Aliran Filsafat yaAliran Filsafat yang digunakan di Indonesia

49
Aliran Filsafat yaAliran Filsafat yang digunakan di Indonesia Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam suatu Proses pembelajaran, tidak terlepas dari pendidikan.Pendidikan ialah proses pengubahan tingkah laku dan sikap seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam arti sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengn kebutuhan. Upaya proses belajar sepanjang hayat, maka pengertian pendidikan disini adalah merupakan usaha yang berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam masyarakat.karena adanya perubahan dan kemajuan di masyarakat yang disebabkan oleh berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yang tiada henti-hentinya. Dengan adanya uraian diatas, maka seorang guru harus pandai dalam mendidik. Oleh karena itu, melalui makalah saya ini kita akan mengkaji secara garis besar tentang „Aliran-aliran Filsafat yang terdapat di Indonesia“, salah satu filsafat yang akan kita kaji dalam makalah saya ini adalah Filsafat Pendidikan. Diharapkan dengan pembahasan dalam makalah ini kita dapat memperoleh gambaran dengan jelas, mengenai Filsafat pendidikan dan penerapan yang sudah diterapkan di Indonesia. Semoga makalah ini dapat membantu kita sebagai calon guru dalam kegiatan belajar-mengajar dilingkungan pendidikan. 1.2Pembatasan Masalah

Transcript of Aliran Filsafat yaAliran Filsafat yang digunakan di Indonesia

Aliran Filsafat yaAliran Filsafat yang digunakan di Indonesia

Bab I

Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Dalam suatu Proses pembelajaran, tidak terlepas daripendidikan.Pendidikan ialah proses pengubahan tingkah laku dansikap seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam arti sempitpendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untukmemperoleh pengetahuan. Dalam arti luas, pendidikan diartikansebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehinggaorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah lakuyang sesuai dengn kebutuhan.

Upaya proses belajar sepanjang hayat, maka pengertian pendidikandisini adalah merupakan usaha yang berkesinambungan untukmeningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam masyarakat.karenaadanya perubahan dan kemajuan di masyarakat yang disebabkan olehberkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yangtiada henti-hentinya.

Dengan adanya uraian diatas, maka seorang guru harus pandai dalammendidik. Oleh karena itu, melalui makalah saya ini kita akanmengkaji secara garis besar tentang „Aliran-aliran Filsafat yangterdapat di Indonesia“, salah satu filsafat yang akan kita kajidalam makalah saya ini adalah Filsafat Pendidikan. Diharapkandengan pembahasan dalam makalah ini kita dapat memperolehgambaran dengan jelas, mengenai Filsafat pendidikan dan penerapanyang sudah diterapkan di Indonesia. Semoga makalah ini dapatmembantu kita sebagai calon guru dalam kegiatan belajar-mengajardilingkungan pendidikan.

1.2Pembatasan Masalah

Dalam Makalah ini, perlu dibatasi masalah yang dibahaskarena mengingat luasnya masalah yang berhubungan dengan berbagaiNilai dan Makna yang terkandung dalam Pendidikan. Adapun masalahyang dibahas dalam makalah ini merupakan garis-garis besar dariberbagai pengertian dan pengaplikasian Filsafat dalam duniaPendidikan di Indonesia bagi sebagian orang.

1.3 Identifikasi Masalah

Adapun pengidentifikasian Masalah dalam Makalah ini adalah:

1. Jelaskan pengertian dari pendidikan

2. Jelaskan pengertian dari filsafat?

3. Bagaimana peranan filsafat dalam pendidikan?

4. Jelaskan aliran-aliran filsafat apa sajakah yang digunakan diIndonesia?

1.4 Tujuan Masalah

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka pembahasanmasalah dalam makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dan memahami pengertian dari pendidikan.

2. Mengetahui dan memahami pengertian dari filsafat.

3. Mengetahui dan memahami peranan filsafat dalam hal pendidikan.

4. Mengetahui, memahami dan mempraktekkan aliran filsafat yangdigunakan di Indonesia.

Bab II

Pembahasan2.1 PENGERTIAN

2.1.1. Pengertian Pendidikan

Sebelum kita membahas mengenai Filsafat yang ada diIndonesia dalam hal pendidikan, ada baiknya kita terlebih dahulumengetahui, apa yang dimaksud dengan Pendidikan. Pendidikan,secara etimologi, yakni; paedagogie dan paedagogiek.

(Purwanto.2000) paedagogiek, paedos yang berarti anak, dan agogeyang artinya pemimpin. Pendidikan haruslah berorientasi kepadapengenalan realita diri manusia dan dirinya sendiri baik bersifatobyektif dan subyektif. Pendidikan berarti pembebasan bukanpenguasaan (Freire 2004).

Pendidikan dapat diartikan pula sebagai kegiatan mengubah prilakuindividu kearah kedewasaan dan kematangan sebab pendidikan itupemberdayaan sumber daya manusia. Makna pendidikan adalahmemebrikan kebebasan kepada seseorang untuk mengembangkan dirinyasendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Proses pemberdayaanharus didasarkan pada kasih saying, sebab tidak ada manusiajenius mampu mengerjakan sesuatu hal sendirian, selalumembutuhkan dan dibutuhkan manusia lainnya. Dalam prosespemberdayaan, peserta didik dididik dan dibimbing menjadi SDMyang Realita, Berani, manusia social dan memiliki Visi.

Pada hakekatnya pendidikan itu bukan membentuk, bukan menciptakanseperti yang diinginkan, tetapi menolong, membantu dalam artiluas. Dalam arti, pendidikan mempersiapkan peserta didiksemaksimal mungkin untuk dapat mengikuti perubahan zaman dandapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam hidupnya.

2.1.2. Pengertian Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia danphiloshophos. Menurut bentuk kata, philosophia diambil dari kataphilos dan shopia atau philos dan sophos. Philos berarti cintadan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, danhikmah. Dalam pengertian ini seseorang dapat disebut telahberfilsafat apabila seluruh ucapannya dan perilakunya mengandungmakna dan ciri sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan,terhadap pengetahuan dan terhadap hikmah.

Definisi filsafat menurut beberapa ilmuwan antara lain:

 Phytagoras (572-497)

Ditahbiskan sebagai orang pertama yang memakai kata Philosopia yangberarti pecinta kebijaksanaan (lover of Wisdom) bukankebijaksanaan itu sendiri.

 Plato (427-347 SM)

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat untuk mencapaikebenaran yang asli artimya kebenaran yang telah dibuktikansecara nyata.

 Aristoteles (382-322 SM)

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,politik, estetika.

 Al-Farabi (870-950)

Filsafat adalah pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakikatyang sebenarnya.

 Descartes (1590-1650)

Filsafat adalah kumpulan dari segala pengetahuan dimana Tuhan,alam dan manusia sebagai bidang penelitian.

 Immanuel Kant (1724-1804)

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pangkal pokok darisegala pengetahuan.

Filsafat adalah:

• pencarian akan kearifan kehidupan

• usaha untuk memahami jagad raya secara menyeluruh

• penyelidikan akan tanggung jawab moral dan kewajiban sosialmanusia

• usaha untuk menyelami maksud Tuhan dan tempat manusia di dalammaksud itu

• usaha untuk menemukan dasar dari ilmu alam

• penyelidikan tegar tentang asal-usul, keluasan, dan validitaside manusia

• eksplorasi terhadap letak dari kehendak dan kesadaran di jagadraya

• penyelidikan tentang nilai kebenaran, kebajikan, dan keindahan

• usaha untuk mengkodefikasi aturan pada pikiran manusia gunapeningkatan

rasionalitas dan keluasan bagi pemikiran yang jernih

Pada awalnya, kata sofia lebih sering diartikan sebagaikemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, sepertiperdagangan dan pelayaran. Dalam perkembangan selanjutnya, maknadari kata kemahiran ini lebih dikhususkan lagi untuk kecakapan dibidang sya’ir dan musik. Makna ini kemudian berkembang lagikepada jenis pengetahuan yang dapat mengantarkan manusia untukmengetahui kebenaran murni. Oleh karena itu, manusia hanya dapatsampai pada sifat “pencipta kebijaksanaan”. Pythagoras menyatakan:“cukup seorang menjadi mulia ketika ia menginginkan hikmah danberusaha untuk mencapainya”.

Harun Hadiwijono berpendapat bahwa filsafat diambil daribahasa Yunani, filosofia. Struktur katanya berasal dari katafilosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Dalam arti itu,menurut Hadiwijono filsafat mengandung arti sejumlah gagasan yangpenuh kebijaksanaan. Artinya, seseorang dapat disebut berfilsafatketika ia aktif memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalampengertian ini lebih memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafatdalam pengertian ini lebih berarti sebagai “Himbauan kepada

kebijaksanaan”.Harun beranggapan bahwa kata filsafat bukanberasal dari struktur kata Philos dan shopia, philos dan shophosatau filosofen. Tetapi kata filsafat berasal dari bahasa Yunaniyang struktur katanya berasal dari kata philien dalam arti cintadan shofos dalam arti wisdom. Orang Arab menurut Harunmemindahkan kata Philosophia ke dalam bahasa mereka denganmenyesuaikan tabi’at susunan kata-kata bahasa Arab, yaitufilsafat dengan pola (wajan) fa’lala, fa’lalah, dan fi’la.Berdasarkan wajan itu, maka penyebutan kata filsafat dalam bentukkata benda seharusnya disebut falsafat atau Filsuf. (diakses dariinternet Sabtu 5 Desember 2009 jam 22.59)

Harun lebih lanjut menyatakan bahwa kata filsafat yang banyakdipakai oleh masyarakat Indonesia, sebenarnya bukan murni berasaldari bahasa Arab sama seperti tidak murninya kata filsafatterambil dari bahasa Barat, philosophy. Harun justru membuatkompromi bahwa filsafat terambil dari dua bahasa, yaitu Fildiambil dari bahasa Inggris dan Safah dari bahasa Arab. Sehinggakata filsafat, adalah gabungan antara bahasa Inggris dan Arab.Berfilsafat artinya berpikir menurut tata tertib (logika) denganbebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengansedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya.

Atas dasar itu, maka menurut Harun, secara etimologi filsafatdapat didefinisikan sebagai:

1.Pengetahuan tentang hikmah

2.Pengetahuan tentang prinsip atau dasar

3.mencari kebenaran

4.Membahas dasar dari apa yang dibahas

Ali Mudhafir berpendapat bahwa kata filsafat dalam bahasa Indonesiamemiliki padanan kata Falsafah (Arab), Phyloshophy (Inggris),Philosophie (Jerman, Belanda dan Perancis). Semua kata itu,berasal dari bahasa Yunani Philosphia. Kata philosophia sendiriterdiri dari dua suku kata, yaitu Philien, Philos dan shopia.Philien berarti mencintai, philos berarti teman dan sophos

berarti bijaksana, shopia berarti kebijaksanaan. Dengan demikian,menurut Ali Mudhafir ada dua arti secara etimologi dari katafilsafat yang sedikit berbeda. Pertama, apabila istilah filsafatmengacu pada asal kata philien dan shopos, maka ia berartimencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (ia menjadi sifat).Kedua, apabila filsafat mengacu pada asal kata philos dan shopia,maka ia berarti teman kebijaksanaan.

2.2 Peranan Filsafat dalam Pendidikan

Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimanamengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teoripendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan danprinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan.Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaiankegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara gurudengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan denganmenggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Perananfilsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuanpendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dantepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikandan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teoripendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akandikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyekterkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi padadiri peserta didik.

Sesungguhnya ajaran filsafat merupakan sumber, landasan danidentitas tatanan atau sistem nilai kehidupan umat manusia.Sedemikian berkembang, maka khasanah ajaran nilai filsafatkuantitati-kualitatif terus meningkat; terbukti dengan berbagaialiran (sistem) filsafat yang memberikan identitasberbagai sistem pendidikan, sistem budaya, sistemKenegaraan dan peradaban bangsa-bangsa modern.

Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berartibahwa filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerjafilsafat dan akan menggunakan hasil-hasil kajian dari filsafat,yaitu, berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas,

pengetahuan dan nilai, khususnya yang berkaitan dengan praktekpelaksanaan pendidikan.

Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksanapendidikan, peru mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guruperlu memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan,karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengantujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yangmenyelenggarakan pendidikan. Tujuan pendidikan perlu dipahamidalam hubungannya dengan tujuan hidup. Guru sebagai pribadimempunyai tujuan hidupnya dan guru sebagai masyarakat mempunyaitujuan hidup bersama. Filsafat pendidikan harus mampu memberikanpedoman kepada para pendidik (guru). Hal tersebut akan mewarnaisikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM).Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan menjauhkan merekadari perbuatan meraba-raba tanpa rencana dalam menyelesaikanmasalah-masalah pendidikan.

Filsafat Pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan(Kneller, 1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikanyang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas,lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalamanmaupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapatdijangkau.

Dalam filsafat terdapat berbagai aliran; sehubungan dengan itumaka dalam filsafat pendidikan pun terdapat berbagai aliransesuai dengan aliran yang ada dalam filsafat. Berikut iniakandiuraikan berbagai aliran filsafat pendidikan tersebut.

2.3 Aliran-aliran filsafat Pendidikan yang digunakan di

Indonesia

2.3.1 Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme

Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), muridSokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat

yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asliyang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antaragambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap olehpanca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatuangan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang sertamenganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalutetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yangmengalami gerak tidak dikategorikan idea. Keberadaan idea tidaktampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanyadapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealismeadalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap.Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni danasli.

Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam danlingkungan sehingga melahirkan dua macam realita.

Pertama, yang tampak yaitu apa yang dialami oleh kita selakumakhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang datang danpergi, ada yang hidup dan ada yang demikian seterusnya. Kedua,adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dansempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnyaterdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dankesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak, karenaidea merupakan wujud yang hakiki.

Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyatadi alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani danbentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dantergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuanyang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempatkembali kesempurnaan yang disebut dunia idea denganTuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalamiperubahan.

Aliran idealisme berusaha menerangkan secara alami pikiran yangkeadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakanrohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikatyang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasiladaptasi individu dengan individu lainnya. Walaupun katakanlah

idealisme dipandang lebih luas dari aliran yang lain karena padaprinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal yang sangatpelik yang kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah olehmateri.

2.3.2 Aliran Filsafat Pendidikan Realisme

Menurut realisme, kualitas nilai tidak dapat ditentukansecara konseptual, melainkan tergantung dari apa atau bagaimanakeadaannya bisa dihayatioleh subjek tertentu dan selanjutnya akantergantung pula dari sikap subjek tersebut. Teori lain yangmuncul dari realisme disebut determinismetis. Dikatakan bahwasemua yang ada dalam alam ini, termasuk manusia, mempunyaihubungan hingga merupakan rantai sebab akibat.

Realisme dalam berbagai bentuk menurut Kattsoff (1996:126)menarik garis pemisah yang tajam antara yang mengetahui dan yangdiketahui, dan pada umumnya cenderung ke arah dualisme ataumonisme materialistik.

Menurut Amos Comenius: Manusia selalu berusaha untuk mencapaitujuan hidup berupa keselamatan dan kebahagiaan hidup yang abadidan kehidupn dunia yang sejahtera serta damai. Oleh karena itudalam pembelajaran sangat ditekankan dengan penggunaan metodeperagaan atau metode peragaan merupakan suatu keharusan dalamproses belajar mengajar, sehingga beliau dijuluki sebagai BapakKeperagaan dalam Belajar Mengajar

Dengan demikian pandangan-pandangan realisme mengenai pendidikanmencerminkan dua jenis determinasi mutlak dan determinasiterbatas;

1. Determinisme Mutlak, menunjukkan bahwa belajar adalah mengenalhal-hal yang tidak dapat dihalang-halangi adanya, jadi harus adayang bersama-sama membentuk dunia ini.

2. Determinisme Terbatas, memberikan gambaran kurangnya sifatpasif mengenai belajar. Bahwa meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang kuantitatif didunia ini tidak berarti dimungkinkan

adanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akanpengawasan diperlukan.

2.3.3. Aliran Filsafat Pendidikan Materialisme

Aliran materialisme adalah suatu aliran filsafat yangberisikan tentang ajaran kebendaan, dimana benda merupakan sumbersegalanya, sedangkan yang dikatakan materialistis mementingkankebendaan menurut materialisme(Poerwadarminta,1984:638). Materialisme, yang berpendapat bahwakenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran initidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialismememiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik danmaterialisme humanistis. Menurut Noor Syam, (1986:162-163)semuanya adalah materi, serba zat, serba benda, manusia merupakanmakhluk ilmiah yang tidak punya perbedaan dengan alam semestademikian juga wujudnya yang merupakan makrokosmos, dan tingkahlaku manusia pada prosesnya sejalan dengan sifat dan gerakanperistiwa alamiah, yang terkait dengan benda dan menjadi bagiandari hukum alam.

Karl Marx, memberikan suatu pandangan bahwa kenyataan yang adaadalah dunia materi, dan didalam suatu susunan kehidupan yaitumasyarakat, pada muatannya terdapat berupa kesadaran-kesadaranyang menumbuhkan ide serta teori serta pandangan yang semuanyaadalah suatu gambaran yang nyata.

2.3.4. Aliran Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidakbersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatiftergantung kepada kemampuan minusia.

Filsafat ini dipandang sebagai filsafat Amerika asli, pada halkenyataan yang sebenarnya adalah berpangkal pada filsafatempirisme Inggris, yang berpendapat bahwa sumber pengetahuanmanusia adalah apa yang manusia alami. Tokoh yang terkenalfilsafat ini adalah Charles Sandre Pierce (1839-1914), WilliamJames (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952). Pragmatisme berasaldari kata ”pagma” yang berarti praktik atau aku berbuat.

Pendidikan menurut pandangan pragmatisme bukan merupakan suatuproses pembentukan dari luar dan juga bukan merupakan suatupemerkahan kekuatan-kekuatan laten dengan sendirinya (unfolding),melainkan merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksidari pengalaman-pengalaman individu; yang berarti bahwa setiapmanusia selalu belajar dari pengalamannya.

Menurut John Dewey (Sadulloh. 2003), pendidikan perlu didasarkanpada tiga pokok pemikiran, yakni:

1. Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup

2. Pendidikan sebagai pertumbuhan

3. Pendidikan sebagai fungsi sosial

2.3.5. Aliran Filsafat Pendidikan Eksistensialisme

Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat padamanusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yangbebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan manayang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yangbenar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialissadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.

Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat,khususnya tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkankeber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewatkebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan denganeksistensialisme adalah melulu soal kebebasan. Apakah kebebasanitu? bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan sesuai dengandoktrin utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolakmentah-mentah bentuk determinasi terhadap kebebasan kecualikebebasan itu sendiri. Dalam studi sekolahan filsafateksistensialisme paling dikenal hadir lewat Jean-Paul Sartre,yang terkenal dengan diktumnya "human is condemned to be free",manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulahkemudian manusia bertindak. Pertanyaan yang paling sering munculsebagai derivasi kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana

kebebasan tersebut bebas? atau "dalam istilah orde baru", apakaheksistensialisme mengenal "kebebasan yang bertanggung jawab"?Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunyauniversalitas manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiapindividu adalah kebebasan individu lain. Namun, menjadieksistensialis, bukan melulu harus menjadi seorang yang lain-daripada-yang-lain, sadar bahwa keberadaan dunia merupakansesuatu yang berada diluar kendali manusia, tetapi bukan membuatsesuatu yang unik ataupun yang baru yang menjadi esensi darieksistensialisme. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginansendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan adalahinti dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau tidak mau kitaakan terjun ke berbagai profesi seperti dokter, desainer,insinyur, pebisnis dan sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleheksistensialisme adalah, apakah kita menjadi dokter ataskeinginan orang tua, atau keinginan sendiri.

Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu.Secara umum, eksistensialisme menekankan pilihan kreatif,subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit darikeberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekatmanusia atau realitas.

Beberapa tokoh dalam aliran ini : Jean Paul Satre, SorenKierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, GabrilMarcel, Paul Tillich.

Eksistensialisme:

 Menekankan pada individual dalam proses progresifnya denganpemikiran yang merdeka dan otentik.

 Pada dasarnya perhatian dengan kehidupan sebagai apa adanya dantidak dengan kualitas-kualitas abstraknya.

 Membantu individu memahami kebebasan dan tanggung jawabpribadinya. Jadi, menggunakan pendidikan sebagai jalan mendorongmanusia menjadi lebih terlibat dalam kehidupan sebagaimana puladengan komitmen tindakannya.

 Individu seharusnya senantiasa memperbaiki diri dalam kehidupandunia yang terus berubah.

 Menekankan pendekatan “I-Thou” (Aku-Kamu) dalam prosespendidikan, baik guru maupun murid.

 Promosikan pendekatan langsung-mendalam (inner-directed) yanghumanistik; dimana siswa bebas memilih kurikulum dan hasilpendidikannya.

2.3.6. Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme

Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umumdan bahwa manusia berkembang terus menerus dalam arah yangposisitf. Apa yang dipandang benar sekrang belum tentu benar padamasa yang akan dating. Oleh sebab itu, peserta didik bukandipersiapkan untuk menghidupi kehidupan masa kini, melainkanmereka harus dipersiapkan menghadapi kehidupan masa dating.Permasalahan hidup masa kini tidk akan sama dengan permasalahanhidup masa yang akan dating. Pengalaman menurut progresivismebersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai padayang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme,nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baruantara individu dengan nilai yang telah disimpan dalamkehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupansosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulumyang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapatdisesuaikan dengan kebutuhan.

Guru pendidik harus berperan sebagai pembimbing dan fasilitatoragar peserta didik terdorong dan terbantu untuk mempelajari danmemiliki pengalaman tentang hal yang penting bagi kehidupanmereka, bukan memberikan sejumlah kebenaran yang disebut abadi.

Progresivisme menekankan pada perubahan dan sesuatu yang baru.Progresivisme berpendapat bahwa tidak ada teori realita yang umumdan ini bertentangan dengan perenialisme. Pengalaman menurutprogresivisme bersifat dinamis dan temporal, tidak pernah sampaipada yang paling extrim serta pluralistis. Menurutnya nilai

berkembang terus karena adanya pengalaman -pengalaman baru antaraindividu dengan nilai yang telah disimpan.

Progresivisme:

1. Suka melihat manusia sebagai pemecah persoalan (problem-solver)yang baik.

2. Oposisi bagi setiap upaya pencarian kebenaran absolut.

3. Lebih tertarik kepada perilaku pragmatis yang dapat berfungsidan berguna dalam hidup.

4. Pendidikan dipandang sebagai suatu proses.

5. Mencoba menyiapkan orang untuk mampu menghadapi persoalan aktualatau potensial dengan keterampilan yang memadai.

6. Mempromosikan pendekatan sinoptik dengan menghasilkan sekolahdan masyarakat bagi humanisasi.

7. Bercorak student-centered.

8. Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis danmenyenangkan.

9. Bergerak sebagai eksperimentasi alamiah dan promosi perubahanyang berguna untuk pribadi atau masyarakat.

2.3.7 Aliran Filsafat Pendidikan Perenialisme

Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaankacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuhadalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji.Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah duniadengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalannilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalahpada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandangbaik.

Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:

1. Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanyanafsu, kemauandan akal (Plato)

2. Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikandengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)

3. Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata (Thomas Aquinas)

Adapun norma fundamental pendidikan menurut J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama.

Perenialisme:

 Berhubungan dengan perihal sesuatu yang terakhir. Cenderungmenekankan seni dan sains dengan dimensi perennial yang bersifatintegral dengan sejarah manusia.

 Pertama yang harus diajarkan adalah tentang manusia, bukanmesin atau teknik. Sehingga tegas aspek manusiawinya dalam sainsdan nalar dalam setiap tindakan.

 Mengajarkan prinsip-prinsip dan penalaran ilmiah, bukan fakta.

 Mencari hukum atau ide yang terbukti bernilai bagi dunia yangkita diami.

 Fungsi pendidikan adalah untuk belajar hal-hal tersebut danmencari kebenaran baru yang mungkin.

 Orientasi bersifat philosophically-minded. Jadi, fokus padaperkembangan personal.

 Memiliki dua corak:

Perennial Religius: Membimbing individu kepada kebenaran utama(doktrin, etika dan penyelamatan religius). Memakai metode trialand error untuk memperoleh pengetahuan proposisional.

Perennial Sekuler: Promosikan pendekatan literari dalam belajarserta pemakaian seminar dan diskusi sebagai cara yang tepat untukmengkaji hal-hal yang terbaik bagi dunia (Socratic method).Disini, individu dibimbing untuk membaca materi pengetahuansecara langsung dari buku-buku sumber yang asli sekaligus teksmodern. Pembimbing berfungsi memformulasikan masalah yangkemudian didiskusikan dan disimpulkan oleh kelas. Sehingga,dengan iklim kritis dan demokratis yang dibangun dalam kulturini, individu dapat mengetahui pendapatnya sendiri sekaligusmenghargai perbedaan pemikiran yang ada.

2.3.8. Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme

Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tatayang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiadacela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yangmempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempatmanusia berada. Esensialisme juga didukung oleh idealismesubjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnyaadalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata adadalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilaitergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayatioleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjektersebut. Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada)atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutanberusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatuyang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyaipengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senangtak senang mengenai nilai tersehut. Menunut realisme, pengetahuanterbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententumenjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuantimbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan duniabesar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslahbertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa

Essensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatifyang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progreif di sekolah-sekolah. Essensialisme, berpendapatbahwa kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yangharus diberikan di sekolah-sekolah dalam suatu cara yangsistematik dan berdisiplin. Essensialisme menekankan pada apayang mendukung pengetahuan dan keterampilan yang diyakini pentingyang harus diketahui oleh para anggota masyarakat yang produktif.

Essensialisme, sepertihalnya perenialisme dan progresivisme bukanmerupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan suatubangunan filsafat, malainkan suatu gerakan dalam pendidikan yangmemprotes terhadap pendidikan progresivisme. Essensialismemengadakan protes tersebut tidak menolak atau menentang secarakeseluruhan pandangan progresivisme seperti halnya yang dilakukanperenislisme.

Dua aliran filsafat –idealisme dan realisme – yang membentukcorak essensialisme sebagai pendukung essensialisme, akan tetapitidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utamapada dirinya masing-masing.

 Berkaitan dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnyamanusia tahu dan menyadari sepenuhnya tentang dunia dimana merekatinggal dan juga bagi kelangsungan hidupnya.

 Menekankan data fakta dengan kurikulum yang tampak bercorakvokasional.

 Konsentrasi studi pada materi-materi dasar tradisional seperti:membaca, menulis, sastra, bahasa asing, matematika, sejarah,sains, seni dan musik.

 Pola orientasinya bergerak dari skill dasar menuju skill yangbersifat semakin kompleks.

 Perhatian pada pendidikan yang bersifat menarik dan efisien.

 Yakin pada nilai pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan itusendiri.

 Disiplin mental diperlukan untuk mengkaji informasi mendasartentang dunia yang didiami serta tertarik pada kemajuanmasyarakat teknis.

2.3.9 Aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari caraberpikir progresifisme dalam pendidikan. Tidak cukup kalauindividu belajar hanya dari pengalaman-pengalaman kemasyarakatandi sekolah. Tujuan pendidikan adalah untuk menumbuhkan kesadaranpeserta didik akan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politikyang dihadapi manusia bukan hanya nasional, regional, akan tetapijuga ecara global.

Brameld (Sadulloh:2003) mengemukakan teori pendidikanrekonstruksionisme terdiri dari lima tesis.

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaranyang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu maknadari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukanmerupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupankita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demipengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan danmenjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyaibeberapa konsep umum seperti:

1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalamanyang sudah ada.

2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membinasendiri pengetahuan mereka.

3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajarsendiri melalui proses saling mempengaruhi antarapembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.

4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membinapengetahuan dirinya secara aktif dengan caramembandingkan informasi baru dengan pemahamannya yangsudah ada.

5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaranyang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajarmenyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuaidengan pengetahuan ilmiah.

6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyaiperkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknatpelajar.

Konstruktivisme merupakan satu pendekatan yang didapati sesuai dipraktikkan dalam pengajaran dan pembelajaran sains. Dalam pendekatan ini murid dianggap telah mempunyai idea yang tersendiri tentang sesuatu konsep yang belum dipelajari. Idea tersebut mungkin benar atau tidak.

Rekonstruksionisme:

 Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikandengan penyelesaian problema sosial yang signifikan.

 Mengkritik pola life-adjustment (perbaikan tambal-sulam) paraProgresivist.

 Pendidikan perlu berfikir tentang tujuan-tujuan jangka pendek danjangka panjang. Untuk itu pendekatan utopia pun menjadi pentingguna menstimuli pemikiran tentang dunia masa depan yang perludiciptakan.

 Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih fokus padapenciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalamunsur-unsur kehidupan.

 Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusiaadalah terjadi dalam aktivitas hidup yang nyata bersamasesamanya.

 Learn by doing! (Belajar sambil bertindak).

Bab III

Penutup3.1 Kesimpulan

Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum,maka salam membahas filsafat pendidikan akamn berangkat darifilsafat. Dalam arti, filsafat pendidikan pada dasarnyamenggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasildari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentangrealitas, pengetahuan, dan nilai.

Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran, sepertimaterialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain.Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat,sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafatpendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.

Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada duakelompok besar, yaitu filsafat pendidikan “progresif” danfilsafat pendidikan “ Konservatif”. Yang pertama didukung olehfilsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik naturalismedari Roousseau. Yang kedua didsari oleh filsafat idealisme,realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalismeatau realisme religius. Filsafat-filsafat tersebut melahirkanfilsafat pendidikan esensialisme, perenialisme, dan sebagainya.

Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan:

1. Filsafat Pendidikan Idealisme

Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh,bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melauipanca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran inimemandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yangdikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidakberubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini

adalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, AlGhazali

2. Filsafat Pendidikan Realisme

Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secaradualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialahterdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagirealitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dnmengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanyarealita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuanmanusia.

Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan AmosComenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo,David Hume, John Stuart Mill

3. Filsafat Pendidikan Materialisme

Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi,bukan rohani, spiritual atau supernatural.

Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, LudwigFeurbach

4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namunsebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yangberpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusiaalami.

Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandrePeirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme

Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu.Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif,subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit dari

keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekatmanusia atau realitas.

Beberapa tokoh dalam aliran ini : Jean Paul Satre, SorenKierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, GabrilMarcel, Paul Tillich

6. Filsafat Pendidikan Progresivisme

Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliranfilsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatugerakandan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran iniberpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkintidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat padaanak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.

Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O.Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff

7. Filsafat Pendidikan Esensialisme

Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yangpada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trendprogresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakanprogresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral diantara kaum muda.

Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, ThomasBriggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.

8. Filsafat Pendidikan Perenialisme

Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abadkedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadappendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivismeyang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialismememandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan,ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupanmoral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu adausaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu dengan

jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umumyang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji.

Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert MaynardHutchins dan ortimer Adler

9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakanprogresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapanbahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri denganmasalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionismedipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930,ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.

Beberapa tokoh dalam aliran ini: Caroline Pratt, George Count,Harold Rugg.

3.2 Saran

Dari uraian Aliran-aliran Filsafat tersebut telah dijelaskanbahwa pentingnya filsafat bagi sebuah pendidikan di suatu Negara,untuk terus menerus membawa perubahan yang tiada hentinya gunamencapai tujuan akhir pendidikan suatu bangsa, yakni keadilan,kemakmuran, dan kesejahteraan masyarakat pada suatu bangsa.

Aliran Filsafat Pendidikan yang dipakai di Indonesia sangatbermanfaat bagi Guru dan calon Pendidik agar mampu mengarahkananak didik dalam hal memfasilitasi dan memberi motivasi kepadapeserta didik untuk menunjang kemajuan peserta didik dalam prosesbelajar mengajar sampai pada tahap yang dijadikan acuan baginegara. Terlebih khusus kepada peserta didik, aliran-aliran inimengarahkan untuk mempersiapkan dirinya menghadapi masa dimanakelak.dia akan menjadi seorang pendidik

Daftar PustakaTim Penyusun dan Pengajar. 2009. Diktat Filsafat Pendidikan. Medan:Universitas

Negeri Medan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991)

http://hendrinizar.blogspot.com/2008/06/aliran-filsafat-pendidikan.html

http://www.barumbung.co.cc/index.php?option=com_content&task=view&id=63&Itemid=42

http://id.wikipedia.org

ng digunakan di Indonesia

Bab I

Pendahuluan1.1 Latar Belakang

Dalam suatu Proses pembelajaran, tidak terlepas daripendidikan.Pendidikan ialah proses pengubahan tingkah laku dansikap seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam arti sempitpendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untukmemperoleh pengetahuan. Dalam arti luas, pendidikan diartikansebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehinggaorang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah lakuyang sesuai dengn kebutuhan.

Upaya proses belajar sepanjang hayat, maka pengertian pendidikandisini adalah merupakan usaha yang berkesinambungan untukmeningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam masyarakat.karenaadanya perubahan dan kemajuan di masyarakat yang disebabkan olehberkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yangtiada henti-hentinya.

Dengan adanya uraian diatas, maka seorang guru harus pandai dalammendidik. Oleh karena itu, melalui makalah saya ini kita akan

mengkaji secara garis besar tentang „Aliran-aliran Filsafat yangterdapat di Indonesia“, salah satu filsafat yang akan kita kajidalam makalah saya ini adalah Filsafat Pendidikan. Diharapkandengan pembahasan dalam makalah ini kita dapat memperolehgambaran dengan jelas, mengenai Filsafat pendidikan dan penerapanyang sudah diterapkan di Indonesia. Semoga makalah ini dapatmembantu kita sebagai calon guru dalam kegiatan belajar-mengajardilingkungan pendidikan.

1.2Pembatasan Masalah

Dalam Makalah ini, perlu dibatasi masalah yang dibahaskarena mengingat luasnya masalah yang berhubungan dengan berbagaiNilai dan Makna yang terkandung dalam Pendidikan. Adapun masalahyang dibahas dalam makalah ini merupakan garis-garis besar dariberbagai pengertian dan pengaplikasian Filsafat dalam duniaPendidikan di Indonesia bagi sebagian orang.

1.3 Identifikasi Masalah

Adapun pengidentifikasian Masalah dalam Makalah ini adalah:

1. Jelaskan pengertian dari pendidikan

2. Jelaskan pengertian dari filsafat?

3. Bagaimana peranan filsafat dalam pendidikan?

4. Jelaskan aliran-aliran filsafat apa sajakah yang digunakan diIndonesia?

1.4 Tujuan Masalah

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka pembahasanmasalah dalam makalah ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dan memahami pengertian dari pendidikan.

2. Mengetahui dan memahami pengertian dari filsafat.

3. Mengetahui dan memahami peranan filsafat dalam hal pendidikan.

4. Mengetahui, memahami dan mempraktekkan aliran filsafat yangdigunakan di Indonesia.

Bab II

Pembahasan2.1 PENGERTIAN

2.1.1. Pengertian Pendidikan

Sebelum kita membahas mengenai Filsafat yang ada diIndonesia dalam hal pendidikan, ada baiknya kita terlebih dahulumengetahui, apa yang dimaksud dengan Pendidikan. Pendidikan,secara etimologi, yakni; paedagogie dan paedagogiek.

(Purwanto.2000) paedagogiek, paedos yang berarti anak, dan agogeyang artinya pemimpin. Pendidikan haruslah berorientasi kepadapengenalan realita diri manusia dan dirinya sendiri baik bersifatobyektif dan subyektif. Pendidikan berarti pembebasan bukanpenguasaan (Freire 2004).

Pendidikan dapat diartikan pula sebagai kegiatan mengubah prilakuindividu kearah kedewasaan dan kematangan sebab pendidikan itupemberdayaan sumber daya manusia. Makna pendidikan adalahmemebrikan kebebasan kepada seseorang untuk mengembangkan dirinyasendiri sesuai dengan potensi yang dimiliki. Proses pemberdayaanharus didasarkan pada kasih saying, sebab tidak ada manusiajenius mampu mengerjakan sesuatu hal sendirian, selalumembutuhkan dan dibutuhkan manusia lainnya. Dalam prosespemberdayaan, peserta didik dididik dan dibimbing menjadi SDMyang Realita, Berani, manusia social dan memiliki Visi.

Pada hakekatnya pendidikan itu bukan membentuk, bukan menciptakanseperti yang diinginkan, tetapi menolong, membantu dalam artiluas. Dalam arti, pendidikan mempersiapkan peserta didiksemaksimal mungkin untuk dapat mengikuti perubahan zaman dandapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam hidupnya.

2.1.2. Pengertian Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia danphiloshophos. Menurut bentuk kata, philosophia diambil dari kataphilos dan shopia atau philos dan sophos. Philos berarti cintadan shopia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, danhikmah. Dalam pengertian ini seseorang dapat disebut telahberfilsafat apabila seluruh ucapannya dan perilakunya mengandungmakna dan ciri sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan,terhadap pengetahuan dan terhadap hikmah.

Definisi filsafat menurut beberapa ilmuwan antara lain:

 Phytagoras (572-497)

Ditahbiskan sebagai orang pertama yang memakai kata Philosopia yangberarti pecinta kebijaksanaan (lover of Wisdom) bukankebijaksanaan itu sendiri.

 Plato (427-347 SM)

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat untuk mencapaikebenaran yang asli artimya kebenaran yang telah dibuktikansecara nyata.

 Aristoteles (382-322 SM)

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,politik, estetika.

 Al-Farabi (870-950)

Filsafat adalah pengetahuan tentang alam maujud bagaimana hakikatyang sebenarnya.

 Descartes (1590-1650)

Filsafat adalah kumpulan dari segala pengetahuan dimana Tuhan,alam dan manusia sebagai bidang penelitian.

 Immanuel Kant (1724-1804)

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pangkal pokok darisegala pengetahuan.

Filsafat adalah:

• pencarian akan kearifan kehidupan

• usaha untuk memahami jagad raya secara menyeluruh

• penyelidikan akan tanggung jawab moral dan kewajiban sosialmanusia

• usaha untuk menyelami maksud Tuhan dan tempat manusia di dalammaksud itu

• usaha untuk menemukan dasar dari ilmu alam

• penyelidikan tegar tentang asal-usul, keluasan, dan validitaside manusia

• eksplorasi terhadap letak dari kehendak dan kesadaran di jagadraya

• penyelidikan tentang nilai kebenaran, kebajikan, dan keindahan

• usaha untuk mengkodefikasi aturan pada pikiran manusia gunapeningkatan

rasionalitas dan keluasan bagi pemikiran yang jernih

Pada awalnya, kata sofia lebih sering diartikan sebagaikemahiran dan kecakapan dalam suatu pekerjaan, sepertiperdagangan dan pelayaran. Dalam perkembangan selanjutnya, maknadari kata kemahiran ini lebih dikhususkan lagi untuk kecakapan dibidang sya’ir dan musik. Makna ini kemudian berkembang lagikepada jenis pengetahuan yang dapat mengantarkan manusia untukmengetahui kebenaran murni. Oleh karena itu, manusia hanya dapatsampai pada sifat “pencipta kebijaksanaan”. Pythagoras menyatakan:

“cukup seorang menjadi mulia ketika ia menginginkan hikmah danberusaha untuk mencapainya”.

Harun Hadiwijono berpendapat bahwa filsafat diambil daribahasa Yunani, filosofia. Struktur katanya berasal dari katafilosofien yang berarti mencintai kebijaksanaan. Dalam arti itu,menurut Hadiwijono filsafat mengandung arti sejumlah gagasan yangpenuh kebijaksanaan. Artinya, seseorang dapat disebut berfilsafatketika ia aktif memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafat dalampengertian ini lebih memperoleh kebijaksanaan. Kata filsafatdalam pengertian ini lebih berarti sebagai “Himbauan kepadakebijaksanaan”.Harun beranggapan bahwa kata filsafat bukanberasal dari struktur kata Philos dan shopia, philos dan shophosatau filosofen. Tetapi kata filsafat berasal dari bahasa Yunaniyang struktur katanya berasal dari kata philien dalam arti cintadan shofos dalam arti wisdom. Orang Arab menurut Harunmemindahkan kata Philosophia ke dalam bahasa mereka denganmenyesuaikan tabi’at susunan kata-kata bahasa Arab, yaitufilsafat dengan pola (wajan) fa’lala, fa’lalah, dan fi’la.Berdasarkan wajan itu, maka penyebutan kata filsafat dalam bentukkata benda seharusnya disebut falsafat atau Filsuf. (diakses dariinternet Sabtu 5 Desember 2009 jam 22.59)

Harun lebih lanjut menyatakan bahwa kata filsafat yang banyakdipakai oleh masyarakat Indonesia, sebenarnya bukan murni berasaldari bahasa Arab sama seperti tidak murninya kata filsafatterambil dari bahasa Barat, philosophy. Harun justru membuatkompromi bahwa filsafat terambil dari dua bahasa, yaitu Fildiambil dari bahasa Inggris dan Safah dari bahasa Arab. Sehinggakata filsafat, adalah gabungan antara bahasa Inggris dan Arab.Berfilsafat artinya berpikir menurut tata tertib (logika) denganbebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengansedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya.

Atas dasar itu, maka menurut Harun, secara etimologi filsafatdapat didefinisikan sebagai:

1.Pengetahuan tentang hikmah

2.Pengetahuan tentang prinsip atau dasar

3.mencari kebenaran

4.Membahas dasar dari apa yang dibahas

Ali Mudhafir berpendapat bahwa kata filsafat dalam bahasa Indonesiamemiliki padanan kata Falsafah (Arab), Phyloshophy (Inggris),Philosophie (Jerman, Belanda dan Perancis). Semua kata itu,berasal dari bahasa Yunani Philosphia. Kata philosophia sendiriterdiri dari dua suku kata, yaitu Philien, Philos dan shopia.Philien berarti mencintai, philos berarti teman dan sophosberarti bijaksana, shopia berarti kebijaksanaan. Dengan demikian,menurut Ali Mudhafir ada dua arti secara etimologi dari katafilsafat yang sedikit berbeda. Pertama, apabila istilah filsafatmengacu pada asal kata philien dan shopos, maka ia berartimencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (ia menjadi sifat).Kedua, apabila filsafat mengacu pada asal kata philos dan shopia,maka ia berarti teman kebijaksanaan.

2.2 Peranan Filsafat dalam Pendidikan

Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimanamengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teoripendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan danprinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan.Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaiankegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara gurudengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan denganmenggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan. Perananfilsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuanpendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dantepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikandan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teoripendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akandikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyekterkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi padadiri peserta didik.

Sesungguhnya ajaran filsafat merupakan sumber, landasan danidentitas tatanan atau sistem nilai kehidupan umat manusia.Sedemikian berkembang, maka khasanah ajaran nilai filsafat

kuantitati-kualitatif terus meningkat; terbukti dengan berbagaialiran (sistem) filsafat yang memberikan identitasberbagai sistem pendidikan, sistem budaya, sistemKenegaraan dan peradaban bangsa-bangsa modern.

Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berartibahwa filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerjafilsafat dan akan menggunakan hasil-hasil kajian dari filsafat,yaitu, berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas,pengetahuan dan nilai, khususnya yang berkaitan dengan praktekpelaksanaan pendidikan.

Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksanapendidikan, peru mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guruperlu memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan,karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengantujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yangmenyelenggarakan pendidikan. Tujuan pendidikan perlu dipahamidalam hubungannya dengan tujuan hidup. Guru sebagai pribadimempunyai tujuan hidupnya dan guru sebagai masyarakat mempunyaitujuan hidup bersama. Filsafat pendidikan harus mampu memberikanpedoman kepada para pendidik (guru). Hal tersebut akan mewarnaisikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM).Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan menjauhkan merekadari perbuatan meraba-raba tanpa rencana dalam menyelesaikanmasalah-masalah pendidikan.

Filsafat Pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan(Kneller, 1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikanyang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas,lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalamanmaupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapatdijangkau.

Dalam filsafat terdapat berbagai aliran; sehubungan dengan itumaka dalam filsafat pendidikan pun terdapat berbagai aliransesuai dengan aliran yang ada dalam filsafat. Berikut iniakandiuraikan berbagai aliran filsafat pendidikan tersebut.

2.3 Aliran-aliran filsafat Pendidikan yang digunakan di

Indonesia

2.3.1 Aliran Filsafat Pendidikan Idealisme

Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), muridSokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafatyang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asliyang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antaragambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap olehpanca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatuangan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang sertamenganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalutetap atau tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yangmengalami gerak tidak dikategorikan idea. Keberadaan idea tidaktampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanyadapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealismeadalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap.Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni danasli.

Aliran idealisme kenyataannya sangat identik dengan alam danlingkungan sehingga melahirkan dua macam realita.

Pertama, yang tampak yaitu apa yang dialami oleh kita selakumakhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang datang danpergi, ada yang hidup dan ada yang demikian seterusnya. Kedua,adalah realitas sejati, yang merupakan sifat yang kekal dansempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnyaterdapat nilai-nilai yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dankesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak, karenaidea merupakan wujud yang hakiki.

Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyatadi alam ini hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani danbentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dantergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuanyang paling akhir dari idea adalah arche yang merupakan tempat

kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea denganTuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalamiperubahan.

Aliran idealisme berusaha menerangkan secara alami pikiran yangkeadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakanrohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikatyang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasiladaptasi individu dengan individu lainnya. Walaupun katakanlahidealisme dipandang lebih luas dari aliran yang lain karena padaprinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal yang sangatpelik yang kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah olehmateri.

2.3.2 Aliran Filsafat Pendidikan Realisme

Menurut realisme, kualitas nilai tidak dapat ditentukansecara konseptual, melainkan tergantung dari apa atau bagaimanakeadaannya bisa dihayatioleh subjek tertentu dan selanjutnya akantergantung pula dari sikap subjek tersebut. Teori lain yangmuncul dari realisme disebut determinismetis. Dikatakan bahwasemua yang ada dalam alam ini, termasuk manusia, mempunyaihubungan hingga merupakan rantai sebab akibat.

Realisme dalam berbagai bentuk menurut Kattsoff (1996:126)menarik garis pemisah yang tajam antara yang mengetahui dan yangdiketahui, dan pada umumnya cenderung ke arah dualisme ataumonisme materialistik.

Menurut Amos Comenius: Manusia selalu berusaha untuk mencapaitujuan hidup berupa keselamatan dan kebahagiaan hidup yang abadidan kehidupn dunia yang sejahtera serta damai. Oleh karena itudalam pembelajaran sangat ditekankan dengan penggunaan metodeperagaan atau metode peragaan merupakan suatu keharusan dalamproses belajar mengajar, sehingga beliau dijuluki sebagai BapakKeperagaan dalam Belajar Mengajar

Dengan demikian pandangan-pandangan realisme mengenai pendidikanmencerminkan dua jenis determinasi mutlak dan determinasiterbatas;

1. Determinisme Mutlak, menunjukkan bahwa belajar adalah mengenalhal-hal yang tidak dapat dihalang-halangi adanya, jadi harus adayang bersama-sama membentuk dunia ini.

2. Determinisme Terbatas, memberikan gambaran kurangnya sifatpasif mengenai belajar. Bahwa meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang kuantitatif didunia ini tidak berarti dimungkinkanadanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akanpengawasan diperlukan.

2.3.3. Aliran Filsafat Pendidikan Materialisme

Aliran materialisme adalah suatu aliran filsafat yangberisikan tentang ajaran kebendaan, dimana benda merupakan sumbersegalanya, sedangkan yang dikatakan materialistis mementingkankebendaan menurut materialisme(Poerwadarminta,1984:638). Materialisme, yang berpendapat bahwakenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran initidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialismememiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik danmaterialisme humanistis. Menurut Noor Syam, (1986:162-163)semuanya adalah materi, serba zat, serba benda, manusia merupakanmakhluk ilmiah yang tidak punya perbedaan dengan alam semestademikian juga wujudnya yang merupakan makrokosmos, dan tingkahlaku manusia pada prosesnya sejalan dengan sifat dan gerakanperistiwa alamiah, yang terkait dengan benda dan menjadi bagiandari hukum alam.

Karl Marx, memberikan suatu pandangan bahwa kenyataan yang adaadalah dunia materi, dan didalam suatu susunan kehidupan yaitumasyarakat, pada muatannya terdapat berupa kesadaran-kesadaranyang menumbuhkan ide serta teori serta pandangan yang semuanyaadalah suatu gambaran yang nyata.

2.3.4. Aliran Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidakbersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatiftergantung kepada kemampuan minusia.

Filsafat ini dipandang sebagai filsafat Amerika asli, pada halkenyataan yang sebenarnya adalah berpangkal pada filsafatempirisme Inggris, yang berpendapat bahwa sumber pengetahuanmanusia adalah apa yang manusia alami. Tokoh yang terkenalfilsafat ini adalah Charles Sandre Pierce (1839-1914), WilliamJames (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952). Pragmatisme berasaldari kata ”pagma” yang berarti praktik atau aku berbuat.Pendidikan menurut pandangan pragmatisme bukan merupakan suatuproses pembentukan dari luar dan juga bukan merupakan suatupemerkahan kekuatan-kekuatan laten dengan sendirinya (unfolding),melainkan merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksidari pengalaman-pengalaman individu; yang berarti bahwa setiapmanusia selalu belajar dari pengalamannya.

Menurut John Dewey (Sadulloh. 2003), pendidikan perlu didasarkanpada tiga pokok pemikiran, yakni:

1. Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup

2. Pendidikan sebagai pertumbuhan

3. Pendidikan sebagai fungsi sosial

2.3.5. Aliran Filsafat Pendidikan Eksistensialisme

Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat padamanusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yangbebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan manayang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yangbenar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialissadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.

Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat,khususnya tradisi filsafat Barat. Eksistensialisme mempersoalkankeber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan lewatkebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan denganeksistensialisme adalah melulu soal kebebasan. Apakah kebebasanitu? bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan sesuai dengandoktrin utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak

mentah-mentah bentuk determinasi terhadap kebebasan kecualikebebasan itu sendiri. Dalam studi sekolahan filsafateksistensialisme paling dikenal hadir lewat Jean-Paul Sartre,yang terkenal dengan diktumnya "human is condemned to be free",manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulahkemudian manusia bertindak. Pertanyaan yang paling sering munculsebagai derivasi kebebasan eksistensialis adalah, sejauh manakebebasan tersebut bebas? atau "dalam istilah orde baru", apakaheksistensialisme mengenal "kebebasan yang bertanggung jawab"?Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunyauniversalitas manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiapindividu adalah kebebasan individu lain. Namun, menjadieksistensialis, bukan melulu harus menjadi seorang yang lain-daripada-yang-lain, sadar bahwa keberadaan dunia merupakansesuatu yang berada diluar kendali manusia, tetapi bukan membuatsesuatu yang unik ataupun yang baru yang menjadi esensi darieksistensialisme. Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginansendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan adalahinti dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau tidak mau kitaakan terjun ke berbagai profesi seperti dokter, desainer,insinyur, pebisnis dan sebagainya, tetapi yang dipersoalkan oleheksistensialisme adalah, apakah kita menjadi dokter ataskeinginan orang tua, atau keinginan sendiri.

Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu.Secara umum, eksistensialisme menekankan pilihan kreatif,subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit darikeberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekatmanusia atau realitas.

Beberapa tokoh dalam aliran ini : Jean Paul Satre, SorenKierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, GabrilMarcel, Paul Tillich.

Eksistensialisme:

 Menekankan pada individual dalam proses progresifnya denganpemikiran yang merdeka dan otentik.

 Pada dasarnya perhatian dengan kehidupan sebagai apa adanya dantidak dengan kualitas-kualitas abstraknya.

 Membantu individu memahami kebebasan dan tanggung jawabpribadinya. Jadi, menggunakan pendidikan sebagai jalan mendorongmanusia menjadi lebih terlibat dalam kehidupan sebagaimana puladengan komitmen tindakannya.

 Individu seharusnya senantiasa memperbaiki diri dalam kehidupandunia yang terus berubah.

 Menekankan pendekatan “I-Thou” (Aku-Kamu) dalam prosespendidikan, baik guru maupun murid.

 Promosikan pendekatan langsung-mendalam (inner-directed) yanghumanistik; dimana siswa bebas memilih kurikulum dan hasilpendidikannya.

2.3.6. Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme

Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umumdan bahwa manusia berkembang terus menerus dalam arah yangposisitf. Apa yang dipandang benar sekrang belum tentu benar padamasa yang akan dating. Oleh sebab itu, peserta didik bukandipersiapkan untuk menghidupi kehidupan masa kini, melainkanmereka harus dipersiapkan menghadapi kehidupan masa dating.Permasalahan hidup masa kini tidk akan sama dengan permasalahanhidup masa yang akan dating. Pengalaman menurut progresivismebersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai padayang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme,nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baruantara individu dengan nilai yang telah disimpan dalamkehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupansosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulumyang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapatdisesuaikan dengan kebutuhan.

Guru pendidik harus berperan sebagai pembimbing dan fasilitatoragar peserta didik terdorong dan terbantu untuk mempelajari dan

memiliki pengalaman tentang hal yang penting bagi kehidupanmereka, bukan memberikan sejumlah kebenaran yang disebut abadi.

Progresivisme menekankan pada perubahan dan sesuatu yang baru.Progresivisme berpendapat bahwa tidak ada teori realita yang umumdan ini bertentangan dengan perenialisme. Pengalaman menurutprogresivisme bersifat dinamis dan temporal, tidak pernah sampaipada yang paling extrim serta pluralistis. Menurutnya nilaiberkembang terus karena adanya pengalaman -pengalaman baru antaraindividu dengan nilai yang telah disimpan.

Progresivisme:

1. Suka melihat manusia sebagai pemecah persoalan (problem-solver)yang baik.

2. Oposisi bagi setiap upaya pencarian kebenaran absolut.

3. Lebih tertarik kepada perilaku pragmatis yang dapat berfungsidan berguna dalam hidup.

4. Pendidikan dipandang sebagai suatu proses.

5. Mencoba menyiapkan orang untuk mampu menghadapi persoalan aktualatau potensial dengan keterampilan yang memadai.

6. Mempromosikan pendekatan sinoptik dengan menghasilkan sekolahdan masyarakat bagi humanisasi.

7. Bercorak student-centered.

8. Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis danmenyenangkan.

9. Bergerak sebagai eksperimentasi alamiah dan promosi perubahanyang berguna untuk pribadi atau masyarakat.

2.3.7 Aliran Filsafat Pendidikan Perenialisme

Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaankacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh

adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji.Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah duniadengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalannilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalahpada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandangbaik.

Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:

1. Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanyanafsu, kemauandan akal (Plato)

2. Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikandengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)

3. Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata (Thomas Aquinas)

Adapun norma fundamental pendidikan menurut J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama.

Perenialisme:

 Berhubungan dengan perihal sesuatu yang terakhir. Cenderungmenekankan seni dan sains dengan dimensi perennial yang bersifatintegral dengan sejarah manusia.

 Pertama yang harus diajarkan adalah tentang manusia, bukanmesin atau teknik. Sehingga tegas aspek manusiawinya dalam sainsdan nalar dalam setiap tindakan.

 Mengajarkan prinsip-prinsip dan penalaran ilmiah, bukan fakta.

 Mencari hukum atau ide yang terbukti bernilai bagi dunia yangkita diami.

 Fungsi pendidikan adalah untuk belajar hal-hal tersebut danmencari kebenaran baru yang mungkin.

 Orientasi bersifat philosophically-minded. Jadi, fokus padaperkembangan personal.

 Memiliki dua corak:

Perennial Religius: Membimbing individu kepada kebenaran utama(doktrin, etika dan penyelamatan religius). Memakai metode trialand error untuk memperoleh pengetahuan proposisional.

Perennial Sekuler: Promosikan pendekatan literari dalam belajarserta pemakaian seminar dan diskusi sebagai cara yang tepat untukmengkaji hal-hal yang terbaik bagi dunia (Socratic method).Disini, individu dibimbing untuk membaca materi pengetahuansecara langsung dari buku-buku sumber yang asli sekaligus teksmodern. Pembimbing berfungsi memformulasikan masalah yangkemudian didiskusikan dan disimpulkan oleh kelas. Sehingga,dengan iklim kritis dan demokratis yang dibangun dalam kulturini, individu dapat mengetahui pendapatnya sendiri sekaligusmenghargai perbedaan pemikiran yang ada.

2.3.8. Aliran Filsafat Pendidikan Esensialisme

Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tatayang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiadacela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yangmempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempatmanusia berada. Esensialisme juga didukung oleh idealismesubjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnyaadalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata adadalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilaitergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayatioleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjektersebut. Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada)atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutanberusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatuyang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyaipengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senangtak senang mengenai nilai tersehut. Menunut realisme, pengetahuanterbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententumenjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan

timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan duniabesar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslahbertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa

Essensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatifyang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progreif di sekolah-sekolah. Essensialisme, berpendapatbahwa kultur kita telah memiliki suatu inti pengetahuan umum yangharus diberikan di sekolah-sekolah dalam suatu cara yangsistematik dan berdisiplin. Essensialisme menekankan pada apayang mendukung pengetahuan dan keterampilan yang diyakini pentingyang harus diketahui oleh para anggota masyarakat yang produktif.

Essensialisme, sepertihalnya perenialisme dan progresivisme bukanmerupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan suatubangunan filsafat, malainkan suatu gerakan dalam pendidikan yangmemprotes terhadap pendidikan progresivisme. Essensialismemengadakan protes tersebut tidak menolak atau menentang secarakeseluruhan pandangan progresivisme seperti halnya yang dilakukanperenislisme.

Dua aliran filsafat –idealisme dan realisme – yang membentukcorak essensialisme sebagai pendukung essensialisme, akan tetapitidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utamapada dirinya masing-masing.

 Berkaitan dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnyamanusia tahu dan menyadari sepenuhnya tentang dunia dimana merekatinggal dan juga bagi kelangsungan hidupnya.

 Menekankan data fakta dengan kurikulum yang tampak bercorakvokasional.

 Konsentrasi studi pada materi-materi dasar tradisional seperti:membaca, menulis, sastra, bahasa asing, matematika, sejarah,sains, seni dan musik.

 Pola orientasinya bergerak dari skill dasar menuju skill yangbersifat semakin kompleks.

 Perhatian pada pendidikan yang bersifat menarik dan efisien.

 Yakin pada nilai pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan itusendiri.

 Disiplin mental diperlukan untuk mengkaji informasi mendasartentang dunia yang didiami serta tertarik pada kemajuanmasyarakat teknis.

2.3.9 Aliran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari caraberpikir progresifisme dalam pendidikan. Tidak cukup kalauindividu belajar hanya dari pengalaman-pengalaman kemasyarakatandi sekolah. Tujuan pendidikan adalah untuk menumbuhkan kesadaranpeserta didik akan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politikyang dihadapi manusia bukan hanya nasional, regional, akan tetapijuga ecara global.

Brameld (Sadulloh:2003) mengemukakan teori pendidikanrekonstruksionisme terdiri dari lima tesis.

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaranyang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu maknadari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukanmerupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupankita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demipengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan danmenjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyaibeberapa konsep umum seperti:

1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalamanyang sudah ada.

2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membinasendiri pengetahuan mereka.

3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajarsendiri melalui proses saling mempengaruhi antarapembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.

4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membinapengetahuan dirinya secara aktif dengan caramembandingkan informasi baru dengan pemahamannya yangsudah ada.

5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaranyang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajarmenyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuaidengan pengetahuan ilmiah.

6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyaiperkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknatpelajar.

Konstruktivisme merupakan satu pendekatan yang didapati sesuai dipraktikkan dalam pengajaran dan pembelajaran sains. Dalam pendekatan ini murid dianggap telah mempunyai idea yang tersendiri tentang sesuatu konsep yang belum dipelajari. Idea tersebut mungkin benar atau tidak.

Rekonstruksionisme:

 Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikandengan penyelesaian problema sosial yang signifikan.

 Mengkritik pola life-adjustment (perbaikan tambal-sulam) paraProgresivist.

 Pendidikan perlu berfikir tentang tujuan-tujuan jangka pendek danjangka panjang. Untuk itu pendekatan utopia pun menjadi pentingguna menstimuli pemikiran tentang dunia masa depan yang perludiciptakan.

 Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih fokus padapenciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalamunsur-unsur kehidupan.

 Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusiaadalah terjadi dalam aktivitas hidup yang nyata bersamasesamanya.

 Learn by doing! (Belajar sambil bertindak).

Bab III

Penutup3.1 Kesimpulan

Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum,maka salam membahas filsafat pendidikan akamn berangkat darifilsafat. Dalam arti, filsafat pendidikan pada dasarnyamenggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasildari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentangrealitas, pengetahuan, dan nilai.

Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran, sepertimaterialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan lain-lain.Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat,sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafatpendidikan pun kita akan temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.

Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat pendidikan pada duakelompok besar, yaitu filsafat pendidikan “progresif” danfilsafat pendidikan “ Konservatif”. Yang pertama didukung olehfilsafat pragmatisme dari John Dewey, dan romantik naturalismedari Roousseau. Yang kedua didsari oleh filsafat idealisme,realisme humanisme (humanisme rasional), dan supernaturalismeatau realisme religius. Filsafat-filsafat tersebut melahirkanfilsafat pendidikan esensialisme, perenialisme, dan sebagainya.

Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan:

1. Filsafat Pendidikan Idealisme

Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh,bukan materi, bukan fisik. Pengetahuan yang diperoleh melauipanca indera adalah tidak pasti dan tidak lengkap. Aliran inimemandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa yangdikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidakberubah dari generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran iniadalah: Plato, Elea dan Hegel, Emanuael Kant, David Hume, AlGhazali

2. Filsafat Pendidikan Realisme

Realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secaradualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialahterdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagirealitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dnmengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanyarealita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuanmanusia.

Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan AmosComenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo,David Hume, John Stuart Mill

3. Filsafat Pendidikan Materialisme

Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi,bukan rohani, spiritual atau supernatural.

Beberapa tokoh yang beraliran materialisme: Demokritos, LudwigFeurbach

4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namunsebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme Inggris, yangberpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusiaalami.

Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles sandrePeirce, wiliam James, John Dewey, Heracleitos.

5. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme

Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu.Secara umum, eksistensialisme menekankn pilihan kreatif,subjektifitas pengalaman manusia dan tindakan kongkrit darikeberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekatmanusia atau realitas.

Beberapa tokoh dalam aliran ini : Jean Paul Satre, SorenKierkegaard, Martin Buber, Martin Heidegger, Karl Jasper, GabrilMarcel, Paul Tillich

6. Filsafat Pendidikan Progresivisme

Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliranfilsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatugerakandan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran iniberpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkintidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat padaanak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.

Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O.Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff

7. Filsafat Pendidikan Esensialisme

Esensialisme adalah suatu filsafat pendidikan konservatif yangpada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trendprogresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakanprogresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral diantara kaum muda.

Beberapa tokoh dalam aliran ini: william C. Bagley, ThomasBriggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.

8. Filsafat Pendidikan Perenialisme

Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abadkedua puluh. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadappendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivismeyang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme

memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan,ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupanmoral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu adausaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu denganjalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umumyang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji.

Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah: Robert MaynardHutchins dan ortimer Adler

9. Filsafat Pendidikan rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakanprogresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapanbahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri denganmasalah-masalah masyarakat yang ada sekarang. Rekonstruksionismedipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930,ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.

Beberapa tokoh dalam aliran ini: Caroline Pratt, George Count,Harold Rugg.

3.2 Saran

Dari uraian Aliran-aliran Filsafat tersebut telah dijelaskanbahwa pentingnya filsafat bagi sebuah pendidikan di suatu Negara,untuk terus menerus membawa perubahan yang tiada hentinya gunamencapai tujuan akhir pendidikan suatu bangsa, yakni keadilan,kemakmuran, dan kesejahteraan masyarakat pada suatu bangsa.

Aliran Filsafat Pendidikan yang dipakai di Indonesia sangatbermanfaat bagi Guru dan calon Pendidik agar mampu mengarahkananak didik dalam hal memfasilitasi dan memberi motivasi kepadapeserta didik untuk menunjang kemajuan peserta didik dalam prosesbelajar mengajar sampai pada tahap yang dijadikan acuan baginegara. Terlebih khusus kepada peserta didik, aliran-aliran inimengarahkan untuk mempersiapkan dirinya menghadapi masa dimanakelak.dia akan menjadi seorang pendidik

Daftar PustakaTim Penyusun dan Pengajar. 2009. Diktat Filsafat Pendidikan. Medan:Universitas

Negeri Medan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991)

http://hendrinizar.blogspot.com/2008/06/aliran-filsafat-pendidikan.html

http://www.barumbung.co.cc/index.php?option=com_content&task=view&id=63&Itemid=42

http://id.wikipedia.org