MAKALAH FILSAFAT ILMU

51
BAB I ONTOLOGI Ruang lingkup garapan Ontologi itu sendiri meliputi Fisika dan Metafisika. Metafisika masih menjadi perdebatan, terutama di kalangan filosuf barat, yang kemudian dibatasi hanya pada obyek-obyek empiris. Maka ilmu hanya membahas daerah-daerah yang berada dalam jangkauan. Ontologi kadang-kadang disamakan dengan metafisika. Metafisika ini disebut juga sebagai prote-filosifia atau filsafat pertama. Sebelum manusia menyelidiki yang lain, manusia berusaha mengerti hakikat sesuatu. Manusia dalam antaraksinya dengan semesta raya, melahirkan pertanyaan- pertanyaan filosofis. Apakah sesungguhnya hakikat realita yang ada ini. Apakah realita yang menampak ini suatu relita materi saja. Ataukah ada sesuatu di balik realita itu, suatu “rahasia” alam. Apakah wujud-wujud semesta ini bersifat tetap, kekal tanpa perubahan. Ataukah hakikat semesta ini adalah perubahan semata-mata?. Apakah realita ini terbentuk atas satu unsur, dua unsur (monisme), ataukah lebih dari dua unsur (dualisme), yakni serba banyak (pluralisme)? Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah pertanyaan Metafisis atau ontologis. Sesuatu realita sebagai suatu perwujudan menampakkan diri sebagai satu “tubuh”, satu eksistensi. Sesuatu itu mendukung satu perwujudan, yakni keseluruhan sifatnya. Dan yang utama dari perwujudan itu adalah eksistensinya, dengan perkataan lain, wujud atau adanya sesuatu adalah primer. Sedangkan sifat-sifat yang lain, seperti ukuranya, bentuknya, warnanya, beratnya dan sebagainya adalah sekunder. Ini berarti pula eksistensi suatu realita itu adalah fundamental atau essensial. Sedangkan sifat-sifat lain adalah sesuatu yang accidental, suatu atribut saja. Ontologi atau metafisika terutama bertolak atas penyelidikanya tentang hakikat ada. Secara garis besar ontologi ada itu antara lain: ada mutlak, ada terbatas, ada umum dan ada khusus. Pandangan ontologi ini secara praktis akan menjadi masalah utama di dalam pendidikan. Sebab, anak bergaul dengan dunia lingkunganya dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti sesuatu. Anak-anak, baik di masyarakat maupun di sekolah selalu menghadapi realita, obyek pengalaman: benda mati, benda hidup, sub-human dan human. Bagaimana asas-asas pandangan religious tentang adanya makhluk-makhluk yang 1

Transcript of MAKALAH FILSAFAT ILMU

BAB I

ONTOLOGIRuang lingkup garapan Ontologi itu sendiri meliputi Fisika

dan Metafisika. Metafisika masih menjadi perdebatan, terutamadi kalangan filosuf barat, yang kemudian dibatasi hanya padaobyek-obyek empiris. Maka ilmu hanya membahas daerah-daerahyang berada dalam jangkauan.

Ontologi kadang-kadang disamakan dengan metafisika.Metafisika ini disebut juga sebagai prote-filosifia ataufilsafat pertama. Sebelum manusia menyelidiki yang lain,manusia berusaha mengerti hakikat sesuatu. Manusia dalamantaraksinya dengan semesta raya, melahirkan pertanyaan-pertanyaan filosofis. Apakah sesungguhnya hakikat realitayang ada ini. Apakah realita yang menampak ini suatu relita materi saja. Ataukah ada sesuatu di balik realita itu, suatu“rahasia” alam. Apakah wujud-wujud semesta ini bersifattetap, kekal tanpa perubahan. Ataukah hakikat semesta iniadalah perubahan semata-mata?. Apakah realita ini terbentukatas satu unsur, dua unsur (monisme), ataukah lebih dari duaunsur (dualisme), yakni serba banyak (pluralisme)?

Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah pertanyaan Metafisisatau ontologis. Sesuatu realita sebagai suatu perwujudanmenampakkan diri sebagai satu “tubuh”, satu eksistensi.Sesuatu itu mendukung satu perwujudan, yakni keseluruhansifatnya. Dan yang utama dari perwujudan itu adalaheksistensinya, dengan perkataan lain, wujud atau adanyasesuatu adalah primer. Sedangkan sifat-sifat yang lain,seperti ukuranya, bentuknya, warnanya, beratnya dansebagainya adalah sekunder. Ini berarti pula eksistensi suaturealita itu adalah fundamental atau essensial. Sedangkansifat-sifat lain adalah sesuatu yang accidental, suatuatribut saja. Ontologi atau metafisika terutama bertolak ataspenyelidikanya tentang hakikat ada.

Secara garis besar ontologi ada itu antara lain: adamutlak, ada terbatas, ada umum dan ada khusus. Pandanganontologi ini secara praktis akan menjadi masalah utama didalam pendidikan.  Sebab, anak bergaul dengan dunialingkunganya dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengertisesuatu. Anak-anak, baik di masyarakat maupun di sekolahselalu menghadapi realita, obyek pengalaman: benda mati,benda hidup, sub-human dan human. Bagaimana asas-asaspandangan religious tentang adanya makhluk-makhluk yang

1

berakhir dengan kematian, bagimana kehidupan dan kematiandapat di mengerti. Begitu pula realita semesta, daneksistensi manusia yang memiliki jasmani dan rokhani. Bahkanbagaimana sebenarnya eksistensi Tuhan Maha Pencipta.

Memang bukanlah kewajiban sekolah atau pendidikan semata-mata membimbing pengertian anak-anak untuk memahami realitadunia yang nyata ini. Kewajiban sekolah juga untuk membinakesadaran tentang kebenaran yang berpangkal atas realita itutadi. Ini berarti realita itu sebagai tahap pertama, sebagaistimulus untuk menyelami kebenaran. Anak-anak secarasistematis wajib dibina potensi berpikir kritis untukmengerti kebenaran itu. Mereka harus mampu mengertiperubahan-perubahan dalam lingkungan hidupnya baik tentangadat istiadat, tentang tata sosial dan pola-pola masyarakat,maupun tentang nilai-nilai moral dan hukum. Daya pikir yangkritis akan sangat membantu pengertian tersebut, kewajibanpendidikan melalui latar belakang ontologis ini ialah membinadaya pikir yang tinggi dan kritis.

2

A. Pengertian OntologiOntologi dalam Bahasa Inggris “Ontologi” berakar dari

bahasa Yunani “On” berarti ada dan “Ontos” berartikeberadaan sedangkan “Logos” berarti pemikiran.

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yangpaling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebutmebahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. TokohYunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologisdikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles Padamasanya, kebanyakan orang belum membedakan antarapenampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagaifilsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa airmerupakan substansi terdalam yang merupakan asal mulasegala sesuatu. Namun yang lebih penting ialahpendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu ituberasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itutidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).

Ontologi merupakan salah satu dari obyek garapanfilsafat ilmu yang menetapkan batas lingkup dan teoritentang hakikat realitas yang ada (Being), baik berupawujud fisik (al-Thobi’ah) maupun metafisik (ma ba’da al-Thobi’ah) selain itu Ontologi merupakan hakikat ilmu itusendiri dan apa hakikat kebenaran serta kenyataan yanginteren dengan pengetahuan ilmiah tidak terlepas daripersepektif filsafat tentang apa dan bagaimana yang ada.

B. Ontologi Menurut Para Filsuf1. Lois O. Kattsoff

Ontology menurut Lois O. Kattsoff yang dibagi menjadiempat bagian yaitu:a) Ontology Bersahaja adalah sesuatu dipandangsewajarnya dan apa adanya,

b) Ontologi Kuantitatif adalah sesuatu yangdipertanyakan mengenai tunggal atau jamaknya,

c) Ontologi Kualitatif adalah sesuatu yang berangkatdari pertanyaan apa yang merupakan jenis pertanyaanitu. Dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas)tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnyadaun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yangberbau harum.

d) Ontologi Moderik adalah jika dikatakan bahwakenyataan itu tunggal adanya, keanekaragaman,perbedaan dan perubahan dianggap semu belaka yang pada

3

akhirnya akan melahirkan ontologi monistik atauidealisme.

2. AristotelesUntuk Aristoteles ada empat dimensi ontologis yang

berbeda:a) Menurut berbagai kategori atau cara menangani yangsedang seperti itu

b) Menurut kebenaran atau kesalahan (misalnya emaspalsu, uang palsu)

c) Apakah itu ada dalam dan dari dirinya sendiri atauhanya “datang bersama” oleh  kecelakaan

d) Sesuai dengan potensinya, gerakan (energi) ataujadi kehadiran (buku metafisika   theta).

3. Lorens BagusLorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi

dalam ontologi, yaitu : abstraksi fisik, abstraksibentuk, dan abstraksi metaphisik. a) Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khassesuatu objek.

b) Abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yangmenjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. 

c) Abstraksi metaphisik mengetangahkan prinsip umumyang menjadi dasar dari semua realitas. Sedangkan metode pembuktian dalam ontologi oleh

Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu : a) Pembuktian apriorib) Pembuktian aposteriori.

4. PlatoBeberapa filsuf, terutama dari sekolah Plato,

berpendapat bahwa semua kata benda (termasuk kata bendaabstrak) mengacu kepada badan ada. Filsuf lainberpendapat bahwa kata benda tidak selalu entitas nama,tetapi beberapa memberikan semacam singkatan untukreferensi untuk koleksi baik benda atau peristiwa. Dalampandangan yang terakhir, pikiran, bukannya merujuk padasuatu entitas, mengacu pada koleksi peristiwa mentalyang dialami oleh seseorang, masyarakat yang mengacupada kumpulan orang-orang dengan beberapa karakteristikbersama, dan geometri mengacu pada koleksi dari jenisyang spesifik intelektual. Aktivitas Di antara kutubrealisme dan nominalisme, ada juga berbagai posisi lain,tetapi ontologi apapun harus memberi penjelasan tentang

4

kata-kata yang mengacu kepada badan usaha, yang tidak,mengapa, dan apa kategori hasil.

Ketika seseorang berlaku proses ini untuk kata bendaseperti elektron, energi, kontrak, kebahagiaan, ruang,waktu, kebenaran, kausalitas, dan Tuhan, ontologimenjadi dasar untuk banyak cabang filsafat

5. Suriasumantri (1985)Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita

ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengankata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”.Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan :a) Apakah obyek ilmu yang akan ditelaah,b) Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut,dan

c) Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan dayatangkap manusia (seperti berpikir, merasa, danmengindera) yang membuahkan pengetahuan.

6. Soetriono & Hanafie (2007)Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas

atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan(obyek ontologis atau obyek formal dari pengetahuan)serta penafsiran tentang hakikat realita (metafisika)dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapatmerupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikajioleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alamkenyataan dan keberadaan.

7. The Liang GieOntologi adalah bagian dari filsafat dasar yang

mengungkap makna dari sebuah eksistensi yangpembahasannya meliputi persoalan-persoalan:a) Apakah artinya ada, hal ada ?b) Apakah golongan-golongan dari hal yang ada ?c) Apakah sifat dasar kenyataan dan hal ada ?d) Apakah cara-cara yang berbeda dalam mana entitasdari  kategori-kategori logis yang berlainan (misalnyaobjek-objek fisis, pengertian universal, abstraksi danbilangan) dapat dikatakan ada ?

8. Ensiklopedi Britannica Yang juga diangkat dariKonsepsi Aristoteles

Ontologi Yaitu teori atau studi tentang being / wujudseperti karakteristik dasar dari seluruh realitas.Ontologi sinonim dengan metafisika yaitu, studifilosofis untuk menentukan sifat nyata yang asli (real

5

nature) dari suatu benda untuk menentukan arti, strukturdan prinsip benda tersebut. (Filosofi ini didefinisikanoleh Aristoteles abad ke-4 SM)

C. Aliran OntologiDalam pemahaman ontology dapat dikemukakan pandangan

pokok sebagai berikut:1. Aliran Monoisme

Berpendapat bahwa hakikat yang asal dari seluruhkenyataan itu hanya satu, tidak mungkin dua, masing-masing bebas berdiri sendiri. Haruslah salah satunyasumber yang pokok dan domonan yang menentukanperkembangan lain, aliran ini juga berpendapat bahwayang ada itu serba sepirit, ideal dan serba Roh yangkemudian dikelompokan kedalam aliran Monoisme-idealisme.Paham ini terbagi ada dua:a) Aliran Materialisme

Yang berpendapat bahwa sumber yang asal ituadalah materi bukan juga rohani atau yang seringdisebut naturalisme. Menurutnya zat yang matimerupakan kenyataan satu-satunya fakta dan jiwa atauruh tidaklah merupakan kenyataan yang berdirisendiri.

Aliran materialisme ini menganggap bahwa sumberyang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliranpemikiran ini dipelopori oleh Bapak Filsafat yaituThales (624-546 SM). Dia berpendapat bahwa sumberasal adalah air karena pentingnya bagi kehidupan.Aliran ini sering juga disebut naturalisme.Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dansatu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi/alam,sedangkan jiwa /ruh tidak berdiri sendiri.Anaximander (585-525 SM). Dia berpendapat bahwaunsur asal itu adalah udara dengan alasan bahwa udaramerupakan sumber dari segala kehidupan. Dari segidimensinya paham ini sering dikaitkan dengan teoriAtomisme. Menurutnya semua materi tersusun darisejumlah bahan yang disebut unsur. Unsur-unsur itubersifat tetap tak dapat dirusakkan. Bagian-bagianyang terkecil dari itulah yang dinamakan atom-atom.Demokritos (460-370 SM). Ia berpendapat bahwa hakikatalam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya,

6

tak dapat di hitung dan amat halus. Atom-atom inilahyang merupkan asal kejadian alam.

b) Aliran IdealismeIdealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu

yang hadir dalam jiwa. Aliran ini menganggap bahwadibalik realitas fisik pasti ada sesuatu yang tidaktampak. Bagi aliran ini, sejatinya sesuatu justruterletak dibalik yang fisik. Ia berada dalam ide-ide,yang fisik bagi aliran ini dianggap hanya merupakanbayang-bayang, sifatnya sementara, dan selalu menipu.Eksistensi benda fisik akan rusak dan tidak akanpernah membawa orang pada kebenaran sejati.

Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui dalamajaran Plato (428-348 SM) dengan teori idenya.Menurutnya, tiap-tiap yang ada di dalam mesti adaidenya yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alamnyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupabayangan saja dari alam ide itu. Jadi, idelah yangmenjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.

2. Aliran DualismeAliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua

macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikatmateri dan hakikat rohani, benda dan roh, jasad danspirit. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas danberdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungankeduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini.

Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yangdianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakankedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran(rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini tercantumdalam bukunya Discours de la Methode (1637) danMeditations de Prima Philosophia (1641). Dalam bukunyaini pula, Ia menerangkan metodenya yang terkenal denganCogito Descartes (metode keraguan Descartes/CartesianDoubt). Disamping Descartes, ada juga Benedictus deSpinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm von Leibniz(1646-1716 M).

3. Aliran PluralismePaham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk

merupakan kenyataan. Lebih jauh lagi paham inimenyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyakunsur.

7

Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalahAnaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwasubstansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara.

Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M) yang terkenal sebagai seorang psikolog danfilosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning of Truth,James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak,yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdirisendiri, lepas dari akal yang mengenal. Apa yang kitaanggap benar sebelumnya dapat dikoreksi/diubah olehpengalaman berikutnya.

4. Aliran Nihilisme Merupakan sebuah doktrin yang tidak mengakui

Validitas alternative yang positif. Gorgias berpandanganbahwa ada tiga proposisi tentang realitas.

Tidak ada satupun yang eksis beranggapan bahwakontradiksi tidak dapat diterima, maka pemikiran tidakmenyatakan apa-apa tentang realitas. Bila suatu itu ada,ia tidak dapat diketahui, ini disebabkan penginderaantidak dapat dipercaya, pengideraan adalah sumber ilusi.Akal juga tidak mampu meyakinkan kita tentang bahan alamsemesta karena kita telah didukung oleh kelimasubyektif, kita berfikir sesuai dengan kemauan dan ideyang kita terapkan pada fenomena. Sekalipun realitas itudapat kita ketahui, ia tidak akan dapat memberikankepada orang lain.

5. Aliran AgnotismePaham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk

mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupunruhani. Kata Agnoticisme berasal dari bahasa Greek yaituAgnostos yang berarti unknown. A artinya not, Gnoartinya know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belumdapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secarakonkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dandapat kita kenal. Aliran ini seperti FilsafatEksistensinya Soren Kierkegaar (1813-1855 M), yangterkenal dengan julukan sebagai Bapak FilsafatEksistensialisme yang menyatakan bahwa manusia tidakpernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai akuindividual yang sama sekali unik dan tidak dapatdijabarkan ke dalam sesuatu orang lain. Berbeda denganpendapat Martin Heidegger (1889-1976 M), yang mengatakan

8

bahwa satu-satunya yang ada itu ialah manusia, karenahanya manusialah yang dapat memahami dirinya sendiri.Tokoh lainnya adalah, Jean Paul Sartre (1905-1980 M),yang mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikatberadanya manusia bukan entre (ada), melainkan a entre(akan atau sedang). Jadi, agnostisisme adalah pahampengingkaran/penyangkalan terhadap kemampuan manusiamengetahui hakikat benda, baik materi maupun ruhani.

D. Aspek OntologiOntologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat

oleh satu perwujudan tertentu. Dalam kaitan dengan ilmu,aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaaholeh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkuppenelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada dalamjangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yangsesuai dengan akal manusia.

Aspek Ontologi Ilmu Pengetahuan tertentu hendaknyadiuraikan/ditelaah secara :1. Metodis; Menggunakan cara ilmiah2. Sistematis; Saling berkaitan satu sama lain secara

teratur dalam suatu keseluruhan3. Koheren; Unsur-unsurnya harus bertautan,tidak boleh

mengandung uraian yang bertentangan4. Rasional; Harus berdasar pada kaidah berfikir yang

benar (logis)5. Komprehensif; Melihat obyek tidak hanya dari satu

sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensionalatau secara keseluruhan (holistik)

6. Radikal; Diuraikan sampai akar persoalannya, atauesensinya

7. Universal; Muatan kebenarannya sampai tingkat umumyang berlaku di mana saja. Contoh aspek ontologi padailmu matematikaAspek ontologi pada ilmu matematika akan diuraikan

sebagai berikut :1. Metodis; matematika merupakan ilmu ilmiah (bukan

fiktif)2. Sistematis; ilmu matematika adalah ilmu telaah pola

dan hubungan artinya kajian-kajian ilmu matematikasaling berkaitan antara satu sama lain

3. Koheren; konsep, perumusan, definisi dan teorema dalammatematika saling bertautan dan tidak bertentangan

9

4. Rasional; ilmu matematika sesuai dengan kaidahberpikir yang benar dan logis

5. Komprehensif; objek dalam matematika dapat dilihatsecara multidimensional (dari barbagai sudut pandang)

6. Radikal; dasar ilmu matematika adalah aksioma-aksiomaUniversal; ilmu matematika kebenarannya berlaku secaraumum dan di mana saja.

E. Metafisika dan KosmologiScope ontologi ini kadang-kadang dibedakan antara

metafisika  dengan kosmologi. Untuk menyelidiki realitasemesta yang tak terbatas itu dianggap perlu ada semacampengkhususan.1. Metafisika

Metafisika diartikan dengan beberapa pengertian.Kadang-kadang metafisika diartikan dengan ontologi itusendiri. Secara etimologis metafisika berarti “di balikatau di belakang fisika”(meta = belakang). Istilah initerjadi secara kebetulan. Waktu para ahli menyusun untukmembukukan karya aristoteles, mereka menempatkan babtentang filsafat sesuda bab tentang fisika (ilmuan alamsaja). Melainkan memang hakikat yang diselidiki olehmetafisika ialah hakikat realita, menjangkau sesuatu dibalik realita, artinya berbeda dengan cara mengertirealita dalam arti pengalaman sehari-hari, sebabmetafisika ingin mengerti sedalam-dalamnya.

Metafisika ingin mengerti suatu “otherword”, sedangpengetahuan biasa ingin mengerti suatu ‘this wordly”.Metafisika juga mengandung pengertian menyelidikihakikat realita dalam arti realita, fakta, spiritual,maupun yang berubah-ubah atau tetap, dan yang di balikrealita.

2. KosmologiKosmologi memusatkan perhatianya kepada relita

kosmos, yakni keseluruhan sistem semesta raya. Kosmologimeliputi baik realita yang khusus maupun yang umum, yanguniversal. Jadi kosmologi terbatas pada realita yanglebih nyata, dalam arti alam fisis yang material.Walaupun kosmologi tak mungkin merangkul alam semestadalam arti menghayati secara indera, tetapi kosmologimenghayati realita semesta secara intelektual.

Implikasi pandangan ontologi di dalam pendidikanialah bahwa dunia pengalaman manusia yang harus

10

memperkaya kepribadian bukanlah hanya alam raya danisisnya dalam arti sebagai pengalaman sehari-hari.Melainkan sebagai suatu yang tak terbatas, realitasfisis, spiritual, yang tetap dan yang berubah-ubah(dinamis). Juga hukum dan sistem kesemestaan yangmelahirkan perwujudan harmoni dalam alam semesta,termasuk hukum dan tertib yang menentukan kehidupanmanusia.

F. Ontologi Dalam Perspektif Islam 1. Pandangan Al-Qur’an Terhadap Alam Semesta

Ontologi merupakan salah satu objek garapanfilsafat ilmu yang menetapkan batas lingkup dan teoritentang hakikat realitas yang ada (being), baik berupawujud fisik (al-tobi’ah) maupun metafisik (ma ba’da al-tobi’ah). Upaya penelaahan dan pemahaman terhadaphakikat alam semesta dan yang terkait di dalamnya sudahmuncul sejak zaman Yunani kuno. Thales (631-550 SM),Bapak filsafat Yunani, misalnya, telah meneliti asalmuasal kejadian alam semesta dan berkesimpulan bahwasegala sesuatu yang ada berasal dari air. Sepuluh abadberikutnya, al-Qur’an membirikan informasi danmenegaskan, bahwa segala sesuatu diciptakakn dari air,“Dan Kami jadikan segala sesuatu dari air”. (QS. Al-anbiya’, 21:30). Kemudian diteruskan oleh filosof-filosof sesudahnya, Anaximandros (610-546 SM),Anaximenes (585-528 SM), dan Heraklitos (540-475 SM)yang akhirnya dikenal sebagai filosof Ionioan School(madrasah al-iyuniyah). Di tangan merekalah ditemukanempat elemen bumi yaitu air, api, udara dan tanah, yangdikenal sebagai al-ustuqsat al-arba’ah (elementum).

Atas dasar itulah, realitas (al-mawjud) dalamperspektif Islam juga meliputi fisika dan metafisika.Hanya, dalam diskursus filsafat Islam, objek kajiannyalebih banyak menyentuh persoalan metafisika, terutamabagian ketuhanan dan hubungannya dengan penciptaan alamsemesta, sehingga filsafat dalam Islam disebut jugasebagai filsafat ketuhanan (al-falsafah al-ilahiyyah)atau filsafat pertama (al-falsafah al-ula), karenamenyentuh pembahasan tentang Allah sebagai sebabpertama (causa prima). Adapun wilayah fisika terkaitdengan ilmu-ilmu ke-alaman seperti kedokteran, ilmu

11

alam, eksakta, Astronomi, dan lain-lain, yang di masaklasik Islam menjadi keahlian para filosof Islam.

Penjelasan dari teks di atas adalah semua yang adadi dunia ini adalah berasal dari Tuhan, dalam hal iniadalah Allah SWT sebagai sebab pertama. Segala ilmuyang ada sekarang ini adalah berasal ari-Nya. Dia-lahyang menciptakan segala yang ada di alam semesta ini.Baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi.

Lebih dari itu, al-Qur’an memandang alam semestasebagai ciptaan Tuhan dengan menggunakan kata dasar(al-khalq). Istilah ciptaan, yang berarti makhluk danterulang sebanyak 57 kali dalam al-qur’an ini adalahkata serupa yang digunakan untuk mengungkapkanperilakku penciptaan itu sendiri., yakni khalaqa, yangmenunjukkan proses kejadian alam semestayang tundukkepada hukum-hukum kausalitas (al-sababiyah) yang tidaktunduk kepada perubahan dan penggantian(tahwil:tabdil), sebagaimana yang dinyatakan oleh al-qur’an: “dan kamu tidak akan menemukan suatu perubahandalam ciptaaan Allah”(QS. Fatir 35:43, QS. al-Ahzab33:62, QS. al-Fath, QS. Al-Isra’ 17:77).

2. Proses Penciptaan Alam SemestaAlam berarti dunia fisik, yaitu kita berhubungan

dengannya lewat lewat indra kita. Dalam al-Qur’anterdapat 750 ayat yang merujuk pada fenomena alam.Hampir seluruh ayat ini memerintahkan manusia untukmempelajari kitab (hal-hal yang berhubungan dengan)penciptaan dan merenungkan isinya.

Kata khalaqah bukan merupakan terma tunggal yangdigunakan dalam al-Qur’an untuk menunjukkan maknapenciptaan. Namun, proses penciptaan alam semestadiungkapkan dengan menggunakan istilah yang beragam:khalaqa, sawwa, fatara, sakhkhara, ja’ala dan ba’da.Semua sebutan untuk penciptaan ini mengandung maknamengadakan, membuat, mencipta atau menjadikan dengantidak meniscayakan waktu dan tempat penciptaan. Dengankata lain, bahwa penciptaan alam semestatidak mestiharus didahului oleh ruang dan waktu. Meskipundemikian, kata yang paling dirujukoleh al-Qur’an adalahkhalaqa (dalam berbagai bentuk pelakunya), yaknisebanyak 161 kali dan yakhkhluku (dalam berbagai bentukdan pelakunya), sebanyak 8 kali, ditambah dengan bentukjamaknya sebanyak 4 kali. seperti yang dinyatakan

12

didalam al-Qur’an, bahwa “dialah yangmemnciptakanbagimu semua yang ada di langit dan bumi, kemudian Diabersemayam di langat dan menciptakannya tujuh tingkatanlangit. Dan dialah yang maha mengetahui terhadap segalasesuatu” (QS. Al-baqarah, 2:29); juga ayat,“sesungguhnya tuhanmu adalah Allah yang menciptakanlangit dan bumi sdalam enam hari, kemudian bersemayamsiatas singgasana ‘arsy’ (QS. Yunus, 10:3).

Kata kerja lain yang digunakan meskipun dalamjumlah kecil, adalah bada’a yang berarti mengadakasesuattu yang baru tanpa contoh (penemuan baru).Misalnya, dalam al-qur’an disebutkan, bahwa”penciptalangit dan bumi, tatkala meniscayakan sesuatu diamengatakan adalah, maka ia ada” (QS. Al-baqarah,2:117). Pada kesempatan lain al-Qur’an menggunakan katakerja lain ja’ala yang bermakna membuat ataumenjadikan, seperti dalam ayat: “dialah yang menjadikanmatahari bercahaya dan bulan bersinar” (QS.Yunus:10:5). Selain itu juga penggunaankata fatara,sawwa, dan sakhkhara sebagaimana yang disebutkandiatas.

Dalam diskursus keagamaan dan kefilsafatan, hakekatpenciptaan telah menjadi perdebatan panjang yangbermuara pada perbedaan interpretas etimologis terhadapterma-terma yang digunakan oleh al-qur’an diatas.Misalnya apakah penciptaan alam semesta didahului olehadanya ruang dan waktu ataukah tidak. karena hall iniberimplikasi kepada premis tentang keazalia dankeabadian alam semesta, maka para teolog musliberpendapat bahwa Allah menciptakan alam semesta dalamketiadaan (al-khalq min ‘adam) atau creatio ex nihillo.Bagi mereka, karena Allah maha kuasa, maka menciptakansesuatu dari ketiadaan bukannlah sesuatu kemustahilan.Dipihak lain, dengan premis-premis logika dan postulat-postulat ilmu serta pengamatan fenomina alam secaraalamiah, para filosof berpendapat bahwa penciptaan dariketiadaan adalah mustahil. Pada hakikatnya menurutmereka yang terjadi dalam penciptaan adalah pengubahanbahan dari bentuk yang satu kebentuk yang lainnya.

Ibnu Rusyd misalnya, memandang realitas itu adatiga macam. Pertama, realitas yang adanya dari tiadadan tidak disebabkan oleh apapun atau tidak didahuluioleh adanya ruang dan waktu. Realitas inidisebut dengan

13

realitas azali dan abadi yang merupakan sebab bagiadanya segala sesuatu. Dalam istilah agama realitasazali disimbolkan sebagai tuhan (Allah) yang transendendalam semua aspek-aspeknya. Kedua, realitas yang adanyadari sesuatu (misalnya bahan materi) karena sebabtertentu, serta didahului oleh ruang dan waktu. Realitsini adalah semua benda yang ada didalam alam semestaini, termasuk keempat elemen bumi, yakni api, air,tanah, dan udara, yang dikenal dengan (al-ustuqsat al-arba’ah). Ketiga, realitas yang adanya dari tiada,namun adanya karena sebab dan tidak didahului olehruang dan waktu. Realitas ini adalah alam sebagaiterciptanya benda-benda didalamnya. Karena adanya tidakdidahului oleh ruang dan waktu, maka ia azalai danabadi seperti yang menyebabkannya. Hanya, realitas inidibawah tingkatan realitas pertama sebagi sebab pertamayakni Allah yang maha tinggi.

3. Penciptaan Langit Dan BumiPenciptaan alam semesta memang tidak disebutkan di

dalam al-Qur’an secara langsung, juga tidak dijelaskansecara mendetail dan rinci, sebagaimana Allahberfirman: “Aku tidak dipersaksikan kepada manusiatentang penciptaan langit dan bumi, dan tidak jugapenciptaan diri mereka…” (QS.al-Kahf, 18:51). Melainkandijelaskan secara global sebagai firman-Nya: “Hanyakepada-Nyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janjiyang benar dari Allah, sesungguhnya Allah menciptakanmakhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya(menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agarDia memberi pembalasan kepada orang-orang yang berimandan mengerjakan amal shaleh dengan adil. Dan untukorang-orang kafir disediakan minuman air panas dan azabyang pedih disebabkan kekafiran mereka” (QS. Yunus,10:4); “Segala pujj bagi Allah pencipta langit danbumi, yang menjadikan malaikat sebagai para utusan( untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyaisayap, masingh-masing ada yang dua, tiga dan empat.Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yangdikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atasaegala sesuatu” (QS. Qaf, 50:1).

Langit sebelum dijadukan oleh Allah adalah berupaasap, kabut atau gas, kemudian baru menjadi benda-bendadi angkasa luas. Benda-benda di angkasa itu pada

14

mulanya satu, kemidian pecah dan diantaranya menjadibumi. Seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an: “Danapakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanyalangit dan bumi itu keduanya dulu adalah satu yangpadu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan Kamijadikan segala sesuatu yang hidup, maka mengapakahmereka tiada beriman.”(QS. Al-Anbiya 21:30).

Langit dan bumi sepeti yang digambarkan Al-Qur’andiciptakan Tuhan dala enam hari, maksudnya berprosesdalam enam masa yang panjang, mengingat dalam ayat laindisebutkan sehari sama dengan seribu tahun atau limapuluh ribu tahun. Dan setidaknya ada tujuh ayat dariempat surat dalam Al-Qur’an yang dapat dijadikanrujukkan untuk mengetahui kejadian langit dan bumi.Ayat-ayat tersebut adalah (QS. Al-Ghasiyah, 88:17-20);(QS. Yunus, 10:101); (QS. al-Ankabut, 29:20); dan (QS.Al-Rum, 30:50). Dari tujuh ayat ini dapat dipahamikonsep dasar penciptaan langit dan bumi, hal initerlihat dengan jelas dalam surat al-Ghasiyah: “Makaapakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diadicptakan ; dan langit bagaimana ditinggikan; dangunung-gunung bagaimana ia ditegakkan dan bumi bumibagaimana dihamparkan(QS. Al-Ghasiyah, 88:17-20).

4. Penciptaan ManusiaManusia oleh al-Qur’an dipandang sebgai salah satu

ciptaan Allah efunrdi alam semesta dan gsi sebagaikhalifah-Nya di bumi. Al-Qur’an mencritakan bahwa Allahmenciptakan manusia dari bahan tanah (turab), tanahliat (tin), tanah liat kering (salsal) yang dibentukdari lumpur hitam (hama’) dan (ard). Misalnya firmanAllah: “Dari tanahlah kami ciptakan, dan pada kepadanyaKami kembalikan, dan darinya Kami bangkitkan kembali”(QS. Taha, 20:55). Dan pada kesempatan lain, jugadisebutkan bahwa manusia diciptakan dari air(ma’)seperti difirmankan: “dan Dialah yang menjadikanmanusia dari air” (QS. Al-Furqan, 25:54). Ayat-ayat inimemberikan pemahaman secara sepintas lalu bahwapenciptaan manusia dimulai dengan aiar dan tanah.

Dalam ayat lain, al-Qur’an member ilustrasi tentangproses kejadian manusia dari air benih (nutfah) yangdipancarkan (mani). Allah berfirman: “(Allah) yangpaling baik ciptaan-Nya dan memulai menciptakan manusia

15

ari tanah; kemudaian menjadikan keturunannya daripancaran air yang hina.” (QS. As-sajdah, 32:8).

G. Implikasi Pandangan Ontologi pada Filsafat Science ModernDalam filsafat science modern secara bersama ia

menunjukkan cara pandang mengenai objek materi ilmu dengankarakteristik :1. Memandang objek materi ilmu tidak dalam kerangka

pandangan adanya Pencipta yang memandang segala sesuatuselain Pencipta adalah ciptaan.

2. Memandang sesuatu sebagai suatu objek materi ilmusejauh ia berada dalam jangkauan indra dan/atau rasiomanusia untuk bisa memahaminya, dan pemahaman atasnyamerupakan fungsi dari indra dan/atau rasio itu.

3. Memandang keberadaan objek materi ilmu hanya dalamkerangka ruang dan waktu dunia belaka

4. Memandang obyel materi ilmu di atur oleh hokum-hukumkeberadaan, namun tidak mempersoalkan asas hokum-hukumkeberadaan itu.

16

BAB II

EPISTEMOLOGIA. Pengertian

Secara etimologis epistemologi berakar dari bahasayunani “episteme” yang berarti ilmu pengetahuan, dan logosjuga berarti pengetahuan jadi epistemologi berartipengetahuan mengenai pengetahuan. 

Epistemologi ialah suatu cabang filsafat yangmembahas sumber, proses, syarat, batas, validitas danhakikat pengetahuan. Dengan menyederhanakan batasan diatas, brameld kepercayaan dan jaminan bagi guru bahwa iamemberikan kebenaran kepada murid-muridnya.mendefinisikanepistemologi sebagai “ it is epistoemology that gives theteacher the assurance that he is conveying the truth tohis student” epistemologi  memberikan

Apakah ada hukum-hukum ilmu pengetahuan yangmemberikan pedoman kepada kita untuk percaya atau tidakpercaya tentang sesuatu. Bagaimana seharusnya sikap kitauntuk dapat mengerti kebenaran-kebenaran berupa pendapat-pendapat, instuisi, kepercayaan, fakta-fakta, yang adadalam lingkungan kita.

Menurut J.A Niels Mulder, epistemologi adalah cabangfilsafat yang mempelajari soal watak, batas-batas danberlakunya ilmu pengetahuan. Menurut Jacques Veuger,epustemologi adalah pengetahuan tentang pengetahuan danpengetahuan yang kita miliki.

Menurut Abbas Hamami Mintarejo, epistemologi adalahcabang filsafat yang membicarakan terjadinya pengetahuandan mengadakan penilaian terhadap pengetahuan yang telahterjadi. Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatuhakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidakdiketahuinya.

Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa:1. Hakikat itu ada dan nyata.2. Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu.3. Hakikat itu bisa dicapai, diketahui , dan dipahami.4. Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan, dan makrifat

atas hakikat itu.Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-

persoalan yang dihadapinya, dan jalan menuju ilmu danpengetahuan tidak tertutup bagi manusia.

17

Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yangbaru, misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakinibahwa hakikat itu benar-benar ada? Mungkin hakikat itumemang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalankita belaka? Kalau pun hakikat itu ada, lantas bagaimanakita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentanghakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itusebagaimana adanya? Apakah kita yakin bisa menggapaihakikat dan realitas eksternal itu? Sangat mungkin pikirankita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapaihakikat sebagaimana adanya, keraguan ini akan menguatkhususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yangterjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yangada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusia?

Persoalan-persoalan terakhir ini berbeda denganpersoalan-persoalan sebelumnya, yakni persoalan-persoalansebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat ituada, akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini,keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yangdiperdebatkan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contohberikut ini. Seseorang sedang melihat suatu pemandanganyang jauh dengan teropong dan melihat berbagai bendadengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda, lantasia meneliti benda-benda tersebut dengan melontarkanberbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya. Denganperantara teropong itu sendiri, ia berupaya menjawab danmenjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya.Namun, apabila seseorang bertanya kepadanya: Dari manaAnda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalammenampilkan warna, bentuk, dan ukuran benda-bendatersebut? Mungkin benda-benda yang ditampakkan olehteropong itu memiliki ukuran besar atau kecil?. Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinankesalahan penampakan oleh teropong. ayang dihasilkan olehteropong. Dengan ungkapan lain, tidak ditanyakan tentangkeberadaan realitas eksternal, akan tetapi, yangdipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagaialat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauh.

Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran, persepsi-persepsi pikiran, nilai dan keabsahan pikiran, kualitaspencerapan pikiran terhadap objek dan realitas eksternal,tolok ukur kebenaran hasil pikiran, dan sejauh manakemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan

18

mencerap objek eksternal, masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia. Terkadang kitamempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakikidan kenyataan eksternal, dan terkadang kita membahastentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikirandan indra. Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmuepistemologi.

B. Hubungan Epistimologi dengan Ilmu-ilmu Lain1. Hubungan epistimologi dengan ilmu logika

Ilmu logika adalah suatu ilmu yang mengajarkan tentangmetode berpikir benar, yakni metode yang digunakan olehakal untuk menyelami dan memahami realitas eksternalsebagaimana adanya dalam penggambaran dan pembenaran.

Dengan memperhatikan definisi ini, bisa dikatakanbahwa epistemologi jika dikaitkan dengan ilmu logikadikategorikan sebagai pendahuluan dan mukadimah, karenaapabila kemampuan dan validitas akal belum dikaji danditegaskan, maka mustahil kita membahas tentang metodeakal untuk mengungkap suatu hakikat dan bahkan metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu logika masih perludipertanyakan dan rekonstruksi, walhasil masih menjadihal yang diragukan.

2. Hubungan epistimologi dengan filsafatPengertian umum filsafat adalah pengenalan terhadap

eksistensi (ontologi), realitas eksternal, dan hakikatkeberadaan. Sementara filsafat dalam pengertian khusus(metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah umum tentangeksistensi. Dalam dua pengertian tersebut, telahdiasumsikan mengenai kemampuan, kodrat, dan validitasakal dalam memahami hakikat dan realitas eksternal. Jadi,epistemologi dan ilmu logika merupakan mukadimah bagifilsafat.

3. Hubungan epistimologi dengan Teologi dan TafsirIlmu kalam (teologi) ialah suatu ilmu yang menjabarkan

proposisi-proposisi teks suci agama dan penyusunanargumentasi demi mempertahankan peran dan posisi agama.Ilmu tafsir adalah suatu ilmu yang berhubungan denganmetode penafsiran kitab suci. Jadi, epistemologi berperansentral sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut,khususnya pembahasan yang terkait dengan kontradiksi ilmudan agama, atau akal dan agama, atau pengkajian seputar

19

pluralisme dan hermeneutik, karena akar pembahasan initerkait langsung dengan pembahasan epistemologi.

C. Urgensi EpistimologiJika kita perhatikan definisi epistemologi dan

hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya, maka jelaslahmengenai urgensi kajian epistemologi, terkhusus lagiapabila kita menyimak ruang pemikiran dan budaya yang adaserta kritikan, keraguan, dan persoalan inti yangdimunculkan seputar keyakinan agama dan dasar-dasar etika,fiqih, penafsiran, dan hak-hak asasi manusia dimanasentral dari semua pembahasan tersebut berpijak padaepistemologi.

Berkenaan dengan urgensi epistemologi, kami akan kutipungkapan seorang pemikir dan filosof Islam kontemporerasal Iran , Murthada Muthahhari , ia berkata “Pada era inikita menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat sosialdan ideologi yang berbeda dimana masing-masingnyamengusulkan suatu jalan dan solusi hidup. Aliran-aliranini memiliki sandaran pemikiran yang bersaing satu samalain untuk merebut pengaruh. Muncul suatu pertanyaan,mengapa aliran-aliran dan ideologi-ideologi tersebutmemiliki perbedaan? Jawabannya, penyebab lahirnyaperbedaan-perbedaan tersebut terletak pada perbedaan

Pandangan dunianya (word view) masing-masing. Hal inikarena, semua ideologi berpijak pada pandangan dunia dansetiap pandangan dunia tertentu akan menghadirkan ideologidan aliran sosial tertentu pula. Ideologi menentukan apayang mesti dilakukan oleh manusia dan mengajukan bagaimanametode mencapai tujuan itu. Ideologi menyatakan kepadakita bagaimana hidup semestinya. Mengapa ideologimengarahkan kita? Karena pandangan dunia menegaskan suatuhukum yang mesti diterapkan pada masyarakat dan sekaligusmenentukan arah dan tujuan hidup masyarakat. Apa yangditentukan oleh pandangan dunia, itu pula yang akandiikuti oleh ideologi.

Ideologi seperti filsafat praktis, sedangkan pandangandunia menempati filsafat teoritis. Filsafat praktisbergantung kepada filsafat teoritis. Mengapa suatuideologi berpijak pada materialisme dan ideologi lainnyabersandar pada teisme? Perbedaan pandangan dunia tersebutpada hakikatnya bersumber dari perbedaan dasar-dasarpengenalan, pengetahuan, dan epistemologi. “Epistemologi

20

pada Zaman Yunani Kuno dan Abad PertengahanPerjalanan historis epistemologi dalam filsafat Islam danBarat memiliki perbedaan bentuk dan arah. Perjalananhistoris epistemologi dalam filsafat barat ke arahskeptisisme dan relativisme.

Skeptisisme diwakili oleh pemikiran David Hume,sementara relativsime nampak pada pemikiran Immanuel Kant.Sementara perjalanan sejarah epistemologi di dalamfilsafat Islam mengalami suatu proses yang menyempurna danberhasil menjawab segala bentuk keraguan dan kritikan atasepistemologiatau hushûlî dan hudhûrî, macam-macam ilmuhudhûrî, dan hal yang terkait dengan kategori-kategorikedua filsafat. Walaupun masih dibutuhkan langkah-langkahbesar untuk menyelesaikan persoalan-persoalan partikularyang mendetail di dalam epistemologi. Konstruksi pemikiranfilsafat Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehinggamampu memberikan solusi universal yang mendasar ataspersoalan yang terkait dengan epistemologi. Pembahasanyang berhubungan dengan pembagian ilmu, yakni ilmu dibagimenjadi gagasan/konsepsi (at-tashawwur) dan penegasan (at-tashdiq)

Apakah ada hukum-hukum ilmu pengetahuan yang memberikanpedoman kepada kita untuk percaya atau tidak percayatentang sesuatu. Bagaimana seharusnya sikap kita untukdapat mengerti kebenaran-kebenaran berupa pendapat-pendapat, instuisi, kepercayaan, fakta-fakta, yang adadalam lingkungan kita.

Misalnya : perkataan tahu berikut mengandung pengertianyang berbeda-beda, baik sumbernya , maupun validitasnya:1. Kau tak dapat meniru saya. Saya tahu siapa penipu dan

siapa bukan penipu2. Tentu saja saya tahu ia menangis, karena saya

melihatnya.3. Percayalah, saya tahu apa yang saya bicarakan: bukankah

konstitusi kita menyatakan demikian .4. Kami tahu bahwa jembatan itu safe, karena  baru saja

kami melewatinya dengan aman.Masing-masing pernyataan di atas menyatakan wujud atau

keadaan tahu, tapi masing-masing contoh itu berdasarkancara tahu dan alasan-alasan tahu yang berbeda-beda.Manakah di antara tahu itu tadi yang dapat di katagorikansebagai knowledge.

21

Dalam contoh A tahu di sini bedasarkan pertimbanganyang bersifat pribadi. Apa yang dilihat dan di tafsirkanoleh seseorang sebagai penipu, tindak kriminal, mungkinsama sekali tak di mengerti oleh pribadi orang lain.

Contoh B satu kasus yang bersumber atas data observasilangsung, ia percaya dan tahu apa yang ia sadari itu benaradanya, karena demikianlah kesadaran pancainderanyamenghayati realita itu.

Contoh C berdasarkan atas status prestise wewenangsiapa yang menyatakan. Juga sumberyang berwujud dokumen(yaitu UUD) tak mengharuskan adanya observasi langsung.

Contoh D memberikan pengertian bahwa knowledge adalahproduk pengalaman-pengalaman yanjg teruji oleh keseluruhanpenghayatan: bukan hanya kesan indera saja.

Di balik semua contoh itu – dan ada banyak contoh-contoh yang lain – memberi pengetahuan kepada kita tentangbagaimana dan bila kita mengetahui dalam hubunganyabagaimana dan bila kita tidak mengetahui. Dengan perkataanlain, kita percaya sesuatu “kebenaran” setelah kitamemiliki ukuran, kriteria. Yakni kriteria epistemologi.

Semabtika dan logika amat berperan dalam epistemologi,demikian pula metode-metode berpikir seperti metodededuktif dan induktif. Berdasarkan jenis cara mengetahui,dapat dinilai bahwa tingkat kepastian kebenaran yangdiperoleh berbeda-beda:

Pertama, di tentukan oleh “kemampuan penginderaan“setiap orang. Sedangkan kemampuan penginderaan tersebutdi pengaruhi oleh posisi dan kepentingan masing-masingterhadap objek.

Kedua, perbedaan kebenaran juga di tentukan “kemampuanpikiran” yang berbeda pada setiap objek. Secara internalbakat kecerdasan setiap subjek berbeda-beda. Begitu pulasecara eksternal pengaruh lingkungan setiap objek jugaberbeda baik kualitas maupun kuantitasnya.

D. Sejarah Epistemologi Dalam Filsafat BaratApabila kita membagi perjalanan sejarah filsafat Barat

dalam tiga zaman tertentu (Yunani kuno, abad pertengahan,dan modern) dan menempatkan Yunani kuno sebagai awaldimulainya filsafat Barat, maka secara implisit bisadikatakan bahwa pada zaman itu juga lahirepistemologi. Pembahasan-pembahasan yang dilontarkan oleh

22

kaum Sophis dan filosof-filosof pada zaman itu mengandungpoin-poin kajian yang penting dalam epistemologi.

Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada zaman Yunanikuno dan abad pertengahan epistemologi merupakan salahsatu bagian dari pembahasan filsafat, akan tetapi, dalamkajian filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti kajianfilsafat dan hal-hal yang berkaitan dengan ontologi dikajisecara sekunder. Dan epistemologi setelah renaisance dandescates mengalami perubahan baru.1. Epistemologi di zaman yunani kuno

Berdasarkan penulis sejarah filsafat, orang pertamayang membuka lembaran kajian epistemologi adalahParmenides. Hal ini karena iamenempatkan dan menekankanakal itu sebagai tolok ukur hakikat.

Pada dasarnya, iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain dari epistemologi yang merupakan sumber danalat ilmu, akal dipandang sebagai yang valid, sementaraindra lahir hanya bersifat penampakandan bahkan terkadang menipu.

Heraklitus berbeda dengan Parmenides, ia menekankanpada indra lahir. Heraklitus melontarkan gagasan tentangperubahan yang konstan atas segala sesuatu danberkeyakinan bahwa dengan adanya perubahan yang terusmenerus pada segala sesuatu, maka perolehan ilmu menjadihal yang mustahil, karena ilmu memestikan kekonstanandan ketetapan, akan tetapi, dengan keberadaan hal-halyang senantiasa berubah itu, maka mustahil terwujudsifat-sifat khusus dari ilmu tersebut. Oleh karena itu,sebagian peneliti sejarah filsafat menganggap pemikiransebagai skeptisisme.Pythagoras berkata, “Manusiamerupakan parameter segala sesuatu, tolok ukureksistensi segala sesuatu, dan mizan ketiadaan segalasesuatu. Gagasan Pythagoras ini kelihatannya lebihmenyuarakan dimensi relativitas dalam pemikiran.

Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada, apabilaia ada, maka mustahil diketahui, kalaupun ia bisadipahami, namun tidak bisa dipindahkan.

Socrates ialah filosof pertama pasca kaum Sophis yanglantas bangkit mengkritisi pemikiran-pemikiran mereka,dan dengan cara induksi dan pendefinisian, ia berupayamengungkap hakikat segala sesuatu. Iamemandang bahwahakikat itu tidak relatif dan nisbi.

2. Epistemologi pada abad pertengahan23

Inti pembahasan di abad pertengahan adalah persoalanyang terkait dengan universalitas dan hakikatkeberadaannya, disamping itu, juga mengkaji dasar-dasarpengetahuan dan kebenaran

Plotinus membagi tiga tingkatan persepsi : 1.Persepsi panca indra (sensuous perception), 2.Pengertian (understanding), 3. Akal (logos, intellect).Tingkatan pertama berkaitan dengan hal-hal yang lahir,tingkatan kedua adalah argumentasi, dan akal sebagaitingkatan ketiga, bisa memahami hakikat ‘kesatuan dalamkejamakan’ dan ‘kejamakan dalam kesatuan’ tanpa lewatproses berpikirdan tingkatan di atas akal adalahinstuisi.

Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa ilmu terhadapjiwa dan diri sendiri itu tidak termasuk dalam ruanglingkup yang bisa diragukan oleh kaum Skeptis danSophis, di samping itu iamemandang bahwa ilmu itusebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-proposisimatematika adalah bersifat gamblang yang tidak bisadiragukan lagi. Pengetahuan indriawi itu, karenaobjeknya senantiasa berubah tidak tergolong makrifathakiki.

3. Epistemologi pada abad modernTidak mudah menentukan batas peralihan yang jelas

mengenai akhir zaman pertengahan dan awal zaman modern.Karena Eropa waktu itu masih buta huruf selain itudisebabkan perbedaan pandangan para ahli sejarah.Sebagai sejarawan berpendapat bahwa zaman pertengahanberakhir di taklukkan oleh turki usmani. Namun pada abad14 menjadi akhir zaman pertengahan yang di tandai dengangerakan renaisans (kelahiran kembali)

Renaisans tidak lahir secara kebetulan tetapi ada prakondisi yang mengawalinya, yaitu,a. Gerakan besar-besaran dalam penerjemahan ilmu-ilmu

dalam filsafat islam ke dalam bahasa latin sepanjangabad 13-14 (pasca perang salip)

b. Pasca penaklukan konstatinopel oleh turki usmani,terjadi migrasi para pendeta dan sarjana itali dannegara-negara lainya

c. Pendirian berbagai lembaga ilmiah seperti akademiflorensia dan college defrance

24

d. Perang salip kedua (1100-1300) yang terulang enamkali, tidak hanya menjadi peperangan fisik tetapimenjadikan tentara eropa berasal dari berbagainegara. Pada zaman modern inilah lahir metode-metode

pengetahuan, yaitu:a. Rasionalisme (Rene descartes (1595-1660))

Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuanterletak pada akal. Bukan karena rasionalismemengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalamanpaling-paling dipandang sebagai sejenis perangsangbagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwakebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita,dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jikakebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuaidengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaranhanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapatdiperoleh dengan akal budi saja.

b. Empirisme (Fransisco bacon)Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat

yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan denganmelalui pengalaman. John Locke, bapak empirismeBritania, mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang kosong(tabula rasa),dan di dalam buku catatan itulahdicatat pengalaman-pengalaman inderawi. MenurutLocke, seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh denganjalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yangdiperoleh dari penginderaan serta refleksi yangpertama-pertama dan sederhana tersebut. Ia memandangakal sebagai sejenis tempat penampungan,yang secarapasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Iniberarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnyadapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama, yang dapatdiibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa yang tidak dapat atau tidak perludi lacak kembali secara demikian itu bukanlahpengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlahpengetahuan mengenai hal-hal yang factual.

25

c. Positifisme (Auguste comte (1798-1857))Menurut comte perkembangan pemikiran manusia

berlangsung pada tiga tahap yakni, teologis,metafisis dan positif. Comte beranggapan bahwasosiologi puncak ilmu pemgetahuan.

d. FenomenalismeBapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant

membuat uraian tentang pengalaman. Baran sesuatusebagaimana terdapat dalam dirinyan sendirimerangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akalkita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusunsecara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itukita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentangbarang sesuatu seperti keadaanya sendiri, melainkanhanya tentang sesuatu seperti yang menampak kepadakita, artinya, pengetahuan tentang gejala(Phenomenon).

Bagi Kant para penganut empirisme benar bilaberpendapat bahwa semua pengetahuan di dasarkan padapengalaman-meskipun benar hanya untuk sebagian.Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karenaakal memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadapbarang sesuatu serta pengalaman.

e.  IntusionismeMenurut Bergson, intuisi adalah suau sarana untuk

mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa,atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalanpelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasilpengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif.

Salah satu di antara unsut-unsur yang berhargadalam intuisionisme Bergson ialah, paham inimemungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman disamping pengalaman yang dihayati oleh indera. Dengandemikian data yang dihasilkannya dapat merupakanbahan tambahan bagi pengetahuan di sampingpengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan. Kantmasih tetap benar dengan mengatakan bahwa pengetahuandidasarkan pada pengalaman, tetapi dengan demikianpengalaman harus meliputi baik pengalaman inderawimaupun pengalaman intuitif.

Hendaknya diingat, intusionisme tidak mengingkatinilai pengalaman inderawi yang biasa dan pengetahuanyang disimpulkan darinya. Intusionisme – setidak-

26

tidaknya dalam beberapa bentuk-hanya mengatakan bahwapengetahuan yang lengkap di peroleh melalui intuisi,sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi-yangmeliputi sebagian saja-yang diberikan oleh analisa.Ada yang berpendirian bahwa apa yang diberikan olehindera hanyalah apa yang menampak belaka, sebagailawan dari apa yang diberikan oleh intuisi, yaitukenyataan. Mereka mengatakan, barang sesuatu tidakpernah merupakan sesuatu seperti yang menampak kepadakita, dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkankepada kita keadaanya yang senyatanya.

4. Epistemologi yang berkembang di BaratMenurut Keith Lehrer secara historis ada tiga

perspektif dalam epistemology yang berkembang di Barat,yaitu: (1) Dogmatic Epistemology; (2) CriticalEpistemology; dan (3) Scientific Epistemology.a) Dogmatic Epistemology

Adalah pendekatan tradisional terhadapepistemology, terutama Plato. Dalam perspektifepistemology dogmatif, metaphysics (ontology)diasumsikan dulu ada, baru kemudian ditambahkanepistemology. Singkatnya, epistemology dogmatifmenetapkan ontology sebelum epistemology.

b) Critical Epistemology. Descartes membalik epistemology dogmatic dengan

menanyakan apa yang dapat kita ketahui sebelummenjelaskannya. Pertanyakan dulu secara kritis, barudiyakini. Ragukan dulu bahwa sesuatu itu ada, kalauterbukti ada, baru dijelaskan. Berfikir dulu, baruyakini atau tidak. Ragukan dulu, baru yakini atautidak. Descartes menganut the immediacytheses, bahwwa apa yang kita ketahui adalah terbataspad ide-ide yang adalah jiwa kita (our own minds).Metode Descartes disebut juga metode skeptis. Yakni,skeptis bahwa kita dapat mengetahui secara langsungobjek di luar diri kita tanpa melalui jiwa kita.Thesis ini dikembangkan oleh David Hume denganteori primary qualities dan secondary qualities.Pertanyaan utama epsitemologi jenis ini: Apayang dapat kita ketahui? Dapatkah kita mengetahuinya? Munkinkah kita dapatmengetahui sesuatu di luar diri kita? Singkatnya,

27

epistemology kritis metapkan ontology setelahepistemology.

c) Scientific Epistemology. Pertanyaan utama epsitemologi jenis ini: Apa yang

benar-benar sudah kita ketahui dan bagaimana carakita mengetahuinya? Epistemology ini tidak peduliapakah batu di depan mata kita adalah penampakan ataubukan. Yang ia urus adalah bahwa ada batu di depanmata kita dan kita teliti secara sainstifik.

E. Epistimologi Dakwah1.Pengertian Epistimologi Dakwah

Secara umum, epistimologi dakwah adalah cabangfilsafat yang pemikiran yang sistematis dan metodikuntuk menentukan kebenaran yang terdapat pada suatuilmu. Pernyataan mengenai apakah objek kajian ilmu itu,dan seberapa jauh tingkat kebenaran yang dapat dipakaidalam kajian ilmu. Secara keilmuan epistemologymempunyai kedudukan yang sesungguhnya jauh lebihmendasar yakni menurut landasan. Batas-batas dan basiskesohihan pengetahuan dan akrnya sampai dengan melewatidimensi fisiknya sebagai cabang dalam filsafatepistemologi secara khusus membahas tentang ilmupengetahuan.

Untuk mendapatkan pengertian epistimologi dakwahterlebih dahulu kita lihat pada pengertian filsafatdakwah, yang dapat diartikan dari duaarti, pertamafilsafat dakwah adalah filsafat tentangdakwah. Dalam hal ini dakwah menjadi bahan kajian danmenempatkan filsafat sebagai bahan titik tolak befikir.Dalam hal ini, asfek filsafat yang di tonjolkan bukandakwahnya. Kedua filasafat dakwah adalah pengkajiansecara subtansial dimana dakwah menjadi titik pusat dandakwah menjadi pusat dan kajian epistimologinya sebagaibahan kajian yang diwaranai oleh nilai-nilai dakwah.Dengan demikian epistimologi dakwah adalahusahaseseorang untuk menelaah masala-masalah objetipitas,metodologi, sumber, serta validitas pengetahuan secaramendalam dengan menggunakan dakwah sebagai titik tolakberfikir.

2. Landasan Epistemologi dakwahEpistemology adalah pengetahuan tentang pengetahuan

yang merupakan hasil tahu seseorang terhadap sesuatu,28

jika itu berhubungan dengan dakwah maka menjadipengetahuan dakwah.pengetahuan dakwah adalah hasil tahumanusia tentang dakwah melalui proses-proses dari sumberyang ada.

Sebelum kita membahas landasan epistemologis dakwah,kita dapat melidhat berapa banyak dari ilmuan muslimyang juga menggunakan landasan pengetahuan yangbersumber pada islam. Semua sependapat bahwa sumberpengetahuan adalah Allah. Hal ini dinyatakan secarajelas dalam Al-qur’an surat Al.Kahfi ayat 109 ditegaskan:

109. Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis)kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis(ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahansebanyak itu (pula)".

Dengan ungkapan berbeda, al-qur’an menyatakan dalambentuk cerita, pada saat awal penciptaan manusia, yaituadam. Allah  mengajarkan kepada adam sesuatu yang tidakdi ketahui adam. Kemudian dikatakan allah sebagi sumberilmu pengetahuan adalah dengan diwahyukannya (al-qurandan hadits), dan pengetahuan empiris (yang tidakdiwahyukan) yang di dapat dari pengamatan dan penelitianterhadap penomena alam. Kemudian landasan lain yangperlu dipertimbangkan adalah teoritis, yaitu hasil karyamanusia yang khusus mengkaji dakwah. Berangkat daripenjelasan diatas, dalam pengembangan dakwah perlukiranya di pertegas tentang epistemology dakwah secarakeilmuan. dalam hal ini berkaitan dengan landasa.lehkarean itu teori kebenarannya adalah kebenaran ilmu danbukan kebenaran agama, kebenaran itu diuji sejauuhman  keabsahan suatu pengetahuan itu,dan ini memerlukanpembuktian. Karana hal ini adalah bagian yangpundamental untuk membangun dan mengembangkan dakwahislam agar lebih bersistem. Agar dapat diketahui maknadakwah itu, lalu panggilannya kemana, dan untuk apa.?Yang menjadi batasan tegas keilmuan dakwah adalah dakwahsebagai ilmu, karena yang dibahas kajian wilayaepistimologinya.  Para penulis biasanya berdasarkan al-qur’an dan hadits yang dianalisis menurut kerangkadakwah, akhirnya dapat di simpulkan landasan

29

epistemologi dakwah ada tiga, yaitu sumber normatif (al-qur’an dan hadits), suber emiris (kenyataan dakwah),sumber teoritis (hasil karya penulis tentang dakwah).

3. Metodologi DakwahSetelah mengetahui sumber pengetahuan dari suatu ilmu,

langkah selanjutnya yang harus diperhatikan adalah bagaimana cara menggali pengetahuan yang sumbernya sudahdiketahui, yaitu dengan prosedur yang menyangkuttindakan-tindakan, pikiran teknik dan tata langkah untukmendapatkan pengeetahuan baru atau mengembangkanpengetahuan yang telah ada. Pada dasarnya, falam metodeilmiah tidak ada urutan atau aturan yang pasti untukdisebut sebagi metode ilmiah. Secara umum metode ilmiahdapat dilihat dari sejarah perkembangan ilmu. Sebuahmetode berkaitan erat dengan sumber pengetahuan yangada. Hubungan dengan dakwah berdasarkan sumber-sumberpengetahuan dakwah tersebut. Ada metode pendekatan dalamilmu dakwah yakni: pendekatan normative, pendekatanempiris dan pendekatan filosofis.

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu,“meta” (Melalui) dan “hados” (Jalan Atau Cara). Dengandemikian dapat kita artikan bahwa metode dakwah adalahcara atau jalan yang harus di lalui untuk menggapaisuatu tujuan. Menurut pendapat para ahli, Syekh AliMahfudz dia menyatakan Dakwah adalah mengajak manusiauntuk mengerjakan kebaiakan dan mengikuti petujuk,menyuruh mereka berbuat baik dan melarang merekamengerjakan perbuatan jelek  agar mereka memperolehkebahagiaan dunia dan akhirat. Dari pengertian di atasdapat di ambil kesimpulan  bahwa metode dakwah adalahcara-cara tertentu yang di lakukan oleh seorang da’i(komunikator) kepada mad’u  untuk mencapai suatu tujuanatas dasar hikmah dan kasih sayang.[5]. Di bawah ini adabeberapa metodologi dakwah :a. Metode Ceramah (retorika dakwah).

Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yangbanyak di warnai oleh ciri karakteristik bicaraseorang da’I pada suatu aktipitas dakwah. Ceramahdapat pula bersipat propaganda, kampanye, berpidato,khidbah, sambutan, mengajar dan sebagainya. Istilahceramah dalam akhir-akhir ini sedang ramainya dipergunakan oleh instansi pemerintah ataupun swasta,

30

baik melalui radio, televiisi, maupun ceramah secaralangsung.  1)Kelebihan  Metode Dakwah

Metode ceramah memiliki beberapa keistimewahanatau kelebihan  antara lain:a) Dalam waktu yang relative singkat dapat disampaikan banyak bahan.

b) Memungkinkan da’I menggunakan pengalamannya ,keistimewahannay dan kebijakannya sehingga mad’umudah menerima ajaran yang di sam paikannya.

c) Da’I lebih mudah mengusai seluruh mad’u.d) Bila di berikan dengan baik, dapat memberistimulasi kepada mad’u untuk mempelajari yang disampaikan

e) Dapat meningkatkan status da’i.f) Metode ceramah ini lebih plesibel, artinyamudah di sesuaikan dengan sikon serta waktu yangtersedia, jika waktu singkat bahan dapat disingkat dan jika waktu panjang dapat di sampaikanbahan sebanyak-banyaknya.

2)Kekurangan Metode DakwahMetode cwramah  selain memiliki beberapa

kelebihan juga memiliki kekurangan atau kelemahanantara lain:a) da’I sukar memahami mad’u terhadap bahan-bahanyang di sampaikannya.

b) Metode ceramah hanya bersipat komunikasi satuarah.

c) Suakr menjajaki pola fakir mad’u dan pusatperhatiannya.

d) Da’I lebih cenderung bersifat otoriterb. Metode Tanya-Jawab       

Metode Tanya jawab adalah penyampaian materi dakwahdengan cara mendorong sasarannya untuk menyatakansesuatu masalah yang di rasa belum di mengerti danda’I sebagai penjawabnya. Metode ini dimaksudkanuntuk melayani masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.Sebab dengan bertanya orang berarti ingin mengetahuailebih dalam dan mengamalkannya.1)Kelebihan Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab juga memiliki kelebihan.Diantara kelebihan metode ini adalah

31

a) Tanya jawab bias di jelaskan seperti Radio,Televisidan sebagainya.

b) Dapat di jadikan komunikasi dua arahc) Bila ranya jawab sebagai selingan ceramah,makaaudien dapat hidup atau aktif.

d) Timnilnya perbedaan pendapat  terjawab ataudidiskusikan di porum tersebut.

e) Mendorong audien lebih  aktif dan bersungguh-sungguh memperhatikan.

f) Da’I dapat mengetahui dengan mudah pengetahuandan pengalaman sipenanya.

g) Menaikan gengsi da’I jika pertanyaan dapatterjawab semuanya.

2)Kekurangan Metode Tanya JawabDi antara kelebihan metode Tanya jawab ini juga

ada kekurangannya. Kekurangan metode Tanya jawabini adalaha) Bila terjadi perbedaan pendapat antara da’Idan mad’u maka membutuhkan waktu yang cukup lamadalam penyelesaiannya.

b) Bila jawaban da’I kurang mengeda pada yang  ditanyakan penanya dapat menduga yang bukan-bukankepda da’i.

c) Agak sulit merangkum seluruh isi dari ceramah.c. Metode Debat (mujadalah)

Mujadalah sinonim dari istilah dakwah, dapat jugasebagai salah satu metode dakwah. Debat sebagaimetode dakwah pada dasarnya mencari kemenangan, dalamarti lebih menunjukan kebeneran dan kehebatan islam.Dengan katalain debat adalah mempertahankan pendapatagar pendapatnya itu diakui kebenarannya oleh oranglain.

Dengan demikian debat efektif di lakukan sebagaimetode dakwah kepada orang-orang yang membantah akankebenaran islam. Sedangkan objek dakwah masih kurangpercaya atau mantap terhadap kebenaran islam, di rasakurang efektif bila menggunakan metode debat inisebagai metode dakwahnya.apalagi sesame muslim yanghany berbeda pendapat, sangat tercela bila berhobidebat dengan temannya.

Keutamaan metode debat adalah terletak padakemenangannya dalam mempertahankan benteng islam.Bila menang debat, di mungkinkan mereka mengakui

32

kebenaran islam dan mereka masuk islam. namunsebaliknya, metode debat sangat membahayakn  bilamengalami kekalahan dalam perdebatannya.

4. Percakapan Antar Pribadi (Percakapan Bebas)Percakapan antar pribadi atau individu adalah

percakan bebas antara seorang da’I dengan individu-individu sebagai sasaran dakwahnya. Pecakapan pribadibertujuan menggunakan kesempatan yang baik di dalampercakapan untuk aktivitas dakwah.

Biasanya yang di sebut ngobrol para subjeknya takmembatasi permasalahan yang di bicarakan. Oleh karna ituseorang da’I hendaknya dapat mengarahkan pembicaraannyakepada hal-hal yang baik memasukan ide-ide, dan mengajakmereka kejalan allah.

5. Metode DemonstrasiBerdakwah dengan memperlihatkan suatu contoh, baik

berupa benda atau peristiwa,bias juga perbuatan dansebagainyadapat di namakan seorang da’I menggunakan caraatau metode Demonstrasi. Artinya suatu metode dakwah ,di mana seorang da’I memperlihatkan sesuatu ataumengadakan pementasan sesuatu dalam rangka mencapaitujuan dakwah yang ia inginkan

Metode Demonstrasi di gunakan apabila tujuan dakwahmengharapkan para objeknya dapat mengerjakan ataumengamalkan suatu pekerjaan dengan betul. Dengan katalain metode demonstrasi di gunakan bila masa inginmengetahui tentang:a. Bagai mana cara mengerjakannya.b. Bagai mana contoh yang benar dan yang salah.c. Bagai mana proses atau langkah-langkah sesuatu

ibadah.Selain itu metode Demonstrasi di gunakan sang da’I

bila diya bertujuan:                a. Untuk menghindari verbalisme, artinya dengan

demonstrasi di harabkan masa tidak terjadi kesalahpahaman atau menjadi bingung.

b. Untuk memudahkan berbagai penjelasan.c. Untuk lebih menarik perhatian masa.

1) Kelebihan Metode DemonstrasiSeperti metode-metode yang lain metode ini juga

mempunyai kelemahan dan kekurangannya. Diantarakelebihan yang di milikinya adalah

33

a) Metode ini memungkinkan masa dapat menghayatidengan penuh hati mengenai hal-hal baru yangmenjadi stimulusnya.

b) Lebih memusatkan perhatian masa kepada persoalanyang sedang di bahas.

c) Mempunyai kesan yang awet dibandingkan dengantanpa demonstrasi.

d) Dimungkan mengurangi kesalah pahaman.e) Dapat mengurangi kesalahan dalam mengambil

kesimpulan dari keseluruhan persoalan yang dibahas, sebab masa menghayati langsung terhadappersoalan yang di bahas.

2) Kelemahan Metode Demonstrasia) Metode demostrasi memerlukan waktu persiapan yang

banyak dan memerlukan banyak pemikiran.b) Tidak wajar bila media tidak di amati secara

seksama.c) Tidak semua hal dapat di demonstrasikan .d) Kurang efektif menggunakan metode demonstrasi,

bila media kurang memadai dengan kebutuhan atautujuan.

e) Memerlukan keahlian khusus bagi para subjek (da’i)6. Mengunjungi Rumah (silaturrahmi)

Metode dakwah ini juga efektif di terabkan dalamrangka mengembangkan maupun membina umat islam. metodedakwah ini sering di lakukan olehpara da’I agama lain,sebab bila di telaah metode ini memiliki kelebihan dankekurangannya jga yang sama dengan metode-metodelainnya.a. Kelebihan Metode Silaturahmi

Di antara kelebihan metode ini adalah1) Metode ini pada hakekatnya menyambung silaturahmi

dan dapat meningkatkan persaudaraan yang  erat.2) Silaturrahmi adalah kewajiban umat islam, maka

sekaligus untuk menunaikan kewajiban.3) Mudah di laksanakan dan tidak butuh waktu yang

begitu banyak.

b. Kelemahan Metode Silaturrahmi      Di antara kelebihan-kelebihannya juga adakelemahannya.

34

1) Silaturrahmi tidak bagus di laksanakan ketikaobjek dakwah sibuk mencari nafkah atau urusankeluarga.

2) Bila antara sabjek dan objek dakwah belum salingkenal dapat mengakibatkan objek dakwah terkejutdan tkut atas kehadiran da’I tersebut.

3) Dapat di anggap islam sebagai propaganda ke rumah-rumah. Sehingga orang jadi sentiment danmenganggap islam kekurangan umat.

Dalam metode silaturrahmi ada dua carapelaksanaannya, yaitu:a) Atas Undangan Tuan Rumah. Cara ini biasanya

tuan rumah sudah memeluk islam namun merekaberminat untuk memperdalam islam.

b) Atas Kehendak Da’i.  Biasanya metode inidilakukan bila mana objek dakwah belum masukislam. di ajak mereka  agar memeluk islam.

Diantara Itu Seorang Da’i Harus MemperhatikanFactor Berikut: Tingkat usia Tingkat pengetahuan Status sosial dan ekonomi Idiologi yang di anut

Sehingga dengan demikian factor tersebut dapat direncanakan dalam berdakwah nanti.

7. Pendidikan dan Pengajaran Agama      Pendidikan dan pengajaran agama dapat di jadikan di

jadikan metode dakwah. Sebab dalam depenisi dakwah bahwadakwah dapat di artikan dua sifat, yaitu bersifatpembinaan dan pengembangan.H akekat pengajaran agamaadalah penanaman moral agam kepada anak-anak. Sedangkanpengajaran agama memberi pengetahuan agam kepada anak.Antara aktivitas pengajaran dan pendidikan agama,keduanya saling bekaitan. Pendidikan agama sebagaimetode dakwah pada dasarnya membina fitrah anak yang dibawa  sejak lahir, yaitu fitah agama yang mana jka tidadi di didik di kawatirkan akan pudar.pendidikanmerupakan cara yang di tempuh dalam mencapai tujuandakwah.

F. Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan1. Empirisme

35

Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafatyang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan denganmelalui pengalaman. John Locke, bapak empirismeBritania, mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang kosong(tabula rasa),dan di dalam buku catatan itulah dicatatpengalaman-pengalaman inderawi. Menurut Locke, seluruhsisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalanmenggunakan serta memperbandingkan ide-ide yangdiperoleh dari penginderaan serta refleksi yangpertama-pertama dan sederhana tersebut.

Ia memandang akal sebagai sejenis tempatpenampungan,yang secara pasif menerima hasil-hasilpenginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuankita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampaikepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama, yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yangmenyusun objek-objek material. Apa yang tidak dapatatau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itubukanlah pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlahpengetahuan mengenai hal-hal yang factual.

2. RasionalismeRasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan

terletak pada akal. Bukan karena rasionalismemengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalamanpaling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagipikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwakebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita, danbukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaranmengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan ataumenunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapatada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperolehdengan akal budi saja.

3. FenomenalismeBapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant

membuat uraian tentang pengalaman. Barang sesuatusebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsangalat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalambentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematisdengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernahmempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu sepertikeadaannya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu

36

seperti yang menampak kepada kita, artinya, pengetahuantentang gejala (Phenomenon).

Bagi Kant para penganut empirisme benar bilaberpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan padapengalaman-meskipun benar hanya untuk sebagian. Tetapipara penganut rasionalisme juga benar, karena akalmemaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap barangsesuatu serta pengalaman.

4. IntusionismeMenurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk

mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa, ataupengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan,tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secaralangsung dari pengetahuan intuitif.

Salah satu di antara unsur-unsur yang berhargadalam intuisionisme Bergson ialah, paham inimemungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di sampingpengalaman yang dihayati oleh indera. Dengan demikiandata yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahanbagi pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkanoleh penginderaan. Kant masih tetap benar denganmengatakan bahwa pengetahuan didasarkan padapengalaman, tetapi dengan demikian pengalaman harusmeliputi baik pengalaman inderawi maupun pengalamanintuitif.

Hendaknya diingat, intusionisme tidak mengingkatinilai pengalaman inderawi yang biasa dan pengetahuanyang disimpulkan darinya. Intusionisme – setidak-tidaknya dalam beberapa bentuk-hanya mengatakan bahwapengetahuan yang lengkap di peroleh melalui intuisi,sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi-yang meliputisebagian saja-yang diberikan oleh analisis. Ada yangberpendirian bahwa apa yang diberikan oleh inderahanyalah apa yang menampak belaka, sebagai lawan dariapa yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan.Mereka mengatakan, barang sesuatu tidak pernahmerupakan sesuatu seperti yang menampak kepada kita,dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan kepadakita keadaanya yang senyatanya.

5. DialektisYaitu tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah

dan metode penuturan serta analisis sistematik tentangide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam

37

pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari dialektikaberarti kecakapan untuk melekukan perdebatan. Dalamteori pengetahuan ini merupakan bentuk pemikiran yangtidak tersusun dari satu pikiran tetapi pemikiran ituseperti dalam percakapan, bertolak paling kurang duakutub

G. Aspek-Aspek Epistemologi Dalam Membangun Ilmu PendidikanIslam

Dari berbagai efistemologi yang dipaparkan sebelumnya,dapat dipaparkan bahwa semua efistemologi dalam filsafatilmu dapat diterapkan dengan baik sesuai dengan bidangmasing-masing dan menutupi kelemahan yang ada di dalamnyauntuk membuat sebuah bangunan keilmuan, termasuk IlmuPendidikan Islam.

Sebelum membangun ilmu pendidikan Islam denganmenggunakan efistemologi yang ada, maka terlebih dahuluperlu diketahui apakah yang dimaksud dengan pendidikanIslam. Ahmad D. Marimba menyatakan bahwa Pendidikan Islammerupakan bimbingan jasmani berdasarkan hukum Islam menujuterbentuknya kepribadian menurut ukuran Islam.[1] Selanjutnya M.Arifin menambahkan bahwa pendidikanIslam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani danrohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengajarkan,mengarahkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunyasemua ajaran Islam. Dari sini, dapat diketahui bahwapendidikan Islam dan segala hal yang berhubungan dengannyaharus didasarkan pada ajaran Islam itu sendiri yangmenurut Nur Uhbiati berlandaskan pada Al-Qur’an sebagaikitab suci umat Islam dan juga hadits Nabi SAW.

Hal ini mengindikasikan bahwa dalam membangun ilmupendidikan Islam harus berorientasi kepada Al-Qur’an danHadits yang statusnya adalah wahyu. Dalam tulisannya,M.Solly Lubis, menyatakan bahwa dasar pengetahuan adabeberapa macam, yaitu wahyu, intuisi, dan penalaran(cirinya adalah logis dan analisis). Menurutnya, wahyu danintuisi termasuk dasar pengetahuan yang non analitis.Melalui wahyu yang disampaikan Tuhan kepada para utusan-Nya dengan perantaraan malaikat dan diteruskan kepada umatmanusia, sehingga mereka memperoleh pengetahuan melaluikeyakinan dan kepercayaan bahwa apa yang diwahyukan ituadalah suatu kebenaran. Demikian juga intuisi menjadi

38

dasar pengetahuan, meskipun tidak mempunyai logika danpola pikir tertentu.

Dalam hal ini, M.Solly Lubis kembali menjelaskan bahwaseseorang harus bisa membedakan antara kebenaran ilmu ataufilsafat dengan kebenaran agama. Berbeda dengan ilmu,agama juga mempermasalahkan objek-objek diluar pengalamanmanusia, baik sebelum manusia berada di bumi maupunsesudah kematiannya. Perbedaan lingkup permasalahannyajuga menyebabkan berbedanya metode dalam memecahkanmasalah. Hal ini harus diketahui dengan benar agar mampumenempatkan keduanya dalam perspektif yang sungguh-sungguh. Dengan menguasai hakikat ilmu dan dengan secarabaik, maka kedua pengetahuan tersebut justru akan bersifatsaling melengkapi (komplementaristis).

Mengingat landasan ilmu pendidikan Islam ini adalahnormativitasi yang terangkum dalam sebuah teks kitab suci,maka sisi ontologi dan aksiologi dalam hal ini lebihdominan, meskipun sisi epistemologi juga perludiperhatikan. Berbicara tentang epistemologi, berartiberbicara tentang bagaimana cara menyusun ilmu pengetahuanyang benar atau yang diistilahkan Hardono Hadidengan filsafat pengetahuan, salah satu cabang filsafatyang mempelajari dan menentukan kodrat dan spokepengetahuan.

 Maka dari aspek epistemologitersebut, hermeneutik nampaknya bisa diterapkan untukbangunan ilmu ini. Hermeneutik adalah kiat untuk memahamiteks-teks keagamaan dalam pencarian melalui pencarianmakna dari susunan kalimat, konteks budaya, tafsirtransendensi dan yang lainnya. Menurut Noeng Muhadjir,konsep teoritiknya berangkat dari linguistik, narasibahasa, historis, hukum, etika dan lain-lain.

Al-Qur’an yang sarat dengan nilai-nilai pendidikanIslam perlu untuk diinterpretasikan dalam pencariankebenaran kontekstual. Dalam hermeneutik, Arkoun membagimodel-model teks menjadi dua, yaitu teks pembentuk (naskahal-Qur’an), dan teks penjelas/hermeneutik (literatur-literatur yang memberikan interpretasi dan penjelasanterhadap teks pembentuk yang dimunculkan oleh para pemikirIslam sejak empat abad pertama hijriah hingga sekarangtermasuk juga hadits Nabi SAW).

Dengan berangkat dari hermeneutik sebagaiefistemologinya, maka rangka bangunan ilmu pendidikan

39

Islam akan menjadi kuat dan sesuai dengan tujuanpendidikan Islam itu sendiri, yaitu untuk membentukkepribadian muslim sejati yang status sebagai HambaAllah dan Khalifah-Nya di muka bumi ini.

Satu hal yang harus diperhatikan bahwa hermeneutik bisaditerapkan pada aspek-aspek tertentu, seperti keiman,ibadah (termasuk hukum), dan moral atau akhlak. Meskipundalam Islam, wahyu merupakan dasar pengetahuan yang utama,tetapi dalam wahyu (al-Qur’an) itu sendiri mengisyaratkanbahwa kebenaran juga bisa diperoleh melalui penalaran danperenungan yang mendalam terhadap alam ciptaan-Nya.

Arkoun kembali menyatakan bahwa naskah al-Qur’an secarahukum dan kandungannya diakui sebagai ungkapan otentikajaran Tuhan, namun secara faktual telah dieksploitasipada lima tataran pokok seperti layaknya sebuah karyamanusia yaitu tataran etis yuridis (tauhid, fiqh danakhlak); tataran metafisik ilmiah (antropologi, psikologi,astronomi, astrobiologi dan geobiologi); tataran historis(sejarah keagamaan bangsa semit yang kemudian diperluasmenjadi sejarah dunia); tataran gramatikal dan tataransastra (tata bahasa dan retorika).

Untuk tataran etis yuridis, kebenaran bisa diperolehdari wahyu dan juga intuisi. Oleh karena itu, dalampendidikan keimanan, ibadah dan moral, makanormativitaslah yang menjadi sandarannya denganhermeneutik dan realisme metaphisik sebagaiepistemologinya melalui hermeneutik, anak didik diajarkanuntuk memiliki keyakinan dan iman yang kokoh, ibadah yangmantap dan budi pekerti yang mulia (akhlak al-Karimah)dengan pemahaman makna agama yang terkandung dalam nashal-Qur’an. Selain itu, dapat juga dipakai realismemetaphisik yang mengandalkan intuisi dan rasio, terutamauntuk hal yang berhubungan dengan moral dan spritual.Epistemologi ini dapat membantu anak didik untuk memahamikebenaran rasional dan sekaligus menggali nilai-nilai yangtransendental dalam mencapai kebenaran suprarasional,holistik dan universal dalam ajaran Islam. Dalamprediksinya Noeng Muhadjir menyatakan bahwa kehadiranrealisme metaphisik ini menggoyahkan paradigma  sainsBarat sekuler saat ini dan membuka peluang untukditerimanya paradigma transendentalisme Islam dalam kancahsains pasca modern.

40

Pada tataran ilmiah al-Qur’an, juga dapat diterapkanbeberapa epistemologi. Positivistik misalnya untuk kajiankeislaman yang mengarah kepada ilmu-ilmu kealaman, sepertibiologi, fisika, astronomi yang sifatnya kuantitatifempirik dapat diterapkan dalam mencari pemahaman yangtepat terhadap nash al-Qur’an yang menyinggung persolan-persoalan tersebut. Tidak sedikit ayat al-Qur’an yangberbicara tentang kejadian alam semesta, ilmu perbintangan(falak), proses penciptaan makhluk dan perkembangannya,mulai dari manusia, hewan dan tumbuhan. Ilmu-ilmu tersebutsebagaimana diungkapkan oleh Nico Syukur Dister, adalahberpangkal dan bertolak dari fakta-fakta pengalaman,kemudian sasarannya adalah suatu intelgibilitas (yangjelas) dan dapat dikontrol secara diverifikasi(dibuktikan) oleh fakta pengalaman. Semua itu memerlukanpendekatan positivistik dalam memahaminya, sehinggakebenaran yang dicari itu memang memiliki standar yangbisa diuji. Oleh karena itu, dalam dunia penafsiran al-Qur’an, ada dikenal istilah tafsir ilmi yang menggunakankajian positivistik (pengamatan lahiriah), meskipun jenistafsir ini masih diperdebatkan ulama.

Selanjutnya untuk kajian antropologi, psikologi, sosialbudaya, keberagamaan masyarakat yang sifatnya ekploratif,maka phenomenologik sebagai epistemologinya bisaditerapkan melalui proses intuisi yang intens dalammencapai kebenaran hakiki yang sesuai dengan kesadaranmurni, tanpa adanya reduksi ilmiah. Kalau positivistikmenggunakan pengamatan lahiriah, maka phenomenologikmenggunakan pengamatan batiniah. Banyak ayat al-Qur’anyang menyinggung tentang umat manusia, baik pada sisikebudayaan, psikologinya, perilakunya yang semua inimemerlukan pendekatan phenomenologik yang tolak ukurnyaadalah fenomena (gejala). Dalam penafsiran al-Qur’an,dikenal bentuk tafsir adabi ijtima’i yang menggunakankajian phenomenologik untuk memahami sekian banyak ayatyang menyinggung masalah sosial. Selain itu, pada tatarangramatikal, sastra maupun sejarah dan segala yang bersifatdeduktif kualitatif bisa dipergunakan rasionalistiksebagai epistemologinya. Untuk kajian ilmiah keislamanpunrasionalistik dapat diterapkan pada aspek ini. Dalam al-Qur’an sendiri Allah menyuruh manusia untuk menggunakanakal (rasio) nya dalam menangkap isyarat ilahi yang ada di

41

alam. Dengan epistemologi ini, anak didik dilatihpenalaran rasionalitasnya.

Dari uraian ini, jelas bahwa dalam ilmu pendidikanIslam dapat saja diterapkan berbagai epistemologi sesuaidengan aspeknya masing-masing dalam arti semuaepistemologi tersebut dapat saling melengkapi kekuranganyang ada antara satu epistemologi dengan yang lain.

42

BAB III

AKSIOLOGIA. Pengertian Aksiologi

Kata Aksiologi barasal dari bahasa Inggris “Axiology”;dari kata Yunani “Axios” yang artinya layak; pantas;nilai, dan “Logos” artinya ilmu; studi mengenai. Daripengertian menurut bahasa tersebut, ada beberapapengertian secara istilah sperti yang disebutkan di bawahini: Aksiologi merupakan analisis nilai-nilai. Maksud dari

analisis ini ialah membatasi arti, ciri-ciri, asal,tipe, kriteria dan status epistimologis dari nilai-nilai itu.

Aksiologi merupakan studi yang menyangkut teori umumtentang nilai atau suatu studi yang menyangkut segalayang bernilai.

Aksiologi adalah studi filosofis tentang hakikat nilai-nilai. Pertanyaan mengenai hakikat nilai ini dapatdijawab dengan tiga macam cara:1. Orang dapat mengatakan bahwa a) nilai sepenuhnyaberhakikat subyektif. Ditinjau dari sudut pandanganini, nilai-nilai merupakan reaksi-reaksi yangdiberikan oleh manusia sebagai pelaku. Pengikut teoriidealisme subyektif (positivisme logis, emotivisme,analisis linguistik dalam etika) menganggap nilaisebagai sebuah fenomen kasadaran dan memandang nilaisebagai pengungkapan perasaan psikologis, sikapsubyektif manusia kepada obyek yang dinilainya.

2. Dapat pula orang mengatakan b) nilai-nilaimerupakan kenyataan, namun tidak terdapat dalam ruangwaktu. Nilai-nilai merupakan esensi-esensi logis dandapat diketahui melalui akal.

3.  Akhirnya orang dapat mengatakan bahwa c) nilai-nilai merupakan unsur-unsur obyektif yang menyusunkenyataan.Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat

nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem sepertipolitik, social dan agama. Sistem mempunyai rancanganbagaimana tatanan, rancangan dan aturan sebagai satubentuk pengendalian terhadap satu institusi dapatterwujud.

43

Nilai merupakan tema baru dalam filsafat: aksiologi,cabang filsafat yang mempelajarinya, muncul pertamakalinya pada paroh kedua abad ke-19. Aksiologi ialah ilmupengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, pada umumnyaditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di dunia initerdapat banyak cabang pengetahuan yang bersangkutandengan masalah-masalah nilai yang khusus sepertiepistimologis, etika dan estetika. Epistimologibersangkutan dengan masalah kebenaran, etika bersangkutandengan masalah kebaikan, dan estetika bersangkutan denganmasalah keindahan.

B. Penilaian Dalam AksiologiDalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan,

yaitu etika dan estetika. Etika adalah cabang filsafatyang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalahmoral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma danadat istiadat manusia. Etika merupakan salah-satu cabangfilsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasanmenarik sejak masa Sokrates dan para kaum shopis. Di situdipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan,keadilan dan sebagianya. Etika sendiri dalam buku EtikaDasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikansebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentangajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Isi daripandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskandi atas adalah norma-norma, adat, wejangan dan adatistiadat manusia. Berbeda dengan norma itu sendiri, etikatidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah danlarangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis danmendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahidan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.

C. Kegunaan Aksiologi  Terhadap Tujuan Ilmu PengetahuanBerkenaan dengan nilai guna ilmu, baik itu ilmu umum

maupun ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa keduailmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia,dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia.

Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaanfilsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan,kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tigahal, yaitu:

44

1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami danmereaksi dunia pemikiran.Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikutmendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atauhendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistemekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknyamempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaanmempelajari teori-teori filsafat ilmu.

2. Filsafat sebagai pandangan hidup.Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teoriajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalamkehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidupgunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan.

3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bilaada batui didepan pintu, setiap keluar dari pintu itukaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupanakan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapatdiselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah,mulai dari cara yang sederhana sampai yang palingrumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana makabiasanya masalah tidak terselesaikan secaratuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapatmengungkap semua masalah yang berkembang dalamkehidupan manusia.

D. Kaitan Aksiologi Dengan Filsafat IlmuNilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang

bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilaitidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan padasubjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidaktergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkanpada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadisubjektif, apabila subjek berperan dalam memberipenilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian.Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikanberbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia,seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidaksuka, senang atau tidak senang.

Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadiketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwailmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang

45

membedakan antara peryataan ilmiah dengan anggapan umumialah terletak pada objektifitasnya. Seorang ilmuan harusmelihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaranyang bersifat idiologis, agama dan budaya. Seorang ilmuanharuslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebasmelakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuanbekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dantujuannya agar penelitiannya be rhasil dengan baik. Nilaiobjektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mauterikat pada nilai subjektif .1. Konsep Tentang Nilai

Konsep nilai merupakan komplemen dan sekaliguslawan konsep fakta. Kita memang hanya mengetahui fakta,tetapi mesti mencari nilai. Karena apapun, sikapapapun, ideal mana saja, maksud apa saja, maksudmanapun, atau tujuan mana saja pasti mempunyai nilai,maka nilai mesti merupakan objek preferensi ataupenilaian kepentingan. Dalam sejarah filsafat telahmuncul sejumlah nilai.

Teori umum tentang nilai bermula dari perdebatanantara Alexius Meinong dengan Cristian von Ehrenfelspada tahun 1890-an berkaitan dengan sumber nilai.Meinong memandang bahwa sumber nilai adalah perasaan(feeling), atau perkiraan atau kemungkinan adanyakesenangan terhadap suatu obyek. Ehrenfels (jugaSpinoza) melihat bahwa sumber nilai adalahhasrat/keinginan (disire). Suatu obyek menyatu dengannilai melalui keinginan aktual atau yang memungkinkan,artinya suatu obyek memiliki nilai karena ia menarik.Menurut kedua pendapat tersebut, nilai adalah milikobyek itu sendiri-obyektivisme aksiologis.

2. Persoalan Aksiologis Dalam Kehidupan Sehari-hariDiskusi pada umumnya menunjukkan sikap aksiologi

yang ekstrim. Bila dua orang tidak sependapat mengenaimakanan atau minuman yang menyenangkan atau tidak, danmereka gagal untuk saling meyakinkan, diskusi padaumumnya berakhir dengan pernyataan dari salah satu diantara kedua belah pihak bahwa dia menyenangi atautidak menyenangi hal itu, dan tidak seorang pun yangdapat meyakinkan lawan bicaranya. Jika terdapatpersoalan dalam sebuah diskusi di antara dua orangterpelajar, maka akan teringat peribahasa latin yangsering diucapakan: “selera tidak dapat diperdebatkan”

46

(de gustibus non disputandum). Orang yang mendukungtesis de gustibus non disputandum ingin menunjukkansatu ciri khas nilai, yaitu sifat yang mendalam danlangsung dari penilaian.

Konflik ini merupakan yang sangat menggelitik bagiaksiologi kontemporer. Sebenarnya, hal itu lahirbersama aksiologi itu sendiri dan sejarah teori nilaidapat ditulis, dengan memandang persoalan ini sebagaisumber dan dengan mensketsakan berbagai penyelesaianyang telah dikemukakan dalam rangka menyelesaikannya.Meskipun maknanya mungkin berbeda, persoalan tersebuttelah muncul pada Plato; shakespeare yangmenempatkannya dalam Troilus and Cresida (II,2) danSpinoza memilih salah satu alternatif di dalam Etika-nya (III, prop.IX).

4. Nilai itu Obyektif atau Subyektif?Inti persoalan tersebut dapat dinyatakan dengan

pertanyaan berikut: apakah obyek itu memiliki nilaikarena kita mendambakannya, atau apakah kitamendambakannya karena obyek tersebut memiliki nilai?Apakah hasrat, kenikmatan atau perhatian yangmemberikan nilai kepada suatu obyek, ataukahsebaliknya, kita mengalami preferensi ini karenakenyataan bahwa obyek tersebut memiliki nilai yangmendahului dan asing bagi reaksi psikologis badanorganis kita? Atau, jika orang lebih menyukaiterminologi yang lebih teknis dan tradisional: apakahnilai itu obyektif atau subyektif?

Dengan pengajuan pertanyaan seperti itu,sebelumnya diperlukan penjelasan istilah untukmenghindarkan diri agar tidak terjebak ke dalamdisputatio de nominem. Nilai itu “obyektif” jika iatidak tergantung pada subyek atau kesadaran yangmenilai; sebaliknya nilai itu “subyektif”  jikaeksistensinya, maknanya, dan validitasnya tergantungpada reaksi subyek yang melakukan penilaian, tanpamempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupunfisis.a) Obyektivisme atau Realisme Aksiologi

Nilai, norma, ideal dan sebagainya merupakanunsur atau berada dalam obyek atau berada padarealitas obyektif (kata Alexander); atau iadianggap berasal dari suatu obyek melalui

47

ketertarikan (kata Spinoza). Penetapan sebuah nilaimemiliki makna, yakni benar atau salah, meskipunnilai itu tidak dapat diverifikasi, yakni tidakdapat dijelaskan melalui suatu istilah tertentu.Nilai berada dalam suatu obyek seperti halnya warnaatau suhu. Nilai terletak dalam realitas. Bahwanilai-nilai – seperti kebaikan, kebenaran,keindahan  - ada dalam dunia nyata dan dapatditemukan sebagai entitas-entitas, kualitas-kualitas, atau hubungan-hubungan seperti meja,merah.

Juga pandangan bahwa niali-nilai adalahobyektif, dalam arti bahwa nilai-nilai itu dapatdidukung oleh argumentasi cermat dan rasionalkonsisten sebagai yang terbaik dalam situasi itu.Pendukung obyektivisme aksiologis mencakup Plato,Aristoteles, St. Thomas Aquinas, Maritain, Rotce,Urban, Bosanquet, Whitehead, Joad, Spauling,Alexander, dan lain-lain.

b) Subyektivisme AksiologisTeori-teori berkaitan dengan pandangan ini

mereduksi penentuan nilai-nilai, seperti kebaikan,kebenaran, keindahan ke dalam statmen yangberkaitan dengan sikap mental terhadap suatu obyekatau situasi. Penentuan nilai sejalan denganpernyataan setuju atau tidak. Nilai memilikirealitas hanya sebagai suatu keadaan pikiranterhadap suatu obyek.

Subyektivisme aksiologis cenderung mengabsahkanteori etika yang disebut hedonisme, sebuah teoriyang menyatakan kebahagiaan sebagai kriteria nilai,dan naturalisme yang meyakini bahwa suatu nilaidapat direduksi ke dalam suatu pernyataanpsikologis. Nilai tergantung dengan pengalamanmanusia tentangnya; nilai tidak memiliki realitasyang independen (relativisme aksiologis). Yangtermasuk pendukung subyektivisme aksiologis adalahHume, Perry, Prall, Parker, Santayana, Sartre, danlain-lain. Suatu nilai dikatakan absolute atauabadi, apabila nilai yang berlaku sekarang sudahberlaku sejak masa lampau dan akan berlaku sertaabasah sepanjang masa, serta akan berlaku bagisiapapun tanpa memperhatikan ras, maupun kelas

48

social. Dipihak lain ada yang beranggapan bahwasemua nilai relative sesuai dengan keinginan atauharapan manusia.

5. Relasionisme AksiologisNilai tidak bersifat privat (subyektif), tetapi

bersifat publik, meskipun tidak bersifat obyektifdalam arti tidak terlepas dari berbagai kepentingan.Penganjur relasionisme aksiologis di antaranya Dewey,Pepper, Ducasse, Lepley, dan lain-lain.

6. Nominalisme atau Skeptisisme (Emotivisme Aksiologis)Teori-teori yang didasarkan pada pandangan ini

mengatakan bahwa penentuan nilai adalah ekspresi emosiatau usaha untuk membujuk. Yang semuanya tidakfaktual. Ilmu tentang nilai – aksiologi – adalahmustahil. Ajaran G. E. Moore tentang kebahagiaan yangtidak dapat dijelaskan. Tetapi kebaikan mungkin sajasecara faktual diletakkan pada suatu tindakan atausuatu obyek, walaupun bersifat intuitif dan tidakdapat diverifikasi.

I. A. Richard membedakan antara makna faktual danmakna emotif. Catatan sejarah menyebutkan asal mulaemotivisme, yaitu berasal dari logika positivisme:bahwa nilai adalah sesuatu yang tidak dapat dijelaskandan bersifat emotif, meski memiliki makna secarafaktual. Nilai sama sekali tidak dapat digambarkansebagai keadaan suatu subyek, obyek ataupun sebagaihubungan. Pendukung emotivisme antara lain: Nietzsche,Ayer, Russel, Stevenson, Schlick, Carnap, dan lain-lain.

7. Nilai dan KebaikanSebelum masa Rudolf H. Lotze (1817-1881) para

filsuf hanya kadang-kadang saja membicarakan tentangnilai. Sehubungan dengan nilai, sesungguhnya filsafatselalu bergelut dengannya, tetapi di bawah aspek baikdan kebaikannya (bonum et bonitas). Filsafat nilaipada zaman modern (Max Scheler) yang bermula dariLotze membuat pembedaan tajam antara nilai dankebaikan. Karena nilai-nilai dalam arti ini dipikirkansebagai ide-ide dari dunia lain yang dapatdiperkenalkan kepada dunia nyata dengan peralatanmanusia, pandangan ini pantas dinamakan teori“idealisme nilai”. Lawan idealisme

49

nilai adalah realisme nilai atau lebihbaik, metafisika nilai, yang mengatasi pemisahan nilaidari yang ada (al-mawjud).

8. Nilai dan PersepsiCiri khusus dari persepsi-nilai kita tergantung

pada sifat hakiki nilai itu sendiri. Kalau nilaiterpisah dari eksistensi, nilai sama sekali tidakdapat dimasuki oleh akal manusiawi yang tertuju padaeksistensi. Karena nilai itu menampakkan dirinya hanyakepada perasaan emosional, akibatnya terdapatsejenis irasionalisme-nilai.

Lawan irasionalisme-nilai adalah rasionalisme-nilai yang mereduksikan ciri khusus nilai padaeksistensinya saja. Di antara kedua ekstrim initerdapat hal seperti persepsi intelektual terhadapnilai. Karena persepsi-nilai intelektual selaludikondisikan oleh emosi dan hasrat.[12]

Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengantingkatan/hierarki nilai :b. Kaum Idealis

Mereka berpandangan secara pasti terhadaptingkatan nilai, dimana nilai spiritual lebihtinggi daripada nilai non spiritual (nilaimaterial).

c. Kaum RealisMereka menempatkan nilai rasional dan empiris padatingkatan atas, sebab membantu manusia menemukanrealitas objektif, hukum-hukum alam dan aturanberfikir logis.

d. Kaum PragmatisMenurut mereka, suatu aktifitas dikatakan baikseperti yang lainnya, apabila memuaskan kebutuhanyang penting, dan memiliki nilai instrumental.Mereka sangat sensitive terhadap nilai-nilai yangmenghargai masyarakat. Macam-macam nilai:1) Nilai Instrumental, mempunyai beberapa

pengertian:a) Nilai yang dimiliki suatu hal dalam

menghasilkan akibat-akibat atau hasil-hasilyang diinginkan.

50

b) Suatu nilai yang dikenakan pada sesuatu yangdigunakan sebagai alat memperoleh sesuatuyang diinginkan atau dapat diinginkan.

2) Nilai Utilitarian, beberapa pengertian:a) Nilai yang dipunyai oleh suatu hal yang

berguna bagi pemenuhan sebuah tujuan.b) Nilai yang dimiliki suatu hal dalam memajukan

kebaikan terbesar dari jumlah besar.

51