27 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Upaya 1. Pengertian ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of 27 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Upaya 1. Pengertian ...
27
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Upaya
1. Pengertian Upaya
Upaya adalah kegiatan dengan menggerakkan badan, tenaga dan pikiran
untuk mencapai suatu tujuan pekerjaan (perbuatan ,prakarsa, iktiar daya upaya)
untuk mencapai sesuatu.(Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih. 2008).
Oleh sebab itu guru merupakan komponen terpenting dalam
mengupayakan kemampuan murid yang berkualitas dalam suatu sekolah karena
seorang guru yang konsekwen guru yang mampu menjaga kehormanisan antara
perkataan, ucapan, perintah dan larangan dengan amal perbuatan. Guru yang
demikian akan menjadi tauladan bagi muridnya dan betul-betul merupakan guru
yang dapat ditiru sebagai mana yang di katakana oleh Zakiah Daradjat dalam
buku nya “Kepribadian Guru”. Setiap guru akan mempunyai pengaruh terhadap
anak didik, pengaruh tersebut ada yang terjadi melalui pendidikan dan pengajaran
yang dilakukan dengan sengaja dan ada pula yang terjadi tidak sengaja bukan
disadari oleh guru, melalui sikap, gaya dan macam-macam penampilan
kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya dari pada kepandaian dan
ilmunya. Sebagai pembimbing guru harus berupaya untuk membimbing dan
mengarahkan prilaku peserta didik kearah yang positif, dan menunjang
pembelajaran. (Zakiyah Daradjad : 1980)
28
Menurut kamus besar bahas Indonesia upaya adalah usaha atau ikhtiar (
untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar).
Sedangkan upaya yang dimaksud oleh peneliti disini adalah bentuk usaha dari
guru agama dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai
kepribadian Nabi muhammad Saw. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
upaya merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu mencapai jalan keluar dalam setiap persoalan dan disertai dengan do’a.
Selain itu kata upaya sangat terkait dengan sikap seseorang untuk selalu
mengarahkan tenaga dan pikiran untuk mencapai maksud atau memecahkan
masalah persoalan serta mencari jalan keluar dari berbagai hal yang menjadi
tujuannya. (KBBI 2002:1250).
B. Konsep Guru Agama
1. Pengertian Guru Agama
Guru menurut bahasa berasal dari bahas Indonesia yang berarti orang yang
pekerjaannya mengajar. Menurut J.E.C.Gericke dan T. Roorda yang dikutip oleh
Ir. Poedjawijatna, menerangkan bahwa guru berasal dari bahasa sangsekerta, yang
artinya berat, besar, penting, baik sekali, terhormat, dan juga berarti pengajar.
Adapun pengertian guru menurut istilah, guru dilihat sebagai seseorang yang
berdiri didepan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Akan tetapi
pengertian guru menurut istilah masa sekarang, menjadi arti yang lebih luas dalam
masyarakat dari arti diatas, yakni semua orang yang pernah memberikan suatu
ilmu atau kependidikan tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang dapat
29
disebut sebagai “guru”, misalnya guru silat, guru mengetik, guru menjahit, bahkan
guru mencopet ( J.E.C.Gericke dan T. Roorda : 1993 ) .
Menurut H.M Arifin Guru agama adalah hamba Allah yang mempunyai
cita-cita Islami, yang telah matang rohaniah dan jasmaniah yang mempunyai
tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran
Islam, ia juga bertanggungjawab kepada Allah swt serta memahami kebutuhan
perkembangan peserta didik bagi kehidupan masa depannya, ia tidak hanya
mentransfer ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik akan tetapi
juga memberikan nilai dan tata aturan yang bersifat islami ke dalam pribadi
sehingga menyatu serta mewarnai prilaku mereka yang bernafaskan islam.( H.M
Arifin : 1996 ).
Guru adalah orang dewasa yang secara bertanggungi jawab dalam
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkann, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik, Guru atau pendidik jugaa berartii orang dewasa
yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada peserta didik
dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai kedewasaannya,
mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai mahluk Allah
khalifah di muka bumi, sehingga mahluk sosial dan individu yang sanggup
berdiri sendiri. Sehingga orang yang di sebut guru adalah orang yang mempunyai
kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan
mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat
30
mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pembelajaran. (
Hamzah B. Uno 2008: 15).
Dalam bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan artinya
dengan guru, kata teacher berarti guru, pengajar kata educator berarti pendidik,
ahli mendidik dan tutor yang berarti guru pribadi, atau guru yang mengajar di
rumah, memberi les (pelajaran). ( John M. Echols dan Hassan Shadily, : 1992)
Dalam pandangan masyarakat Jawa, guru dapat dilacak melalui akronim
gu dan ru. “Gu” diartikan dapat digugu (dianut) dan “ru” berarti bisa ditiru
(dijadikan teladan). ( Hadi Supeno1995 ).
Guru menurut paradigma baru ini bukan hanya bertindak sebagai pengajar,
tetapi juga sebagai motivator dan fasilitator proses belajar mengajar yaitu realisasi
atau aktualisasi potensi-potensi manusia agar dapat mengimbangi kelemahan
pokok yang dimilikinya. Sehingga hal ini berarti bahwa pekerjaan guru tidak
dapat dikatakan sebagai suatu pekerjaan yang mudah dilakukan oleh sembarang
orang, melainkan orang yang benar-benar memiliki wewenang secara akademisi,
kompeten secara operasional dan profesional. Untuk menyandang predikat
sebagai seorang guru tidaklah mudah, sebab predikat seorang guru hanya dapat
dimiliki oleh orang-orang yang benar-benar memiliki wewenang secara mutlak.
Kemutlakan tersebut ditandai dengan keprofesionalan dengan ciri-ciri
sebagaimana diatas, yang mana hal ini terdapat kesesuaian dengan hadits Nabi
saw, bahwa setiap segala urusan yang diserahkan pada orang yang tidak mampu
secara maksimal, diantaranya masalah pendidikan maka sudah secara otomatis
31
tujuan pendidikan tidak akan dapat tercapai, karena guru sebagai pembawa arah
pendidikan tidak mumpuni dalam mengantarkan murid menjadi insan berkualitas
baik bagi lingkungan sesamanya maupun dihadapan sang khaliq. ( Zakiah
Daradjat : 2000).
Dalam agama Islam mengajarkan bahwa setiap umat islam wajib
mendakwahkan dan memberikan pendidikan agama Islam kepada yang lain.
Sebagaimana dipahami dari firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125 :
Artinya :
‘Serulah manusia kepada jalan Tuhan dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
mengetahui tentang siapa-siapa yang tersesat dijalanNya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk’.( Qs. An-Nahl : 125 ).
Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa siapapun dapat menjadi
guru agama asalkan dia memiliki kemampuan, pengetahuan serta mampu
mengimplikasikan nilai yang relevan dalam pengetahuan itu yakni sebagai
penganut agama yang patut dicontoh dalam agama yang diajarkan dan bersedia
menularkan pengetahuan agama serta nilainya kepada orang lain. Akan tetapi
pendidikan agama ternyata tidak menyangkut masalah transformasi ajaran dan
nilainya kepada pihak lain akan tetapi lebih merupakan masalah yang sangat
32
kompleks dalam arti setiap kegiatan pembelajaran pendidikan agama akan
dihadapkan dengan permasalahan yang kompleks misalnya masalah peserta didik
dengan berbagai macam latar belakangnya, sarana apa saja yang diperlukan untuk
mencapai keberhasilan pendidikan agama, bagaimana cara atau pendekatan apa
yang digunakan dalam pembelajaran, bagaimana mengorganisasikan dan
mengelola isi pembelajaran agama tersebut dan seberapa jauh tingkat efektifitas
dalam kegiatan tersebut serta usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya
tarik siswa demikian seterusnya. Dengan dasar seperti itulah maka prilaku
pendidikan dari upaya guru agama sangat kompleks, yang membutuhkan kajian
secara mendalam, dalam kerangka kependidikan secara umum dapat dikatakan
bahwa prilaku guru agama dipandang sebagai sumber pengaruh sedangkan
tingkah laku siswa sebagai efek dari berbagai proses tingkah laku dari kegiatan
interaksi dalam kehidupan. (Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemah : 1989).
2. Kompetensi Guru Agama
Kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan
bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi
kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, adanya kepekaan
terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang memadai, menekankan
pada suatu keahlian dalam bidang tertenntu sesuai bidang profesinya, dan nilai-
nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian penulis menyimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan kompetensi guru agama adalah kecakapan guru
33
agama dalam melaksanakan tugasnya dalam pengertian pemikiran, pengetahun,
keterampilan dan kemampuan dituntut oleh jabatan guru agama.( Uzer Usman:
2006 ).
Kompetensi guru agama adalah kewenangan untuk menetukan pendidikan
agama yang akan diajarkan pada jenjang tertentu di sekolah tempat guru itu
mengajar. Adapun kompetensi guru pendidikan agama Islam dimaksudkan
wewenang guru pendidikan agama Islam dalam memutuskan sesuatu sebagai
upaya membantu siswanya menuju kepada kedewasaan ( Zakiah Daradjat :1994 :
95).
Dalam Undang-Undang no. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
dijelaskan bahwa seorang guru wajib memiliki kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.(Musfah 2015:27).
Islam dalam melaksanakan tugasnya dalam pengertian pemikiran
pengetahuan, Sehubungan dengan macam kompetensi sebagaimana yang
diuraikan, maka agama, dapat dijabarkan sebagai berikut yaitu : kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesioanal, kompetensi sosial.
(E Mulyasa: 2008: 75).
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan seorang yang berwenang untuk
mengajar dan mendidik peserta didik agar dapat mencapai keberhasilan dimasa
depan maka guru harus bisa memberikan apa yang dibutuhkan peserta didik dalam
34
proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik. (Siswoyo
2013:228).
Kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-
kurangnya meliputi :
a. Pemahaman wawasan atau lanasan kependidikan;
b. Pemahaman terhadap peserta didik;
c. Pengembangan kurikulum/silabus;
d. Rancangan pembelajaran;
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
f. Pemamfaatan teknologi pembelajaran;
g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadiaan secara langsung berhubungan dengan kapasitas
psikis seseorang yang berkaitan dengan nilai-nilai etis atau kesusilaan dan tujuan
hidup. Kompetensi kepribadian yang dimiliki seorang guru merupakan
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan beribawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak
mulia. (Nursyamsi : 2014).
3. Kompetensi Sosial
35
Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang dimiliki oleh guru
sebagai bagian dari masyarakat. (Siswoyo:2013)
Kompetensi sosial yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:
a. Berkomunikasi, lisan, tulisan, atau isyarat,
b. Mengusahakan teknologi komunikasidan informasi secara fungsional,
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi professional adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap
pekerjaan haru dilakukan oleh orang yang profesional. Orang yang propesional
iyu adalah orang yang memiliki profesi. (Muchtar Luthfi : 1984:44).
Kompetensi profesional juga merupakan kemampuan menyusun materi
pembelajaran secara luas dan mendalam sebagai inti pengembangan silabus serta
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Oleh
karena itu, kompetensi profesional yang dimiliki oleh seorang guru yang
diharapkan mampu melaksanakan pendidikan secara efektif dan efisien. ( Usman,
M. Uzer. 2006 ).
5. Komptensi Kepemimpinan
Kompetensi kepemimpinan merupakan salah satu kompetensi yang sangat
penting dimiliki oleh seorang guru, khususnya guru mata pelajaran agama Islam
meliputi:
36
a. Kemampuan membuat perencanaan pembudayaan pengalaman ajaran agama
dan perilaku akhlak mulia pada komunitas sekolah sebagai bagian dari
kegiatan pembelajaran agama.
b. Kemampuan mengorganisasikan potensi unsur sekolah secara sistematis untuk
mendukung pembudayaan pengalaman ajaran agama pada komunitas sekolah.
c. Kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan
konselor dalam pembudayaan pengalaman ajaran agama pada komunitas
sekolah.
d. Kemampuan menjaga, mengendalikan, dan mengarahkan pengalaman ajaran
agama pada komunitas sekolah dan menjaga keharmonisan hubungan antar
pemeluk agama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di dalam mata pelajaran agama harus dijelaskan kompetensi yang akan
diajarkan kepada peserta didik, dan yang akan dikuasai peserta didik sebagai
wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung.
Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar, dan tingkat -tingkat penguasaan
yang akan digunakan sebagai kriteria pencapaian secara eksplisit, dikembangkan
berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan memiliki kontribusi terhadap
kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari. Penilaian terhadap pencapaian
kompetensi perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja peserta didik,
dengan bukti penguasaan mereka terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap sebagai hasil belajar. Dengan demikian, dalam pembelajaran yang dirancang
37
berdasarkan kompetensi, penilaian tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan
yang bersifat subjektif. (Mulyasa: 2003).
3. Peran Guru
Peran guru adalah sebagai berikut : Guru Sebagai Pendidik, guru sebagai
pengajar, guru sebagai pembimbing, guru sebagai pemimpin, guru sebagai
pengelola pembelajaran, guru sebagai model dan teladan, guru sebagai anggota
masyarakat, guru sebagai administrator, guru sebagai penasehat, Guru Sebagai
pembaharu (Inovator), guru sebagai pendorong kreatifitas, guru sebagai
emansipator, dan lain-lain. ( Yelon dan Weinstein (1997).
Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi
para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki
standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan
disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-
pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang
tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan,
pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup
berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual.
Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru
sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas
38
anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang
ada. ( WF Connell : 1972 ).
2. Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar
peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan,
hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa
aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas
dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.
Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan
terampil dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan
oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan,
Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan
kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk
mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada
perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus
senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang
telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar. ( Mulyasa, H.E 2011 ).
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan
itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga
perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam
39
dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan guru memerlukan kompetensi
yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut: Guru harus merencanakan
tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai,Guru harus melihat
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa
peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah,
tetapi mereka harus terlibat secara psikologis, Guru harus memaknai kegiatan
belajar, Guru harus melaksanakan penilaian. ( Parkay, Forrest W. 2008).
4. Guru Sebagai Pemimpin
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru
menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam. ( Manan:1990).
5. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu,
guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar
supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
(Ad. Rooijakkers 1990).
6. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua
orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar
untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat
40
sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau
mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru:
sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman
dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neurotis,
selera, keputusan, kesehatan, gaya hidup secara umum. Perilaku guru sangat
mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan
gaya hidup pribadinya sendiri.(Riawan Amin : 2004).
Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang
diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan
ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan
berusaha untuk tidak mengulanginya. ( Manan:1990).
7. Sebagai Anggota Masyarakat
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang
guru diharapkandapat berperan aktif dalam pembangunan disegala bidang yang
sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang
dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan
masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga,
keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak
pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa
diterima oleh masyarakat.(Endrajati:2007)
8. Guru sebagai administrator
41
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga
sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan
dihadapkan pada berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu seorang
guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam
kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab
administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil
belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah
melaksanakan tugasnya dengan baik.(Suyono:2011).
9. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam
beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.BPeserta didik
senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam
prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai
orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami
psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.(Hariyanto:2011).
10. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan
yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan
luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman
orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik
yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia
42
yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam
pendidikan.(Djamarah,2003:43).
11. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan
guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas
tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan
cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya
kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan
oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat
dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik
dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia
memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas
menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari
yang telah dikerjakan sebelumnya.( Moreno: 2010).
12. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik,
menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan
“budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan
dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak
menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah
melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan
43
secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi
pribadi yang percaya diri.
13. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling
kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable
lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak
mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang
dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang
meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. (Yelon:2015)
14. Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari
awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati
tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa
mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran
sebagai evaluator. Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa
dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada
muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang
begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru
mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan
dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus
ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan
44
terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut
bergerak menuju kehancuran. (Weinstein:1997).
3. Tanggung Jawab Guru Agama
Tanggung jawab guru dalam mendidik peserta didiknya merupakan limpahan
tanggung jawab dari orangtua kepada anaknya, sebagaimana yang telah di
namakan oleh Allah Swt kepada setiap orang tua dalam firman Allah Swt Q.S At-
Tahriim : 6
Artinya:“Hai orang yang beriman, peliharalah diri kamu dan keluargamu dari api
neraka” (Q.S At-Tahrim : 6).
Sedangkan tanggung jawab guru menurut Zakiyah Daradjat adalah
mencerdaskan peserta didik. Karena profesinya sebagai guru berdasarkan
panggilan jiwa untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan menciptakan
tugas dan tanggung jawab profesinya. Menjadi tanggung jawab guru untuk
memberikan sejumlah norma kepada peserta didik agar tau mana perbuatan yang
asusila, mana perbuatan yang bermoral, dan amoral. (Zakiyah Daradjat : 2004 )
Untuk menjadi seorang guru yang dapat mempengaruhi anak didik ke arah
kebahagiaan dunia dan akhirat sesungguhnya tidaklah ringan. Dilihat dari ilmu
45
pendidikan Islam, maka menurut Zakiyah Dradjat : 2004 tanggung jawab guru
yaitu sebagai berikut :
1) Takwa kepada Allah
Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin
mendidik anak agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-
Nya, sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya.
2) Berilmu
Seorang guru harus memiliki ilmu yang sesuai dengan kemampuan dalam
mengajar, tidak hanya ijazah saja yang ia miliki, namun keilmuannya yang harus
diperhitungkan, sebab dengan ilmu, maka guru akan mengetahui tentang materi
yang akan disampaikan oleh anak didiknya.
3) Sehat jasmaniahnya
Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang
melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular umpamanya
sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Disamping itu, guru yang
berpenyakit tidak akan bergairah mengajar.
4) Berkelakuan baik
Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan watak murid. Guru
harus menjadi suri teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru.
C. Peserta didik SMK Artanita
Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan
Tilmidz jamaknya adalah Talamid, yang artinya adalah “murid”, maksudnya
46
adalah “orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal
juga dengan istilah Thalib, jamaknya adalah Thullab, yang artinya adalah
“mencari”, maksudnya adalah “orang-orang yang mencari ilmu”. (Sinolungan,
1997).
Menurut kamus bahasa Indonesia peserta didik adalah anak didik yang
mendapat pengajaran ilmu. Atau peserta didik adalah anak didik atau individu
yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan
bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari
struktural proses pendidikan. Secara bahasa peserta didik adalah orang yang
sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik
maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seseorang
peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Pertumbuhan yang
menyangkut fisik, perkembangan menyangkut psikis. (Hery Noer Aly 1999:113).
Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu
peserta didik tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan
untuk menuju kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang peserta
didik berada pada usia balita seorang selalu banyak mendapat bantuan dari orang
tua ataupun saudara yang lebih tua. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa
47
peserta didik merupakan barang mentah (raw material) yang harus diolah dan
bentuk sehingga menjadi suatu produk pendidikan.
Peserta didik juga dikenal dengan istilah lain seperi Siswa, Mahasiswa, Warga
Belajar, Palajar, Murid serta Santri.
a. Siswa adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
b. Mahasiswa adalah istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan
perguruan tinggi.
c. Warga Belajar adalah istilah bagi peserta didik nonformal seperti Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
d. Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti
pendidikan formal tingkat menengah maupun tingkat atas.
e. Murid memiliki definisi yang hampir sama dengan pelajar dan siswa.
f. Santri adalah istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan non formal,
khususnya pesantren atau sekolah-sekolah yang berbasiskan agama islam.
D. Konsep Kepribadian Nabi Muhammad SAW
1. Pengertian kepribadian
Kepribadian secara etimologis berasal dari kata “pribadi” yang berarti
manusia sebagai perseorangan, yang meliputi keseluruhan sifat-sifat dan watak
yang dimilikinya. Sedangkan menurut termenologis kepribadian adalah tingkatan
sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh
48
yang menentukan. Namun bila kita interprentasikan yang lebih lanjut, tentu masih
ditemukan kata kunci yang terkait dengan kepribadian, misalnya: ciri, karakter,
watak, jiwa moral, semangat, kepribadian dan tingkah laku. Jadi kepribadian
sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonyol pada diri individu. (Sartilo
wirawan : 2002 ).
Feist (1985) Menjelaskan bahwa kepribadian secara umum menunjuk
pada sifat, pembawaan lahir, atau karakteristik individu yang relatif
konsisten dengan perilaku individu. Sifat mungkin khas dan umum untuk
beberapa kelompok, tetapi pola mereka berbeda masing-masing individu. ( Feist
1985).
2. Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Sekitar tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan
terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya ataupun karena
letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman
di Selatan dan Syiria di Utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Mekah
menjadi pusat keagamaan Arab. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi
berhala utama, Hubal. Mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat
Arab pada masa itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab
dengan luas satu juta mil persegi.(Abdullah Ai’did,1961:337).
Nabi Muhammad SAW dilahirkan dalam keluarga bani Hasyim di Mekah
pada hari senin, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, pada permulaan tahun dari Peristiwa
Gajah. Maka tahun itu dikenal dengan Tahun Gajah. Dinamakan demikian karena
49
pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), (Ajid
Thohir:2004).
Nabi Muhammad SAW adalah anggota bani Hasyim, suatu kabilah yang
kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah.
Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya
bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar
pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Muhammad
SAW. Nabi terakhir ini dilahirkan dalam keadaan yatim karena ayahnya
meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah.(Ajid Thohir:2004).
Ramalan tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad dapat
ditemukan dalam kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan
bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW telah diramalkan oleh setiap dan semua
nabi terdahulu, yang melalui mereka perjanjian telah dibuat dengan umat mereka
masing-masing bahwa mereka harus menerima atas kerasulan Muhammad SAW
nanti. (Abdul Haq Hidyarthi:2006).
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qs. Ali ‘Imran ayat 81:
50
Artinya :
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa
saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang
kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu
akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”.(QS.Al-Imron: 81)
Sejumlah penulis besar tentang Sirah dan para pakar hadits telah banyak
meriwayatkan peristiwa-peristiwa di luar kebiasaan, yang muncul pada saat
kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peristiwa-peristiwa diluar daya nalar manusia,
yang mengarah kepada dimulainya era baru bagi alam dan kehidupan manusia,
dalam hal agama dan moral. Diantara peristiwa-peristiwa tersebut adalah
singgasana Kisra yang bergoyang-goyang hingga menimbulkan bunyi serta
menyebabkan jatuh 14 balkonnya, surutnya danau Sawa, padamnya api sembahan
orang-orang Persia yang belum pernah padam sejak seribu tahun lalu.
3. Masa kanak-kanak
Tidak lama setelah kelahirannya, bayi Muhammad SAW diserahkan
kepada Tsuwaibah, budak perempuan pamannya, Abu Lahab, yang pernah
menyusui Hamzah. Meskipun diasuh olehnya hanya beberapa hari, nabi tetep
menyimpan rasa kekeluargaan yang mendalam dan selalu menghormatinya. Nabi
51
SAW selanjutnya dipercayakan kepada Halimah, seorang wanita badui dari Suku
Bani Sa’ad. Bayi tersebut diasuhnya dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, dan
tumbuh menjadi anak yang sehat dan kekar. Pada usia lima tahun, nabi
dikembalikan Halimah kepada tanggungjawab ibunya. Sejumlah hadis
menceritakan bahwa kehidupan Halimah dan keluarganya banyak dianugrahi
nasib baik terus-menerus ketika Muhammad SAW kecil hidup di bawah
asuhannya. Halimah menyayangi baginda Rasul seperti menyayangi anak sendiri,
penuh kasih sayang dan cinta, namun karena banyak kejadian yang luar biasa
sehingga takut akan terjadi hal-hal yang tidak baik sehingga dikembalikanlah
Rasul SAW kepada keluarga beliau.(Muhammmad Husain Haekal,1990:49)
Muhammad SAW kira-kira berusia enam tahun, dimana tatkala asik
bermain-main dengan teman-teman beliau, teman-teman beliau gembira saat
ayah-ayah mereka pulang, namun Rasulullah pulang dengan tangisan menemui
ibunda beliau, seraya berkata wahai ibunda mana ayah?.. ibunda beliau terharu
tampa jawaban yang pasti, sehingga dalam ketidakmampuan atas jawaban
tersebut, hingga suatu ketika ibunda beliau mengajak baginda Nabi SAW pergi
kekota tempat ayah beliau dimakamkan. Sekembalinya dari pencarian Makan
suami tercinta ibu Rasul tercinta jatuh sakit dan meninggal dalam perjalanan
pulang, dengan duka cita yang mendalam dan pulang bersama seorang pembantu
nabi. Sekembalinya pulang sebagai anak yatim piatu maka beliau diasuh oleh
kakeknya, Abdul Muthalib. Namun dua tahun kemudian, kakeknya pun yang
52
berumur 82 tahun, juga meninggal dunia. Maka pada usia delapan tahun itu, Nabi
ada di bawah tanggungjawab pamannya Abi Thalib.(Abdul Hamieed 2001: 640).
Pada usia 8 tahun, seperti kebanyakan anak muda seumurnya, Nabi
memelihara kambing di Mekkah dan menggembalakan di bukit dan lembah
sekitarnya. Pekerjaan menggembala sekawanan domba ini cocok bagi perangai
orang yang bijaksana dan perenung seperti Muhammad SAW muda, ketika beliau
memperhatikan segerombolan domba, perhatiannya akan tergerak oleh tanda-
tanda kekuatan gaib yang tersebar di sekelilingnya.
4. Masa Remaja Nabi Muhammad SAW
Diriwayatkan bahwa ketika berusia dua belas tahun, Muhammad SAW
menyertai pamannya, Abu Thalib, dalam berdagang menuju Suriah, tempat
kemudian beliau berjumpa dengan seorang pendeta, yang dalam berbagai riwayat
disebutkan bernama Bahira. Meskipun beliau merupakan satu-satunya nabi dalam
sejarah yang kisah hidupnya dikenal luas, masa-masa awal kehidupan Muhammad
SAW tidak banyak diketahui. Nabi Muhammad SAW besar bersama kehidupan
suku Quraisy Mekah, dan hari-hari yang dilaluinya penuh dengan pengalaman
yang sangat berharga. Dengan kelembutan, kehalusan budi dan kejujuran beliau
maka orang Quraisy Mekkah memberi gelar kepada beliau dengan Al-Amin yang
artinya orang yang dapat dipercaya.(Ibnu Ishaq : 2005)
Pada usia 30 tahunan, Muhammad SAW sebagai tanda kecerdasan dan
bijaksanya beliau, Nabi SAW mampu mendamaikan perselisihan kecil yang
muncul di tengah-tengah suku Quraisy yang sedang melakukan renovasi Ka’bah.
53
Mereka mempersoalkan siapa yang paling berhak menempatkan posisi Hajar
Aswad di Ka’bah. Beliau membagi tugas kepada mereka dengan teknik dan
strategi yang sangat adil dan melegakan hati mereka. (Muhammad Said
Ramadhan : 2010)
Pada masa mudanya, beliau telah menjadi pengusaha sukses dan hidup
berkecukupan dari hasil usahanya. Kemudian pada usia 25 tahun, beliau menikah
dengan pemodal besar Arab dan janda kaya Mekah, Khadijah binti Khuwailid
yang telah berusia 40 tahun.(Alhammad:2014).
Nabi Muhammad Saw merupakan Nabi yang terakhir. Artinya, setelah
Nabi Muhammad Saw tidak ada nabi lagi. Dengan demikian ajaran yang di bawa
oleh nabi Muhammad Saw berlaku sepanjang masa tanpa batas hingga akhir
jaman. Ajaran itu juga berlaku pada bagi seluruh bangsa setelah sepeninggalnya
Nabi Muhammad Saw. Dan bukan hanya bagi bangsa arab saja.
Seperti yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat As-Saba’ : 28
Artinya :
“Dan kami tidak mengutus engkau ( Muhammad), melainkan kepada semua umat
manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, akan tetapi kebanyakan dari mereka tidakmengetahui” (QS As-
Saba’:28).
54
Allah SWT telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa sebuah petunjuk
(al-Qur’an) dan agama yang benar untuk itu ia menangkan atas seluruh agama
lainnya. Allah SWT telah memilih Nabi Muhammad SAW di antara manusia
lainnya dengan bekal ilmu. Dia benar-benar mempersiapkan beliau untuk tujuan
agung dan tugas besar tersebut. Dia mendidik dan mengajari beliau dengan
sebaik-baiknya. Dia mensucikan dan membersihkan jiwa beliau. Dia juga
menganugerahkan kepada beliau penampilan yang menawan, kepribadian yang
berwibawa, perilaku yang baik, akhlak yang mulia, hati yang lapang, dan jiwa
yang dermawan. Maha Suci Allah yang telah menciptakan beliau dengan segala
bekal mulia tersebut, serta menjadikan beliau sebagai suri teladan terbaik bagi
segenap manusia dan panutan bagi orang-orang shalih. (Abduh Zulfidar Akaha :
2007 ).
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahzab: 21
ك واليوم اآلخر وذكر أسوة حسنة لمن كان يرجو اثير لقد كان لكم في رسول
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Surat al-Ahzab: 21).
Para sahabat radhiyallahu ‘anhum menyaksikan semua sisi kehidupan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bergaul secara langsung dengan
beliau, sehingga mereka senantiasa berada di bawah naungan akhlak beliau yang
sangat mulia dan luhur. Selanjutnya mereka menyampaikan segala perilaku
Rasulullah yang mereka saksikan serta segala ucapan beliau yang mereka dengar
55
kepada seluruh generasi yang hidup setelah mereka, sebagai upaya untuk
menegakkan risalah keilmuan sekaligus mengemban amanah dalam menyebarkan
agama Islam. Upaya para sahabat untuk menyampaikan dan meriwayatkan sisi
kehidupan Rasulullah tersebut dilanjutkan oleh generasi tabiin yang hidup setelah
mereka, sehingga muncullah suatu generasi setelah mereka yang mampu
menguasai bidang ilmu tersebut. Generasi ini berhasil mencatat berbagai hadits
dan atsar, kemudian menyusunnya dalam aneka kitab dan karya tulis. Ada di
antara yang menulis secara khusus tentang kepribadian dan akhlak Rasulullah,
seperti at-Tirmidzi, al-Muqri, al-Mustaghfiri, Abu Syaikh al-Asbahani (penulis
buku ini), dan lain-lain. (Imam Abu Syaikh 2010 ).
Nabi Muhammad SAW, dalam melaksanakan tugasnya selaku utusan
Allah dan sebagai pimpinan bangsa, beliau tidak hanya berada di depan untuk
memberikan contoh, namun juga di tengah untuk memberikan semangat dan dari
belakang untuk memberikan dorongan. Itu semua merupakan keteladanan
Rasulullah untuk kita ikuti dan kita aplikasikan dalam setiap segi kehidupan.
Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda :
م مكارم األخالق إنما ب عثت ألتم
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan
akhlak.” (HR. Abu Hurairah).
Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yaitu agama Islam,
merupakan agama yang sempurna untuk seluruh umat manusia sepanjang masa.
56
Nabi Muhammad SAW merupakan Rasul akhir zaman, Rasul terakhir dan
penutup para nabi, yang diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia tanpa
melihat asal suku dan bangsanya. Misi Nabi Muhammad SAW antara lain adalah
menyempurnakan akhlak manusia. Begitulah, maka Nabi SAW diutus di tengah-
tengah masyarakat pada jaman jahiliyah. Saat itu, akhlak dan prilaku masyarakat
sangat biadab, penuh dengan penyembahan pada berhala, pengagungan manusia
atas manusia lainnya, perbudakan, penuh dengan pertikaian dan penguasa yang
menindas. Begitulah, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW dilengkapi
dengan perilaku (akhlak) yang mulia dan menjadi teladan terbaik bagi umatnya.
Keagungan akhlak Nabi Muhammad SAW, Allah sebutkan di dalam Q.S.Al-
Qalam 68:4 :
وإنك لعلى خلق عظيم
Akhlak Rasulullah dapat sertifikat langsung dari Allah SWT. “Sesungguhnya
engkau benar-benar memiliki akhlak yang agung.” (Q.S.Al-Qalam 68:4).
Tatkala ‘Aisyah ra, isteri Nabi, ditanya bagaimana akhlak Nabi, beliau
menjawab:”Akhlak Nabi adalah Al Qur’an”. Rasulullahpun menjelaskan bahwa
kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.(H.R. Baihaqi).
Dalam hadits lain Rasulullah menyatakan:
أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلق
Malah Rasulullah mengatakan: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang paling baik akhlaknya.”(HR.Tirmidzi).
57
Akhlak utama dan mulia itu adalah akhlak Rasulullah SAW. Ahmad
Muhammad Al-Hufi telah menulis sebuah buku tentang bagaimana akhlak Nabi.
Karena tidak semuanya bisa diungkap, Al-Hufi menamai bukunya dengan Min
Akhlaq an-,abi (Sebagian dari Akhlak Nabi). Di antara akhlak Nabi yang
diuraikan oleh Al-Hufi adalah sebagai berikut : berani, pemurah, adil, iffah, benar,
amanah, sabar, lapang hati, pemaaf, kasih sayang, m.engutamakan perdamaian,
zuhud, malu, rendah hati, musyawarah, lemah lembut, jujur, tidak suka mencari-
cari cacat orang lain, sabar, tidak angkuh, santun, tidak mudah mabuk pujian,
kebaikan pergaulan, dan cinta bekerja. Dan beliau selalu berusaha melupakan hal-
hal yang tidak berkenan di hatinya dan tidak pernah berputus asa dalam berusaha.
Salah satu karekter Rasulullah yang paling menonjol adalah kemenangan atau
keberhasilan tidak menjadikan beliau bangga. Tentu, semua akhlak Rasulullah
tersebut menjadi tauladan bagi kehidupan kita. (Muhammad Fathi 2007 ).
Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan tugasnya selaku utusan Allah
dan sebagai pimpinan bangsa, beliau tidak hanya berada di depan untuk
memberikan contoh, namun juga di tengah untuk memberikan semangat dan dari
belakang untuk memberikan dorongan. Itu semua merupakan keteladanan
Rasulullah untuk kita ikuti dan kita aplikasikan dalam setiap segi kehidupan.
Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda :
م مكارم األخالق إنما بعثت ألتم
58
Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan
akhlak.” (HR. Abu Hurairah).
Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yaitu agama Islam,
merupakan agama yang sempurna untuk seluruh umat manusia sepanjang masa.
Nabi Muhammad SAW merupakan Rasul akhir zaman, Rasul terakhir dan
penutup para nabi, yang diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia tanpa
melihat asal suku dan bangsanya. Misi Nabi Muhammad SAW antara lain adalah
menyempurnakan akhlak manusia. Begitulah, maka Nabi SAW diutus di tengah-
tengah masyarakat pada jaman jahiliyah. Saat itu, akhlak dan prilaku masyarakat
sangat biadab, penuh dengan penyembahan pada berhala, pengagungan manusia
atas manusia lainnya, perbudakan, penuh dengan pertikaian dan penguasa yang
menindas. Begitulah, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW dilengkapi
dengan perilaku (akhlak) yang mulia dan menjadi teladan terbaik bagi umatnya.
Keagungan akhlak Nabi Muhammad SAW, Allah sebutkan di dalam Q.S.Al-
Qalam 68:4 :
وإنك لعلى خلق عظيم
Akhlak Rasulullah dapat sertifikat langsung dari Allah SWT. “Sesungguhnya
engkau benar-benar memiliki akhlak yang agung.” (Q.S.Al-Qalam 68:4).
5. Karakter Nabi Muhammad SAW
Petunjuk hidup Umat Islam adalah Al-Qur’an (firman Allah), namun
contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari adalah kepribadian Rasulullah
59
SAW. Dalam diri dan pribadi Rasulullahlah penjabaran Al-Qur`an
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari (Al-Qur’an Hidup),
Firman Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab : 21 :
واليوم اآلخر وذكر أسوة حسنة لمن كان يرجو )٢١(كثيرالقد كان لكم في رسول
Artinya :”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Rasulullah SAW sendiri telah bersabda :
م مكارم األخالق ن ما بعثت ألتم ا
“Aku diutus untuk menyempurnakan budi pakerti yang mulia”
(H.R. Thabrani dari Jabir, dan Ahmad dari Mu’adz bin Jabal)
Ada 3 hal kepribadian Nabi Muhammad SAW, yang sudah semestinya
kita teladani, yaitu :
Keteladanan Nabi sebagai Pribadi Muslim , keteladanan Nabi sebagai Pemimpin,
dan keteladanan Nabi sebagai Panutan dalam Rumah Tangga dan lingkungan
Masyarakat.( Afzalur Rahman:2002). Secara rinci dapat diuraikan sbb :
1. Sebagai Pribadi Muslim, Nabi Muhammad SAW memiliki :
a. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
b. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
c. Akhlaqul Karimah (budi pekerti yang mulia)
d. Bidang MUAMALAH yaitu memiliki
Qowiyyul Jismi (jasmani yang kuat)
60
Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)
Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)
Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri / mandiri)
Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
2. Sebagai pemimpin, Nabi Muhammad SAW memiliki :
a) Keteladanan dalam iman.
Seorang Pemimpin Umat yang beriman dan taat (taqwa) kepada Allah,
dalam pengambilan keputusan dan kebijakannya selalu mengacu kepada
kebenaran. Kesatuan antara perkataan, hati dan perbuatan tercermin dalam
sikapnya yang ikhlas dalam mencari ridho-Nya.(Abdul jamal:2002)
b) Keteladanan dalam akhlak.
Akhlak yang mulia, dapat menyentuh hati. Sebagaimana riwayat adanya
seorang yahudi buta yang sangat membenci Rasulullah dapat masuk Islam ,
karena akhlak mulia Beliau. Tak pernah lupa, Beliau selalu menyuapi orang buta
itu setiap hari, walaupun dicaci maki dan dihina setiap hari. Tapi Beliau terus
sabar dan ikhlas, bahkan Nabi pun selalu mengelus punggung orang buta tadi,
layaknya kepada seorang anak kecil.
c) Keteladanan dalam pengorbanan
Seorang pemimpin adalah orang yang harus lebih banyak berkorban dari
pada orang yang dipimpinnya. Dia mengorbankan waktunya, pikiranya, dan
61
hartanya untuk kepentingan bersama. Dia bersedia untuk turun langsung
membantu orang-orang yang dipimpinnya. Tidak hanya sekedar mengarahkan dan
menyuruh, tapi dia bersama-sama pengikutnya melakukannya.
d) Keteladanan dalam menghadapi masalah.
Rasulullah pun selalu dapat memberikan solusi jika terdapat konflik
atau masalah. Solusinya pun tepat sasaran. Bahkan Beliau dapat
menyikapi perbedaan pendapat yang ada dalam pengikutnya dengan
win-win solution.
Jika pemimpin dapat memberikan keteladan, insya Allah maka
perubahan ke arah yang lebih baik dapat terjadi. Pemimpin itu ibarat
sumber mata air di hulu. Bila di hulu airnya telah keruh, maka
kebawahnya akan keruh juga. Jika dari sumbernya telah bersih dan
jernih, makan kebawahnya pun Insya Allah akan bersih juga. Oleh
karena itu, jadilah kita pemimpin yang dapat memberikan keteladanan
bagi lingkungan sekitar. Kita semua adalah pemimpin, maka kita harus
dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain, dalam setiap sikap
dan tutur kata kita. Jadilah kita seorang memiliki hati yang bersih
denga berakhlak mulia.
Sebagai Panutan dalam Hidup Berumah tangga
62
Bagi orang-orang yang telah berkeluarga, maka Rasulullah teladan
yang terbaik. Beliau tidak pernah berkata kasar kepada isteri dan
anaknya.
6. Sifat-sifat wajib Nabi Muhammad Saw
Dalam Islam, suri tauladan yang paling sempurna terdapat pada diri Nabi
Muhammad Saw, seorang yang mempunyai sifat-sifat yang yang selalu terjaga
dan dijaga oleh Rasulullah Saw. Sifat-sifat yang ada pada diri Nabi Muhammad
SAW juga terdapat pada diri rasul-rasul lain sebagai penyeru umat. Sifat yang
dimaksud dikenal dengan sebutan sifat wajib Rasul.
Sifat wajib Rasul merupakan karakter Nabi Muhmmad SAW dalam
menjalankan tugasnya sebagi pemimpin umat. ( Suryana : 2002). Secara rinci
sifat-sifat tersebut, yaitu :
1. Shiddiq (Benar)
Sidiq artinya benar atau jujur. Sidiq merupakan sifat yang wajib ada pada
diri seorang Rasul. Sebagai umat islam, sudah seharusnya kita meneladani sifat
Nabi, jadi kita harus memiliki sifat sidiq. Sidiq adalah sifat yang mulia.
Rasulullah mengajarkan uamtnya untuk senantiasa berlaku benar, baik dalam
tindakan maupun ucapan. Sidiq sama artinya dengan jujur, jadi jujur itu dibagi
menjadi dua yaitu jujur kepada diri sendiri dan jujur kepada orang lain. Jujur
kepada diri sendiri adalah mengakui sesuatu yang sebanarnya ada pada diri kita.
Shiddiq bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar.
Sejalan dengan ucapannya beda sekali dengan pemimpin sekarang banyak.
Mustahil Nabi itu bersifat pembohong/kizzib, dusta, dan sebagainya.
63
عن ينطق وما لهوى ٱ
Artinya : Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Qs. An-Najm : 4
إن إال هو ي وح يوحى
Artinya : Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya”
( Qs-An Najm 4-5).
Shiddiq adalah hadirnya suatu kekuatan yang dapat melepaskan diri dari
sikap dusta atau tidak jujur terhadap Tuhannya, dirinya sendiri, maupun orang
lain. Nabi Muhammad Saw mempunyai banyak sifat yang membuatnya disukai
oleh setiap orang yang berhubungan dengannya dan yang membuatnya menjadi
pujaan para pengikutnya. Sewaktu muda, semua orang Quraisy menamakannya
“shidiq” dan “amin”. Beliau sangat dihargai dan dihormati oleh semua orang
termasuk para pemimpin Mekkah. Nabi memiliki kepribadian dan kekuatan bicara
yang demikian memikat dan menonjol sehingga siapa pun yang pergi kepadanya
pasti akan kembali dengan keyakinan, ketulusan dan kejujuran pesannya. Hal ini
dikarenakan, Nabi Muhammad Saw hanya mengikuti apa yang diwahyukan pada
beliau. Dalam kepemimpinan berarti semua keputusan, perintah dan larangan
beliau, agar orang lain berbuat atau meninggalkannya pasti benar karena Nabi
bermaksud mewujudkan kebenaran dari Allah SWT. (Muhamad Rasdjid 1983).
Peranannya sebagai seorang Rasul dan pemimpin telah diberikan oleh Allah
sebuah kitab sebagai penguat misinya itu. Nabi Muhammad Saw teladan umat
telah ditonjolkan oleh Allah sebagai manusia pilihan, oleh karena itu sunnahnya,
64
cara hidupnya menjadi satu-satunya perilaku yang sah bagi kaum muslim.(
Suryana: 2002 ).
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :
فمن اقتدى بي فهو مني ومن رغب عن سنتي فليس مني
“Siapa yang mengikuti jejakku maka ia termasuk golonganku. Dan barangsiapa
yang membenci sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.” Sebab Nabi
Muhammad SAW adalah benar-benar sebagaimana dikatakan dalam Al-Quran,
seorang uswatun hasanah (teladan yang baik).(H.R. Bukhori Muslim).
Contoh pertama : saat mengerjakan ulangan harian disekolah, ada salah
seorang siswa dapat jujur terhadap dirinya sendiri maka kita tidak akan
menyontek dan berusaha sebisa mungkin untuk mengerjakan soal ulangan
tersebut secara sendiri berdasarkan kemampuan sendiri, apapun itu hasilnya. siswa
yang tidak mau jujur pada diri sendiri pada waktu ulangan, dia
menyontek temannya.
Contoh kedua : Ketika kita ditanya oleh seseorang kita harus
menjawabnya dengan jujur dan benar karena jika tidak kita akan mendapatkan
dosa karena telah berbohong.
Contoh ketiga : Misalkan, Budi salahsatu murid SMK Artanita ditanya
oleh gurunya “kamu tadi pagi shalat shubuh tidak?” Budi menjawab dengan
berbohong “iya bu, saya shalat shubuh tadi pagi.” Bu guru bertanya lagi, “jam
berapa kamu shalat?” Budi berbohong lagi “jam 5.00 bu.” Bu guru bertanya lagi
“kamu wudhu gak?” Budi berbohong lagi, “wudhu lahh bu, kan mau shalat yaa
65
harus wudhu.” Bu guru bertanya lagi, “shalat sama siapa kamu?” dan Budi
terpaksa berbohong lagi, “sama mama, papa, dan adek bu,”. Hanya karena
berbohong sekali, Budi terpaksa berbohong lagi dan lagi karena Bu guru terus
bertanya dan Budi jadi mendapat banyak dosa hanya karena berbohong sekali.
Jadi kita tidak boleh berbohong karena berbohong sekali pun dapat menibulkan
kebohongan-kebohongan yang lain dan menyebabkan kita mendapatkan dosa.
Contoh keempat : Kita harus menjadi orang jujur seperti Rasulullah, beliau
terkenal sangat jujur dalam ucapannya bahkan beliau senantiasa berkata dengan
sejujur-jujurnya sekalipun pahit dirasa dan mengandung resiko yang tinggi bagi
dirinya sekalipun. Menurut guru PAI di SMK Artanita.
2. Amanah (Dapat dipercaya
Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan
kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itulah Nabi Muhammad SAW dijuluki oleh
penduduk Mekkah dengan gelar “Al Amin” yang artinya terpercaya jauh sebelum
beliau diangkat jadi Nabi. Apa pun yang beliau ucapkan, penduduk Mekkah
mempercayainya karena beliau bukanlah orang yang pembohong.
﴾٦٨:األعراف﴿لكم ناصح أمين ت ربى وأنا ل أبلغكم رس
Artinya : “Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku
hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” [Al A’raaf 68]
66
Mustahil Nabi itu khianat terhadap orang yang memberinya amanah.
Ketika Nabi Muhammad SAW ditawari kerajaan, harta, wanita oleh kaum
Quraisy agar beliau meninggalkan tugas ilahinya menyiarkan agama Islam, beliau
menjawab:”Demi Allah…wahai paman, seandainya mereka dapat meletakkan
matahari di tangan kanan ku dan bulan di tangan kiri ku agar aku meninggalkan
tugas suci ku, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkan
(Islam) atau aku hancur karena-Nya”……
Meski kaum kafir Quraisy mengancam membunuh Nabi, namun Nabi
tidak gentar dan tetap menjalankan amanah yang dia terima. Seorang Muslim
harusnya bersikap amanah seperti Nabi.
Amanah berarti dapat dipercaya. Nabi dan Rasul merupakan umat yang
utusan Allah SWt yang diberikan amanah untuk menerima dan menyampaikan
wahyu Allah. Hal tersebut terdapat dalam surah Q.S. asy-Syu’ara ayat 106-107
berikut ini:
Artinya: “Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa kamu
tidak bertakwa? Sesungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu.” (Q.S. asy-Syu’ara ayat 106- 107)
Surah tersebut merupakan salah satu bukti ketika terdapat peristiwa pada
saat kaum Nabi Nuh as mendustakan apa yang dibawa oleh Nabi Nuh as. Dan
Allat SWT, mengaskan bahwa Nabi Nuh as, merupakan orang yang terpercaya
(amanah).
67
Contoh sikap Amanah adalah :
1. Siswa pernah dititipkan suatu barang oleh Gurunya untuk dijaga dengan
baik, keesokan harinya, temannya siswa itu menemukan barangnya masih
dalam keadaan bagus, sejak itu ia tahu bahwa siswa itu dapat dipercaya.
Ketika kita berjanji kepada teman, orangtua, saudara, bahkan kepada
musuh sekalipun kita harus tetap menepati janji itu dan tidak boleh
mengingkarinya karena jika kita mengingkari janji tersebut kita sama saja
tidak dapat dipercaya oleh orang lain.
2. Siswa SMK Artanita harus bisa menjaga amanat yang telah diberikan oleh
orang lain kepada kita karena jika kita tidak menjaganya berarti kita tidak
dapat dipercaya oleh orang yang memberikan amanat tersebut.
3. Misalkan, Agus salahsatu siswa SMK Artanita diberikan amanat oleh guru
untuk memeberitahu teman-temannya yang lain untuk mengerjakan tugas
di buku paket. Tetapi Agus tidak menyampaikan amanat itu kepada teman-
temannya. Berarti Agus termasuk orang-orang yang tidak dapat dipercaya
karena dia tidak menyampaikan amanat dari guru.
3. Tabligh (Menyampaikan)
Dalam makna bahasa, tabligh berati menyampaikan sedangkan dalam
makna istilah adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah
SWT kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dan dilaksanakan agar
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Isi yang utama dan pokok aktivitas
tabligh adalah amar ma’ruf nahi munkar (perintah untuk mengerjakan yang baik
68
dan larangan untuk mengerjakan perbuatan yang keji) serta mengajak beriman
kepada Allah SWT.(Hidayatullah:2010).
Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah yang ditujukan oleh
manusia, disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang disembunyikan meski itu
Panggilan menjadi Rasul bagi Nabi Muhammad SAW ketika berusia 40 tahun
adalah bukti bahwa beliau seorang penyampai risalah Tuhan. Kunjungan Malaikat
Jibril yang memerintahkan beliau membaca wahyu dari Allah, ternyata juga
merupakan pemberitahuan pengangkatan beliau menjadi seorang Rasul Allah.
Tidak ada surat keputusan atau simbol lain yang dapat beliau tunjukan, sebagai
bukti kerasulan. Wahyu pertama yang turun pada tanggal 17 Ramadhan, yakni
surat Al-Alaq 1-5 adalah sebagai buktinya. Sejak itulah beliau menjadi utusan
beliau menjadi utusan Allah, dengan tugas menyeru, mengajak dan
memperingatkan manusia agar hanya menyembah kepada Allah SWT.
Berkaitan dengan kerasulan dan tugas pokok beliau, dijelaskan dalam
firman Allah Swt surat Al-A’raf : 158
Artinya :
“Katankanlah hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan
selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada
69
Allah dan Rasul-Nya, yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitabnya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat
petunjuk.”( QS. Al-A’raf : 158).
Hal ini telah ditegaskan dalam firman Allah SWT. surat Al-Haaqah ayat 40 :
لقول رسول كريم إنه
Artinya : “Sesunguhnya al-Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang
diturunkan kepada) Rasul yang mulia”.[6] (Q.S. Al-Haaqah: 40)
Satu istilah yang disanding Nabi Muhammad SAW pemberian Allah yaitu
mundhir (pemberi peringatan) (surat Al-Naaziat:45) diutusnya Nabi Muhammad
SAW sebagai orang yang memberi peringatan yakni untuk membimbing umat,
memperbaiki dan mempersiapkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Predikat mundhir yang disandang menuntut beliau untuk dapat memimpin
umatnya serta bertugas untuk menyampaikan (tabligh) risalah kepada manusia.
Tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakinkan bahwa Allah telah mengutus
beberapa Rasul dari golongan manusia untuk menyampaikan pelajaran kepada
umatnya dan apa saja yang diperintahkan kepadanya untuk menyampaikannya
serta menjelaskan hukum-hukum yang berkenaan dengan perbuatan-perbuatan
yang mulia dan sifat-sifat yang dituntut bagi mereka untuk mengerjakan. Uraian
di atas semakin jelas bahwa Nabi Muhammad SAW diutus dan diangkat menjadi
pemimpin manusia oleh Allah SWT. Melebihi pemimpin-pemimpin yang telah
70
ada seperti halnya Nabi-nabi yang terdahulu. Tugas menyampaikan wahyu adalah
karakteristik beliau yang memiliki sifat tabligh (menyampaikan). Sunnah
Rasulullah SAW bukanlah sesuatu yang dikarang-karang atau diadakan, tetapi
murni sebagai pancaran isi kandungan Al-Quran yang merupakan kepribadian
beliau. Oleh karenanya sunnah Rasulullah yang akhirnya terhimpun menjadi
hadits, dijadikan sandaran umat Islam yang kedua setelah Al-Quran. Begitulah
sifat tabligh Nabi Muhammad SAW yang berarti menyampaikan semua yang
berasal dari Allah SWT dalam wujud Al-Quran dan yang berasal dari dirinya
sendiri yang disebut hadits dalam menetapkan atau memecahkan setiap persoalan
yang dihadapi. (Ahmad Muhammad Al-Huiy 2000:43).
Pada awal periode Makkah pertama, memang tidak dijumpai secara
khusus misi kenabian Muhammad, hanyalah disebut secara umum mengenai nabi-
nabi yang lain. Dapat dikatakan ia memang sudah berfungsi sebagai nabi tetapi
agaknya belum mengerti makna panggilannya sebagai nabi. Baru dalam bagian
kedua dari periode itu, terdapat suatu langkah baru istilah Rasul dikenakan bagi
Muhammad.
Contoh sikap Tabligh :
1. Osis SMK Artanita memberitahu kepada siswa kelas X- RPL bahwa
mereka harus shalat dzuhur berjamaah.
2. Jika kita dititipi amanat oleh guru kita harus menyampaikannya kepada
yang berhak menerimanya jangan malah diselewengkan atau
disalahgunakan karena jika kita malah menyelewengkan atau
71
menyalahgunakan amanat tersebut berarti kita tidak dapat menyampaikan
amanat yang telah diberikan kepada kita.
3. Kita harus mencontoh dan menerapkan slah satu sikap Rasulullah, yaitu
tabligh atau menyampaikan. Rasulullah selalu menyampaikan amanat
yang ia dapat kepada orang yang berhak menerima amanat tersebut dan
tidak satupun amanah atau titipan yang tidak sampai kepada alamatnya.
4. Misalkan, Andi siswa SMK disuruh ibunya untuk menyampaikan dan
memeberikan titipan uang kepada ibu pemilik warung. Tetapi Andi tidak
memberikan uang tersebut, ia malah menggunakan uang tersebut untuk
jajan. Berarti Andi tidak menyampaikan amanat yang diberikan oleh
ibunya kepadanya.
4. Fathonah (Cerdas)
Nabi Muhammad SAW yang mendapat karunia dari Allah dengan
memiliki kecakapan luar biasa (genius abqariyah) dan kepemimpinan yang agung
(genius leardership-qiyadah abqariyah) sebagai pahala berganda sepanjang masa,
dituduh oleh kaum musyrikin dan musuh-musuh lainnya dengan tuduhan keji,
yaitu beliau dikatakan gila. (Racham Ramadhan:2008)
Kecerdasan beliau merupakan suatu hikmah yang dianugerahkan Allah
kepada beliau dengan sifat kearifan yang selalu ditampakkan. Hal ini sesuai
firman Allah surat Al-Baqarah ayat 269:
72
Artinya : Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan
As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan
hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
Allah). Qs. Al-Baqarah : 269
Kesuksesan Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pemimpin umat
memang telah dibekali kecerdasan oleh Allah SWT. Kecerdasan ini tidak saja
diperlukan untuk memahami dan menjelaskan wahyu Allah SWT. Kecerdasan
dibekalkan juga karena beliau mendapat kepercayaan Allah SWT untuk
memimpin umat, karena agama Islam diturunkan untuk seluruh manusia dan
sebagai rahmat bagi seluruh alam.(Fazalur Rahman 1991:68).
Sesuai dengan kesaksian sejarah, bukti-bukti Al-quran dan berbagai
petunjuk yang diambil dari sejarah Islam beliau adalah seorang ummi tidak dapat
baca dan tulis, maka dapat dikatakan bahwa pikiran Rasulullah SAW sama sekali
tidak pernah tersentuh oleh ajaran manusia. Beliau hanya diajar pada sekolah
illahi dan menerima pengetahuan dari Allah sendiri. Oleh karenanya kecerdasan
beliau di luar batas manusia biasa bahkan melebihi nabi-nabi yang lain.
Kecerdasan beliau merupakan suatu hikmah yang dianugerahkan Allah kepada
beliau dengan sifat kearifan yang selalu ditampakkan(Yasien,2002:56).
73
Patonah Artinya Cerdas. Mustahil Nabi itu bodoh atau jahlun. Dalam
menyampaikan 6.236 ayat Al Qur’an kemudian menjelaskannya dalam puluhan
ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang luar biasa. Nabi harus mampu
menjelaskan firman-firman Allah kepada kaumnya sehingga mereka mau masuk
ke dalam Islam. Nabi juga harus mampu berdebat dengan orang-orang kafir
dengan cara yang sebaik-baiknya.
Apalagi Nabi mampu mengatur umatnya sehingga dari bangsa Arab yang
bodoh dan terpecah-belah serta saling perang antar suku, menjadi satu bangsa
yang berbudaya dan berpengetahuan dalam 1 negara yang besar yang dalam 100
tahun melebihi luas Eropa.
Contoh sikap Fathanah:
1. Siswa SMK Artanita belajar setiap hari dengan tekun supaya ia menjadi
pintar.
2. Siswa SMK Artanita harus rajin belajar agar dapat menjadi anak yang cerdas
dan pandai.
3. Siswa SMK Artanita harus mencontoh perilaku Rasulullah salah satunya
adalah menjadi anak yang cerdas dan pintar. Beliau terkenal sebagai seorang
yang cerdas dan pandai, serta sangat arif dan bijaksana dalam mengambil
keputusan didasari dengan pertimbangan dan pemikiran yang cukup matang.
4. Misalkan, saat sedang bermusyawarah dalam rapat OSIS, Deni sebagai ketua
OSIS sangat arif dan sangat bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan, ia
memikirkannya dan mempertimbangkannya dengan sangat matang. Dari
74
perilaku diatas, Deni sama saja sudah menerapkan salah satu sikap wajib bagi
Rasul yaitu fathanah atau cerdas dan pintar.
E. PENELITIAN TERDAHULU
1. Aan Afriyawan (2016) dalam skripsinya “Upaya Guru Pendidikan Agama
Islam Dalam Membina Akhlak Siswa meningkatkan akhlak siswa (Studi
Kasus Di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang)”
2. Arif Raharjo (2017) dalam skripsinya “Upaya Guru Pendidikan Agama
Islam Dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa kelas V (Studi
Kasus Di SD Negeri 1 Ceper Klaten )
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Hasil Persamaan Perbedaan 1 Aan
Afriyawan (2016)
Upaya Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam
Membina Akhlak Siswa
Upaya yang dilakukan guru
pendidikan agama islam
dalam membina
akhlak siswa SMP Negeri 1
Bandungan diantaranya : pemberian
nasihat, membangun pembiasaan, keteladanan, ketersediaan
fasilitas pendukung,
dan komunikasi semua pihak
Sama-sama
meneliti tentang akhlak
Waktu dan tepat penelitian
2 Arif Upaya Guru Upaya guru Sama- Waktu
75
Raharjo (2017)
Pendidikan Agama Islam
Dalam meningkatkan
konsentrasi belajar
pendidikn agama islam
dalam meningkatkan
konsentrasi siswa
diantaranya : kesiapan
belajar yang bagus,
menanamkan minat belajar
belajar kepada peserta didik, menggunakan
metode mengajar yang menyenangkan,
memberikan permainan ice breaking untuk mengembalikan
konsentrasi belajar siswa
yang menurun, menciptakan lingkungan yang belajar
yang kondusif
sama meneliti akhlah
dan tepat penelitian