makalah restrukturisasi

26
makalah restrukturisasi BAB I PENDAHULUAN Kinerja perusahaan dalam era persaingan bisnis semakin ketat, setiap perusahaan perlu mengevaluasi kinerjanya, serta melakukan serangkaian perbaikan, agar tetap tumbuh dan dapat bersaing. Perbaikan ini akan dilaksanakan secara terus menerus, sehingga kinerja perusahaan semakin meningkat dan dapat terus unggul dalam persaingan, atau minimal tetap dapat bertahan. Sebuah strategi untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perusahaan salah satunya adalah dengan cara restrukturisasi. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, restrukturisasi merupakan kegiatan untuk merubah struktur perusahaan. Sedangkan menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, JR., yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Denny Arnos Kwari, restrukturisasi diikuti dengan adanya perubahan dalam struktur modal, operasi, atau kepemilikan perusahaan yang merupakan rutinitas usahanya. Restrukturisasi perusahaan sebetulnya tak harus menunggu perusahaan menurun, namun dapat dilakukan setiap kali, agar

Transcript of makalah restrukturisasi

makalah restrukturisasi

BAB I

PENDAHULUAN

Kinerja perusahaan dalam era persaingan bisnis semakin ketat,

setiap perusahaan perlu mengevaluasi kinerjanya, serta

melakukan serangkaian perbaikan, agar tetap tumbuh dan dapat

bersaing. Perbaikan ini akan dilaksanakan secara terus

menerus, sehingga kinerja perusahaan semakin meningkat dan

dapat terus unggul dalam persaingan, atau minimal tetap dapat

bertahan. Sebuah strategi untuk memperbaiki dan memaksimalkan

kinerja perusahaan salah satunya adalah dengan cara

restrukturisasi.

Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, restrukturisasi

merupakan kegiatan untuk merubah struktur  perusahaan.

Sedangkan menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz,

JR., yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Denny Arnos

Kwari, restrukturisasi diikuti dengan adanya perubahan dalam

struktur modal, operasi, atau kepemilikan perusahaan yang

merupakan rutinitas usahanya.

Restrukturisasi perusahaan sebetulnya tak harus menunggu

perusahaan menurun, namun dapat dilakukan setiap kali, agar

perusahaan dapat bersaing dan tumbuh berkembang. Dalam keadaan

normal, perusahaan perlu melakukan pembenahan dan perbaikan

supaya dapat terus unggul dalam persaingan, atau paling tidak

dapat bertahan.

Perusahaan yang dapat bersaing dan tumbuh berkembang, mungkin

akan melakukan perluasan usaha. Perluasan usaha tersebut bisa

dilakukan dengan cara ekspansi secara intern, tetapi juga

dapat dilakukan dengan cara menggabungkan usaha yang telah ada

(merger dan consolidation) atau membeli perusahaan yang telah ada

(akuisisi). Cara - cara tersebut dilakukan agar dapat

memberikan manfaat yang lebih besar bagi perusahaan.

Suatu perusahaan juga mungkin akan mengalami kesulitan

keuangan. Kesulitan keuangan ini dimulai dari kesulitan

likuiditas (kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek) hingga

kesulitan solvabilitas (kemampuan memenuhi kewajiban jangka

panjang). Kesulitan keuangan tersebut dapat diselesaikan

dengan cara reorganisasi ataupun likuidasi. Cara reorganisasi

ditempuh apabila kesulitan keuangan perusahaan tersebut

diperkirakan masih bisa diperbaiki, karena prospek perusahaan

diperkirakan masih baik. Dengan kata lain, apabila kondisi

perusahaan sudah tidak bisa diperbaiki, maka likuidasi harus

ditempuh.

BAB II

PEMBAHASAN

1.1  Restrukturisasi

Restrukturisasi merupakan tindakan atau kegiatan untuk merubah

struktur perusahaan dengan tujuan untuk memperbaiki dan

memaksimalisasi kinerja perusahaan.

Restrukturisasi dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

1.      Restrukturisasi portofolio/asset.

Restrukturisasi portofolio merupakan kegiatan penyusunan

portofolio perusahaan supaya kinerja perusahaan menjadi

semakin baik. Yang termasuk ke dalam portofolio perusahaan

adalah setiap aset, lini bisnis, divisi, unit usaha atau SBU

(Strategic Business Unit), maupun anak perusahaan.

2.      Restrukturisasi modal atau keuangan.

Restrukturisasi modal atau keuangan adalah penyusunan ulang

komposisi modal perusahaan supaya kinerja keuangan menjadi

lebih sehat. Kesehatan perusahaan dapat diukur berdasarkan

rasio kesehatan, yang antara lain: tingkat efisiensi

(efficiency ratio), tingkat efektifitas (effectiveness ratio),

profitabilitas (profitability ratio), tingkat likuiditas

(liquidity ratio), tingkat perputaran aset (asset turn over),

leverage ratio dan market ratio. Selain itu, tingkat kesehatan

dapat dilihat dari profil risiko tingkat pengembalian ( risk

return profile).

3.      Restrukturisasi manajemen/organisasi.

Restrukturisasi manajemen dan organisasi, merupakan penyusunan

ulang komposisi manajemen, struktur organisasi, pembagian

kerja, sistem operasional, dan hal-hal lain yang berkaitan

dengan masalah managerial dan organisasi.

Pada dasarnya setiap perusahaan dapat menerapkan salah satu

jenis restrukturisasi pada satu saat, namun bisa juga

melakukan restrukturisasi secara keseluruhan, karena aktifitas

restrukturisasi saling terkait. Pada umumnya sebelum melakukan

restrukturisasi, manajemen perusahaan perlu melakukan

penilaian secara komprehensip atas semua permasalahan yang

dihadapi perusahaan, langkah tersebut umum disebut sebagai due

diligence atau penilaian uji tuntas perusahaan. Hasil

penilaian ini sangat berguna untuk melakukan langkah

restrukturisasi yang perlu dilakukan berdasar skala

prioritasnya.

Ada berbagai macam alasan perusahaan melakukan

restrukturisasi.  Alasan tersebut antara lain:

a)      Masalah Hukum/desentralisasi

Undang-undang no.22/1999 dan no.25/1999 telah mendorong

korporasi untuk mengkaji ulang cara kerja dan mengevaluasi

hubungan kantor pusat, dengan anak-anak perusahaan yang

menyebar di seluruh pelosok tanah air. Keinginan Pemerintah

Daerah untuk ikut menikmati hasil dari perusahaan-perusahaan

yang ada di daerah masing-masing menuntut perusahaan untuk

mengkaji ulang seberapa jauh wewenang perlu diberikan kepada

pimpinan anak-anak perusahaan supaya bisa memutuskan sendiri

bila ada masalah-masalah hukum di daerah.

b)      Masalah Hukum/monopoli

Perusahaan yang telah masuk dalam daftar hitam monopoli, dan

telah dinyatakan bersalah oleh Komisi Pengawasan Persaingan

Usaha (KPPU)/pengadilan, harus melakukan restrukturisasi agar

terbebas dari masalah hukum. Misalkan, perusahaan harus

melepas atau memecah divisi supaya dikuasai pihak lain, atau

menahan laju produk yang masuk ke daftar monopoli supaya

pesaing bisa mendapat porsi yang mencukupi.

c)      Tuntutan pasar

Konsumen dimanjakan dengan semakin banyaknya produsen. Apalagi

dalam era perdagangan bebas, produsen dari manapun boleh ke

Indonesia. Hal ini menuntut perusahaan untuk memenuhi tuntutan

konsumen, yang antara lain menyangkut kenyamanan

(convenience), kecepatan pelayanan (speed), ketersediaan

produk (conformity), dan nilai tambah yang dirasakan oleh

konsumen (added value). Tuntutan tersebut bisa dipenuhi bila

perusahaan paling tidak mengubah cara kerja, pembagian tugas,

dan sistem dalam perusahaan supaya mendukung pemenuhan

tuntutan tersebut.

d)     Masalah Geografis

Perusahaan yang melakukan ekspansi ke daerah-daerah sulit

dijangkau, perlu memberi wewenang khusus kepada anak

perusahaan, supaya bisa beroperasi secara efektif. Demikian

juga jika melakukan ekspansi ke luar negeri, korporasi perlu

mempertimbangkan sistem keorganisasian dan hubungan induk-anak

perusahaan supaya anak perusahaan di manca negera dapat

bekerja baik.

e)      Perubahan kondisi perusahaan

Perubahan kondisi perusahaan sering menuntut manajemen untuk

mengubah iklim supaya perusahaan semakin inovatif dan

menciptakan produk atau cara kerja yang baru. Iklim ini bisa

diciptakan bila perusahaan memperbaiki manajemen dan aspek-

aspek keorganisasian, misalnya kondisi kerja, sistem insentif,

dan manajemen kinerja.

f)       Hubungan holding-anak perusahaan

Korporasi yang masih kecil dapat menerapkan operating holding

system, dimana induk dapat terjun ke dalam keputusan-keputusan

operasional anak perusahaan. Semakin besar ukuran korporasi,

holding perlu bergeser dan berlaku sebagai supporting holding,

yang hanya mengambil keputusan-keputusan penting dalam rangka

mendukung anak-anak perusahaan supaya berkinerja baik. Semakin

besar ukuran korporasi, induk harus rela bertindak sebagai

investment holding, yang tidak ikut dalam aktifitas, tetapi

semata-mata bertindak sebagai “pemilik” anak-anak perusahaan,

menyuntik ekuitas dan pinjaman, dan pada akhir tahun meminta

anak-anak perusahaan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya dan

menyetor dividen.

g)      Masalah Serikat Pekerja

Era keterbukaan, yang diikuti dengan munculnya undang-undang

ketenaga kerjaan yang terus mengalami perubahan mendorong para

buruh untuk semakin berani menyuarakan kepentingan mereka.

h)      Perbaikan image korporasi

Korporasi sering mengganti logo perusahaan dalam rangka

menciptakan image baru, atau memperbaiki image yang selama ini

melekat pada stakeholders korporasi. Sebagai contoh, beberapa

tahun lalu, PT Garuda Indonesia mengganti logo perusahaan

supaya image korporasi mengalami perubahan.

i)        Fleksibilitas Manajemen

Manajemen seringkali merestrukturisasi diri supaya cara kerja

lebih lincah, pengambilan keputusan lebih cepat, perbaikan

bisa dilakukan lebih tepat guna. Restrukturisasi ini biasanya

berkaitan dengan perubahan job description, kewenangan tiap

tingkatan manajemen untuk memutuskan pengeluaran, kewenangan

dalam mengelola sumber daya (temasuk SDM), dan bentuk

organisasi. PT Kimia Farma melakukan restrukturisasi

organisasi, dengan memisah unit apotik supaya manajemen

menjadi semakin lincah dan fokus beroperasi.

j)        Pergeseran kepemilikan

Pendiri korporasi biasanya memutuskan untuk melakukan go

public setelah si pendiri menyatakan diri sudah tua, tidak

sanggup lagi menjalankan korporasi seperti dulu. Perubahan

paling sederhana adalah mengalihkan sebagian kepemilikan

kepada anak-anaknya. Tapi cara ini seringkali tidak cukup.

k)      Akses modal yang lebih baik

PT Indosat menjual sebagian sahamnya di Bursa Efek New York

(NYSE) dengan tujuan supaya akses modal menjadi lebih luas.

Dengan demikian, perusahaan tersebut tidak harus membanjiri

BEJ dengan sahamnya setiap kali membutuhkan modal. Sebagai

dampak tindakan ini, struktur kepemilikan otomatis berubah.

            Selain alasan – alasan tersebut, sumber penciptaan

nilai dalam restrukturisasi perusahaan juga meliputi

peningkatan penjualan dan operasi yang ekonomis, peningkatan

manajemen, pengaruh informasi, transfer kesejahteraan dari

para pemilik utang, dan keuntungan pajak.

Restrukturisasi perusahaan sebetulnya tak harus menunggu

perusahaan menurun, namun dapat dilakukan setiap kali, agar

perusahaan dapat bersaing dan tumbuh berkembang. Dalam keadaan

normal, perusahaan perlu melakukan pembenahan dan perbaikan

supaya dapat terus unggul dalam persaingan, atau paling tidak

dapat bertahan.

Perusahaan yang dapat bersaing dan tumbuh berkembang, mungkin

akan melakukan perluasan usaha. Perluasan usaha tersebut bisa

dilakukan dengan cara ekspansi secara intern, tetapi juga

dapat dilakukan dengan cara menggabungkan usaha yang telah ada

(merger dan consolidation) atau membeli perusahaan yang telah ada

(akuisisi). Namun ketika perusahaan mengalami kesulitan

keuangan maka harus dilakukan penyempitan usaha. Kesulitan

keuangan ini dimulai dari kesulitan likuiditas (kemampuan

memenuhi kewajiban jangka pendek) hingga kesulitan

solvabilitas (kemampuan memenuhi kewajiban jangka panjang).

Kesulitan keuangan tersebut dapat diselesaikan dengan cara

reorganisasi ataupun likuidasi. Cara reorganisasi ditempuh

apabila kesulitan keuangan perusahaan tersebut diperkirakan

masih bisa diperbaiki, karena prospek perusahaan diperkirakan

masih baik. Dengan kata lain, apabila kondisi perusahaan sudah

tidak bisa diperbaiki, maka likuidasi harus ditempuh.

1.2  Merger

Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana

perusahaan yang memerger mengambil/membeli semua assets dan

liabilities perusahaan yang di merger dengan begitu perusahaan

yang memerger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan

yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya

menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang

baru, (Brealey, Myers, & Marcus, 1999).

Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu

perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan

yang membeli akan melanjutkan nama dan identitasnya.

Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun

kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan

yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan

Sudomo, 2001).

Salah satu alternatif untuk melakukan perluasan usaha adalah

dengan cara merger dan consolidation. Merger merupakan

penggabungan dua perusahaan atau lebih, dan nama perusahaan

tersebut merupakan salah satu nama perusahaan dari perusahaan

yang bergabung. Sedangkan consolidation merupakan penggabungan

dari dua perusahaan atau lebih, dan nama perusahaan tersebut

hilang kemudian muncul nama baru dari perusahaan gabungan.

Tujuan dari merger adalah untuk menciptakan perusahaan yang

lebih kuat dan lebih besar, serta menghindari persaingan antar

perusahaan sehingga miningkatkan efisiensi dalam menggunakan

sumber daya.

Merger terbagi dalam 3 jenis, yaitu:

a.    Horizontal Merger, adalah penggabungan dari dua unit usaha

atau lebih yang memiliki produk sejenis baik barang atau jasa.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi persaingan industri,

memperkuat pangsa pasar, dan memperoleh efisiensi biaya

operasional.

b.    Vertikal Merger, adalah penggabungan antara dua unit usaha

atau lebih yang mempunyai keterkaitan supplier atau pelanggan.

Ini dilakukan untuk lebih menjaga kontinuitas produksi dan

operasi perusahaan.

c.    Congeneric Merger, adalah merger antara dua unit usaha atau

lebih dalam industri sejenis yang tidak memiliki keterkaitan

supplier atau pelanggan.

d.   Conglomerate Merger, merupakan merger antara dua unit usaha

atau lebih dalam industri yang berbeda dan tidak ada

keterkaitan satu sama lain, sehingga model ini merupakan

diversifikasi usaha untuk mengurangi resiko.

Sebelum melakukan merger, perusahaan juga harus

mempertimbangkan beberapa hal, diataranya adalah syarat –

syarat yang harus dianalisis terlebih dahulu sebelum melakukan

merger. Syarat – syarat tersebut antara lain:

1. Kondisi keuangan masing-masing.

2. Kecukupan modal.

3. Manajemen, baik sebelum atau sesudah merger.

4. Manfaat bagi konsumen.

Merger mempunyai kelebihan dan kelemahan. Pengambilalihan

melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding

pengambilalihan yang lain merupakan kelebihan merger.

Sedangkan kelemahan merger adalah merger harus ada persetujuan

dari para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan

untuk mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang

lama.

Dalam perkembangannya, merger secara garis besar dibagi

menjadi dua kelompok yaitu: financial merger dan operating merger.

Financial Merger adalah merger dimana perusahaan yang bersangkutan

masih tetap beroperasi sehingga tidak ada keuntungan sinergik

secara operasional, Sedangkan Operating Merger diarahkan pada

penggabungan operasional kedua unit usaha dengan harapan

memperoleh keuntungan sinergik.

1.3  Akuisisi

Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris

acquisition yang berarti pengambilalihan. Kata akuisisi aslinya

berasal dari bhs. Latin, acquisitio, dari kata kerja

acquirere.

Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan

dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan

yang dibeli tetap ada. Akuisisi bisa juga pembelian suatu

perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok investor.

Akuisisi sering digunakan untuk menjaga ketersediaan pasokan

bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh pasar.

Contoh : Aqua diakuisisi oleh Danone, Pizza Hut oleh Coca-

Cola, dan lain-lain.

Faktor yang paling mendasari terjadinya akuisisi adalah motif

ekonomi. Trasaksi pembelian tersebut hanya akan terjadi kalau

pembelian tersebut menguntungka kedua belah pihak.

Menguntungkan pemilik perusahaan yang dijual dan juga pemili

perusahaan yang membeli.

Kondisi saling menguntungkan tersebut akan terjadi kalau dari

peristiwa akuisisi memperoleh sinergi. Senergi merupakan nilai

gabungan dari kedua perusahaan tersebut lebih besar dari

penjumlahan masing – masing nilai perusahaan yang digabungkan.

Selain sinergi, akuisisi dilakukan karena 2 alasan yang yang

meragukan (dubious). Alasan tersebut adalah diversifikasi dan

jumlah EPS (earnings per share).

Namun, dari konsep CAPM diketahui bahwa diversifikasi tidaklah

menimbulkan manfaat, karena pasar akan menentukan nilai

perusahaan berdasarkan atas resiko yang tidak bisa dihilangkan

dengan diversifikasi (risiko sistematis). Sedangkan yang

terpenting dalam EPS adalah pertumbuhan EPS bukan jumlah EPS

saat ini, karena analisis dilakukan atas pertimbangan jumlah

EPS saat ini.

Akuisisi dibagi ada 3 yaitu :

a)      Akuisisi horizontal,yaitu akuisisi perusahaan di industri

yang sama dengan perusahaan yang mengakuisisi,

b)      Akuisisi vertikal,yaitu akuisisi yang melibatkan

perusahaan dengan tingkatan yang berbeda dalam proses

produksi,

c)      Akuisisi konglomerasi,yaitu perusahaan yang diakuisisi

dan perusahaan yang mengakuisisi tidak saling berhubungan satu

sama lainnya.

Akuisisi mempunyai kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan

akuisisi antara lain:

a.    Akuisisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan

suara pemegang saham. Dalam akusisi saham, perusahaan yang

membeli dapat berurusan langsung dengan pemegang saham

perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga

tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan. Karena

tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris

perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan untuk

pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile

takeover).

b.    Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak

memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti pada

akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham

minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi.

Sedangkan kelemahan akuisisi antara lain:

a)    Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak

menyetujui pengambil-alihan tersebut, maka akuisisi akan

batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menuju pada

akuisisi sehingga akuisisi dapat terjadi. Namun bila

perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka

terjadi merger.

b)   Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset

harus secara hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya

legal yang tinggi.

Contoh menaksir biaya dan manfaat akuisisi:

Apabila harga saham sebelum diakuisisi adalah Rp 10.000,00 dan

kemudian perusahaan yang akan diakuisisi (acquired company)

meminta harga Rp 12.000,00, maka Rp 2.000,00 per saham

merupakan biaya akuisisi yang harus dibayar oleh perusahaan

yang akan mengakuisisi (acquiring company). karena itu, acquiring

company hanya bersedia membayar Rp 2.000,00 lebih mahal kalau

ia mengharapkan memperoleh manfaat dari peristiwa akuisisi

tersebut lebih tinggi dari Rp 2.000,00. Dengan demikian,

diperlukan adanya sinergi agar acquiring company bersedia

membayar harga yang lebih tinggi daripada harga di bursa saat

ini. Namun, apabila akuisisi dilakukan dengan cara pertukaran

saham, maka manfaat bersih dan kerugian bersih dari akuisisi

tersebut akan ikut dinikmati dan ditanggung oleh bekas

pemegang saham acquiring company.

Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik

melalui merger maupun akuisisi, yaitu

a.    Pertumbuhan atau diversifikasi

Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik

ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat

melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak memiliki

resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi

dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi

perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.

b.    Sinergi

Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat

skala ekonomi (economies of scale). Tingkat skala ekonomi

terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan

pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan

perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika

perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama

karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat

dihilangkan. Sinergi dapat bersumber dari berbagai sebab.

Misalnya, pemanfaatan manajemen, untuk beroperasi lebih

ekonomis (operating economies of scale), untuk pertumbuhan yang lebih

cepat, dan pemanfaatan penghematan pajak. Sinergi dapat

berwujud operating maupun financial synergy.

c.    Meningkatkan dana

Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan

ekspansi internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk

melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut

menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas

tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan

dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan

meningkatnya dana dengan biaya rendah.

d.   Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi

Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena

tidak adanya efisiensi pada manajemennya atau kurangnya

teknologi. Perusahaan yang tidak dapat mengefisiensikan

manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan

teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang

memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.

e.    Pertimbangan pajak

Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun

ke depan atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi.

Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan

akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk

memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang

mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak

dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan

yang diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan

keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan

memaksimisasi kesejahteraan pemilik.

f.     Meningkatkan likuiditas pemilik

Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki

likuiditas yang lebih besar. Jika perusahaan lebih besar, maka

pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah diperoleh

sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang

lebih kecil.

g.    Melindungi diri dari pengambil-alihan

Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran

pengambilalihan yang tidak bersahabat. Target firm

mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya

dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan

menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang

berminat.

1.4  Reorganisasi

Reorganisasi adalah suatu upaya untuk menjaga perusahaan tetap

hidup dengan mengubah struktur modalnya (pemodelan ulang

struktur modal).

Dalam situasi ekonomi dan bisnis yang tidak “menggembirakan”,

perusahaan sering terpaksa harus bertahan dengan apa yang

telah ada. Reorganisasi dalam aspek financial dilakukan untuk

memperkecil beban finansial yang tetap sifatnya.

Langkah-langkah reorganisasi:

1.      Menentukan nilai perusahaan

Penilaian yang sering digunakan, dan yang termasuk sederhana,

adalah menghitung nilai perusahaan berdasarkan tingkat

kapitalisasi.

2.      Menentukan struktur modal yang baru

Struktur modal tersebut bertujuan mengurangi beban tetap

(bunga) agar perusahaan bisa beroperasi dengan lebih

fleksibel. Untuk mengurangi beban tetap tersebut, total hutang

biasanya akan dikurangi. Jika tidak ada lagi harapan bahwa

operasi perusahaan akan berhasil, maka likuidasi merupakan

alternatif satu-satunya yang mungkin dilakukan oleh

perusahaan.

Reorganisasi dilakukan dengan cara :

a. Melakukan penghematan biaya. Pengeluaran – pengeluaran

yang tidak perlu, ditunda atau dibatalkan.

b. Menjual aktiva-aktiva yang tidak diperlukan.

c. Divisi (unit bisnis) yang tidak menguntungkan dihilangkan

atau digabung.

d. Menunda rencana ekspansi sampai situasi dinilai telah

menguntungkan.

e. Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah hutang (kalau

dapat dikurangi dari hasil penjualan aktiva yang tidak

perlu), dan menjaga likuidasi. Dalam jangka pendek

mungkin sekali profitabilitas dikorbankan (profitabilitas

terpaksa negatif).

1.5  Likuidasi

Likuidasi yaitu proses penjualan aktiva non-kas dari

persekutuan karena perusahaan persekutuan sudah tidak

memungkinkan untuk melunasi kewajiban jangka pendek maupun

jangka panjangnya dan operasional perusahaan juga sudah tidak

menguntungkan.

Likuidasi ditempuh apabila kreditur berpendapat bahwa prospek

perusahaan tidak lagi menguntungkan. Salah satu hal yang perlu

diperhatikan dalam likuidasi adalah likuidas mungkin akan

memakan waktu yang lama dan aktva mungkin aka terpaksi dijual

dengan harga murah (distress price). Disamping itu, perusahaan

harus melunasi kewajiban tertentu lebih dahulu, yaitu

kewajiban terhadap para karyawan (gaji yang belum dibayar) dan

pemerintah (pajak yang belum dibayar). Dengan demikian dapat

terjadi bahwa akhirnya kreditur aka menerima jumlah yang

relatif sangat kecil dari hasil penjualan aktiva perusahaan.

Tujuan likuidasi

a. Mengkonversi aktiva perusahaan menjadi uang tunai dengan

kerugian minimum dari realisasi aktiva.

b. Untuk menyelesaikan kewajiban yang sah dari persekutuan.

c. Untuk membagikan uang tunai dan tunai dan aktiva lain

yang tidak dapat dicairkan kepada masing-masing sekutu

dengan cara yang adil.

Tujuan fungsi akuntansi yang terkait dengan likuidasi adalah

untuk menyajikan informasi yang memadai agar aktiva dapat

dibagikan secara adil kepada kreditor dan sekutu dengan

memperhatikan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian

terjadi pergeseran dari pengukuran rugi laba periodic menjadi

penentuan realisasi keuntungan dan kerugian.

Proses likuidasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

a)    Melalui penyerahan (proses likuidasi yang tidak melalui

pengadilan).

Likuidasi penyerahan adalah prosedur informal untuk melikuidir

hutang, bagi kreditur cara ini lebih menguntungkan dibanding

kepailitan formal karena mereka menerima lebih banyak.

Dilakukan transfer kepemilikan aktiva kepada pihak ketiga yang

disebut assignee atau trustee. Assignee diinstruksikan untuk

menjual aktiva itu baik di bawah tangan atau melalui lelang

umum dan hasilnya dibagikan kepada kreditur secara pro-rata.

b)   Melalui kepailitan formal (berdasarkan yuridiksi suatu

pengadilan khusus).

Likuidasi kepailitan diatur dalam Undang-undang kepailitan

yang mempunyai tiga fungsi penting, yaitu melindungi kreditur

dari kemungkinan penipuan oleh debitur, pembagian aktiva

debitur secara adil kepada para kreditur, menghapuskan semua

kewajiban debitur sehingga yang bersangkutan dapat mulai usaha

baru tanpa harus dibebani hutang terdahulu.

 

BAB III

KESIMPULAN

Restrukturisasi merupakan tindakan atau kegiatan untuk merubah

struktur perusahaan dengan tujuan untuk memperbaiki dan

memaksimalisasi kinerja perusahaan. Restrukturisasi dilakukan

setiap saat, bukan hanya bila perusahaan mengalami kemunduran

saja tapi juga pada saat perusahaan mengalami kemajuan.

Apabila perusahaan mengalami kemajuan, maka perusahaan akan

melakukan perluasan usaha. Sedangkan bila perusahaan mengalami

kemunduran, maka perusahaan akan melakukan penyempitan usaha.

Perluasan usaha dilakukan dengan cara merger dan akuisisi.

Merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih, dan

nama perusahaan tersebut merupakan salah satu nama perusahaan

dari perusahaan yang bergabung. Sedangkan akuisisi adalah

pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli

saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli

tetap ada.

Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik

melalui merger maupun akuisisi, yaitu pertumbuhan atau

diversifikasi, sinergi, meningkatkan dana, menambah

ketrampilan manajemen atau teknologi, pertimbangan pajak,

meningkatkan likuiditas pemilik, dan melindungi diri dari

pengambil-alihan.

Penyempitan usaha dilakukan dengan cara reorganisasi dan

likuidasi. Reorganisasi adalah suatu upaya untuk menjaga

perusahaan tetap hidup dengan mengubah struktur modalnya

(pemodelan ulang struktur modal). Sedangkan likuidasi yaitu

proses penjualan aktiva non-kas dari persekutuan karena

perusahaan persekutuan sudah tidak memungkinkan untuk melunasi

kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya dan

operasional perusahaan juga sudah tidak menguntungkan.