TEORI EVALUASI DALAM PENDIDIKAN

25
MAKALAH TEORI EVALUASI DALAM PENDIDIKAN Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dosen mata kuliah landasan teknologi pendidikan Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abdul Gafur, M.Sc Disusun Oleh: Ence Surahman, S.Pd (14707251039) Ziaurrahman, S.Pd.I (14707251030) PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

Transcript of TEORI EVALUASI DALAM PENDIDIKAN

MAKALAH

TEORI EVALUASI DALAM PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dosen mata kuliah landasan

teknologi pendidikan

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abdul Gafur, M.Sc

Disusun Oleh:

Ence Surahman, S.Pd (14707251039)

Ziaurrahman, S.Pd.I (14707251030)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2014

Hal- i

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, berkat rahmat Tuhan Yang

Maha Kuasa, makalah yang berjudul teori evaluasi ini dapat diselesaikan sesuai

dengan apa yang ditugaskan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Landasan Teknologi Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan Program

Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Shalawat serta salam semoga

dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini berisi penjelasan tentang definisi, fungsi, tujuan, manfaat,

subjek, objek evaluasi, analisis kebutuhandalam evaluasi, pendekatan interpretasi

skor dengan menggunakan peniaian acuan patokan (PAP) dan penilaian acuan

normatif (PAN), kemudian membahas tentang tes formatif dan summatif.

Penyusun menyadari penjelasan dalam makalah ini terdapat banyak

kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu adanya kritik dan masukan dari

berbagai pihak untuk penyempurnaan makalah ini sangat penyusun nantikan.

Demikian pengantar dari penyusun, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita

semua.

Yogyakarta,04 November 2014

Penyusun

Hal- ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... ii

BAB I .................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Permasalahan ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................................... 3

BAB II ................................................................................................................................. 4

TEORI EVALUASI DALAM PENDIDIKAN ................................................................... 4

2.1 Pengertian dan Fungsi Evaluasi ................................................................................ 4

b. Tes Formatif ........................................................................................................ 8

a. Tes Sumatif ....................................................................................................... 10

2.2 Analisis Kebutuhan dalam Evaluasi ................................................................. 12

2.3 Patokan Norma Evaluasi ................................................................................... 13

BAB III ............................................................................................................................. 20

PENUTUP ........................................................................................................................ 20

3.1 Simpulan ........................................................................................................... 20

3.2 Saran ....................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 22

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkat Penguasaan Mahasiswa ....................................................................... 15

Tabel 2.2 Tabel Pedoman Konversi Skor ......................................................................... 15

Tabel 2.3 Distribusi Frekuensi Skor UAS Landasan Tekpend ......................................... 18

Tabel 2.4 Menghitung rata-rata dan simpangan baku ....................................................... 18

Hal- 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Banyak orang tidak menyadari bahwa pada dasarnya setiap saat dalam

kehidupan sehari-hari, kita sering melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam aktivitas

harian kita baik di rumah, tempat kerja, dijalan, dalam kendaraan, di sekolah, di

kampus, di rumah sakit, di tempat ibadah, di pasar, di tempat hiburan kita sudah

jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilian.

Misalnya ketika di jalan raya atau dijalan tol kita memperkirakan ukuran

lebar jalan, ketika masuk pasar kita menilai kualitas barang-barang yang

diperjualbelikan, mengukur timbangan/masa sebuah barang, mengukur masa

kadaluarsa barang yang diperjualbelikan, ketika di rumah kita mengukur luas

ruang tamu, ruang tidur, ruang makan, taman. Ketika berhubungan dengan orang

lain, kita menilai kepribadiannya, ketika di kantor kita menilai kinerja karyawan.

Begitupun di tempat ibadah kita menerka tinggi menara, banyaknya jama’ah yang

ibadah dalam waktu tertentu dan lain-lain.

Lebih jauh lagi, evaluasi hadir dalam bidang pendidikan contohnya proses

guru mengukur kemampuan siswa berlari, membaca cepat, mengevaluasi hasil

belajar, kepala sekolah menilai kinerja guru, dosen mengevaluasi mahasiswa dan

lan-lain. Dalam bidang ekonomi terkait dengan evaluasi pertumbuhan

perekonomian suatu negara, evaluasi kebijakan perekonomian yang dilaksanakan

dan lain-lain. Dalam pertanian seorang petani menevaluasi hasil panen, mengukur

produk pertanian, dan lain-lain. Dalam bidang perikanan para nelayan mengukur

masa ikan yang dihasilkannya, pemerintah mengevaluasi program-program yang

terkait dengan kebijakan perikanan yang telah dilaksanakannya dan lain-lain.

Dalam bidang peternakan juga sama, politik mengukur tingkat elektabilitas dan

popularitas pratai, calon anggota dewan, peserta pilkada dan lain-lain. Dalam

bidang pertahanan keamanan misalnya mengukur kekuatan lawan, ketahanan

pasukan dan lain-lain, begitupun dalam bidang keuangan mengukur tingkat suku

bunga, kurs dolar, saham, dan lain sebagainya.

Hal- 2

Dari beberapa contoh diatas jelas bagi kita bahwa pada dasarnya proses

evaluasi baik pengukuran maupun penilaian tidak bisa lepas dari kehidupan semua

orang, karena pada dasarnya evaluasi menjadi bagian penting dari semua aktivitas

kita, dan evaluasi tidak akan pernah berlepas diri dari kehidupan kita. Bahkan

evaluasi ada dalam semua bidang kehidupan manusia baik dengan kesendiriannya

maupun dalam konteks kebersamaan dengan manusia lainnya.

Dahulu evaluasi dalam proses pendidikan selalu identik dengan prestasi

belajar siswa. Padahal sesungguhnya makna evaluasi dalam proses pendidikan

tidak hanya sebatas prestasi belajar siswa. Melainkan memiliki dimensi yang

sangat luas. Dan apabila para guru, dosen, pengawas, dinas, pemerintah sudah

memahami akan luasnya makna evaluasi maka disitulah peran evaluasi bisa

dimaksimalkan sehingga proses pendidikan akan bisa ditinjau dari berbagai sudut

pandang tidak hanya prestasi belajar siswa.

Karena luasnya bidang kajian evaluasi, maka untuk mempermudah

pemahaman tentang evaluasi, dalam makalah ini penyusun mencoba menjelaskan

beberapa hal terkait dengan evaluasi. Mulai dari definisi, fungsi, tujuan, manfaat,

subjek, objek evaluasi, analisis kebutuhan dalam evaluasi, patokan kriteria

pengukuran dan penilaian, patokan norma evaluasi, penilaian formatif dan

penilaian sumatif. Selengkapnya kami jelaskan dalam paparan makalah berikut

ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah

ini diantaranya :

1. Apa definisi, fungsi, tujuan, manfaat, objek dan subjek evaluasi?

2. Bagaimana analisis kebutuhan dalam evaluasi?

3. Bagaimana patokan kriteria pengukuran?

4. Bagaimana patokan norma evaluasi?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:

1. Memahami definisi, fungsi, tujuan, manfaat, subjek dan bjek evaluasi

2. Memahami tentang analisis kebutuhan dalam evaluasi

Hal- 3

3. Memahami patokan kriteria pengukuran

4. Memahami patokan norma evaluasi

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini sebagai sumber kajian sekaligus

referensi tentang teori evaluasi dalam pendidikan. Khususnya bagi para

mahasiswa maupun guru dan dosen yang tidak akan lepas dari proses penilaian

dan evaluasi dalam pekerjaan sehari-harinya.

Hal- 4

BAB II

TEORI EVALUASI DALAM PENDIDIKAN

2.1 Pengertian dan Fungsi Evaluasi

a. Definisi Evaluasi dan Penilaian Pendidikan

Dalam terminologi umum kata evaluasi memiliki makna yang luas.

Sederhananya terbagi menjadi dua terminologi khusus yakni dari kata

mengukur dan menilai. Adapun yang dimaksud dengan mengukur adalah

proses membandingkan sesuatu dengan satu ukuran tertentu baik yang

memiliki standar maupun tidak standar. Pengukuran bersifat kuantitatif

karena ada angka-angka yang dihasilkan dari prosesnya. Adapun terminologi

khusus berikutnya yakni menilai yang artinya mengambil suatu keputusan

terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian lebih bersifat kualitatif

dan bahkan cenderung subyektif. Adapun evaluasi dalam terminologi yang

umum meliputi kedua termonologi khusus diatas yakni memuat proses

mengukur dan menilai itulah evaluasi.

Dalam terminologi pendidikan Ralph Tyler (1950) dalam Suharsimi

(2012:3) mendefinisikan evaluasi pendidikan sebagai sebuah proses

pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan

bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang

belum dan apa sebabnya.

Suharsimi (2012:4) menjelaskan bahwa evaluasi dalam proses

pembelajaran dilakukan oleh guru, maka dari itu harus dibekali ilmu tentang

cara melakukan evaluasi yang baik. Agar guru mampu mengukur apakah

siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang

dirumuskan.

Sementara Barbara (1994:60) mendefinisikan penilaian adalah proses

penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan belajar. Dalam kawasan

penilaian teknologi pendidikan dibedakan beberapa jenis penilaian

diantaranya penilaian program, penilaian projek, dan peniliaan produk.

Menurut Worthen dan Sanders (Barbara,1994:59-60).

Hal- 5

Penilaian merupakan penentuan secara formal mengenai kualitas,

efektitifitas atau nilai dari suatu program, produk, proses, tujuan atau

kurikukum. Penilaian menggunakan metode inquiri dan pertimbangan,

termasuk, penentuan standar untuk mempertimbangkan kualitas dan

menentukan apakah standar tersebut harus bersifat relatif, atau

absolut, pengumpulan informasi, menetapkan penggunaan standar

untuk menentukan kulitas.

Pada dasarnya kata kunci dari proses penilaian adalah untuk mendapatkan

nilai tentang objek yang akan dinilai. Kegiatan penilaian harus dilakukan dengan

secara teliti, akurat, sistematis yang dilakukan antara evaluator dan klien. Proses

evaluasi dalam kegiatan pembelajaran dilakukan baik selama proses perencanaan,

pelaksanaan dan akhir dari proses pembelajaran. Bentuk dan ragam atau jenis

evaluasinya tergantung pada tujuan dari data yang ingin diperolehnya.

b. Alasan melakukan kegiatan penilaian

Suharsimi (2012:14) menjelaskan beberapa alasan dan latar belakang

mengapa penilaian dalam pendidikan itu diperlukan, karena pada hakikatnya

penilaian memiliki makna yang sangat penting, diantaranya adalah :

1. Makna bagi siswa

Siswa mengetahui sejauh mana ia telah berhasil mengikuti pelajaran

yang diberikan oleh guru. Hasilnya bisa berupa dua kemungkinan yakni

memuaskan dan tidak memuaskan.

2. Makna bagi guru

a) Guru mengetahui siswa mana yang sudah bisa melanjutkan materi

berikutnya karena sudah mampu mencapai standar dari materi yang

telah diberikannya, dan guru bisa memberikan perhatian yang

proposional kepada masing-masing siswa sebagaimana hasil

penilaian yang telah dilakukannya

b) Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat

bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran diwaktu yang

akan datang tidak perlu diadakan perubahan

c) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakannya sudah

tepat atau belum.

3. Makna bagi sekolah

Hal- 6

a) Hasil penilaian guru bisa menjadi gambaran pencapaian tujuan

institusional. Artinya apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh

sekolah sudah sesuai harapan atau belum. Karena hasil penilaian

belajar siswa bisa menjadi cermin kualitas suatu sekolah.

b) Informasi dari hasil penilaian guru bisa menjadi bahan untuk

menyusun perencanaan sekolah kedepannya.

c) Informasi hasil evaluasi tahunan yang dilakukan oleh guru bisa

menjadi bahan evaluasi sekolah, apakah proses pendidikannya

sudah mencapai standar nasional atau belum, jika belum maka

perbaikan merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan.

c. Fungsi Penilaian

1) Penilaian berfungsi selektif

Proses penilaian yang dilakukan untuk mengadakan seleksi

terhadap siswa atau calon siswanya, baik untuk memilih calon siswa yang

akan diterima disekolah, memilih siswa yang layak untuk naik kelas,

menyeleksi siswa yang berhak mendapatkan beasiswa, menyeleksi siswa

yang berhak untuk meninggalkan sekolah dan lain sebagainya.

2) Penilaian berfungsi diagnostik

Fungsi diagnostik yaitu untuk mengetahui kelemahan siswa dan

apa penyebabnya. Maka dengan melakukan penilaian sebenarnya guru

telah melakukan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan

kelemahannya. Dengan demikian guru mengetahui cara untuk mengatasi

masalah yang ditemukannya.

3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan

Hasil penilaian bisa digunakan untuk menempatkan siswa sesuai

dengan kemampuan dan kompetensi dirinya. Misalnya dalam penentuan

siswa yang bisa masuk kelas akselerasi.

4) Penilaian berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan

Salah satu fungsi dari penilaian adalah untuk mengukur

keberhasilan suatu program, dalam konteks pendidikan, maka penilaian

berfungsi untuk mengukur keberhasilan program pendidikan yang

Hal- 7

dilaksanakan, baik program tahunan, maupun program semesteran, bahkan

dibeberapa sekolah ada evaluasi program bulanan.

d. Subjek dan Sasaran/objek Evaluasi

Menurut Suharsimi (2012:29) yang dimaksud dengan subjek evaluasi

adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat disebut

sebagai subjek evaluasi untuk setiap tes, ditentukan oleh pembagian tugas dalam

tes tersebut. Contohnya :

1. untuk mengevaluasi tentang prestasi belajar atau pencapaian hasil belajar

siswa, maka subjek evaluasinya adalah guru

2. untuk mengevaluasi kepribadian seorang siswa maka yang menjadi subjek

evaluasinya adalah ahli psikologi sedangkan objeknya adalah kepribadian

siswa.

Adapun yang dimaksud dengan objek evaluasi adalah hal-hal yang

menjadi pusat perhatian untuk di evaluasi. Apapun yang ditentukan oleh evaluator

untuk di evaluasi itulah objek evaluasi (Suharsimi, 2012:30). Dalam penentuan

objek evaluasi ada sebagian pandangan yang kurang tepat, misalnya siswa secara

dini dikatakan sebagai objek evaluasi, walaupun dalam prosesnya seorang

evaluator mengevaluasi tentang siswa, namun pada dasarnya ada elemen yang

lebih spesifik yang lebih tepat disebut objek evaluasi.

Misalnya seorang wali kelas ingin mengetahui tinggi dan berat badan

semua siswa baru kelas 1 SD, maka yang menjadi objek evaluasinya bukan siswa,

melainkan tinggi dan berat badan siswa sedang wali kelas berperan sebagai subjek

evaluasi. Contoh lain dalam proses belajar dan pembelajaran, guru bahasa inggris

ingin mengetahui kemampuan siswa dalam membuat cerita dalam bahasa inggrin,

maka yang menjadi objek atau sasaran evaluasinya bukan siswa melainkan

kemampuan siswa dalam membuat cerita dalam bahasa inggris.

e. Prinsip dan alat Evaluasi

Menurut Suharsimi (2012:38) ada satu prinsip umum yang penting dalam

kegiatan evaluasi yaitu triangulasi atau hubungan erat antara tunjuan

pembelajaran, kegiatan pembelajaran adan evaluasi.

Hal- 8

Adapun yang dimaksud dengan alat evaluasi menurut Suharsimi (2012:40)

sesuatu yang digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan

tugas atau mencapai tujuan evaluasi secara lebih efektif dan efisien. Alat evaluasi

dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu dengan hasil seperti keadaan

yang dievaluasi. Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara

atau teknik, maka dikenal dengan teknik evaluasi. Adapun teknik evaluasi dibagi

menjadi dua yakni teknik tes dan teknik nontes.

Yang tergolong kedalam teknik nontes diantaranya:

a. skala beringkat (raing scale)

b. kuisioner (questionair)

c. daftar cocok (check list)

d. wawancara (interview)

e. pengamatan (observatiron)

f. dan riwayat hidup

Adapun yang dimaksud dengan teknik test, menurut Amir dalam Suharsimi

(2012:46) adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk

memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang

seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat. Tes dibagi menjadi

3 yaitu tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif.

a. Tes Diagnostik

Menurut Suharsimi (2012:48) yang dimaksud dengan test diagnostik yaitu

test yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga

berdasarkan hal tersebut, dapat dilakukan penanganan yang tepat.

b. Tes Formatif

Menurut Wiliam (2011:33) terminologi formatif tes mulai digunakan

tahun 1967 oleh Michael Scriven untuk mendseskripsikan aturan tentang

evaluasi dalam proses memperbaiki kurikulum yang sedang berlangsung. Hal

itu sejalan dengan kontek formatif tes yang dikenal di Indonesia hingga saat

ini, bahwa formatif tes identik dengan kegiatan ulangan materi pertopik materi

pembahasan. Menurut Wiliam (2011:37) mendefinsikan tes formatif.

Hal- 9

“Formative assessment as encompassing all thoses activities undertaken by

teachers, and/or by theirs students, which provide information to be used

as feedback to modify the teaching and learning activities in which they

are engaged”

Artinya test formatif merupakan bagian dari semua aktivitas pembelajaran

yang diambil oleh guru dan atau oleh siswa, yang menyediakan informasi

yang bisa digunakan sebagai umpan balik untuk memodifikasi aktivitas

belajar dan pembelajaran yang dipadukan. Sementara itu Cowie & Bell

(Wiliam,1999:32) mendefisikan formatif tes adalah proses yang digunakan

oleh guru dan siswa untuk merespon pembelajaran siswa agar meningkat

pembelajarnnya selama proses pembelajaran berlangsung.

Suharsimi (2012:50) mendefinisikasn bahwa test formatif adalah tes yang

diberikan kepada siswa setelah siswa menyelesaikan satu program

pembelajaran, atau biasa dikenal dengan tes akhir bab atau ulangan akhir bab.

Susan M. Brookhart dalam Webber (2012:226) menjelaskan ada tiga

tahapan penting dalam proses penilaian formatif, diantaranya yakni siswa

harus mengerti tujuan pembelajarannya, siswa harus membandingkannya

dengan tujuan pembelajaran yang actual dilapangan dan mereka harus

melakukan perbaikan dari proses belajarnya. Dari pendapatnya diatas jelas

bahwa hal paling prinsip dari adanya penilaian adalah untuk perbaikan,

terlebih penilaian formatif, maka proses perbaikannya menjadi lebih cepat

selama masih dalam proses perogram pembelajaran tidak menunggu dulu

sampai selesai program pembelajaran.

Wiliam (2011:46) menjelaskan 5 kunci strategis dari tes formatif,

diantaranya:

1. Clarifying, sharing, and understanding learning intentions and criteria

for success

2. Engineering effective classroom discussions, activities, and learning

task that elicit evidence of learning

3. Providing feedback that moves learning forward

4. Activating learners as instructional resources for one another

Hal- 10

5. Activating learners as the owners of their own learning

Menurut Suharsimi (2012) ada beberapa manfaat tes formatif, diantaranya:

1. Manfaat bagi siswa

a) Untuk mengetahui apakah siswa sudah mengetahui program secara

keseluruhan

b) Merupakan penguatan bagi siswa, tujuannya untuk memunculkan

motivasi intrinsik dalam diri siswa bahwa siswa sudah menguasai

materi yang diberikan

c) Usaha perbaikan, jika hasil tesnya belum mencapai standar

minimal, maka siswa akan mendalami kembali materinya sampai

kemampuannya mencapai standar yang ditentukan

d) Sebagai alat untuk mendiagnosis hal-hal yang masih dianggap sulit

oleh siswa sehingga susah untuk dikuasainya

2. Manfaat bagi guru

a) Mengetahui sejauh mana materi yang diajarkan sudah dikuasi oleh

siswa

b) Mengetahui bagian-bagian materi yang belum dikuasi oleh siswa,

sehingga guru bisa membuat program pengayaan

3. Manfaat bagi program

a) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang

tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan siswa

b) Apakah program yang diberikan membutuhkan pengetahuan-

pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan

c) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi

hasil yang akan dicapai

d) Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan

sudah tepat.

a. Tes Sumatif

Tes sumatif ialah tes diberikan kepada siswa setelah siswa

diberikan beberapa program pembelajaran, dalam konteks pembelajaran di

Hal- 11

persekolahan atau universitas tes sumatif dikenal dengan ulangan tengah

semester dan ulangan akhir semester.

Menurut Bloom (1981:71) yang dimaksud dengan tes sumatif

yaitu,

Summative evaluation is directed toward a much more general

assessment of the degree to which the larger outcomes have been attained

over the erntire course, or some substantial part of it.

Bloom (1981:77) menjelaskan beberapa langkah umum dalam

melakukan tes sumatif diantaranya:

1. Develop (or borrow and adapt) a table of spesifications for the

subject and grade

2. Write or select test item for the cells of the matrix

3. Choose items which the various cells by sampling in some

rational way

4. Arrange the chosen items systematically

5. Design an objective scoring scheme to furnish the kind of

information desired

6. Develop unambiguitas directions for the examines

7. Inspect the final product

Menurut Suharsimi (2012:54) ada beberapa manfaat tes sumatif

diantaranya untuk menentukan nilai, untuk menentukan seorang anak

dapat atau tidaknya mengikuti kelompok dalam menerima program

berikutnya, untuk mengisi catatan kemajuan belajar siswa. Sejalan dengan

pendapatnya Slameto (2001:26) hasil penilaian sumatif berguna untuk:

a. Memberikan nilai (grading) kepada siswa, misalnya nilai rapor

salam setiap semester

b. Memberikan penentuan tentang seorang siswa, misalnya

lulus/tidak lulus, baik/tidak baik

c. Menempatkan siswa dalam kelompok yang ditentukan,

misalnya menempatkan siswa dalam kelompok kerja, dalam

pendidikan selanjutnya dan sebagainya.

Hal- 12

Jika penilaian formatif diarahkan kepada tercapai tidaknya tujuan-

tujuan pembelajaran khusus, sedangkan penilaian sumatif diarahkan

kepada tercapai tidaknya tujuan-tujuan pembelajaran umum (Slameto,

2001:26).

2.2 Analisis Kebutuhan dalam Evaluasi

Salah satu tahapan dalam rangkaian proses evaluasi sebuah program

pendidikan adalah tahapan analisis kebutuhan yang akan dievaluasi. Dalam tahap

ini seorang evaluator harus melakukan analisis data apa yang ingin diperoleh

dengan evaluasi yang dilakukannya. Setelah ditentukan jenis informasi berupa

data-datanya, evaluator harus menentukan objek sasaran yang akan dievaluasinya,

kemudian mengembangkan rancangan dan teknik evaluasi yang digunakannya.

Baru setelah itu seorang evaluator akan melakukan kegiatan evaluasi sebagaimana

analisis kebutuhan yang sudah dilakukannya, target jenis data yang diinginkannya,

instrumen yang dimilikinya dan waktu serta objek sasaran yang sudah

ditentukannya.

Lalu apa saja yang menjadi perhatian utama dalam tahapan analisis masalah

evaluasi?. Secara keseluruhan adalah suatu program pendidikan maupun

pembelajaran yang sedang dan atau sudah dilaksanakan. Namun secara khusus

memuat hal-hal yang lebih spesifik, misalnya bagaimana efektivitas program,

apakah urutan programnya sesuai dengan perkembangan peserta didik, apakah

waktu pelaksanannya sesuai, apakah pembiayaannya mendukung, apakah sistem

yang digunakannya berjalan dengan baik, apakah program tersebut bermanfaat,

apakah peserta didik mengalami perubahan yang lebih baik atau tidak, itulah

beberapa jenis analisis kebutuhan yang lebih spesifik.

Menurut Seels (1994:61) yang dinamakan analisis masalah mencakup cara

penentuan sifat dan parameter masalah dengan menggunakan strategi

pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan. Kegiatan peniaian meliputi

identifikasi kebutuhan, penentuan sejauh mana masalahnya dapat diklasifikasikan

sebagai pembelajaran, identifikasi hambatan, sumber dan karakteristik pelajar,

serta penentuan tujuan dan prioritas demikian menurut Seels dan Glasgow

(Seels:1994:61).

Hal- 13

Analisis kebutuhan berarti analisis tentang jurang pembeda antara apa yang ada

saat ini dengan apa yang seharusnya ada. Sedangkan penilaian kebutuhan adalah

suatu studi yang sistematis mengenai kebutuhan yang dimaksud. Analisis

kebutuhan diadakan bukannya untuk melaksanakan penilaian yang lebih dapat

dipertahankan saat proyek berjalan, melainkan untuk perencanaan program yang

memadai (Seels, 1994:61).

2.3 Patokan Norma Evaluasi

Perbedaan antara skor dan nilai

Dalam proses evaluasi ada yang dinamakan dengan skor dan nilai. Lalu

dimana letak perbedaannya? Menurut Suharsimi (2012:271) yang dimaksud skor

adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-

sangka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa, sedangkan nilai adalah

angka ubahan dari skor dengan menggunakan acuan tertentu, yakni acuan normal

dan acuan standar. Secara rinci skor dapat dibedakan atas tiga macam yakni skor

yang diperoleh (obtained score), skor sebenarnya (true score), dan skor kesalahan

(error score).

Menurut Suharsimi (2012:272) yang dimaksud skor yang diperoleh adalah

sejumlah biji yang dimiliki oleh testee sebagai hasil mengerjakan tes. Adapun

skor sebenarnya adalah nilai hipotesis yang sangat tergantung dari perbedaan

individu berkenaan dengan pengetahuan yang dimiliki secara tetap. Dan skor

kesalahan adalah perbedaan antara skor yang diperoleh dengan skor sebenarnya.

Kesimpulannya skor yang diperoleh adalah skor sebenarnya ditambahkan skor

kesalahan.

Norm References dan Criterion Referenced

Menurut Suharsimi (2012:274) dalam penggunaan criterion – referenced,

siswa dibandingkan dengan sebuah standar tertentu dibandingkan dengan standar

mutlak misalnya skor 100. Adapun norm referenced prestasi belajar siswa

dibandingkan dengan siswa yang lain dalam kelompoknya. Artinya seorang siswa

yang apabila terjun di keompok A termasuk hebat atau cerdas, namun belum tentu

jika siswa tersebut masuk dikelompok yang lain yang rata-rata lebih pintar, maka

siswa tersebut bisa menduduki kualitas sedang saja. Sehingga ukurannya relatif.

Hal- 14

Maka dari itu norm referenced dikatakan pula denagn standar relatif. Dasar

pemikiran dari penggunaan standar tersebut adanya asumsi disetiap populasi yang

keterogen, adanya kelompok baik, sedang dan kurang atau rendah.

Penggunaan penilaian dengan norma kelompok atau norma relatif pertama

kali dikemukakan pada tahun 1908 (Cureton, 1971) dengan landasan dasar bahwa

tingkat pencapaian belajar siswa akan tersebar menurut kurva normal. Dengan

demikian maka penialaian berdasarkan kurva normal merupakan hal yang tidak

dapat dibantah lagi (Suharsimi, 2012:274).

2.4 Kriteria Patokan Penilaian dan Pengukuran

Setelah evaluator mendapatkan skor dari proses test, langkah berikutnya

adalah mengolah hasilnya. Dalam proses pengolahan hasil tersebut seorang

evaluator tidak boleh tergesa-gesa dalam menentukan nilainya. Menurut Zaenal

(2013:235) ada dua pendekatan penafsiran hasil tes yaitu pendekatan penilaian

acuan patokan (PAP) dan pendekatan penilaian acuan normatif (PAN). Pada

umumya pendekatan acuan patokan (PAP) digunakan untuk menafsirkan hasil tes

formatif, sedangkan penilaian acuan normatof (PAN) digunakan untuk

menafsirkan hasil tes sumatif.

a. Penilian Acuan Patokan (PAP)

Penilaian acuan patokan adalah upaya untuk menilai dari apa saja yang

telah dilakukan oleh peserta didik, suatu bagian kecil dari keseluruhan

program. Oleh karenanya yang diteliti apa saja yang dikerjakan oleh peserta

didik, dan bukan membangingkan peserta didik dengan teman

kelasnya,melainkan dengan suatu kriteria atau patokan yang lebih spesifik.

Adapun kriteria yang dimaksud adalah suatu tingkat pengalaman

belajar yang diharapkan tercapai sesudah selesai kegiatan belajar atau

sejumlah kompetensi dasar yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum

kegiatan berlangsung.

Contohnya, kriteria yang digunakan 75% atau 80%, untuk siswa yang

mendapatkan nilai kurang dari yang telah ditetapkan maka harus remedial.

Tujuannya adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi

yang ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. Manfaatnya sebagai usaha

Hal- 15

untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dan dapat diketahui tingkat

derajat yang dicapai. Contohnya skor ideal adalah 100, maka peserta didik

yang mendapatkan skor 85, skor ini sama dengan nilai 8,5 dalam skala 0-10

atau nilainya 85 dalam skala 0-100, 17 dalam skor 0-20 (namun ini jarang

digunakan) biasanya skala 0-10 atau 0-100.

Untuk lebih jelasnya, berikut contoh pengolahan skor mentah dengan

menggunakan penilaian acuan patokan.

Diketahui skor Ujian Tengah Semester (UTS) 20 mahasiswa

Teknologi Pembelajaran pasca sarjana Universitas Negeri Yogyakarta sebagai

berikut :

75 80 90 94 88 86 79 77 83 92

87 89 85 81 74 95 96 70 73 90

Langkah-langkahnya adalah:

Cara I :

Tabel 2.1 Tingkat Penguasaan Mahasiswa

Tingkat penguasaan Skor Standar

90 % -100%

80 % - 89 %

70 % - 79 %

60 % - 69 %

<59 %

A

B

C

D

E

Jika skor maksimum ditetapkan 100, maka penguasaan mahasiswa

90% = 0,90 x 100 = 90, penguasan 80 % = 0,80 x100 = 80, penguasaan 70

% = 0,70 x 100 = 70, penguasaan 60 % = 0,60 x 100 = 60. Dengan

demikian, diperoleh tabel konversi sebagai berikut :

Tabel 2.2 Tabel Pedoman Konversi Skor

Skor Mentah Skor Standar

90 – 100

80 - 89

70 - 79

60 - 69

<59

A

B

C

D

E

Maka dari data skor diatas bisa kita simpulkan mahasiswa yang

mendapatkan nilai A yakni yang memperoleh skor 90-100, nilai B skornya

Hal- 16

80-89, nilai C skornya 70-79. Karena tidak ada skor dibahwa 70, maka

nilai terendah yang diperoleh mahasiswa TP B yakni C.

b. Penilaian Acuan Normatif (PAN)

Jika dalam penilian acuan patokan penilaian itu berdasarkan hail skor

individu yang di tes, maka hasil belajar peserta didik pada penilaian acuan

normatif dibandingkan dengan teman sekelasnya atau kelompok. Untuk

peserta didik dikelompok berdasarkan jenjang hasil belajar, sehingga

kedudukan relatif ini bisa diketahui.

Tujuan untuk membedakan peserta didik atas kelompok-kelompok

tingkat kemampuan dari yang rendah-tinggi, secara ideal, pendistribusian

tingkat kemampuan dalam suatu kelompok mengambarkan suatu kurva. Pada

umumnya penilian acun normatif digunakan oleh guru untuk seleksi.

Hal-hal yang menjadi kewenangan guru dalam PAN:

Soal tes apa yang dianggap urgen oleh guru sebagai sample yang

telah disampaikan

Menentukan bagian yang urgen

Soal harus dibuat dalam tingkat kesukaran yang bervariasi

Soal dapat menyebar dan,

Dapat membandingkan peserta didik satu dengan yang lain

Menurut Zainal (2014:240) keberhasilan peserta didik hanya

ditentukan oleh kelompoknya. PAN biasa digunakan pada akhir unit

pembelajaran untuk menentukan tingkat hasil belajar peserta didik.

Pedoman konversi skornya tidak jauh berbeda dengan PAP, perbedaannya

hanya terletak dalam menghitung rata-rata dan simpangan baku yakni

menggunakan rumus statistik sesuai dengan skor mentah yang diperoleh

peserta didik.

Langkah-langkah pengolahan data dengan pendekatan PAN adalah

sebagai berikut.

1. Mencari skor mentah setiap peserta didik

2. Menghitung rata-rata (X) aktual

X aktual = Md + ∑𝑓𝑑

𝑛 𝑖

Hal- 17

Keterangan :

Md = mean duga

f = frekuensi

d = deviasi

fd = frekuensi kali deviasi

n = jumlah sampel

i = interval

3. Menghitung simpangan baku (s) aktual

S = 𝑛 ∑𝑓𝑑2 − ∑𝑓𝑑 2

𝑛(𝑛−1)

𝑖

4. Menyusun pedoman konversi

Contoh:

Diketahui dari 20 orang mahasiswa TP B yang mengikuti UAS

Landasan Pendidikan yang memperoleh skor sebagai berikut :

75 80 90 94 88 86 79 77 83 92

87 89 85 81 74 95 96 70 73 90

Pertanyaannya tentukan nilai peserta didik dengan menggunakan

pendekatan PAN!

Jawab :

1. Menyusun skor dari yang terkecil sampai yang terbesar

70 73 74 75 77 79 80 81 83 85

86 87 88 89 90 90 92 94 95 96

2. Selanjutnya mentabulasikan data dalam daftar distribusi frekuensi, dengan

cara mengelompokan data sesuai kelas interval. Untuk membuat kelas

interval bisa menggunakan rumus Sturges, caranya:

a. Mencari rentang (range), yaitu skor terbesar dikurangi skor terkecil.

Skor terbesar = 96

Skor terkecil = 70

Rentang = 26.

b. Mencari banyak kelas interval:

Banyak kelas = 1 + (2,6) log. N

= 1 + (2,6) log 20

Hal- 18

= 1 + (2,6) (1,30103)

= 1 + 3,38678)

= 4,382678

= 5 (dibulatkan dengan pembulatan keatas)

c. Mencari interval kelas :

I = Rentang

banyak kelas =

26

4,382678= 5,932 = 6 (dibulatkan)

d. Menyusun daftar distribusi frekuensi :

Tabel 2.3 Distribusi Frekuensi Skor UAS Landasan Tekpend

Kelas Interval Skor Frekuensi

91 – 96

85 – 90

79 – 84

73 – 78

67 – 72

92, 94, 95, 96

85, 86, 87, 88, 89, 90,90

79, 80, 81, 83

73 ,74,75,77

70

4

7

4

4

1

Jumlah 20 20

3. Mengitung rata-rata aktual

Tabel 2.4 Menghitung rata-rata dan simpangan baku

Kelas Interval F d Fd F(d2)

91 – 96

85 – 90

79 – 84

73 – 78

67 – 72

4

7

4

4

1

+2

+1

0

-1

-2

8

7

0

-4

-2

16

7

0

4

4

Jumlah 20 9 31

X aktual = Md + ∑𝑓𝑑

𝑛 𝑖 = 83 +

9

20 6 = 83 + 2,7 = 85,7

4. Menghitung simpangan baku aktual

Hal- 19

S = 𝑛 ∑𝑓𝑑2 − ∑𝑓𝑑 2

𝑛(𝑛−1)

𝑖 = S =

20 31 −81

20(20−1)

6 =

620−81

380

6 =

539

380

6 =

1,4184216 = 7,1458 = 7,15(dibulatkan)

5. Menyusun pedoman konversi :

a. Skala lima (0-5)

X + 1,5 (s) = 85,7 +1,5 (7,15) = 96,42

X + 0,5 (s) = 85,7 +0,5 (7,15) = 89,28

X – 0,5 (s) = 85,7 – 0,5 (7,15) = 82, 13

X – 1,5 (s) = 85,7 – 1,5 (7,15) = 74,98

Dengan demikian, skor 92 nilainya B, skor 87 skornya C, skor 73 skornya

E dan seterusnya sesuai dengan rentang konversi diatas.

Selain kedua pendekatan diatas, menurut Gronlund (1990:342), ada

beberapa metode interpretasi hasil tes diantaranya dengan menggunakan skor

mentah (raw score) apa adanya, dengan persentase (precentile rank), standard

scores (z-scores, T-score, standar age scores dan normal curve equivalent).

Namun yang banyak digunakan dalam proses tes formatif dan sumatif kebanyakan

menggunakan dua pendekatan yang sudah dibahas diatas, yakni penilaian acuan

patokan dan penilaian acuan normatif. Sementara penggunaan z-scores, T-score,

biasa digunakan oleh kalangan mahasiswa yang sedang melakukan analisis data

penelitian baik skripsi, thesis maupun disertasi dan jarang digunakan dalam

penilaian hasil belajar siswa dalam kontek penilaian formatif dan sumatif.

A

B

C

D

E

Hal- 20

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Evaluasi merupakan terminologi umum dari pengukuran dan penilaian.

Pengukuran lebih bersifat kuantitatif karena membandinkan suatu data berupa

skor dengan ukuran tertentu sedangkan penilaian lebih bersifat kualitatif bahkan

subjektif karena berupa hasil penarikan kesimpulan dari proses pengukuran.

Evaluasi dalam konteks pendidikan bertujuan untuk mencari tahu

informasi akhir dari fenomena yang diukur dan dinilai oleh seorang evaluator

berkaitan dengan objek-objek yang terkait pendidikan. Evaluasi berfungi sebagai

tolak ukur keberhasilan suatu program pendidikan yang sedang maupun sudah

dilaksanakan. Evaluasi dilakukan oleh evaluator yang berperan sebagai subjek

evaluasi, dan fenomena yang menjadi target evaluasinya disebut objek evaluasi,

adapun variabel-variabel dari objek evaluasi yang menjadi target untuk ditemukan

data dan informasinya disebut sasaran evaluasi.

Evaluasi merupakan serangkaian proses yang sistematis, berupa penentuan

objek dan sasaran evaluasi, kemudian analisis masalah yakni hal-hal yang

mendasari pentingnya dilakukan evaluasi, bisa berupa keingintahuan akan

efentivitas sebuah program, keberhasilan program, kekurangan dan kelebihan

sebuah program, dan lain sebagainya. Setelah analisis kebutuhan ditentukan

berikutnya proses penyusunan instrumen evaluasi yakni alat yang akan digunakan

untuk menggali data dan informasi dari sasaran evaluasi. Kemudian pengolahan

hasil evaluasi bisa dengan menggunakan pendekatan penialain acuan patokan dan

penilaian acuan normatif.

Dalam konteks pendidikan ada yang dikenal dengan penilaian formatif

yakni penilaian yang dilakukan dalam program yang sedang berjalan, berupa

penilaian-penilain dari satu topik yang sudah diajarkan, praktisnya berupa

ulangan harian. Penilaian formatif mengukur tujuan pembejalaran khusus.

Adapun yang kedua dikenal istilah penilaian sumatif yakni penilaian akhir sebuah

Hal- 21

program, praktisnya berupa ujian akhir semester, ujian nasional dan atau uji

kompetensi untuk kalangan mahasiswa di perguruan tinggi.

3.2 Saran

Berdasarkan paparan dalam makalah diatas, penulis memberikan beberapa

saran kepada para praktisi evaluasi pendidikan, diantaranya:

1. Luasnya cakupan bidang evaluasi, mengharuskan para praktisi dalam hal

ini mahasiswa calon pendidik, guru, dan dosen untuk semangat mendalami

pemahamannya tentang evaluasi pendidikan

2. Perkembangan teknologi yang pesat berdampak pula pada hadirnya

fasilitas yang bisa digunakan oleh praktisi evaluasi, maka teruslah

mengperbaharui informasi dan meningkatkan keterampilannya dalam

memanfaatkan fasilitas teknologi dalam praktik evaluasi pendidikan.

Hal- 22

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2013). Evaluasi Pembelajaran, Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: PT

Rosda Karya.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bloom, B. S. (1981). Evaluation to Improve Learning. New York: McGraw - Hill

Book Company.

Gronlund, N. E. (1990). Measurement and Evaluation in Teaching. Canada:

Macmillan Publishing Company.

Seels, B. (1994). Teknologi Pembelajaran Definisi dan Kawasannya. Jakarta:

Unit Percetakan UNJ.

Slameto. (2001). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Webber, C. (2012). Leading Student Assessment. Canada: Springer

Science+Bussiness Media.

Wiliam, D. (2011). Embedded Formative Assessment. Bloomington: Solution

Tree Press.