makalah restrukturisasi
Transcript of makalah restrukturisasi
makalah restrukturisasi
BAB I
PENDAHULUAN
Kinerja perusahaan dalam era persaingan bisnis semakin ketat,
setiap perusahaan perlu mengevaluasi kinerjanya, serta
melakukan serangkaian perbaikan, agar tetap tumbuh dan dapat
bersaing. Perbaikan ini akan dilaksanakan secara terus
menerus, sehingga kinerja perusahaan semakin meningkat dan
dapat terus unggul dalam persaingan, atau minimal tetap dapat
bertahan. Sebuah strategi untuk memperbaiki dan memaksimalkan
kinerja perusahaan salah satunya adalah dengan cara
restrukturisasi.
Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, restrukturisasi
merupakan kegiatan untuk merubah struktur perusahaan.
Sedangkan menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz,
JR., yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Denny Arnos
Kwari, restrukturisasi diikuti dengan adanya perubahan dalam
struktur modal, operasi, atau kepemilikan perusahaan yang
merupakan rutinitas usahanya.
Restrukturisasi perusahaan sebetulnya tak harus menunggu
perusahaan menurun, namun dapat dilakukan setiap kali, agar
perusahaan dapat bersaing dan tumbuh berkembang. Dalam keadaan
normal, perusahaan perlu melakukan pembenahan dan perbaikan
supaya dapat terus unggul dalam persaingan, atau paling tidak
dapat bertahan.
Perusahaan yang dapat bersaing dan tumbuh berkembang, mungkin
akan melakukan perluasan usaha. Perluasan usaha tersebut bisa
dilakukan dengan cara ekspansi secara intern, tetapi juga
dapat dilakukan dengan cara menggabungkan usaha yang telah ada
(merger dan consolidation) atau membeli perusahaan yang telah ada
(akuisisi). Cara - cara tersebut dilakukan agar dapat
memberikan manfaat yang lebih besar bagi perusahaan.
Suatu perusahaan juga mungkin akan mengalami kesulitan
keuangan. Kesulitan keuangan ini dimulai dari kesulitan
likuiditas (kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek) hingga
kesulitan solvabilitas (kemampuan memenuhi kewajiban jangka
panjang). Kesulitan keuangan tersebut dapat diselesaikan
dengan cara reorganisasi ataupun likuidasi. Cara reorganisasi
ditempuh apabila kesulitan keuangan perusahaan tersebut
diperkirakan masih bisa diperbaiki, karena prospek perusahaan
diperkirakan masih baik. Dengan kata lain, apabila kondisi
perusahaan sudah tidak bisa diperbaiki, maka likuidasi harus
ditempuh.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Restrukturisasi
Restrukturisasi merupakan tindakan atau kegiatan untuk merubah
struktur perusahaan dengan tujuan untuk memperbaiki dan
memaksimalisasi kinerja perusahaan.
Restrukturisasi dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Restrukturisasi portofolio/asset.
Restrukturisasi portofolio merupakan kegiatan penyusunan
portofolio perusahaan supaya kinerja perusahaan menjadi
semakin baik. Yang termasuk ke dalam portofolio perusahaan
adalah setiap aset, lini bisnis, divisi, unit usaha atau SBU
(Strategic Business Unit), maupun anak perusahaan.
2. Restrukturisasi modal atau keuangan.
Restrukturisasi modal atau keuangan adalah penyusunan ulang
komposisi modal perusahaan supaya kinerja keuangan menjadi
lebih sehat. Kesehatan perusahaan dapat diukur berdasarkan
rasio kesehatan, yang antara lain: tingkat efisiensi
(efficiency ratio), tingkat efektifitas (effectiveness ratio),
profitabilitas (profitability ratio), tingkat likuiditas
(liquidity ratio), tingkat perputaran aset (asset turn over),
leverage ratio dan market ratio. Selain itu, tingkat kesehatan
dapat dilihat dari profil risiko tingkat pengembalian ( risk
return profile).
3. Restrukturisasi manajemen/organisasi.
Restrukturisasi manajemen dan organisasi, merupakan penyusunan
ulang komposisi manajemen, struktur organisasi, pembagian
kerja, sistem operasional, dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan masalah managerial dan organisasi.
Pada dasarnya setiap perusahaan dapat menerapkan salah satu
jenis restrukturisasi pada satu saat, namun bisa juga
melakukan restrukturisasi secara keseluruhan, karena aktifitas
restrukturisasi saling terkait. Pada umumnya sebelum melakukan
restrukturisasi, manajemen perusahaan perlu melakukan
penilaian secara komprehensip atas semua permasalahan yang
dihadapi perusahaan, langkah tersebut umum disebut sebagai due
diligence atau penilaian uji tuntas perusahaan. Hasil
penilaian ini sangat berguna untuk melakukan langkah
restrukturisasi yang perlu dilakukan berdasar skala
prioritasnya.
Ada berbagai macam alasan perusahaan melakukan
restrukturisasi. Alasan tersebut antara lain:
a) Masalah Hukum/desentralisasi
Undang-undang no.22/1999 dan no.25/1999 telah mendorong
korporasi untuk mengkaji ulang cara kerja dan mengevaluasi
hubungan kantor pusat, dengan anak-anak perusahaan yang
menyebar di seluruh pelosok tanah air. Keinginan Pemerintah
Daerah untuk ikut menikmati hasil dari perusahaan-perusahaan
yang ada di daerah masing-masing menuntut perusahaan untuk
mengkaji ulang seberapa jauh wewenang perlu diberikan kepada
pimpinan anak-anak perusahaan supaya bisa memutuskan sendiri
bila ada masalah-masalah hukum di daerah.
b) Masalah Hukum/monopoli
Perusahaan yang telah masuk dalam daftar hitam monopoli, dan
telah dinyatakan bersalah oleh Komisi Pengawasan Persaingan
Usaha (KPPU)/pengadilan, harus melakukan restrukturisasi agar
terbebas dari masalah hukum. Misalkan, perusahaan harus
melepas atau memecah divisi supaya dikuasai pihak lain, atau
menahan laju produk yang masuk ke daftar monopoli supaya
pesaing bisa mendapat porsi yang mencukupi.
c) Tuntutan pasar
Konsumen dimanjakan dengan semakin banyaknya produsen. Apalagi
dalam era perdagangan bebas, produsen dari manapun boleh ke
Indonesia. Hal ini menuntut perusahaan untuk memenuhi tuntutan
konsumen, yang antara lain menyangkut kenyamanan
(convenience), kecepatan pelayanan (speed), ketersediaan
produk (conformity), dan nilai tambah yang dirasakan oleh
konsumen (added value). Tuntutan tersebut bisa dipenuhi bila
perusahaan paling tidak mengubah cara kerja, pembagian tugas,
dan sistem dalam perusahaan supaya mendukung pemenuhan
tuntutan tersebut.
d) Masalah Geografis
Perusahaan yang melakukan ekspansi ke daerah-daerah sulit
dijangkau, perlu memberi wewenang khusus kepada anak
perusahaan, supaya bisa beroperasi secara efektif. Demikian
juga jika melakukan ekspansi ke luar negeri, korporasi perlu
mempertimbangkan sistem keorganisasian dan hubungan induk-anak
perusahaan supaya anak perusahaan di manca negera dapat
bekerja baik.
e) Perubahan kondisi perusahaan
Perubahan kondisi perusahaan sering menuntut manajemen untuk
mengubah iklim supaya perusahaan semakin inovatif dan
menciptakan produk atau cara kerja yang baru. Iklim ini bisa
diciptakan bila perusahaan memperbaiki manajemen dan aspek-
aspek keorganisasian, misalnya kondisi kerja, sistem insentif,
dan manajemen kinerja.
f) Hubungan holding-anak perusahaan
Korporasi yang masih kecil dapat menerapkan operating holding
system, dimana induk dapat terjun ke dalam keputusan-keputusan
operasional anak perusahaan. Semakin besar ukuran korporasi,
holding perlu bergeser dan berlaku sebagai supporting holding,
yang hanya mengambil keputusan-keputusan penting dalam rangka
mendukung anak-anak perusahaan supaya berkinerja baik. Semakin
besar ukuran korporasi, induk harus rela bertindak sebagai
investment holding, yang tidak ikut dalam aktifitas, tetapi
semata-mata bertindak sebagai “pemilik” anak-anak perusahaan,
menyuntik ekuitas dan pinjaman, dan pada akhir tahun meminta
anak-anak perusahaan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya dan
menyetor dividen.
g) Masalah Serikat Pekerja
Era keterbukaan, yang diikuti dengan munculnya undang-undang
ketenaga kerjaan yang terus mengalami perubahan mendorong para
buruh untuk semakin berani menyuarakan kepentingan mereka.
h) Perbaikan image korporasi
Korporasi sering mengganti logo perusahaan dalam rangka
menciptakan image baru, atau memperbaiki image yang selama ini
melekat pada stakeholders korporasi. Sebagai contoh, beberapa
tahun lalu, PT Garuda Indonesia mengganti logo perusahaan
supaya image korporasi mengalami perubahan.
i) Fleksibilitas Manajemen
Manajemen seringkali merestrukturisasi diri supaya cara kerja
lebih lincah, pengambilan keputusan lebih cepat, perbaikan
bisa dilakukan lebih tepat guna. Restrukturisasi ini biasanya
berkaitan dengan perubahan job description, kewenangan tiap
tingkatan manajemen untuk memutuskan pengeluaran, kewenangan
dalam mengelola sumber daya (temasuk SDM), dan bentuk
organisasi. PT Kimia Farma melakukan restrukturisasi
organisasi, dengan memisah unit apotik supaya manajemen
menjadi semakin lincah dan fokus beroperasi.
j) Pergeseran kepemilikan
Pendiri korporasi biasanya memutuskan untuk melakukan go
public setelah si pendiri menyatakan diri sudah tua, tidak
sanggup lagi menjalankan korporasi seperti dulu. Perubahan
paling sederhana adalah mengalihkan sebagian kepemilikan
kepada anak-anaknya. Tapi cara ini seringkali tidak cukup.
k) Akses modal yang lebih baik
PT Indosat menjual sebagian sahamnya di Bursa Efek New York
(NYSE) dengan tujuan supaya akses modal menjadi lebih luas.
Dengan demikian, perusahaan tersebut tidak harus membanjiri
BEJ dengan sahamnya setiap kali membutuhkan modal. Sebagai
dampak tindakan ini, struktur kepemilikan otomatis berubah.
Selain alasan – alasan tersebut, sumber penciptaan
nilai dalam restrukturisasi perusahaan juga meliputi
peningkatan penjualan dan operasi yang ekonomis, peningkatan
manajemen, pengaruh informasi, transfer kesejahteraan dari
para pemilik utang, dan keuntungan pajak.
Restrukturisasi perusahaan sebetulnya tak harus menunggu
perusahaan menurun, namun dapat dilakukan setiap kali, agar
perusahaan dapat bersaing dan tumbuh berkembang. Dalam keadaan
normal, perusahaan perlu melakukan pembenahan dan perbaikan
supaya dapat terus unggul dalam persaingan, atau paling tidak
dapat bertahan.
Perusahaan yang dapat bersaing dan tumbuh berkembang, mungkin
akan melakukan perluasan usaha. Perluasan usaha tersebut bisa
dilakukan dengan cara ekspansi secara intern, tetapi juga
dapat dilakukan dengan cara menggabungkan usaha yang telah ada
(merger dan consolidation) atau membeli perusahaan yang telah ada
(akuisisi). Namun ketika perusahaan mengalami kesulitan
keuangan maka harus dilakukan penyempitan usaha. Kesulitan
keuangan ini dimulai dari kesulitan likuiditas (kemampuan
memenuhi kewajiban jangka pendek) hingga kesulitan
solvabilitas (kemampuan memenuhi kewajiban jangka panjang).
Kesulitan keuangan tersebut dapat diselesaikan dengan cara
reorganisasi ataupun likuidasi. Cara reorganisasi ditempuh
apabila kesulitan keuangan perusahaan tersebut diperkirakan
masih bisa diperbaiki, karena prospek perusahaan diperkirakan
masih baik. Dengan kata lain, apabila kondisi perusahaan sudah
tidak bisa diperbaiki, maka likuidasi harus ditempuh.
1.2 Merger
Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana
perusahaan yang memerger mengambil/membeli semua assets dan
liabilities perusahaan yang di merger dengan begitu perusahaan
yang memerger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan
yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya
menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang
baru, (Brealey, Myers, & Marcus, 1999).
Definisi merger yang lain yaitu sebagai penyerapan dari suatu
perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan
yang membeli akan melanjutkan nama dan identitasnya.
Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun
kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan
yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi (Harianto dan
Sudomo, 2001).
Salah satu alternatif untuk melakukan perluasan usaha adalah
dengan cara merger dan consolidation. Merger merupakan
penggabungan dua perusahaan atau lebih, dan nama perusahaan
tersebut merupakan salah satu nama perusahaan dari perusahaan
yang bergabung. Sedangkan consolidation merupakan penggabungan
dari dua perusahaan atau lebih, dan nama perusahaan tersebut
hilang kemudian muncul nama baru dari perusahaan gabungan.
Tujuan dari merger adalah untuk menciptakan perusahaan yang
lebih kuat dan lebih besar, serta menghindari persaingan antar
perusahaan sehingga miningkatkan efisiensi dalam menggunakan
sumber daya.
Merger terbagi dalam 3 jenis, yaitu:
a. Horizontal Merger, adalah penggabungan dari dua unit usaha
atau lebih yang memiliki produk sejenis baik barang atau jasa.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi persaingan industri,
memperkuat pangsa pasar, dan memperoleh efisiensi biaya
operasional.
b. Vertikal Merger, adalah penggabungan antara dua unit usaha
atau lebih yang mempunyai keterkaitan supplier atau pelanggan.
Ini dilakukan untuk lebih menjaga kontinuitas produksi dan
operasi perusahaan.
c. Congeneric Merger, adalah merger antara dua unit usaha atau
lebih dalam industri sejenis yang tidak memiliki keterkaitan
supplier atau pelanggan.
d. Conglomerate Merger, merupakan merger antara dua unit usaha
atau lebih dalam industri yang berbeda dan tidak ada
keterkaitan satu sama lain, sehingga model ini merupakan
diversifikasi usaha untuk mengurangi resiko.
Sebelum melakukan merger, perusahaan juga harus
mempertimbangkan beberapa hal, diataranya adalah syarat –
syarat yang harus dianalisis terlebih dahulu sebelum melakukan
merger. Syarat – syarat tersebut antara lain:
1. Kondisi keuangan masing-masing.
2. Kecukupan modal.
3. Manajemen, baik sebelum atau sesudah merger.
4. Manfaat bagi konsumen.
Merger mempunyai kelebihan dan kelemahan. Pengambilalihan
melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding
pengambilalihan yang lain merupakan kelebihan merger.
Sedangkan kelemahan merger adalah merger harus ada persetujuan
dari para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan
untuk mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang
lama.
Dalam perkembangannya, merger secara garis besar dibagi
menjadi dua kelompok yaitu: financial merger dan operating merger.
Financial Merger adalah merger dimana perusahaan yang bersangkutan
masih tetap beroperasi sehingga tidak ada keuntungan sinergik
secara operasional, Sedangkan Operating Merger diarahkan pada
penggabungan operasional kedua unit usaha dengan harapan
memperoleh keuntungan sinergik.
1.3 Akuisisi
Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris
acquisition yang berarti pengambilalihan. Kata akuisisi aslinya
berasal dari bhs. Latin, acquisitio, dari kata kerja
acquirere.
Akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan
dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan
yang dibeli tetap ada. Akuisisi bisa juga pembelian suatu
perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok investor.
Akuisisi sering digunakan untuk menjaga ketersediaan pasokan
bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh pasar.
Contoh : Aqua diakuisisi oleh Danone, Pizza Hut oleh Coca-
Cola, dan lain-lain.
Faktor yang paling mendasari terjadinya akuisisi adalah motif
ekonomi. Trasaksi pembelian tersebut hanya akan terjadi kalau
pembelian tersebut menguntungka kedua belah pihak.
Menguntungkan pemilik perusahaan yang dijual dan juga pemili
perusahaan yang membeli.
Kondisi saling menguntungkan tersebut akan terjadi kalau dari
peristiwa akuisisi memperoleh sinergi. Senergi merupakan nilai
gabungan dari kedua perusahaan tersebut lebih besar dari
penjumlahan masing – masing nilai perusahaan yang digabungkan.
Selain sinergi, akuisisi dilakukan karena 2 alasan yang yang
meragukan (dubious). Alasan tersebut adalah diversifikasi dan
jumlah EPS (earnings per share).
Namun, dari konsep CAPM diketahui bahwa diversifikasi tidaklah
menimbulkan manfaat, karena pasar akan menentukan nilai
perusahaan berdasarkan atas resiko yang tidak bisa dihilangkan
dengan diversifikasi (risiko sistematis). Sedangkan yang
terpenting dalam EPS adalah pertumbuhan EPS bukan jumlah EPS
saat ini, karena analisis dilakukan atas pertimbangan jumlah
EPS saat ini.
Akuisisi dibagi ada 3 yaitu :
a) Akuisisi horizontal,yaitu akuisisi perusahaan di industri
yang sama dengan perusahaan yang mengakuisisi,
b) Akuisisi vertikal,yaitu akuisisi yang melibatkan
perusahaan dengan tingkatan yang berbeda dalam proses
produksi,
c) Akuisisi konglomerasi,yaitu perusahaan yang diakuisisi
dan perusahaan yang mengakuisisi tidak saling berhubungan satu
sama lainnya.
Akuisisi mempunyai kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan
akuisisi antara lain:
a. Akuisisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan
suara pemegang saham. Dalam akusisi saham, perusahaan yang
membeli dapat berurusan langsung dengan pemegang saham
perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer sehingga
tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan. Karena
tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris
perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan untuk
pengambilalihan perusahaan yang tidak bersahabat (hostile
takeover).
b. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak
memerlukan mayoritas suara pemegang saham seperti pada
akuisisi saham sehingga tidak ada halangan bagi pemegang saham
minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi.
Sedangkan kelemahan akuisisi antara lain:
a) Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak
menyetujui pengambil-alihan tersebut, maka akuisisi akan
batal. Pada umumnya anggaran dasar perusahaan menuju pada
akuisisi sehingga akuisisi dapat terjadi. Namun bila
perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka
terjadi merger.
b) Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset
harus secara hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya
legal yang tinggi.
Contoh menaksir biaya dan manfaat akuisisi:
Apabila harga saham sebelum diakuisisi adalah Rp 10.000,00 dan
kemudian perusahaan yang akan diakuisisi (acquired company)
meminta harga Rp 12.000,00, maka Rp 2.000,00 per saham
merupakan biaya akuisisi yang harus dibayar oleh perusahaan
yang akan mengakuisisi (acquiring company). karena itu, acquiring
company hanya bersedia membayar Rp 2.000,00 lebih mahal kalau
ia mengharapkan memperoleh manfaat dari peristiwa akuisisi
tersebut lebih tinggi dari Rp 2.000,00. Dengan demikian,
diperlukan adanya sinergi agar acquiring company bersedia
membayar harga yang lebih tinggi daripada harga di bursa saat
ini. Namun, apabila akuisisi dilakukan dengan cara pertukaran
saham, maka manfaat bersih dan kerugian bersih dari akuisisi
tersebut akan ikut dinikmati dan ditanggung oleh bekas
pemegang saham acquiring company.
Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik
melalui merger maupun akuisisi, yaitu
a. Pertumbuhan atau diversifikasi
Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik
ukuran, pasar saham, maupun diversifikasi usaha dapat
melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak memiliki
resiko adanya produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi
dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi
perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.
b. Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat
skala ekonomi (economies of scale). Tingkat skala ekonomi
terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan
pendapatan yang lebih besar daripada jumlah pendapatan
perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika
perusahaan yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama
karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan dapat
dihilangkan. Sinergi dapat bersumber dari berbagai sebab.
Misalnya, pemanfaatan manajemen, untuk beroperasi lebih
ekonomis (operating economies of scale), untuk pertumbuhan yang lebih
cepat, dan pemanfaatan penghematan pajak. Sinergi dapat
berwujud operating maupun financial synergy.
c. Meningkatkan dana
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan
ekspansi internal, tetapi dapat memperoleh dana untuk
melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut
menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki likuiditas
tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam perusahaan
dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan
meningkatnya dana dengan biaya rendah.
d. Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena
tidak adanya efisiensi pada manajemennya atau kurangnya
teknologi. Perusahaan yang tidak dapat mengefisiensikan
manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan
teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan perusahaan yang
memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.
e. Pertimbangan pajak
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun
ke depan atau sampai kerugian pajak dapat tertutupi.
Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan
akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk
memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang
mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak
dengan mengurangkan pendapatan sebelum pajak dari perusahaan
yang diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan
keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan
memaksimisasi kesejahteraan pemilik.
f. Meningkatkan likuiditas pemilik
Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki
likuiditas yang lebih besar. Jika perusahaan lebih besar, maka
pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah diperoleh
sehingga lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang
lebih kecil.
g. Melindungi diri dari pengambil-alihan
Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran
pengambilalihan yang tidak bersahabat. Target firm
mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya
dengan hutang, karena beban hutang ini, kewajiban perusahaan
menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang
berminat.
1.4 Reorganisasi
Reorganisasi adalah suatu upaya untuk menjaga perusahaan tetap
hidup dengan mengubah struktur modalnya (pemodelan ulang
struktur modal).
Dalam situasi ekonomi dan bisnis yang tidak “menggembirakan”,
perusahaan sering terpaksa harus bertahan dengan apa yang
telah ada. Reorganisasi dalam aspek financial dilakukan untuk
memperkecil beban finansial yang tetap sifatnya.
Langkah-langkah reorganisasi:
1. Menentukan nilai perusahaan
Penilaian yang sering digunakan, dan yang termasuk sederhana,
adalah menghitung nilai perusahaan berdasarkan tingkat
kapitalisasi.
2. Menentukan struktur modal yang baru
Struktur modal tersebut bertujuan mengurangi beban tetap
(bunga) agar perusahaan bisa beroperasi dengan lebih
fleksibel. Untuk mengurangi beban tetap tersebut, total hutang
biasanya akan dikurangi. Jika tidak ada lagi harapan bahwa
operasi perusahaan akan berhasil, maka likuidasi merupakan
alternatif satu-satunya yang mungkin dilakukan oleh
perusahaan.
Reorganisasi dilakukan dengan cara :
a. Melakukan penghematan biaya. Pengeluaran – pengeluaran
yang tidak perlu, ditunda atau dibatalkan.
b. Menjual aktiva-aktiva yang tidak diperlukan.
c. Divisi (unit bisnis) yang tidak menguntungkan dihilangkan
atau digabung.
d. Menunda rencana ekspansi sampai situasi dinilai telah
menguntungkan.
e. Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah hutang (kalau
dapat dikurangi dari hasil penjualan aktiva yang tidak
perlu), dan menjaga likuidasi. Dalam jangka pendek
mungkin sekali profitabilitas dikorbankan (profitabilitas
terpaksa negatif).
1.5 Likuidasi
Likuidasi yaitu proses penjualan aktiva non-kas dari
persekutuan karena perusahaan persekutuan sudah tidak
memungkinkan untuk melunasi kewajiban jangka pendek maupun
jangka panjangnya dan operasional perusahaan juga sudah tidak
menguntungkan.
Likuidasi ditempuh apabila kreditur berpendapat bahwa prospek
perusahaan tidak lagi menguntungkan. Salah satu hal yang perlu
diperhatikan dalam likuidasi adalah likuidas mungkin akan
memakan waktu yang lama dan aktva mungkin aka terpaksi dijual
dengan harga murah (distress price). Disamping itu, perusahaan
harus melunasi kewajiban tertentu lebih dahulu, yaitu
kewajiban terhadap para karyawan (gaji yang belum dibayar) dan
pemerintah (pajak yang belum dibayar). Dengan demikian dapat
terjadi bahwa akhirnya kreditur aka menerima jumlah yang
relatif sangat kecil dari hasil penjualan aktiva perusahaan.
Tujuan likuidasi
a. Mengkonversi aktiva perusahaan menjadi uang tunai dengan
kerugian minimum dari realisasi aktiva.
b. Untuk menyelesaikan kewajiban yang sah dari persekutuan.
c. Untuk membagikan uang tunai dan tunai dan aktiva lain
yang tidak dapat dicairkan kepada masing-masing sekutu
dengan cara yang adil.
Tujuan fungsi akuntansi yang terkait dengan likuidasi adalah
untuk menyajikan informasi yang memadai agar aktiva dapat
dibagikan secara adil kepada kreditor dan sekutu dengan
memperhatikan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian
terjadi pergeseran dari pengukuran rugi laba periodic menjadi
penentuan realisasi keuntungan dan kerugian.
Proses likuidasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a) Melalui penyerahan (proses likuidasi yang tidak melalui
pengadilan).
Likuidasi penyerahan adalah prosedur informal untuk melikuidir
hutang, bagi kreditur cara ini lebih menguntungkan dibanding
kepailitan formal karena mereka menerima lebih banyak.
Dilakukan transfer kepemilikan aktiva kepada pihak ketiga yang
disebut assignee atau trustee. Assignee diinstruksikan untuk
menjual aktiva itu baik di bawah tangan atau melalui lelang
umum dan hasilnya dibagikan kepada kreditur secara pro-rata.
b) Melalui kepailitan formal (berdasarkan yuridiksi suatu
pengadilan khusus).
Likuidasi kepailitan diatur dalam Undang-undang kepailitan
yang mempunyai tiga fungsi penting, yaitu melindungi kreditur
dari kemungkinan penipuan oleh debitur, pembagian aktiva
debitur secara adil kepada para kreditur, menghapuskan semua
kewajiban debitur sehingga yang bersangkutan dapat mulai usaha
baru tanpa harus dibebani hutang terdahulu.
BAB III
KESIMPULAN
Restrukturisasi merupakan tindakan atau kegiatan untuk merubah
struktur perusahaan dengan tujuan untuk memperbaiki dan
memaksimalisasi kinerja perusahaan. Restrukturisasi dilakukan
setiap saat, bukan hanya bila perusahaan mengalami kemunduran
saja tapi juga pada saat perusahaan mengalami kemajuan.
Apabila perusahaan mengalami kemajuan, maka perusahaan akan
melakukan perluasan usaha. Sedangkan bila perusahaan mengalami
kemunduran, maka perusahaan akan melakukan penyempitan usaha.
Perluasan usaha dilakukan dengan cara merger dan akuisisi.
Merger merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih, dan
nama perusahaan tersebut merupakan salah satu nama perusahaan
dari perusahaan yang bergabung. Sedangkan akuisisi adalah
pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli
saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli
tetap ada.
Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik
melalui merger maupun akuisisi, yaitu pertumbuhan atau
diversifikasi, sinergi, meningkatkan dana, menambah
ketrampilan manajemen atau teknologi, pertimbangan pajak,
meningkatkan likuiditas pemilik, dan melindungi diri dari
pengambil-alihan.
Penyempitan usaha dilakukan dengan cara reorganisasi dan
likuidasi. Reorganisasi adalah suatu upaya untuk menjaga
perusahaan tetap hidup dengan mengubah struktur modalnya
(pemodelan ulang struktur modal). Sedangkan likuidasi yaitu
proses penjualan aktiva non-kas dari persekutuan karena
perusahaan persekutuan sudah tidak memungkinkan untuk melunasi
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya dan
operasional perusahaan juga sudah tidak menguntungkan.