27 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Upaya 1. Pengertian ...

49
27 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Upaya 1. Pengertian Upaya Upaya adalah kegiatan dengan menggerakkan badan, tenaga dan pikiran untuk mencapai suatu tujuan pekerjaan (perbuatan ,prakarsa, iktiar daya upaya) untuk mencapai sesuatu.(Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih. 2008). Oleh sebab itu guru merupakan komponen terpenting dalam mengupayakan kemampuan murid yang berkualitas dalam suatu sekolah karena seorang guru yang konsekwen guru yang mampu menjaga kehormanisan antara perkataan, ucapan, perintah dan larangan dengan amal perbuatan. Guru yang demikian akan menjadi tauladan bagi muridnya dan betul-betul merupakan guru yang dapat ditiru sebagai mana yang di katakana oleh Zakiah Daradjat dalam buku nya “Kepribadian Guru”. Setiap guru akan mempunyai pengaruh terhadap anak didik, pengaruh tersebut ada yang terjadi melalui pendidikan dan pengajaran yang dilakukan dengan sengaja dan ada pula yang terjadi tidak sengaja bukan disadari oleh guru, melalui sikap, gaya dan macam-macam penampilan kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya dari pada kepandaian dan ilmunya. Sebagai pembimbing guru harus berupaya untuk membimbing dan mengarahkan prilaku peserta didik kearah yang positif, dan menunjang pembelajaran. (Zakiyah Daradjad : 1980)

Transcript of 27 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Upaya 1. Pengertian ...

27

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Upaya

1. Pengertian Upaya

Upaya adalah kegiatan dengan menggerakkan badan, tenaga dan pikiran

untuk mencapai suatu tujuan pekerjaan (perbuatan ,prakarsa, iktiar daya upaya)

untuk mencapai sesuatu.(Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih. 2008).

Oleh sebab itu guru merupakan komponen terpenting dalam

mengupayakan kemampuan murid yang berkualitas dalam suatu sekolah karena

seorang guru yang konsekwen guru yang mampu menjaga kehormanisan antara

perkataan, ucapan, perintah dan larangan dengan amal perbuatan. Guru yang

demikian akan menjadi tauladan bagi muridnya dan betul-betul merupakan guru

yang dapat ditiru sebagai mana yang di katakana oleh Zakiah Daradjat dalam

buku nya “Kepribadian Guru”. Setiap guru akan mempunyai pengaruh terhadap

anak didik, pengaruh tersebut ada yang terjadi melalui pendidikan dan pengajaran

yang dilakukan dengan sengaja dan ada pula yang terjadi tidak sengaja bukan

disadari oleh guru, melalui sikap, gaya dan macam-macam penampilan

kepribadian guru akan lebih besar pengaruhnya dari pada kepandaian dan

ilmunya. Sebagai pembimbing guru harus berupaya untuk membimbing dan

mengarahkan prilaku peserta didik kearah yang positif, dan menunjang

pembelajaran. (Zakiyah Daradjad : 1980)

28

Menurut kamus besar bahas Indonesia upaya adalah usaha atau ikhtiar (

untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar).

Sedangkan upaya yang dimaksud oleh peneliti disini adalah bentuk usaha dari

guru agama dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai

kepribadian Nabi muhammad Saw. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

upaya merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan

tertentu mencapai jalan keluar dalam setiap persoalan dan disertai dengan do’a.

Selain itu kata upaya sangat terkait dengan sikap seseorang untuk selalu

mengarahkan tenaga dan pikiran untuk mencapai maksud atau memecahkan

masalah persoalan serta mencari jalan keluar dari berbagai hal yang menjadi

tujuannya. (KBBI 2002:1250).

B. Konsep Guru Agama

1. Pengertian Guru Agama

Guru menurut bahasa berasal dari bahas Indonesia yang berarti orang yang

pekerjaannya mengajar. Menurut J.E.C.Gericke dan T. Roorda yang dikutip oleh

Ir. Poedjawijatna, menerangkan bahwa guru berasal dari bahasa sangsekerta, yang

artinya berat, besar, penting, baik sekali, terhormat, dan juga berarti pengajar.

Adapun pengertian guru menurut istilah, guru dilihat sebagai seseorang yang

berdiri didepan kelas untuk menyampaikan ilmu pengetahuan. Akan tetapi

pengertian guru menurut istilah masa sekarang, menjadi arti yang lebih luas dalam

masyarakat dari arti diatas, yakni semua orang yang pernah memberikan suatu

ilmu atau kependidikan tertentu kepada seseorang atau sekelompok orang dapat

29

disebut sebagai “guru”, misalnya guru silat, guru mengetik, guru menjahit, bahkan

guru mencopet ( J.E.C.Gericke dan T. Roorda : 1993 ) .

Menurut H.M Arifin Guru agama adalah hamba Allah yang mempunyai

cita-cita Islami, yang telah matang rohaniah dan jasmaniah yang mempunyai

tanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran

Islam, ia juga bertanggungjawab kepada Allah swt serta memahami kebutuhan

perkembangan peserta didik bagi kehidupan masa depannya, ia tidak hanya

mentransfer ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik akan tetapi

juga memberikan nilai dan tata aturan yang bersifat islami ke dalam pribadi

sehingga menyatu serta mewarnai prilaku mereka yang bernafaskan islam.( H.M

Arifin : 1996 ).

Guru adalah orang dewasa yang secara bertanggungi jawab dalam

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkann, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik, Guru atau pendidik jugaa berartii orang dewasa

yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada peserta didik

dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai kedewasaannya,

mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya sebagai mahluk Allah

khalifah di muka bumi, sehingga mahluk sosial dan individu yang sanggup

berdiri sendiri. Sehingga orang yang di sebut guru adalah orang yang mempunyai

kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan

mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat

30

mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pembelajaran. (

Hamzah B. Uno 2008: 15).

Dalam bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan artinya

dengan guru, kata teacher berarti guru, pengajar kata educator berarti pendidik,

ahli mendidik dan tutor yang berarti guru pribadi, atau guru yang mengajar di

rumah, memberi les (pelajaran). ( John M. Echols dan Hassan Shadily, : 1992)

Dalam pandangan masyarakat Jawa, guru dapat dilacak melalui akronim

gu dan ru. “Gu” diartikan dapat digugu (dianut) dan “ru” berarti bisa ditiru

(dijadikan teladan). ( Hadi Supeno1995 ).

Guru menurut paradigma baru ini bukan hanya bertindak sebagai pengajar,

tetapi juga sebagai motivator dan fasilitator proses belajar mengajar yaitu realisasi

atau aktualisasi potensi-potensi manusia agar dapat mengimbangi kelemahan

pokok yang dimilikinya. Sehingga hal ini berarti bahwa pekerjaan guru tidak

dapat dikatakan sebagai suatu pekerjaan yang mudah dilakukan oleh sembarang

orang, melainkan orang yang benar-benar memiliki wewenang secara akademisi,

kompeten secara operasional dan profesional. Untuk menyandang predikat

sebagai seorang guru tidaklah mudah, sebab predikat seorang guru hanya dapat

dimiliki oleh orang-orang yang benar-benar memiliki wewenang secara mutlak.

Kemutlakan tersebut ditandai dengan keprofesionalan dengan ciri-ciri

sebagaimana diatas, yang mana hal ini terdapat kesesuaian dengan hadits Nabi

saw, bahwa setiap segala urusan yang diserahkan pada orang yang tidak mampu

secara maksimal, diantaranya masalah pendidikan maka sudah secara otomatis

31

tujuan pendidikan tidak akan dapat tercapai, karena guru sebagai pembawa arah

pendidikan tidak mumpuni dalam mengantarkan murid menjadi insan berkualitas

baik bagi lingkungan sesamanya maupun dihadapan sang khaliq. ( Zakiah

Daradjat : 2000).

Dalam agama Islam mengajarkan bahwa setiap umat islam wajib

mendakwahkan dan memberikan pendidikan agama Islam kepada yang lain.

Sebagaimana dipahami dari firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125 :

Artinya :

‘Serulah manusia kepada jalan Tuhan dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan

bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang

mengetahui tentang siapa-siapa yang tersesat dijalanNya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk’.( Qs. An-Nahl : 125 ).

Berdasarkan ayat tersebut dapat dipahami bahwa siapapun dapat menjadi

guru agama asalkan dia memiliki kemampuan, pengetahuan serta mampu

mengimplikasikan nilai yang relevan dalam pengetahuan itu yakni sebagai

penganut agama yang patut dicontoh dalam agama yang diajarkan dan bersedia

menularkan pengetahuan agama serta nilainya kepada orang lain. Akan tetapi

pendidikan agama ternyata tidak menyangkut masalah transformasi ajaran dan

nilainya kepada pihak lain akan tetapi lebih merupakan masalah yang sangat

32

kompleks dalam arti setiap kegiatan pembelajaran pendidikan agama akan

dihadapkan dengan permasalahan yang kompleks misalnya masalah peserta didik

dengan berbagai macam latar belakangnya, sarana apa saja yang diperlukan untuk

mencapai keberhasilan pendidikan agama, bagaimana cara atau pendekatan apa

yang digunakan dalam pembelajaran, bagaimana mengorganisasikan dan

mengelola isi pembelajaran agama tersebut dan seberapa jauh tingkat efektifitas

dalam kegiatan tersebut serta usaha apa yang dilakukan untuk menimbulkan daya

tarik siswa demikian seterusnya. Dengan dasar seperti itulah maka prilaku

pendidikan dari upaya guru agama sangat kompleks, yang membutuhkan kajian

secara mendalam, dalam kerangka kependidikan secara umum dapat dikatakan

bahwa prilaku guru agama dipandang sebagai sumber pengaruh sedangkan

tingkah laku siswa sebagai efek dari berbagai proses tingkah laku dari kegiatan

interaksi dalam kehidupan. (Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemah : 1989).

2. Kompetensi Guru Agama

Kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan

bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi

kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, adanya kepekaan

terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang memadai, menekankan

pada suatu keahlian dalam bidang tertenntu sesuai bidang profesinya, dan nilai-

nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian penulis menyimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan kompetensi guru agama adalah kecakapan guru

33

agama dalam melaksanakan tugasnya dalam pengertian pemikiran, pengetahun,

keterampilan dan kemampuan dituntut oleh jabatan guru agama.( Uzer Usman:

2006 ).

Kompetensi guru agama adalah kewenangan untuk menetukan pendidikan

agama yang akan diajarkan pada jenjang tertentu di sekolah tempat guru itu

mengajar. Adapun kompetensi guru pendidikan agama Islam dimaksudkan

wewenang guru pendidikan agama Islam dalam memutuskan sesuatu sebagai

upaya membantu siswanya menuju kepada kedewasaan ( Zakiah Daradjat :1994 :

95).

Dalam Undang-Undang no. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

dijelaskan bahwa seorang guru wajib memiliki kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang

diperoleh melalui pendidikan profesi.(Musfah 2015:27).

Islam dalam melaksanakan tugasnya dalam pengertian pemikiran

pengetahuan, Sehubungan dengan macam kompetensi sebagaimana yang

diuraikan, maka agama, dapat dijabarkan sebagai berikut yaitu : kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesioanal, kompetensi sosial.

(E Mulyasa: 2008: 75).

1) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan seorang yang berwenang untuk

mengajar dan mendidik peserta didik agar dapat mencapai keberhasilan dimasa

depan maka guru harus bisa memberikan apa yang dibutuhkan peserta didik dalam

34

proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik. (Siswoyo

2013:228).

Kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-

kurangnya meliputi :

a. Pemahaman wawasan atau lanasan kependidikan;

b. Pemahaman terhadap peserta didik;

c. Pengembangan kurikulum/silabus;

d. Rancangan pembelajaran;

e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;

f. Pemamfaatan teknologi pembelajaran;

g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadiaan secara langsung berhubungan dengan kapasitas

psikis seseorang yang berkaitan dengan nilai-nilai etis atau kesusilaan dan tujuan

hidup. Kompetensi kepribadian yang dimiliki seorang guru merupakan

kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,

dewasa, arif dan beribawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak

mulia. (Nursyamsi : 2014).

3. Kompetensi Sosial

35

Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang dimiliki oleh guru

sebagai bagian dari masyarakat. (Siswoyo:2013)

Kompetensi sosial yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:

a. Berkomunikasi, lisan, tulisan, atau isyarat,

b. Mengusahakan teknologi komunikasidan informasi secara fungsional,

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik

d. Bergaul secara santun dengan masyarakat

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi professional adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap

pekerjaan haru dilakukan oleh orang yang profesional. Orang yang propesional

iyu adalah orang yang memiliki profesi. (Muchtar Luthfi : 1984:44).

Kompetensi profesional juga merupakan kemampuan menyusun materi

pembelajaran secara luas dan mendalam sebagai inti pengembangan silabus serta

kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Oleh

karena itu, kompetensi profesional yang dimiliki oleh seorang guru yang

diharapkan mampu melaksanakan pendidikan secara efektif dan efisien. ( Usman,

M. Uzer. 2006 ).

5. Komptensi Kepemimpinan

Kompetensi kepemimpinan merupakan salah satu kompetensi yang sangat

penting dimiliki oleh seorang guru, khususnya guru mata pelajaran agama Islam

meliputi:

36

a. Kemampuan membuat perencanaan pembudayaan pengalaman ajaran agama

dan perilaku akhlak mulia pada komunitas sekolah sebagai bagian dari

kegiatan pembelajaran agama.

b. Kemampuan mengorganisasikan potensi unsur sekolah secara sistematis untuk

mendukung pembudayaan pengalaman ajaran agama pada komunitas sekolah.

c. Kemampuan menjadi inovator, motivator, fasilitator, pembimbing dan

konselor dalam pembudayaan pengalaman ajaran agama pada komunitas

sekolah.

d. Kemampuan menjaga, mengendalikan, dan mengarahkan pengalaman ajaran

agama pada komunitas sekolah dan menjaga keharmonisan hubungan antar

pemeluk agama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Di dalam mata pelajaran agama harus dijelaskan kompetensi yang akan

diajarkan kepada peserta didik, dan yang akan dikuasai peserta didik sebagai

wujud hasil belajar peserta didik yang mengacu pada pengalaman langsung.

Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar, dan tingkat -tingkat penguasaan

yang akan digunakan sebagai kriteria pencapaian secara eksplisit, dikembangkan

berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, dan memiliki kontribusi terhadap

kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari. Penilaian terhadap pencapaian

kompetensi perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja peserta didik,

dengan bukti penguasaan mereka terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan

sikap sebagai hasil belajar. Dengan demikian, dalam pembelajaran yang dirancang

37

berdasarkan kompetensi, penilaian tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan

yang bersifat subjektif. (Mulyasa: 2003).

3. Peran Guru

Peran guru adalah sebagai berikut : Guru Sebagai Pendidik, guru sebagai

pengajar, guru sebagai pembimbing, guru sebagai pemimpin, guru sebagai

pengelola pembelajaran, guru sebagai model dan teladan, guru sebagai anggota

masyarakat, guru sebagai administrator, guru sebagai penasehat, Guru Sebagai

pembaharu (Inovator), guru sebagai pendorong kreatifitas, guru sebagai

emansipator, dan lain-lain. ( Yelon dan Weinstein (1997).

Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :

1. Guru Sebagai Pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi

para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki

standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan

disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-

pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang

tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan,

pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup

berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual.

Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru

sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas

38

anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang

ada. ( WF Connell : 1972 ).

2. Guru Sebagai Pengajar

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar

peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan,

hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa

aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di atas

dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik.

Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan

terampil dalam memecahkan masalah. Ada beberapa hal yang harus dilakukan

oleh seorang guru dalam pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan,

Menganalisis, Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan

kepercayaan, Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk

mengkaji materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada

perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus

senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang

telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar. ( Mulyasa, H.E 2011 ).

3. Guru Sebagai Pembimbing

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan

pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan

itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga

perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam

39

dan kompleks. Sebagai pembimbing perjalanan guru memerlukan kompetensi

yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut: Guru harus merencanakan

tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai,Guru harus melihat

keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa

peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah,

tetapi mereka harus terlibat secara psikologis, Guru harus memaknai kegiatan

belajar, Guru harus melaksanakan penilaian. ( Parkay, Forrest W. 2008).

4. Guru Sebagai Pemimpin

Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru

menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam. ( Manan:1990).

5. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran

Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain itu,

guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar

supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.

(Ad. Rooijakkers 1990).

6. Guru Sebagai Model dan Teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua

orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar

untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak.

Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat

40

sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau

mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru:

sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman

dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neurotis,

selera, keputusan, kesehatan, gaya hidup secara umum. Perilaku guru sangat

mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan

gaya hidup pribadinya sendiri.(Riawan Amin : 2004).

Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang

diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan

ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan

berusaha untuk tidak mengulanginya. ( Manan:1990).

7. Sebagai Anggota Masyarakat

Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang

guru diharapkandapat berperan aktif dalam pembangunan disegala bidang yang

sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang

dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan

masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga,

keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak

pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa

diterima oleh masyarakat.(Endrajati:2007)

8. Guru sebagai administrator

41

Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga

sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan

dihadapkan pada berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu seorang

guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam

kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab

administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil

belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah

melaksanakan tugasnya dengan baik.(Suyono:2011).

9. Guru Sebagai Penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua,

meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam

beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.BPeserta didik

senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam

prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai

orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami

psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.(Hariyanto:2011).

10. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)

Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan

yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan

luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman

orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik

yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia

42

yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam

pendidikan.(Djamarah,2003:43).

11. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan

guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas

tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan

cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya

kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan

oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat

dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik

dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia

memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas

menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari

yang telah dikerjakan sebelumnya.( Moreno: 2010).

12. Guru Sebagai Emansipator

Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik,

menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan

“budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan

dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak

menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Guru telah

melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan

43

secara moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi

pribadi yang percaya diri.

13. Guru Sebagai Evaluator

Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling

kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variable

lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak

mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang

dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang

meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. (Yelon:2015)

14. Guru Sebagai Kulminator

Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari

awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan melewati

tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa

mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran

sebagai evaluator. Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa

dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada

muridnya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.

Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang

begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru

mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan

dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus

ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan

44

terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut

bergerak menuju kehancuran. (Weinstein:1997).

3. Tanggung Jawab Guru Agama

Tanggung jawab guru dalam mendidik peserta didiknya merupakan limpahan

tanggung jawab dari orangtua kepada anaknya, sebagaimana yang telah di

namakan oleh Allah Swt kepada setiap orang tua dalam firman Allah Swt Q.S At-

Tahriim : 6

Artinya:“Hai orang yang beriman, peliharalah diri kamu dan keluargamu dari api

neraka” (Q.S At-Tahrim : 6).

Sedangkan tanggung jawab guru menurut Zakiyah Daradjat adalah

mencerdaskan peserta didik. Karena profesinya sebagai guru berdasarkan

panggilan jiwa untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan menciptakan

tugas dan tanggung jawab profesinya. Menjadi tanggung jawab guru untuk

memberikan sejumlah norma kepada peserta didik agar tau mana perbuatan yang

asusila, mana perbuatan yang bermoral, dan amoral. (Zakiyah Daradjat : 2004 )

Untuk menjadi seorang guru yang dapat mempengaruhi anak didik ke arah

kebahagiaan dunia dan akhirat sesungguhnya tidaklah ringan. Dilihat dari ilmu

45

pendidikan Islam, maka menurut Zakiyah Dradjat : 2004 tanggung jawab guru

yaitu sebagai berikut :

1) Takwa kepada Allah

Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin

mendidik anak agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-

Nya, sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya.

2) Berilmu

Seorang guru harus memiliki ilmu yang sesuai dengan kemampuan dalam

mengajar, tidak hanya ijazah saja yang ia miliki, namun keilmuannya yang harus

diperhitungkan, sebab dengan ilmu, maka guru akan mengetahui tentang materi

yang akan disampaikan oleh anak didiknya.

3) Sehat jasmaniahnya

Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang

melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular umpamanya

sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Disamping itu, guru yang

berpenyakit tidak akan bergairah mengajar.

4) Berkelakuan baik

Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan watak murid. Guru

harus menjadi suri teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru.

C. Peserta didik SMK Artanita

Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan

Tilmidz jamaknya adalah Talamid, yang artinya adalah “murid”, maksudnya

46

adalah “orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal

juga dengan istilah Thalib, jamaknya adalah Thullab, yang artinya adalah

“mencari”, maksudnya adalah “orang-orang yang mencari ilmu”. (Sinolungan,

1997).

Menurut kamus bahasa Indonesia peserta didik adalah anak didik yang

mendapat pengajaran ilmu. Atau peserta didik adalah anak didik atau individu

yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan

bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari

struktural proses pendidikan. Secara bahasa peserta didik adalah orang yang

sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik

maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seseorang

peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Pertumbuhan yang

menyangkut fisik, perkembangan menyangkut psikis. (Hery Noer Aly 1999:113).

Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik

adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui

proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan

tertentu.

Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan, tentu

peserta didik tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan

untuk menuju kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang peserta

didik berada pada usia balita seorang selalu banyak mendapat bantuan dari orang

tua ataupun saudara yang lebih tua. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa

47

peserta didik merupakan barang mentah (raw material) yang harus diolah dan

bentuk sehingga menjadi suatu produk pendidikan.

Peserta didik juga dikenal dengan istilah lain seperi Siswa, Mahasiswa, Warga

Belajar, Palajar, Murid serta Santri.

a. Siswa adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah.

b. Mahasiswa adalah istilah umum bagi peserta didik pada jenjang pendidikan

perguruan tinggi.

c. Warga Belajar adalah istilah bagi peserta didik nonformal seperti Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

d. Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti

pendidikan formal tingkat menengah maupun tingkat atas.

e. Murid memiliki definisi yang hampir sama dengan pelajar dan siswa.

f. Santri adalah istilah bagi peserta didik pada jalur pendidikan non formal,

khususnya pesantren atau sekolah-sekolah yang berbasiskan agama islam.

D. Konsep Kepribadian Nabi Muhammad SAW

1. Pengertian kepribadian

Kepribadian secara etimologis berasal dari kata “pribadi” yang berarti

manusia sebagai perseorangan, yang meliputi keseluruhan sifat-sifat dan watak

yang dimilikinya. Sedangkan menurut termenologis kepribadian adalah tingkatan

sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh

48

yang menentukan. Namun bila kita interprentasikan yang lebih lanjut, tentu masih

ditemukan kata kunci yang terkait dengan kepribadian, misalnya: ciri, karakter,

watak, jiwa moral, semangat, kepribadian dan tingkah laku. Jadi kepribadian

sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonyol pada diri individu. (Sartilo

wirawan : 2002 ).

Feist (1985) Menjelaskan bahwa kepribadian secara umum menunjuk

pada sifat, pembawaan lahir, atau karakteristik individu yang relatif

konsisten dengan perilaku individu. Sifat mungkin khas dan umum untuk

beberapa kelompok, tetapi pola mereka berbeda masing-masing individu. ( Feist

1985).

2. Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Sekitar tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan

terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya ataupun karena

letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman

di Selatan dan Syiria di Utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Mekah

menjadi pusat keagamaan Arab. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi

berhala utama, Hubal. Mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat

Arab pada masa itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab

dengan luas satu juta mil persegi.(Abdullah Ai’did,1961:337).

Nabi Muhammad SAW dilahirkan dalam keluarga bani Hasyim di Mekah

pada hari senin, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, pada permulaan tahun dari Peristiwa

Gajah. Maka tahun itu dikenal dengan Tahun Gajah. Dinamakan demikian karena

49

pada tahun itu pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), (Ajid

Thohir:2004).

Nabi Muhammad SAW adalah anggota bani Hasyim, suatu kabilah yang

kurang berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah.

Nabi Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya

bernama Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar

pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Muhammad

SAW. Nabi terakhir ini dilahirkan dalam keadaan yatim karena ayahnya

meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah.(Ajid Thohir:2004).

Ramalan tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad dapat

ditemukan dalam kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan

bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW telah diramalkan oleh setiap dan semua

nabi terdahulu, yang melalui mereka perjanjian telah dibuat dengan umat mereka

masing-masing bahwa mereka harus menerima atas kerasulan Muhammad SAW

nanti. (Abdul Haq Hidyarthi:2006).

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qs. Ali ‘Imran ayat 81:

50

Artinya :

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa

saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang

kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu

akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya”.(QS.Al-Imron: 81)

Sejumlah penulis besar tentang Sirah dan para pakar hadits telah banyak

meriwayatkan peristiwa-peristiwa di luar kebiasaan, yang muncul pada saat

kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peristiwa-peristiwa diluar daya nalar manusia,

yang mengarah kepada dimulainya era baru bagi alam dan kehidupan manusia,

dalam hal agama dan moral. Diantara peristiwa-peristiwa tersebut adalah

singgasana Kisra yang bergoyang-goyang hingga menimbulkan bunyi serta

menyebabkan jatuh 14 balkonnya, surutnya danau Sawa, padamnya api sembahan

orang-orang Persia yang belum pernah padam sejak seribu tahun lalu.

3. Masa kanak-kanak

Tidak lama setelah kelahirannya, bayi Muhammad SAW diserahkan

kepada Tsuwaibah, budak perempuan pamannya, Abu Lahab, yang pernah

menyusui Hamzah. Meskipun diasuh olehnya hanya beberapa hari, nabi tetep

menyimpan rasa kekeluargaan yang mendalam dan selalu menghormatinya. Nabi

51

SAW selanjutnya dipercayakan kepada Halimah, seorang wanita badui dari Suku

Bani Sa’ad. Bayi tersebut diasuhnya dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, dan

tumbuh menjadi anak yang sehat dan kekar. Pada usia lima tahun, nabi

dikembalikan Halimah kepada tanggungjawab ibunya. Sejumlah hadis

menceritakan bahwa kehidupan Halimah dan keluarganya banyak dianugrahi

nasib baik terus-menerus ketika Muhammad SAW kecil hidup di bawah

asuhannya. Halimah menyayangi baginda Rasul seperti menyayangi anak sendiri,

penuh kasih sayang dan cinta, namun karena banyak kejadian yang luar biasa

sehingga takut akan terjadi hal-hal yang tidak baik sehingga dikembalikanlah

Rasul SAW kepada keluarga beliau.(Muhammmad Husain Haekal,1990:49)

Muhammad SAW kira-kira berusia enam tahun, dimana tatkala asik

bermain-main dengan teman-teman beliau, teman-teman beliau gembira saat

ayah-ayah mereka pulang, namun Rasulullah pulang dengan tangisan menemui

ibunda beliau, seraya berkata wahai ibunda mana ayah?.. ibunda beliau terharu

tampa jawaban yang pasti, sehingga dalam ketidakmampuan atas jawaban

tersebut, hingga suatu ketika ibunda beliau mengajak baginda Nabi SAW pergi

kekota tempat ayah beliau dimakamkan. Sekembalinya dari pencarian Makan

suami tercinta ibu Rasul tercinta jatuh sakit dan meninggal dalam perjalanan

pulang, dengan duka cita yang mendalam dan pulang bersama seorang pembantu

nabi. Sekembalinya pulang sebagai anak yatim piatu maka beliau diasuh oleh

kakeknya, Abdul Muthalib. Namun dua tahun kemudian, kakeknya pun yang

52

berumur 82 tahun, juga meninggal dunia. Maka pada usia delapan tahun itu, Nabi

ada di bawah tanggungjawab pamannya Abi Thalib.(Abdul Hamieed 2001: 640).

Pada usia 8 tahun, seperti kebanyakan anak muda seumurnya, Nabi

memelihara kambing di Mekkah dan menggembalakan di bukit dan lembah

sekitarnya. Pekerjaan menggembala sekawanan domba ini cocok bagi perangai

orang yang bijaksana dan perenung seperti Muhammad SAW muda, ketika beliau

memperhatikan segerombolan domba, perhatiannya akan tergerak oleh tanda-

tanda kekuatan gaib yang tersebar di sekelilingnya.

4. Masa Remaja Nabi Muhammad SAW

Diriwayatkan bahwa ketika berusia dua belas tahun, Muhammad SAW

menyertai pamannya, Abu Thalib, dalam berdagang menuju Suriah, tempat

kemudian beliau berjumpa dengan seorang pendeta, yang dalam berbagai riwayat

disebutkan bernama Bahira. Meskipun beliau merupakan satu-satunya nabi dalam

sejarah yang kisah hidupnya dikenal luas, masa-masa awal kehidupan Muhammad

SAW tidak banyak diketahui. Nabi Muhammad SAW besar bersama kehidupan

suku Quraisy Mekah, dan hari-hari yang dilaluinya penuh dengan pengalaman

yang sangat berharga. Dengan kelembutan, kehalusan budi dan kejujuran beliau

maka orang Quraisy Mekkah memberi gelar kepada beliau dengan Al-Amin yang

artinya orang yang dapat dipercaya.(Ibnu Ishaq : 2005)

Pada usia 30 tahunan, Muhammad SAW sebagai tanda kecerdasan dan

bijaksanya beliau, Nabi SAW mampu mendamaikan perselisihan kecil yang

muncul di tengah-tengah suku Quraisy yang sedang melakukan renovasi Ka’bah.

53

Mereka mempersoalkan siapa yang paling berhak menempatkan posisi Hajar

Aswad di Ka’bah. Beliau membagi tugas kepada mereka dengan teknik dan

strategi yang sangat adil dan melegakan hati mereka. (Muhammad Said

Ramadhan : 2010)

Pada masa mudanya, beliau telah menjadi pengusaha sukses dan hidup

berkecukupan dari hasil usahanya. Kemudian pada usia 25 tahun, beliau menikah

dengan pemodal besar Arab dan janda kaya Mekah, Khadijah binti Khuwailid

yang telah berusia 40 tahun.(Alhammad:2014).

Nabi Muhammad Saw merupakan Nabi yang terakhir. Artinya, setelah

Nabi Muhammad Saw tidak ada nabi lagi. Dengan demikian ajaran yang di bawa

oleh nabi Muhammad Saw berlaku sepanjang masa tanpa batas hingga akhir

jaman. Ajaran itu juga berlaku pada bagi seluruh bangsa setelah sepeninggalnya

Nabi Muhammad Saw. Dan bukan hanya bagi bangsa arab saja.

Seperti yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat As-Saba’ : 28

Artinya :

“Dan kami tidak mengutus engkau ( Muhammad), melainkan kepada semua umat

manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi

peringatan, akan tetapi kebanyakan dari mereka tidakmengetahui” (QS As-

Saba’:28).

54

Allah SWT telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa sebuah petunjuk

(al-Qur’an) dan agama yang benar untuk itu ia menangkan atas seluruh agama

lainnya. Allah SWT telah memilih Nabi Muhammad SAW di antara manusia

lainnya dengan bekal ilmu. Dia benar-benar mempersiapkan beliau untuk tujuan

agung dan tugas besar tersebut. Dia mendidik dan mengajari beliau dengan

sebaik-baiknya. Dia mensucikan dan membersihkan jiwa beliau. Dia juga

menganugerahkan kepada beliau penampilan yang menawan, kepribadian yang

berwibawa, perilaku yang baik, akhlak yang mulia, hati yang lapang, dan jiwa

yang dermawan. Maha Suci Allah yang telah menciptakan beliau dengan segala

bekal mulia tersebut, serta menjadikan beliau sebagai suri teladan terbaik bagi

segenap manusia dan panutan bagi orang-orang shalih. (Abduh Zulfidar Akaha :

2007 ).

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahzab: 21

ك واليوم اآلخر وذكر أسوة حسنة لمن كان يرجو اثير لقد كان لكم في رسول

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Surat al-Ahzab: 21).

Para sahabat radhiyallahu ‘anhum menyaksikan semua sisi kehidupan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bergaul secara langsung dengan

beliau, sehingga mereka senantiasa berada di bawah naungan akhlak beliau yang

sangat mulia dan luhur. Selanjutnya mereka menyampaikan segala perilaku

Rasulullah yang mereka saksikan serta segala ucapan beliau yang mereka dengar

55

kepada seluruh generasi yang hidup setelah mereka, sebagai upaya untuk

menegakkan risalah keilmuan sekaligus mengemban amanah dalam menyebarkan

agama Islam. Upaya para sahabat untuk menyampaikan dan meriwayatkan sisi

kehidupan Rasulullah tersebut dilanjutkan oleh generasi tabiin yang hidup setelah

mereka, sehingga muncullah suatu generasi setelah mereka yang mampu

menguasai bidang ilmu tersebut. Generasi ini berhasil mencatat berbagai hadits

dan atsar, kemudian menyusunnya dalam aneka kitab dan karya tulis. Ada di

antara yang menulis secara khusus tentang kepribadian dan akhlak Rasulullah,

seperti at-Tirmidzi, al-Muqri, al-Mustaghfiri, Abu Syaikh al-Asbahani (penulis

buku ini), dan lain-lain. (Imam Abu Syaikh 2010 ).

Nabi Muhammad SAW, dalam melaksanakan tugasnya selaku utusan

Allah dan sebagai pimpinan bangsa, beliau tidak hanya berada di depan untuk

memberikan contoh, namun juga di tengah untuk memberikan semangat dan dari

belakang untuk memberikan dorongan. Itu semua merupakan keteladanan

Rasulullah untuk kita ikuti dan kita aplikasikan dalam setiap segi kehidupan.

Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu

‘Alaihi Wasallam bersabda :

م مكارم األخالق إنما ب عثت ألتم

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan

akhlak.” (HR. Abu Hurairah).

Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yaitu agama Islam,

merupakan agama yang sempurna untuk seluruh umat manusia sepanjang masa.

56

Nabi Muhammad SAW merupakan Rasul akhir zaman, Rasul terakhir dan

penutup para nabi, yang diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia tanpa

melihat asal suku dan bangsanya. Misi Nabi Muhammad SAW antara lain adalah

menyempurnakan akhlak manusia. Begitulah, maka Nabi SAW diutus di tengah-

tengah masyarakat pada jaman jahiliyah. Saat itu, akhlak dan prilaku masyarakat

sangat biadab, penuh dengan penyembahan pada berhala, pengagungan manusia

atas manusia lainnya, perbudakan, penuh dengan pertikaian dan penguasa yang

menindas. Begitulah, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW dilengkapi

dengan perilaku (akhlak) yang mulia dan menjadi teladan terbaik bagi umatnya.

Keagungan akhlak Nabi Muhammad SAW, Allah sebutkan di dalam Q.S.Al-

Qalam 68:4 :

وإنك لعلى خلق عظيم

Akhlak Rasulullah dapat sertifikat langsung dari Allah SWT. “Sesungguhnya

engkau benar-benar memiliki akhlak yang agung.” (Q.S.Al-Qalam 68:4).

Tatkala ‘Aisyah ra, isteri Nabi, ditanya bagaimana akhlak Nabi, beliau

menjawab:”Akhlak Nabi adalah Al Qur’an”. Rasulullahpun menjelaskan bahwa

kedatangannya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.(H.R. Baihaqi).

Dalam hadits lain Rasulullah menyatakan:

أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلق

Malah Rasulullah mengatakan: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya

adalah yang paling baik akhlaknya.”(HR.Tirmidzi).

57

Akhlak utama dan mulia itu adalah akhlak Rasulullah SAW. Ahmad

Muhammad Al-Hufi telah menulis sebuah buku tentang bagaimana akhlak Nabi.

Karena tidak semuanya bisa diungkap, Al-Hufi menamai bukunya dengan Min

Akhlaq an-,abi (Sebagian dari Akhlak Nabi). Di antara akhlak Nabi yang

diuraikan oleh Al-Hufi adalah sebagai berikut : berani, pemurah, adil, iffah, benar,

amanah, sabar, lapang hati, pemaaf, kasih sayang, m.engutamakan perdamaian,

zuhud, malu, rendah hati, musyawarah, lemah lembut, jujur, tidak suka mencari-

cari cacat orang lain, sabar, tidak angkuh, santun, tidak mudah mabuk pujian,

kebaikan pergaulan, dan cinta bekerja. Dan beliau selalu berusaha melupakan hal-

hal yang tidak berkenan di hatinya dan tidak pernah berputus asa dalam berusaha.

Salah satu karekter Rasulullah yang paling menonjol adalah kemenangan atau

keberhasilan tidak menjadikan beliau bangga. Tentu, semua akhlak Rasulullah

tersebut menjadi tauladan bagi kehidupan kita. (Muhammad Fathi 2007 ).

Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan tugasnya selaku utusan Allah

dan sebagai pimpinan bangsa, beliau tidak hanya berada di depan untuk

memberikan contoh, namun juga di tengah untuk memberikan semangat dan dari

belakang untuk memberikan dorongan. Itu semua merupakan keteladanan

Rasulullah untuk kita ikuti dan kita aplikasikan dalam setiap segi kehidupan.

Di dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu

‘Alaihi Wasallam bersabda :

م مكارم األخالق إنما بعثت ألتم

58

Artinya: “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan

akhlak.” (HR. Abu Hurairah).

Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yaitu agama Islam,

merupakan agama yang sempurna untuk seluruh umat manusia sepanjang masa.

Nabi Muhammad SAW merupakan Rasul akhir zaman, Rasul terakhir dan

penutup para nabi, yang diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia tanpa

melihat asal suku dan bangsanya. Misi Nabi Muhammad SAW antara lain adalah

menyempurnakan akhlak manusia. Begitulah, maka Nabi SAW diutus di tengah-

tengah masyarakat pada jaman jahiliyah. Saat itu, akhlak dan prilaku masyarakat

sangat biadab, penuh dengan penyembahan pada berhala, pengagungan manusia

atas manusia lainnya, perbudakan, penuh dengan pertikaian dan penguasa yang

menindas. Begitulah, Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW dilengkapi

dengan perilaku (akhlak) yang mulia dan menjadi teladan terbaik bagi umatnya.

Keagungan akhlak Nabi Muhammad SAW, Allah sebutkan di dalam Q.S.Al-

Qalam 68:4 :

وإنك لعلى خلق عظيم

Akhlak Rasulullah dapat sertifikat langsung dari Allah SWT. “Sesungguhnya

engkau benar-benar memiliki akhlak yang agung.” (Q.S.Al-Qalam 68:4).

5. Karakter Nabi Muhammad SAW

Petunjuk hidup Umat Islam adalah Al-Qur’an (firman Allah), namun

contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari adalah kepribadian Rasulullah

59

SAW. Dalam diri dan pribadi Rasulullahlah penjabaran Al-Qur`an

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari (Al-Qur’an Hidup),

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab : 21 :

واليوم اآلخر وذكر أسوة حسنة لمن كان يرجو )٢١(كثيرالقد كان لكم في رسول

Artinya :”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Rasulullah SAW sendiri telah bersabda :

م مكارم األخالق ن ما بعثت ألتم ا

“Aku diutus untuk menyempurnakan budi pakerti yang mulia”

(H.R. Thabrani dari Jabir, dan Ahmad dari Mu’adz bin Jabal)

Ada 3 hal kepribadian Nabi Muhammad SAW, yang sudah semestinya

kita teladani, yaitu :

Keteladanan Nabi sebagai Pribadi Muslim , keteladanan Nabi sebagai Pemimpin,

dan keteladanan Nabi sebagai Panutan dalam Rumah Tangga dan lingkungan

Masyarakat.( Afzalur Rahman:2002). Secara rinci dapat diuraikan sbb :

1. Sebagai Pribadi Muslim, Nabi Muhammad SAW memiliki :

a. Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)

b. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)

c. Akhlaqul Karimah (budi pekerti yang mulia)

d. Bidang MUAMALAH yaitu memiliki

Qowiyyul Jismi (jasmani yang kuat)

60

Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)

Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)

Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)

Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)

Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri / mandiri)

Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)

2. Sebagai pemimpin, Nabi Muhammad SAW memiliki :

a) Keteladanan dalam iman.

Seorang Pemimpin Umat yang beriman dan taat (taqwa) kepada Allah,

dalam pengambilan keputusan dan kebijakannya selalu mengacu kepada

kebenaran. Kesatuan antara perkataan, hati dan perbuatan tercermin dalam

sikapnya yang ikhlas dalam mencari ridho-Nya.(Abdul jamal:2002)

b) Keteladanan dalam akhlak.

Akhlak yang mulia, dapat menyentuh hati. Sebagaimana riwayat adanya

seorang yahudi buta yang sangat membenci Rasulullah dapat masuk Islam ,

karena akhlak mulia Beliau. Tak pernah lupa, Beliau selalu menyuapi orang buta

itu setiap hari, walaupun dicaci maki dan dihina setiap hari. Tapi Beliau terus

sabar dan ikhlas, bahkan Nabi pun selalu mengelus punggung orang buta tadi,

layaknya kepada seorang anak kecil.

c) Keteladanan dalam pengorbanan

Seorang pemimpin adalah orang yang harus lebih banyak berkorban dari

pada orang yang dipimpinnya. Dia mengorbankan waktunya, pikiranya, dan

61

hartanya untuk kepentingan bersama. Dia bersedia untuk turun langsung

membantu orang-orang yang dipimpinnya. Tidak hanya sekedar mengarahkan dan

menyuruh, tapi dia bersama-sama pengikutnya melakukannya.

d) Keteladanan dalam menghadapi masalah.

Rasulullah pun selalu dapat memberikan solusi jika terdapat konflik

atau masalah. Solusinya pun tepat sasaran. Bahkan Beliau dapat

menyikapi perbedaan pendapat yang ada dalam pengikutnya dengan

win-win solution.

Jika pemimpin dapat memberikan keteladan, insya Allah maka

perubahan ke arah yang lebih baik dapat terjadi. Pemimpin itu ibarat

sumber mata air di hulu. Bila di hulu airnya telah keruh, maka

kebawahnya akan keruh juga. Jika dari sumbernya telah bersih dan

jernih, makan kebawahnya pun Insya Allah akan bersih juga. Oleh

karena itu, jadilah kita pemimpin yang dapat memberikan keteladanan

bagi lingkungan sekitar. Kita semua adalah pemimpin, maka kita harus

dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain, dalam setiap sikap

dan tutur kata kita. Jadilah kita seorang memiliki hati yang bersih

denga berakhlak mulia.

Sebagai Panutan dalam Hidup Berumah tangga

62

Bagi orang-orang yang telah berkeluarga, maka Rasulullah teladan

yang terbaik. Beliau tidak pernah berkata kasar kepada isteri dan

anaknya.

6. Sifat-sifat wajib Nabi Muhammad Saw

Dalam Islam, suri tauladan yang paling sempurna terdapat pada diri Nabi

Muhammad Saw, seorang yang mempunyai sifat-sifat yang yang selalu terjaga

dan dijaga oleh Rasulullah Saw. Sifat-sifat yang ada pada diri Nabi Muhammad

SAW juga terdapat pada diri rasul-rasul lain sebagai penyeru umat. Sifat yang

dimaksud dikenal dengan sebutan sifat wajib Rasul.

Sifat wajib Rasul merupakan karakter Nabi Muhmmad SAW dalam

menjalankan tugasnya sebagi pemimpin umat. ( Suryana : 2002). Secara rinci

sifat-sifat tersebut, yaitu :

1. Shiddiq (Benar)

Sidiq artinya benar atau jujur. Sidiq merupakan sifat yang wajib ada pada

diri seorang Rasul. Sebagai umat islam, sudah seharusnya kita meneladani sifat

Nabi, jadi kita harus memiliki sifat sidiq. Sidiq adalah sifat yang mulia.

Rasulullah mengajarkan uamtnya untuk senantiasa berlaku benar, baik dalam

tindakan maupun ucapan. Sidiq sama artinya dengan jujur, jadi jujur itu dibagi

menjadi dua yaitu jujur kepada diri sendiri dan jujur kepada orang lain. Jujur

kepada diri sendiri adalah mengakui sesuatu yang sebanarnya ada pada diri kita.

Shiddiq bukan hanya perkataannya yang benar, tapi juga perbuatannya juga benar.

Sejalan dengan ucapannya beda sekali dengan pemimpin sekarang banyak.

Mustahil Nabi itu bersifat pembohong/kizzib, dusta, dan sebagainya.

63

عن ينطق وما لهوى ٱ

Artinya : Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Qs. An-Najm : 4

إن إال هو ي وح يوحى

Artinya : Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya”

( Qs-An Najm 4-5).

Shiddiq adalah hadirnya suatu kekuatan yang dapat melepaskan diri dari

sikap dusta atau tidak jujur terhadap Tuhannya, dirinya sendiri, maupun orang

lain. Nabi Muhammad Saw mempunyai banyak sifat yang membuatnya disukai

oleh setiap orang yang berhubungan dengannya dan yang membuatnya menjadi

pujaan para pengikutnya. Sewaktu muda, semua orang Quraisy menamakannya

“shidiq” dan “amin”. Beliau sangat dihargai dan dihormati oleh semua orang

termasuk para pemimpin Mekkah. Nabi memiliki kepribadian dan kekuatan bicara

yang demikian memikat dan menonjol sehingga siapa pun yang pergi kepadanya

pasti akan kembali dengan keyakinan, ketulusan dan kejujuran pesannya. Hal ini

dikarenakan, Nabi Muhammad Saw hanya mengikuti apa yang diwahyukan pada

beliau. Dalam kepemimpinan berarti semua keputusan, perintah dan larangan

beliau, agar orang lain berbuat atau meninggalkannya pasti benar karena Nabi

bermaksud mewujudkan kebenaran dari Allah SWT. (Muhamad Rasdjid 1983).

Peranannya sebagai seorang Rasul dan pemimpin telah diberikan oleh Allah

sebuah kitab sebagai penguat misinya itu. Nabi Muhammad Saw teladan umat

telah ditonjolkan oleh Allah sebagai manusia pilihan, oleh karena itu sunnahnya,

64

cara hidupnya menjadi satu-satunya perilaku yang sah bagi kaum muslim.(

Suryana: 2002 ).

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :

فمن اقتدى بي فهو مني ومن رغب عن سنتي فليس مني

“Siapa yang mengikuti jejakku maka ia termasuk golonganku. Dan barangsiapa

yang membenci sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.” Sebab Nabi

Muhammad SAW adalah benar-benar sebagaimana dikatakan dalam Al-Quran,

seorang uswatun hasanah (teladan yang baik).(H.R. Bukhori Muslim).

Contoh pertama : saat mengerjakan ulangan harian disekolah, ada salah

seorang siswa dapat jujur terhadap dirinya sendiri maka kita tidak akan

menyontek dan berusaha sebisa mungkin untuk mengerjakan soal ulangan

tersebut secara sendiri berdasarkan kemampuan sendiri, apapun itu hasilnya. siswa

yang tidak mau jujur pada diri sendiri pada waktu ulangan, dia

menyontek temannya.

Contoh kedua : Ketika kita ditanya oleh seseorang kita harus

menjawabnya dengan jujur dan benar karena jika tidak kita akan mendapatkan

dosa karena telah berbohong.

Contoh ketiga : Misalkan, Budi salahsatu murid SMK Artanita ditanya

oleh gurunya “kamu tadi pagi shalat shubuh tidak?” Budi menjawab dengan

berbohong “iya bu, saya shalat shubuh tadi pagi.” Bu guru bertanya lagi, “jam

berapa kamu shalat?” Budi berbohong lagi “jam 5.00 bu.” Bu guru bertanya lagi

“kamu wudhu gak?” Budi berbohong lagi, “wudhu lahh bu, kan mau shalat yaa

65

harus wudhu.” Bu guru bertanya lagi, “shalat sama siapa kamu?” dan Budi

terpaksa berbohong lagi, “sama mama, papa, dan adek bu,”. Hanya karena

berbohong sekali, Budi terpaksa berbohong lagi dan lagi karena Bu guru terus

bertanya dan Budi jadi mendapat banyak dosa hanya karena berbohong sekali.

Jadi kita tidak boleh berbohong karena berbohong sekali pun dapat menibulkan

kebohongan-kebohongan yang lain dan menyebabkan kita mendapatkan dosa.

Contoh keempat : Kita harus menjadi orang jujur seperti Rasulullah, beliau

terkenal sangat jujur dalam ucapannya bahkan beliau senantiasa berkata dengan

sejujur-jujurnya sekalipun pahit dirasa dan mengandung resiko yang tinggi bagi

dirinya sekalipun. Menurut guru PAI di SMK Artanita.

2. Amanah (Dapat dipercaya

Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan

kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya. Oleh karena itulah Nabi Muhammad SAW dijuluki oleh

penduduk Mekkah dengan gelar “Al Amin” yang artinya terpercaya jauh sebelum

beliau diangkat jadi Nabi. Apa pun yang beliau ucapkan, penduduk Mekkah

mempercayainya karena beliau bukanlah orang yang pembohong.

﴾٦٨:األعراف﴿لكم ناصح أمين ت ربى وأنا ل أبلغكم رس

Artinya : “Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku

hanyalah pemberi nasehat yang terpercaya bagimu.” [Al A’raaf 68]

66

Mustahil Nabi itu khianat terhadap orang yang memberinya amanah.

Ketika Nabi Muhammad SAW ditawari kerajaan, harta, wanita oleh kaum

Quraisy agar beliau meninggalkan tugas ilahinya menyiarkan agama Islam, beliau

menjawab:”Demi Allah…wahai paman, seandainya mereka dapat meletakkan

matahari di tangan kanan ku dan bulan di tangan kiri ku agar aku meninggalkan

tugas suci ku, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkan

(Islam) atau aku hancur karena-Nya”……

Meski kaum kafir Quraisy mengancam membunuh Nabi, namun Nabi

tidak gentar dan tetap menjalankan amanah yang dia terima. Seorang Muslim

harusnya bersikap amanah seperti Nabi.

Amanah berarti dapat dipercaya. Nabi dan Rasul merupakan umat yang

utusan Allah SWt yang diberikan amanah untuk menerima dan menyampaikan

wahyu Allah. Hal tersebut terdapat dalam surah Q.S. asy-Syu’ara ayat 106-107

berikut ini:

Artinya: “Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa kamu

tidak bertakwa? Sesungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus)

kepadamu.” (Q.S. asy-Syu’ara ayat 106- 107)

Surah tersebut merupakan salah satu bukti ketika terdapat peristiwa pada

saat kaum Nabi Nuh as mendustakan apa yang dibawa oleh Nabi Nuh as. Dan

Allat SWT, mengaskan bahwa Nabi Nuh as, merupakan orang yang terpercaya

(amanah).

67

Contoh sikap Amanah adalah :

1. Siswa pernah dititipkan suatu barang oleh Gurunya untuk dijaga dengan

baik, keesokan harinya, temannya siswa itu menemukan barangnya masih

dalam keadaan bagus, sejak itu ia tahu bahwa siswa itu dapat dipercaya.

Ketika kita berjanji kepada teman, orangtua, saudara, bahkan kepada

musuh sekalipun kita harus tetap menepati janji itu dan tidak boleh

mengingkarinya karena jika kita mengingkari janji tersebut kita sama saja

tidak dapat dipercaya oleh orang lain.

2. Siswa SMK Artanita harus bisa menjaga amanat yang telah diberikan oleh

orang lain kepada kita karena jika kita tidak menjaganya berarti kita tidak

dapat dipercaya oleh orang yang memberikan amanat tersebut.

3. Misalkan, Agus salahsatu siswa SMK Artanita diberikan amanat oleh guru

untuk memeberitahu teman-temannya yang lain untuk mengerjakan tugas

di buku paket. Tetapi Agus tidak menyampaikan amanat itu kepada teman-

temannya. Berarti Agus termasuk orang-orang yang tidak dapat dipercaya

karena dia tidak menyampaikan amanat dari guru.

3. Tabligh (Menyampaikan)

Dalam makna bahasa, tabligh berati menyampaikan sedangkan dalam

makna istilah adalah menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah

SWT kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman dan dilaksanakan agar

memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Isi yang utama dan pokok aktivitas

tabligh adalah amar ma’ruf nahi munkar (perintah untuk mengerjakan yang baik

68

dan larangan untuk mengerjakan perbuatan yang keji) serta mengajak beriman

kepada Allah SWT.(Hidayatullah:2010).

Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah yang ditujukan oleh

manusia, disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang disembunyikan meski itu

Panggilan menjadi Rasul bagi Nabi Muhammad SAW ketika berusia 40 tahun

adalah bukti bahwa beliau seorang penyampai risalah Tuhan. Kunjungan Malaikat

Jibril yang memerintahkan beliau membaca wahyu dari Allah, ternyata juga

merupakan pemberitahuan pengangkatan beliau menjadi seorang Rasul Allah.

Tidak ada surat keputusan atau simbol lain yang dapat beliau tunjukan, sebagai

bukti kerasulan. Wahyu pertama yang turun pada tanggal 17 Ramadhan, yakni

surat Al-Alaq 1-5 adalah sebagai buktinya. Sejak itulah beliau menjadi utusan

beliau menjadi utusan Allah, dengan tugas menyeru, mengajak dan

memperingatkan manusia agar hanya menyembah kepada Allah SWT.

Berkaitan dengan kerasulan dan tugas pokok beliau, dijelaskan dalam

firman Allah Swt surat Al-A’raf : 158

Artinya :

“Katankanlah hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu

semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada Tuhan

selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada

69

Allah dan Rasul-Nya, yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada

kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitabnya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat

petunjuk.”( QS. Al-A’raf : 158).

Hal ini telah ditegaskan dalam firman Allah SWT. surat Al-Haaqah ayat 40 :

لقول رسول كريم إنه

Artinya : “Sesunguhnya al-Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang

diturunkan kepada) Rasul yang mulia”.[6] (Q.S. Al-Haaqah: 40)

Satu istilah yang disanding Nabi Muhammad SAW pemberian Allah yaitu

mundhir (pemberi peringatan) (surat Al-Naaziat:45) diutusnya Nabi Muhammad

SAW sebagai orang yang memberi peringatan yakni untuk membimbing umat,

memperbaiki dan mempersiapkan manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Predikat mundhir yang disandang menuntut beliau untuk dapat memimpin

umatnya serta bertugas untuk menyampaikan (tabligh) risalah kepada manusia.

Tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakinkan bahwa Allah telah mengutus

beberapa Rasul dari golongan manusia untuk menyampaikan pelajaran kepada

umatnya dan apa saja yang diperintahkan kepadanya untuk menyampaikannya

serta menjelaskan hukum-hukum yang berkenaan dengan perbuatan-perbuatan

yang mulia dan sifat-sifat yang dituntut bagi mereka untuk mengerjakan. Uraian

di atas semakin jelas bahwa Nabi Muhammad SAW diutus dan diangkat menjadi

pemimpin manusia oleh Allah SWT. Melebihi pemimpin-pemimpin yang telah

70

ada seperti halnya Nabi-nabi yang terdahulu. Tugas menyampaikan wahyu adalah

karakteristik beliau yang memiliki sifat tabligh (menyampaikan). Sunnah

Rasulullah SAW bukanlah sesuatu yang dikarang-karang atau diadakan, tetapi

murni sebagai pancaran isi kandungan Al-Quran yang merupakan kepribadian

beliau. Oleh karenanya sunnah Rasulullah yang akhirnya terhimpun menjadi

hadits, dijadikan sandaran umat Islam yang kedua setelah Al-Quran. Begitulah

sifat tabligh Nabi Muhammad SAW yang berarti menyampaikan semua yang

berasal dari Allah SWT dalam wujud Al-Quran dan yang berasal dari dirinya

sendiri yang disebut hadits dalam menetapkan atau memecahkan setiap persoalan

yang dihadapi. (Ahmad Muhammad Al-Huiy 2000:43).

Pada awal periode Makkah pertama, memang tidak dijumpai secara

khusus misi kenabian Muhammad, hanyalah disebut secara umum mengenai nabi-

nabi yang lain. Dapat dikatakan ia memang sudah berfungsi sebagai nabi tetapi

agaknya belum mengerti makna panggilannya sebagai nabi. Baru dalam bagian

kedua dari periode itu, terdapat suatu langkah baru istilah Rasul dikenakan bagi

Muhammad.

Contoh sikap Tabligh :

1. Osis SMK Artanita memberitahu kepada siswa kelas X- RPL bahwa

mereka harus shalat dzuhur berjamaah.

2. Jika kita dititipi amanat oleh guru kita harus menyampaikannya kepada

yang berhak menerimanya jangan malah diselewengkan atau

disalahgunakan karena jika kita malah menyelewengkan atau

71

menyalahgunakan amanat tersebut berarti kita tidak dapat menyampaikan

amanat yang telah diberikan kepada kita.

3. Kita harus mencontoh dan menerapkan slah satu sikap Rasulullah, yaitu

tabligh atau menyampaikan. Rasulullah selalu menyampaikan amanat

yang ia dapat kepada orang yang berhak menerima amanat tersebut dan

tidak satupun amanah atau titipan yang tidak sampai kepada alamatnya.

4. Misalkan, Andi siswa SMK disuruh ibunya untuk menyampaikan dan

memeberikan titipan uang kepada ibu pemilik warung. Tetapi Andi tidak

memberikan uang tersebut, ia malah menggunakan uang tersebut untuk

jajan. Berarti Andi tidak menyampaikan amanat yang diberikan oleh

ibunya kepadanya.

4. Fathonah (Cerdas)

Nabi Muhammad SAW yang mendapat karunia dari Allah dengan

memiliki kecakapan luar biasa (genius abqariyah) dan kepemimpinan yang agung

(genius leardership-qiyadah abqariyah) sebagai pahala berganda sepanjang masa,

dituduh oleh kaum musyrikin dan musuh-musuh lainnya dengan tuduhan keji,

yaitu beliau dikatakan gila. (Racham Ramadhan:2008)

Kecerdasan beliau merupakan suatu hikmah yang dianugerahkan Allah

kepada beliau dengan sifat kearifan yang selalu ditampakkan. Hal ini sesuai

firman Allah surat Al-Baqarah ayat 269:

72

Artinya : Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan

As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang

dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan

hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman

Allah). Qs. Al-Baqarah : 269

Kesuksesan Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pemimpin umat

memang telah dibekali kecerdasan oleh Allah SWT. Kecerdasan ini tidak saja

diperlukan untuk memahami dan menjelaskan wahyu Allah SWT. Kecerdasan

dibekalkan juga karena beliau mendapat kepercayaan Allah SWT untuk

memimpin umat, karena agama Islam diturunkan untuk seluruh manusia dan

sebagai rahmat bagi seluruh alam.(Fazalur Rahman 1991:68).

Sesuai dengan kesaksian sejarah, bukti-bukti Al-quran dan berbagai

petunjuk yang diambil dari sejarah Islam beliau adalah seorang ummi tidak dapat

baca dan tulis, maka dapat dikatakan bahwa pikiran Rasulullah SAW sama sekali

tidak pernah tersentuh oleh ajaran manusia. Beliau hanya diajar pada sekolah

illahi dan menerima pengetahuan dari Allah sendiri. Oleh karenanya kecerdasan

beliau di luar batas manusia biasa bahkan melebihi nabi-nabi yang lain.

Kecerdasan beliau merupakan suatu hikmah yang dianugerahkan Allah kepada

beliau dengan sifat kearifan yang selalu ditampakkan(Yasien,2002:56).

73

Patonah Artinya Cerdas. Mustahil Nabi itu bodoh atau jahlun. Dalam

menyampaikan 6.236 ayat Al Qur’an kemudian menjelaskannya dalam puluhan

ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang luar biasa. Nabi harus mampu

menjelaskan firman-firman Allah kepada kaumnya sehingga mereka mau masuk

ke dalam Islam. Nabi juga harus mampu berdebat dengan orang-orang kafir

dengan cara yang sebaik-baiknya.

Apalagi Nabi mampu mengatur umatnya sehingga dari bangsa Arab yang

bodoh dan terpecah-belah serta saling perang antar suku, menjadi satu bangsa

yang berbudaya dan berpengetahuan dalam 1 negara yang besar yang dalam 100

tahun melebihi luas Eropa.

Contoh sikap Fathanah:

1. Siswa SMK Artanita belajar setiap hari dengan tekun supaya ia menjadi

pintar.

2. Siswa SMK Artanita harus rajin belajar agar dapat menjadi anak yang cerdas

dan pandai.

3. Siswa SMK Artanita harus mencontoh perilaku Rasulullah salah satunya

adalah menjadi anak yang cerdas dan pintar. Beliau terkenal sebagai seorang

yang cerdas dan pandai, serta sangat arif dan bijaksana dalam mengambil

keputusan didasari dengan pertimbangan dan pemikiran yang cukup matang.

4. Misalkan, saat sedang bermusyawarah dalam rapat OSIS, Deni sebagai ketua

OSIS sangat arif dan sangat bijaksana dalam mengambil sebuah keputusan, ia

memikirkannya dan mempertimbangkannya dengan sangat matang. Dari

74

perilaku diatas, Deni sama saja sudah menerapkan salah satu sikap wajib bagi

Rasul yaitu fathanah atau cerdas dan pintar.

E. PENELITIAN TERDAHULU

1. Aan Afriyawan (2016) dalam skripsinya “Upaya Guru Pendidikan Agama

Islam Dalam Membina Akhlak Siswa meningkatkan akhlak siswa (Studi

Kasus Di SMP Negeri 1 Bandungan Kab. Semarang)”

2. Arif Raharjo (2017) dalam skripsinya “Upaya Guru Pendidikan Agama

Islam Dalam meningkatkan konsentrasi belajar siswa kelas V (Studi

Kasus Di SD Negeri 1 Ceper Klaten )

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Hasil Persamaan Perbedaan 1 Aan

Afriyawan (2016)

Upaya Guru Pendidikan

Agama Islam Dalam

Membina Akhlak Siswa

Upaya yang dilakukan guru

pendidikan agama islam

dalam membina

akhlak siswa SMP Negeri 1

Bandungan diantaranya : pemberian

nasihat, membangun pembiasaan, keteladanan, ketersediaan

fasilitas pendukung,

dan komunikasi semua pihak

Sama-sama

meneliti tentang akhlak

Waktu dan tepat penelitian

2 Arif Upaya Guru Upaya guru Sama- Waktu

75

Raharjo (2017)

Pendidikan Agama Islam

Dalam meningkatkan

konsentrasi belajar

pendidikn agama islam

dalam meningkatkan

konsentrasi siswa

diantaranya : kesiapan

belajar yang bagus,

menanamkan minat belajar

belajar kepada peserta didik, menggunakan

metode mengajar yang menyenangkan,

memberikan permainan ice breaking untuk mengembalikan

konsentrasi belajar siswa

yang menurun, menciptakan lingkungan yang belajar

yang kondusif

sama meneliti akhlah

dan tepat penelitian