BAB II KAJIAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Teori Usaha ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Teori dan Konsep 1. Teori Usaha ...
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Teori dan Konsep
1. Teori Usaha Kecil
Pengertian usaha kecil adalah setiap usaha perseorangan atau badan hukum yang
menjalankan kegiatan dibidang ekonomi yang dilakukan secara sederhana dengan
tujuan memperoleh keuntungan dengan batasan-batasan tertentu. Usaha Kecil (UK)
merupakan sebutan yang sering diringkas dari Usaha Skala Kecil (USK) sebagai
terjemahan dari istilah Small Scale Enterprise (SSE) yang mempunyai banyak
pengertian, baik dalam makna konsep teoritis, maupun sebagai konsep strategis
kebijakan pembangunan.
Usaha Kecil (UK) sebagai konsep mengacu kepada dua aspek, yaitu:
a. Aspek perusahaan, yang melakukan aktifitas produktif, mengkombinasikan faktor-
faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa, memasarkan dan meraih
keuntungan.
b. Aspek pengusaha yaitu orang dibalik usaha atau perusahaan yang biasnya adalah
pemilik, pengelola sekaligus administrator dari perusahaannya.1
Usaha Kecil menurut surat edaran bank Indonesia no 26/1/UKK tanggal 29 Mei
1993 perihal Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah usaha yang memiliki total asset
maksimal Rp 600 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan rumah yang
ditempati. Pengertian usah kecil meliputi badan usaha perseorangan, badan usaha
swasta, dan koperasi, sepanjang asset yang dimiliki tidak lebih dari Rp 600 juta.
Sedangkan berdasarkan UU no 9 tahun 1995 yang dimaksud dengan Usaha
Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini. Usaha kecil yang dimaksud disini juga meliputi usaha kecil
informal dan usaha kecil tradisional. Adapun Usaha Kecil Informal adalah berbagai
usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain
1Pandji Anoraga, H Djoko Sudantoko. Aspek-aspek Usaha Kecil. (Jakarta: PT. Rineka Cipta). 2002. Hlm: 245
industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling dan pedagang kaki lima.
Sedangkan Usaha Kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi
sederhana yang telah digunakan secara turun temurun dan atau berkaitan dengan seni
atau budaya.
Pasal 5 UU no 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil menentukan kriteria usaha
kecil yang dapat diubah dengan peraturan pemerintah yaitu:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 ( satu milyar
rupiah).
c. Milik warga negara Indonesia.
d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi,baik langsung maupun tidak langsung dengan
usaha menengah atau besar.
e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan
usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
Sedangkan menurut definisi Mitzerg mengatakan bahwa, sektor usaha kecil
adalahentrevenual organization yang memiliki struktur organisasi sederhana tanpa staff
berlebihan, pembagian kerja fleksibel, hierarki manajer kecil, aktifitas dikelola relatif
tanpa perencanaan dan sangat jarang melakukan pelatihan.
Kelahiran Undang-Undang Usaha Kecil dimaksudkan untuk memberikan dasar
hukum dalam pemberdayaan usaha kecil, karena usaha kecil sebagai bagian integral
dari dunia usaha yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat mempunyai kedudukan
yang sangat penting dalam menunjang perkembangan perekonomian nasional. Usaha
Kecil berkembang pesat atau mengalami perubahan sehingga definisi usaha kecil setiap
kali memerlukan penyesuaian ulang oleh karena itu penggunaan kriteria kualitatif
nampaknya akan lebih akomodatif sebagaimana yang diajukan oleh Committee for
Economic Development of USA (CED).
Suatu usaha dapat dikateorikan sebagaiman usaha kecil bilamana:
a. Manajemen independent, dimana pemilik sekaligus sebagai manager.
b. Sumber modal kerja berasal dari pemilik usaha.
c. Beroperasi di tingkat lokal.
d. Ukuran usaha relatif kecil dibandingkan usaha lainnya.2
Apabila kita meninjau karakteristik usaha kecil dan pengusaha kecil dari suatu
empirik yang dapat diamati dilapangan maka kedua definisi tersebut diatas
mengambarkan sifat-sifat umum usaha kecil sebagai berikut:
a. Secara kuantitas berjumlah sangat besar dan tersebar.
b. Secara umum sangat mudah untuk mendirikan usaha.
c. Memiliki kebebasan untuk keluar masuk terhadap fluktuasi perekonomian.
d. Sebagian besar bergerak disektor non formal.
Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang
sangat penting terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap
oleh usaha kecil. Usaha kecil ini selain memiliki arti strategis bagi pembangunan, juga
sebagai upaya untuk meratakan hasil pembangunan yang telah dicapai. Pada sektor-
sektor penting dalam perekonomian Indonesia, usaha kecil mendominasi kegiatan
usaha, misalnya sektor pertanian, perdagangan, pariwisata, transportasi dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak saja didukung usaha-usaha besar tetapi
juga oleh oleh usaha-usaha kecil karena bagaimanapun juga usaha kecil tetap memberi
kontribusi terhadap perekonomian nasional yang tidak sedikit. Usaha Kecil merupakan
bagian terbesar dari pelaku usaha nasional, disatu sisi masih lemah dan menghadapi
berbagai macam kendala untuk mengembangkan usahanya. Namun demikian, disisi
lain usaha kecil hampir meliputi seluruh sektor kegiatan ekonomi,melihat situasi seperti
ini berbagai upaya dilakukan untuk memajukan usaha kecil, namun demikian kemajuan
tersebut belum sepenuhnya menghasilkan output sebagaimana yang diharapkan.3
Dalam rangka mendorong kegiatan pertumbuhan ekonomi serta teciptanya
pemerataan pembangunan melalui perluasan kesempatan berusaha, pemerintah
bertekad mengembangkan potensi usaha kecil agar dapat lebih berperan dalam
perekonomian nasional dan menjadi tangguh serta mandiri sehingga dapat
2Burhanudin R.Kajian tentang Pemanfaatan Kredit Perbankan bagi Pengusaha Kecil, Badan Penelitian dan
Pengembangan Usaha Kecil. Tahun 1994. Hlm: 13
3Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia.Pemberdayaan Usaha Kecil Dalam Menghadapi Perdagangan Bebas.(Malang:
1997). Hlm: 2
meningkatkan taraf hidup masyarakat, disamping mendorong kerjasama antara usaha
kecil dengan BUMN.
2. Teori Daya Saing
Daya saing dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempertahankan
pangsa pasar. Daya saing adalah suatu konsep yang umum yang di gunakan di dalam
ekonomi, yang biasa merujuk kepada komitmen terhadap persaingan pasar dalam kasus
perusahaan-perusahaan dan keberhasilan dalam persaingan.4
Daya saing mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan
produktivitas perusahaan dan memperluas akses pasar. Hal ini akan bermuara kepada
peningkatan omset penjualan dan profitabilitas perusahaan.5
Menurut Porter, dalam buku yang ditulis Tulus Tambunan bahwa daya saing
merupakan jantung kinerja perusahaan dalam pasar yang kompetitif. Perusahaan secara
komitmen mampu menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan pesaing lainnya.
Selain itu, perusahaan mampu menciptakan nilai bagi konsumen yang melebihi biaya
yang dikeluarkan perusahaan untuk menciptakan nilai tersebut. Strategi competitive
advantage menurut Porter terdiri dari keunggulan biaya (low cost), pembela produk
(differentiation advantage) atau strategi fokus.
Namun ada yang berpendapat lain bahwa daya saing adalah produktivitas yang
didefinisikan sebagai output yang dihasilkan oleh tenaga kerja.6 Kata daya dalam
kalimat daya saing berarti mempunyai kekuatan. Kata saing berarti mencapai lebih dari
yang lain, atau beda dengan yang lain dari segi mutu, atau memiliki keunggulan
tertentu. Dengan kata lain, daya saing adalah kekuatan dalam usaha untuk unggul dalam
berbagai hal yang dilakukan oleh individu atau kelompok tertentu.7
Daya saing dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu segi harga, mutu, kemasan,
segi promosi, dan segi pemasaran/layanan.
Daya saing dari segi Harga atau nilai, seorang wirausaha harus mampu
menghasilkan produk atau jasa dengan biaya rendah, sehingga strategi penetapan harga
4 Tulus T.H Tambunan. UMKM Di Indonesia. (Jakarta: Ghalia Indonesia. 2009). Hlm: 95
5 Saban Echdar. Manajemen Enterpreneurship. (Yogyakarta: ANDI. 2013). Hlm: 84
6 Wawan Dhewanto. Intrapreneurship: Kewirausahaan Korporasi. (Bandung: Rekayasa Sains. 2013). Hlm:78-79
7 Michael E. Porter. Competitive Advantage, Edisi Bahasa Indonesia. (Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
2001). Hlm: 12-14
tidak terlalu tinggi dibanding dengan harga pesaing. Produk dan jasa yang ditawarkan
harus unggul dari segi harga dan nilai dibanding produk atau jasa pesaing, sebab
pelanggan yang sensitif biasanya memilih harga yang murah.8
Daya saing dari segi mutu, secara umum, mutu berarti nilai atau harga suatu
produk yang mencerminkan kualitas dari produk tersbut. Mutu itu berkaitan dengan
penentuan harga suatu produk. Ada tiga cara penentuan harga. Pertama, menentukan
harga diatas harga pesaing. Cara ini dilakukan ketika kita bisa meyakinkan konsumen
bahwa produk yang kita hasilkan memiliki beberapa keunggulan dari produk pesaing.
Kedua, penetapan harga dibawah harga pesaing. Hal ini dilakukan untuk menarik lebih
banyak pelanggan untuk membeli produk yang baru diperkenalkan atau belum stabil
dipasaran. Ketiga, mengikuti harga pesaing. Kebijakan ini dilakukan untuk
mempertahankan pelanggan agar tidak beralih ke pesaing.9
Keunggulan bersaing adalah suatu manfaat yang ada ketika suatu perusahaan
mempunyai dan menghasilkan suatu produk atau jasa yang dilihat dari pasar targetnya
lebih baik dibandingkan dengan kompetitor terdekat.10
Daya saing dari segi kemasan, menurut Hermawan Kartajaya teknologi telah
membuat kemasan menjadi berubah fungsi. Dulu orang bilang ”packaging protects
what it sells” (kemasan melindungi apa yang dijual). Tetapi sekarang, “packaging sells
what it protects” (kemasan menjual apa yang dilindungi). Dengan kata lain, kemasan
bukan lagi menjadi pelindung tetapi harus menjual apa yang ada di dalamnya.11
Kunci utama untuk membuat kemasan yang baik adalah kemasan tersebut harus
simple (sederhana), fungsional dan menciptakan respon emosional positif sehingga
dapat menarik konsumen untuk membeli produk tersebut. Sebuah kemasan yang bagus
akan memberikan nilai tambah terhadap barang yang dijualnya.12
8 Saban Echdar. Manajemen Enterpreneurship. (Yogyakarta: ANDI. 2013). Hlm: 83
9 Farhan Asyhadi. “Strategi Penguatan Daya Saing Produk Air Minum dalam Kemasan Dompet Dhuafa (DD)
Water (studi pada PT. Daya Consumer Goods)”. (Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta: 2011). Hlm: 40 10
Saban Echdar. Manajemen Enterpreneurship. (Yogyakarta: ANDI. 2013). Hlm: 84 11
Hermawan Kertajaya. Marketing Plus 2000 Siasat Memenangkan Persaingan Global. (jakarta: Gramedia
Pustaka). Hlm: 199 12
FarhanAsyhadi. “Strategi Penguatan Daya Saing Produk Air Minum dalam Kemasan Dompet Dhuafa (DD) Water
(studi pada PT. Daya Consumer Goods)”. (Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
2011). Hlm: 48
Daya saing dari segi promosi, strategi promosi adalah cara untuk
mensosialisasikan produk yang ditawarkan oleh perusahaan melalui berbagai macam
media dan cara. Dalam promosi ini, harus mengedepankan kejujuran dan menjauhi
unsur penipuan. Promotional mix adalah kombinasi yang paling baik dari variabel-
variabel periklanan (advertising), pemasaran langsung (direct marketing), promosi
penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (personal selling) yang semuanya
direncanakan untuk membantu pencapaian tujuan program penjualan usaha.13
Daya saing dari segi pemasaran, strategi pemasaran adalah suatu himpunan
asas yang secara tepat, konsisten dan layak dilakukan oleh perusahaan guna mencapai
target pemasaran jangka pendek maupun jangka panjang dalam situasi persaingan
tertentu.14
Faktor-Faktor Utama untuk Mengimbangi Daya Saing Pasar
a. Ancaman pesaing baru, kuat atau lemah.
b. Ancaman produk baru dan atau jasa substitusi, kuat atau lemah.
c. Tingginya persaingan diantara produk-produk yang ada, kuat atau lemah.
d. Kekuatan tawar-menawar antar pemasok bahan baku dan produk, kuat atau lemah.
e. Kekuatan tawar menawar antar pembeli atau pelanggan, kuat atau lemah.
f. Daya tarik dan kemampu-labaan pasar target, kuat atau lemah.15
3. Teori Modal
Modal digunakan sejak industri mulai di bangun sampai kepada industri tersebut
berjalan. Modal berguna untuk membeli berbagai input produksi termasuk lokasi
perusahaan. Bagi perusahaan kecil modal memegang peranan penting. Modal biasanya
terdapat di wilayah operasinya saja dan untuk memperolehnya di tentukan oleh
lingkungannya sendiri.16 Berikut beberapa pengertian modal:
Definisi modal dalam Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007:9), modal adalah
hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. Abdullah Amrin
menyebutkan modal adalah sejumlah uang yang diberikan oleh penyedia dana/shohib
13
Philip Kotler dan Amstrong. Dasar-Dasar Pemasaran. (Jakarta: Erlangga. 2001). Hlm: 48 14
Agus Sucipto. Studi Kelayakan Bisnis: Analisis Integratif. (Malang: UIN Maliki Press. 2010). Hlm: 57 15
Leonardus Saiman. Kewirausahaan. (Jakarta: Salemba Empat. 2009). Hlm: 125-130 16
Muhammad Teguh. Ekonomi Industri. (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 2010). Hlm: 236
mal kepada pengelola/mudharib dengan tujuan menginvestasikannya dalam aktivitas
mudharabah.17
Menurut Endang Purwati modal merupakan sejumlah dana yang menjadi dasar
untuk mendirikan dan memulai serta menjalankan sebuah usaha. Dengan adanya modal
proses produksi semakin lancar dan akan berdampak pada peningkatan keuntungan
maka akan mampu meningkatkan dan mengembangkan sebuah usaha.18
Modal menjadi faktor yang sangat penting dalam pengembangan UMKM karena
tanpa modal, produksi UMKM tidak akan berjalan. Umumnya, modal UMKM didapat
melalui dua sumber, yaitu modal yang didapat dari bank dan modal yang didapat dari
sumber selain bank, tabungan pribadi atau pinjaman dari sumber informal seperti
kerabat atau rentenir. Pinjaman dari bank berkaitan erat dengan pemerintah yang
membuat kebijakan kredit dengan bunga rendah. Ditahun 2007, Bank Indonesia telah
mengucurkan dana sebesar 462,12 triliyun atau 52,5% dari kredit perbankan untuk
kredit UMKM. Berdasarkan data Bank Indonesia tahun 2007, persentase terbesar
penggunaan kredit UMKM adalah untuk kredit konsumsi dimana per-Juni 2007 adalah
sebesar 66,7%, yang diikuti oleh kredit modal kerja sebesar 22% dan kredit investasi
sebesar 11,3%. Besarnya prosentase kredit konsumsi tersebut juga menunjukkan bahwa
penyaluran kredit UMKM ke sektor usaha yang produktif masih perlu ditingkatkan.19
Akan tetapi, pengamatan empiris menunjukkan bahwa kredit dari bank belum
mencapai ke sebagian besar UMKM. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Asian
Development Bank, hanya satu dari lima UMKM yang meminjam dana dari Bank.
Permasalahan yang biasa disebutkan antara lain karena tidak tahu prosedur, prosedur
sulit, tidak ada agunan, suku bunga tinggi, tidak berminat, dan proposal untuk
memperoleh pinjamamn ditolak. Karena akses UMKM kepada kredit bank masih
kurang, sebagian UMKM menggunakan kredit informal sebagai modal usaha. Kredit
informal didapat dari keluarga, teman, atau rentenir. Pelaku UMKM cenderung lebih
nyaman meminjam uang dari sumber informal daripada dari bank karena keakraban
17
Indah. “Pengertian Modal Menurut Beberapa Ahli”http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-modal-menurut-beberapa-ahli.html,diakses pada 29 Januari 2017 pkl: 23.12
18 Endang Purwanti. Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi Pemasaran Terhadap
Perkembangan UMKM (studi kasus di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga). (Universitas STIE AMA Sala Tiga) 19
Andang Setyobudi. Peran Serta BI dalam Pengembangan UMKM. (Jakarta: Buletin Hukum dan Kebanksentralan
5, No.2. 2007). Hlm: 29-35
antara peminjam dengan pemilik capital sudah dibangun sejak lama. Penggunaan kredit
informal ini memiliki keuntungan tersendiri. Karena kredit yang digunakan tidak
berasal dari bank, keberjalanan UMKM tidak terlalu bergantung pada kondisi
perbankan nasional sehingga disaat resesi ekonomi terjadi, UMKM masih bisa
bertahan.20
Pada dasarnya modal menurut jenis perolehannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Modal Sendiri
Modal sendiri merupakan modal yang berasal dari dalam perusahaan itu
sendiri atau berasal dari pemilik perusahaan. Modal sendiri dibagi menjadi tiga,
yaitu:
1) Modal Saham
Modal saham adalah modal yang diperoleh dari penjualan saham yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut, tentunya modal tersebut digunakan untuk
melangsungkan produksi atau memperluas usahanya.
2) Modal Cadangan
Modal cadangan ini dimaksudkan sebagai cadangan yang diperoleh dari
keuangan tahun lalu. Cadangan yang termasuk modal adalah cadangan
ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs, dan cadangan umum.
3) Modal Laba Ditahan
Modal laba ditahan merupakan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan
dari kelebihan dalam pembagian deviden.21
b. Modal dari Pihak Lain
Modal dari pihak lain adalah modal yang diperoleh dari luar perusahaan yang
bersifat sementara atau juga bisa disebut sebagai sebuah hutang yang nantinya
ketika jatuh tempo modal tersebut harus dibayar kembali kepada pemiliknya.22
20
Kajian Singkat Mirza Adrian. Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia. Hlm: 6 21
Rusdin. Pasar Modal.(Jakarta: Alfabeta. 2008).Hlm: 61 22
Saban Echdar. Manajemen Enterpreneurship. (Yogyakarta: ANDI. 2013). Hlm: 143
Modal dan pengembangan bisnis dalam perspektif Islam mewajibkan setiap
muslim, khususnya yang memiliki tanggungan, untuk bekerja. Bekerja merupakan
salah satu pokok yang memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan. Untuk
memungkinkan manusia mencari nafkah, Allah SWT melapangkan bumi serta
menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan manusia untuk mencari
rizki. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur‟an dalam Al-Mulk ayat 15:
Artinya: “Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu. Maka
berjalanlah disegala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya dan
hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.(Q.S Al-Mulk: 15)
4. Teori Kualitas Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan
dilakukan melalui proses dan literature berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi
manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan
yang diinginkan.
Kata “Manajemen” tampaknya sudah begitu sering kita dengar. Manajemen
secara pengertian, sebagaimana dikemukakan oleh Mary Parker Follet (1997), adalah
seni dalam menyelesaikan sesuatu melalui orang lain. Manajemen is the art of getting
things done through people. Manajemen erat kaitannya dengan konsep organisasi.
Organisasi itu sendiri adalah sekelompok orang yang bekerjasama dalam struktur dan
koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu.23
Sedangkan definisi Kualitas dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary), adalah
totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk
memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan. Kualitas seringkali
diartikan sebagai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) atau konformansi
23
Ernie Tisnawati. Pengantar Manajemen. (Bandung: Kencana Prenada Kencana. 2004). Hlm: 84
terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance to the requirements.Kualitas juga
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menetukan kepuasan pelanggan dan upaya
perubahan ke arah perbaikan terus-menerus.
Berdasarkan pengertian dasar tentang kualitas diatas, tampak bahwa kualitas
selalu berfokus pada pelanggan (customer focused quality). Dengan demikian produk-
produk didesain, diproduksi, serta pelayanan diberikan untuk memenuhi keinginan
pelanggan. Karena kualitas mengacu kepada segala sesuatu yang menentukan kepuasan
pelanggan, suatu produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai
dengan keinginan pelanggan, dpat dimanfaatkan dengan baik, serta di produksi
(dihasilkan) dengan cara yang baik dan benar.24
Jadi, dapat dari pengertian manajemen dan kualitas diatas bahwa Kualitas
Manajemen didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performasi secara terus-
menerus pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap fungsional dari suatu
organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.
ISO 8402 (Quality Manajemen) mendefinisikan Manajemen Kualitas sebagai
semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan
kebijakansanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta
mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan kualitas (quality
planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality assurance)
dan peningkatan kualitas (quality improvement. Tanggung jawab untuk manajemen
kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh
manajemen puncak (top management), dan implementasinya harus melibatkan semua
anggota organisasi.
Departement Pertahanan Ameriak Serikat (The U.S. Department of Defense)
mendefinisikan Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management = TQM)
sebagai filosofi dan sekumpulan petunjuk prinsip-prinsip yang menjadi landasan untuk
perbaikan terus-menerus dari suatu organisasi. Manajemen Kualitas Terpadu adalah
penerapan metode-metode kuantitatif dan sumber daya manusia untuk meningkatkan
kualitas material dan pelayanan yang dipasok pada suatu organisasi, semua proses
24
Vincent Gaspersz. Manajemen Bisnis Total. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1997). Hlm: 4-5
dalam organisasi, dan memenuhi derajat kebutuhan pelanggan baik pada saat sekarang
maupun dimasa yang akan datang.
Meskipun Manajemen kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun
pada dasarnya Manajemen Kualitas berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk
memenuhi kepuasan pelanggan. Dengan demikian Manajemen Kualitas berorientasi
pada proses yang mengintegrasikan semua sumber daya manusia, pemasok-pemasok
(suppliers), dan para pelanggan (customer), dilingkungan perusahaan (corporate
environment). Hal ini berarti bahwa Manajemen Kualitas merupakan kemampuan atau
kapabilitas yang melekat dalam sumber daya manusia serta merupakan proses yang
dapat dikontrol (controllable process), dan bukan suatu kebetulan belaka.25
Manajemen diperlukan sebagai upaya agar kegiatan bisnis dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Agar manajemen yang dilakukan mangarah kepada kegiatan bisnis
secara efektif dan efisien, maka manajemen perlu dijelaskan berdasarkan fungsi-
fungsinya. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a. Manajemen secara Fungsional dan Operasional
Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam
manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-
tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana
diterangkan oleh Nicks, McHugh (1997), terdiri dari empat fungsi, yaitu:
1) Perencanaan atau Planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang
dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan dimasa yang akan datang dan
penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan
organisasi.
2) Pengorganisasian atau Organizing, yaitu proses yang menyangkut bagaimana
strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam
sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan
organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam
organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian organisasi.
3) Pengimplementasian atau Directing, yaitu proses implementasi program agar
bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi
25
Vincent Gaspersz. Manajemen Bisnis Total. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1997). Hlm: 5-6
agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh
kesadaran dan produktivitas yang tinggi.
4) Pengendalian dan Pengawasan atau Controlling, yaitu proses yang dilakukan
untuk memastikan seluruh rangkaian yang telah direncanakan, diorganisasikan,
dan diiplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan
sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkugan dunia bisnis yang
dihadapi.
Fungsi Operasional dari Manajemen
Berdasarkan operasionalnya, maka manajemen organisasi bisnis dapat
dibedakan secara garis besar menjadi fungsi-fungsi sebagai berikut:
1) Manajemen Sumber Daya Manusia
Manusia bisa bernilai sebagai sumber daya pembangunan berkelanjutan
sepanjang terdapat eksistensi keberpihakan negara terhadap pemberdayaan
SDM berupa investasi pendidikan. E.F. Schumacher mengatakan, bahwa
pembangunan ekonomi suatu bangsa tidak bisa di mulai dari modal, uang dan
kekayaan alam saja tetapi harus dimulai dari penciptaan manusia modal secara
normatif. Menurut Das Sollen, manusia modal harus memenuhi beberapa
kriteria, yaitu:
a) Berbudi luhur
b) Semangat tidak boleh luntur
c) Tangguh, cerdas, dan terampil
d) Mandiri dan memiliki rasa kesetiakawanan
e) Mampu bekerja keras disertai mentalitas “maju terus pantang mundur” dan
berani karena benar, takut karena salah
f) Produktif, kreatif, dan inovatif
g) Hidup teratur, tahu menempatkan diri, serta punya optimisme dalam
orientasi kemakmuran masa depan.26
Manajemen sumber daya manusia adalah penerapan manajemen
berdasarkan fungsinya untuk memperoleh sumber daya manusia yang terbaik
26
Soeharsono Sagir. Kapita Selekta Ekonomi Indonesia. (Jakarta: Kencana. 2009). Hlm: 55
bagi bisnis yang kita jalankan dan bagaimana sumber daya manusia yang
terbaik tersebut dapat terpelihara dan tetap bekerja bersama kita dengan
kualitas pekerjaan yang senantiasa konstan ataupun bertambah.
2) Manajemen Produksi
Manajemen produksi adalah penerapan manajemen berdasarkan
fungsinya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan berdasarkan keinginan konsumen, dengan teknik produksi yang
seefisien mungkin. Kegiatan produksi pada dasarnya merupakan proses
bagaimana sumber daya input dapat diubah menjadi produk output berupa
barang atau jasa.
3) Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran adalah kegiatan manajemen berdasarkan
fungsinya yang pada intinya berusaha mengidentifikasikan apa yang
sesungguhnya dibutuhkan oleh konsumen, dan bagaimana cara pemenuhannya
dapat diwujudkan. Untuk dapat mengidentifikasikan apa yang dibutuhkan
konsumen, maka pebisnis perlu melakukan riset pemasaran, diantaranya
berupa survei tentang keinginan konsumen.Sehingga, pebisnis bisa
mendapatkan informasi mengenai apa yang sesungguhnya dibutuhkan oleh
konsumen. Informasi mengenai kebutuhan konsumen ini kemudian diteruskan
kebagian produksi untuk dapat diwujudkan. Setelah output produk terwujud,
maka manajemen pemasaran kemudian juga melakukan kegiatan dalam proses
penyampaian kepada konsumen.
4) Manajemen Keuangan
Manajemen keungan adalah kegiatan manajemen berdasarkan
fungsinya yang pada intinya berusaha untuk memastikan bahwa kegiatan bisnis
yang dilakukan mampu mencapai tujuannya secara ekonomis, yaitu
berdasarkan profit. Tugas manajemen keuangan, diantaranya merencanakan
dari mana pembiayaan bisnis diperoleh, dan dengan cara bagaimana modal
yang telah diperoleh dialokasikan secara tepat kegiatan bisnis yang dijalankan.
5) Manajemen Informasi
Manajemen informasi adalah kegiatan manajemen berdasarkan
fungsinya yang pada intinya berusaha memastikan bahwa bisnis yang
dijalankan tetap mampu untuk terus bertahan dalam jangka panjang. Untuk
memastikan itu manajemen informasi bertugas untuk menyediakan seluruh
informasi yang terkait dengan kegiatan perusahaan baik informasi internal
maupun eksternal, yang dapat mendorong kegiatan bisnis yang dijalankan tetap
mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di masyarakat.27
Menurut Dr.Joseph M. Juran salah seorang guru dalam manajemen kualitas
memberikan definisi tentang manajemen kualitas sebagai suatu kumpulan aktivitas yang
berkaitan dengan kualiutas tertentu yang memiliki karakteristik:
a. Kualitas menjadi bagian dari setiap agenda manajemen atas.
b. Sasaran kualitas dimasukkan dalam rencana bisnis.
c. Jangkauan sasaran diturunkan dalam benchmarketing: fokus adalah pada pelanggan
dan pada kesesuaian kompetisi; disana adalah sasaran untuk peningkatan kualitas
tahunan.
d. Sasaran disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan.
e. Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat.
f. Pengukuran ditetapkan seluruhnya.
g. Manajer atas secara teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan dengan
sasaran .
h. Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik.
i. Sistem imbalan diperbaiki.
Dr. Juran sangat terkenal dengan konsep trilogi kualitas, yaitu: perencanaan
kualitas (quality planning), pengendalian kualitas(quality control), dan perbaikan atau
peningkatan kualitas (quality improvement).
Pendekatan Juran terhadap perencanaan kualitas (quality planning) melibatkan
beberapa aktivitas berikut:
a. Identifikasi pelanggan. Setiap orang yang akan dipengaruhi adalah pelanggan.
b. Menentukan kebutuhan pelanggan.
27
Erni Tanawati. Pengantar Manajemen. Hlm: 8-15
c. Menciptakan keistimewaan produk yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.
d. Menciptakan proses yang mampu menghasilkan keistimewaan produk dibawah
kondisi operasi.
e. Mentransfer/mengalihkan proses ke operasi.
Dr. Juran menyatakan bahwa perancanaan kualitas seharusnya melibatkan
partisipasi mereka yang akan dipengaruhi oleh rencana. Juga mereka yang
merencanakan kualitas seharusnya dilatih dalam menggunakan metode-metode modern
dan alat-alat perencanaan kualitas.
Pendekatannya terhadap pengendalian kualitas (quality control) melibatkan
beberapa aktivitas berikut:
a. Mengevaluasi performasi aktual.
b. Membandingkan yang aktual dengan sasaran.
c. Mengambil tindakan atas perbedaan antara yang aktual dan sasaran.
Prinsip TQMMenurut Hensler dan Brunell (dalam scheuing dan Cristhoper,
1993) ada empat prinsip utama dalam TQM, yaitu :
a. Kepuasan Pelanggan
Dalam TQM, konsep mengenai kaulitas dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak
hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi kualitas
tersebut ditentukan oleh pelanggan.
b. Respek Terhadap Setiap Orang
Dalam perusahaan yang kualitasnya kelas dunia, setiap karyawan dipandang
sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri yang unik. Dengan
demikian karyawan menjadi sumber daya yang organisasi yang paling bernilai.
Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi
kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambilan keputusan.
c. Manajemen Berdasarkan Fakta
Perusahaan kelas dunia berorientasi paa fakta. Maksudnya bahwa setiap keputusan
selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan (feeling). Ada dua
konsep pokok berkaitan dengan hal ini. Pertama, prioritasi yakni suatu konsep
bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang
bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu dengan
menggunakan data maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan
usahanya pada situasi tertentu yang vital.
d. Perbaikan Berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses secara sistematis
dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini
adalah siklus PDCA (plan-do-check-act), yang terdiri dari langkah-langkah
perencanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif
terhadap hasil yang diperoleh.
Ada beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip TQM. Salah satunya
adalah Bill Crash, 1995, mengatakan bahwa program TQM harus mempunyai empat
prinsip bila ingin sukses dalam penerapannya. Keempat prinsip tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Program Kualitas Manajemen harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan
berorientasi pada kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang program, termasuk
dalam setiap proses dan produk.
b. Program Kualitas Manajemen harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat
dalam memberlakukan karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya inspirasi.
c. Progran Kualitas Manajemen harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang
memberikan wewenang disemua tingkat, terutama di garis depan, sehingga
antusiasme keterlibatan dan tujuan bersama menjadi kenyataan.
d. Program Kualitas Manajemen harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua
prinsip, kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.
Lebih lanjut Bill Creech (1996), menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam
sistem Kualitas Manajemen harus dibangun atas dasar 5 pilar sistem yaitu; Produk,
Proses, Organisasi, Kepemimpinan, dan Komitmen.
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi,
benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak
boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam ajaran
Islam.
Manajemen menurut pandangan Islam merupakan manajemen yang adil.
Batasan adil adalah pimpinan tidak “menganiaya” bawahan dan bawahan tidak
merugikan pimpinan maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk penganiayaan yang
dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan hak bawahan dan memaksa
bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan.
Manajemen Islam harus didasari nilai-nilai dan etika Islami. Islam yang
ditawarkan berlaku universal tanpa mengenal ras agama. Boleh saja berbisnis dengan
label Islam dengan segala labelnya, namun bila nilai-nilai dan akhlak Islam dalam
melakukan bisnis tersebut ditinggalkan, maka tidaklah lagi pantas dianggap sebagai
Islam.28
Menurut Abu Sin untuk dapat dikategorikan manajemen Islami ada empat hal
yang harus di penuhi.
Pertama, manajemen Islami harus didasari nilai-nilai dan akhlak Islami. Etika
bisnis yang ditawarkan salafy dan salam berlaku universal tanpa mengenal ras dan
agama. Boleh saja berbasis dengan label islam dengan segala atributnya, namun bila
nilai-nilai dan akhlak berbisnis ditinggalkan, cepat atau lambat bisnisnya akan hancur.
Kedua, kompensasi ekonomis dan penekanan terpenuhinya kebutuhan dasar
pekerja. Cukuplah menjadi suatu kezaliman bila perusahaan memanipulasi semangat
jihad seorang pekerja dengan menahan haknya, kemudian menghiburnya dengan
mengiming-iming pahala yang besar. Urusan pahala, Allah yang mengatur. Urusan
kompensasi ekonomis, kewajiban perusahaan membayarnya.
Ketiga, faktor kemanusiaan dan spiritual sama pentingnya dengan kompensasi
ekonomis. Pekerja diperlakukan dengan hormat dan diikutsertakan dalam pengambilan
keputusan. Tingkat partisipasif pekerja tergantung pada intelektual dan kematangan
psikologinya. Bila hak-hak ekonomisnya tidak ditahan, pekerja dengan semangat jihad
akan mau dan mampu melaksanakan tugasnya jauh melebihi kewajiban.
Keempat, sistem dan struktur organisasi sama pentingnya, kedekatan atasan
dan bawahan dalam ukhuwah islamiyah, tidak berarti menghilangkan otoritas formal
dan ketaatan pada atasan selama tidak bersangkutan dosa.29
5. Teori Sumber Daya Insani
28
Didin Hafiduddin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syari’ah dalam Praktik. (Jakarta: Gema Insani. 2003). Hlm: 4 29
Ahmad Abu Sin Ibrahim. Manajemen Syari’ah. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2001). Hlm: 8-9
Menurut Faustino Cardoso Gomes, Sumber Daya Insani merupakan salah satu
sumber daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi orang yang melakukan aktivitas.30
Bambang Wuryanto memberikan definisi bahwa sumber daya insani adalah
bagian umum dari organisasi atau perusahaan yang mampu menciptakan banyak
motivasi. 31
Menurut Payaman J. Simanjuntak, Sumber Daya Insani atau human resources
mengandung dua pengertian. Pertama, sumber daya insani mengandung pengertian
usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini sumber
daya insani mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu
tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Kedua, sumber daya insani menyangkut
manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu
bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.32
Dalam Al-Qur‟an Surat Ash-Shaff: 4, Allah SWT. Berfirman:33
Artinya: “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang berjuang
dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan
yang tersusun kukuh”. (Q.S Ash-Shaff: 4).
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah sangat mencintai perbuatan-perbuatan
yang tersusun dengan baik. Manajemen yang baik adalah segala perbuatan yang
direncanakan secara mantap utuk melahirkan keyakinan yang berdampak pada
melakukan sesuatu sesuai dengan aturan serta memiliki manfaat.
30
Faustino Cardoso Gomes. Manajemen Sumber Daya Insani. (Yogyakarta: Andi. 2003). Hlm: 1 31
Bambang Wuryanto. Makalah Seminar Perkembangan Bisnis Islami dan Sumber Daya Insani yang Produktif.
Seminar Perbankan Syariah. (Cirebon: 2004). Hlm: 16 32
Payaman J. Simanjuntak. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas Ekonomi Universitas Ekonomi
Indonesia. (Jakarta: 1985). Hlm: 1 33
Didin Hafidhuddin. Hlm: 3
Sumber daya manusia yang terampil dan mampu membawa sukses bagi
perusahaan semakin langka terdapat pada jenis usaha kecil. Sehingga wirausaha perlu
selektif dalam memilih karyawan yang akan dipekerjakan dalam usahanya. Untuk
mendapatkan pekerjaan seperti ahli ukir, pembuat kerajinan kulit, dan lain-lain kita
mudah menilai dari hasil pekerjannya. Namun, untuk mendapatkan perkerja yang
mengerjakan kegiatan yang lebih bersifat administratif, wirausaha harus cermat dalam
melakukan seleksi.
a. Rekruitmen/ Penarikan Karyawan
Setelah merencanakan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, Rekruitmen
dapat dilakukan dengan melihat latar belakang calon karyawan yang meliputi:
1) Tingkat pendidikan
2) Keterampilan dan kiemampuan
3) Pengalaman kerja
4) Sikap dan kepribadian
5) Penampilan
6) Dan aspek-aspek lain
Jika dibutuhkan calon yang cukup banyak dan banyak dijumpai kriteria
yang bersaing ketat, maka wirausaha dapat menggunakan jasa konsultan psikologi
untuk menentukan calon karyawan yang layak dipilih. Rekruitmen yang hanya
berdasarkan koneksi, kenalan, ataupun menggunakan sogok dan sebagainya, jika
tidak tepat hanya akan menambah beban bagi perusahaan. Kondisi pasar tenaga
kerja saat ini menunjukkan jumlah pekerja yang berlebih namun kesempatan
semakin langka.34
b. Penggajian dan Kompensasi
Sistem penggajian yang digunakan saat ini telah beraneka ragam dan
cenderung tidak digunakan pedoman yang pasti dalam menentukan upah bagi
pekerja. Berbagai peraturan penggajian yang terdapat pada usaha kecil dan
kerajinan di Yogyakarta misalnya pada umumnya berdasarkan jumlah atau
kuantitas produk yang dihasilkan oleh pekerja.
34
Muhammad Arif Mufraini, Budi Setyanto, dan Sugih Waluyo Romdlon. Etika Bisnis Islam. (Depok: Gramata
Publishing. 2011). Hlm: 43
c. Pentingnya Sumber Daya Insani
Manusia sebagai sumber daya penggerak suatu proses produksi, harus
mempunyai karakteristik atau sifat-sifat yang diilhami dari shifatul anbiyaa‟ atau
sifat-sifat para nabi. Sifat-sifat tersebut dapat disingkat dengan SIFAT pula, yaitu:
shiddiq (benar), itqan (profesional), fathanah (cerdas), amanah (jujur/terpercaya)
dan tabhligh (transparan). Profesional secara syariah artinya mengelola suatu
usaha/kegiatan dengan amanah. Profesionalisme dalam Islam dijelaskan dalam Al-
Qur‟an Surat Al-Qashash ayat 26:
Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang
yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat
lagi dapat di percaya”.
Dalam bisnis Islami dua faktor yang menjadi kata kunci adalah kejujuran
dan keahlian. Syekh Yusuf Al Qarhawi dalam bukunya Musykilah Al Faqr wa
Kaifa „alaa Jahara Al Islam, mengatakan Al Amanah/kejujuran merupakan puncak
moralitas iman dan karakteristik yang paling menonjol dari orang-orang yang
beriman. Suatu motto dalam manajemen sumber daya manusia adalah
menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat atau the right man on the
right place.35
Fungsi Manajemen Sumber Daya Insani:
Fungsi atau kegiatan manajemen sumber daya insani itu luas sekali, seperti yang
dikemukakan oleh Ig. Wursanto sebagai berikut:
a. Analisa jabatan (job analysa).
b. Penarikan tenaga (recruitment).
c. Seleksi (selecton).
35
Jalaluddin Asy-Syuyuthi dan Jalaluddin Muhammad Ibn Ahmad Al-Mahalliy. Tafsir Jalalain. (Pesantren
Persatuan Islam 91. 2010). Hlm: 91
d. Penempatan (staffing).
e. Latihan (training).
f. Pemindahan (mutasi).
g. Kenaikan jabatan (promotion).
h. Penggajian (consepsation).
i. Penilaian (service ratings).
j. Hubungan kepegawaian (personel relation).
k. Pensiun/jaminan hari tua (separation).
B. Penelitian Terdahulu
1. Annisa Diana Haq (2015), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Di Kabupaten Bantul.
Berdasarkan hasil regresi linier berganda penelitian ini menghasilkan bahwa Keunggulan
Produk, Inovasi, Sumber Daya Manusia dan Pemasaran Secara Teknologi Informasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) di Kabupaten Bantul. Pada penelitian ini didapatkan hasil 55,8% faktor-faktor
lainnya yang mempengaruhi daya saing UKM di Kabupaten Bantul.36
2. Rulyanti Susi Wardhani (2010), dalam jurnalnya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Daya Saing Pada Sentra Industri Makanan Khas di Kota Pangkal
Pinang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dari lima variabel yang telah
dianalisis hanya empat variabel yang memenuhi syarat, yaitu variabel modal kerja,
kemasan produk, network dan pengembangan usaha. Sedangkan variabel sumber daya
manusia tidak memengaruhi daya saing pada sentra industri makanan khas bangka di
Kota Pangkal Pinang, dikarenakan tidak memenuhi syarat.37
3. Mega Mirasaputri Cahyanti Widiya Dewi Anjaningrum (2017), dalam jurnalnya yang
berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usaha Kecil Sektor Industri
Pengolahan di Kota Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi perkembangan usaha kecil sektor industri pengolahan di kota
36
Annisa Diana Haq. 2015.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) Di Kabupaten Bantul. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 37
Rulyanti Susi Wardhani. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing Pada Sentra Industri
Makanan Khas di Kota Pangkal Pinang.Universitas Jember
Malang. Adapun hasil olah data dan analisis faktor dengan menggunakan SPSS 23
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha kecil sektor
industri pengolahan antara lain: kualitas sumber daya manusia, sistem produksi, sistem
pengelolaan keuangan, strategi pemasaran, sistem kemitraan serta kualitas infrastruktur
dan regulasi. Faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan
usaha kecil adalah sistem kemitraan. Oleh karena itu, disarankan agar usaha kecil
khususnya sektor industri pengolahan yang berada di kota Malang berinisiatif untuk
meningkatkan kemitraan, baik kemitraan dengan pemasok, pemerintah, perguruan tinggi,
lembaga inkubator, lembaga keuangan, usaha besar maupun usaha kecil sejenis (sentra).38
4. Retnaning Setiana (2015), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Skala Usaha UMKM Sektor Pertanian di Kecamatan
Ciawigebang Kuningan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-
faktor terhadap perkembangan skala usaha UMKM dan mengetahui faktor terbesar dari
faktor-faktor tersebut yang mempengaruhi perkembangan skala usaha UMKM sektor
pertanian di CiawigebangKuningan. Dimana perkembangan skala usaha UMKM sektor
pertanian di Ciawigebang Kuningan dipengaruhi oleh modal, Kualitas Sumber Daya
Manusia, Manajemen Usaha, Tingkat Daya Saing dan Teknologi. Dari hasil penelitian
tersebut yang berpengaruh siginifikan adalah variabel manajemen saja sisanya tidak
berpengaruh signifikan.39
5. Fandi Perdamen Bangun (2012) dalam skripsinya yang berjudul, Strategi Peningkatan
Daya Saing UMKM (Studi Kasus Pada UMKM Industri Kerajinan Kain Tapis Bandar
Lampung). Bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
internal dan eksternal serta strategi yang tepat untuk peningkatan daya saing pada
UMKM industri kain tapis di Bandar Lampung. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis SWOT. Berdasarkan hasil matriks interaksi IFAS-
EFAS SWOT dari penelitian ini menunjukkan bahwa strategi yang paling tepat
digunakan untuk peningkatan daya saing industri kerajinan kain tapis adalah strategi SO
38
Mega Mirasaputri Cahyanti Widiya Dewi Anjaningrum. 2017.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Usaha Kecil Sektor Industri Pengolahan di Kota Malang.STIE Asia Malang 39
Retnaning Setiana. 2015.Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Skala Usaha UMKM Sektor
Pertanian di Kecamatan Ciawigebang Kuningan.Fakultas Ekonomi Islam Iain Syekh Nurjati Cirebon
(Strenght-Opportunity) yang berarti strategi yang mengoptimalkan kekuatan yang ada
untuk menangkap peluang yang ada.40
6. Ghalib Agfa Polnaya dan Darwanto (2015), dengan jurnal yang berjudul Strategi
Pengembangan Ekonomi Lokal Untuk Meningkatkan Daya Saing Pada UKM Ekonomi
Kreatif Batik Bakaran di Pati, Jawa Tengah. Adapun hasil analisis ANP menunjukkan
bahwa dari kelima aspek pengembangan daya saing pada UKM kreatif batik bakaran,
menghasilkan aspek sumber daya sebagai prioritas utama dan strategi pengembangan
yang tepat untuk dilakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia kreatif
dengan harapan dapat membantu pemanfaatan bahan baku yang terbarukan.
Rekomendasi strategi meningkatkan kualitas sumber daya manusia kreatif merupakan
strategi dengan prioritas paling tinggi dengan skor 0,2329.41
C. Kerangka Pemikiran
Seperti yang kita ketahui salah satu permasalahan di bidang usaha yang di hadapi saat
ini ialah persaingan untuk menarik konsumen. Oleh karena itu, perusahaan harus
memperhatikan yang mempengaruhi berjalannya suatu usaha seperti modal, kualitas
manajemen, dan sumber daya insani.
X1Y= 15,818
X2Y= 6,047
X3Y= 1,941
R= 0,865 R2= 0,748 F= 82,144
Kerangka Pemikiran
40
Fandi Perdamen Bangun. Strategi Peningkatan Daya Saing UMKM (Studi Kasus Pada UMKM Industri Kerajinan
Kain Tapis Bandar Lampung). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. 41
Ghalib Agfa Polnaya dan Darwanto. Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal Untuk Meningkatkan Daya Saing
Pada Ukm Ekonomi Kreatif Batik Bakaran Di Pati, Jawa Tengah. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro.
Modal (X1)
Kualitas
Manajemen (X2)
Sumber Daya
Insani (X3)
Daya Saing Usaha
Kecil (Y)
Gambar 2.1
1. Pengaruh Modal terhadap Daya Saing Usaha Kecil
Modal adalah sejumlah dana yang menjadi dasar untuk mendirikan dan memulai
serta menjalankan sebuah usaha. Dengan adanya modal proses produksi semakin lancar
dan akan berdampak pada peningkatan keuntungan maka akan mampu meningkatkan
dan mengembangkan sebuah usaha.42
Dalam sebuah jurnal yang ditulis saudari Endang
Purwati (2012) yang berjudul Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi
Pemasaran terhadap Perkembangan UMKM di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga
menyatakan juga bahwa perkembangan usaha bagi usaha kecil sebagai kesuksesan
dalam berusaha yang dapat dilihat jumlah penjualan yang semakin meningkat
dikarenakan dari kemampuan pengusaha dalam meraih peluang usaha yang ada,
berinovasi, luasnya pasar yang dikuasai, mampu bersaing, mempunyai akses yang luas
terhadap lembaga-lembaga keuangan baik bank dan non bank sehingga dapat
meningkatkan pembiayaan usahanya.
2. Pengaruh Kualitas Manajemen terhadap Daya Saing Usaha Kecil
Kualitas Manajemen didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performasi
secara terus-menerus pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap fungsional dari
suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang
tersedia.43 Dalam peningkatan daya saing usaha kecil lebih terfokus pada kualitas
manajemen, karena untuk dapat meningkatkan daya saing usaha kecil harus dilakukan
perbaikan dari sisi internal seperti manajemen sumber daya insani, manajemen
produksi, manajemen pemasaran, manajemen keuangan dan manajemen informasi.
Dalam upaya perbaikan, maka langkah-langkah dalam prinsip manajemen yaitu,
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian harus dilakukan.
3. Pengaruh Sumber Daya Insani terhadap Daya Saing Usaha Kecil 42
Endang Purwanti. Pengaruh Karakteristik Wirausaha. Modal Usaha, Strategi pemasaran Terhadap Perkembangan
UMKM (Studi Kasus di Desa Dayaan dan Kalilondo Salatiga). (Universitas STIE AMA Sala Tiga). 2012. Hlm: 6-
7 43
Vincent Gaspersz. Manajemen Bisnis Total. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1997). Hlm: 5-6
Sumber daya insani menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk
memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja berarti mampu melakukan
kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan
barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.44 Sumber daya insani jelas
diperlukan dalam setiap perusahaan dalam mengelola usahanya karena sumber daya
insani yang berperan besar bagi kesuksesan suatu organisasi atau sebuah perusahaan,
karena sumber daya insani merupakan sentral dalam sebuah organisasi.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang
diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan hipotesis adalah rumusan masalah dan
kerangka berfikir.45
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Modal berpengaruh positif terhadap Daya Saing Usaha Kecil di Kota Cirebon.
H2: Kualitas Manajemen berpengaruh positif terhadap Daya Saing Usaha Kecil di Kota
Cirebon.
H3: Sumber daya Insani berpengaruh positif terhadap Daya Saing Usaha Kecil di Kota
Cirebon.
H4: Modal, Kualitas Manajemen, dan Sumber Daya Insani berpengaruh signifikan terhadap
Daya Saing Usaha Kecil di Kota Cirebon.
44
Payaman J. Simanjuntak. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas Ekonomi Universitas Ekonomi
Indonesia. (Jakarta: 1985). Hlm: 1 45
Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfabeta. 2012). Hlm: 284