Makalah formalin
Transcript of Makalah formalin
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Di sektor industri sebenarnya formalin sangat banyak manfaatnya.
Formaldehid memiliki banyak manfaat, seperti anti bakteri atau
pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal,
gudang dan pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Dalam
dunia fotografi biasaya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan
kertas. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea, bahan pembuatan
produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan
untuk insulasi busa. Formalin juga dipakai sebagai pencegah korosi
untuk sumur minyak.. Di bidang industri kayu sebagai bahan perekat
untuk produk kayu lapis (plywood). Dalam konsentrasi yag sangat kecil
(<1 persen) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen
seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut,
perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. Di industri
perikanan, formalin digunakan untuk menghilangkan bakteri yang biasa
hidup di sisik ikan.
Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan
penyakit ikan akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir.
Meskipun demikian, bahan ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang
batas amannya sangat rendah, sehinggga terkadang ikan yang diobati
malah mati akibat formalin daripada akibat penyakitnya. Formalin
banyak digunakan dalam pengawetan specimen ikan untuk keperluan
penelitian dan identifikasi. Di dunia kedokteran formalin digunakan
untuk pengawetan mayat manusia untuk dipakai dalam pendidikan
mahasiswa kedokteran. Untuk pengawetan biasanya digunakan formalin
dengan konsentrasi 10%.
Besarnya manfaat di bidang industri ini ternyata disalahgunakan
untuk penggunaan pengawetan industri makanan. Biasanya hal ini sering
ditemukan dalam industri rumahan, karena mereka tidak terdaftar dan
tidak terpantau oleh Depkes dan Balai POM setempat. Bahan makanan yang
diawetkan dengan formalin biasanya adalah mi basah, tahu, bakso, ikan
asin dan beberapa makanang minnya. Formalin adalah larutan yang tidak
berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung
sekitar 37 persen formaldehid dalam air, sebagai bahan pengawet
biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen. Bila tidak diberi bahan
pengawet makanan seperti tahu atau mi basah seringkali tidak bisa
tahan dalam lebih dari 12 jam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apakah formalin itu?
2. Apakah dampak makanan yang mengandung formalin bagi kesehatan?
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran KIMIA
2. Untuk mengetahui dampak makanan berformalin bagi kesehatan
3. Untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita
semua.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai manfaat teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan
kita tentang senyawa karbon dalam kehidupan sehari-hari, terutama
tentang formalin.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan kebahasaan bagi peneliti dan pembaca.
a. Peneliti
Bagi penulis, penelitian ini memberikan masukan serta menjadi acuan
untuk pembuatan makalah berikutnya.
b. Pembaca
Bagi pembaca, penelitian ini memberikan penjelasan tentang formalin
pada makanan.
E. Sistematika penulisan Makalah
Untuk memberikan gambaran terperinci mengenai langkah-langkah
dalam penelitian ini, maka diberikan sistematika penulisan ini sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan, bab ini menguraikan latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penyusunan makalah, manfaat, dan sitematika
penulisan makalah.
Bab II, Landasan Teori, bab ini menguraikan tentang Formalin, yang
meliputi pengertian, faktor-faktor, bentuk dan jenis korosi,dan
penelitian korosi
Bab III, Penutup yang merupakan simpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FORMALIN
Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin),
merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau
cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai
paraformaldehyde atau trioxane. Formaldehida awalnya disintesis oleh
kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh
Hoffman tahun 1867.
Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reasi oksidasi
katalitik pada metanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan
dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap
pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer
bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen
terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer.
Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai
metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.
Formalin merupakan salah satu pengawet yang akhir-akhir ini
banyak digunakan dalam makanan, padahal jenis pengawet tersebut sangat
berbahaya bagi kesehatan. Formalin merupakan larutan tidak berwarna,
berbau tajam, mengandung formaldehid sekitar 37% dalam air, biasanya
ditambahkan metanol 10-15%.
Formalin mempunyai banyak nama atau sinonim, seperti formol,
morbicid, methanal, formic aldehyde, methyl oxide, oxymethylene,
methyl aldehyde, oxomethane, formoform, formalith, oxomethane, karsan,
methylene glycol, paraforin, poly-oxymethylene glycols, superlysoform,
tetraoxymethylene dan trioxane.
B. SIFAT FORMALIN
Pengawet ini memiliki unsur aldehida yang bersifat mudah bereaksi
dengan protein, karenanya ketika disiramkan ke makanan seperti tahu,
formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan tahu
hingga terus meresap kebagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah
terikat unsur kimia dari formalin maka bila ditekan tahu terasa lebih
kenyal . Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang
bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, Itulah sebabnya tahu
atau makanan berformalin lainnya menjadi lebih awet.
Formaldehida membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam
bakteri dehidrasi (kekurangan air), sehingga sel bakteri akan kering
dan membentuk lapisan baru di permukaan. Artinya, formalin tidak saja
membunuh bakteri, tetapi juga membentuk lapisan baru yang melindungi
lapisan di bawahnya, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Bila
desinfektan lainnya mendeaktifasikan serangan bakteri dengan cara
membunuh dan tidak bereaksi dengan bahan yang dilindungi, maka
formaldehida akan bereaksi secara kimiawi dan tetap ada di dalam
materi tersebut untuk melindungi dari serangan berikutnya.
Melihat sifatnya, formalin juga sudah tentu akan menyerang
protein yang banyak terdapat di dalam tubuh manusia seperti pada
lambung. Terlebih, bila formalin yang masuk ke tubuh itu memiliki
dosis tinggi.
Masalahnya, sebagai bahan yang digunakan hanya untuk mengawetkan
makanan, dosis formalin yang digunakan pun akan rendah. Sehingga efek
samping dari mengkonsumsi makanan berformalin tidak akan dirasakan
langsung oleh konsumen.
Banyak pihak mengingatkan formalin juga memiliki sifat karsinogen
atau dapat menyebabkan kanker.Tetapi kemunculan kanker akibat bahan
berbahaya ini dengan kanker dari penyebab yang lain hampir sulit
dibedakan, keduanya membutuhkan waktu panjang untuk menyerang tubuh
manusia.
Isu kandungan formalin dalam berbagai produk makanan mendapat
tanggapan serius dari pemerintah, karena dalam jangka panjang dapat
memicu terjadinya kanker. Menurut Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM), sampai kadar tertentu, formalin diizinkan untuk
pengawet kosmetik, yaitu untuk pasta gigi maksimum 0,1% dan untuk
produk kosmetik lainnya 0,2%. Ketentuan ini sesuai dengan aturan yang
berlaku secara internasional seperti ASEAN Cosmetic Directive,
European Union Directive, dan SK BPOM untuk kosmetik.
C. PEMBUATAN FORMALIN
a. Persiapan bahan baku pembuatan formalin
Metanol cair dengan temperatur ± 30°C dipompa dari metanol tank dan
dipanaskan di preheater (MP) sampai temperatur 65°C lalu dimasukkan dalam
vaporizer (VP). Di dalam vaporizer terjadi perubahan fase dari cair menjadi
gas dengan suhu dalam vaporizer 65–75°C. Metanol gas dari vaporizer
dipanaskan lagi dengan super heater (SH) di bagian atas vaporizer sampai
suhu 95°C dan langsung dimasukkan ke mix gas (MG).
Udara dihisap melalui air filter (penyaring udara) dengan blower. Setelah
dipanaskan dengan pemanas udara sampai suhu ±110°C lalu dimasukkan ke
dalam mix gas (MG). Steam masuk melalui steam filter pada suhu 140 oC ke mix
gas (MG).
b. Proses Reaksi
Udara, steam dan metanol gas bercampur rata di mix gas pada suhu 140 oC
lalu masuk ke reaktor (RE) dengan melewati mix gas filter (MGF) untuk
menjaga agar tidak ada tetes-tetes cairan (kondensat) masuk ke reaktor.
Pada saat start operation, temperatur katalis dinaikkan oleh heater
sebagai pemanas awal sampai suhu 400–450°C, setelah itu heater dimatikan
sehingga suhu katalis naik dengan sendirinya sampai suhu operasi yang
diinginkan karena adanya reaksi eksoterm. Di dalam reaktor terjadi reaksi
pembuatan gas formaldehid dengan bantuan katalis perak pada suhu
operasi 650–700°C. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
1. Reaksi oksidasi metanol
CH3OH + ½ O2 ——–> CH2O + H2O -37 kcal/mol
2. Dehidrogenasi metanol
CH3OH ———> CH2O + H2 +21 kcal/mol
Gas formaldehide yang terbentuk kemudian di-spray dengan larutan crude
formalin 44% dengan temperature 80 oC untuk menurunkan suhu gas
formaldehid sampai dibawah 250 oC. Spray crude formalin ini juga dapat
menyebabkan terjadinya reaksi samping yaitu terbentuknya paraform dan
asam format (formic acid). Reaksi samping yang terjadi di dalam reaktor
yaitu:
1. Reaksi pembentukan paraform (methylen glycol)
CH2O + H2O ———> HOCH2OH (methylen glycol)
atau polymer dapat ditulis :
n CH2O + H2O ———-> HO(CH2O)n H
2. Reaksi pembentukan asam format (formic acid)
2 CH2O + H2O ———-> HCOOH + CH3OH
(asam format) (methanol)
c. Proses Absorbsi
Gas formaldehide dari reaktor (RE) dialirkan ke bagian bawah
packed tower . Gas ini dikontakkan dengan larutan formalin 44% suhu 40 oC
yang dialirkan dari atas menara dengan bantuan distributor cairan agar
larutan formalin yang digunakan tersebar secara merata didalam packed
tower dan membasahi seluruh permukaan raschig ring sehingga penyerapan
maksimal.
Hasil penyerapan di packed tower berupa formalin cair masuk ke control
tank (CT). Sisa gas yang belum terserap di packed tower masuk ke dalam
bubble cap tower yang akan diserap oleh pure water dari atas menara. Sisa
dari penyerapan itu yang masih lolos nantinya dibakar di flare stack yang
sebelumnya melewati demister. Hasil penyerapan dari bubble cap tower masuk
ke control tank (CT).
d. Proses pendinginan
Larutan crude formalin pada control tank (CT) temperaturnya ± 80°C,
karena temperaturnya masih relatif tinggi maka didinginkan lagi dengan
dilewatkan cooler (CO). Cooler yang digunakan yaitu frame and plate dengan
temperatur keluar 40°C. Selain itu agar formalin yang terbentuk
sempurna, setelah melewati cooler larutan tersebut masuk ke crude formalin
filter (CF) baru masuk ke crude formalin tank . Kadar formalin di crude formalin
tank (T-03) sekitar 43-44%.
e. Proses pengenceran
Untuk memperoleh formalin dengan kondisi standar yang digunakan
oleh PT. PAI yaitu formalin dengan kadar 37,3% maka formalin dari crude
formalin tank diencerkan dengan menggunakan pure water di mixing tank .
Setelah terbentuk larutan formalin 37,3% disimpan dalam tangki
penyimpanan.
D. MANFAAT DAN KEGUNAAN FORMALIN
Formalin selain harganya murah, mudah didapat dan pemakaiannya
pun tidak sulit sehingga sangat diminati sebagai pengawet oleh
produsen pangan yang tidak bertanggung jawab.
Hasil survei dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan, sejumlah
produk pangan menggunakan formalin sebagai pengawet.
Anjuran penggunaan formalin yang benar adalah:
sebagai pembunuh kuman, sehingga banyak dipakai dalam pembersih
lantai, pakaian, kapal dan gudang,
pembasmi lalat dan serangga lainnya,
salah satu bahan dalam pembuatan sutera buatan, zat pewarna cermin
kaca dan bahan peledak,
pengeras lapisan gelatin dan kertas foto,
bahan pembuatan pupuk urea, parfum, pengeras kuku dan pengawet
produk kosmetik,
pencegah korosi pada sumur minyak,
bahan untuk insulasi busa, dan,
bahan perekat kayu lapis.
Dalam konsentrasi kurang dari 1%, formalin digunakan sebagai pengawet
dalam pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, sampo
mobil, lilin, dan karpet.
E. BAHAYA FORMALIN BAGI KESEHATAN
Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk
pangan. Akibatnya jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh
manusia akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah
tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan
mempengaruhi organ tubuh lainnya, serta gejala lainnya.
Bahaya bila terpapar oleh Formalin (Dep Kes RI, 2006)
Bahaya utama
Formalin sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit, dan
tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa luka bakar pada kulit,
iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi, dan bahaya kanker pada
manusia.
Bahaya jangka pendek (akut)
Bila terhirup
Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa
terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk
Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang
paru, pembengkakan paru.
Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang tenggorokan, sakit dada
yang berlebihan, kelelahan, jantung berdebar, sakit kepala, mual, dan
muntah.
Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian .
Bila terkena kulit
Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan warna, yaitu
kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa, dan ada rasa terbakar
Bila terkena mata
Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata
memerah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan kabur, dan
mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka
formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi
kerusakan pada lensa mata.
Bila tertelan
Apabila tertelan maka mulut,tenggorokan, dan perut terasa terbakar,
sakit saat menelan, mual, muntah, diare, kemungkinan terjadi
pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi ( tekanan
darah rendah ), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat
terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan
saraf pusat, dan ginjal.
Bahaya jangka panjang ( kronis )
Bila terhirup
Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit
kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir
hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal, gangguan haid dan
infertilitas pada perempuan, kanker pada hidung, rongga hidung, mulut,
tenggorokan, paru, dan otak. Efek neuropsikologis meliputi gangguan
tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi,
dan daya ingat berkurang.
Bila terkena kulit
Apabila terkena kulit akan terasa panas, mati rasa, serta gatal-gatal
dan memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan
pada kulit, serta terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung.
Bila terkena mata
Jika terkena mata bahaya yang utama adalah terjadinya radang selaput
mata.
Bila tertelan
Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran
pernafasan ,muntah-muntah, dan kepala pusing, rasa terbakar pada
tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada.
F. DAMPAK BURUK FORMALIN BAGI TUBUH MANUSIA
Kulit : Iritatif, kulit kemerahan, kulit seperti terbakar, alergi
kulit.
Mata : Iritatif, mata merah dan berair, kebutaan.
Hidung : Mimisan.
Saluran Pernapasan : Sesak napas, suara serak, batuk kronis, sakit
tenggorokan.
Saluran Pencernaan : Iritasi lambung, mual muntah, mules.
Hati : Kerusakan hati.
Paru-paru : Radang paru-paru karena zat kimia (pneumonitis).
Saraf : Sakit kepala, lemas, susah tidur, sensitif, sukar
konsentrasi, mudah lupa.
Ginjal : Kerusakan ginjal.
Organ Reproduksi : Kerusakan testis, ovarium, gangguan menstruasi,
infertilitas sekunder.
G. MENGHINDARI PRODUK BERFORMALIN
Keberadaan formaldehida sendiri ada dalam berbagai macam produk.
Formaldehida juga ditemukan pada asap rokok dan udara yang tercemar
asap kendaraan bermotor. Selain itu bisa didapat juga pada produk-
produk termasuk antiseptik, obat, cairan pencuci piring, pelembut
cucian, perawatan sepatu, pembersih karpet dan bahan adhesif.
Formaldehida juga ada dalam kayu lapis terutama bila masih baru. Kadar
formaldehida akan turun seiring berjalannya waktu.
Formaldehida secara natural sudah ada dalam bahan makanan mentah
dalam kisaran 1 mg per kg hingga 90 mg per kg.
Deteksi formalin secara akurat baik secara kualitatif maupun
kuantitatif hanya dapat dilakukan di laboratorium. Namun demikian,
untuk menghindarkan terjadinya keracunan, masyarakat harus dapat
membedakan bahan/produk makanan yang mengandung formalin dan yang
sehat. Beberapa ciri produk berformalin antara lain:
Ikan asin:
Tahan lama pada suhu kamar (25oC), lebih dari 1 bulan.
Warna bersih dan cerah (tidak kuning kecoklatan).
Tekstur keras, tidak berbau khas ikan asin dan tidak mudah hancur.
Tidak dihinggapi lalat. Ikan basah/udang.
Insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang.
Warna putih bersih dengan tekstur yang kenyal.
Awet sampai 3 hari pada suhu kamar, tidak mudah busuk dan bau.
Ayam potong:
Warna putih bersih.
Awet dan tidak mudah busuk.
Tahu mentah:
Tekstur kenyal, tidak padat tetapi tidak mudah hancur.
Awet sampai 3 hari pada suhu kamar, tahan sampai 15 hari dalam
lemari es.
Aroma menyengat bau formalin (kadar 0,5-1,0 ppm).
Mi basah:
Mengkilat, tidak lengket dan sangat berminyak.
Awet sampai 2 hari pada suhu kamar, tahan sampai 15 hari dalam
lemari es.
Aroma menyengat (tidak berbau mi) dan tidak mudah basi.
Bakso:
Tidak rusak selama 5 hari pada suhu kamar.
Tekstur sangat kenyal.
H. ANALISIS KADAR FORMALIN PADA TAHU
1. Uji Foramlin Sederhana
Ada beberapa metode yang dilakukan untuk pengujian kadar formalin yang
terdapat di dalam produk namun sayangnya kebanyakan metode yang
dilakukan hanya bisa dilakukan di laboratorium dan tidak bisa
dilakukan oleh masyarakat awam.
Pada makalah kali ini akan dibahas metode yang bisa dilakukan oeh
masyarakat dengan mudah yaitu,
a. Persiapkan bahan yang akan diuji (sample) sebanyak 5 gram, alat dan
bahan yang akan digunakan. Alat yang diperlukan yaitu sebuah kompor,
panci, sendok, gelas tahan panas, sedangkan bahan yang digunakan untuk
menguji sample adalah asam kromatofat sebanyak 5 ml, aquades sebanyak
50 ml.
b. Nyalakan kompor, lalu pasang panci dan rebus aquades hingga
mendidih. Masukan sampel yang akan diuji kedalam gelas, lalu rendam
kedalam aquades yang sudah mendidih. Masukan asam kromatofat kedalam
gelas lalu aduk campuran dengan sendok. Sample yang mengandung
formalin akan ditunjukan dengan berubahnya warna air dari bening
menjadi merah muda hingga ungu. Semakin ungu berarti kadar formalin
semakin tinggi.
c. Jika cara diatas belum menghasilkan uji yang positif, pasang
kembali panci di atas kompor, rebus aquades yang baru masukan gelas
yang berisi campuran sampel kedalam panci. Waktu perebusan selama 20
menit.
2. Cara lain yang dapat digunakan untuk menguji formalin
Sample diambil sebanyak 3 gram lalu ditambahkan 0.02 gram Chromotropic
acid disodium salt dehydrate (C10H6Na2O8S2.2H2O) dan ditambahkan juga 3
ml H2SO4 pekat, kocok, kalau ungu positif formalinnya, kalau kuning
negatif.
3. Tahu yang mengandung formalin dapat ditandai dengan :
Semakin tinggi kandungan formalin, maka tercium bau obat yang
semakin menyengat; sedangkan tahu tidak berformalin akan tercium bau
protein kedelai yang khas.
Tahu yang berformalin mempunyai sifat membal (jika ditekan terasa
sangat kenyal), sedangkan tahu tak berformalin jika ditekan akan
hancur.Tahu berformalin akan tahan lama, sedangkan yang tak
berformalin paling hanya tahan satu dua hari.
Tahu yang memakai pewarna buatan dapat ditandai dengan cara melihat
penampakannya. Jika tahu memakai pewarna buatan, warnanya sangat
homogen/seragam dan penampakan mengilap. Sedangkan jika memakai
pewarna kunyit, warnanya cenderung lebih buram (tidak cerah). Jika
kita potong tahunya, maka akan kelihatan bagian dalamnya warnanya
tidak homogen atau seragam. Bahkan, ada sebagian masih berwarna putih.
I. CARA MENGURANGI KADAR FORMALIN PADA TAHU
Ada cara yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar formalin
yaitu dengan cara merendam sampel dalam air selama 60 menit yang mampu
menurunkan kadar formalin sampai 61,25 persen, dengan air leri
mencapai 66,03 persen, sedang pada air garam hingga 89,53 persen.
Ini artinya hanya dengan perlakuan dan pengetahuan yang baik
sebelum dikonsumsi, kadar formalin akan hilang.
Adapun untuk tahu sedikitnya ada beberapa tahap penanganan untuk
mengurangi kadar formalin, direndam dalam air biasa, dalam air panas,
direbus dalam air mendidih, dikukus kemudian direbus dalam air
mendidih dan diikuti dengan proses penggorengan.
J. PERAN PEMERINTAH DALAM MEMBERANTAS PENYALAHGUNAAN FORMALIN DI
INDONESIA
Peran pemerintah dalam memberantas boraks dan formalin di
Indonesia
Walaupun penyebaran boraks dan formalin di Indonesia sudah luas sekali
dan sudah menjadi umum, pemerintah masih tidak mengambil langkah yang
tegas dalam menangani hal ini. Buktinya bisa didapat, bahwa ternyata
penggunaan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan masih
merajalela.
Sebenarnya, pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan, yaitu
dengan melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa
langkah sudah diambil oleh BPOM, seperti : melarang panganan permen
merek white rabbit creamy, kiamboy, classic cream, black currant, dan
manisan plum; mengeluarkan permenkes no. 722/1998 tentang bahan
tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan; dan melakukan
sosialisasi penggunaan bahan tambahan makanan yang diizinkan dalam
proses produksi makanan & minuman sesuai UU No. 23/1992 untuk aspek
keamanan pangan, & UU No. 71/1996. Tetapi upaya yang dilakukan Badan
POM tersebut, hanya dianggap gertakan oleh para pedagang, karena Badan
POM hanya mengeluarkan undang-undang dan aturan. Tetapi Badan POM
tidak melakukan tindakan tegas seperti memberi sanksi tegas bagi
pedagang yang masih menggunakan boraks dan formalin, bahkan badan ini
masih kurang gencar dalam melakukan razia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, kesimpulan makalah ini adalah sebagai
berikut:
Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin),
merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau
cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai
paraformaldehyde atau trioxane.
Pembuatan formalin
Persiapan bahan baku pembuatan formalin
Proses Reaksi
Proses Absorbsi
Proses pendinginan
Proses pengenceran
Dampak buruk formalin bagi tubuh manusia
Kulit : Iritatif, kulit kemerahan, kulit seperti terbakar, alergi
kulit.
Mata : Iritatif, mata merah dan berair, kebutaan.
Hidung : Mimisan.
Saluran Pernapasan : Sesak napas, suara serak, batuk kronis, sakit
tenggorokan.
Saluran Pencernaan : Iritasi lambung, mual muntah, mules.
Hati : Kerusakan hati.
Paru-paru : Radang paru-paru karena zat kimia (pneumonitis).
Saraf : Sakit kepala, lemas, susah tidur, sensitif, sukar
konsentrasi, mudah lupa.