BAB II KAJIAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Teori Usaha ...

25
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Teori Usaha Kecil Pengertian usaha kecil adalah setiap usaha perseorangan atau badan hukum yang menjalankan kegiatan dibidang ekonomi yang dilakukan secara sederhana dengan tujuan memperoleh keuntungan dengan batasan-batasan tertentu. Usaha Kecil (UK) merupakan sebutan yang sering diringkas dari Usaha Skala Kecil (USK) sebagai terjemahan dari istilah Small Scale Enterprise (SSE) yang mempunyai banyak pengertian, baik dalam makna konsep teoritis, maupun sebagai konsep strategis kebijakan pembangunan. Usaha Kecil (UK) sebagai konsep mengacu kepada dua aspek, yaitu: a. Aspek perusahaan, yang melakukan aktifitas produktif, mengkombinasikan faktor- faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa, memasarkan dan meraih keuntungan. b. Aspek pengusaha yaitu orang dibalik usaha atau perusahaan yang biasnya adalah pemilik, pengelola sekaligus administrator dari perusahaannya. 1 Usaha Kecil menurut surat edaran bank Indonesia no 26/1/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah usaha yang memiliki total asset maksimal Rp 600 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati. Pengertian usah kecil meliputi badan usaha perseorangan, badan usaha swasta, dan koperasi, sepanjang asset yang dimiliki tidak lebih dari Rp 600 juta. Sedangkan berdasarkan UU no 9 tahun 1995 yang dimaksud dengan Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Usaha kecil yang dimaksud disini juga meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun Usaha Kecil Informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain 1 Pandji Anoraga, H Djoko Sudantoko. Aspek-aspek Usaha Kecil. (Jakarta: PT. Rineka Cipta). 2002. Hlm: 245

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Teori Usaha ...

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori dan Konsep

1. Teori Usaha Kecil

Pengertian usaha kecil adalah setiap usaha perseorangan atau badan hukum yang

menjalankan kegiatan dibidang ekonomi yang dilakukan secara sederhana dengan

tujuan memperoleh keuntungan dengan batasan-batasan tertentu. Usaha Kecil (UK)

merupakan sebutan yang sering diringkas dari Usaha Skala Kecil (USK) sebagai

terjemahan dari istilah Small Scale Enterprise (SSE) yang mempunyai banyak

pengertian, baik dalam makna konsep teoritis, maupun sebagai konsep strategis

kebijakan pembangunan.

Usaha Kecil (UK) sebagai konsep mengacu kepada dua aspek, yaitu:

a. Aspek perusahaan, yang melakukan aktifitas produktif, mengkombinasikan faktor-

faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa, memasarkan dan meraih

keuntungan.

b. Aspek pengusaha yaitu orang dibalik usaha atau perusahaan yang biasnya adalah

pemilik, pengelola sekaligus administrator dari perusahaannya.1

Usaha Kecil menurut surat edaran bank Indonesia no 26/1/UKK tanggal 29 Mei

1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah usaha yang memiliki total asset

maksimal Rp 600 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan rumah yang

ditempati. Pengertian usah kecil meliputi badan usaha perseorangan, badan usaha

swasta, dan koperasi, sepanjang asset yang dimiliki tidak lebih dari Rp 600 juta.

Sedangkan berdasarkan UU no 9 tahun 1995 yang dimaksud dengan Usaha

Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan sebagaimana diatur

dalam undang-undang ini. Usaha kecil yang dimaksud disini juga meliputi usaha kecil

informal dan usaha kecil tradisional. Adapun Usaha Kecil Informal adalah berbagai

usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain

1Pandji Anoraga, H Djoko Sudantoko. Aspek-aspek Usaha Kecil. (Jakarta: PT. Rineka Cipta). 2002. Hlm: 245

industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling dan pedagang kaki lima.

Sedangkan Usaha Kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi

sederhana yang telah digunakan secara turun temurun dan atau berkaitan dengan seni

atau budaya.

Pasal 5 UU no 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil menentukan kriteria usaha

kecil yang dapat diubah dengan peraturan pemerintah yaitu:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 ( satu milyar

rupiah).

c. Milik warga negara Indonesia.

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi,baik langsung maupun tidak langsung dengan

usaha menengah atau besar.

e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan

usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.

Sedangkan menurut definisi Mitzerg mengatakan bahwa, sektor usaha kecil

adalahentrevenual organization yang memiliki struktur organisasi sederhana tanpa staff

berlebihan, pembagian kerja fleksibel, hierarki manajer kecil, aktifitas dikelola relatif

tanpa perencanaan dan sangat jarang melakukan pelatihan.

Kelahiran Undang-Undang Usaha Kecil dimaksudkan untuk memberikan dasar

hukum dalam pemberdayaan usaha kecil, karena usaha kecil sebagai bagian integral

dari dunia usaha yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat mempunyai kedudukan

yang sangat penting dalam menunjang perkembangan perekonomian nasional. Usaha

Kecil berkembang pesat atau mengalami perubahan sehingga definisi usaha kecil setiap

kali memerlukan penyesuaian ulang oleh karena itu penggunaan kriteria kualitatif

nampaknya akan lebih akomodatif sebagaimana yang diajukan oleh Committee for

Economic Development of USA (CED).

Suatu usaha dapat dikateorikan sebagaiman usaha kecil bilamana:

a. Manajemen independent, dimana pemilik sekaligus sebagai manager.

b. Sumber modal kerja berasal dari pemilik usaha.

c. Beroperasi di tingkat lokal.

d. Ukuran usaha relatif kecil dibandingkan usaha lainnya.2

Apabila kita meninjau karakteristik usaha kecil dan pengusaha kecil dari suatu

empirik yang dapat diamati dilapangan maka kedua definisi tersebut diatas

mengambarkan sifat-sifat umum usaha kecil sebagai berikut:

a. Secara kuantitas berjumlah sangat besar dan tersebar.

b. Secara umum sangat mudah untuk mendirikan usaha.

c. Memiliki kebebasan untuk keluar masuk terhadap fluktuasi perekonomian.

d. Sebagian besar bergerak disektor non formal.

Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang

sangat penting terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap

oleh usaha kecil. Usaha kecil ini selain memiliki arti strategis bagi pembangunan, juga

sebagai upaya untuk meratakan hasil pembangunan yang telah dicapai. Pada sektor-

sektor penting dalam perekonomian Indonesia, usaha kecil mendominasi kegiatan

usaha, misalnya sektor pertanian, perdagangan, pariwisata, transportasi dan jasa.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak saja didukung usaha-usaha besar tetapi

juga oleh oleh usaha-usaha kecil karena bagaimanapun juga usaha kecil tetap memberi

kontribusi terhadap perekonomian nasional yang tidak sedikit. Usaha Kecil merupakan

bagian terbesar dari pelaku usaha nasional, disatu sisi masih lemah dan menghadapi

berbagai macam kendala untuk mengembangkan usahanya. Namun demikian, disisi

lain usaha kecil hampir meliputi seluruh sektor kegiatan ekonomi,melihat situasi seperti

ini berbagai upaya dilakukan untuk memajukan usaha kecil, namun demikian kemajuan

tersebut belum sepenuhnya menghasilkan output sebagaimana yang diharapkan.3

Dalam rangka mendorong kegiatan pertumbuhan ekonomi serta teciptanya

pemerataan pembangunan melalui perluasan kesempatan berusaha, pemerintah

bertekad mengembangkan potensi usaha kecil agar dapat lebih berperan dalam

perekonomian nasional dan menjadi tangguh serta mandiri sehingga dapat

2Burhanudin R.Kajian tentang Pemanfaatan Kredit Perbankan bagi Pengusaha Kecil, Badan Penelitian dan

Pengembangan Usaha Kecil. Tahun 1994. Hlm: 13

3Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia.Pemberdayaan Usaha Kecil Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas.(Malang:

1997). Hlm: 2

meningkatkan taraf hidup masyarakat, disamping mendorong kerjasama antara usaha

kecil dengan BUMN.

2. Teori Daya Saing

Daya saing dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan

pangsa pasar. Daya saing adalah suatu konsep yang umum yang di gunakan di dalam

ekonomi, yang biasa merujuk kepada komitmen terhadap persaingan pasar dalam kasus

perusahaan-perusahaan dan keberhasilan dalam persaingan.4

Daya saing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

produktivitas perusahaan dan memperluas akses pasar. Hal ini akan bermuara kepada

peningkatan omset penjualan dan profitabilitas perusahaan.5

Menurut Porter, dalam buku yang ditulis Tulus Tambunan bahwa daya saing

merupakan jantung kinerja perusahaan dalam pasar yang kompetitif. Perusahaan secara

komitmen mampu menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan pesaing lainnya.

Selain itu, perusahaan mampu menciptakan nilai bagi konsumen yang melebihi biaya

yang dikeluarkan perusahaan untuk menciptakan nilai tersebut. Strategi competitive

advantage menurut Porter terdiri dari keunggulan biaya (low cost), pembela produk

(differentiation advantage) atau strategi fokus.

Namun ada yang berpendapat lain bahwa daya saing adalah produktivitas yang

didefinisikan sebagai output yang dihasilkan oleh tenaga kerja.6 Kata daya dalam

kalimat daya saing berarti mempunyai kekuatan. Kata saing berarti mencapai lebih dari

yang lain, atau beda dengan yang lain dari segi mutu, atau memiliki keunggulan

tertentu. Dengan kata lain, daya saing adalah kekuatan dalam usaha untuk unggul dalam

berbagai hal yang dilakukan oleh individu atau kelompok tertentu.7

Daya saing dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu segi harga, mutu, kemasan,

segi promosi, dan segi pemasaran/layanan.

Daya saing dari segi Harga atau nilai, seorang wirausaha harus mampu

menghasilkan produk atau jasa dengan biaya rendah, sehingga strategi penetapan harga

4 Tulus T.H Tambunan. UMKM Di Indonesia. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 2009). Hlm: 95

5 Saban Echdar. Manajemen Enterpreneurship. (Yogyakarta: ANDI. 2013). Hlm: 84

6 Wawan Dhewanto. Intrapreneurship: Kewirausahaan Korporasi. (Bandung: Rekayasa Sains. 2013). Hlm:78-79

7 Michael E. Porter. Competitive Advantage, Edisi Bahasa Indonesia. (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

2001). Hlm: 12-14

tidak terlalu tinggi dibanding dengan harga pesaing. Produk dan jasa yang ditawarkan

harus unggul dari segi harga dan nilai dibanding produk atau jasa pesaing, sebab

pelanggan yang sensitif biasanya memilih harga yang murah.8

Daya saing dari segi mutu, secara umum, mutu berarti nilai atau harga suatu

produk yang mencerminkan kualitas dari produk tersbut. Mutu itu berkaitan dengan

penentuan harga suatu produk. Ada tiga cara penentuan harga. Pertama, menentukan

harga diatas harga pesaing. Cara ini dilakukan ketika kita bisa meyakinkan konsumen

bahwa produk yang kita hasilkan memiliki beberapa keunggulan dari produk pesaing.

Kedua, penetapan harga dibawah harga pesaing. Hal ini dilakukan untuk menarik lebih

banyak pelanggan untuk membeli produk yang baru diperkenalkan atau belum stabil

dipasaran. Ketiga, mengikuti harga pesaing. Kebijakan ini dilakukan untuk

mempertahankan pelanggan agar tidak beralih ke pesaing.9

Keunggulan bersaing adalah suatu manfaat yang ada ketika suatu perusahaan

mempunyai dan menghasilkan suatu produk atau jasa yang dilihat dari pasar targetnya

lebih baik dibandingkan dengan kompetitor terdekat.10

Daya saing dari segi kemasan, menurut Hermawan Kartajaya teknologi telah

membuat kemasan menjadi berubah fungsi. Dulu orang bilang ”packaging protects

what it sells” (kemasan melindungi apa yang dijual). Tetapi sekarang, “packaging sells

what it protects” (kemasan menjual apa yang dilindungi). Dengan kata lain, kemasan

bukan lagi menjadi pelindung tetapi harus menjual apa yang ada di dalamnya.11

Kunci utama untuk membuat kemasan yang baik adalah kemasan tersebut harus

simple (sederhana), fungsional dan menciptakan respon emosional positif sehingga

dapat menarik konsumen untuk membeli produk tersebut. Sebuah kemasan yang bagus

akan memberikan nilai tambah terhadap barang yang dijualnya.12

8 Saban Echdar. Manajemen Enterpreneurship. (Yogyakarta: ANDI. 2013). Hlm: 83

9 Farhan Asyhadi. “Strategi Penguatan Daya Saing Produk Air Minum dalam Kemasan Dompet Dhuafa (DD)

Water (studi pada PT. Daya Consumer Goods)”. (Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta: 2011). Hlm: 40 10

Saban Echdar. Manajemen Enterpreneurship. (Yogyakarta: ANDI. 2013). Hlm: 84 11

Hermawan Kertajaya. Marketing Plus 2000 Siasat Memenangkan Persaingan Global. (jakarta: Gramedia

Pustaka). Hlm: 199 12

FarhanAsyhadi. “Strategi Penguatan Daya Saing Produk Air Minum dalam Kemasan Dompet Dhuafa (DD) Water

(studi pada PT. Daya Consumer Goods)”. (Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:

2011). Hlm: 48

Daya saing dari segi promosi, strategi promosi adalah cara untuk

mensosialisasikan produk yang ditawarkan oleh perusahaan melalui berbagai macam

media dan cara. Dalam promosi ini, harus mengedepankan kejujuran dan menjauhi

unsur penipuan. Promotional mix adalah kombinasi yang paling baik dari variabel-

variabel periklanan (advertising), pemasaran langsung (direct marketing), promosi

penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (personal selling) yang semuanya

direncanakan untuk membantu pencapaian tujuan program penjualan usaha.13

Daya saing dari segi pemasaran, strategi pemasaran adalah suatu himpunan

asas yang secara tepat, konsisten dan layak dilakukan oleh perusahaan guna mencapai

target pemasaran jangka pendek maupun jangka panjang dalam situasi persaingan

tertentu.14

Faktor-Faktor Utama untuk Mengimbangi Daya Saing Pasar

a. Ancaman pesaing baru, kuat atau lemah.

b. Ancaman produk baru dan atau jasa substitusi, kuat atau lemah.

c. Tingginya persaingan diantara produk-produk yang ada, kuat atau lemah.

d. Kekuatan tawar-menawar antar pemasok bahan baku dan produk, kuat atau lemah.

e. Kekuatan tawar menawar antar pembeli atau pelanggan, kuat atau lemah.

f. Daya tarik dan kemampu-labaan pasar target, kuat atau lemah.15

3. Teori Modal

Modal digunakan sejak industri mulai di bangun sampai kepada industri tersebut

berjalan. Modal berguna untuk membeli berbagai input produksi termasuk lokasi

perusahaan. Bagi perusahaan kecil modal memegang peranan penting. Modal biasanya

terdapat di wilayah operasinya saja dan untuk memperolehnya di tentukan oleh

lingkungannya sendiri.16 Berikut beberapa pengertian modal:

Definisi modal dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007:9), modal adalah

hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Abdullah Amrin

menyebutkan modal adalah sejumlah uang yang diberikan oleh penyedia dana/shohib

13

Philip Kotler dan Amstrong. Dasar-Dasar Pemasaran. (Jakarta: Erlangga. 2001). Hlm: 48 14

Agus Sucipto. Studi Kelayakan Bisnis: Analisis Integratif. (Malang: UIN Maliki Press. 2010). Hlm: 57 15

Leonardus Saiman. Kewirausahaan. (Jakarta: Salemba Empat. 2009). Hlm: 125-130 16

Muhammad Teguh. Ekonomi Industri. (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 2010). Hlm: 236

mal kepada pengelola/mudharib dengan tujuan menginvestasikannya dalam aktivitas

mudharabah.17

Menurut Endang Purwati modal merupakan sejumlah dana yang menjadi dasar

untuk mendirikan dan memulai serta menjalankan sebuah usaha. Dengan adanya modal

proses produksi semakin lancar dan akan berdampak pada peningkatan keuntungan

maka akan mampu meningkatkan dan mengembangkan sebuah usaha.18

Modal menjadi faktor yang sangat penting dalam pengembangan UMKM karena

tanpa modal, produksi UMKM tidak akan berjalan. Umumnya, modal UMKM didapat

melalui dua sumber, yaitu modal yang didapat dari bank dan modal yang didapat dari

sumber selain bank, tabungan pribadi atau pinjaman dari sumber informal seperti

kerabat atau rentenir. Pinjaman dari bank berkaitan erat dengan pemerintah yang

membuat kebijakan kredit dengan bunga rendah. Ditahun 2007, Bank Indonesia telah

mengucurkan dana sebesar 462,12 triliyun atau 52,5% dari kredit perbankan untuk

kredit UMKM. Berdasarkan data Bank Indonesia tahun 2007, persentase terbesar

penggunaan kredit UMKM adalah untuk kredit konsumsi dimana per-Juni 2007 adalah

sebesar 66,7%, yang diikuti oleh kredit modal kerja sebesar 22% dan kredit investasi

sebesar 11,3%. Besarnya prosentase kredit konsumsi tersebut juga menunjukkan bahwa

penyaluran kredit UMKM ke sektor usaha yang produktif masih perlu ditingkatkan.19

Akan tetapi, pengamatan empiris menunjukkan bahwa kredit dari bank belum

mencapai ke sebagian besar UMKM. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Asian

Development Bank, hanya satu dari lima UMKM yang meminjam dana dari Bank.

Permasalahan yang biasa disebutkan antara lain karena tidak tahu prosedur, prosedur

sulit, tidak ada agunan, suku bunga tinggi, tidak berminat, dan proposal untuk

memperoleh pinjamamn ditolak. Karena akses UMKM kepada kredit bank masih

kurang, sebagian UMKM menggunakan kredit informal sebagai modal usaha. Kredit

informal didapat dari keluarga, teman, atau rentenir. Pelaku UMKM cenderung lebih

nyaman meminjam uang dari sumber informal daripada dari bank karena keakraban

17

Indah. “Pengertian Modal Menurut Beberapa Ahli”http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-modal-menurut-beberapa-ahli.html,diakses pada 29 Januari 2017 pkl: 23.12

18 Endang Purwanti. Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi Pemasaran Terhadap

Perkembangan UMKM (studi kasus di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga). (Universitas STIE AMA Sala Tiga) 19

Andang Setyobudi. Peran Serta BI dalam Pengembangan UMKM. (Jakarta: Buletin Hukum dan Kebanksentralan

5, No.2. 2007). Hlm: 29-35

antara peminjam dengan pemilik capital sudah dibangun sejak lama. Penggunaan kredit

informal ini memiliki keuntungan tersendiri. Karena kredit yang digunakan tidak

berasal dari bank, keberjalanan UMKM tidak terlalu bergantung pada kondisi

perbankan nasional sehingga disaat resesi ekonomi terjadi, UMKM masih bisa

bertahan.20

Pada dasarnya modal menurut jenis perolehannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Modal Sendiri

Modal sendiri merupakan modal yang berasal dari dalam perusahaan itu

sendiri atau berasal dari pemilik perusahaan. Modal sendiri dibagi menjadi tiga,

yaitu:

1) Modal Saham

Modal saham adalah modal yang diperoleh dari penjualan saham yang

dilakukan oleh perusahaan tersebut, tentunya modal tersebut digunakan untuk

melangsungkan produksi atau memperluas usahanya.

2) Modal Cadangan

Modal cadangan ini dimaksudkan sebagai cadangan yang diperoleh dari

keuangan tahun lalu. Cadangan yang termasuk modal adalah cadangan

ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs, dan cadangan umum.

3) Modal Laba Ditahan

Modal laba ditahan merupakan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan

dari kelebihan dalam pembagian deviden.21

b. Modal dari Pihak Lain

Modal dari pihak lain adalah modal yang diperoleh dari luar perusahaan yang

bersifat sementara atau juga bisa disebut sebagai sebuah hutang yang nantinya

ketika jatuh tempo modal tersebut harus dibayar kembali kepada pemiliknya.22

20

Kajian Singkat Mirza Adrian. Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia. Hlm: 6 21

Rusdin. Pasar Modal.(Jakarta: Alfabeta. 2008).Hlm: 61 22

Saban Echdar. Manajemen Enterpreneurship. (Yogyakarta: ANDI. 2013). Hlm: 143

Modal dan pengembangan bisnis dalam perspektif Islam mewajibkan setiap

muslim, khususnya yang memiliki tanggungan, untuk bekerja. Bekerja merupakan

salah satu pokok yang memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan. Untuk

memungkinkan manusia mencari nafkah, Allah SWT melapangkan bumi serta

menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan manusia untuk mencari

rizki. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur‟an dalam Al-Mulk ayat 15:

Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu. Maka

berjalanlah disegala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya dan

hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.(Q.S Al-Mulk: 15)

4. Teori Kualitas Manajemen

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan

dilakukan melalui proses dan literature berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi

manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan

yang diinginkan.

Kata “Manajemen” tampaknya sudah begitu sering kita dengar. Manajemen

secara pengertian, sebagaimana dikemukakan oleh Mary Parker Follet (1997), adalah

seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain. Manajemen is the art of getting

things done through people. Manajemen erat kaitannya dengan konsep organisasi.

Organisasi itu sendiri adalah sekelompok orang yang bekerjasama dalam struktur dan

koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu.23

Sedangkan definisi Kualitas dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary), adalah

totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk

memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan. Kualitas seringkali

diartikan sebagai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) atau konformansi

23

Ernie Tisnawati. Pengantar Manajemen. (Bandung: Kencana Prenada Kencana. 2004). Hlm: 84

terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance to the requirements.Kualitas juga

dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menetukan kepuasan pelanggan dan upaya

perubahan ke arah perbaikan terus-menerus.

Berdasarkan pengertian dasar tentang kualitas diatas, tampak bahwa kualitas

selalu berfokus pada pelanggan (customer focused quality). Dengan demikian produk-

produk didesain, diproduksi, serta pelayanan diberikan untuk memenuhi keinginan

pelanggan. Karena kualitas mengacu kepada segala sesuatu yang menentukan kepuasan

pelanggan, suatu produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai

dengan keinginan pelanggan, dpat dimanfaatkan dengan baik, serta di produksi

(dihasilkan) dengan cara yang baik dan benar.24

Jadi, dapat dari pengertian manajemen dan kualitas diatas bahwa Kualitas

Manajemen didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performasi secara terus-

menerus pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap fungsional dari suatu

organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.

ISO 8402 (Quality Manajemen) mendefinisikan Manajemen Kualitas sebagai

semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan

kebijakansanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta

mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan kualitas (quality

planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality assurance)

dan peningkatan kualitas (quality improvement. Tanggung jawab untuk manajemen

kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh

manajemen puncak (top management), dan implementasinya harus melibatkan semua

anggota organisasi.

Departement Pertahanan Ameriak Serikat (The U.S. Department of Defense)

mendefinisikan Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management = TQM)

sebagai filosofi dan sekumpulan petunjuk prinsip-prinsip yang menjadi landasan untuk

perbaikan terus-menerus dari suatu organisasi. Manajemen Kualitas Terpadu adalah

penerapan metode-metode kuantitatif dan sumber daya manusia untuk meningkatkan

kualitas material dan pelayanan yang dipasok pada suatu organisasi, semua proses

24

Vincent Gaspersz. Manajemen Bisnis Total. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1997). Hlm: 4-5

dalam organisasi, dan memenuhi derajat kebutuhan pelanggan baik pada saat sekarang

maupun dimasa yang akan datang.

Meskipun Manajemen kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun

pada dasarnya Manajemen Kualitas berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk

memenuhi kepuasan pelanggan. Dengan demikian Manajemen Kualitas berorientasi

pada proses yang mengintegrasikan semua sumber daya manusia, pemasok-pemasok

(suppliers), dan para pelanggan (customer), dilingkungan perusahaan (corporate

environment). Hal ini berarti bahwa Manajemen Kualitas merupakan kemampuan atau

kapabilitas yang melekat dalam sumber daya manusia serta merupakan proses yang

dapat dikontrol (controllable process), dan bukan suatu kebetulan belaka.25

Manajemen diperlukan sebagai upaya agar kegiatan bisnis dapat berjalan secara

efektif dan efisien. Agar manajemen yang dilakukan mangarah kepada kegiatan bisnis

secara efektif dan efisien, maka manajemen perlu dijelaskan berdasarkan fungsi-

fungsinya. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Manajemen secara Fungsional dan Operasional

Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam

manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-

tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana

diterangkan oleh Nicks, McHugh (1997), terdiri dari empat fungsi, yaitu:

1) Perencanaan atau Planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang

dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan dimasa yang akan datang dan

penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan

organisasi.

2) Pengorganisasian atau Organizing, yaitu proses yang menyangkut bagaimana

strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam

sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan

organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam

organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian organisasi.

3) Pengimplementasian atau Directing, yaitu proses implementasi program agar

bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi

25

Vincent Gaspersz. Manajemen Bisnis Total. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1997). Hlm: 5-6

agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh

kesadaran dan produktivitas yang tinggi.

4) Pengendalian dan Pengawasan atau Controlling, yaitu proses yang dilakukan

untuk memastikan seluruh rangkaian yang telah direncanakan, diorganisasikan,

dan diiplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan

sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkugan dunia bisnis yang

dihadapi.

Fungsi Operasional dari Manajemen

Berdasarkan operasionalnya, maka manajemen organisasi bisnis dapat

dibedakan secara garis besar menjadi fungsi-fungsi sebagai berikut:

1) Manajemen Sumber Daya Manusia

Manusia bisa bernilai sebagai sumber daya pembangunan berkelanjutan

sepanjang terdapat eksistensi keberpihakan negara terhadap pemberdayaan

SDM berupa investasi pendidikan. E.F. Schumacher mengatakan, bahwa

pembangunan ekonomi suatu bangsa tidak bisa di mulai dari modal, uang dan

kekayaan alam saja tetapi harus dimulai dari penciptaan manusia modal secara

normatif. Menurut Das Sollen, manusia modal harus memenuhi beberapa

kriteria, yaitu:

a) Berbudi luhur

b) Semangat tidak boleh luntur

c) Tangguh, cerdas, dan terampil

d) Mandiri dan memiliki rasa kesetiakawanan

e) Mampu bekerja keras disertai mentalitas “maju terus pantang mundur” dan

berani karena benar, takut karena salah

f) Produktif, kreatif, dan inovatif

g) Hidup teratur, tahu menempatkan diri, serta punya optimisme dalam

orientasi kemakmuran masa depan.26

Manajemen sumber daya manusia adalah penerapan manajemen

berdasarkan fungsinya untuk memperoleh sumber daya manusia yang terbaik

26

Soeharsono Sagir. Kapita Selekta Ekonomi Indonesia. (Jakarta: Kencana. 2009). Hlm: 55

bagi bisnis yang kita jalankan dan bagaimana sumber daya manusia yang

terbaik tersebut dapat terpelihara dan tetap bekerja bersama kita dengan

kualitas pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun bertambah.

2) Manajemen Produksi

Manajemen produksi adalah penerapan manajemen berdasarkan

fungsinya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang

ditetapkan berdasarkan keinginan konsumen, dengan teknik produksi yang

seefisien mungkin. Kegiatan produksi pada dasarnya merupakan proses

bagaimana sumber daya input dapat diubah menjadi produk output berupa

barang atau jasa.

3) Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran adalah kegiatan manajemen berdasarkan

fungsinya yang pada intinya berusaha mengidentifikasikan apa yang

sesungguhnya dibutuhkan oleh konsumen, dan bagaimana cara pemenuhannya

dapat diwujudkan. Untuk dapat mengidentifikasikan apa yang dibutuhkan

konsumen, maka pebisnis perlu melakukan riset pemasaran, diantaranya

berupa survei tentang keinginan konsumen.Sehingga, pebisnis bisa

mendapatkan informasi mengenai apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh

konsumen. Informasi mengenai kebutuhan konsumen ini kemudian diteruskan

kebagian produksi untuk dapat diwujudkan. Setelah output produk terwujud,

maka manajemen pemasaran kemudian juga melakukan kegiatan dalam proses

penyampaian kepada konsumen.

4) Manajemen Keuangan

Manajemen keungan adalah kegiatan manajemen berdasarkan

fungsinya yang pada intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis

yang dilakukan mampu mencapai tujuannya secara ekonomis, yaitu

berdasarkan profit. Tugas manajemen keuangan, diantaranya merencanakan

dari mana pembiayaan bisnis diperoleh, dan dengan cara bagaimana modal

yang telah diperoleh dialokasikan secara tepat kegiatan bisnis yang dijalankan.

5) Manajemen Informasi

Manajemen informasi adalah kegiatan manajemen berdasarkan

fungsinya yang pada intinya berusaha memastikan bahwa bisnis yang

dijalankan tetap mampu untuk terus bertahan dalam jangka panjang. Untuk

memastikan itu manajemen informasi bertugas untuk menyediakan seluruh

informasi yang terkait dengan kegiatan perusahaan baik informasi internal

maupun eksternal, yang dapat mendorong kegiatan bisnis yang dijalankan tetap

mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di masyarakat.27

Menurut Dr.Joseph M. Juran salah seorang guru dalam manajemen kualitas

memberikan definisi tentang manajemen kualitas sebagai suatu kumpulan aktivitas yang

berkaitan dengan kualiutas tertentu yang memiliki karakteristik:

a. Kualitas menjadi bagian dari setiap agenda manajemen atas.

b. Sasaran kualitas dimasukkan dalam rencana bisnis.

c. Jangkauan sasaran diturunkan dalam benchmarketing: fokus adalah pada pelanggan

dan pada kesesuaian kompetisi; disana adalah sasaran untuk peningkatan kualitas

tahunan.

d. Sasaran disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan.

e. Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat.

f. Pengukuran ditetapkan seluruhnya.

g. Manajer atas secara teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan dengan

sasaran .

h. Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik.

i. Sistem imbalan diperbaiki.

Dr. Juran sangat terkenal dengan konsep trilogi kualitas, yaitu: perencanaan

kualitas (quality planning), pengendalian kualitas(quality control), dan perbaikan atau

peningkatan kualitas (quality improvement).

Pendekatan Juran terhadap perencanaan kualitas (quality planning) melibatkan

beberapa aktivitas berikut:

a. Identifikasi pelanggan. Setiap orang yang akan dipengaruhi adalah pelanggan.

b. Menentukan kebutuhan pelanggan.

27

Erni Tanawati. Pengantar Manajemen. Hlm: 8-15

c. Menciptakan keistimewaan produk yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.

d. Menciptakan proses yang mampu menghasilkan keistimewaan produk dibawah

kondisi operasi.

e. Mentransfer/mengalihkan proses ke operasi.

Dr. Juran menyatakan bahwa perancanaan kualitas seharusnya melibatkan

partisipasi mereka yang akan dipengaruhi oleh rencana. Juga mereka yang

merencanakan kualitas seharusnya dilatih dalam menggunakan metode-metode modern

dan alat-alat perencanaan kualitas.

Pendekatannya terhadap pengendalian kualitas (quality control) melibatkan

beberapa aktivitas berikut:

a. Mengevaluasi performasi aktual.

b. Membandingkan yang aktual dengan sasaran.

c. Mengambil tindakan atas perbedaan antara yang aktual dan sasaran.

Prinsip TQMMenurut Hensler dan Brunell (dalam scheuing dan Cristhoper,

1993) ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu :

a. Kepuasan Pelanggan

Dalam TQM, konsep mengenai kaulitas dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak

hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas

tersebut ditentukan oleh pelanggan.

b. Respek Terhadap Setiap Orang

Dalam perusahaan yang kualitasnya kelas dunia, setiap karyawan dipandang

sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri yang unik. Dengan

demikian karyawan menjadi sumber daya yang organisasi yang paling bernilai.

Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi

kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambilan keputusan.

c. Manajemen Berdasarkan Fakta

Perusahaan kelas dunia berorientasi paa fakta. Maksudnya bahwa setiap keputusan

selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan (feeling). Ada dua

konsep pokok berkaitan dengan hal ini. Pertama, prioritasi yakni suatu konsep

bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang

bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu dengan

menggunakan data maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan

usahanya pada situasi tertentu yang vital.

d. Perbaikan Berkesinambungan

Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses secara sistematis

dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini

adalah siklus PDCA (plan-do-check-act), yang terdiri dari langkah-langkah

perencanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif

terhadap hasil yang diperoleh.

Ada beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip TQM. Salah satunya

adalah Bill Crash, 1995, mengatakan bahwa program TQM harus mempunyai empat

prinsip bila ingin sukses dalam penerapannya. Keempat prinsip tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Program Kualitas Manajemen harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan

berorientasi pada kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang program, termasuk

dalam setiap proses dan produk.

b. Program Kualitas Manajemen harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat

dalam memberlakukan karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya inspirasi.

c. Progran Kualitas Manajemen harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang

memberikan wewenang disemua tingkat, terutama di garis depan, sehingga

antusiasme keterlibatan dan tujuan bersama menjadi kenyataan.

d. Program Kualitas Manajemen harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua

prinsip, kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.

Lebih lanjut Bill Creech (1996), menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam

sistem Kualitas Manajemen harus dibangun atas dasar 5 pilar sistem yaitu; Produk,

Proses, Organisasi, Kepemimpinan, dan Komitmen.

Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi,

benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak

boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran

Islam.

Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil.

Batasan adil adalah pimpinan tidak “menganiaya” bawahan dan bawahan tidak

merugikan pimpinan maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan yang

dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan memaksa

bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan.

Manajemen Islam harus didasari nilai-nilai dan etika Islami. Islam yang

ditawarkan berlaku universal tanpa mengenal ras agama. Boleh saja berbisnis dengan

label Islam dengan segala labelnya, namun bila nilai-nilai dan akhlak Islam dalam

melakukan bisnis tersebut ditinggalkan, maka tidaklah lagi pantas dianggap sebagai

Islam.28

Menurut Abu Sin untuk dapat dikategorikan manajemen Islami ada empat hal

yang harus di penuhi.

Pertama, manajemen Islami harus didasari nilai-nilai dan akhlak Islami. Etika

bisnis yang ditawarkan salafy dan salam berlaku universal tanpa mengenal ras dan

agama. Boleh saja berbasis dengan label islam dengan segala atributnya, namun bila

nilai-nilai dan akhlak berbisnis ditinggalkan, cepat atau lambat bisnisnya akan hancur.

Kedua, kompensasi ekonomis dan penekanan terpenuhinya kebutuhan dasar

pekerja. Cukuplah menjadi suatu kezaliman bila perusahaan memanipulasi semangat

jihad seorang pekerja dengan menahan haknya, kemudian menghiburnya dengan

mengiming-iming pahala yang besar. Urusan pahala, Allah yang mengatur. Urusan

kompensasi ekonomis, kewajiban perusahaan membayarnya.

Ketiga, faktor kemanusiaan dan spiritual sama pentingnya dengan kompensasi

ekonomis. Pekerja diperlakukan dengan hormat dan diikutsertakan dalam pengambilan

keputusan. Tingkat partisipasif pekerja tergantung pada intelektual dan kematangan

psikologinya. Bila hak-hak ekonomisnya tidak ditahan, pekerja dengan semangat jihad

akan mau dan mampu melaksanakan tugasnya jauh melebihi kewajiban.

Keempat, sistem dan struktur organisasi sama pentingnya, kedekatan atasan

dan bawahan dalam ukhuwah islamiyah, tidak berarti menghilangkan otoritas formal

dan ketaatan pada atasan selama tidak bersangkutan dosa.29

5. Teori Sumber Daya Insani

28

Didin Hafiduddin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syari’ah dalam Praktik. (Jakarta: Gema Insani. 2003). Hlm: 4 29

Ahmad Abu Sin Ibrahim. Manajemen Syari’ah. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2001). Hlm: 8-9

Menurut Faustino Cardoso Gomes, Sumber Daya Insani merupakan salah satu

sumber daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi orang yang melakukan aktivitas.30

Bambang Wuryanto memberikan definisi bahwa sumber daya insani adalah

bagian umum dari organisasi atau perusahaan yang mampu menciptakan banyak

motivasi. 31

Menurut Payaman J. Simanjuntak, Sumber Daya Insani atau human resources

mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya insani mengandung pengertian

usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini sumber

daya insani mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu

tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, sumber daya insani menyangkut

manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu

bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu

bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.32

Dalam Al-Qur‟an Surat Ash-Shaff: 4, Allah SWT. Berfirman:33

Artinya: “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang berjuang

dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan

yang tersusun kukuh”. (Q.S Ash-Shaff: 4).

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah sangat mencintai perbuatan-perbuatan

yang tersusun dengan baik. Manajemen yang baik adalah segala perbuatan yang

direncanakan secara mantap utuk melahirkan keyakinan yang berdampak pada

melakukan sesuatu sesuai dengan aturan serta memiliki manfaat.

30

Faustino Cardoso Gomes. Manajemen Sumber Daya Insani. (Yogyakarta: Andi. 2003). Hlm: 1 31

Bambang Wuryanto. Makalah Seminar Perkembangan Bisnis Islami dan Sumber Daya Insani yang Produktif.

Seminar Perbankan Syariah. (Cirebon: 2004). Hlm: 16 32

Payaman J. Simanjuntak. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas Ekonomi Universitas Ekonomi

Indonesia. (Jakarta: 1985). Hlm: 1 33

Didin Hafidhuddin. Hlm: 3

Sumber daya manusia yang terampil dan mampu membawa sukses bagi

perusahaan semakin langka terdapat pada jenis usaha kecil. Sehingga wirausaha perlu

selektif dalam memilih karyawan yang akan dipekerjakan dalam usahanya. Untuk

mendapatkan pekerjaan seperti ahli ukir, pembuat kerajinan kulit, dan lain-lain kita

mudah menilai dari hasil pekerjannya. Namun, untuk mendapatkan perkerja yang

mengerjakan kegiatan yang lebih bersifat administratif, wirausaha harus cermat dalam

melakukan seleksi.

a. Rekruitmen/ Penarikan Karyawan

Setelah merencanakan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, Rekruitmen

dapat dilakukan dengan melihat latar belakang calon karyawan yang meliputi:

1) Tingkat pendidikan

2) Keterampilan dan kiemampuan

3) Pengalaman kerja

4) Sikap dan kepribadian

5) Penampilan

6) Dan aspek-aspek lain

Jika dibutuhkan calon yang cukup banyak dan banyak dijumpai kriteria

yang bersaing ketat, maka wirausaha dapat menggunakan jasa konsultan psikologi

untuk menentukan calon karyawan yang layak dipilih. Rekruitmen yang hanya

berdasarkan koneksi, kenalan, ataupun menggunakan sogok dan sebagainya, jika

tidak tepat hanya akan menambah beban bagi perusahaan. Kondisi pasar tenaga

kerja saat ini menunjukkan jumlah pekerja yang berlebih namun kesempatan

semakin langka.34

b. Penggajian dan Kompensasi

Sistem penggajian yang digunakan saat ini telah beraneka ragam dan

cenderung tidak digunakan pedoman yang pasti dalam menentukan upah bagi

pekerja. Berbagai peraturan penggajian yang terdapat pada usaha kecil dan

kerajinan di Yogyakarta misalnya pada umumnya berdasarkan jumlah atau

kuantitas produk yang dihasilkan oleh pekerja.

34

Muhammad Arif Mufraini, Budi Setyanto, dan Sugih Waluyo Romdlon. Etika Bisnis Islam. (Depok: Gramata

Publishing. 2011). Hlm: 43

c. Pentingnya Sumber Daya Insani

Manusia sebagai sumber daya penggerak suatu proses produksi, harus

mempunyai karakteristik atau sifat-sifat yang diilhami dari shifatul anbiyaa‟ atau

sifat-sifat para nabi. Sifat-sifat tersebut dapat disingkat dengan SIFAT pula, yaitu:

shiddiq (benar), itqan (profesional), fathanah (cerdas), amanah (jujur/terpercaya)

dan tabhligh (transparan). Profesional secara syariah artinya mengelola suatu

usaha/kegiatan dengan amanah. Profesionalisme dalam Islam dijelaskan dalam Al-

Qur‟an Surat Al-Qashash ayat 26:

Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku

ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang

yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat

lagi dapat di percaya”.

Dalam bisnis Islami dua faktor yang menjadi kata kunci adalah kejujuran

dan keahlian. Syekh Yusuf Al Qarhawi dalam bukunya Musykilah Al Faqr wa

Kaifa „alaa Jahara Al Islam, mengatakan Al Amanah/kejujuran merupakan puncak

moralitas iman dan karakteristik yang paling menonjol dari orang-orang yang

beriman. Suatu motto dalam manajemen sumber daya manusia adalah

menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat atau the right man on the

right place.35

Fungsi Manajemen Sumber Daya Insani:

Fungsi atau kegiatan manajemen sumber daya insani itu luas sekali, seperti yang

dikemukakan oleh Ig. Wursanto sebagai berikut:

a. Analisa jabatan (job analysa).

b. Penarikan tenaga (recruitment).

c. Seleksi (selecton).

35

Jalaluddin Asy-Syuyuthi dan Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy. Tafsir Jalalain. (Pesantren

Persatuan Islam 91. 2010). Hlm: 91

d. Penempatan (staffing).

e. Latihan (training).

f. Pemindahan (mutasi).

g. Kenaikan jabatan (promotion).

h. Penggajian (consepsation).

i. Penilaian (service ratings).

j. Hubungan kepegawaian (personel relation).

k. Pensiun/jaminan hari tua (separation).

B. Penelitian Terdahulu

1. Annisa Diana Haq (2015), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Di Kabupaten Bantul.

Berdasarkan hasil regresi linier berganda penelitian ini menghasilkan bahwa Keunggulan

Produk, Inovasi, Sumber Daya Manusia dan Pemasaran Secara Teknologi Informasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) di Kabupaten Bantul. Pada penelitian ini didapatkan hasil 55,8% faktor-faktor

lainnya yang mempengaruhi daya saing UKM di Kabupaten Bantul.36

2. Rulyanti Susi Wardhani (2010), dalam jurnalnya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Daya Saing Pada Sentra Industri Makanan Khas di Kota Pangkal

Pinang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dari lima variabel yang telah

dianalisis hanya empat variabel yang memenuhi syarat, yaitu variabel modal kerja,

kemasan produk, network dan pengembangan usaha. Sedangkan variabel sumber daya

manusia tidak memengaruhi daya saing pada sentra industri makanan khas bangka di

Kota Pangkal Pinang, dikarenakan tidak memenuhi syarat.37

3. Mega Mirasaputri Cahyanti Widiya Dewi Anjaningrum (2017), dalam jurnalnya yang

berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha Kecil Sektor Industri

Pengolahan di Kota Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi perkembangan usaha kecil sektor industri pengolahan di kota

36

Annisa Diana Haq. 2015.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah

(UKM) Di Kabupaten Bantul. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 37

Rulyanti Susi Wardhani. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Pada Sentra Industri

Makanan Khas di Kota Pangkal Pinang.Universitas Jember

Malang. Adapun hasil olah data dan analisis faktor dengan menggunakan SPSS 23

menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha kecil sektor

industri pengolahan antara lain: kualitas sumber daya manusia, sistem produksi, sistem

pengelolaan keuangan, strategi pemasaran, sistem kemitraan serta kualitas infrastruktur

dan regulasi. Faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan

usaha kecil adalah sistem kemitraan. Oleh karena itu, disarankan agar usaha kecil

khususnya sektor industri pengolahan yang berada di kota Malang berinisiatif untuk

meningkatkan kemitraan, baik kemitraan dengan pemasok, pemerintah, perguruan tinggi,

lembaga inkubator, lembaga keuangan, usaha besar maupun usaha kecil sejenis (sentra).38

4. Retnaning Setiana (2015), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Perkembangan Skala Usaha UMKM Sektor Pertanian di Kecamatan

Ciawigebang Kuningan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-

faktor terhadap perkembangan skala usaha UMKM dan mengetahui faktor terbesar dari

faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi perkembangan skala usaha UMKM sektor

pertanian di CiawigebangKuningan. Dimana perkembangan skala usaha UMKM sektor

pertanian di Ciawigebang Kuningan dipengaruhi oleh modal, Kualitas Sumber Daya

Manusia, Manajemen Usaha, Tingkat Daya Saing dan Teknologi. Dari hasil penelitian

tersebut yang berpengaruh siginifikan adalah variabel manajemen saja sisanya tidak

berpengaruh signifikan.39

5. Fandi Perdamen Bangun (2012) dalam skripsinya yang berjudul, Strategi Peningkatan

Daya Saing UMKM (Studi Kasus Pada UMKM Industri Kerajinan Kain Tapis Bandar

Lampung). Bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

internal dan eksternal serta strategi yang tepat untuk peningkatan daya saing pada

UMKM industri kain tapis di Bandar Lampung. Metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode analisis SWOT. Berdasarkan hasil matriks interaksi IFAS-

EFAS SWOT dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang paling tepat

digunakan untuk peningkatan daya saing industri kerajinan kain tapis adalah strategi SO

38

Mega Mirasaputri Cahyanti Widiya Dewi Anjaningrum. 2017.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

Usaha Kecil Sektor Industri Pengolahan di Kota Malang.STIE Asia Malang 39

Retnaning Setiana. 2015.Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Skala Usaha UMKM Sektor

Pertanian di Kecamatan Ciawigebang Kuningan.Fakultas Ekonomi Islam Iain Syekh Nurjati Cirebon

(Strenght-Opportunity) yang berarti strategi yang mengoptimalkan kekuatan yang ada

untuk menangkap peluang yang ada.40

6. Ghalib Agfa Polnaya dan Darwanto (2015), dengan jurnal yang berjudul Strategi

Pengembangan Ekonomi Lokal Untuk Meningkatkan Daya Saing Pada UKM Ekonomi

Kreatif Batik Bakaran di Pati, Jawa Tengah. Adapun hasil analisis ANP menunjukkan

bahwa dari kelima aspek pengembangan daya saing pada UKM kreatif batik bakaran,

menghasilkan aspek sumber daya sebagai prioritas utama dan strategi pengembangan

yang tepat untuk dilakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia kreatif

dengan harapan dapat membantu pemanfaatan bahan baku yang terbarukan.

Rekomendasi strategi meningkatkan kualitas sumber daya manusia kreatif merupakan

strategi dengan prioritas paling tinggi dengan skor 0,2329.41

C. Kerangka Pemikiran

Seperti yang kita ketahui salah satu permasalahan di bidang usaha yang di hadapi saat

ini ialah persaingan untuk menarik konsumen. Oleh karena itu, perusahaan harus

memperhatikan yang mempengaruhi berjalannya suatu usaha seperti modal, kualitas

manajemen, dan sumber daya insani.

X1Y= 15,818

X2Y= 6,047

X3Y= 1,941

R= 0,865 R2= 0,748 F= 82,144

Kerangka Pemikiran

40

Fandi Perdamen Bangun. Strategi Peningkatan Daya Saing UMKM (Studi Kasus Pada UMKM Industri Kerajinan

Kain Tapis Bandar Lampung). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. 41

Ghalib Agfa Polnaya dan Darwanto. Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal Untuk Meningkatkan Daya Saing

Pada Ukm Ekonomi Kreatif Batik Bakaran Di Pati, Jawa Tengah. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro.

Modal (X1)

Kualitas

Manajemen (X2)

Sumber Daya

Insani (X3)

Daya Saing Usaha

Kecil (Y)

Gambar 2.1

1. Pengaruh Modal terhadap Daya Saing Usaha Kecil

Modal adalah sejumlah dana yang menjadi dasar untuk mendirikan dan memulai

serta menjalankan sebuah usaha. Dengan adanya modal proses produksi semakin lancar

dan akan berdampak pada peningkatan keuntungan maka akan mampu meningkatkan

dan mengembangkan sebuah usaha.42

Dalam sebuah jurnal yang ditulis saudari Endang

Purwati (2012) yang berjudul Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi

Pemasaran terhadap Perkembangan UMKM di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga

menyatakan juga bahwa perkembangan usaha bagi usaha kecil sebagai kesuksesan

dalam berusaha yang dapat dilihat jumlah penjualan yang semakin meningkat

dikarenakan dari kemampuan pengusaha dalam meraih peluang usaha yang ada,

berinovasi, luasnya pasar yang dikuasai, mampu bersaing, mempunyai akses yang luas

terhadap lembaga-lembaga keuangan baik bank dan non bank sehingga dapat

meningkatkan pembiayaan usahanya.

2. Pengaruh Kualitas Manajemen terhadap Daya Saing Usaha Kecil

Kualitas Manajemen didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performasi

secara terus-menerus pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap fungsional dari

suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang

tersedia.43 Dalam peningkatan daya saing usaha kecil lebih terfokus pada kualitas

manajemen, karena untuk dapat meningkatkan daya saing usaha kecil harus dilakukan

perbaikan dari sisi internal seperti manajemen sumber daya insani, manajemen

produksi, manajemen pemasaran, manajemen keuangan dan manajemen informasi.

Dalam upaya perbaikan, maka langkah-langkah dalam prinsip manajemen yaitu,

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian harus dilakukan.

3. Pengaruh Sumber Daya Insani terhadap Daya Saing Usaha Kecil 42

Endang Purwanti. Pengaruh Karakteristik Wirausaha. Modal Usaha, Strategi pemasaran Terhadap Perkembangan

UMKM (Studi Kasus di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga). (Universitas STIE AMA Sala Tiga). 2012. Hlm: 6-

7 43

Vincent Gaspersz. Manajemen Bisnis Total. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1997). Hlm: 5-6

Sumber daya insani menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan

kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan

barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.44 Sumber daya insani jelas

diperlukan dalam setiap perusahaan dalam mengelola usahanya karena sumber daya

insani yang berperan besar bagi kesuksesan suatu organisasi atau sebuah perusahaan,

karena sumber daya insani merupakan sentral dalam sebuah organisasi.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang

diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan hipotesis adalah rumusan masalah dan

kerangka berfikir.45

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Modal berpengaruh positif terhadap Daya Saing Usaha Kecil di Kota Cirebon.

H2: Kualitas Manajemen berpengaruh positif terhadap Daya Saing Usaha Kecil di Kota

Cirebon.

H3: Sumber daya Insani berpengaruh positif terhadap Daya Saing Usaha Kecil di Kota

Cirebon.

H4: Modal, Kualitas Manajemen, dan Sumber Daya Insani berpengaruh signifikan terhadap

Daya Saing Usaha Kecil di Kota Cirebon.

44

Payaman J. Simanjuntak. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas Ekonomi Universitas Ekonomi

Indonesia. (Jakarta: 1985). Hlm: 1 45

Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfabeta. 2012). Hlm: 284