Filsafat Pancasila

21
Filsafat Pancasila A. Pengantar : Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, filsafat sesungguhnya merupakan titik awal dari munculnya ilmu pengetahuan tersebut. Berawal dari titik tersebut, manusia mengembangkan pikiran-pikirannya menjadi sebuah teori, ilmu, maupun landasan yang pada akhirnya mereka pilih sebagai pedoman mereka. Bercermin dari perkembangannya tersebut, maka wajar bila dikatakan bahwa sebenarnya manusia senantiasa berfilsafat selama hidupnya. Dari banyaknya filsafat yang muncul dari pemikiran seseorang, nantinya akan terdapat beberapa filsafat yang akhirnya terpilih dan diakui oleh sekelompok orang. Dengan demikian filsafat tersebut menjadi jalan hidup (way of life)bagi kelompok yang menggunakannya. Rumusan Masalah : 1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat Pancasila? 2. Bagaimana hubungan antara tiap-tiap sila dalam Pancasila? 3. Bagaimana peran Filsafat Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara? B. Pengertian Filsafat : Sebelum memahami lebih lanjut mengenai filsafat, akan lebih mudah jika kita ketahui terlebih dahulu istilah dan pengertian filsafat itu sendiri. Secara etimologis istilah filsafat berasal dari Bahasa Yunani

Transcript of Filsafat Pancasila

Filsafat PancasilaA. Pengantar :

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, filsafat

sesungguhnya merupakan titik awal dari munculnya ilmu

pengetahuan tersebut. Berawal dari titik tersebut,

manusia mengembangkan pikiran-pikirannya menjadi sebuah

teori, ilmu, maupun landasan yang pada akhirnya mereka

pilih sebagai pedoman mereka. Bercermin dari

perkembangannya tersebut, maka wajar bila dikatakan

bahwa sebenarnya manusia senantiasa berfilsafat selama

hidupnya.

Dari banyaknya filsafat yang muncul dari pemikiran

seseorang, nantinya akan terdapat beberapa filsafat yang

akhirnya terpilih dan diakui oleh sekelompok orang.

Dengan demikian filsafat tersebut menjadi jalan hidup

(way of life)bagi kelompok yang menggunakannya.

Rumusan Masalah :

1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat Pancasila?

2. Bagaimana hubungan antara tiap-tiap sila dalam

Pancasila?

3. Bagaimana peran Filsafat Pancasila dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara?

B. Pengertian Filsafat :

Sebelum memahami lebih lanjut mengenai filsafat,

akan lebih mudah jika kita ketahui terlebih dahulu

istilah dan pengertian filsafat itu sendiri. Secara

etimologis istilah filsafat berasal dari Bahasa Yunani

yakni philosophia. Istilah tersebut berasal dari dua kata

yakni “philein” yang artinya “cinta”, dan “sophos” yang

artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan” (Nasution, 1973).

Maka secara harfiah dapat diartikan filsafat adalah

“mencintai kebijaksanaan”.

Menurut Plato, filsafat berarti pengetahuan yang

berminat untuk mencapai suatu kebenaran yang asli.

Sesuai dengan arti yang telah dijabarkan tersebut,

filsafat menyertai manusia dalam memilih pandangan hidup

yang menurut mereka baik dan benar demi mencapai tujuan

hidupnya yakni suatu kebahagiaan.

Keseluruhan arti filsafat tersebut dapat

dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut :

1. Filsafat sebagai produk :

a. Pengertian filsafat yang mencakup arti

filsafat sebagai hasil (produk) dari proses

berfilsafat para filsuf. Seperti ilmu, teori,

konsep dari filsuf zaman dahulu, sistem atau

pandangan hidup yang memiliki ciri tertentu.

b. Filsafat sebagai suatu problema yang dihadapi

oleh manusia sebagai hasil dari aktivitas

berfilsafat. Filsafat dalam pengertian jenis ini

pada intinya merupakan hasil dari kegiatan

filsafat yang produknya problema yang kemudian

diselesaikan dengan cara filsafat pula.

2. Filsafat sebagai suatu proses :

Dalam pengertian ini filsafat merupakan suatu

sistem pengetahuan yang bersifat dinamis. Filsafat

tidak hanya menjadi sekumpulan dogma yang diyakini,

detekuni, dan dipahami sebagai suatu sistem nilai

tertentu, melainkan lebih merupakan suatu aktivitas

berfilsafat. Atau dengan kata lain diartikan

sebagai aktivitas pemecahan masalah dengan

menggunakan metode tertentu yang sesuai dengan

objek permasalahannya.

C. Pengertian Pancasila sebagai Suatu Sistem

Bagi masyarakat Indonesia, Pancasila bukanlah sesuatu

yang asing. Namun, dewasa ini ternyata masih banyak yang

belum benar-benar memahami dan menerapkan Pancasila

sebagai ideologi Bangsa Indonesia.

Pancasila yang terdiri atas lima asas pada hakikatnya

merupakan sistem filsafat. Yang dimaksud dengan sistem

yakni suatu kesatuan dari bagian-bagian yang saling

berhubungan, saling bekerja sama untuk tujuan tertentu

dan secara keseluruhan merupakan satu kesatuan utuh yang

tidak bisa terpisahkan. Sebagaimana memiliki ciri

sebagai berikut:

1. Suatu kesatuan bagian-bagian

2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-

sendiri

3. Saling berhubungan, saling ketergantungan

4. Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan

bersama (tujuan sistem)

5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

(Shore dan Voich, 1974:22)

Untuk mengetahui secara mendalam tentang Pancasila,

perlu pendekatan filosofis. Pancasila dalam pendekatan

filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mendalam tentang

Pancasila. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara

singkat sebagai refleksi kritis dan rasional tentang

Pancasila dalam bangunan bangsa dan Negara Indonesia

(Syarbaini;2003).

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa sila-sila

Pancasila merupakan suatu kesatuan organis yang menjadi

dasar pemikiran Bangsa Indonesia meliputi; pemikiran

tentang manusia dalam hubungannya dengan Tuhan yang Maha

Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan

dengan masyarakat.

Kenyataan Pancasila yang demikian itu disebut

kenyataan objektif, dimana kenyataan tersebut ada pada

Pancasila itu sendiri tanpa bergantung pada pengetahuan

orang. Itulah yang menjadikannya sebagai suatu sistem

yang memiliki ciri khas tertentu dan berbeda dengan

sistem filsafat lainnya misalnya, liberalisme,

matrealisme, komunisme, dan aliran filsafat lainnya.

D. Kesatuan Sila-Sila Pancasila

1. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan

Berbentuk Piramidal

Pengertian matematika dari piramidal digunakan

untuk menggambarkan hubungan hierarki sila-sila dari

Pancasila dalam urut-urutan dan sifat-sifatnya. Bahwa

di antara lima sila yang ada, terdapat hubungan yang

saling mengikat sehingga Pancasila merupakan satu

kesatuan yang bulat.

Secara ontologis kesatuan sila-sila Pancasila

sebagai suatu sistem bersifat hierarkis dan berbentuk

piramidal dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sila ke -1. Bahwa pada hakikatnya adanya Tuhan

adalah karena diri-Nya sendiri, Tuhan

sebagai causa Prima. Artinya, segala sesuatu

yang ada termasuk manusia ada karena

diciptakan Tuhan (akibat dari adanya Tuhan).

Sila ke-2. Manusia sebagai pokok dari suatu negara,

maka muncul sebuah negara yang merupakan

persekutuan hidup bersama yang beranggotakan

manusia.

Sila ke-3 Negara adalah akibat dari adanya manusia

yang bersatu.

Sila ke-4 Sebagai akibat dari manusia yang bersatu,

akan terbentuk rakyat yang merupakan unsur

suatu negara di samping wilayah dan

pemerintah. Dengan kata lain, rakyat adalah

totalitas dari individu-individu dalam

negara yang bersatu.

Sila ke-5 Dengan terbentuknya suatu pemerintahan,

maka akan muncul suatu tujuan yakni

keadilan, yang pada hakikatnya merupakan

tujuan dari lembaga hidup bersama yang

disebut negara.

2. Kesatuan Sila-Sila Pancasila yang Saling Mengisi dan

Saling Mengkualifikasi

Tiap-tiap sila seperti yang telah disebutkan

mengandung keempat sila lainnya dan dikualifikasikan

oleh keempat sila lainnya. Sebagaimana disebutkan

pada sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sila ini

mengandung arti Ketuhanan yang berkemanusiaan yang

adil dan beradab, berpersatuan Indonesia,

berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/ pewakilan,dan berkeadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Begitu pula sebaliknya, pada sila ke-lima yang

berbunyi “Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Sila ini mengandung makna keadilan yang Berketuhanan

Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,

berpersatuan Indonesia, serta berkerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan damam

permusyawaratan/perwakilan.

E. Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem

Filsafat.

Kesatuan sila-sila Pancasila bukan hanya bersifat

formal logis saja, tapi juga meliputi keatuan dasar

ontologis, dasar epistemologis, dan dasar aksiologis

dari sila-sila Pancasila itu sendiri.

1. Dasar Ontologis Sila-Sila Pancasila

Pancasila yang terdiri dari lima sila, seperti

yang telah dibahas sebelumnya bukanlah merupakan

asas yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan

menjadi sebuah kesatuan dasar ontologis. Yakni

sebuah kesatuan dasar yang bersifat nyata dan

realitas.

Pada hakikatnya, dasar ontologis adalah

manusia, dimana manusia memiliki hakikat

monopruralis. Oleh sebab itu, hakikat ini juga

disebut hakikat dasar atropologis. Pada hakikat ini,

manusia yang berperan sebagai subjek pendukung

pokok sila-sila Pancasila. Intinya, yang

Berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang

adil dan beradab, berpersatuan Indonesia,

berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,

serta berkeadilan sosial adalah manusia (rakyat

Indonesia itu sendiri).

Sehingga hubungan kesesuaian antara manusia

dengan landasan sila-sila Pancasila merupakan

hubungan “sebab-akibat” yang tiap-tiap sila

memiliki makna bertingkat. Dengan demikian, dasar

ontologis sila-sila merupakan suatu kenyataan

bahwa Pancasila dan manusia saling berhubungan.

2. Dasar Epistemologis Sila-Sila Pancasila

Pancasila sebagai sistem filsafat juga

merupakan suatu sistem pengetahuan yang dijadikan

sebagai pedoman untuk memandang realitas alam

semesta, manusia, dan masyarakat dalam rangka

menyelesaikan masalah dalam kehidupan. Dalam hal

ini, filsafat telah menjelma menjadi ideologi

(Abdulgani, 1986).

Berdasarkan dasar epistemologisnya (sumber dan

kebenarannya), Pancasila tidak bisa lepas dari

dasar ontologisnya yakni manusia yang mempunyai

implikasi terhadap bangunan epistemologis itu

sendiri.

3. Dasar Aksiologis Sila-Sila Pancasila

Sila-sila sebagai sistem filsafat juga

memiliki suatu kesatuan dasar aksiologisnya, yakni

dasar tujuan dan manfaatnya. Sehingga nilai-nilai

yang terkandung pada pancasila sesungguhnya juga

merupakan satu kesatuan.

Pada dasarnya segala sesuatu itu bernilai,

namun keanekaragaman sudut pandang membuat

penggolongan nilai semakin banyak. Segala sesuatu

yang mengandung nilai itu bukan hanya yang

bersifat material saja, tetapi juga yang bersifat

nonmaterial. Nilai-nilai material relatif mudah

diukur dibanding dengan nonmaterial. Sebagai

contoh nilai kerohanian bisa diukur dengan hati

nurani manusia dengan bantuan alat indra manusia.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Notonegoro,

bahwa nilai dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Nilai material : segala sesuatu yang

berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau

kebutuhan ragawi manusia

2. Nilai vital : segala sesuatu yang berguna

bagi manusia untuk dapat mengadakan

kegiatan atau aktivitas.

3. Nilai kerohanian : segala sesuatu yang

berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian sendiri dibagi menjadi

tiga, yaitu

a. Nilai kebenaran, bersumber pada akal

(rasio, budi, cipta) manusia

b. Nilai keindahan, bersumber pada unsur

perasaan manusia

c. Nilai kebaikan, bersumber pada unsur

kehendak manusia

d. Nilai religius, merupakan nilai kerohanian

tertinggi yang bersumber dari keyakinan dan

kepercayaan manusia

Menurut Notonegoro, nilai-nilai Pancasila

tergolong nilai kerohanian yang secara lengkap dan

harmonis juga mengandung antara lain; nilai

material, nilai vital, nilai, kebenaran, nilai

keindahan, nilai estetis, nilai moral, maupun

nilai kesucian yang secara keseluruhan bersifat

sistematis dan hirarkis dimana sila pertama sampai

sila ke-lima memiliki keterkaitan satu sama lain.

F. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa

dan Negara Republik Indonesia

1. Dasar Filosofis.

Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara

Indonesia mengandung makna bahwa dalam setiap aspek

kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan

harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan,

Persatuan, Kerakyatan, serta Keadilan.

Dengan demikian, Pancasila merupakan nilai

kerohanian yang mengakui adanya nilai material, nilai

vital, nilai kebenaran (kenyataan), nilai estetis,

etis, maupun nilai religius. Hal ini dibuktikan pada

nilai Pancasila yang tersusun hirarkis piramidal yang

utuh.

Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila bagi Bangsa

Indonesia merupakan landasan serta motivasi atas

segala perbuatan, baik dalam kehidupan sehari-hari

maupun kehidupan bernegara. Dengan kata lain

Pancasila adalah cita-cita tentang kebaikan yang

harus diwujudkan menjadi kenyataan.

2. Nilai-Nilai Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat Negara

Indonesia merupakan suatu sumber dari hukum dasar

Negara Indonesia. Sebagai suatu sumber hukum dasar,

Pancasila secara objektif merupakan pandangan hidup,

kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral

yang luhur meliputi suasana kejiwaan serta watak

Bangsa Indonesia sebagaimana ditetapkan PPKI pada 18

Agustus 1945, yakni Pancasila sebagai dasar negara.

Pancasila juga tercantum dalam pembukaan UUD 1945

yang sebagaimana diketahui secara yudiris UUD 1945

merupakan pokok kaidah negara yang fundamental. Hal

ini ditegaskan dalam pokok pikiran ke-empat yang

konsekuensinya dalam segala aspek kehidupan negara,

politik negara, dan pelaksanaan demokrasi harus

senantiasa berdasarkan nilai yang terkandung dalam

Pancasila.

G. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

1. Pengertian Ideologi

Istilah ideologi berasal dari kata idea yang

berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan

logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah ideologi

berarti ilmu tentang pengertian dasar, ide atau cita-

cita. Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara

Indonesia, Pancasila bukan hanya suatu hasil perenungan

atau pemikiran sekelompok orang sebagaimana ideologi-

ideologi lain di dunia. Pancasila diangkat dari nilai-

nilai, adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai

religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat

Indonesia itu sendiri sebelum membentuk negara.

2. Beberapa pengertian ideologi:

a) A.S. Hornby mengatakan bahwa ideologi adalah

seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori

ekonomi dan politik atau yang dipegangi oleh

seorang atau sekelompok orang.

b) Soerjono Soekanto menyatakan bahwa secara umum

ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan,

kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang

menyangkut bidang politik, sosial, kebudayaan, dan

agama.

c) Gunawan Setiardja merumuskan ideologi sebagai

seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh

realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita

hidup.

d) Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa ideologi sebagai

suatu sistem pemikiran yang dapat dibedakan menjadi

ideologi tertutup dan ideologi terbuka.

Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran

tertutup. Ciri-cirinya: merupakan cita-cita

suatu kelompok orang untuk mengubah dan

memperbarui masyarakat; atas nama ideologi

dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang

dibebankan kepada masyarakat; isinya bukan

hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu,

melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan

konkret dan operasional yang keras, yang

diajukan dengan mutlak.

Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran yang

terbuka. Ciri-cirinya: bahwa nilai-nilai dan

cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar,

melainkan digali dan diambil dari moral,

budaya masyarakat itu sendiri; dasarnya bukan

keyakinan ideologis sekelompok orang,

melainkan hasil musyawarah dari konsensus

masyarakat tersebut; nilai-nilai itu sifatnya

dasar, secara garis besar saja sehingga tidak

langsung operasional.

3. Sifat Ideologi

Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi

realitas, dimensi idealisme, dan dimensi

fleksibilitas.

1. Dimensi Realitas : nilai yang terkandung dalam

dirinya, bersumber dari nilai-nilai yang hidup

dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu

lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan dan

menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik

mereka bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi

realitas ini dalam dirinya.

2. Dimensi idealisme : ideologi itu mengandung cita-

cita yang ingin diicapai dalam berbagai bidang

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila bukan saja memenuhi dimensi idealisme ini

tetapi juga berkaitan dengan dimensi realitas.

3. Dimensi fleksibilitas : ideologi itu memberikan

penyegaran, memelihara dan memperkuat relevansinya

dari waktu ke waktu sehingga bebrsifat dinamis,

demokrastis. Pancasila memiliki dimensi

fleksibilitas karena memelihara, memperkuat

relevansinya dari masa ke masa.

Dari uraian di atas, sangatlah tepat jika bangsa

Indonesia menjadikan Pancasila sebagai ideologi

bangsanya. Karena nilai-nilai yang terdapat dalam

Pancasila sesuai dengan karakter dan kepribadian bangsa

Indonesia itu sendiri.

Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia,

Pancasila bukan hanya suatu hasil perenungan atau

pemikiran sekelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi

lain di dunia. Pancasila diangkat dari nilai-nilai,

adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai

religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat

Indonesia itu sendiri sebelum membentuk negara.

Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan

dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga Pancasila

berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi Bangsa

Indonesia, dimana ideologi tersebut sangatlah sesuai

dengan Bangsa Indonesia itu sendiri.

H. Makna Nilai-Nilai Setiap Sila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi dasar dan

menjiwai keempat sila lainnya. Dalam sila pertama

ini, terkandung nilai bahwa negara yang didirikan

harus mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa. Oleh

karena itu, setiap warga Indonesia harus beragama dan

bukanlah tidak punya agama dan juga Tuhan (ateis).

Sila ini juga mempunyai makna bahwa warga Indonesia

harus memiliki sikap toleransi dan tidak berlaku

diskriminatif antarumat beragama.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila kemanusiaan merupakan dasar fundamental dalam

kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan.

Dalam sila kemanusiaan, negara harus menjunjung

tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk

yang beradab. Oleh karena itu, dalam peraturan

perundang-undangan negara harus mewujudkan

tercapainya tujuan ketinggian harkat dan martabat

manusia, terutama hak asasi manusia.

3. Persatuan Indonesia

Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai

bahwa kesatuan, persatuan, kepentingan, dan

keselamatan bangsa dan negara adalah di atas

kepentingan pribadi atau golongan. Dalam hal ini,

negara Indonesia yang terdiri dari berbagai suku,

ras, kelompok, golongan maupun agama yang berbeda

harus mengikatkan diri pada Bhinneka Tunggal Ika agar

perbedaan bukannya diruncingkan untuk menjadi

permusuhan tetapi diarahkan kepada persatuan untuk

mencapai tujuan negara.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

Sila ini mengandung makna bahwa nilai-nilai

demokrasi secara mutlak harus dilaksanakan dalam

kehidupan bernegara. Mengingat suatu negara terdiri

dari rakyat dengan latar belakang yang berbeda,

sehingga dalam pelaksanaan pemerintahan maupun

aktivitas lainnya diutamakan musyawarah untuk

mencapai mufakat. Pada akhirnya keputusan yang

diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara

moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi

harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai

kebenaran dan keadilan.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Di dalam sila ke-lima terkandung nilai bahwa

keadilan harus terwujud dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Mengingat suatu negara merupakan

sekumpulan dari masyarakat yang hidup bersama.

Kebersamaan tersebut kemudian memunculkan suatu cita-

cita dan tujuan bersama, yakni keadilan. Maka, demi

terwujudnya keadilan tersebut diperlukan sikap

kekeluargaan dan gotong royong serta menjaga

keseimbangan antara hak dan kewajiban.

I. Pancasila sebagai Dasar Kehidupan Berbangsa dan

Bernegara

Sebagai suatu bangsa, Bangsa Indonesia memiliki

cita-cita serta pandangan hidup yang dipakai sebagai

basis nilai dalam setiap pemecahan masalah. Pandangan

tersebut digunakan sebagai landasan filosofis yang

asalnya dari nilai-nilai kultural Bangsa Indonesia

sendiri. Akibatnya, selama Bangsa Indonesia berkehendak

untuk bersama membangun bangsa di atas dasar filosofis

bernama Pancasila, maka sudah seharusnya Pancasila

menjadi dasar dalam bidang politik, sosial, ekonomi,

hukum, serta kebijakan internasional. Hal inilah yang

kemudian diistilahkan bahwa Pancasila sebagai paradigma

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Paradigma mengandung pengertian sumber nilai,

kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas dan tujuan

dari suatu perkembangan, perubahan, serta proses dalam

bidang tertentu termasuk dalam proses berbangsa dan

bernegara. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan kehidupan

berbangsa dan bernegara terutama proses pembangunan

harus berdasar pada Pancasila.

Secara lebih rinci, filsafat Pancasila sebagai

dasar kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan

identitas nasional Indonesia. Nilai-nilai dalam

Pancasila yang berasal dari bangsa Indonesia

mencerminkan karakter dan sifat dari bangsa Indonesia

itu sendiri. Dan dengan kedudukan Pancasila yang menjadi

dasar negara dan konstitusi (Undang-Undang Dasar)

Indonesia, maka Pancasila merupakan sumber dari segala

hukum yang ada di Indonesia. Sehingga pembangunan

Indonesia akan memiliki visi yang jelas dan terarah.

J. Kesimpulan

1. Yang dimaksud dengan filsafat Pancasila adalah

kerangka berpikir dan cara berpikir yang dipilih,

diakui, serta dijadikan landasan dalam setiap

aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara

Indonesia.

2. Hubungan antara tiap-tiap sila dalam Pancasila yakni

tiap-tiap sila dari kelima sila yang ada merupakan

kesatuan yang saling berhubungan, saling berhubungan,

dan saling bekerja sama membentuk kesatuan yang bulat

dan utuh. Dimana sila yang satu mengandung dan

melengkapi sila yang lainnya, sehingga tiap-tiap sila

tidak bisa berdiri sendiri.

3. Peran Filsafat Pancasila dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara adalah sebagai paradigma. Dalam artian

Filsafat Pancasila merupakan sumber dari segala

sumber hukum yang ada di Indonesia, baik dalam segi

politik, sosial, ekonomi, hubungan internasional,

maupun dalam segi religius.

FILSAFAT PANCASILA

Ainun Nihayah (142210101043)

Mila Nur Azizah (142210101073)

Sri Respati Ayuningsih (142210101082)

Universitas Jember

Daftar PustakaKaelan, dan Achmad Zubaidi. 2012, Pendidikan Kewarganegaraan

untuk Perguruan Tinggi, Paradigma : Yogyakarta

Winarno. 2006, Pendidikan Kewarganegaraan Edisi Kedua, Bumi

Aksara : Surakarta

Kaelan. 2008, Pendidikan Pancasila, Paradigma : Yogyakarta

http://wikipedia.com