Pengertian EKSTRAPOLASI
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Pengertian EKSTRAPOLASI
Pengertian EKSTRAPOLASI
Perluasan data di luar data yang tersedia, tetapi tetap mengikuti pola kecenderungan data yang tersedia.
memperkirakan nilai fungsi di luar titik data yang tersedia , tetapi tidak mengubah jumlah variabel.
metode untuk menentukan atau memperkirakan suatu nilai yang berada di luar interval atau dua titik yang segaris
berikut adalah gambar contoh grafiknya
Ekstrapolasi adalah metode yang dipergunakan dalam memprediksi nilai dari suatu data atau fungsi yang berada di luar interval (data awal yang telah diperoleh). Untuk dapat memprediksi persamaan yang berada diluar interval maka sebelumnya perlu mengetahui atau terlebih dulu hafal konsep dari suatupersamaan ketika hanya diberikan sebuah grafik untuk di analisis dan didapatkan suatu prediksi (pendekatanyang tepat).
INFLASI dan DEFLASI
A. Pengertian Inflasi
Banyak pengertian inflasi yang dapat kita jumpai pada
beberapa sumber. Diantaranya:
v Inflasi adalah kenaikan harga secara umum
Inflasi dikatakan sebagai suatu proses kenaikan harga,
yaitu adanya kecenderungan bahwa harga barang meningkat
secara terus-menerus.
v Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang
secara kontinu.
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan
tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga
yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi
v Inflasi adalah suatu proses atau peristiwa kenaikan
tingkat harga barang-barang secara umum.
Dikatakan tingkat harga secara umum karena barang dan
jasa itu banyak sekali jumlah dan jenisnya. Ada
kemungkinan harga sejumlah barang turun banyak barang
lainnya yang justru naik harganya. Kenaikan satu dua
barang saja bukan merupakan inflasi, kecuali bila
kenaikan harga barang tersebut meluas pada sebagian
besar harga barang-barang lainya.
Definisi Inflasi menurut para ahli :
Ekonom Parkin dan Bade
Inflasi adalah pergerakan ke arah atas dari tingkatan harga.
Secara mendasar ini berhubungan dengan harga, hal ini bisa
juga disebut dengan berapa banyaknya uang (rupiah) untuk
memperoleh barang tersebut.
Menurut Nopirin (1987:25)
Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus
menerus selama peride tertentu.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603)
Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi
tingkat inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum
yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Rate of inflation (year t) = Price level (year t)- price
level (year t-l) rice level (year t-l)
Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan
telah terjadi inflasi, Prathama dan Mandala (2001:203)
1) Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih
tinggi darpada harga periode sebelumnya.
2) Bersifat umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan
inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga
secara umum naik.
3) Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan
memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu
perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu
minimal bulanan.
B. Macam-Macam Inflasi
1. Berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya
Ada beberapa inflasi berdasarkan tingkat kualitas parah atau
tidaknya yaitu:
a) Inflasi ringan
Inflasi ringan atau inflasi merangkak (creeping
inflation)adalah inflasi yang lajunya kurang dari 10%
per tahun,inflasi seperti ini wajar terjadi pada negara
berkembang yang selalu berada dalam proses pembangunan.
b) Inflasi sedang
Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara
10% sampai 30% per tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai
membahayakan kegiatan ekonomi.Perlu diingat laju
inflasi ini secara nyata dapat dilihat garak kenaikan
harga.Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat
yang berpenghasilan tetap seperti buruh ,mulai turun
dan kenaikan upah selalu lebih kecil bila dibandingkan
dengan kenaikan harga.
c) Inflasi berat
Inflasi berat adalah inflasi yang lajunya antara 30%
sampai 100%.Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan.Hal
ini diperburuk lagi oleh pelaku-palaku ekonomi yang
memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi.
d) Inflasi liar (hyperinflation)
Inflasi liar adalah inflasi yang lajunya sudah melebihi
dari 100% per tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap
saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga
orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan
nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak
terkendali (Hyperinflastion).
2. Inflasi Berdasarkan Penyebabnya
a) Inflasi karena tarikan permintaan atau inflasi
permintaan (demand full inflation)
Inflasi ini merupakan inflasi yang disebabkan oleh
besarnya permintaan masyarakat akan barang-barang.
Permintaan total yang berlebihan biasanya dipicu oleh
membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi
permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada
tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau
likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap
barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan
terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya
permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian
menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi,
inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam
permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan
dalam situasi full employment dimanana biasanya lebih
disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar
yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga
disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama
tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur
peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank
sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di
sektor industri keuangan.
b) Inflasi karena kenaikan biaya-biaya produksi (cost
push inflation)
Inflasi ini terjadi karena adanya perubahan tingkat
penawaran. Kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk
adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara
umum tidak ada perubahan yang meningkat secara
signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi
ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-
rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga
sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran,
atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian
yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau
skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi
sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya
masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan,
dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku
untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi
(penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi
yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang
sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal
ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat
penting.
Jenis inflasi ini dibedakan menjadi dua :
Inflasi yang disebabkan karena kenaikan harga (price
push inflation) karena kenaikan harga bahan-bahan baku
dan kenaikan upah/gaji, misalnya OPEC menaikan harga
minyak;
Inflasi yang disebabkan karena kenaikan upah (wages
cosh inflation) misalnya karena kenaikan gaji pegawai
negeri yang diikuti usaha-usaha swasta pula, maka
harga-harga barang barang lain juga ikut naik.Biasanya
inflasi karena kenaikan upah atau gaji sangat ditakuti
karena akan bias menimbulkan inflasi secara
berkelanjutan.Karena upah naik, harga-harga akan naik.
Karena harga barang naik, maka upah harus dinaikkan dan
ini kemungkinan akan terus berkelanjutan.
3. Inflasi Berdasarkan Asalnya
Inflasi dari segi asalnya dapat dibedakan sebagai berikut :
a) Inflasi yang berasal dalam negeri seperti defisit
anggaran belanja Negara yang terus menerus.
Dalam keadaan seperti ini biasanya pemerintah
mengintruksikan Bank Indonesia mencetak uang baru dalam
jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan pemerintah.Selain
itu inflasi dari dalam negeri juga dapat disebabkan
oleh adanya gagal panen dan sebagainya.
b) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported
inflation).
Inflasi ini timbul karena adanya karena adanya inflasi
dari luar negeri yang mengakibatkan naiknya harga
barang-barang impor. Inflasi seperti ini biasanya
banyak dialami oleh negara-negara yang sedang
berkembang yang notabene sebagian besar usaha
produksinya mempergunakan bahan dan alat dari luar
negeri yang timbul karena dari adanya perdagangan
internasional.
4. Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan
sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu
1) Merayap {Creeping Inflation)
Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun),
kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang
kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.
2) Inflasi menengah {Galloping Inflation)
Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan
kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek
serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-
harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan
lalu dan seterusnya.
3) Inflasi Tinggi {Hyper Inflation)
Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan
kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang
merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul
apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
C. Penyebab Inflasi
Inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang
beredar.Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab
terjadinya inflasi.
1). Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas
tentang inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini
mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi
Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal
sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori
ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan
harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga
terhadap timbulnya inflasi. Inti dari teori ini adalah
sebagai berikut :
1. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume
uang beredar, baik uang kartal maupun giral.
2. Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan
jumlah uang beredar dan oleh harapan (ekspektasi)
masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.
Teori ini hampir sama dengan teori kuantitas keduanya
berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh
jumlah uang yang beredar. Hal ini terlihat karena hubungan
antara jumlah uang dan nilai uang,bila jumlah uang bertambah
maka harga-harga akan naik.Ini berarti nilai uang menurun
karena daya belinya menjadi rendah. Menurut teori kuantitas
harga-harga adalah proporsi langsung dari jumlah uang yang
beredar atau sering di tulis sebagai berikut.
P = k . M
Keterangan :
P : tingkat harga
k : proporsi tertentu
M : jumlah uang
Tokoh yang sependapat dengan teori kuantitas adalah Irving
Fisher yaitu yang dikenal Teori Jumlah Peredaran Uang
(Quantity Theory of Money).Beliau mengemukakan rumus untuk
membuktikan bahwa jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli
akan sama dengan jumlah uang diterima oleh penjual yaitu :
MV = PT
Keterangan :
M : Jumlah uang yang beredar
V : Kecepatan perputaran uang
P : Tingkat harga
T : Banyaknya transaksi
2). Teori Keynes
Teori Keynes memiliki pandangan bahwa yang paling
menentukan kestabilan kehidupan ekonomi nasional adalah
permintaan masyarakat (effective demand), hal ini terkait
dengan produksi dan kapasitas produksi yang
tersedia.Rendahnya kapasitas barang yang diproduksi
berakibat harga barang menjadi naik,akibatnya timbul
lagi inflasi.
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi
terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas
kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan
efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan
agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia
(penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary
gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran
agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas
produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan
permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan
kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai
untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek.
Dengan keadaan daya beli antara golongan yang ada di
masyarakat tidak sama (heretogen), maka selanjutnya akan
terjadi realokasi barang-barang yang tersedia dari golongan
masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah
kepada golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang
lebih besar. Kejadian ini akan terus terjadi di masyarakat.
Sehingga, laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah
satu golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana
(tidak lagi memiliki daya beli) untuk membiayai pembelian
barang pada tingkat harga yang berlaku, sehingg permintaan
efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi
supply barang (inflationary gap menghilang)
3). Teori Strukturalis
Teori ini menitik beratkan pada Negara-negara yang
sedang berkembang. Menurut teori ini yang mempengaruhi
perekonomian ada dua hal penting yang dapat menimbulkan
inflasi yaitu :
a) Ketidakelastisan Penerimaan Ekspor.
Nilai ekspor tumbuh secara lamban di banding pertumbuhan
sector-sektor lain. Adapun penyebabnya yaitu :
Dipasar dunia,harga barang-barang ekspor dari negara
tersebut semakin memburuk.
Produksi barang-barang ekspor tidak responsif terhadap
kenaikan harga.
b) Ketidakelastisan penawaran atau produksi Bahan
Makanan di dalam Negeri.
Produksi bahan makanan dalam negeri tidak tumbuh
secepat pertambahan penduduk dan pendapatan per
kapita.Hal ini menyebabkan harga bahan makanan di dalam
negeri cenderung untuk naiksehingga melebihi kenaikan
harga barang-barang lain.Dampak yang ditimbulkan yaitu
timbulnya tuntutan karyawan untuk mendapatkan kenaikan
upah dan gaji.Naiknya upah dan gaji menyebabkan
kenaikan ongkos produksi yang memacu kenaikan harga
barang pula.
Inflasi dapat disebabkan oleh kombinasi dari empat faktor:
1. Persediaan Uang yang bertambah The supply of money goes
up.
2. Supply dari barang yang berkurang
3. Permintaan terhadap uang tersebut menurun
4. Permintaan untuk barang – barang lain naik. (Donny S.
Makalew)
D. Pengaruh Inflasi
Inflasi dapat menyebabkan prekonomian tidak berkembang
secara normal. Dalam kaitanya dengan pertumbuhan ekonomi,
inflasi dapat membawa pengaruh sebagai berikut :
a) Inflasi mendorong penanaman modal spekulatif
Pada saat inflasi, para pemilik modal cenderung
melakukan investasi spekulatif,misalnya dengan cara
membeli tanah,rumah,atau menyimpan barang-barang
berharga yang lebih menguntungkan bila dibandingkan
melakukan investasi produktif yang belum tentu akan
memberikan kontribusi positif untuk selanjutnya.
b) Inflasi menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi
di masa depan.
Inflasi akan semakin berkembang bila tidak di
kendalikan. Gagal mengendalikan inflasi akan
menimbulkan ketidakpastian ekonomi serta sulit di
ramalkan sehingga akan dapat mengurangi kegairahan
pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.
c) Inflasi menimbulkan masalah neraca pembayaran
Inflasi menyebabkan harga barang-barang impor lebih
murah bila dibandingkan dengan harga barang produksi
dalam negeri.Maka impor berkembang lebih cepat,tetapi
ekspor akan bertambah lambat.Dengan demikian arus modal
ke luar negeri akan lebih banyak dari pada yang masuk
ke dalam negeri.Keadaan seperti ini akan mengakibatkan
terjadinya defisit neraca pembayaran dan kemerosotan
nilai mata uang dalam negeri.
E. Akibat Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif-
tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu
ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti
dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya,
dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi
inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian
menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi
tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi
dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para
penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau
karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan
menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka
menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Secara singkat dapat di pilah akibat buruk dari inflasi
tersebut.
1. Kesenjangan Distribusi Pendapatan
Dalam keaadaan inflasi nilai harta tetap seperti tanah,
rumah, bangunan, pertokoan dan sebagainya akan
mengalami kenaikan harga. Kenaikan harga tersebut
seringkali lebih cepat dari kenaikan inflasi itu
sendiri. Sebaliknya pendapatan riil penduduk
berpengahasilan rendah merosot. Dengan demikian maka
inflasi memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan
antara anggota-anggota masyarakat.
2. Pendapatan Riil Merosot
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi
sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan
pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang
pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian,
daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah.
Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.Dari hal tersebut biasanya
dalam masa inflasi kenaikan harga cenderung selalu
mendahului kenaikan pendapatan.Dengan demikian inflasi
cenderung menimbulkan kemerosotan pendapatan riil
sebagian besar tenaga kerja.Ini berarti kemakmuran
masyarakat merosot.
3. Nilai Riil Tabungan Merosot
Bagi masyarakat yang menyimpan sebagian kekayaannya
dalam benatuk deposito dan tabungan di Bank, dalam masa
inflasi nilai riil tabungan tersebut akan merosot,
tidak hanya itu masyarakat yang memegang uang tunai pun
akan dirugikan karena penurunan nilai riilnya. Memang,
tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi
di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila
orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan
sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan
masyarakat.
4. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur),
inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran
utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah
dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur
atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami
kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah
jika dibandingkan pada saat peminjaman.
5. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila
pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan
biaya produksi.
Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk
melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada
pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan
naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan
produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan
produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya
untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup
mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin
akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya
investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga,
mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif,
kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi,
defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan
dan kesejahteraan masyarakat.
F. Cara Mengatasi Inflasi
Inflasi merupakan penyabab keresahan masyarakat dan
mengakibatkan kekhawatiran pemerintah. Oleh sebab itu
pemerintah berusaha menekan inflasi serendah-rendahnya
karena inflasi tidak dapat dihapuskan sama sekali.
Inflasi ada yang disahkan (validated),yaitu inflasi yang
dibiarkan secara terus menerus karena pemerintah mengizinkan
penambahan suplai uang misalnya karena defisit anggaran
dengan mencetak uang baru.Jika inflasi yang yang terjadi
tidak disertai dengan kenaikan suplai uang ,maka inflasi itu
disebut inflasi yang tidak disahkan.
Inflasi dapat menguntungkan orang lain,sehingga menimbulkan
ketegangan social.Oleh sebab itu,tiap-tiap Negara berusaha
menghindari inflasi dengan melakukan kebijakan-
kebijakan.Untuk mengatasi inflasi Bank sentral memainkan
peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral
suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat
inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral
bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian
bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di
luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan
karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang
kurang independen — salah satunya disebabkan intervensi
pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter
untuk mendorong perekonomian — akan mendorong tingkat
inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar
dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam
mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga
berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang
domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang
dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi)
maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting
banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia,
termasuk oleh Bank Indonesia.
Secara umum terdapat dua kebijakan yang dilakukan untuk
menekan laju inflasi diantaranya kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan atau kebijakan yang
diambil oleh penguasa moneter biasanya bank
sentraluntuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar
sehingga akan terjadi perubahan jumlah uang yang
beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan
ekonomi masyarakat. Ada beberapa macam kebijakan
moneter yaitu :
a) Politik Diskonto
Politik diskonto (discount policy) adalah politik bank
sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan
menaikan dan menurunkan tingkat bunga.Dengan menaikan
tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di
masyarakat akan berkurang, karena orang akan lebih
banyak menyimpan uangnya di Bank dari pada menjalankan
investasi.Sebaliknya,Bank sentral akan menurunkan suku
bunga jika timbul deflasi (yang akan dibahas lebih
dalam pada halaman berikutnya).Dengan diturunkannya
suku bunga diharapkan masyarakat akan menarik uangnya
dari bank karena bunga tidak memadai.
b) Kebijakan Pasar Terbuka
Untuk memperkuat politik diskonto,kebijakan lain juga
di jalankan yaitu dengan politik pasar terbuka (open
market policy) yaitu dengan jalam membeli atau menjual
surat-surat berharga.Dengan membeli surat-surat
berharga di harapkan uang yang beredar di masyarakat
bertambah,selanjutnya bila apabila dengan menjual
surat-surat berharga diharapkan uang beredar di
masyarakat dapat tersedot dari masyarakat.
c) Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy)
Bank sentral pada umumnya menentukan cash ratio yaitu
angka perbandingan minimum antara uang tunai yang
dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral
(cek.giro dan sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank
yang bersangkutan.
d) Perubahan Cadangan Minimum
Perubahan cadangan minimum yang dimiliki oleh bank-bank
umum dapat mempengaruhi jumlah uang yang
beredar.Apabila ketentuan cadangan minimum
diturunkan ,jumlah uang yang beredar cenderung naik dan
sebaliknya jika cadangan minimum dinaikan jumlah uang
yang beredar cenderung turun.
2. Kebijakan Fiskal
a) Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
Pengaturan pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam
hal ini diharapkan penggunaan anggaran negara agar
sesuai dengan perencaan.Kalau pembelajaan Negara
melampui batas yang telah ditentukan akan mendorong
terjadinya pertambahan uang yang beredar begitu juga
sebaliknya.
b) Menaikan Tarif Pajak
Saat terjadi inflasi uang beredar lebih banyak.Jumlah
uang beredar tersebut dapat dikurangi dengan jalan
menaikan tariff pajak.Jika tariff pajak dinaikkan uang
yang dibelanjakan oleh masyarakat berkurang.Namun harus
diperhatikan agar tidak terjadi ketimpangan atau
ketidakadilan perlu diperhatikan golongan masyarakat
mana yang dinaikkan pajaknya.
c) Mengadakan Pimjaman Pemerintah
Pemerintah dapat mngadakan pinjaman pemerintah bauik
dengan jalan paksaan ataupun tidak,untuk mengurangi
uang yang beredar di masyarakat.Cara yang paling ampuh
dilakukan untuk menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan
jalan membekukan simpanan yang dimiliki oleh masyarakat
yang ada di bank.Dapat juga ditempuh dengan jalan
memotong gaji pegawai negeri untuk di tabung.
3. Kebijakan Non-Moneter
a) Menaikan Hasil Produksi
Kenaikan hasil produksi dapat memperkecil laju
inflasi.Kenaikan hasil produksi dapat dilakukan dengan
cara kebijakan penurunan bea masuk.Hal ini akan
berakibat impor barang meningkat.Pertambahan jumlah
barang di dalam negericenderung menurunkan harga.
b) Kebijakan Upah
Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan
gaji dengan cara gaji tidak sering dinaikan.Kenaikan
gaji dan upah akan menimbulkan kenaikan daya beli.Hal
ini pada akhirnya menaikan permintaan terhadap barang-
barang secara keseluruhan.Apabila hal ini terjadi,maka
akan menimbulkan inflasi.
c) Pengaman harga dan distribusi barang
Pemerintah harus dapat mengendalikan kenaikan harga
berbagai macam barang. Oleh karena itu,pemerintah
menetapkan harga maksimum (harga eceran tertinggi),
melakukan pengamanan harga, menetapka sanksi yang cukup
berat.Apabila penetapan harga tidak disertai dengan
pengamanan yang baik,maka tidak akan memberikan hasil
yang diharapkan. Namun, kadang-kadang pengamanan harga
oleh pemerintah sering menimbulkan pasar yang tidak
diinginkan.(pasar gelap).
G. Menghitung Laju Inflasi
1. GNP Deflator
GNP Deflator adalah rasio GNP (Gross National Product)
nominal pada tahun tertentu terhadap GNP riil pada
tahun tersebut. Hal ini merupakan ukuran inflasi dari
periode dimana harga dasar untuk perhitungan GNP riil
digunakan sampai GNP sekarang.Perhitungan cara ini
melibatkan semua barang yang di produksi.
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
2. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI)
Indeks Harga Konsumen berfungsi mengukur biaya
pembelian kelompok barang dan jasa yang di anggap
mewakili belanja konsumen. Biasanya, kelompok barang
yang digunakan masyarakat dapat berubah. Hal ini
disesuaikan dengan pola konsumsi yang ada.
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke
dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of
individual consumption by purpose – COICOP), yaitu :
1) Kelompok Bahan Makanan
2) Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
3) Kelompok Perumahan
4) Kelompok Sandang
5) Kelompok Kesehatan
6) Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
7) Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
Perbedaan IHK dan GNP Deflator sebagai berikut :
a) GNP Deflator mengukur harga barang lebih besar
daripada IHK.
b) IHK mengukur biaya pembelian yang relative sama dari
tahun ke tahun.Hal ini tergantung jenis dan jumlah barang
yang di produksi.
c) IHK secara langsung mencakup barang impor,sedangkan
GNP Deflator hanya mencakup barang yang di produksi dalam
negeri.
3. Indeks Harga Produsen (IHP)
Indeks Harga Produsen (IHP) ini mengukur harga barang
yang dibeli oleh produsen,yang meliputi bahan mentah
dan barang setengah jadi.IHP juga digunakan untuk
mengukur indeks harga pada awal distribusi.Kenaikan IHP
dapat dijadikan tanda kenaikan IHK.
4. Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
5. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga
dari komoditas-komoditas tertentu.
6. Indeks harga barang-barang modal
DEFLASI
A. Pengertian Deflasi
Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode dimana
harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah.
Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi
terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di
masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya
jumlah uang yang beredar. Ada pula deflasi
didefinisikan sebagai meningkatnya permintaan terhadap
uang berdasarkan jumlah uang yang berada di masyarakat.
B. Penyebab Deflasi
Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab deflasi :
1. Menurunnya Persediaan Uang di Masyarakat.
Menurunnya jumlah persediaan uang di masyarakat ini
cenderung disebabkan karena sebagian besar masyarakat
menyimpan uangnya di bank.Masyarakat menyimpan uangnya
di bank kemungkinan disebabkan oleh tingkat suku bunga
yang tinggi karena dapat memberikan keuntungan yang
cukup tinggi.Sehingga dengan demikian persediaan uang
yang ada di masyarakat semakin berkurang.Jika
persediaan uang lebih sedikit bila dibandingkan dengan
jumlah barang maka akan dapat menimbulkan deflasi.
2. Meningkatnya Persediaan Barang
Kadang kala produksi barang tidak bisa di bendung
apabila permintaan barang meningkat.Produsen cenderung
terus meningkatkan produksinya pada saat kondisi
seperti itu.Jika jumlah barang yang diproduksi tersebut
tidak habis terjual kepada konsumen dan produksi tetap
dilakukan sedangkan permintaan akan barang semakin
berkurang maka akan dapat meningkatkan jumlah
persediaan barang di masyarakat akibatnya harga barang
tersebut semakin menurun karena jumlahnya banyak.
3. Menurunnya Permintaan Akan Barang.
Apabila permintaan akan suatu barang menurun sedangkan
produksi tetap dilakukan maka cenderung hal tersebut
akan menurunkan tingkat harga barang yang bersangkutan.
C. Pengaruh dan Akibat Deflasi
1. Penurunan persediaan uang
Deflasi dapat menyebabkan menurunnya persediaan uang di
masyarakat dan akan menyebabkan depresi besar (seperti
yang dialami Amerika dulu) dan juga akan membuat pasar
Investasi akan mengalami kekacauan.
2. Memperlambat aktivitas ekonomi
Dikarenakan harga barang mengalami penurunan, konsumen
memiliki kemampuan untuk menunda belanja mereka lebih
lama lagi dengan harapan harga barang akan turun lebih
jauh. Akibatnya aktivitas ekonomi akan melambat dan
memberikan pengaruh pada spiral deflasi (deflationary
spiral).
3. Dampak susulan dari melesunya kegiatan ekonomi adalah
banyak pekerja yang akhirnya mengalami PHK karena pemiliki
bisnis tidak sanggup membayar gaji karyawannya. Dengan
demikian pendapatan yang diterima masyarakat menjadi sedikit
dan jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin
berkurang.
4. Dari sisi investasi, deflasi juga mengakibatkan melesunya
investasi di sektor riil maupun di lantai bursa. Akibatnya
ini akan menambah berat kelesuan ekonomi dikarenakan tidak
ada lagi aktivitas bisnis yang berjalan.
5. Deflasi juga dapat menyebabkan suku bunga disuatu negara
menjadi nol persen. Lalu diikuti juga dengan turunnya suku
bunga pinjaman di bank. Ini memang merupakan langkah
paliatif untuk mencegah masyarakat menyimpan uangnya di bank
yang dapat membuat peredaran uang semakin kecil.
Selain itu juga ada dampak positif dan negatif dari deflasi
adalah sebagai berikut.
a) Baik, deflasi akan membuat orang menyimpan uang
sehingga uang benar-benar dihargai dan jaminan keamanan
sosial politik. Orang akan banyak berinvestasi langsung dan
ketersediaan barang terjamin. Akibatnya nilai mata uang akan
menguat.
b) Buruk. deflasi akan membuat jatuh nilai properti.
Orang lebih suka mendepositokan uangnya di bank atau pasar
modal daripada beli properti yang tidak naik. Karena harga
terus turun maka produsen cenderung kurang berminat
memproduksi barang. Kesempatan kerja berkurang karena banyak
PHK. Pajak tidak dapat ditarik oleh pemerintah sehinga
pendapata negara berkurang. Kegiatan perekonomian secara
keseluruhan mengalami kemunduran.
D. Cara Mengatasi Deflasi
Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan
menurunkan tingkat suku bunga. Deflasi dapat diibaratkan
jatuh sakitnya seseorang karena jarang berolah raga. Apabila
seseorang pada dasarnya memiliki kaki normal namun malas
menggunakannya, maka ini akan mengakibatkan menyusutnya
otot-otot kaki yang jarang digunakan tersebut. Dalam jangka
waktu lebih lama orang tersebut akan tidak dapat berjalan
sama sekali berhubung otot sudah terlalu lemah untuk
digunakan. Apabila keadaan ini justru didiamkan, bukan tidak
mungkin akan mengalami kelumpuhanselamanya.
Hal ini parallel dengan inflasi. Cara terbaik untuk
mengatasinya adalah dengan melatih kembali otot-otot yang
sudah lama tidak digunakan. Meski memakan waktu lama, hal
ini adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan kekuatan
otot yang melemah. Dengan kata lain untuk mencegah deflasi
menjadi krisis ekonomi besar, pemerintah dan semua pihak
yang terkait harus bersepakat untuk memulai kembali kegiatan
ekonomi yang sempat terhenti karena salah urus tersebut.
Tentu saja ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Lazim
dikatakan oleh para analis eknonomi bahwa deflasi merupakan
kondisi krisis moneter yang sebenarnya tidak memiliki obat
yang efektif. Apabila pada inflasi Bank Sentral dapat
menaikkan suku bunga untuk menahannya, menurunkan suku bunga
bahkan hingga nol persen bukanlah jalan keluar bagi deflasi.
Pasalnya ini akan membuat pemasukan pemerintah menjadi nol
juga atau bahkan negative. Akibatnya, biaya impor menjadi
terbebani sementara ekspor tidak menunjukkan kenaikan
signifikan berhubung melemahnya mata uang disebabkan oleh
aksi spekulan semata-mata.
Cara yang paling lazim digunakan adalah memberikan stimulus
ekonomi berupa bantuan likuiditas ke sektor bisnis. Dengan
demikian diharapkan kegiatan ekonomi kembali berputar.
Pemerintah juga dapat memotong pajak dan meningkatkan
belanjanya sendiri untuk menggairahkan perekonomian. Dari
sisi Bank Sentral, pemerintah juga dapat meningkatkan
peredaran uang di masyarakat dengan membeli surat hutang
sektor swasta dan menukarkannya dengan uang tunai. Selain
itu, juga dapat dilakukan dengan memotong suku bunga. Namun
seperti dijelaskan di atas, memotong suku bunga bukanlah
jalan keluar yang sesungguhnya tetapi hanya sekedar
pengobatan sementara untuk menggairahkan ekonomi dan
mengharapkan harga bergerak naik dengan sendirinya.
Selain itu kebijakan moneter dan fiskal juga dapat di
terapkan oleh pemerintah.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan atau kebijakan yang
diambil oleh penguasa moneter biasanya bank
sentraluntuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar
sehingga akan terjadi perubahan jumlah uang yang
beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan
ekonomi masyarakat.Ada beberapa macam kebijakan moneter
yaitu :
a) Politik Diskonto
Politik diskonto (discount policy) adalah politik bank
sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan
menurunkan tingkat bunga.Dengan menurunkan tingkat
bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat
akan bertambah ,karena orang akan lebih banyak menarik
uangnya di Bank dari pada menjalankan investasi.
b) Kebijakan Pasar Terbuka
Untuk memperkuat politik diskonto,kebijakan lain juga
di jalankan yaitu dengan politik pasar terbuka (open
market policy) yaitu dengan jalam membeli atau menjual
surat-surat berharga.Dengan membeli surat-surat
berharga di harapkan uang yang beredar di masyarakat
bertambah,sehingga uang yang beredar dimasyarakat
semakin bertambah.
c) Politik Persediaan Kas (cash ratio policy)
Bank sentral pada umumnya menentukan cash ratio yaitu
angka perbandingan minimum antara uang tunai yang
dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral
(cek.giro dan sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank
yang bersangkutan.Pada saat deflasi pemerintah akan
mengurangi persediaan uang kas.Sehingga uang kas yang
beredar di masyarakat akan semakin meningkat.
d) Perubahan Cadangan Minimum
Perubahan cadangan minimum yang dimiliki oleh bank-bank
umum dapat mempengaruhi jumlah uang yang
beredar.Apabila ketentuan cadangan minimum
diturunkan ,jumlah uang yang beredar cenderung naik dan
sebaliknya jika cadangan minimum dinaikan jumlah uang
yang beredar cenderung turun.Jadi pada saat deflasi
pemerintah lewat bank sentral akan lebih baik
menurunkan cadangan minimum.
2. Kebijakan Fiskal
a) Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
Pengaturan pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam
hal ini diharapkan penggunaan anggaran negara agar
sesuai dengan perencaan. Kalau pembelajaan negara
melampui batas yang telah ditentukan akan mendorong
terjadinya pertambahan uang yang beredar di masyarakat.
Meski demikian diharapkan pembelanjaan negara tidak
melampui batas yang telah ditentukan.
b) Menurunkan Tarif Pajak
Saat terjadi deflasi uang beredar sedikit dimasyarakat.
Jumlah uang beredar tersebut dapat ditambah dengan
jalan menurunkan tarif pajak. Jika tariff pajak
diturunkan uang yang dibelanjakan oleh masyarakat
cenderung meningkat. Sehingga dengan demikian uang akan
lebih banyak kemasyarakat.
c) Mengadakan Pimjaman Pemerintah
Pemerintah dapat mengadakan pinjaman pemerintah baik dengan
jalan paksaan ataupun tidak,untuk menambah uang yang beredar
di masyarakat. Cara yang paling ampuh dilakukan untuk
menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan mencairkan
simpanan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di bank
lebih banyak.Jika, dalam keadaan deflasi.
3. Kebijakan Non-Moneter
a) Menurunkan Hasil Produksi
Menurunkan hasil produksi dapat memperkecil laju
deflasi.Penurunan hasil produksi dapat dilakukan dengan
cara memberikan batasan terhadap produsen. Pengurangan
jumlah barang di dalam negeri cenderung menaikan harga.
b) Kebijakan Upah
Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan
gaji dengan cara gaji sering dinaikan.Kenaikan gaji dan
upah akan menimbulkan kenaikan daya beli.Hal ini pada
akhirnya menaikan permintaan terhadap barang-barang
secara keseluruhan.Apabila hal ini terjadi,maka akan
menimbulkan inflasi. Jadi untuk kebijakan ini resiko
yang harus dihadapi cukup besar karena sedikit saja
mengalami kesalahan inflasi akan membayangi.
dari berbagai sumber