BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Konsep ...

31
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Konsep Globalisasi a. Pengertian Globalisasi Perkembangan dunia saat ini telah memunculkan sebuah fenomena globalisasi yang telah membumi ke plosok negara-negara di dunia. Globalisasi sebagai sebuah fenomena nyata, dimana masyarakat diberbagai dunia bisa saling bertukar informasi, teknologi sampai bekerjasama diberbagai bidang kehidupan. Globalisasi adalah suatu proses dimana antar individu, antar kelompok, bahkan antar negara saling berinteraksi, bergantung, dan saling mempengaruhi satu sama lain sampai melintasi batas negara. Menurut asal katanya, kata globalisasi diambil dari kata global yang maknanya universal. Globalisasi berupaya melakukan universalisasi sistem dunia (world system) sehingga semua negara memiliki sistem yang homogen secara global (Safril 2015: 66). Para pemikir barat menyatakan bahwa globalisasi adalah sebagai suatu proses kehidupan yang serba luas dan meliputi segala aspek kehidupan, seperti politik, ideologi, sosial budaya,ekonomi yang dapat dirasakan oleh seluruh umat manusia di dunia (tanpa batas) (Syarbaini, 2015: 262). Selain itu, Giddens (1991: 64) mengartikan globalisasi sebagai intensifikasi hubungan sosial dunia yang menghubungkan tempat-tempat jauh sehingga peristiwa disuatu tempat dapat dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di tempat lain sekian kilometer jauhnya dan sebaliknya. Ditinjau dari sisi lain, ada yang mengartikan globalisasi sebagai proyek negara-negara Adikuasa untuk menjalankan perekonomian kapitalis. Negara-negara yang kuat dan kaya akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara yang kecil makin tidak mampu bersaing. Sebab itu globalisasi cenderung berpengaruh terhadap 7

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Konsep ...

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Konsep Globalisasi

a. Pengertian Globalisasi

Perkembangan dunia saat ini telah memunculkan sebuah fenomena

globalisasi yang telah membumi ke plosok negara-negara di dunia.

Globalisasi sebagai sebuah fenomena nyata, dimana masyarakat

diberbagai dunia bisa saling bertukar informasi, teknologi sampai

bekerjasama diberbagai bidang kehidupan. Globalisasi adalah suatu

proses dimana antar individu, antar kelompok, bahkan antar negara saling

berinteraksi, bergantung, dan saling mempengaruhi satu sama lain

sampai melintasi batas negara.

Menurut asal katanya, kata globalisasi diambil dari kata global yang

maknanya universal. Globalisasi berupaya melakukan universalisasi

sistem dunia (world system) sehingga semua negara memiliki sistem

yang homogen secara global (Safril 2015: 66). Para pemikir barat

menyatakan bahwa globalisasi adalah sebagai suatu proses kehidupan

yang serba luas dan meliputi segala aspek kehidupan, seperti politik,

ideologi, sosial budaya,ekonomi yang dapat dirasakan oleh seluruh umat

manusia di dunia (tanpa batas) (Syarbaini, 2015: 262). Selain itu,

Giddens (1991: 64) mengartikan globalisasi sebagai intensifikasi

hubungan sosial dunia yang menghubungkan tempat-tempat jauh

sehingga peristiwa disuatu tempat dapat dipengaruhi oleh peristiwa yang

terjadi di tempat lain sekian kilometer jauhnya dan sebaliknya.

Ditinjau dari sisi lain, ada yang mengartikan globalisasi sebagai

proyek negara-negara Adikuasa untuk menjalankan perekonomian

kapitalis. Negara-negara yang kuat dan kaya akan mengendalikan

ekonomi dunia dan negara-negara yang kecil makin tidak mampu

bersaing. Sebab itu globalisasi cenderung berpengaruh terhadap

7

8

perekonomian dunia bahkan berpengaruh terhadap aspek kehidupan lain

seperti agama dan budaya. Sehingga Globalisasi sering diartikan sebagai

proses yang menghasilkan dunia tunggal Robertson dalam Sztompka

(2007: 101).

Jadi dapat disimpulkan bahwa globalisasi adalah penyeragaman

berbagai aspek kehidupan pada masyarakat dunia sehingga batas wilayah

menjadi kabur di setiap negara-negara.

b. Karakteristik Globalisasi

Globalisasi sebagai proses penyeragaman berbagai aspek diseluruh

dunia, memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik tersebut

menunjukkan bahwa globalisasi mempunyai ciri khusus tersendiri dalam

proses dan perkembangannya. Karakteristik dari proses globalisasi

menurut Syarbaini (2015: 264) adalah sebagai berikut:

1) Globalisasi lahir bersamaan dengan modernisasi di Barat sejak abad

ke XVI, saat dimulai terjadi sistematisasi kehidupan ekonomi,

hubungan internasional antar negara, dan lahirnya budaya global.

Proses ini terus berkembang sehingga sekarang dalam akselerasi

yang semakin cepat. Masuknya budaya barat ke Indonesia, terjadi

dengan ekspansi perdagangan rempah-rempah yang diikuti

kolonialisasi.

2) Globalisai yang berarti terjadinya hubungan sistemik dari semua

hubungan-hubungan sosial di bumi ini. kehidupan dan penghayatan

umat manusia telah menyatu karena teknologi komunikasi.

3) Globalisasi mencakup fenomenologi kontraksi. Dunia seakan

menciut bukan dalam arti materi, tetapi dalam arti yang abstrak.

Ruang biasanya diukur dengan waktu. Dengan komunikasi yang

cepat maka ruang terasa lebih pendek atau terjadi kontraksi. Proses

globalisasi implisit eliminasi ruang secara fenomenologis dan

generalisasi waktu.

9

4) Fenomena globalisasi sifatnya refleksi, artinya menimbulkan

kesadaran atas kemanusiaan, misalnya rasa simpatik terhadap

penderitaan bencana alam, perang, adanya pasar global dan HAM.

Proses globalsiasi berarti lenyapnya pertentangan antara

universalisme dan partikularisme, gemeinschaft dan gesselschaft,

publik dan swasta, dunia kerja dan keluarga.

5) Pemisahan itu terikat ruang dan waktu. Proses globalisasi berakibat

sekat-sekat pembatasan ruang dan waktu semakin hilang. Seseorang

adalah sekaligus individu dan anggota umat manusia.

6) Globalisasi berarti mengahadapi kenyataan serba-muka antara risiko

dengan kepercayaan. Dewasa ini orang hanya percaya kepada orang

yang dikenal, sifatnya fisik-material serta hadir di sini. Dalam era

globalisasi kita percaya pada orang yang tidak dikenal, kekuatan-

kekuatan impersonal dan norma-norma seperti norma-norma pasar,

hak asasi manusia dan sebagiannya.

c. Sejarah Globalisasi

Globalisasi merupakan perubahan ruang dan waktu. Menurut rentang

waktu globalisasi dapat dikalsifikasi menjadi tiga bagian, diantaranya

globalisasi kuno, globalisasi modern awal/proto globalisasi dan

globalisasi masa kini. Globalisasi timbul semenjak manusia mengenal

perdagangan antar negara. Hal ini dapat dilihat dari pedagang Cina dan

India lalu diikuti oleh kaum muslimin di Asia dan Afrika. Ekonom dan

sosiolog historis Jerman Frank (1998) (wikipedia, “Globalisasi,

www.https://id.m.qikipedia.org/wiki/Globalisasi (diakses 27 desember

2017)) berpendapat bahwa :

“Globalisasi diawali oleh munculnya hubungan dagang antara

Sumer dan peradaban lembah Indus pada milenium ketiga SM.

Globalisasi kuno ini terjadi pada zaman Helenistik, zaman ketika

pusat-pusat kota Komersial membentuk poros budaya Yunani yang

merentang dari India sampai Spanyol, termasuk Alexandria dan

kota-kota Alexander lainnya. Sejak itu, posisi geografis Yunani dan

impor gandum memaksa bangsa Yunani melakukan lewat laut.

10

Perdagangan di Yunani kuno sangat tidak dibatasi, dan negara hanya

mengendalikan suplai gandum.”

Globalisasi modern awal/proto globalisasi mencakup periode sejarah

globalisasi antara 1600 dan 1800. Fase ini dicirikan oleh bangkitnya

imperium maritim Eropa pada awal abad ke 16 dan 17. Globalisasi

modern awal berbeda dengan globalisasi modern dalam hal tujuan

ekspansionisme, cara mengelola perdagangan global, dan tingkat

pertukaran informasi.

Sepanjang abad ke-19, globalisasi mulai mendekati bentuknya yang

modern akibat revolusi industri. Pada masa ini perkembangan kapal uap

dan rel kereta menjadikan transoprtasi darat menjadi jauh lebih murah

dan banyak negara yang ikut perdagangan internasional. Globalisasi pada

masa ini sangat dipengaruhi oleh imperialisme abad ke-19 seperti yang

terjadi di Afrika dan Asia. Setelah perang dunia II banyak negara yang

membuat perjanjian internasional, penerbangan, internet dan

pertumbuhan jaringan komunikasi semakin berkembang sehingga

kemudahan komunikasi dan informasi antar negara mengalami

kemudahan. Munculnya globalisasi di sebabkan antara lain oleh

pemikiran Timur yang menganggap negara-negara Barat telah

mengadaptasi dan menerapkan prinsip-prinsip yang dipelajari di Timur,

adanya jarak yang memunculkan perlunya kemajuan teknologi, dan

saling ketergantungan antar negara sehingga memicu perdagangan global

(Wikipedia,

“Globalisasi”,www.https://id.m.wikipedia.org/wiki/Globalisasi (diakses

27 Desember 2017)).

Awal mula era globalisasi sendiri masih diperdebatkan. Menurut

Blaam dalam Safril (2015: 34-35) setidaknya ada tiga pendapat mengenai

kapan munculnya globalisasi, yaitu sebagai berikut :

1) Masa awal merkantilisme sekitar abad ke-16 hingga ke-17.

Era ini setidaknya ditandai oleh peristiwa penting, yaitu

kelahiran nation state pasca perjanjian Westphalia (Jackson 2005).

11

Sehingga melahirkan negara-negara baru. Pada masa ini muncul

konsep baru mengenai kolonialisme dan imperialisme dan

memunculkan apa yang disebut gold, glory, dan gospel. Ketika

negara-negara baru tersebut mencari wilayah-wilayah lain di luar

wilayah mereka untuk mendapat suntikan ekonomi, proses

perjalanan melampaui negara inilah yang oleh beberapa pakar dinilai

sebagai awal globalisasi.

2) Masa sekitar tahun 1970-an.

Salah satu peristiwa penting yang mendasari asumsi ini adalah

casino capitalism (Strange 1986). Dengan casino capitalism,

interdependensi ekonomi antara negara satu dengan negara yang lain

semakin terasa. Perpindahan uang dari negara satu ke negara yang

lain semakin cepat. Masa inilah yang sering pula disebut dengan

masa pasar saham. Perkembangan ekonomi yang semakin canggih

ini ternyata berkaitan erat dengan bidang-bidang kehidupan lainnya.

Salah satu persyaratan dalam masa ini adalah liberalisasi di setiap

bidang. Tanpa adanya sebuah liberalisasi, suatu negara akan terkucil

dari pergaulan internasional serta akan mengalami kesulitan-

kesulitas tersendiri. Masa liberalisasi inilah yang disebut sebagai

masa awal globalisasi.

3) Masa ketika internet mulai berkembang pada tahun 1990-an.

Melalui internet arus komunikasi dan informasi semakin tidak

terbendung. Perkembangan yang semakin canggih ini membuat

dunia seakan menjadi sesuatu yang homogen. Begitu pula dengan

shared values yang ada di masyarakat. Masa internet inilah yang

oleh beberapa pakar dinilai sebagai awal globalisasi yang nyata.

Sejalan dengan perkembangan itu, nilai-nilai globalisasi semakin

memengaruhi kehidupan masyarakat di dunia, tak terkecuali dalam

kehidupan sosio kultural. Kebudayaan lantas harus dipaksa untuk

mengakomodasi pengaruh globalisasi.

12

Menurut Stager (2009: 11) globalisasi memiliki empat dimensi

empiris utama: ekonomi, politik, budaya, dan ekologi, ditambah dimensi

kelima (ideologi) yang melintasi empat dimensi lainnya. Namun dalam

penelitian ini penulis memfokuskan pada globalisasi budaya.

d. Globalisasi Budaya

Globalisasi mempunyai berbagai dampak tehadap aspek kehidupan.

Salah satunya membuat adanya kecenderungan homogenisasi budaya.

Globalisasi budaya merupakan penyebaran budaya dari luar yang

menjadikan keseragaman diseluruh negara. Globalisasi budaya itu kian

mudah dijalankan seiring dengan perkembangan pesat teknologi

komunikasi dan informasi (Safril, 2015: 50). Globalisasi budaya dalam

prosesnya dibantu oleh internet, media budaya masyarakat dan perjalanan

luar negeri. Globalisasi budaya menyebabkan konsumsi budaya yang

menyebabkan pertukaran barang dan kolonisasi ke seluruh dunia. Selain

itu gaya hidup, norma dan nilai, adat dan kebiasaan, keyakinan agama,

pola kehidupan keluarga, cara produksi dan konsumsi masyarakat

pribumi rusak akibat penetrasi kultur barat modern itu (Sztompka, 2007:

108).

Penyebaran suatu budaya akan sangat berdampak pada kehidupan

sosial di masyarakat. Betapa cepat perubahan budaya masyarakat yang

disebabkan oleh konsumsi budaya secara intens karena globalisasi.

Pengaruh budaya bisa terlihat dari prilaku, norma dan juga nilai-nilai

budaya yang tampak. Fenomena dalam masyarakat ketika melihat budaya

yang sekarang sangat digandrungi oleh masyarakat Indonesia yaitu

budaya barat yang dianggap sebagai budaya modern. Kuatnya penetrasi

budaya yang terglobalkan menyebabkan sebagian orang merasa identitas

aslinya telah usang karena tidak sejalan dengan globalisasi (Safril, 2015:

50). Budaya yang sudah terlihat adalah gaya berpakaian, gaya bergaul,

dan juga bahkan makanan dan lain-lain. Sebagai contoh globalisasi

13

budaya adalah gerai makanan barat yang sudah begitu banyak di

Indonesia seperti MC Donal, KFC, Pizza Hut dan masih banyak lagi.

Globalisasi memicu terjadinya interaksi antara dua budaya yang

sangat berlainan karakternya. Sudah menjadi hukum alam sesuatu yang

berbeda dan berlainan sulit untuk menemui bentuk keseimbangan. Pasti

akan selalu ditemui pendominasian atau kecenderungan salah satu dari

yang berbeda tersebut. Begitupun dengan persinggungan dua budaya

yang berbeda, tentu akan ada pendomianasian dari salah satu budaya.

Globalisasi Budaya yang menyebabakan pendominasian dari budaya lain

akan menjadi budaya global yang lebih berkembang dan diterima di

masyarakat. Budaya yang mendominasi dan diidentikan menjadi budaya

yang benar maka akan diidentikan dengan kekinian. Namun budaya lain

yang didominasi akan dilegitimasikan sebagai istilah kekunoan. Budaya

yang mendominsi akan memperesentasikan kekinian (up to date),

sehingga akan melahirkan produk-produk budaya baru yang mulai

menggeser produk budaya lain. Globalisasi budaya dalam

perkembangannya telah menghasilkan budaya populer sehingga

memunculkan fenomena gelombang budaya mengenai food, fun, fashion,

film sampai sosial media.

e. Budaya Populer (Popular Culture)

1) Pengertian Budaya Populer

Budaya popular (popular culture) yang memang sering

disingkat sebagai budaya pop mulai merebak pada masyarakat

modern pada abad ke-20. Pengaruh zaman dan perkembangannya

telah membuat keterbukaan dan kebebasan bagi masyarkat

diberbagai dunia dalam mengekspresikan apresiasinya. Seiring

dengan adanya arus globalisasi ini, perkembangan teknologi telah

menyeruak ke berbagai negara di dunia sehingga menghasilkan

dampak yang luar biasa bagi kehidupan. Budaya populer mengacu

pada kepercayaan, praktek-praktek dan objek yang menyatu dalam

14

kesatuan yang hidup dalam masyarakat. Hal ini termasuk

kepercayaan adat, parktek-praktek, dan objek yang diproduksi dari

pusat-pusat komersial dan politik (Strinati, 2009: 11).

Istilah budaya populer atau popular culture sendiri dalam

bahasa latin merujuk secara harfiah pada culture of the people

(budaya orang-orang atau masyarakat). Mungkin itulah sebabnya

banyak pengkaji budaya yang melihat budaya yang hidup (lived

culture) dan serangkaian artefak budaya yang bisa kita temui dalam

kehidupan sehari-hari orang kebanyakan. Sebagai contoh budaya

populer sebagai sekumpulan artefak yang ada, seperti film, kaset,

acara televisi, alat transportasi, pakaian, dan sebagainya. Budaya pop

selalu berubah dan muncul secara unik diberbagai tempat dan waktu.

Budaya populer adalah budaya yang dimana kaum intelektual

atau biasa disebut kaum elit meng-hegemoni sebuah masyarakat

untuk membenarkan dan meniru semua tindakan atau ajakan yang

mereka tawarkan kepada masyarakat melalui sebuah medium yaitu

media masa (Burton, 2014: 82). Keberadaan Popular culture atau

budaya populer merupakan refleksi dari keberadaan manusia itu

sendiri pada waktu itu. Namun, dari lain pihak keberadaan budaya

popular merupakan suatu kewajaran, karena apapun fenomena yang

tengah berlaku dalam masyarakat cenderung hanya sebagai dampak

dari perkembangan masa. Maka dari itu, nilai lebih dari sebuah

budaya popular sering terabaikan. Jika diamati lebih dalam, segala

bentuk perkembangan dapat saja dikategorikan sebagai budaya

populer.

Perkembangan musik, misalnya merupakan salah satu contoh

yang paling dekat. Musik dianggap sebagai suatu hal yang paling

dekat dengan anak muda, dan di sisi lain anak muda merupakan

suatu bahasan yang selalu mengundang rangsangan untuk selalu

ditelaah. Menurut Burton (2014: 31) media dan budaya populer

adalah semacam landskap budaya yang dipraktikan, disebarkan,

15

dipasarka, dan dimediakan dalam kehidupan sehari-hari ditengah

masyarakat Indonesia kontemporer. Contoh-contohnya dapat

dirasakan sendiri melalui iklan, sinetron, infotaiment (gosip), film,

dan berbagai program-program televisi saat ini. melalui semua

produk inilah terbentuk budaya sehari-hari masyarakat Indonesia

kontemporer.

2) Karakteristik Budaya Populer

Budaya populer merupakan karakteristik budaya yang sangat

banyak peminatnya. Peminat karakteristik budaya sangat banyak

bahkan sampai melintasi budaya tradisional budaya luhur yang telah

mengakar lama dalam suatu masyarakat. Budaya populer merupakan

suatu pola tingkah laku yang disukai sebagian besar masyarakat.

Tanda-tanda pesatnya pengaruh budaya populer ini dapat kita lihat

pada masyarakat Indonesia yang sangat konsumtif. Membeli barang

bukan didasarkan pada fungsi guna dan kebutuhan tetapi lebih

didasarkan pada maknanya atau prestise.

Semakin maraknya dan menjamurnya pusat-pusat perbelanjaan

seperti mall, industri mode atau fashion, industri kecantikan, industri

gossip, dan real estate menjadi pendukung semakin kuatnya

pengaruh budaya pop ini dan tentu fakta-fakta demikian tidak

terlepas peran media massa, yang dewasa ini memiliki pengaruh

yang besar dalam ruang kehidupan mansia.

3) Fenomena Budaya Populer

Budaya populer dalam perkembangannya menyisakan dampak

difusi budaya yang sangat luar biasa baik pada perubahan perilaku

suatu masyarakat maupun pada tingkat konsumsi akibat munculnya

budaya pop. Fenomena budaya populer yang kini mulai menggeliat

dan seakan menghipnotis masyarakat untuk mencoba menikatinya

adalah fenomena budaya food, fashion, fun, film, sampai media

sosial :

16

a) Food

Suatu produk mempunyai arti dan makna tersendiri. Makna

tersebut menjadi simbol ketika konsumen membeli produk

tersebut. Produk ini bisa dikatakan sebagai makanan, tempat

dimana kita makan dan jenis makanan. Budaya mempengaruhi

kita dalam memilih, menggunakan dan membeli produk

tersebut.

Dewasa ini, makanan tidak hanya diperlukan untuk bertahan

hidup ataupun pemenuhan gizi seimbang bagi konsumennya.

melainkan lebih dari sekedar itu. Hal ini dapat dilihat dalam

lingkungan sosial makanan memperoleh signifikasi yang

melampaui fungsi tersebut dan mempengaruhi persepsi atas

bisanya sesuatu bisa dimakan (Danesi, 2012: 223).

Era globalisasi telah memungkinkan berkembangnya

restoran waralaba internasional, yang pada hakikatnya memang

sebuah ancaman bagi produk-produk makanan lokal. Produk

makanan lokal semakin terancam, terpinggirkan dan semakin

tidak populer di kalangan masyarakat sendiri. Terlebih lagi di

tengah zaman yang serba modern sekarang ini, masyarakat

Indonesia lebih memilih suatu produk yang instan. Makanan

siap saji masih jadi kegemaran masyarakat kontemporer karena

dianggap praktis. Pola konsumsi masyarakat beralih pada

makanan cepat saji yang praktis. Pizza, spaghetti, hamburger,

fried chicken dianggap lebih menarik dari pada makanan lokal

(Safril, 2015: 39).

b) Fun

Kesenangan (fun) tak lepas diidentikan dalam berbagai

bidang hiburan yang tak lepas dari gaya hidup yang merupakan

gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan

menggambarkan seberapa besar nilai moral orang tersebut

dalam masyarakat di sekitarnya. Kesenangan (fun) merupakan

17

fenomena masyarakat global, seperti kesenangan akan musik

dan lagu-lagu yang berkembang masa kini dan bermain game

yang banyak digandrungi kalangan muda. Selain itu adanya K-

Pop yang berkembang pada kalangan muda merupakan satu dari

sekian fenomena fun dikalangan masyarakat. Masyarakat yang

terbawa arus globalisasi menginginkan adanya kebebasan dalam

berekspresi (Safril, 2015: 39). Gaya hidup adalah tindakan yang

membedakan antara satu orang dengan orang lain. Dalam

interaksi sehari-hari kita dapat menerapkan suatu gagasan

mengenai gaya hidup tanpa perlu menjelaskan apa yang kita

maksud (Chaney, 1996: 40).

Gaya hidup sangat berkaitan erat dengan perkembangan

zaman dan teknologi. Semakin berkembangnya zaman dan

semakin canggihnya teknologi, maka semakin berkembang luas

pula penerapan gaya hidup masyarakat dalam kehidupan sehari-

hari. Oleh sebab itu, gaya hidup merupakan bagian dari

kehidupan sosial sehari-hari dunia modern dan masyarakat

menetapkan gaya hidup sebagai ciri-ciri modernitas. Sehingga,

kesenian-kesenian daerah seperti ludruk, ketoprak, wayang,

gamelan, dan tari tradisional menghadapi ancaman serius dari

berkembangnya budaya pop khas barat yang semakin diminati

masyarakat karena dianggap lebih modern (Safril, 2015: 51).

c) Fashion

Fashion tidak diartikan sebagai pakaian saja, tetapi meliputi

seluruh item produk yang mempunyai pengertian dan simbol

kebudayaan. Namun, Fashion dapat didefinisikan sebagai gaya

atau kebiasaan yang paling lazim dalam berpakaian (Danesi,

2012: 216). Fashion adalah semacam kode berpakaian makro

yang menetapkan standar gaya menurut gender, usia, kelas

sosial dan seterusnya . Jika dilihat secara lebih jauh, praktik

bisnis yang berlangsung bisa dikategorikan sebagai proses

18

fashion. Sistem fashion yang terus menerus berkembang di

masyarakat bisa menghasilkan budaya kelas tinggi (high

culture) tetapi juga bisa menghasilkan budaya populer. Biasanya

sistem fashion yang berkembang lebih cepat dan lebih banyak

menghasilkan budaya populer, walaupun pada waktu yang

bersamaan muncul budaya populer. Dengan perkataan lain,

budaya tinggi akan tetap ada walaupun banyak sekali budaya

populer muncul.

Dunia fashion, terutama pakaian, tak tertinggal juga

merasuk diberbagai kalangan dari yang muda sampai yang tua

terutama wanita. Lihatlah cara mereka mengiming-imingi

konsumen dengan berbagai cara, dari istilah ”gak ketinggalan

zaman” sampai istilah ”trend mode”. Hal tersebut apabila

difikirkan hanyalah membuat orang kurang percaya diri, dan

nilai gengsilah yang didapat yang membuat orang menjadi

konsumtif. Budaya asing yang mengglobal menawarkan

kepraktisan dalam berpakaian dengan cukup mengenakan

kemeja, kaos, celana dan rok. Sebaliknya budaya lokal dinilai

terlalu rumit (Safril, 2015: 39).

d) Film

Film merupakan hiburan yang cukup menyenangkan untuk

melepas lelah setelah aktivitas. Di era globalisasi film bukan

hanya sekedar ajang hiburan. Melainkan sebagai ajang

terpresentasikannya nilai-nilai yang ada di dalamnya. Kaburnya

batas-batas negara akibat globalisasi, menyebabkan banyak nya

film yang tersebar dari berbagai belahan dunia. Di sisi lain,

media elektronik selalu kebanjiran film-film Mandarin,

Bollywood, dan Hollywood (Safril, 2015: 40). Film yang

menagndung hal positif dapat meningkatkan kualitas masyarakat

menjadi lebih baik. Namun, film yang mempunyai kualitas nilai

negatif akan memberikan dampak negatif bagi penontonnya.

19

Tindakan kekerasan, gaya hidup sampai perkembangan

IPTEK menjadi salah satu dari berbagai aspek yang terkandung

dalam sebuah film. Hal ini secara tidak langsung membantu

penyerapan proses nilai kedalam diri seseorang yang

menontonnya sehingga dapat menimbulkan perubahan sifat dan

karkter. Agaknya dapat pula dikatakan bahwa film-film tersebut

tampaknya menekankan pada tontonan aksi melalui

penggunaan teknik-teknik yang canggih dan rangkaian usaha tak

berbelas kasihan, dan bukannya kompleksitas maupun nuansa

jalinan alur dan pengembangan karakter (Strinati, 2010: 345).

Pemfilteran terhdap nilai yang terkandung di dalamnya dan

pengetahuan yang luas akan makna dari hal tersebut dirasa

cukup efisien untuk menjembatani generasi muda dari dampak

negatif yang ditimbulkan.

e) Sosial media

Arus globalisasi yang berkembang di masyarakat telah

memberikan berbagai pengaruh. Kemunculan internet

merupakan salah satu perkembangan akibat munculnya arus

globalisasi. Kemajuan teknologi ini memberikan dampak positif

bagi kemudahan masyarakat dalam bersosialisasi. Selain itu

kemudahan mengakses berbagai sumber informasi dan berita

menjadi salah satu kemudahan dari adanya globalisasi ini.

Dampak globalisasi juga mempengaruhi gaya hidup remaja.

Sebagian remaja muda lebih tertarik pada kebiasaan negeri lain

yang tidak sesuai dengan adat dan nilai-nilai luhur budaya

bangsa. Mereka menganggap itu sebuah lebih keren dan

modern, baik itu gaya hidup maupun tingkah lakunya. Mereka

berlomba-lomba meng-update kegiatan sehari-hari di berbagai

macam sosial media seperti facebook, tweeter maupun

instagram.

20

Kehadiran sosial media juga memiliki dampak negatif,

terutama bagi pelajar atau remaja yang sering menggunakannya.

Ketergantungan aktivitas remaja terhadap internet dikarenakan

kurang nya perhatian orang tua. Selain itu kondisi remaja yang

masih labil, dan kemampuan menyaring sumber nilai dan

informasi yang rendah akan menjadikan timbulnya berbagai

dampak negatif bagi penggunanya.

f. Dampak Globalisasi

Globalisasi dalam perkembangannya membawa berbagai dampak

terhadap kehidupan. Diantaranya dampak positif dan negatif.

1) Dampak Positif Globalisasi

a) Adanya perubahan tata nilai dan sikap seperti perubahan

pola fikir masyarakat irasional menjadi rasional.

b) Berkembanganya IPTEK sehingga masyarakat menjadi

lebih bisa berkreasi, berinovasi dan mempermudah

pekerjaan manusia.

c) Pembukaan industri yang menghasilkan alat-alat canggih

dapat meningkatkan tingkat kehidupan yang lebih baik.

2) Dampak Negatif Globalisasi

a) Masyarakat menjadi memiliki pola hidup konsumtif.

b) Sikap individualistik.

c) Gaya hidup kebarat-baratan.

d) Nilai-nilai barat bisa menjadi ancaman bagi kelestarian

nilai-nilai lokal di negara-negara berkembang, termasuk

Indonesia (Safril, 2015: 32).

21

2. Nilai-Nilai Pancasila

a. Pengertian Nilai

Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya

batin, dan menyadarkan dirinya akan harkat dan martabatnya. Nilai

adalah serangkaian sikap yang menyebabkan atau membangkitkan suatu

pertimbangan yang harus dibuat, sehingga menghasilkan suatu standar

atau rangkaian prinsip yang bisa dijadikan alat ukur suatu aksi (Aryani,

2010: 85). Selain itu Fraenkel dalam Thoha (1996: 17) menyebut bahwa

nilai adalah sebuah pikiran atau ide atau konsep mengenai apa yang

dianggap penting bagi seseorang dalam kehidupannya.

Tindakan benar atau salah bahkan baik buruk dapat dilihat melalui

nilai. Nilai menjadikan seseorang dapat memilih berbagai hal yang akan

dilakukan dalam hidupnya. Kebermaknaan akan prilakupun dapat dilihat

melalui nilai. Nilai sebagai suatu keyakinan yang menjadi dasar bagi

seseorang atau sekelompok orang untuk memilih dan menilai tindakan-

tindakannya, apakah yang dilakukan bermakna atau tidak, benar atau

salah bagi kehidupannya (Ekosusilo, 2003: 8).

Jadi dapat disimpulkan Nilai merupakan sesuatu yang

kebenarannya diyakini sehingga dijadikan sebagai acuan untuk

menentukan dasar baik buruk, benar salah, berhaga atau tidak berharga

bagi kehidupannya.

b. Macam-Macam Nilai

Menurut Notonegoro dalam Kaelan (2004: 89-90) membagi nilai

menjadi tiga macam, yaitu:

1) Nilai Material

Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan

jasmani manusia atau kebutuhan material dari raga manusia.

2) Nilai Vital

Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk

dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

22

3) Nilai Kerohanian

Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani

manusia. Nilai kerohanian ini diapat dibedakan menjadi empat

macam:

a) Nilai Kebenaran

Nilai yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.

b) Nilai Keindahan atau Nilai Estetis

Nilai yang bersumber pada unsur perasaan (rasa) manusia.

c) Nilai Kebaikan atau Nilai Moral

Nilai yang bersumber pada unsur kehendak (karsa) manusia.

d) Nilai Religius

Nilai yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak.

Nilai religious ini bersumber kepada kepercayaan atau

keyakinan manusia.

c. Pengertian Pancasila

Pancasila merupakan hasil dari perwujudan nilai luhur budaya

bangsa. Pancasila tidak lahir secara mendadak pada tahun 1945,

melainkan telah melalui proses yang panjang dan dimatangkan oleh

sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dengan melihat pengalaman

bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia

dan dengan tetapberakar pada kepribadian bangsa Indonesia dan

gagasan-gagasan besar bangsa Indonesia sendiri. Pancasila adalah milik

khas bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat

legitimasi moral dan budaya bangsa sendiri (Syarbaini, 2015: 50).

Sedangkan menurut Latif dalam Mulyadi (2014: 1) mengemukakan

bahwa pancasila adalah warisan dari jenius nusantara, sesuai dengan

karakteristik lingkungan alamnya, sebagai negeri lautan yang ditaburi

pulau-pulau (archipelago).

Jadi pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia. Sebagai

pandangan hidup seluruh bangsa Indonesia, nilai-nilai yang terkandung

23

dalam sila-sila Pancasila diambil dari akar budaya bangsa kita sendiri,

bukan dari budaya asing. Secara turun temurun nilai-nilai yang ada dalam

Pancasila tertanam dalam diri setiap warga negara Indonesia. Sebagai

dasar Negara pancasila memiliki nilai-nilai yang dituangkan dalam butir-

butir Pancasila.

d. Nilai-Nilai Pancasila

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara membuat bangsa

Indonesia memiliki pondasi dan pendirian yang kokoh untuk terus

berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan tidak terpengaruh

atau goyah dengan gangguan dari pihak luar yang berusaha untuk

mengganggu stabilitas bangsa Indonesia. Pancasila sebagai nilai dasar

yang fundamental adalah seperangkat nilai yang terpadu berkenaan

dengan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Syarbaini, 2015:

51).

Notonegoro dalam Kaelan (2004: 90) berpendapat bahwa nilai-nilai

pancasila tergolong nilai-nilai kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian

yang mengakui adanya nilai material dan nilai vital. Dalam kaitannya

dengan derivasi atau penjabarannya, nilai dapat dikelompokkan menjadi

tiga macam:

1) Nilai Dasar

Nilai dasar bersifat universal karena menyangkut hakikat

kenyataan objektif segala sesuatu misalnya hakikat Tuhan, manusia

atau yang lainnya. Nilai dasar dapat juga disebut sebagai sumber

norma yang pada gilirannya dijabarkan atau direalisasikan ke dalam

kehidupan yang bersifat praksis. Konsekuensinya aspek praksis

dapat berbeda-beda namun secara sistematis tidak dapat

bertentangan dengan nilai dasar yang merupakan sumber penjabaran

norma serta realisasi praksis tersebut. Nilai dasar terdapat dalam

UUD 1945 (Syarbaini, 2015: 50).

24

2) Nilai Instrumental

Nilai instrumental dapat direalisasikan dalam suatu kehidupan

praksis maka nilai dasar harus memiliki formulasi serta parameter

atau ukuran yang jelas. Nilai instrumental inilah yang merupakan

suatu pedoman yang dapat diukur dan dapat diarahkan. Nilai

instrumental merupakan suatu pengejawantahan dari nilai dasar.

Nilai instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal UUD 1945

dan juga dalam ketetapan MPR (Syarbaini, 2015: 50).

3) Nilai Praksis

Nilai praksis pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih

lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan yang nyata. Nilai

praksis ini merupakan perwujudan dari nilai instrumental. Nilai

praksis dapat ditemukan dalam peraturan perundang-undangan

berikutnya, yaitu dalam undang-undang sampai kepada peraturan di

bawahnya (Syarbaini, 2015: 50).

Pancasila sebagai suatu dasar falsafah negara merupakan suatu

sistem nilai, oleh karena itu sila-sila pancasila pada hakikatnya

merupakan suatu kesatuan. Nilai sila setiap Pancasila juga mengandung

nilai, adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila adalah sebagai

berikut:

a) Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan

menjiwai keempat sila lainnya. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

adalah sebagai pengejawantahan manusia sebagai makhluk Tuhan

yang Maha Esa. Negara Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa member jaminan sesuai dengan keyakinannya untuk

beribdah menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Bahwa

di Indonesia ini meskipun berbeda-beda agama tetapi mereka tetap

memiliki Jiwa Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain itu di dalam sila

pertama terkandung butir nilai berupa :

25

Mengantarkan manusia Indonesia yang taat dan patuh pada titah

Tuhan, bahkan dengan kesadaran penuh yang berasal dari lubuk

hati akan menciptakan tingkah laku dan budi pekerti luhur yang

akhirnya menciptakan mentalitas dan moralitas manusia

Indonesia yang sadar akan nilai-nilai ketaqwaan pada Tuhan

yang Maha Esa (Yuniarto, 2014: 7-8).

Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk

agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda

sehingga terbina kerukunan hidup.

Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai

dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

b) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung makna

kesadaran sikap dan perbuatan yang didasarkan kepada potensi budi

nurani manusia yang berhubungan dengan norma kesusilaan.

Maksudnya bersikap berbudi luhur, berkesopanan dan bersusila.

Setiap warga negara memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang

sama. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab juga terkandung nilai-

nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat

manusia sebagai makhluk yang beradab. Nilai kemanusiaan yang

adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai

makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Bahwa

hakikat manusia harus adil dalam hubungan diri sendiri, adil

terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara,

adil terhadap lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha

Esa. Selain itu, di dalam sila ke-2 terkandung butir nilai berupa :

Mengembangkan sikap tenggang rasa.

Tidak semena-mena terhadap orang lain.

Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan

kewajiban antara sesama manusia.

Bersikap sopan santun.

26

c) Persatuan Indonesia

Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah

sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia yaitu sebagai makhluk

individu dan sosial. Negara merupakan suatu persekutuan hidup

bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang

berupa, suku, ras, kelompok, dan agama untuk merealisasikan

seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral.

Oleh karena itu perbedaan merupakan bawaan kodrat manusia,

beraneka ragam tetapi satu mengikat diri dalam suatu persatuan yang

dilukiskan dalam simbol Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan bukan

untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan melainkan

untuk saling menguntungkan persatuan dalam kehidupan bersama

untuk mewujudkan tujuan bersama sebagai bangsa Indonesia.

Persatuan Indonesia, secara khusus meminta perhatian setiap

warga negara akan hak dan kewajiban dan tanggung jawabnya pada

negara, khususnya dalam menjaga eksistensi negara dan bangsa.

Selain itu, di dalam sila ke-3 terkandung butir nilai berupa :

Menjaga persatuan dan kesatuan Negara.

Cinta tanah air.

Berbangga sebagai bagian dari Indonesia.

d) Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/ Perwakilan

Bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilan tersebut dikongkritisasikan dalam kehidupan bersama

yaitu kehidupan kenegaraan baik menyangkut aspek moralitas

kenegaraan, aspek politik, maupun aspek hukum dan perundang-

undangan. Sehingga dalam sila kerakyatan terkandung nilai

demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup

negara. Dalam iklim keterbukaan untuk saling mendengarkan,

mempertimbangkan satu sama lain, dan juga sikap belajar serta

27

saling menerima dan memberi. Hal ini berarti bahwa setiap orang

diakui dan dilindungi haknya untukberpartisipasi dalam kehidupan

politik. Selain itu, di dalam sila ke-4 terkandung butir nilai berupa :

Mendahulukan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi.

Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam

mengambil keputusan bersama.

e) Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Nilai yang terkandung dalam sila keadilan sosial bagi seluruh

rakyat Indonesia didasari oleh sila ketuhanan yang Maha Esa,

Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, serta

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan. Dalam sila kelima terkandung nilai-

nilai yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan dalam hidup

bersama atau keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan

bersama (kehidupan sosial). Keadilan tersebut juga didasari dalam

hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan

manusia lain, masyarakat, bangsa negaranya dan manusia dengan

Tuhannya (Kaelan, 2010: 31-36). Selain itu, di dalam sila ke-5

terkandung butir nilai berupa :

Menghormati dan mengakui hak-hak orang lain.

Berprilaku dan bersikap adil terhadap sesama.

Menghargai orang lain.

Demikianlah nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam

pergaulan antar negara sesama bangsa di dunia dan prinsip ingin

menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar

bangsa di dunia dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi

setiap bangsa, perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup bersama

(keadilan sosial).

Adapun sikap siswa yang ingin di teliti dari pengaruh globalisasi

terhadap internalisasi nilai-nilai pancasila sebagai wujud dari refleksinya

28

terdapat dalam kelima asas dalam Pancasila yang dijabarkan menjadi 36

butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan pancasila.

Ini ditetapkan dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang

Eksprasetia Pancakarsa (Berbagi, “Makna/Arti Butir-Butir Pancasila

https://bagiilmunei.blogspot.co.id/2017/07/makna-arti-butir-butir-

pancasila.html?m=1 (diakses 27 Februari 2018). Dalam penelitian ini

peneliti memfokuskan kepada nilai-nilai berikut :

a) Nilai religius

Nilai religius merupakan nilai yang memiliki kebenaran yang

paling kuat karena bersumber dari Tuhan yang Maha Esa. Secara

historis, hidup religius dengan kerelaan menerima keragaman yang

telah diterima sebagai kewajaran oleh penduduk Nusantara (Latif,

2015: 56). Nilai ini merupakan bagian dari refleksi tertanamnya

nilia-nilai pancasila khususnya sila pertama. Nilai religius

merupakan konsep mengenai penghargaan tinggi yang diberikan

oleh warga masyarakat kepada beberapa masalah pokok dalam

kehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga dijadikan

pedoman bagi tingkah laku keagamaan warga masyarakat yang

bersangkutan. Nilai religius memberikan andil dalam pembangunan

karakter peserta didik agar lebih baik dan mempunyai karakter yang

mulia. Nilai religius dalam kehidupan bermasyarakat diantaranya

berakhlak mulia, menjalin persaudaraan, menjunjung nilai

kehormatan manusia, dan amar ma’ruf nahyi munkar (menyuruh

kebaikan dan melarang kejahatan). Ada beberapa macam nilai

religius yaitu:

Nilai religius tentang hubungan manusia dengan Tuhannya.

Nilai religius tentang hubungan sesama manusia.

Nilai religius tentang hubungan manusia dengan alam atau

lingkungan.

Nilai religius yang berkaitan dengan pendidikan keagamaan.

29

b) Nilai kesopanan

Sopan santun adalah perauran hidup yang timbul dari hasil

pergaulan sekelompok itu. Kesopanan merupakan tuntutan dalam

hidup bersama. Ada nilai dan norma yang harus dipenuhi supaya

diterima secara sosial. Nilai kesopanan sebagai wujud refleksi dari

sila ke-2, yaitu sikap saling menghormati terhadap satu sama lain

baik itu orang yang lebih tua maupun yang lebih muda. Nilai

kesopanan mencerminkah akhlak yang berbudi pekerti luhur dan

beradab sehingga menjadikan insan yang mulia. Fungsinya antara

lain untuk membatasi seseorang berprilaku diluar batas kesopanan

pada umumnya dan belajar menghargai diri sendiri.

c) Cinta damai

Damai sangat diperlukan oleh setiap manusia, tidak terkecuali

seluruh masyarakat bangsa ini, dimana akhir-akhir ini sedang

diguncang krisis moral. Damai adalah penyesuaian atas pengarahan

yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk menjaga

keseimbangan kehidupan sehingga dapat mencegah terjadinya

perpecahan atau konflik.

Sikap cinta damai memiliki peran terwujudnya perasatuan seperti

makna dari sila ke-3. Sikap cinta damai yang dimiliki tiap individu

dapat mengahantarkan kondisi masyarakat yang tentram dan

terwujudnya tali persaudaraan satu sama lain. Sikap cinta damai

dalam masyarakat majemuk sangat penting, terlebih kondisi

masyarakat yang beragam seperti halnya bangsa Indonesia. Sikap

cinta damai dapat mewujudkan persatuan bangsa.

d) Saling menghargai

Saling menghargai satu sama lain merupakan sikap terpuji.

Terlebih dalam kehidupan masyarakat yang beragam baik itu halnya

sikap, pendapat dan kebudayaan. Saling menghargai adalah sikap

toleransi, dimana setiap individu menerima perbedaan yang ada

sebagai suatu hal yang wajar. Sikap saling menghargai menjadi

30

senjata pemersatu sekaligus alat pencegah konflik. Saling

menghargai tidak didapat melalui ancaman dan kekerasan,

melainkan melalui rasa saling pengertian dan kebajikan. Seperti

sikap saling menghargai akan pendapat satu sama lain merupakan

salah satu perwujudan dari terrefleksi nya sila ke-4.

e) Peduli

Sikap peduli satu sama lain sangat di perlukan. Hal ini dapat

menjadi sikap terbaik di tengah derasnya arus globalisasi yang

membuat masyarakat lebih individualistik. Peduli adalah suatu

tindakan yang didasari pada keprihatinan terhadap masalah orang

lain. Sikap peduli tidak hanya mengenai sosial, kepedulian akan

lingkungan dan alam sekitar merupakan salah satu contoh bentuk

kepedulian. Sikap saling peduli dapat mempererat tali silaturahmi

dan persaudaraan satu sama lain. Sikap peduli merupakan bagian

dari trefleksinya sila ke-5 dari pancasila.

3. Internalisasi

a. Pengertian Internalisasi

Internalisasi adalah suatu penghayatan dan pendalaman terhadap

suatu nilai melalui proses pembinaan. Secara etimologis, internalisasi

menunjukkan suatu proses. Kaidah bahasa Indonesia menyebutkan

akhiran-isasi mempunyai definisi proses. Oleh karena itu internalisasi

dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Internalisasi diartikan sebagai

penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam yang

berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya (KBBI, 2007:

439). Selain itu internalisasi juga diartikan sebagai upaya memasukan

pengetahuan (knowing), dan keterampilan melaksanakan (doing) itu ke

dalam pribadi (Tafsir, 2012: 229).

Penanaman mendalam yang berlangsung melalui pembinaan,

penyuluhan dan sebagainya merupakan keyakinan dan kesadaran akan

kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku.

31

Sehingga internalisasi berarti proses menanamkan suatu nilai atau budaya

menjadi bagian diri orang yang bersangkutan (Sahlan, 2010: 130).

Jadi, Internalisasi adalah proses proses penanaman nilai-nilai pada

diri sesesorang yang berlangsung melalui binaan, bimbingan dan

sebagainya sehingga dapat tercermin dalam sikap dan tingkah laku sesuai

dengan standar yang diharapkan.

b. Tahapan-Tahapan Internalisasi

Internalisasi sebagai proses penanaman nilai-nilai melalui

pembinaan, bimbingan dan sebagainya sehingga terwujud sikap dan

prilaku sesuai dengan standar yang diharapkan.

Menurut Muhaimin (1996: 153) Proses internalsasi yang dikaitkan

dengan pembinaan peserta didik ada tiga tahapan yang terjadi yaitu:

1) Tahap Tranformasi Nilai

Tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik

dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada

tahap ini hanya terjadi komunikasi verbal antara guru dan siswa.

2) Tahap Transaksi Nilai

Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi

dua arah atau interaksi antara siswa dan pendidik yang bersifat

timbal balik.

3) Tahap Internalisasi

Tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini

bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tetapi juga sikap

mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini komunikasi kepribadian

yang berperan secara aktif.

4. Hubungan Globalisasi terhadap Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila

Dewasa ini, akibat kemajuan ilmu dan teknologi, khususnya

teknologi komunikasi, terjadilah perubahan pola hidup masyarakat yang

begitu cepat. Hal ini mempercepat arus globalisasi diberbagai negara.

32

Tidak satupun bangsa dan negara mampu mengisolir diri dan menutup

rapat dari pengaruh budaya asing. Demikian juga terhadap ideologi

pergeseran dan perubahan nilai-nilai akan menimbulkan kebimbangan,

terutama didukung oleh kenyataan masuknya arus budaya asing dengan

berbagai aspeknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Robertson dalam

Sztompka (2007: 101) yang menyatakan bahwa globalisasi diartikan

sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal. Dimana globalisasi

dalam perkembangannya membawa nilai-nilai yang memungkinkan

berbeda dengan nilai-nilai local disuatu negara.

Kemajuan dibidang ilmu dan teknologi komunikasi dan transportasi

ikut mendorong hubungan antar bangsa semakin erat dan luas. Berbagai

informasi dalam berbagai ragam bentukdan isinya tidak dapat selalu

diawasi atau dicegah begitu saja. Mengingkari dan tidak mau tahu

“tawaran” atau pengaruh nilai-nilai asing merupakan kesesatan berfikir,

yang seolah-olah menganggap bahwa ada eksistens yang bisa berdiri

sendiri. Jika pengaruh itu tidak sesuai dengan nilai-nilai yang hidup dalam

masyarakat, atau tidak mendukung bagi terciptanya kondisi yang sesuai

dengan pancasila, maka perlu dikembangkan sikap yang kritis terutama

terhadap gagasan-gagasan, ide-ide yang dating dari luar.

Perkembangan zaman menuntut bahwa ideologi harus memiliki

nafas baru, semangat baru dengan corak nilai, ajaran dan konsep kunci

mengenai kehidupan yang memiliki perspektif baru. Ideologi pancasilapun

dituntut demikian. Pancasila harus mampu menghadapi pengaruh budaya

asing, khususnya ilmu dan teknologi modern dan latar belakang filsafatnya

yang berasal dari luar.

Arus globalisasi kian hari memberikan berbagai pengaruh di berbagai

bidang, tak terkecuali bidang pendidikan yang menyisakan banyak hal.

Nilai-nilai global dari perkembangan globalisasi telah membumi di

berbagai plosok negeri di belahan dunia. Nilai-nilai yang tak sesuai dengan

nilai-nilai luhur budaya bangsa seharusnya mengalami pemfilteran oleh

masyarakat khsususnya peserta didik. Namun dewasa ini nilai-nilai luhur

33

budaya bangsa yaitu nilai-nilai pancasila dirasa mulai tergerus

perkembangan zaman. Pergeseran sistem nilai ini sangat Nampak dalam

kehidupan masyarakat dewasa ini, seperti penghargaan terhadap nilai

budaya dan bangsa, nilai solidaritas sosial, musyawarah mufakat,

kekeluargaan, sopan santun memudar (Mulyasa, 2012: 249).

Hal ini dapat dilihat dari maraknya gaya hidup dan prilaku remaja

yang tidak mencerminkan nilai-nilai luhur budaya bangsa seperti lebih

menghargai budaya asing, disbanding budaya bangsa, baik dalam cara

berpakaian, bertutur kata, pergaulan bebas, dan pola hidup konsumtif.

Sebenarnya arus globalsiasi juga dapat membawa pengaruh positif dan

sangat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan apabila peserta didik lebih

bijak dalam mengambil nilai-nilai global yang berkembang.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

1. Hasil penelian Muhammad Andi Febriyanto (2017) “Globalisasi dan

Budaya Populer (Studi Fenomena Food, Fun, dan Fashion di

Kalangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya)”

Berdasarkan hasil penelitian, penelitian ini lebih di tekankan

kepada Mahasisawa yang terpengaruh terhadap budaya populer sehingga

mereka terbawa arus fenomena budaya populer dikarenakan untuk

menjaga gengsi dan agar bisa mengikuti trend mode kekinian dan agar

bisa dimaknai oleh orang lain. Adapun faktor penyebab yang

mempengaruhi mahasiswa yang terbawa arus fenomena budaya populer

dikarenakan faktor lingkungan, faktor pengaruh dari media sosial, faktor

hobi serta faktor keluarga dan ekonomi.

Kelebihan dari penelitian ini, peneliti secara rinci dalam

memaparkan fenomena budaya populer yang melanda mahasiswa. Selai

itu, perincian dari faktor yang mempengaruhi fenomena budaya populer

yang ditimbulkan globalisasi cukup dijabarkan secara rinci. Kekurangan

34

penelitian ini, peneliti kurang memaparkan tahapan budaya populer ini

sampai mempengaruhi mahasiswa. Selain itu pemaparan tentang

globalisasi cukup dijabarkan terlalu singkat.

2. Hasil penelitian Abdul Rohman (2009) “Cases-Based Learning sebagai

upaya Penanaman Nilai-Nilai Pancasila dalam mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VII di SMP Negeri 1

Kudus”

Berdasarkan hasil penelitian dengan metode Cases-Based Learning

yaitu penanaman nilai-nilai Pancasila yang dilakukan dengan

memberikan materi yang kontra dan persoalan yang dilematis pada mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk di diskusikan oleh siswa

sehingga siswa mampu mengkaji secara mendalam dengan melakukan

penalaran moral. Sehingga dengan pelaksanaan Cases-Based Learning

ini dapat tertanam nilai-nilai Pancasila dalam mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan dan siswa dapat bersikap dan berperilaku secara

mandiri, menghargai, tanggung jawab serta kekeluargaan.

Kelebihan dari penelitian ini adalah peneliti sangat kreatif dalam

pemilihan metode Cases-Based Lerning sebagai upaya penanaman nilai-

nilai pancasila, karena dengan pemberian materi yang kontra dan

persoalan yang dilematis pada mata pelajaran khususnya PKN akan

melatih kreatifitas siswa dalam memecahkan persoalan, sehingga

memungkinkan teraplikasikannya nilai-nilai pancasila ketika diskusi

dalam pembelajarannya. Namun, kekurangan dalam penelitian ini,

peniliti hanya memfokuskan pada metode Cases-Based Learning ketika

mata pelajaran berlangsung tanpa adanya upaya aplikasi di luar mata

pelajaran.

3. Hasil penelitian Istiqomah (2014) “Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila

Melalui Pembelajaran Pkn pada Siswa Kelas V Mi Nu 69 Tejorejo

Ringinarum Kendal”

35

Berdasarkan hasil penelitian penanaman nilai – nilai Pancasila di

MI NU 69 Tejorejo Ringinarum Kendal terlaksana dengan proses dan

upaya guru seperti pembiasaan kepada siswa agar memiliki sifat disiplin,

sopan, patuh, saling menghormati, menyayangi dan menghargai. meski

harus ada kendala – kendala pada saat proses upaya penanaman nilai –

nilai Pancasila berlangsung namun pada kenyataannya kendala – kendala

tersebut tidak menghalangi tercapainya hasil pelaksanaan penanaman

nilai-nilai Pancasila melalui pembelajaran PKn pada siswa kelas V MI

NU 69 Tejorejo Ringinarum Kendal.

Kelebihan dari penelitian ini adalah peneliti sangat baik dalam

penjabaran proses internalisasi nilai-nilai pancasila, sehingga

pembiasaaan yang dilakukan dan sikap yang dihasilkan dalam proses

internalisasi tersebut mudah untuk dipahami. Namun,kekurangan dari

penelitian ini adalah kurang nya penjabaran peneliti dalam menjabarkan

kendala-kendala yang di temui ketika proses internalisasi tersebut

berlangsung.

C. Kerangka Berfikir

Pancasila sebagai ideologi negara mempunyai nilai-nilai luhur budaya

bangsa yang dapat dijadikan pedoman dalam bertingkah laku dan diamalkan

dalam kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya pancasila adalah kristalisasi

nilai-nilai budaya bangsa Indonesia yang majemuk, sehingga ideologi

pancasila adalah sebagai pandangan hidup dan dasar NKRI (Yuniarto, 2014:

5-6). Selain itu pancasila juga mengajarkan moral ideal bangsa Indonesia yang

menjadikannya sebagai alasan utama pentingnya pembentukan karakter

peserta didik melalui internalisasi.

Internalisasi diartikan sebagai penghayatan terhadap nilai-nilai atau

aturan-atauran melalui pembinaan. Internalisasi nilai-nilai pancasila pada

peserta didik diharapkan dapat menjadi ajang penguatan kembali nilai-nilai

karakter bangsa yang mulai tergerus perkembangan zaman seperti halnya

globalisasi.

36

Globalisasi diartikan sebagai proses penyeragaman budaya masyarakat

dunia. Globalisasi dipandang suatu hal yang maju dan modern. Hal ini

dikarenakan perkembangan IPTEK semenjak kemunculan globalisasi.

Perkembangan tersebut terus menyebar keseluruh plosok negara-negara di

dunia sehingga batas-batas wilayah antar negara menjadi kabur karna

globalisasi. Maka dari itu batas-batas wilayah geografi suatu negara tidak

begitu penting lagi (Adolf, 2007: 347).

Nilai luhur budaya bangsa telah ada semenjak dulu. Nilai-nilai tersebut

dikristalisasikan dalam pancasila. Pancasila sebagai sebuah ideologi segara

sekaligus sumber nilai moral, menjadikannya pedoman dalam bertingkah

laku. Mengamalkan nilai-nilai pancasila dapat membentuk karakter bangsa

yang baik dalam diri seseorang. Nilai-nilai luhur budaya bangsa tersebut, tidak

hanya diajarkan di sekolah. Jauh sebelum itu para orang tua pasti

menanamkan nilai-nilai yang baik untuk anaknya lalu ketika memasuki usia

sekolah, penanaman nilai-nilai tersebut diitensifkan dalam bentuk kurikulum,

mata pelajara, terlebih atauran tata tertib disekolah.

Namun ditengah perkembanagn zaman, maraknya arus globalisasi

menyebabkan munculnya nilai-nilai global. Nilai-nilai global tersebut ada

sebagian yang bertentangan dengan nilai-nilai pancasila sehingga

menyebabkan adanya berbagai penyimpangan prilaku di sekolah. Arus

globalsiasi yang perkembangannya diikuti oleh modernisasi mengakibatkan

peruabahangaya hidup dan prilaku masyarakat. Remaja yang kurang bisa

memfilter nilai-nilai global yang ada dapat mengakibatkan penyimpangan

prilaku. Namun, penguatan nilai-nilai pancasila pada diri seseorng dapat

menajadi pondasi yang kokoh dalam pemfilteran nilai-nilai global yang ada.

Menjadikannya lebih bijak dalam mengambil langkah yang ada dan mampu

mengambil hal positif dan bermanfaat bagi kehidupannya.

Sekolah mempunyai peran penting dalam menanamkan nilai-nilai

pancasila terhadap peserta didik. Guru sebagai pemeran utama dalam

pendidikan mempunyai peran dalam proses internalisasi nilai-nilai pancasila

tersebut kepada peserta didik. Di tengah arus globalsiasi yang kian hari dapat

37

sewaktu waktu memudarkan nilai-nilai luhur pancasila maka diharapkan

internalsiasi nilai-nilai pancasila harus lebih intens dilakukan, Adapun dalam

penelitian ini sikap siswa yang ingin di teliti dari pengaruh globalisasi

internalisasi nilai-nilai pancasila sebagai wujud dari refleksinya yaitu religius,

saling membantu, cinta damai, rasa hormat, dan peduli.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah tiap peryataan tentang sesuatu yang bersifat sementara

yang belum dibuktikan kebenarannya secara empiris. Hipotesis merupakan

jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan

masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan

(Sugiyono, 2017: 96).

Berdasarkan uraian teoritik di atas, maka hipotesis penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara globalisasi (X) dengan

internalsiasi nilai-nilai pancasila (Y).

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara globalisasi (X) dengan

internalsiasi nilai-nilai pancasila (Y).

Sekolah Guru

Nilai-nilai

pancasila

Peserta didik Globalsiasi

Hasil

Religius Saling

membantu

Cinta damai Rasa hormat peduli

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir