecualian

terhadap rahasia bank tersebut meliputi:

1) Kepentingan perpajakan

Pimpinan Bank Indonesia atas permintaan

menteri Keuangan berwenang mengeluarkan perintah

tertulis kepada bank agar memberikan keterangan

dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta

surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah

penyimpan tertentu kepada pejabat pajak. Perintah

tertulis tersebut harus menyebutkan nama pejabat

pajak dan nasabah wajib pajak yang dikehendaki

keterangannya, dan pihak wajib memberikan

keterangan yang diminta.

2) Penyelesaian piutang bank yang diserahkan ke

BUPLN atau PUPN

Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin

kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang

Negara/ panitia Urusan Piutang Negara untuk

memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan

nasabah debitor, dan pihak bank wajib memberikan

keterangan yang diminta. Izin sebagaimana

dimaksud di atas diberikan secara tertulis atas

permintaan tertulis dari Kepala Badan Urusan

Piutang dan Lelang Negara/ Ketua Panitia Urusan

Piutang Negara. Permintaan tertulis tersebut di

24

atas harus menyebutkan nama dan jabatan pejabat

Badan Urusan piutang dan Lelang negara/ Panitia

Urusan Piutang Negara, nama nasabah debitor yang

bersangkutan, dan alasan diperlukanya keterangan.

3) Kepentingan peradilan dalam perkara pidana

Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin

kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh

keterangan dari bank mengenai simoanan tersangka

atau terdakwa pada bank, dan pihak bank wajib

memberikan keterangan yang diminta. Izin

sebagaimana dimaksud di atas diberikan secara

tertulis atas permintaan tertulis dari kepala

kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau

Ketua Mahkamah Agung. Pemberian izin oleh Bank

Indonesia harus dilakukan selambat-lambatnya 14

hari setelah dokumen permintaan diterima secara

lengkap. Permintaan tertulis tersebut harus

menyebut nama dan jabatan polis, jaksa, atau

hakim, nama tersangka atau terdakwa, serta alasan

diperlukannya keterangan dan hubungan perkara

pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang

diperlukan.

4) Perkara perdata antara bank dengan nasabahnya

25

Direksi bank bersangkutan dapat

menginformasikan kepada pengadilan tentang

keadaan keuangan nasabah bersangkutan dan

memberikan keterangan lain yang relevan dengan

perkara tersebut. Dalam situassi ini bank dapat

menginformasikan keadaan keuangan nasabah yang

dalam perkara serta keterangan yang berkaitan

dengan perkara tersebut, tanpa izin dari pimpina

Bank Indonesia.

5) Tukar-menukar informasi antar bank

Direksi bank dapat memberitahukan keadaan

keuangan nasabahnya kepada bank lain. Tukar-

menukar informasi antarbank dimaksudkan untuk

memperlancar dan mengamankan kegiatan usaha bank,

antara lain guna mencegah kredit rangkap serta

mengetahui keadaan dan status dari suatu bank

yang lain. Dengan demikian bank dapat menilai

tingkat risiko yang dihadapi, sebelum melakukan

transaksi dengan nasabah atau dengan bank lain.

Dalam ketentuan yang akan ditetapkan lebih lanjut

oleh Bank Indonesia antara lain diatur mengenai

tata cara penyimpanan dan permintaan informasi

serta bentuk dan jenis informasi tertentu yang

dapat dipertukarkan, seperti indikator secara

garis besar dari kredit yang diterima nasabah,

26

agunan, dan masuknya debitor yang bersangkutan

dalam daftar kredit macet. Ketentuan mengenai

tukar menukar informasi tersebut diatur lebih

lanjut oleh Bank Indonesia.

6) Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari

nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis

Bank wajib memberikan keterangan mengenai

simpaan nasabah penyimpan pada bank yang

bersangkutan kepada pihak yang ditunjuk oleh

nasabah penyimpan tersebut atas dasar permintaan,

persetujuan, atau kuasa dari nasabah penyimpan

yang dibuat secara tertulis.

7) Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal

dunia

Apabila nasabah penyimpan telah meninggal

dunia, maka ahli waris yang sah dari nasabah

penyimpan yang bersangkutan barhak memperoleh

keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan

tersebut.

27

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Kesehatanan bank diartikan sebagai kemampuan suatu

bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan

secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya

dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan

peraturan perbankan yang berlaku.

2. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian

terhadap faktor-faktor CAMELS, yang terdiri dari :

a. Faktor Permodalan (Capital).

b. Faktor Kualitas Aset (Asset Quality).

c. Faktor Manajemen (Management).

d. Faktor Rentabilitas (Earning).

e. Faktor Likuiditas (Liquidity).

f. Faktor Sensitivitas terhadap Risiko Pasar (Sensitivity

to Market Risk).

g. Kecukupan penerapan Sistem Manajemen Risiko Pasar

(Market Risk).

3. ” Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan

dangan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan

simpanannya.” Namun ketika nasabah juga sebagai

peminjam maka rahasia tetap akan terjamin oleh bank.

28

4. Dasar hukum yang mengatur rahasia bank adalah:

a. Pasal 1 angka 16 UU No. 7 thn 1992 ttg Perbankan

b. Pasal 1 angka 28 UU No. 10 thn 1998

5. Pengecualian kerahasiaan Bank

a. Urusan perpajakan

b. Penyelesaian piutang bank yang diserahkan ke BUPLN

atau PUPN

c. Kepentingan peradilan dalam perkara pidana

d. Perkara perdata antara bank dengan nasabahnya

e. Tukar-menukar informasi antar bank

f. Atas permintaan, persetujuan, atau kuasa dari

nasabah penyimpan yang dibuat secara tertulis

g. Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia

29

DAFTAR PUSTAKA

Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. 2006. Bank dan

Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat.

http://kuliahade.wordpress.com/2010/06/27/hukum-

perbankan-rahasia-bank/

http://edratna.wordpress.com/2008/01/09/apa-yang-perlu-

diketahui-dari-rahasia-bank/

30