2. LANDASAN TEORI 2.1 Leadership 2.1.1 Pengertian ...

22
9 Universitas Kristen Petra 2. LANDASAN TEORI 2.1 Leadership 2.1.1 Pengertian Leadership Setiap orang, masyarakat, bahkan suatu negara membutuhkan sosok seorang pemimpin. Kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin hendaknya dapat membuat orang-orang yang dipimpin merasa puas, menghormati dan menghargai pemimpin dan sifat kepemimpinannya. Konsep kepemimpinan dapat didefinsikan dengan berbagai cara yang berlainan. Winardi (2000), merangkum beberapa konsep kepemimpinan dari berbagai pakar manajemen adalah sebagai berikut : a. Massie / Douglas, kepemimpinan dapat terjadi ketika satu orang mempunyai kuasa kepada yang lain untuk bekerja terhadap ketetapan yang ditentukannya. b. Koontz dan O’Donnel, kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi antar perseorangan, dengan cara komunikasi, untuk mencapai prestasi dari cita-cita. c. Fairchild, suatu proses dimana seseorang sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah di dalam lapangan kerja, sehingga dapat diikuti oleh yang lain dalam satu kelompok tersebut. d. Terry, kepemimpinan merupakan hubungan di mana satu orang, atau pemimpin, untuk mempengaruhi yang lainnya untuk bekerja sama dalam tugas yang berhubungan untuk mencapai keinginan dari seorang pemimpin. Beberapa definisi-definisi kepemimpinan diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan itu merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin. Di sini dapat dikatakan bahwa sifat pemimpin diperlukan untuk dapat mengembangkan suatu perusahaan khususnya usaha kecil. Kesediaan bawahan untuk menerima pengarahan dari pemimpin membantu proses kepemimpinan dapat berlangsung dengan baik. Khususnya usaha kecil yang sangat berpegang erat terhadap adanya sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh pemilik usaha kecil tersebut.

Transcript of 2. LANDASAN TEORI 2.1 Leadership 2.1.1 Pengertian ...

Universitas Kristen Petra

2. LANDASAN TEORI

2.1 Leadership

2.1.1 Pengertian Leadership

Setiap orang, masyarakat, bahkan suatu negara membutuhkan sosok

seorang pemimpin. Kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin

hendaknya dapat membuat orang-orang yang dipimpin merasa puas, menghormati

dan menghargai pemimpin dan sifat kepemimpinannya. Konsep kepemimpinan

dapat didefinsikan dengan berbagai cara yang berlainan. Winardi (2000),

merangkum beberapa konsep kepemimpinan dari berbagai pakar manajemen

adalah sebagai berikut :

a. Massie / Douglas, kepemimpinan dapat terjadi ketika satu orang mempunyai

kuasa kepada yang lain untuk bekerja terhadap ketetapan yang ditentukannya.

b. Koontz dan O’Donnel, kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk mempengaruhi antar perseorangan, dengan cara

komunikasi, untuk mencapai prestasi dari cita-cita.

c. Fairchild, suatu proses dimana seseorang sebenarnya mempunyai kemampuan

untuk menyelesaikan masalah di dalam lapangan kerja, sehingga dapat diikuti

oleh yang lain dalam satu kelompok tersebut.

d. Terry, kepemimpinan merupakan hubungan di mana satu orang, atau

pemimpin, untuk mempengaruhi yang lainnya untuk bekerja sama dalam tugas

yang berhubungan untuk mencapai keinginan dari seorang pemimpin.

Beberapa definisi-definisi kepemimpinan diatas dapat disimpulkan

bahwa kepemimpinan itu merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri

seorang yang memimpin. Di sini dapat dikatakan bahwa sifat pemimpin

diperlukan untuk dapat mengembangkan suatu perusahaan khususnya usaha kecil.

Kesediaan bawahan untuk menerima pengarahan dari pemimpin membantu proses

kepemimpinan dapat berlangsung dengan baik. Khususnya usaha kecil yang

sangat berpegang erat terhadap adanya sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh

pemilik usaha kecil tersebut.

10 

Universitas Kristen Petra

2.1.2 Faktor Leadership

Dalam rangka memahami makna dari kepemimpinan, terdapat 3 (tiga)

konsep dasar yang meliputi :

1. Faktor “Orang” (The Person Factor)

2. Faktor “Posisi”

3. Faktor “Tempat” atau “Situasi”

Berikut akan dijelaskan konsep-konsep tersebut, sebagai berikut :

A. Faktor “Orang” (The Person Factor)

Konsep kepemimpinan seringkali memusatkan perhatian pada

personalitas sang pemimpin atau ciri-ciri pribadinya. Beberapa abad-abad yang

lalu, orang beranggapan bahwa raja-raja memiliki hak mutlak sebagai penguasa

hingga dengan demikian orang beranggapan bahwa kepimpinan merupakan suatu

sifat yang diwarisi. Tetapi, anggapan dahulu tersebut tidaklah terlampau berguna

bagi masa sekarangyang lebih banyak memiliki bakat-bakat dan sifat-sifat umum

(Winardi, 2000).

Menurut Henry dalam Winardi (2000), yang menemukan suatu pola

personalitas yang definitif sewaktu isa mempelajari lebih dari 100 orang

pemimpin dunia usaha yang mencapai sukses. Ia menemukan sifat-sifat:

a) Motivasi kerja kuat

b) Keinginan untuk berprestasi

c) Perasaan “hangat” dengan para atasan (dengan siapa mereka melakukan

identifikasi)

d) Sifat obyektif terhadap para bawahan

e) Konsep tentang diri sendiri yang stabil dan yang digariskan dengan baik

f) Kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan-

keputusan

g) Aktivitas yang hebat serta sikap agresif

h) Minat terhadap realitas praktis

i) Hubungan-hubungan lancar dengan pihak atasan

j) Ketidakpastian tertentu mengenai kepemimpinan mereka untuk mencapai

prestasi.

11 

Universitas Kristen Petra

B. Faktor “Posisi”

Menurut Winardi (2000), faktor posisi menempatkan struktur atau

kondisi-kondisi pada faktor orang. Faktor posisi menguraikan arti organisasi

(manusia) dan orang (person) kepada sebuah fungsi, tugas, atau pekerjaan. Setiap

individu mempunyai semacam gambar (image) mengenai cara tentang harus

bertindak dalam posisi tertentu dan bayangan tersebut seringkali dinamakan orang

“konsep peranan”. Mereka yang harus berhubungan dengan posisi tersebut juga

mempunyai suatu bayangan mengenai seseorang harus bertindak di dalam posisi

tersebut dan hal tersebut dinamakan “harapan tentang peranan”.

Terdapat 3 (tiga) macam sumber “harapan tentang peranan” yaitu:

1. Harapan-harapan pribadi (Personal Expectations), merupakan cara-cara,

orang mengharapkan seorang pemimpin akan berkelakuan. Dalam setiap

kelompok terdapat adanya suatu pola harapan-harapan pola. Kelompok

mengharapkan pemimpin melakukan hal-hal tertentu dan tidak melakukan

hal-hal tertentu.

2. Harapan-harapan organisatoris (Organizational Expectations), harapan-

harapan yang bersifat spesifik tentang kelakuan para manajer dan pemimpin

mereka, kerapkali ditulis dalam pedoman-pedoman posisi formal atau uraian

tentang pekerjaan (job descriptions).

3. Harapan-harapan kultural (Cultural Expectations), harapan-harapan kultural

dapat mencapai macam-macam bentuk. Salah satu di antaranya adalah apa

yang dinamakan “kultur industri” (Industry culture).

C. Faktor “Tempat” atau “Situasi”

Faktor ini merupakan sebuah faktor yang jelas sekali. Situasi-situasi yang

berbeda memerlukan peranan kepemimpinan yang berbeda, dan ciri-ciri pribadi

yang berbeda pula. Misalnya, dalam proses pertumbuhan perusahaan-perusahaan

biasanya mereka menggunakan pemimpin-pemimpin yang berbeda-beda sifatnya.

Dari uraian-uraian yang dikemukakan dapatlah ditarik kesimpulan bahwa suatu

kepemimpinan dapat menjadi penting, maka orang yang melaksanakan tindakan

kepemimpinan harus menghadapi kebutuhan-kebutuhan kelompok maupun

kebutuhan-kebutuhan yang timbul karena situasi (Winardi, 2000).

12 

Universitas Kristen Petra

2.1.3 Teori Leadership

Menurut Terry dalam Winardi (2000) mengemukakan 8 (delapan) buah

teori kepemimpinan, yaitu:

A. Teori Otokratis (The Autocratic Theory)

Teori kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah,

pemaksaan dalam hubungan antara pemimpin dengan pihak bawahan. Pemimpin

disini cenderung mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, ia

melaksanakan pengawasan seketat mungkin dengan maksud agar pekerjaan

dilaksanakan sesuai dengan rencana. Pemimpin otokratis menggunakan perintah-

perintah yang biasanya diperkuat oleh adanya sanksi-sanksi di antara mana,

disiplin adalah faktor yang terpenting.

B. Teori Psikologis (The Psychologic Theory)

Teori ini menganut paham bahwa fungsi seorang pemimpin adalah

mengembangkan sistem motivasi terbaik. Pemimpin merangsang bawahannya

untuk bekerja ke arah pencapaian sasaran-sasaran organisatoris maupun

memenuhi tujuan-tujuan pribadi mereka.

Kepemimpinan yang memotivasi sangat memperhatikan hal-hal seperti

misalnya pengakuan (recognizing), kepastian emosional, dan kesempatan untuk

memperhatikan keinginan dan kebutuhannya.

C. Teori Sosiologis (The Sosiologic Theory)

Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dengan mengikutsertakan para

pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir. Usaha-usaha untuk mencapai

tujuan mempengaruhi interaksi-interaksi antara para pengikut, kadang-kadang

hingga tingkat timbulnya konflik yang merusak di dalam atau di antara kelompok-

kelompok. Pemimpin harus mengambil tindakan-tindakan korektif, menjalankan

pengaruh kepemimpinannya dan mengembalikan usaha-usaha kooperatif antara

para pengikutnya.

13 

Universitas Kristen Petra

D. Teori Suportif (The Supportive Theory)

Pihak pemimpin beranggapan bahwa para pengikutnya ingin berusaha

sebaik-baiknya dan bahwa ia dapat memimpin dengan sebaiknya melalui tindakan

membantu usaha-usaha mereka. Maka pihak pemimpin menciptakan suatu

lingkungan kerja yang membantu mempertebal keinginan pada stiap pengikut

untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin. Adakalanya teori suportif dinyatakan

orang sebagai “Teori Partisipatif”, ada juga yang menamakannya “Democratic

Theory Of Leadership”.

E. Teori “Laissez Faire” (The Laissez-Faire Theory)

Berdasarkan teori ini, seorang pemimpin memberikan kebebasan seluas-

luasnya kepada para pengikutnya dalam hal menentukan aktivitas mereka.

Pendekatan ini merupakan kebalikan langsung dari teori orokratis. Kelompok-

kelompok ini cenderung membentuk pemimpin-pemimpin informal.

F. Teori Perilaku Pribadi (The Personal-Behaviour Theory)

Pendekatan ini melakukan apa yang dilakukan oleh pemimpin dalam hal

pemimpin. Salah satu hal penting teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin

tidak berkelakuan sama ataupun melakukan tindakan-tindakan identik dalam

setiap situasi yang dihadapi olehnya. Pemimpin macam ini memberikan banyak

kebebasan kepada pihak bawahannya. Seorang pemimpin otokratis yang

bijaksana. Tipe macam ini memang terdapat dalam kenyataan. Orang ini banyak

menaruh minat terhadap kesejahteraan bawahannya ia dapat bertindak cepat

dalam setiap keadaan.

G. Teori Sosial/Sifat (The Trait Theory)

Di antara sifat-sifat yang dianggap harus memiliki oleh seorang

pemimpin dapat disebut:

1. Intelegensi.

Orang umumnya beranggapan bahwa tingkat intelegensi seorang individu

memberikan petunjuk tentang kemungkinan-kemungkinan baginya untuk

berhasil sebagai seorang pemimpin.

14 

Universitas Kristen Petra

2. Inisiatif.

Kemampuan untuk bertindak sendiri dan mengatur tindakan-tindakan, dan

kemampuan untuk melihat arah tindakan yang tidak terlihat pihak lain.

3. Energi atau Rangsangan

Orang berpendapat bahwa salah satu di antara ciri pemimpin yang menonjol

adalah bahwa ia adalah lebih enerjik dalam usaha mencapai tujuan

dibandingkan dengan seorang bukan pemimpin.

4. Kedewasaan Emosional

Seorang pemimpin dapat diandalkan janji-janjinya mengenai apa yang akan

dilaksanakannya. Bersedia bekerja lama dan menyebarluaskan sikap

“enthusiasme” di antara para pengikutnya.

5. Persuasif

Tidak adanya kepemimpinan tanpa persetujuan pihak yang akan dipimpin.

Untuk memperoleh persetujuan tersebut, pemimpin biasanya harus

menggunakan persuasi.

6. Skill Komunikatif

Seorang pemimpin dapat pandai berbicara dan dapat menulis dengan jelas

serta tegas. Ia memiliki kemampuan untuk mengemukakan secara singkat

pendapat-pendapat orang lain dan mengambil intisari dari pernyataan pihak

lain.

7. Kepercayaan Pada Diri Sendiri

Seorang pemimpin adalah seorang yang cukup matang dan tidak banyak

memiliki sifat-sifat anti sosial. Mempunyai keyakinan bahwa ia dapat

menghadapi secara berhasil, kebanyakan situasi yang dihadapinya.

8. Perseptif

Berhubungan dengan kemampuan untuk mendalami ciri-ciri dan kelakuan

orang lain, terutama bawahannya. Hal ini juga mencakup kemampuan untuk

memproyeksi diri sendiri secara mental dan emosional ke dalam posisi orang

lain.

15 

Universitas Kristen Petra

9. Kreativitas

Untuk memikirkan cara-cara baru untuk merintis jalan baru sama sekali, guna

memecahkan sebuah problem merupakan sifat yang sangat didambakan pada

seorang pemimpin.

10. Partisipasi Sosial

Seorang pemimpin mengerti manusia dan mengetahui pula kekuatan serta

kelemahan mereka, menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok dan

memiliki kemampuan untuk berhadapan dengan orang-orang dari kalangan

manapun juga dan berkemampuan untuk melakukan konversasi tetang

macam-macam subjek.

H. Teori Situasi (The Situasional Theory)

Pendekatan ini menerangkan kepemimpinan menyatakan bahwa harus

terdapat cukup banyak fleksibilitas dalam kepmimpinan untuk menyesuaikan diri

dengan berbagai macam situasi. Kepemimpinan ini bersifat “multidimensi”. Pada

teori ini dianggap bahwa kepemimpinan terdiri dari tiga macam elemen, yaitu :

Pemimpin, Pengikut, dan Situasi.

2.2 Entrepreneur

2.2.1 Definisi Entrepreneur

Winardi (2003) mensarikan beberapa definisi “Entrepreneur” yang

dikemukakan oleh beberapa pakar manajemen sebagai berikut:

1. Cantillon, Entrepreneur diartikan sebagai seorang yang membayar harga

tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian dijualnya dengan harga yang

tidak pasti, sambil membuat keputusan-keputusan tentang upaya mencapai

dan memanfaatkan sumber–sumber daya, dan menerima risiko berusaha.

2. Smith menggambarkan bahwa Entrepreneur sebagai soerang individu yang

menciptakan sebuah organisasi untuk tujuan–tujuan komersial.

3. Say, seorang Entrepreneur sebagai seorang yang memiliki seni serta

ketrampilan untuk menciptakan perusahaan–perusahaan yang baru, dan yang

memiliki pemahaman tentang kebutuhan masyarakat.

16 

Universitas Kristen Petra

4. Drucker, seorang Entrepreneur harus mampu mengalihkan sumber–sumber

daya dari daerah–daerah yang menghasilkan hasil rendah atau hasil – hasil

yang sedang menyusut ke bidang–bidang yang memberikan hasil yang tinggi,

atau yang meningkat.

5. Schermerhorn Jr., Entrepreneur adalah seorang yang melaksanakan tindakan

untuk mengejar peluang dalam situasi–situasi, dimana pihak lain tidak

melihatnya atau bahkan peluang–peluang demikian dianggap sebagai masalah

atau ancaman. Seorang Entrepreneur juga merupakan seorang individu yang

menerima resiko , dan yang melaksanakan tindakan–tindakan untuk mengejar

peluang–peluang dalam situasi dimana pihak lain tidak dapat melihatnya atau

merasakannya, bahkan ada kemungkinan bahwa pihak lain tersebut

menganggap sebagai problem–problem atau bahkan ancaman–ancaman.

6. Zimmerer et al, Entrepreneur adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis

baru, dengan menghadapi resiko dan ketidakpastian, dan yang bertujuan

untuk mencapai laba serta pertumbuhan melalui pengidentifikasian peluang–

peluang melalui kombinasi sumber–sumber daya yang diperlukan untuk

mendapatkan manfaatnya.

7. Stoner et al, Entrepreneur adalah orang yang memulai sesuatu usaha bisnis

yang baru dibuka.

8. Stoner, Entrepreneur adalah seorang pengusaha yang menganggap bahwa

perubahan lingkungan merupakan sebuah peluang dan yang kemudian

memanfaatkan sumber–sumber daya produksi untuk memproduksi barang–

barang dan jasa baru.

Seorang Entrepreneur dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat

melalui penciptaan perusahaan–perusahaan baru dan yang pada saat yang

bersamaan dipengaruhi oleh tutuntan–tuntutan akan produk inovatif yang

dibutuhkan masyarakat melalui manajemen ketat sumber–sumber daya yang

tersedia yaitu mentransformasi sumber-sumber daya menjadi barang–barang dan

jasa–jasa yang bermanfaat. Para Entrepreneur juga mempengaruhi ekonomi,

maka dari itu Entrepreneur menjadi faktor produksi upaya–upaya ekonomi.

17 

Universitas Kristen Petra

2.2.2 Karateristik Entrepreneur

Terdapat sepuluh karateristik para Entrepreneur yang berhasil menurut

Pearce II, yaitu sebagai berikut: (Winardi, 2003)

1. Komitmen dan determinasi yang tiada batas

Tingkat komitmen para Entrepreneur biasanya dapat terganggu oleh

kesediaan mereka untuk merusak kondisi kemakmuran pribadi mereka,

oleh kesediaan mereka untuk menginvestasi waktu, mentolerir standar

kehidupan lebih rendah, dibandingkan dengan standar hidup yang

sebenarnya dapat dinikmati mereka, bahkan pengorbanan waktu

berkumpul dengan keluarga mereka.

2. Dorongan atau rasangan yang kuat untuk mencapai prestasi

Salah satu diantara motivator-motivator kuat, yang mendorong para

Entrepreneur adalah kebutuhan untuk meraih prestasi. Mereka secara

tipikal dirangsang oleh kebutuhan untuk melampaui hasil-hasil yang diraih

mereka pada masa lampau. Semakin banyak mereka mempunyai uang

digunakan untuk mengukur hingga dimana pencapaian prestasi mereka.

3. Orientasi ke arah peluang serta tujuan-tujuan

Para Entrepreneur yang berhasil, cenderung memusatkan perhatian

mereka kepada peluang-peluang, yang mewakili kebutuhan-kebutuhan

yang belum terpenuhi atau problem-problem yang menuntut adanya

pemecahan-pemecahan.

4. Lokus pengendalian internal

Para Entrepreneur yang berhasil, sangat yakin akan diri mereka sendiri,

dan mereka beranggapan bahwa merekalah yang menentukan nasib

perusahaan mereka, dan bukan kekuatan-kekuatan luar yang

mengendalikan dan menentukan hasil-hasil yang akan diraih mereka.

5. Toleransi terhadap ambiguitas

Para Entrepreneur yang baru memulai usaha baru mereka, menghadapi

kebutuhan untuk mengimbangkan pengeluaran–pengeluaran untuk gaji dan

upah karyawan dengan hasil yang diraih mereka. Pekerjaan–pekerjaan

secara konstan berubah, para pelanggan silih berganti, dan kemunduran

dan kejutan–kejutan merupakan hal yang tidak dapat dihindari.

18 

Universitas Kristen Petra

6. Ketrampilan dalam hal menerima resiko yang diperhitungkan

Para Entrepreneur senantiasa menghadapi resiko yang dihadapi. Mereka

berusaha sekuat tenaga untuk mengurangi resiko. Sehingga mereka sudah

siap pada akan yang terjadi.

7. Kurang dibutuhkan akan status dan kekuasaan

Kekuasaan dan status akan diraih oleh Entrepreneur yang berhasil, tetapi

sang Entrepreneur yang berhasil tetap memusatkan perhatiannya pada

peluang-peluang, pelanggan, pasar, persaingan dibandingkan dengan status

atau kekuasannya atas pihak lain.

8. Kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah

Para Entrepreneur yang berhasil mencari problem-problem yang dapat

mempengaruhi keberhasilan mereka, dan secara metedeologis merka

berusaha untuk memecahkannya. Mereka tidak terintimidasi oleh situasi-

situasi sulit. Mereka berani mengambil keputusan dan mereka dapat

menunjukkan kesabaran apabila perspektif jangka panjang dianggap

sebagai hal yang paling tepat.

9. Kemampuan tinggi untuk mendapatkan “umpan balik” (feed back)

Secara instinktif mereka mebina hubungan dengan orang-orang untuk

mendapatkan pelajaran dari mereka, menimbulkan dampak sekunder

diekspansinya jejaring mereka berupa kontak-kontak dan pengaruh yang

bermanfaat.

10. Kemampuan untuk menghadapi kegagalan secara efektif

Para Entrepreneur tidak takut akan kegagalan, mereka sangat

mendambakan keberhasilan, tetapi apabila harus menerima kegagalan

maka mereka akan menjadikannya sebagai pengalaman dan

memanfaatkannya sebagai suatu cara untuk belajar, bagaimana cara

memanaje pada masa mendatang.

2.2.3 Ciri-ciri Kelompok Entrepreneur

Di samping itu pula J. Winardi mengatakan bahwa terdapat tiga ciri yang

melekat pada kelompok Entrepreneur yaitu : (Winardi, 2003)

19 

Universitas Kristen Petra

1. Tingkat Komitmen Tinggi

Mendirikan dan mengusahakan sebuah perusahaan secara berhasil

memerlukan komitmen total dari seorang Entrepreneur. Hampir setiap

Entrepreneur harus mengatasi sejumlah kendala yang seakan–akan tidak

mungkin diatasi guna mendirikan sebuah usaha dan mempertahankannya.

Hal tersebut memerlukan adanya komitmen yang tinggi.

2. Toleransi terhadap Ambiguitas

Para Entrepreneur memiliki toleransi tinggi terhadap ambiguitas, situasi–

situasi yang terus menerus berubah, dan lingkungan dimana mereka harus

beroperasi terus-menerus. Kemampuan untuk menghadapi ketidakpastian

bersifat kritikal, karena para pendiri bisnis tersebut mengambil keputusan

secara konstan sambil menggunakan informasi yang terkadang

berbenturan satu sama lain, yang dicapai dari sejumlah sumber yang

kadang tidak dikenal.

3. Fleksibilitas (Keluwesan)

Salah satu ciri pokok Entrepreneur adalah kemampuan mereka untuk

beradaptasi dengan tuntutan-tuntutan yang terus menerus berubah dari

pihak konsumen maupun dari bisnisnya sendiri. Dalam dunia penuh

perubahan, kekakuan seringkali menyebabkan timbulnya kegagalan–

kegagalan.

2.2.4 Faktor Pembentuk Karakter Entrepreneur

Menurut Shane, dalam pembentukan karakter Entrepreneur dipengaruhi

oleh beberapa faktor baik secara internal maupun secara eksternal yaitu sebagai

berikut (Winardi, 2003):

1. Lingkungan Keluarga dan Masa Kecil

Lingkungan keluarga dan masa kecil sangat berpengaruh terhadap

pembentukan semangat berwirausaha, hal ini disebabkan oleh pengaruh

pekerjaan orang tua yang terus membayangi si anak untuk melanjutkan

usaha orang tuanya ataupun karena naluri bisnis yang sudah terbentuk

selama membantu pekerjaan orang tuanya.

20 

Universitas Kristen Petra

2. Pendidikan

Faktor pendidikan juga tak kalah memainkan peran penting dalam

penumbuhan semangat kewirausahaan. Pendidikan tidak hanya

mempengaruhi seseorang untuk melanjutkan usahanya namun juga

membantu dalam mengatasi masalah dalam menjalankan usahanya.

3. Nilai-nilai Personal

Faktor nilai-nilai personal akan mewarnai usaha yang dikembangkan

seorang wirausaha dimana nilai inilah yang akan membedakan seorang

Entrepreneur dengan Entrepreneur lainnya terutama dalam proses

pengaturan organisasi usahanya serta menjalin hubungan dengan

pelanggan, supplier, dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan

usahanya.

4. Pengalaman Kerja

Faktor pengalaman kerja dapat menjadi sebuah motivasi bagi seseorang

untuk menjadi seorang Entrepreneur, dimana hal ini berhubungan dengan

pengalaman ketidakpuasan seseorang saat menjadi bawahan atau pegawai

yang lebih sering disuruh-suruh. Dari pengalaman ketidakpuasan inilah

yang mendorong seseorang dalam mengembangkan suatu usaha baru

sebagai seorang Entrepreneur.

2.3 Entrepreneurial Leadership

Entrepreneurial Leadership adalah sebuah proses inovasi dan kreasi

spekulasi melalui empat dimensi utama-individu, organisasi, lingkungan dan

proses yang dibantu dengan jaringan kolaboratif pada pemerintah, pendidikan,

dan institusi. Semua posisi pemikiran Entrepreneurial makro dan mikro harus

mempertimbangkan ketika mengenali dan menangkap peluang yang dapat

dipasarkan dan bersaing untuk mengimplementasikan ekonomi saat ini (Kuratko

dan Hodgetts, 2007).

Tugas terpenting dari seorang Entrepreneurial leader bukanlah mencari

peluang baru dan mengidentifikasi competitive insight kritis, tetapi membangun

sebuah organisasi yang dapat melakukan semua hal tersebut tentu saja atas

kesepakatan bersama.

21 

Universitas Kristen Petra

Ada tiga kategori besar praktis yang membuat tiap manajer berbeda:

1. Climate-setting practices

(Praktis yang menetapkan iklim kerja),

2. Orchestrating practices

(Praktis yang merancang proses mencari dan merealisasikan peluang untuk

mengembangkan bisnis),

3. “Hands-on (turun tangan)”

Dan praktis “Hands-on (turun tangan)” dalam berurusan dengan penyelesaian

masalah di lingkungan kerja yang berspekulasi.

2.3.1 Karakteristik Entrepreneurial Leadership

Terdapat 8 (delapan) buah karakteristik Entrepreneurial leadership yang

dibutuhkan, yaitu :

A. Achievement

Prestasi kerja itu dapat dicapai dengan ketekunan, skill yang memadai,

pengalaman kerja sehingga mereka harus benar-benar mempersiapkan diri

dengan baik agar prestasi kerja dapat mereka raih (Arkebauer, 1995).

B. Persistence

Ketekunan sangat diperlukan untuk dapat terus konsisten dalam

mengerjakan suatu pekerjaan dari awal hingga akhir (John, 1996).

C. Problem Solving

Kemampuan untuk mengumpulkan dan meneliti fakta yang ada,

sehingga kita dapat menghindari, mengantisipasi masalah yang akan datang

dan memahami bagaimana menerapkan solusi yang efektif (Arkebauer, 1995).

D. Self Confidence

Kepercayaan diri sangat penting dalam mengambil suatu keputusan,

bila kita tidak percaya diri maka kita tidak akan dipercaya oleh orang lain

(Pierce dan Newstrom, 2006).

E. Expertise

Pemimpin harus memiliki kemampuan menghadapi tantangan,

menginspirasi, memungkinkan, model, keberanian agar pemimpin dapat

menghadapi setiap masalah yang muncul (Kouzes, 1987).

22 

Universitas Kristen Petra

F. Influence

Pengaruh menjadi efek tindakan seseorang berakibat pada sikap, nilai-

nilai, kepercayaan, atau tindakan dari yang lain (Daft, 2008).

G. Monitoring

Memonitor lingkungan untuk tetap memiliki informasi aktifitas para

pesaing, pembuatan undang-undang baru, perubahan di dalam pasar,

seluruhnya itu yang bertugas dalam memonitor dalah manajer (Senior, 2002).

H. Integrity

Integritas berarti karakter yang utuh dari seorang pemimpin. Itu semua

menjadi fondasi bagi kepercayaan antara para pemimpin dan pengikutnya

(Daft, 2008).

2.4 Entrepreneurial Attribute Pemimpin Perusahaan

Atribut-atribut dari Entrepreneurial leadership diantaranya adalah

innovativeness, risk taking, proactiveness, competitive aggresiveness, dan

autonomy. Berikut ini akan diuraikan secara detail mengenai atribut-atribut

tersebut :

2.4.1 Innovativeness

Entrepreneurship yang mempunyai sikap inovatif menurut Williamson

dalam Winardi (2003), dicirikan oleh pengumpulan informasi secara agresif serta

analisis tentang hasil-hasil yang dicapai dari kombinasi-kombinasi baru faktor-

faktor produksi. Entrepreneur yang inovatif bereksperimentasi secara agresif, dan

mereka terampil mempraktekkan transformasi-transformasi kemungkinan-

kemungkinan atraktif.

Inovasi menurut Holt dalam Winardi (2003), adalah merupakan sebuah

cara baru untuk memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada. Menyebabkan

terbentuknya produk-produk servis, atau proses-proses baru.

Menurut Zimmer dalam Winardi (2003), inovasi adalah kemampuan

untuk menerapkan solusi-solusi kreatif terhadap masalah-masalah dan peluang-

peluang tersebut, guna memajukan atau memperkaya kehidupan manusia. Para

Entrepreneur yang berhasil, muncul dengan ide-ide dan mereka mencapai cara-

23 

Universitas Kristen Petra

cara untuk menerapkannya dalam rangka memecahkan sesuatu masalah atau

memenuhi suatu kebutuhan. Sesungguhnya inovasi merupakan inti kemampuan

bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat bersaing dengan pesaing

mereka.Sekalipun mereka tidak dapat melawan saingan mereka yang lebih besar

dalam bidang pembiayaan, perusahaan-perusahaan kecil dapat saja menciptakan

keunggulan-keunggulan kompetitif efektif kuat, dibandingkan dengan perusahaan

besar, melalui tindakan mengalahkan pesaing-pesaing mereka dalam bidang

penciptaan dan berinovasi.

Inovasi adalah proses menemukan sesuatu atau mengimplementasikan

sesuatu yang baru ke dalam situasi yang baru. Untuk menghasilkan perilaku

inovatif, seseorang harus melihat inovasi secara mendasar, sebagai proses yang

dapat dikelola.

2.4.1.1 Perilaku Inovatif

Menurut Adair (1996) terdapat 3 (tiga) hal perilaku yang inovatif, yaitu:

1. Generating ideas

Individu atau kelompok yang menghasilkan gagasan untuk

mengembangkan produk, proses, pelayanan yang ada sebelumnya atau

menciptakan sesuatu yang baru.

2. Harvesting ideas

Individu atau kelompok yang mengumpulkan, menyaring, dan

mengevaluasi gagasan.

3. Developing and implementing these ideas

Suatu individu atau kelompok dalam mengembangkan dan meningkatkan

gagasan sampai pada diberikannya tanggapan yang berasal dari orang lain.

2.4.1.2 Karakter Perilaku Inovatif

Menurut George dan Zhou (2001) karakter individu yang memiliki

perilaku inovatif, seperti berikut:

1. Mencari tahu teknologi baru, proses, teknik ide-ide baru.

2. Menghasilkan ide-ide yang kreatif.

3. Memajukan dan memperjuangkan ide-ide ke orang lain.

24 

Universitas Kristen Petra

4. Meneliti dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk

mewujudkan ide- ide baru.

5. Mengembangkan rencana dan jadwal yang matang untuk mewujudkan ide

baru tersebut.

6. Kreatif

Untuk manajer dan wirausahawan mempunyai tahap-tahap untuk

berperilaku inovatif

2.4.1.3 Klasifikasi Inovasi

Menurut Scott dan Bruce (1994), inovasi dapat diklasifikasikan

berdasarkan kecepatan perubahan inovasi yang terdiri atas :

a. Inovasi Radikal

Inovasi ini dilakukan dalam skala besar, dilakukan oleh para ahli di

bidangnya,dan biasanya dikelola oleh Departemen Penelitian dan

Pengembangan. Inovasi ini seringkali dilakukan dalam bidang Manufaktur

dan Lembaga Jasa Keuangan.

b. Inovasi Inkremental

Proses menyesuaikan dan mengimplementasikan perbaikan yang berskala

kecil dan diselesaikanoleh pihak yang terkait.

2.4.2 Risk Taking

2.4.2.1 Pengertian Resiko

Menurut Hasan (2004), resiko merupakan sesuatu, yang akan diterima

atau ditanggung oleh seseorang sebagai konsekuensi atau akibat dari suatu

tindakan.

Resiko adalah ketidakpastian yang kondisi dimana ada kemungkinan arus

deviasi dari hasil yang diinginkan, yang diharapkan atau dinantikan. Dalam

kaitannya dengan suatu bisnis, resiko adalah kemungkinan kerugian yang

dihubungkan dengan asset dan potensial pendapatan dari perusahaan

(Longenecker, Moore, dan Petty, 2000).

Resiko bisnis menurut Wasis adalah kemungkinan adanya kerugian

dalam menjalankan suatu bisnis tertentu. Dalam penelitian ini resiko bisnis akan

25 

Universitas Kristen Petra

diteliti dari 2 sisi yaitu dari sisi perusahaan yang disebut risiko perusahaan dan

dari sisi industri yang disebut resiko bisnis (Winardi, 2003).

2.4.2.2 Klasifikasi Resiko

Resiko bisnis dapat diklasifikasikan, dalam dua kategori besar, yaitu:

(Longenecker, Moore, dan Petty, 2000)

1. Resiko pasar adalah ketidakpastian yang dihubungkan dengan keputusan

investasi. Seorang wirausaha yang menginvestasikan bisnis baru berharap

mendapat keuntungan, tapi sadar hasil akhirnya menjadi kerugian. Hanya

setelah mengidentifikasi kesempatan investasi, strategi pengembangan,

dan mengakui sumber-sumber barulah para Entrepreneur menemukan

hasil akhirnya untung atau rugi.

2. Resiko murni adalah situasi dimana hanya terjadi kerugian atau tidak ada

kerugian yang dapat terjadi.

2.3.2.3 Jenis-jenis Resiko

a. Resiko Dinamis, yaitu resiko yang berhubungan dengan dinamika atau

perubahan keadaan ekonomi, seperti tingkat harga, selera dan teknologi.

Resiko dinamis dapat berupa sebagai berikut :

• Resiko Manajemen yang terdiri atas :

- Resiko Pasar

- Resiko Keuangan

- Resiko Produksi

• Resiko Politik, yaitu resiko yang berhubungan dengan terjadinya

perubahan politik yang diambil oleh Pemerintah.

• Resiko Inovasi, yaitu resiko yang berhubungan dengan terjadinya

perubahan-perubahan produk, baik berupa bentuk, isi, cara-cara,

metode baru dalam pembuatannya.

b. Resiko Statis, yaitu resiko yang berhubungan dengan keadaan ekonomi

yang statis.

Resiko statis dapat berupa sebagai berikut :

• Resiko Fundamental, yaitu resiko yang menyangkut rakyat banyak

26 

Universitas Kristen Petra

• Resiko Khusus, yaitu resiko yang menyangkut orang perorangan

• Resiko Murni, yaitu resiko yang sifatnya alami (murni)

• Resiko Spekulatif, yaitu resiko yang sifatnya untung-untungan

• Resiko Perorangan, yaitu resiko yang dapat menimpa orang

• Resiko Kebendaan, yaitu resiko yang menyangkut harta benda.

2.4.2.4 Sumber-sumber Resiko

a. Masyarakat (Resiko Sosial), berupa tindakan orang-orang yang

menciptakan kejadian yang menyebabkan terjadinya penyimpangan yang

merugikan dari harapan kita.

b. Fisik (Resiko Fisik), berupa fenomena alam dan kesalahan yang dilakukan

oleh manusia.

c. Ekonomi (Resiko Ekonomi), berupa keadaan ekonomi yang mungkin

mengalami perubahan atau tidak.

2.4.2.5 Kondisi Beresiko

Kondisi Beresiko adalah suatu keadaan yang harus memenuhi beberapa

syarat diantaranya adalah :

a. Ada alternatif tindakan yang dapat dilakukan

b. Ada kemungkinan kejadian yang tidak pasti dengan masing- masing nilai

probabilitas

c. Memiliki nilai “pay off” sebagai hasil kombinasi suatu tindakan dan

kejadian tidak pasti tertentu.

Pay off merupakan nilai yang menunjukkan hasil yang diperoleh dari

kombinasi suatu alternatif tindakan dengan kejadian tidak pasti tertentu, pay off

dapat berupa nilai pembayaran, laba, kenaikan pangsa pasar, kekalahan,

penjualan, kemenangan, dan sebagainya.

2.4.3 Proactiveness

Menurut Covey (1994), proaktif adalah suatu upaya untuk memfokuskan

diri di dalam lingkungan pengaruh. Lingkungan pengaruh mengajarkan seeorang

untuk mengerjakan hal-hal yang terhadapnya mereka dapat berbuat sesuatu. Sifat

27 

Universitas Kristen Petra

dari kekuatan mereka adalah positif, meluaskan, dan memperbesar, yang

menyebabkan Lingkungan pengaruh meningkat. Sikap proaktif berarti adalah

mengembangkan kebiasaan yang pertama dan paling mendasar dari manusia yang

sangat efektif dalam lingkungan apapun.

2.4.4 Competitive Aggresiveness

Competitive Aggresiveness diartikan bagaimana mereaksikan

kecenderungan kompetitif dan permintaan yang telah ada pada pasar (Lumpkin

dan Dess, 1996).

2.4.5 Autonomy

Autonomy merupakan sikap mandiri sebagai bagian dari karakteristik

seorang Entrepreneur. Refleksi dari autonomy ini adalah sikap yang tidak ingin

mengandalkan orang lain dalam setiap usahanya karena adanya keyakinan bahwa

ia mampu untuk melakukan pekerjaan tersebut dan mampu mengarahkan dirinya

sendiri (Winardi, 2003).

2.5 Orientasi Individu

Menurut Schermerhorn Jr. (1999) dalam Winardi (2003) ada sejumlah

karakteristik Entrepreneur, antara lain yaitu :

a. Lokus pengendalian internal

Para Entrepreneur beranggapan bahwa mereka berkemampuan untuk

mengendalikan nasib mereka sendiri, mereka mampu mengarahkan diri

mereka, dan mereka menyukai otonomi.

b. Tingkat energi tinggi

Para Entrepreneur merupakan manusia yang persisten, yang bersedia

bekerja keras, dan mereka bersedia untuk berupaya ekstra untuk meraih

keberhasilan.

c. Kebutuhan tinggi akan prestasi

Para Entrepreneur termovitasi untuk bertindak secara individual untuk

melaksanakan pencapaian tujuan-tujuan yang menentang.

28 

Universitas Kristen Petra

d. Toleransi terhadap ambiguitas

Para Entrepreneur merupakan manusia yang bersedia menerima risiko,

mereka mentoleransi situasi-situasi yang menunjukkan tingkat

ketidakpastian tinggi.

e. Kepercayaan diri

Para Entrepreneur merasa diri kompeten, dan mereka yakin akan diri

mereka sendiri, dan mereka bersedia mengambil keputusan-keputusan.

f. Berorientasi pada action

Para Entrepreneur berupaya agar mereka bertindak mendahului

munculnya masalah-masalah, mereka ingin menyelesaikan tugas-tugas

mereka secepat mungkin dan mereka tidak bersedia menghamburkan

waktu yang berharga.

2.6 Perkembangan Perusahaan

Penilaian terhadap sebuah perusahaan yang sedang berkembang dapat

dilihat dari kinerja perusahaan tersebut. Menurut Umar (2005) dalam penilaian

tersebut memiliki beberapa aspek yang penting yaitu :

1. Aspek Finance atau keuangan perusahaan

Perlunya mengevaluasi bisnis dari aspek keuangan adalah untuk

mengetahui apakah realisasi investasi telah sesuai dengan yang

diharapkan. Analisisnya dapat ditinjau dari laba dengan membandingkan

antara pengeluaran dan pendapatan, ketersediaan biaya modal kerja dan

aset tetap, jumlah omzet yang didapat tiap tahap, periode kembali modal

dalam beberapa bulan, serta kemampuan untuk membayar jumlah

pinjaman.

2. Aspek Marketing atau pemasaran

Evaluasi untuk aspek pemasaran akan diarahkan untuk mendapatkan

informasi mengenai fakta tertentu dibandingkan dengan target atau

rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya strategi bersaing

untuk mendapatkan banyak pelanggan atau pembeli per hari, nilai

penjualan dan market share yang dikuasai perusahaan, serta jumlah

pemasok yang didapat oleh perusahaan. Sedangkan dalam aspek pasar

29 

Universitas Kristen Petra

perlu mengetahui tentang consumer behavior untuk mengetahui

keinginan pasar potensial terhadap produk serta sikap, perilaku dan

kepuasan konsumen terhadap produk.

3. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)

Beberapa hal penting dalam Sumber Daya Manusia yang perlu di

evaluasi antara lain mengenai kepemimpinan level manager, juga

kepemimpinan level supervisor, juga diperlukan jumlah tenaga kerja

yang membantu mengelola,  Program pelatihan ditujukan untuk

memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan

kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan

bertujuan untuk menyiapkan pegawainya siap memangku jabatan tertentu

di masa yang akan dating. Pengembangan bersifat lebih luas karena

menyangkut banyak aspek, seperti peningkatan dalam keilmuan,

pengetahuan, kemampuan, sikap dan kepribadian. Program pelatihan dan

pengembangan bertujuan antara lain untuk menutupi gap antara

kecakapan karyawan dan permintaan jabatan, selain untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran kerja. 

30 

Universitas Kristen Petra

2.7 Kerangka pemikiran

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Entrepreneurial Leadership Usaha Kecil

Makanan dan Minuman di Jawa Timur dan Hubungannya dengan Perkembangan

Perusahaan (Winardi, 2003), (Umar, 2005), (Winardi, 2000)

Entrepreneurial Leadership Usaha Kecil

Makanan dan Minuman di Jawa Timur

Sikap dan Penilaian Pemilik Usaha

Kecil berdasarkan Attribute

Entrepreneur Leadership

Perkembangan Perusahaan

Makanan dan Minuman dari

Aspek Perusahaan

 

Innovativeness

Risk Taking

Proactiveness

Competitive Agresiveness

Autonomy

 

Aspek Finance

Aspek Marketing

Aspek SDM