MAKALAH THAHARAH
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of MAKALAH THAHARAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk Allah yang paling
sempurna dan dimuliakan, seperti tertera dalam
surat At-Tien ayat 4 yang artinya “Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya.” Karena manusia diciptakan oleh
Allah bukan sekedar untuk hidup didunia ini
kemudian meninggal tanpa pertanggung jawab, tetapi
manusia diciptakan oleh Allah hidup didunia untuk
beribadah.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembahKu” (Q.S Adz-
Dzaariyaat ayat 56). “Padahal mereka tidak disuruh
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
dengan lurus” (Q.S Al-Bayyinah ayat 5). Karena
Allah Maha Mengetahui tentang kejadian manusia,
maka agar manusia terjaga hidupnya, taqwa, diberi
kewajiban ibadah. Tegasnya manusia diwajibkan
beribadah, agar manusia itu mencapai taqwa.
Isi pembahasan ibadah menurut Ibnu Abidin,
membagi persoalan ibadah pada lima kitab, yakni :
Sholat, Zakat, Shiyam, Hajji, dan Jihad. Umumnya
1
Ulama memasukan soal Thaharah pada pembahasan
ibadah. Prof.Hashbi dalam Pengantar Fiqh
mengemukakan bahwa yang wajar, pembahasan ibadah
itu meliputi : Thaharah, Shalat, Jinayah, Shiyam,
Zakat, Zakat Fitrah, Hajji, Jihad, Nazar, Qurban,
Dzabihah, Shaid, Aqiqah, makanan dan minuman.1
Pada isi pembahasan ibadah menurut
Prof.Hashbi disebutkan yang pertama adalah
pembahasan mengenai thaharah. Thaharah bagi umat
muslim adalah hal yang sangat mendasar dalam
kehidupan sehari-hari. Tetapi pada kenyataannya
masih banyak umat muslim yang masih minim
pengetahuannya tentang thaharah. Untuk itu,
makalah ini dapat dijadikan media pembelajaran
dalam mempelajari thaharah yang sesuai dengan
kaidah-kaidah islamiah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Thaharah?
2. Apa yang dimaksud dengan Wudlu, Mandi dan
Tayamum?
3. Bagaimana tata cara Wudlu, Mandi dan Tayamum?
C. Tujuan Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Thaharah.
2. Mengetahui pengertian Wudlu, Mandi dan Tayamum.
3. Menjelaskan tata cara Wudlu, Mandi dan Tayamum.
1 Djamal Murni, Ilmu Fiqh, Jakarta, 1983, hlm.9.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Thaharah
Ath-Thaharah, menurut bahasa, artinya
kebersihan atau bersih dari berbagai kotoran, baik
yang bersifat hissiyah (nyata), seperti najis berupa
3
air seni dan yang selainnya, maupun yang bersifat
maknawiyah, seperti aib dan perbuatan maksiat. At-
Tathir bermakna tanzhif (membersihkan), yaitu
pembersihan pada tempat yang terkotori.2
Menurut pengertian syari’at
(terminologi), thaharah berarti tindakan
menghilangkan hadats dengan air atau debu yang
bisa menyucikan. Juga berarti upaya meglenyapkan
najis dan kotoran. Berarti, thaharah menghilangkan
sesuatu yang ada di tubuh yang menjadi penghalang
bagi pelaksanaan shalat dan ibadah semisalnya.3
Ulama Fiqh menyatakan bahwa thaharah adalah
membersihkan diri dari segala hal baik hadas
maupun najis yang menghalangi seseorang untuk
melakukan sholat, dengan menggunakan air atau
tanah. Menurut Al-Hanafiah thaharah adalah bersih
dari hadas dan najis. Pengertian thaharah pun
dikemukakan oleh Al-Malikiyah yakni suatu sifat
yang menurut pandangan syara membolehkan orang
yang mempunyai sifat itu mengerjakan sholat dengan
pakaian yang dikenakananya di tempat yang ia
gunakan untuk mengerjakan sholat, sedangkan
menurut Asy-Syafi’iah adalah suatu perbuatan yangmembolehkan seseorang mengerjakan sholat seperti
2 Allubab Syarh al-Kitab (1/10); dan ad-Dur al-Mukhtar (1/79)3 kitab al-Mughni (II/12) karya Ibnu Qudamah dan kitab Taudhiihul Ahkam min Buluughil Maraam karya Abdullah al-Basam (I/87)
4
whudu, mandi dan menghilangkan najis serta
hilangnya hadast, najis atau semisalnya seperti
tayamum dan mandi sunah.
B. Pengertian Wudlu
Wudlu merupakan sebuah rangkaian ibadah
bersuci untuk menghilangkan hadas kecil. Wudlu
merupakan syarat sah sholat, yang artinya
seseorang dinilai tidak sah sholatnya jika dia
melakukan tanpa berwudlu.4
Sementara menurut istilah fiqih, para ulama
mazhab mendefinisikan wudhu menjadi beberapa
pengertian. Mazhab Al-Hanafiah mendeskripsikan
Wudlu adalah membasuh dan menyapu dengan air pada
anggota badan tertentu. Al-Malikiah
mendeskripsikan Wudlu adalah thaharah dengan
menggunakan air yang mencakup anggota badan
tertentu, yaitu empat anggota badan, dengan tata
cara tertentu.5 Sedangkan Asy-Syafi’iyah
mendeskripsikan Wudhu’ adalah penggunaan air pada
anggotabadan tertentu dimulai dengan niat.6 Serta
Hambaliyah mendeskripsikan Wudhu adalah penggunaan
air yang suci pada keempat anggota tubuh yaitu
wajah, kedua tangan,kepala dan kedua kaki, dengan
4 Yahya Marjuqi, Panduan Fiqih Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Fathul Qarib Al-Mujib, Jakarta, Al-Maghfirah, 2012, hlm. 7.5 Al-Ikhtiar jilid 1 halaman 7.6 Asy-Syarhushshaghir wal hasyiatu alaihi jilid 1 halaman 104.
5
tata cara tertentu seusai dengan syariah, yang
dilakukan secara berurutan dengan sisa furudh.7
C. Pengertian Mandi
Mandi merupakan aktivitas mengalirkan air
pada seluruh anggota tubuh dengan niat tertentu.8
Menurut arti syara’ mandi adalah sampainya air
yang suci keseluruh badan dengan cara tertentu.
Sedangkan menurut ulama’ bermadzhab Sayafi’i
mendefisikan mandi yaitu mengalirkan air keseluruh
badan disertai dengan niat. Adapun ulama’
bermadzhab Maliki juga membuat suatu pengertian
mandi yakni sampainya air keseluruh badan
disertai dengan proses menggosok dengan niat
diperbolehkannya untuk melakukan sholat.
Adapun tujuan dari mandi itu sendiri yaitu selain
kita melaksanakan suatu ‘ibadah yang berupa
bersuci dari hadats besar, tapi kita juga
membersihkan tubuh kita dari segala kotoran dan
itu sangat dianjurkan oleh nabi seperti dalam
hadist yang artinya “Kesucian adalah sebagian dari
iman”.
D. Pengertian Tayamum
Tayamum secara harfiah memiliki arti
menyengaja. Sedangkan menurut syara, tayamum
7 Mughni Al-Muhtaj jilid 1 halaman 47.8 Yahya Marjuqi, Panduan Fiqih Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Fathul Qarib Al-Mujib, Jakarta, Al-Maghfirah, 2012, hlm. 13.
6
adalah menempelkan debu yang suci pada wajah dan
tangan sebagai pengganti wudlu, mandi, atau
membasuh anggota tubuh dengan syarat-syarat
tertentu.9
Di dalam Kamus Istilah Fiqh pula
mendefinisikan tayammum yaitu menyapukan debu atau
tanah ke wajah dan kedua tangan hingga kedua siku
dengan beberapa syarat, yang berfungsi sebagai
pengganti wudlu atau mandi sebagai rukhsah
(kemudahan) bagi mereka yang berhalangan atau
tidak dapat menggunakan air.10
9 Yahya Marjuqi, Panduan Fiqih Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Fathul Qarib Al-Mujib, Jakarta, Al-Maghfirah, 2012, hlm. 18.10 M. Abd. Mujieb, Mabruri Tholhah, Syafi'iyah Am. 1997: 382-383
7
BAB III
ANALISIS
A. Thaharah
Thaharah atau bersuci, dalam hukum islam soal
bersuci dan segala seluk-beluknya termasuk bagian
ilmu dan amalan yang penting, terutama karena
diantara syarat-syarat shalat telah ditetapkan
bahwa seseorang yang akan mengerjakan sholat
diwajibkan suci dari hadas dan suci pula badan,
pakaian, dan tempatnya dari najis.
Bersuci hukumnya wajib, berdasar firman Allah
swt dan sunnah Nabi SAW. Adapun firman Allah swt
dalam Q.S Al-Baqarah ayat 222 yang artinya “
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan
diri.” Dan Sabda Rasulullah SAW yang artinya
“Bersuci adalah separuh dari Iman.”
Thaharah menurut bahasa artinya bersih dan
suci. Menurut istilah (ahli fikih) berarti
membersihkan diri dari hadas atau najis, seperti
mandi, berwudlu atau tayamum. Thaharah sendiri
secara harfiah juga memiliki arti sisa air yang
8
telah digunakan (musta’mal) karena berfungsi
sebagai pembersih untuk bersuci.11 Banyak para
ahli atau ulama mendefinisikan thaharah, namun
dapat disimpulkan bahwa Thaharah adalah tindakan
membersihkan atau menyucikan diri dari hadast dan
najis.
Air yang dapat digunakan untuk bersuci secara
sah atau benar dikategorikan ke dalam 7 macam,
antara lain:
Air hujan
Air laut atau air asin
Air sungai
Air sumur
Air sumber
Air es atau salju
Air embun
Ketujuh air tersebut terbagi menjadi dua
golongan, yaitu air yang turun dari langit dan air
sumber yang keluar dari bumi. Air dapat dibagi
menjadi empat macam, yakni air mutlak, air suci
yang menyucikan, air suci yang tidak bisa
digunakan untuk bersuci, dan air najis
(mutanajjis).12
11 Yahya Marjuqi, Panduan Fiqih Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Fathul Qarib Al-Mujib, Jakarta, Al-Maghfirah, 2012, hlm. 2.12 Yahya Marjuqi, Panduan Fiqih Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Fathul Qarib Al-Mujib, Jakarta, Al-Maghfirah, 2012, hlm. 3.
9
Air Mutlak adalah air yang keberadaannya suci
dan dapat dipakai untuk bersuci, serta dapat
menyucikan benda lain. Atau dengan kata lain air
mutlak adalah air yang menyucikan dan tidak makruh
untuk bersuci. Air mutlak ini bisa untuk
menghilangkan hadas dan najis. Contoh air mutlak
adalah air hujan, air salju dan air es, air laut,
dan air zamzam.
Air suci yang menyucikan. Jika digunakan
untuk menyucikan badan hukumnya bisa berubah
menjadi makruh. Namun jika digunakan untuk
menyucikan pakaian, hukumnya tidak makruh. Air ini
adalah air musyammas, yaitu air yang panas akibat
terkena sinar matahari. Hukum makruh ini
menggunakan dasar bahwa air ini berbahaya untuk
kesehatan manusia. Namun, menurut Imam Nawawi
menjelaskan bahwa air panas yang akibat terkena
sinar matahari, hukumnya mutlak dan tidak makruh,
kecuali air itu dalam keadaan terlalu panas atau
terlalu dingin.
Air suci yang tidak bisa digunakan untuk
bersuci, disebut air musta’mal. Air musta’mal
adalah air sisa yang mengenai badan manusia karena
telah digunakan untuk wudlu dan mandi. Apabila air
itu tidak bertambah jumlahnya setelah digunakan,
10
air itu tetap suci namun tidak bisa digunakan
untuk bersuci.
Air najis (mutanajjis) adalah air yang hukumnya
najis dan jelas tidak bisa digunakan untuk
bersuci. Air yang sedikit atau banyak yang terkena
najis sehingga berubah warna dan baunya. Kalau air
itu sedikit, menjadi najis sebab bercampur dengan
najis, baik berubah atau tidak. Tetapi kalau air
itu banyak, menjadi najis sebab bercampur dengan
najis sampai berubah rasa atau baunya. Yang
dimaksud air yang sedikit ialah air yang kurang
dari dua kulah, dan air banyak adalah kalau sudah
sampai dua kulah. Ukuran dua kulah kurang lebih
200 liter.13
B. Wudlu
Wudlu, menurut bahasa berarti baik dan
bersih. Menurut istilah syara’, wudlu ialah
membasuh muka, dan kedua tangan sampai siku,
mengusap sebagian kepala dan membasuh kaki yang
sidahului dengan niat dan dilakukan dengan
tertib.14
Wudlu merupakan sebuah rangkaian ibadah
bersuci untuk menghilangkan hadas kecil. Wudlu
13 Abdul Fatah Idris, abu ahmadi, Fikih Islam Lengkap,Jakarta, Rineka Cipta, hlm.4.14 Ilmu Fiqh, Pembina Perguruan Tinggi Agama Islam, 1982, hlm. 40.
11
merupakan syarat sah sholat, yang artinya
seseorang dinilai tidak sah shalatnya jika dia
melakukan tanpa berwudlu.15 Syarat sah wudlu ada 5
perkara, yaitu islam,tamyiz16, airnya suci, tidak
ada halangan bathin (seperti akal tidak sehat),
tidak ada halangan dari agama (seperti sedang
haid, nifas, dan lain-lain. Fardhu wudhu meliputi
enam perkara, yakni :
1. Niat didalam hati, yang dilakukan diawal
membasuh muka, bukan sebelum membasuh muka.
Ketika membasuh muka, dalam hati niatkan
berwudlu untuk menghilangkan hadas kecil,
sehingga wudlunya menjadi benar atau sah.
Apabila dalam berwudlu tidak disertai niat,
wudlu itu menjadi tidak sah.
2. Membasuh seluruh bagian muka secara merata.
Batas bagian muka dimulai dari tempat
tumbuhnya rambut kepala sampai dagu bagian
bawah dan antara telinga kanan dan telinga
kiri. Hal ini berarti pada janggut yang
tertutup oleh jenggot tipis yang terlihat
yang nyata kulitnya oleh orang yang diajak
bicara, maka wajib dibasuh pada bagian
kulitnya, yakni tempat tumbuhnya jenggot
15 Yahya Marjuqi, Panduan Fiqih Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Fathul Qarib Al-Mujib, Jakarta, Al-Maghfirah, 2012, hlm. 7.16 Bisa membedakan atau sudah berakal.
12
tersebut. Wajib membasuh satu kali dan sunnah
membasuh kebanyak tiga kali.
3. Membasuh kedua tangan sampai dengan siku
serta wajib membasuh apa saja yang ada pada
tangan seperti bulu-bulu, lipatan-lipatan,
dan kotoran yang mencegah masuknya atau
meresapnya air, termasuk kotoran yang ada
pada kuku.
4. Mengusap kepala dengan tangan yang dibasahi
air. Sedang dalam mengusap kepala dapat
difahami tidak seluruh kepala, tetapi dengan
mengusap sebagiannya cukup. Atau cukup
mengusap sebagian rambut sebatas kepala.
Namun dalam hal ini banyak hadist yang
berbeda memberikan pengertian dalam menyapu
kepala, ada yang berpendapat hanya sebagian
dan ada pula yang menyatakan seluruh bagian
kepala. Seperti Hadist yang ditakhrijkan
(berasal dari kata takhrij17) oleh Imam
Bukhari dan muslim dan Al-Mughirah bin
Syu’bah yang bertentangan dengan Hadist yang
17 kata takhrij berasal dari kata kharaja-yukhariju-takhrijan yang artinyamenampakkan, mengeluarkan, menerbitkan, menyebutkan, danmenumbuhkan. Maksudnya, menampakkan sesuatu yang tidak atausesuatu yang masih tersembunyi. Penampakan dan pengeluaran di sinitidak mesti berbentuk fisik, tetapi mencakup nonfisik yang hanyamemerlukan tenaga dan pikiran seperti makna kata istikhraj yangberarti mengeluarkan hukum dari nash al-Qur’an dan hadits.
13
diriwayatkan oleh Al-Jam’ah dari Abdullah bin
Zaid.
5. Membasuh kedua kaki sampai dengan mata kaki,
berdasar firman Allah swt yang artinya “Dan
(basuhlah) kakimu beserta kedua mata kaki.”.
Bagi umat yang memakai muzah (sepatu) maka
wajib membasuh kedua muzah dan membasuh kedua
kaki. Membasuh kedua kaki ini juga termasuk
membasuh bulu bulu, jari-jari dan lipatannya,
seperti ketentuan pada membasuh tangan
diatas.
6. Tertib atau berurutan sesuai urutan ketentuan
rukun atau fardhunya wudlu yang telah
ditetapkan. Apabila seseorang lupa bahwa
wudhunya tadi tertib atau tidak, maka
wudlunya harus di ulang. Demikian juga ketika
seseorang sakit dan diwudlukan oleh empat
saudaranya secara bersamaan, masing-masing
membasuh muka, tangan, sebagian kepala, dan
kaki. Maka yang dianggap sah dalam ketentuan
tertib berwudlu adalah yang membasuh muka.
Wudlu juga memiliki sunnah dalam
menjalankannya, diantaranya adalah :
a. Membaca Basmallah ketika mulai berwudlu.
14
b. Mencuci kedua telapak tangan sampai
pergelangan terlebih dahulu sebelum
memasukkan kedua tangan kedalam air dua
kulah yang akan dipergunakan untuk
berwudlu.
c. Berkumur, setelah mencuci kedua telapak
tangan.
d. Memasukan air ke hidung, juga beralasan
pada amal Rasulullah SAW yang diriwayatkan
Bukhari dan muslim.
e. Mengusap seluruh bagian kepala dengan air.
Untuk yang berkerudung atau memakai surban
cukup diusap sebagian tanpa membukanya.
f. Mengusap dua telinga, yaitu daun telinga
bagian luar dan dalam dengan air yang baru
diambil, bukan dengan air bekas basuhan
muka atau kepala. Caranya adalah dengan
memasukan jari telunjuk ka bagian dalam
telinga. Kedua jari ini dijalankan untuk
membersihkan telinga bagian dalam dan
bagian luar. Yang terakhir, kedua telapak
tangan digosok-gosokkan ke telinga sampai
terasa bersih.
g. Mengusap air ke sela-sela jenggot dengan
jari diletakkan ke sela-sela jenggot. Hal
ini ditujukan untuk lebih memudahkan kulit
15
tempat tumbuh jenggot terbasuh oleh air
ketika membasuh seluruh muka.
h. Mengusap sela-sela jari dan membasahinya.
i. Mendahulukan bagian yang kanan dan
mengakhirkan bagian yang kiri.
j. Mengulang tiga kali pada setiap anggota
yang dibersihkan dan diusap.
k. Bersambung antara membasuh anggota yang
satu dan anggota yang berikutnya, dalam
artian tidak berhenti antara keduanya.
l. Menjaga agar percikan air itu jangan
kembali ke badan.
m. Menggosok anggota wudlu agar menjadi lebih
bersih.
n. Membaca dua kalimat syahadat dan menghadap
kiblat ketika wudlu.
o. Berdoa sesudah selesai wudlu.
p. Membaca dua kalimat syahadat sesudah
selesai wudlu.
Selain sunnah dalam menjalankan wudlu, apa
pula hal-hal yang dapat merusak wudlu atau disebut
juga hal-hal yang menyebabkan hadas kecil.
Diantaranya adalah lima perkara sebagai berikut :
1) Adanya sesuatu yang keluar dari jalan
depan (qubul) atau jalan belakang (dubur)
16
orang yang memiliki wudlu, yang berbentuk
nyata, baik air maupun feses atau yang
menyerupainya seperti darah dan batu, atau
hewan kecil dan air mani.
2) Tidur, Kecuali tidur itu dalam keadaan
duduk di tanah atau lantai yang apabila ia
terbangun masih dalam posisi yang tetap.
3) Hilangnya ingatan akibat mabuk, gila,
kambuhnya ayan, pingsan dan lain-lain.
4) Seorang pria yang menyentuh wanita yang
bukan mahramnya walaupun yang dipegangnya
itu adalah mayat.
5) Memegang farji atau alat vital dengan
telapak tangan, baik pria maupun wanita.
C. Mandi
Mandi berarti mengguyur air ke seluruh badan.
Berdasarkan firman Allah dalam Q.S Al-Maidah ayat
6 yang artinya : “Dan jika kamu junub maka
mandilah”. Pengertian lain mengenai mandi adalah
aktivitas mengalirkan air pada seluruh tubuh
dengan niat tertentu.18 Adapun sebab-sebab yang
mewajibkan mandi, yakni :
1. Bersetubuh, berdasar Q.S Al-Maidah ayat 6 yang
artinya “Apabila kamu sekalian dalam keadaan
18 Yahya Marjuqi, Panduan Fiqih Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Fathul Qarib Al-Mujib, Jakarta, Al-Maghfirah, 2012, hlm. 13.
17
junub maka mandilah.” Dalam hal ini, baik keluar
mani atau tidak tetap diwajibkan mandi.(Sabda
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim).
2. Mengeluarkan mani dalam mimpi bersetubuh
(ihtilam). Yakni keluarnya sperma dari penis
(laki-laki) atau vagina (bagi perempuan), baik
disertai kenikmatan yang nyata maupun yang tidak
nyata, misalnya orang mimpi basah yang mendapati
kemaluannya basah namun tidak merasakan syahwat.
Kewajiban ini berdasarkan hadits narasi Abu
Sa’id19, ia berkata : Rasulullah bersabda , yang
artinya:”Sesungguhnya air (mandi wajib) karena
keluarnya air (sperma)”.
3. Selesainya haid dan nifas. Wanita yang datang
bulan atau melahirkan anak, apabila telah
berhenti tidak lagi mengeluarkan darah, maka ia
wajib mandi. Adapun kewajiban mandi bagi wanita
yang selesai nifas didasarkan pada ijma’ sahabat
bahwa nifas sama dengan haid.
4. Persalinan Tanpa Pendarahan. Kalangan ulama
mazhab Hanafi, mazhab Maliki, mazhab Syafi’I
menyatakan kewajiban mandi atas perempuan yang
melahirkan, meskipun ia tidak melihat adanya
bercak darah. Hal ini demi sikap kehati-hatian,19 HR. Imam Muslim, dalam shahih Muslim, Kitab Al-Haidh, dalam bab Bayan Anna Al-Ghusla Yajibu bi Al-Jima’
18
karena tidak mungkin perempuan melahirkan tanpa
disertai bercak darah. Sedangkan Imam Abu Yusuf,
Muhammad Asy-Syaibani (keduanya dari mazhab
Hanafi), dan ulama-ulama mazhab Hanbali
berpendapat bahwa tidak dijumpai bercak darah
maka tidak wajib mandi, sebab dalam hal ini
tidak ada nash maupun yang semakna dengan nash
yang menyatakan kewajiban demikian.
5. Meninggal Dunia. Para ulama sepakat bahwa
hukumnya fardhu kifayah bagi orang-orang yang
hidup untuk memandikan mayat muslim yang yang
tidak dilarang untuk dimandikan.
6. Masuk islam. Jika orang kafir masuk islam maka
ia wajib mandi , sebab ketika beberapa orang
sahabat masuk islam , mereka disuruh Nabi mandi.
Menurut hadis,”Dari Qais bin Asim. Ketika ia
masuk islam , Rasulullah SAW menyuruhnya mandi
dengan air dan daun bidara.”
Hal-hal yang diharamkan bagi orang junubOrang yang sedang dalam keadaan junub tidakdiperbolehkan dan diharamkan melakukan hal-halsebagai berikut:1. Shalat2. Thawaf3. Menyentuh dan membawa mushaf (Al-Qur’an)4. Membaca Al-Qur’an5. Berdiam diri dimasjid
19
Mandi-mandi sunnahMandi sunnah adalah mandi yang dilakukan orangmukallaf maka ia mendapatkan pujian atastindakannya , dan jika meninggalkan maka ia tidakterkena celaan atau hukuman.Adapun yang termasuk mandi sunnah adalah sebagaiberikut:1. Mandi hari jum’atMandi hari jum’at disunatkan bagi orang yangbermaksud akan mengerjakan shalat jum’at, agarbau yang kurang enak tidak mengganggu orangdisekitar tempat duduknya.
2. Mandi Hari Raya Idul Fitri dan Hari RayaKurban
3. Mandi orang gila apabila ia sembuh darigilanya, karena ada kemungkinan ia keluar mani.
4. Mandi tatkala hendak ihram haji atau umrah5. Mandi sehabis memandikan mayat.Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Yangartinya : “Barang siapa memandikan mayat,hendaklah ia mandi, dan barang siapa yangmembawa mayat, hendaklah ia berwudhu.” (riwayatTirmidzi dan dikatakan Hadits Hasan).
6. Mandi seorang kafir setelah memeluk agamaIslam, sebab ketika beberapa orang sahabatmasuk islam, Nabi menyuruh mereka untuk mandi.
Fardu (rukun) Mandi1. Niat. Orang yang junub hendaklah berniat
(menyengaja) menghilangkan hadas junubnya,perempuan yang baru selesai haid atau nifashendaklah berniat menghilangkan hadaskotorannya.
2. Mengalirkan air ke seluruh badan.
20
3. Bagi orang yang bernajis pada bagian tubuhnya,maka wajib menghilangkan najisnya terlebihdahulu, baru kemudian berniat mandi untukmenghilangkan hadas.
4. Membasahi seluruh rambut dan kulit diseluruhtubuh dengan air.
Sunah-sunah Mandi1. Membaca basmallah pada permulaan mandi.2. Berwudhu sebelum mandi.3. Menggosok-gosok seluruh badan dengan tangan.4. Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri.5. Berurutan.
D. Tayamum
Apabila seseorang junub atau seseorang akan
mengerjakan sembahyang, orang tadi tidak
mendapatkan air untuk mandi atau untuk wudlu, maka
sebagai ganti untuk menghilangkan hadast besar
atau kecil tadi dengan melakukan tayamum.
Tayamum menurut bahasa sama dengan Qasad
artinya menuju. Secara harfiah memiliki arti
menyengaja, sedangkan menurut syara, tayamum
adalah menempelkan debu yang suci pada wajah dan
tangan sebagai pengganti wudlu, mandi, atau
membasuh anggota tubuh dengan syarat-syarat
tertentu.
Sebab / Alasan Melakukan Tayamum adalah :
Dalam perjalanan jauh
21
Jumlah air tidak mencukupi karena
jumlahnya sedikit
Telah berusaha mencari air tapi tidak
diketemukan
Air yang ada suhu atau kondisinya
mengundang kemudharatan.
Air yang ada hanya untuk minum.
Air berada di tempat yang jauh yang
dapat membuat telat shalat
Pada sumber air yang ada memiliki bahaya
Sakit dan tidak boleh terkena air
Adapun Syarat Sah Tayamum adalah sebagai
berikut :
Telah masuk waktu sholat.
Memakai tanah berdebu yang bersih dari
najis dan kotoran.
Memenuhi alasan atau sebab melakukan
tayamum.
Sudah berupaya / berusaha mencari air
namun tidak ketemu.
Tidak haid maupun nifas bagi wanita /
perempuan.
Menghilangkan najis yang yang melekat
pada tubuh
22
Selain Syarat sah Tayamum, ada pula Sunah
etika melaksanakan Tayamum :
Membaca basmalah
Menghadap ke arah kiblat
Membaca doa ketika selesai tayamum
Medulukan kanan dari pada kiri
Meniup debu yang ada di telapak tangan
Menggodok sela jari setelah menyapu
tangan hingga siku
Rukun Tayamum, meliputi :
Niat Tayamum
Menyapu muka dengan debu atau tanah.
Menyapu kedua tangan dengan debu atau
tanah hingga ke siku.
Hal-hal yang membatalkan tayamum, antara lain
:
1. Segala sesuatu yang membatalkan wudlu,
berlaku pula pada tayamum.
2. Melihat air. Bagi orang yang bertayamum
karena kesulitan mendapatkan air lalu
melihat air sebelum masuk waktu sholat
maka tayamumnya batal. Apabila seorang
yang bermukim bertayamum dan sedang
sholat, dan dia melihat air, sholat itu
harus diulang. Namun, bila orang itu
23
adalah musafir, sholatnya tidak harus
diulang. Apabila seorang bertayamum
karena sakit kemudian ia melihat air,
tayamumnya tidak batal dan tetap sah
sholatnya.20
3. Murtad, artinya terputus Islamnya.
Bagi orang yang sakit, jika tangannya
diperban maka cukup perbannya saja yang
diusap debu. Setiap bertayamum hanya berlaku
satu kali sholat fardhu, atau satu kali
tawaf.
20 Yahya Marjuqi, Panduan Fiqih Imam Syafi’i Ringkasan Kitab Fathul Qarib Al-Mujib, Jakarta, Al-Maghfirah, 2012, hlm. 20.
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Thaharah adalah tindakan
membersihkan atau menyucikan diri dari hadast dan
najis. Thaharah atau Bersuci beberapa macam-
macamnya adalah wudlu, mandi, dan tayamum.
Wudlu merupakan sebuah rangkaian ibadah
bersuci untuk menghilangkan hadas kecil. Wudlu
merupakan syarat sah sholat, yang artinya
seseorang dinilai tidak sah shalatnya jika dia
melakukan tanpa berwudlu. Yang didalamnya ada
ketentuan atau syarat-syarat serta rukun dan hal-
hal yang merusak wudlu.
Mandi adalah aktivitas mengalirkan air pada
seluruh tubuh dengan niat tertentu. Sedangkan
tayamum adalah mengusapkan tanah ke muka dan kedua
tangan sampai siku dengan beberapa syarat. Tayamum
adalah pengganti wudlu atau mandi, sebagai rukhsah
(keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai
air karena beberapa halangan (uzur), yaitu Uzur
karena sakit, karena dalam perjalanan dan karena
tidak ada air.
25
B. Saran
1. Dalam kehidupan sehari-hari tentu umat muslim
tidak terlepas dari thaharah atau bersuci yang
didalamnya terdapat macam-macamnya seperti
wudlu, mandi dan tayamum, untuk itu aplikasikan
ilmu sesuai dengan syariat islam, dan tentunya
menyempurnakan ibadah kita terhadap Allah swt.
2. Dalam kehidupan tidaklah semuanya sefaham,
dalam ilmu fiqh pun mengenal beberapa mazhab
yang terkenal seperti Mazhab Hanafi, Mazhab
Maliki, Mazhab Syafi’I dan Mazhab Hanbali. Hal
ini menyebabkan beberapa perbedaan didalam
mazhabnya termasuk perbedaan dalam fiqh ibadah,
namun semua itu kembali pada diri setiap
individu umat muslim mana yang dipilihnya,
karena setiap mazhab sama-sama bersumber pada
Al-Qur’an dan Hadist, dan dibantu pula dengan
Ijma’ dan Qiyas.
26