Makalah Pengertian Filsafat dan Makna Pendidikan

24
M A K A LA H PENGERTIAN FILSAFAT DAN MAKNA PENDIDIKAN Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “ FILSAFAT PENDIDIKAN ” Dosen Pengampu : Afiful Ikhwan, M.Pd.I. Oleh : Edi Purwanto (2013471884) Suratman (2013471959) Jurusan PAI / IV – A Kelompok II PROGRAM MADIN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Transcript of Makalah Pengertian Filsafat dan Makna Pendidikan

M A K A LA H

PENGERTIAN FILSAFAT DAN MAKNA PENDIDIKANMakalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

“ FILSAFAT PENDIDIKAN ”

Dosen Pengampu :

Afiful Ikhwan, M.Pd.I.

Oleh :

Edi Purwanto (2013471884)Suratman (2013471959)

Jurusan PAI / IV – A

Kelompok II

PROGRAM MADIN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM)TULUNGAGUNGMaret 2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadiratAllah Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kasih-Nyatiada batas dan sayang-Nya melimpah kepada hamba-Nya.Atas rahmat dan pertolongan Allah, kami mampumenyelesaikan penyusunan makalah tentang “ PengertianFilsafat dan Makna Pendidikan “

Makalah tersebut kami susun dengan maksud sebagaibahan presentasi Mata Kuliah Filsafat Pendidikan danmenjadikan penambahan wawasan sekaligus pemahamanterhadap materi tersebut.

Harapan kami, semoga setelah penyusunan makalahini selesai kami semakin memahami tentang Arti Filsafatdan Makna Pendidikan

Di lain sisi, kami mendapatkan pengalaman dan ilmuyang berharga dalam penyusunan makalah ini. Kami sangatberterima kasih kepada semua pihak yang telah membantudalam penyelesaian makalah ini, khususnya kepada:

1. Bapak Nurul Amin, M.Ag selaku Ketua STAIM

Tulungagung.

2. Bapak Afiful Ikhwan, M. Pd.I selaku Dosen Pengampu

“ Filsafat Pendidikan “ yang telah memberikan

pengarahan terkait penyusunan makalah ini.

3. Rekan-rekan STAIM yang senantiasa memberikan

motivasi agar tugas ini dapat terselesaikan sesuai

waktu yang ditentukan.

Akhirnya, semoga makalah ini bisa bermanfaatkhususnya bagi kami selaku penyusun dan umumnya bagiseluruh pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah inimasih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itukami sangat mengharapkan saran, kritik, serta bimbingandari para dosen demi penyempurnaan di masa-masa yangakan datang, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami.Akhirnya kami mohon maaf atas segala kekurangan.

Tulungagung,23 Maret 2015

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR .........................................................................................

i

DAFTARISI ...................................................

...................................................

ii

BAB IPENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Rumusan

Masalah ............................................

...................................... 1

B. Tujuan

Masalah ............................................

.......................................... 1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………. 2

A.    PENGERTIANFILSAFAT..............................................…………….. 2

1.    ArtiFilsafat..........................................................…………………….. 2

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN..................…………………………... 5

1. MaknaPendidikan.............................................

.................................. 6

C. HUBUNGAN FILSAFAT DANPENDIDIKAN................................. 6

BAB III PENUTUP........ ……………………………………………………….. 9

Kesimpulan .........................................

....................................................

...... 9

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam TAP MPR No. II/MPR/1998, menjelaskanbahwa tujuan Pendidikan Nasional yaitu untukmeningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitumanusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang MahaEsa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri,maju,tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin,ber-etos kerja, 5rofessional, bertanggung jawab danproduktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikanjuga harus menumbuhkan jiwa patriorisme danmempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkansemangat kebangsaan.

Namun dalam kenyataan akhir-akhir ini,banyak sekali kejadian-kejadian yang timbul akibatdari robohnya system pendidikan di Indonesia. Banyaksekali kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh parapelaku pendidikan itu sendiri. Yaitu Pemerintah,peserta didik dan yang terpenting adalah pendidik itusendiri. Itu dikarenakan banyak kalangan yang belummemahami secara mendalam hakikat pendidikan dan jugabelum memahami cara berfikir filsafat,

Kita ketahui bersama bahwa antara pendidikandan juga filsafat sangatlah erat hubungannya. Secaraqodrati manusia sejak lahir sudah bisa berfikir. Dancara berfikir inilah yang sebenarnya menjadipermulaan sesorang mencari hakikat suatu kabijaksaan.Dan kemudian berkembanglah menjadi suatu pemikiranyang mendalam pada suatu fenomena, yang kemudianmenjadi sebuah teori dan pada akhirnya hasil daripemikiran ituberbuah sebagai dasar dari pemikiranorang lain di kemudian hari. Sehingga dari sinipenulis mencoba menggali arti dan makna pendidikandan filsafat serta mencari hubungan korelasi darifilsafat dan pendidikan.

1

2

B. Rumusan Masalah

1. Apakah arti Filsafat ?

2. Apakah makna Pendidikan ?

3. Apakah ada hubungan antaraFilsafat danPendidikan ?

C. Tujuan Masalah

1. Memahami arti Filsafat.

2. Mengerti Makna Pendidikan.

3. Mengetahui hubungan antara Filsafat danPendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Arti Filsafat

Apakah filsafat itu? Bagaimana definisinya?Demikianlah pertanyaan pertama. yang kita hadapitatkala akan mempelajari ilmu filsafat. Istilah"filsafat" dapat ditinjau dari dua segi1, yakni:

1. Segi semantik: perkataan filsafat berasal daribahasa Arab 'falsafah', yang berasaldari bahasa Yunani, 'philosophia', yang berarti'philos' = cinta, suka (loving), dan 'sophia' =pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi 'philosophia'berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cintakepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yangberfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yangcinta kepada pengetahuan disebut 'philosopher',dalam bahasa Arabnya 'failasuf". Pecintapengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuansebagai tujuan hidupnya, atau perkataan lain,mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.

2. Segi praktis : dilihat dari pengertian praktisnya,filsafat berarti 'alam pikiran' atau 'alamberpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namuntidak semua berpikir berarti berfilsafat.

1 ?http:// mihwanuddin. wordpress.com. di unggah tgl 13 September2011,Pengertian Filsafat %E2%80%99/ diunduh tgl 23 Maret 2015 jam 05.30

Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dansungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa"setiap manusia adalah filsuf". Semboyan ini benarjuga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapisecara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidaksemua manusia yang berpikir adalah filsuf. Filsufhanyalah orang yang memikirkan hakikat segalasesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam.Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorangmanusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenarandengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain: Filsafatadalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguhhakikat kebenaran segala sesuatu.

Beberapa definisi karena luasnya lingkunganpembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalaubanyak di antara para filsafat memberikan definisinyasecara berbeda-beda. Coba perhatikan definisi-definisi ilmu filsafat dari filsuf Barat dan Timur dibawah ini:

4

1. Plato (427SM - 347SM) seorang filsuf Yunani yangtermasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles,mengatakan: Filsafat adalah pengetahuan tentangsegala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminatmencapai kebenaran yang asli).2. Aristoteles (384 SM - 322SM) mengatakan :Filsafat adalah ilmua pengetahuan yang meliputikebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmumetafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebabdan asas segala benda).

3. Marcus Tullius Cicero (106 SM - 43SM) politikusdan ahli pidato Romawi, merumuskan: Filsafat adalahpengetahuan tentang sesuatu yang mahaagung danusaha-usaha untuk mencapainya.

4. Al-Farabi (meninggal 950M), filsuf Muslim terbesarsebelum Ibnu Sina, mengatakan : Filsafat adalahilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuanmenyelidiki hakikat yang sebenarnya.

5. Immanuel Kant (1724 -1804), yang sering disebutraksasa pikir Barat, mengatakan : Filsafat itu ilmupokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakupdi dalamnya empat persoalan, yaitu:

" apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab olehmetafisika)

" apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab olehetika)

" sampai di manakah pengharapan kita? (dijawaboleh antropologi)

6. Prof. Dr. Fuad Hasan, guru besar psikologi UI,menyimpulkan: Filsafat adalah suatu ikhtiar untukberpikir radikal, artinya mulai dari radiksnyasuatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendakdimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan yangradikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepadakesimpulan-kesimpulan yang universal.

7. Drs H. Hasbullah Bakry merumuskan: ilmu filsafatadalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu denganmendalam mengenai ketuhanan, alam semesta danmanusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuantentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat

dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikapmanusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuanitu.

5

Setelah mempelajari rumusan-rumusan tersebutdi atas dapatlah disimpulkan bahwa:

a. Filsafat adalah 'ilmu istimewa' yang mencobamenjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawaboleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalahtersebut di luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.

b. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia denganakal budinya untuk memahami atau mendalami secararadikal dan integral serta sistematis hakikatpengetahuan yang ada.

B. Makna Pendidikan

Ada berbagai ragam makna

rumusan pendidikan yang telah dikemukakan oleh para

pakar sesuai dengan sudut pandang dan konteks

penggunaan masing-masing rumusan

tersebut. Pendidikan (education) dalam bahasa Inggris

berasal dari bahasa Latin “educare” berarti

memasukkan sesuatu 2.

2 ? Langgulung, Makna Pendidikan, Jakarta: Penerbit PT Intan Pariwara,1988 hal. 4

1. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia3, Pendidikan dimaknai sebagai proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam suatu usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran itu sendiri.

2. Menurut Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 berisi

tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal I

disebutkan bahwa makna pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan Negara.

6

3. Driyarkoro (Madya Ekosusilo dan  Kasihadi, 1989)

mengatakan bahwa  pendidikan pada dasarnya adalah

usaha untuk memanusiawikan manusia. Dalam konteks

tersebut pendidikan tidak dapat dimaknai sekedar

membantu pertumbuhan secara fisik saja, tetapi juga

3 ? Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan BahasaDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indinesia, Jakarta: BalaiPustaka, 1995

keseluruhan perkembangan pribadi manusia dalam

konteks lingkungan manusia yang memiliki peradaban.

4. Menurut Langgulung (1988: 3) makna pendidikan

berarti pewarisan kebudayaan dari generasi tua

kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap

berkelanjutan. Atau dengan kata lain, masyarakat

mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin disalurkan

dari generasi ke genarasi agar identitas masyarakat

tersebut tetap terpelihara.

5. Menurut Kneller (1967: 21) makna pendidikan adalah

:Education is the process by which society, through schools, colleges,

universities, and other institutions, deliberately transmits its cultural

heritage – its accumulated knowledge, value, and skill from one

generation to another. Artinya pendidikan merupakan

proses dimana masyarakat melalui sekolah-sekolah,

perguruan tinggi, universitas, dan institusi lain

dengan sengaja mewariskan warisan budayanya-yakni

berupa akumulasi pengetahuan, nilai, dan

ketrampilan dari generasi ke generasi yang lain.

6. Laska (1976: 3), bahwa: Education is one of the most

important activities in which human beings engage. It is by means of

the educative process and its role in transmitting the cultural

heritage from one generation to the next that human societies are

able to maintain their existence.

Artinya pendidikan merupakan salah satu aktivitas

yang paling utama yang melibatkan tubuh

manusia. Pendidikan merupakan sarana proses

mendidik dan perannya di dalam mewariskankan

warisan budaya dari satu generasi kepada generasi

berikutnya sehingga masyarakat manusia bisa

memelihara keberadaan mereka.

7

C. Hubungan Filsafat dan Pendidikan

Setelah kita membahas pengertian, jalan, dan

tujuan filsafat serta pendidikan, apa sesungguhnya

hubungan antara keduanya sehingga di sini mesti kita

bahas dalam ruang bersamaan?

Jika ditelaah lebih jauh, filsafat dan

pendidikan adalah dua hal yang tidak terpisahkan,

baik dilihat dari proses, jalan, serta tujuannya. Hal

ini sangat terpahami karena pendidikan pada

hakikatnya merupakan hasil spekulasi filsafat,

terutama sekali filsafat nilai, yaitu terkait dengan

ketidakmampuan manusia di dalam menghindari fitrahnya

sebagai diri yang selalu mendamba makna-kesamaan di

dalam proses, ruang etika, dan ruang pragmatis.

Di satu sisi, manusia selalu menjadi satu-

satunya primata yang selalu menyerukan kebaikan,

cinta, dan kebenaran. Namun, bersamaan dengan itu,

manusia pula satu-satunya makhluk yang dapat membunuh

diri dan sesamanya dengan begitu tanpa alasan sama

sekali, selain hanya sebuah kesenangan.

Dalam ruang inilah pendidikan bagi hidup

manusia menjadi sesuatu hal yang penting untuk

membawanya pada hidup yang bermakna. Dengan

pendidikan, manusia akan mampu menjalani hidupnya

dengan baik dan benar. Dengan demikian, ia bisa

tertawa, menangis, bicara, dan diam mengambil ukuran-

ukuran yang tepat. Ini sangat berbeda dengan banyak

diri yang tidak terdidik. Hubungan ini menurut pakar

merupakan ilmu yang paling tertua dibandingkan dengan

ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu, mereka

menyebut bahwa filsafat adalah induk semua ilmu-ilmu

pengetahuan di muka bumi ini.

Sementara, filsafat mengakui bahwa menurut

substansinya yang ada itu tunggal, dan berada di

tingkat abstrak, bersifat mutlak, serta tidak

mengalami perubahan. Sedangkan, menurut

eksistensinya, yang ada itu plural, berada di tingkat

konkret, bersifat relative, dan mengalami perubahan

terus-menerus.

Jadi, segala sesuatu yang ada di dunia

pengalaman itu berasal mula dari satu substansi.

Persoalan yang muncul adalah bagaimana menyikapi

segala pluralitas ini agar tidak terjadi benturan

antara satu dan lainnya? Misalnya,

8

pluralitas jenis, sifat, dan bentuk manusia,

binatang, tumbuhan, dan badan-badan benda berasal

dari satu substansi. Apakah yang seharusnya dilakukan

agar antara manusia satu dan lainnya tidak saling

berbenturan kepentingan sehingga dapat mengancam

keteraturan social dan ketertiban dunia?

Jawaban terhadap persoalan di atas adalah

manusia harus bersikap dan berperilaku adil terhadap

diri sendiri, masyarakat, dan terhadap alam. Agar

dapat berbuat demikian, manusia harus berusaha

mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai

keberadaan segala sesuatu yang ada ini, dari mana

asalnya, bagaimana keberadaannya, dan apakah yang

menjadi tujuan akhir keberadaan tersebut. Untuk itu,

manusia harus mendidik diri dan sesamanya secara

terus-menerus.

Bertolak dari pemikiran filsafat tersebutlah

pendidikan muncul dan memulai sesuatu. Manusia mulai

mencoba mendidik diri dan sesamanya dengan sasaran

menumbuhkan kesadaran terhadap eksistensi kehidupan

ini. Dalam hal ini, kegiatan pendidikan ditekankan

pada materi yang berisi pengetahuan umum berupa

wawasan asal mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan.

Kesadaran terhadap asal mula dan tujuan kehidupan

menjadi landasan bagi perilaku sehari-hari sehingga

semua kegiatan eksistensi kehidupan ini selalu

bergerak teratur menuju satu titik tujuan akhir.

Tanpa filsafat,  pendidikan tidak dapat

berbuat apa-apa dan tidak tahu apakah yang harus

dikerjakan. Sebaliknya, tanpa pendidikan, filsafat

tetap berada di dalam dunia utopianya. Oleh karena

itulah, seorang guru harus memahami dan mendalami

filsafat, khususnya filsafat pendidikan. Malalui

filsafat pendidikan, guru memahami hakikat pendidikan

dan pendidikan dapat dikembangkan melalui falsafah

ontology, epistimologi, dan aksiologi4.

Pengertian filosof pendidikan dan bagaimana

penerapannya serta apa dampak dari pendidikan harus

diketahui oleh guru karena pendidikan merupakan

bagian yang tidak terpisahkan bagi setiap manusia,

termasuk guru di dalamnya. Jadi, seorang guru harus

mempelajari filsafat pendidikan karena

9

dengan memahami dan memaknai filsafat itu, akan dapat

memberikan wawasan dan pemikiran yang luas terhadap

makna pendidikan.

Filsafat pendidikan merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dengan filsafat lainnya, misalnya

filsafat hukum, filsafat agama, filsafat kebudayaan,

dan filsafat lainnya.4 ?Burhanudin dan Tati Sumiati, Filsafat Pendidikan, Subang, Penerbi RoyyaNPreass, 2010

Dalam pengertian tersebut, filsafat tidak lain

bertujuan membawa manusia mengalami hidup yang

dimilikinya dengan pandangan, pengalaman,

pengetahuan, serta penghayatan yang baik dan benar.

Dengan pemahaman tersebut, manusia mampu menyadari

hidup yang dimilikinya dengan benar tanpa adanya.

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu,

kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu, sedangkan

filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Oleh karena

itu, dalam filsafat, jauh sebelum persoalan-persoalan

mesti dicari jawabannya, filsafat selalu terlebih

dahulu mempertahankan sejauh mana relevansi

persoalan-persoalan tersebut. Adakah ia sungguh-

sunggu memang sebuah problem atau justru hanya

diproblematikakan saja?

Di sini, filsafat membahas sesuat dari segala

aspeknya yang mendalam. Maka, dikatakan kebenaran

filsafat adalah kebenaan menyeluruh yang sering

dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya

relative karena kebenaran ilmu yang ditinjau dari

segi yang dapat diamati oleh manusia saja.

Sesungguhnya, isi alam yang dapat diamati hanya

sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es,

hanya mampu melihat ang di atas permukaan laut saja.

Sementara, filsafat mencoba menyelami sampai ke dasar

gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada

melalui pikiran dan renungan yang kritis.

Sedangkan, pendidikan merupakan salah satu

bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain.

Pendidikan lahir dari induknya, yaitu filsafat.

Sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu

pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari

induknya. Pada awalnya, pendidikan berada bersama

dengan filsafat sebab filsafat tidak pernah bias

mebebaskan diri dengan

10

pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia

untuk kepentingan memahami kedudukan manusia,

pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.

Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa

dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin

perkembangan jasmani dan ruhani kea rah kedewasaan.

Secara garis besar, pengertian pendidikan dapat

dibagi menjadi tiga. Pertama, pendidikan; kedua,

teori umum pendidikan; dan ketiga, ilmu pendidikan.

Dalam pengertian pertama, pendidikan pada

umumnya mendidik yang dilakukan oleh masyarakat umum.

Pendidikan seperti ini sudah ada sejak manusia ada di

muka bumi ini. Pada zaman purba, kebanyakan manusia

memerlukan anak-anaknya secara insting atau naluri,

suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup

keturunannya. Tindakan yang termasuk insting manusia

antara lain sikap melindungi anak, rasa cinta

terhadap anak, bayi menangis, kemampuan menyusu air

susu ibu, dan merasakan kehangatan dekapan ibu.

Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu

segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan

manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan,

keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, social,

sampai kepada perkembangan iman. Kegiatan mendidik

bermaksud membuat manusia menjadi sempurna, membuat

manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah

menjadi berbudaya. Kegiatan mendidik adalah

membudayakan manusia.

Dalam pengertian kedua, pendidikan dalam teori

umum, menurut John Dewey, “The general theory og education

dan Philosophy is the general theory of education.” Dia tidak

membedakan filsafat pendidikan dengan teori

pendidikan atau filsafat pendidikan sama dengan teori

pendidikan. Sebab itu, ia mengatakan pendidikan

adalah teori umum pendidikan.

11

Konsep di atas bersumber dari filsafat

pragmatis atau filsafat pendidikan progresif. Inti

filsafat pragmatis yang berguna bagi manusia itulah

yang benar, sedangkan inti filsafat pendidikan

progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling

berguna hidup dan kehidupan manusia. Dalam pengertian

ketiga, ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang

ilmu yang terkait satu dengan yang lain membentuk

suatu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan

dibentuk oleh sejumlah teori.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat dan Pendidikan di masa globalisasi

sekarang ini turut menunjang tumbuh kembangnya system

tatanan suatu masyarakat. Pada hakikatnya filsafat

dan pendidikan merupakan kegiatan manusia, yang

berusaha memanusiakan manusia. Dari hakikat tersebut

dapat dikatakan bahwa filsafat dan pendidikan

merupakan kebutuhan manusia yang tidak bisa

ditinggalkan. Filsdafat dan Pendidikan merupakan

gerbang manusia dalam mencapai kesuksesan untuk masa

depan masyarakat yang lebih baik.

Dari beberapa rumusan filsafat dan pendidikan

tersebut diatas dapatlah kiranya ditarik kesimpulan :

1. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan

akal budinya untuk memahami dan mendalami secara

radikal dan integral serta systematis dari hakikat

permasalahan manusia itu sendiri. Ilmu filsafat

adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab masalah-

masalah yang tidak bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan

biasa karena masalah-masalah tersebut di luar

jangkauan ilmu pengetahuan biasa.

2. Pendidikan adalah segala upaya yang dilakukan

secara sadar oleh manusia sebagai proses pengubahan

sikap dan tata tingkah laku dalam usaha mendewasakan

manusia melalui proses pendidikan yang berkelanjutan

dari generasi ke generasi.

3. Hubungan Filsafat dan Pendidikan sangat erat dan

saling beterkaitan satu sama yang lainnya.

12

13

DAFTAR PUSTAKA

Burhanudin dan Tati Sumiati. 2010, Filsafat Pendidikan,

Subang: RoyyaNPress.

Rasyidin, et.al. 2007, Dasar Filsafat Pendidikan, Jakarta:

Depdiknas.

Sadulloh, Uyoh. 2011, Pengantar Filsafat Pendidikan,

Bandung: Alfabeta.

Tim Dosen Filsafat UGM. 2002, Filsafat Ilmu, Yogyakarta:

Liberty.

Langgulung. 1988, Makna Pendidikan, Jakarta: PT Intan

Pariwara.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai

Pustaka.

http://mihwanuddin.wordpress.com. Di Unggah Tgl 13

September 2011,Pengertian Filsafat %E2%80%99/dd,Di unduh

Tgl 23 Maret 2015 Jam 05.30