Makalah Poligami
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of Makalah Poligami
MAKALAH ETIKA KRISTEN
POLIGAMI
Disusun oleh :
Nama : Widia Diana Sari
NIM : 682013034
Progdi : Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
2014KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, atas limpahan berkat dan rahmatnya makalah dengan
judul : “Poligami” dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini
disusun sebagai pemenuhan tugas dalam mata kuliah “Etika
Kristen” Universitas Kristen Satya Wacana.
Makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi
tingginya kepada :
1. Pdt. Jarot Kristianto, S.Pd.,S.Th.,M.Si, selaku dosen
mata kuliah Etika Kristen Universitas Kristen Satya
Wacana.
2. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi
angkatan 2013 yang telah memberkan dorongan untuk dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan, maupun isi
materi makalah tentang “Poligami“ masih banyak kekurangan.
Sehingga penulis mengharapkan bagi setiap pembaca untuk
menyampaikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
penyempurnaan makalah ke depannya.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat dalam membantu proses belajar mengajar dan menambah
wawasan serta menjadi literatur sebagai pustaka edukatif.
2
Salatiga, 9 Maret 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB 1 Pendahuluan 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Identifikasi Masalah 4
1.3 Perumusan Masalah 5
1.4 Tujuan Penelitian 5
1.5 Manfaat Penelitian 5
BAB II Pembahasan 6
2.1 Sejarah Poligami 63
2.2 Pengertian Poligami 6
2.3 Alasan Melakukan
Poligami ..............................................
....................................7
2.4 Pandangan Agama Mengenai Poligami 8
2.5 Poligami Menurut Mahkamah Konstitusi Indonesia 9
2.6 Dampak Positif Poligami 10
2.7 Dampak Negatif Poligami 10
2.8 Contoh Kasus Poligami 11
BAB III Penutup 13
3.1 Kesimpulan 13 3.2 Saran 13
Daftar Pustaka 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Emansipasi wanita dan hak asasi manusia mulai merebak di
tengah umat. Akibat adanya emansipasi wanita, para istri
berhak bersuara untuk menolak dipoligami oleh suaminya. Tak
sedikit para istri yang telah dipoligami merasa jengkel dan
tersulut emosi. Ibarat api dalam sekam. Baranya terus
menjalar, perlahan namun pasti.
4
Luapan kemarahan akhirnya menjadi solusi. Para suami
dihujat dan digugat. Tak sedikit dari mereka yang tercemar
nama baiknya bahkan terempas dari kedudukannya. Seakan telah
melakukan dosa besar yang tak bisa diampuni lagi. Lain masalah
ketika para suami itu berbuat serong, punya wanita idaman lain
(WIL) yang tak halal baginya alias selingkuh. Reaksi sebagian
istri justru tak sehebat ketika dipoligami.
Bahkan, tak sedikit dari mereka yang diam seribu bahasa.
Yang penting tidak dimadu! Itulah sekira letupan hati mereka.
Tak heran, bila di antara para suami “bermasalah” itu lebih
memilih berbuat selingkuh daripada poligami. Bisa jadi karena
pengalaman mereka bahwa selingkuh itu “lebih aman” daripada
poligami. Sampai-sampai ada sebuah pelesetan, selingkuh itu
“selingan indah keluarga utuh”.
Padahal selingkuh itu menjijikkan. Selingkuh adalah zina.
Selingkuh diharamkan dalam agama manapun dan tak selaras
dengan fitrah suci manusia. Demikianlah di antara ragam fakta
unik yang terjadi dalam ranah sosial kemasyarakatan kita.
Memang aneh, tapi nyata.
Poligami sendiri telah dilakukan dari jaman dahulu kala
di berbagai agama manapun. Sekarang poligami yang dulu
diperbolehkan akhirnya ada beberapa agama yang melarang, dan
ada pula agama yang memperbolehkan asalkan memenuhi syarat –
syarat yang sudah ditentukan.
Dalam makalah ini akan mengupas sejarah poligami,
pengertian poligami, poligami menurut berbagai pandangan
agama, dan dampak dari poligami, semua itu tak lain demi
kepentingan manusia dalam keseimbangan sosial kemasyarakatan.
1.2 Identifikasi Masalah
5
Melihat semua yang melatarbelakangi seseorang melakukan
poligami, maka ditarik beberapa masalah yang berdasarkan
pada : a. Alasan seseorang melakukan poligami, b. Sejarah
mengenai poligami, c. Pemahaman tentang poligami, d. Pandangan
berbagai agama mengenai poligami, e. Syarat – syarat melakukan
poligami, f. Dampak positif dan negatif dalam melakukan
poligami.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah poligami?
2. Bagaimana pengertian poligami?
3. Bagaimana alasan seseorang melakukan poligami?
4. Bagaimana pandangan berbagai agama mengenai kasus
poligami?
5. Bagaimana poligami diatur dalam hukum di Indonesia?
6. Bagaimana dampak positif poligami?
7. Bagaimana dampak negatif poligami?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Memahami tentang poligami.
2. Mengetahui sejarah poligami.
3. Mengetahui alasan beberapa orang melakukan poligami.
4. Mengetahui pandangan agama mengenai poligami.
5. Mengetahui hukum yang mengatur poligami di Indonesia.
6. Mengetahui dampak positif dan negatif dari poligami.
7. Mengetahui kasus poligami yang terjadi di masyarakat.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
mengenai poligami yang terjadi di masyarakat.
6
2. Bagi pendidik, dapat dipergunakan sebagai bahan referensi
yang bermanfaat.
3. Bagi mahasiswa, sebagai tambahan pengetahuan tentang
poligami.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Poligami
Jauh sebelum Islam datang, peradaban manusia di berbagai
belahan dunia sudah mengenal poligami. Nabi Ibrahim as
(Abraham) beristri Sarah dan Hajar, Nabi Ya’qub as (Jacob)
beristri : Rahel, Lea, dan menggauli dua budak/hamba sahayanya
: Zilfa dan Bilha. Dalam perjanjian lama Yahudi Nabi Daud as
(David) disebut-sebut beristri 300 orang.
Dalam sejarah, raja-raja Hindu juga melakukan poligami
dengan seorang permaisuri dan banyak selir. Dalam dunia gereja
juga dikenal praktik poligami, Dewan tertinggi Gereja Inggris
sampai abad sebelas membolehkan poligami.
7
Dalam Katholik sejak masa kepemimpinan Paus Leo XIII pada
tahun 1866 poligami mulai dilarang. Dalam The Book of Mormon,
Triatmojo, menjelaskan bahwa Penganut Mormonisme sebuah aliran
Kristen, pimpinan Joseph Smith sejak tahun 1840 hingga
sekarang mempraktikan bahkan menganjurkan poligami.
Bangsa Arab sebelum Islam datang sudah biasa
berpoligami , ketika Islam datang, Islam membatasi jumlah
istri yang boleh dinikahi. Islam memberi arahan untuk
berpoligami yang berkeadilan dan sejahtera. Dalam Islam
Poligami bukan wajib, tapi mubah, berdasar antara lain QS An-
Nisa : 3.
2.2 Pengertian Poligami
Kata poligami, secara etimologis berasal dari bahasa
Yunani, yaitu polus yang berarti banyak dan gamos yang berarti
perkawinan. Bila pengertian kata ini digabungkan, maka
poligami akan berarti suatu perkawinan yang banyak atau lebih
dari seorang.
Sedangkan pengertian poligami menurut Kamus Bahasa
Indonesia, adalah ikatan perkawinan yang salah satu pihak
memiliki/mengawini beberapa lawan jenisnya di waktu yang
bersamaan.
Para ahli membedakan istilah bagi seorang laki-laki yang
beristri lebih dari seorang dengan istilah poligini yang berasal
dari kata polus yang berarti banyak dan gune yang berarti
perempuan. Sedangkan bagi seorang istri yang mempunyai lebih
dari seorang suami disebut poliandri yang berasal dari kata polus
yang berarti banyak dan andros berarti laki-laki. Pernikahan
kelompok (bahasa Inggris: group marriage), yaitu kombinasi
poligini dan poliandri.
8
Poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari
satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang
bersangkutan). Hal ini berlawanan dengan praktik monogami yang
hanya memiliki satu suami atau istri.
2.3 Alasan Melakukan Poligami
Orang Jaman sekarang sering kali melakukan poligami
dengan alasan-alasan bermacam-macam, bahkan terkesan mengada-
ngada. Demi mencapai tujuan dan memenuhi hasrat biologisnya,
kaum lelaki membuat alasan-alasan tertentu, diantaranya;
a. Alasan pertama ”Banyakanya Kaum Hawa”
Alasan ini terkesan mengada-ngada, mereka berpendapat
bahwa jumlah kaum wanita lebih banyak dari pada kaum lelaki.
Dengan berpoligami, diharapkan kaum wanita bisa berkurang.
Jika masing-masing laki-laki memilki dua istri, maka hal ini
akan mengurangi jumlah wanita yang tidak bersuami. Dengan
demikian, janda tua dan muda dimana-mana. Mereka hidup
sebatangkara, untuk menyelamatkan mereka, poligami menjadi
solusi, dengan tujuan lelaki yang menikah dari satu istri
bisa memberikan nafkah lahir dan batin kepada janda-janda
yang ditinggal mati suaminya.
Jika alasan” jumlah wanita lebih banyak dari lelaki”dalam
kontek Indonesia, sangtlah tidak tepat, karena jumlah
penduduk Indonesia seimbang, dan negaranya dalam keadaan
aman. Bahkan kasus ketidak adilan meningkat seiring dengan
lajunya poligami. Kalaupun ada yang berpoligami, kemudian
bisa mengarungi bahtera rumah tangganya dengan baik, adil,
tentram, itu sangatlah sedikit dan langka. Tetapi
kenyataannya urusan poligami di negeri ini masih penuh
dengan seribu satu masalah ekonomi dan sosial.
9
b. Alasan “Dari Pada Zina”
Sering kali orang yang telah beristri lagi, merekuh cinta
lagi dengan wanita lain. Agar tidak terjadi zina, mereka
menikah dengan disaksikan beberapa saksi tanpa ada
persetujuan catatan sipil (KUA). Menikah yang demikian
dikenal dengan”nikah sirri”, nikah di bawah tangan. Kaum
lelaki yang bekerja diluar jawa, di negeri jiran (Malaysia),
Hongkong, Saudi Arabia sering kali melakukan pernikahan
terlarang. Di Jeddah, Malaysia, serta tempat-tempat orang
bekerja dilura negeri terdapat seorang lelaki memiliki
banyak istri (TKW) yang sedang memburu real. Padahal masing-
masing dari mereka mempunyai pasangan, bahkan memilki putra-
putri di Indonesia. Karena merasa kesepian, kebutuhan
biologis tidak tersalurkan, sementara nafsunya sangat besar,
sedangkan peluangnya sangat memungkinkan. Maka, dengan
alasan’’ dari pada berzina”, lebih baik menikah. Padahal,
yang demikian itu sangalat merugikan masing-masing fihak.
Dalam kaidah agama, pernikahan yang demikian tidak
dibenarkan, dilarang bahkan dianggab zina (pernikahan
terlarang). Menurut ualam’, “orang yang statusnya bersuami,
kemuadian menikah dengan lelaki, maka pernikahanya tidak
syah, sementara pernikahan dengan suami lamanya batal
(rusak)”. Jika mereka brkumpul, maka hukumnya zina.
Sedangkan Poligami dikalangan,pejabat, konglemerat
biasanya secara sembunyi-sembunyi. Meningat materinya sudah
tercukupi, sementara kebutuhan birahinya masih ganas, maka
mereka menikahi dengan gadis muda, berparas ayu, menarik,
cantik dan seksi. Kebutuhan materi dicukupi, mulai
rumah,kendaraan, pakaian serta aksesioris lainya, seprti
Handphone, Notebook, bahkan disediakan ruko dan lain
sebaginya. Istilah kerenya disebut dengan” wil (wanita
10
Idaman lain)”, atu istri simpanan. Ada kalanya wanita
tersebut tidak mau dinikahi tetapi maunya hanya dikumpuli
setiap saat diperlukan untuk mendampingi selama kunjungan
kerja.
c. Alasan ”Menghindari Selingkuh”
Alasan ini terkesan dipaksakan, karena birahinya sangat
besar, setiap melihat wanita cantik dengan berpakain seksi
tidak bisa menahan lagi. Maka, dengan alasan” dari pada
selingkuh” lebih baik menikah lagi. Alasan ini tidak
dibenarkan karena ini mengangap bahwa wanita sebagai obyek
seksual belaka.
d. Alasan ”Banyak Wanita Kerja di luar Negeri”
Urusan ekonomi yang terpuruk menjadikan wanita berpeluang
bekerja, baik di dalam negeri atau di luar negeri. Akihir-
akhir ini, peluang kerja diluar Negeri sangat terbuka luas
bagi kaum wanita. Bahkan, kebanyakan tenaga kerja di luar
negeri didominasi oleh wanita yang telah bersuami. Keadaan
demikian membuat seorang wanita jauh dari suaminya dan tidak
bisa melayani kebutuhan seksual sang suami. Bagi laki-laki,
sek adalah kebutuhan primer yang tidak mungkindihindari,
oleh karena itu seringkali sang suami beristri lagi
(poligami) dengan wanita laing sementara istrinya mencari
nafkah di luar negeri. Bisa disimpulkan, yang mendorong
orang berpoligami adalah mendesaknya kebutuhan ekonomi
sehingga menjadikan seseorng jauh dari istri.
2.4 Pandangan Agama Mengenai Poligami
Hindu
Baik poligini maupun poliandri dilakukan oleh sekalangan
masyarakat Hindu pada zaman dulu. Hinduisme tidak melarang11
maupun menyarankan poligami. Pada praktiknya dalam sejarah,
hanya raja dan kasta tertentu yang melakukan poligami.
Buddhisme
Dalam Agama Buddha pandangan terhadap Poligami adalah
suatu bentuk keserakahan (Lobha).
Yudaisme
Walaupun kitab-kitab kuno agama Yahudi menandakan bahwa
poligami diizinkan, berbagai kalangan Yahudi kini melarang
poligami.
Kristen
Gereja-gereja Kristen umumnya, (Protestan, Katolik,
Ortodoks, dan lain-lain) menentang praktik poligami. Namun
beberapa gereja memperbolehkan poligami berdasarkan kitab-
kitab kuna agama Yahudi. Gereja Katolik merevisi
pandangannya sejak masa Paus Leo XIII pada tahun 1866 yakni
dengan melarang poligami yang berlaku hingga sekarang.
Mormonisme
Penganut Mormonisme pimpinan Joseph Smith di Amerika
Serikat sejak tahun 1840-an hingga sekarang mempraktikkan,
bahkan hampir mewajibkan poligami. Tahun 1882 penganut
Mormon memprotes keras undang-undang anti-poligami yang
dibuat pemerintah Amerika Serikat. Namun praktik ini resmi
dihapuskan ketika Utah memilih untuk bergabung dengan
Amerika Serikat. Sejumlah gerakan sempalan Mormon sampai
kini masih mempraktekkan poligami.
Islam
12
Poligami dalam Islam merupakan praktik yang diperbolehkan
(mubah, tidak larang namun tidak dianjurkan). Islam
memperbolehkan seorang pria beristri hingga empat orang
istri dengan syarat sang suami harus dapat berbuat adil
terhadap seluruh istrinya (Surat an-Nisa ayat 3 4:3).
2.5 Poligami Menurut Mahkamah Konstitusi Indonesia
Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan bahwa ketentuan-
ketentuan yang tercantum dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (UU Perkawinan) yang menyatakan bahwa asas
perkawinan adalah monogami, dan poligami diperbolehkan dengan
alasan, syarat, dan prosedur tertentu tidak bertentangan
dengan ajaran islam dan hak untuk membentuk keluarga, hak
untuk bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, dan
hak untuk bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif
sebagaimana diatur dalam UUD 1945 sebagaimana diutarakan dalam
sidang pembacaan putusan perkara No. 12/PUU-V/2007 pengujian
UU Perkawinan yang diajukan M. Insa, seorang wiraswasta asal
Bintaro Jaya, Jakarta Selatan pada Rabu (3/10/2007).
Insa dalam permohonannya beranggapan bahwa Pasal 3 ayat
(1) dan (2), Pasal 4 ayat (1) dan (2), Pasal 5 ayat (1), Pasal
9, Pasal 15, dan Pasal 24 UU Perkawinan telah mengurangi hak
kebebasan untuk beribadah sesuai agamanya, yaitu beribadah
Poligami. Selain itu, menurut Insa, dengan adanya pasal-pasal
tersebut yang mengharuskan adanya izin isteri maupun
pengadilan untuk melakukan poligami telah merugikan
kemerdekaan dan kebebasan beragama dan mengurangi hak
prerogatifnya dalam berumah tangga dan merugikan hak asasi
manusia serta bersifat diskriminatif.
13
2.6 Dampak Positif Poligami
1. Mencegah perzinahan
2. Mencegah pelacuran
3. Mencegah kemiskinan
4. Meningkatkan ekonomi keluarga
2.7 Dampak Negatif Poligami
Dampak Psikologis
Perasaan inferior istri dan menyalahkan diri karena
merasa tindakan suami berpoligami adalah akibat dari
ketidakmampuan dirinya memenuhi kebutuhan biologis suami.
Dampak Ekonomi Rumah Tangga
Ketergantungan secara ekonomi kepada suami. Walaupun ada
beberapa suami memang dapat berlaku adil terhadap istri-
istrinya, tetapi dalam prakteknya lebih sering ditemukan
bahwa suami lebih mementingkan istri muda dan menelantarkan
istri dan anak-anaknya terdahulu.
Dampak Hukum
Seringnya terjadi nikah di bawah tangan (pernikahan yang
tidak dicatatkan pada Kantor Catatan Sipil atau Kantor
Urusan Agama), sehingga pernikahan dianggap tidak sah oleh
negara, walaupun pernikahan tersebut sah menurut agama.
Pihak perempuan akan dirugikan karena konsekuensinya suatu
pernikahan dianggap tidak ada, seperti hak waris dan
sebagainya.
Dampak Kesehatan
14
Kebiasaan berganti-ganti pasangan menyebabkan suami atau
istri menjadi rentan terhadap penyakit menular seksual
(PMS), bahkan rentan terjangkit virus HIV/AIDS.
Kekerasan Terhadap Perempuan
Baik kekerasan fisik, ekonomi, seksual maupun psikologis.
Hal ini umum terjadi pada rumah tangga poligami, walaupun
begitu kekerasan juga terjadi pada rumah tangga yang
monogami.
2.8 Contoh Kasus Poligami
Kasus Poligami Bupati Garut
Akhir – akhir ini yang sangat sering sekali dibicarakan
oleh media, yaitu kasus poligaminya Bupati Garut “Aceng
Fikri” dengan seorang gadis 17 tahun Fany Oktora pada 16
Juli 2012. Pernikahannya dilakukan secara Sirri (tidak
tercatat di Kantor Urusan Agama) dengan kata lain, belum ada
persetujuan dengan istri pertamanya, akibat dari
perbuatannya itu Aceng dianggap Melanggar Kode etik
Birokrasi, karena menikahi gadis Dibawah Umur, secara sirri
dan itu pun dilakukan tanpa persetujuan istri pertamanya,
sehingga lawan politik dari Aceng mengangkat kasus ini untuk
menggugat perbuatan nyelenehnya ini. Puncaknya pada tanggal
25/2 Aceng Fikri dicopot dari jabatannya sebagai bupati, dan
ini adalah pertamakalinya dalam sejarah indonesia.
Dilarang Poligami, Anak Istri Dianiaya!
Kisah penganiayaan dalam keluarga yang berpoligami
terjadi di Makassar, Sulawesi Selatan. Sangkala memukuli
istri pertama saat mempertanyakan rencana pernikahannya yang
15
ketiga. Daeng Keebo tahu suaminya akan menikah lagi dari
putra mereka, Arman.
Arman lah yang menangkap basah Sangkala bermesraan dengan
perempuan lain yang ternyata adalah calon istri ketiga
ayahnya. Sangkala memang berniat mengawini perempuan ini
secara siri. Sangkala mengancam memukuli Arman jika buka
mulut pada ibunya. Namun, cerita ini akhirnya sampai juga ke
telinga Daeng Keebo yang baru melahirkan anak kelima. Saat
mempertanyakan kebenaran inilah, Sangkala menghajar istri
pertamanya dan juga Arman.
Polisi pun menggiring Sangkala. Akibat perbuatannya,
Sangkala juga bakal dijerat pasal perzinahan dengan ancaman
hukuman lima tahun penjara.
Inilah Suara Hati Anak Korban Bapak Bepoligami
Beristri lagi jelas bikin senang kaum bapak. Tapi
bagaimana nasib anak-anak mereka. Trauma! Bahkan sampai ada
yang sulit mengucapkan maaf lahir batin saat Lebaran tiba.
Hal menyakitkan itu dialami Mujib Hermani (27), yang
bapaknya menikah lagi ketika dia masih kecil. "Saya tahu
bapak kawin lagi saat kelas 1 SD," ungkap Mujib di Yayasan
Jurnal Perempuan, Jalan Tebet Barat 8, Jakarta Selatan,
Sabtu (9/12/2006).
Mujib yang bersaudara 11 orang ini mengaku masih trauma
dan marah terhadap bapaknya. "Bahkan saudara-saudara saya
sampai sekarang sulit menyampaikan ucapan maaf lahir batin
saat Lebaran," ungkap dia. Saat itu, imbuh dia, kondisinya
sangat tidak mengenakkan, karena ayahnya seorang tokoh agama
di NTB.
16
"Beberapa kali ibu ingin cerai, tapi tidak pernah
dikabulkan karena bapak saya tokoh agama. Entah inspirasi
dari mana, ibu saya memutuskan pindah agama kalau tidak bisa
bercerai," ujar dia.
Karena posisi ayahnya yang cukup terpandang itu, beberapa
tokoh agama di daerah tersebut merespons dan merapatkannya.
Akhirnya orangtuanya bercerai dan dia tinggal dengan ibunya.
Sementara Lely Nurrohmah dari Pusat Pendidikan dan
Informasi Iklan Hak-hak Perempuan menuturkan, berdasarkan
penelitiannya untuk tesis, poligami dapat menimbulkan
kekerasan terhadap anak.
"Bahkan ada salah satu anak yang memilih tidak menikah
karena trauma terhadap kehidupan keluarganya, " kata dia.
Dalam penelitiannya, Lely mengambil beberapa sampel di
Jawa Barat dan di pengadilan agama. Dari situ diketahui,
suami-suami yang memilih berpoligami biasanya melakukan hal
itu tanpa izin, dan strategi mereka biasanya berbohong
kepada istri pertamanya.
BAB III17
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Poligami Adalah sebuah sistem sosial yang berbeda-beda
interpretasi dan implementasinya antara beberapa masyarakat,
disesuaikan dengan Budaya dan Agama dari masing Masyarakat,
dan berkembang sejarahnya dari masa ke masa, seperti halnya di
Agama Kristen yang awalnya Boleh menjadi tidak diperbolehkan.
Dalam islam dibolehkan, tetapi setelah melihat realitas
Poligami ada juga sebagian ulama mengharamkannya. Dalam agama
hindu, tidak melarang juga tidak menyarankan poligami. Kalau
dalam agama budha poligami dianggap sebagai keserakahan (tidak
dianjurkan). Sedangkan agama yahudi hampir sama sejarahnya
dengan kristen, awalnya diperbolehkan namun kini dilarang.
Dinamika Pro - kontra Poligami ini akan selalu berjalan
seiring dengan perkembangan sistem sosial masyarakat.. Karena
bila dikaji lebih teliti lagi, dampak dan realitas sejarah
Poligami dari dulu hingga sekarang tidak selamanya menuai
kontroversi.
3.2 Saran
“Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman
di bumi?” (Lukas 18:8). Pertanyaan ini memperlihatkan
keprihatinan penuh kasih Pengantin Lelaki terhadap Pengantin
PerempuanNya.
Manusia diciptakan serupa dan segambar dengan Tuhan.
Tuhan itu ESA. Mari kita tunjukkan kasih kepada isteri kita
dengan kesetiaan kita kepada isteri, dan begitu juga isteri
harus menunjukkan kesetiaan kepada suaminya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka referensi yang diambil dalam pembuatan makalah
ini, mengambil dari kutipan di internet, dan berikut sumber
pustaka yang telah diambil.
Buku :
Etika Dasar dan Penerapannya dalam Hidup Praktis Manusia
oleh Pdt. R. M. Drie S Brotosudarmo, S.Th., M.Th., M.Si
Artikel Online :
http://artinafsucinta.wordpress.com/2013/02/26/tugas-
materi-poligami/
http://penadarisma.wordpress.com/makalah/poligami-dalam-
syariat-kompilasi-hukum-islam/
http://www.logon.org/indonesian/s/p293.html
19