Dimensi-dimensi dan aliran Islam
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Dimensi-dimensi dan aliran Islam
DIMENSI DAN ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahMetodologi Studi Islam
Disusun oleh :
1. Durotul Faizah(2813133034)
2. Eka Apriliana(2813133035)
3. Eka Setiawan(2813133036)
4. Ekka Zahra Puspita Dewi(2813133037)
DOSEN PENGAMPU :
Nur Cholis, S. Ag, M.Pd.
Metodologi Studi Islam halaman 1
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS I-B
2013
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahim, segala puji bagi Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya
kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang membahas tentang “Dimensi danAliran
Pemikiran Islam.”
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Metodologi Studi Islam tahun pelajaran 2013.
Selanjutnya kami sampaikan terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu kami menyusun makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini mungkin masih banyak
kekurangan dan keterbatasan, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang mungkin dapat
membangun untuk kedepannya lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat.
Tulungagung, 23
September 2013
Metodologi Studi Islam halaman 2
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................
1
DAFTAR ISI...........................................
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................3
B. Rumusan Masalah...................................3
Metodologi Studi Islam halaman 3
C. Tujuan............................................
......3
BAB II PEMBAHASAN
A.Dimensi-dimensi dalam Islam........................4
1. ISLAM, IMAN, DAN IHSAN.........................42. SYARIAT........................................63. THARIQAH.......................................64. SUFISME........................................7
a. Beberapa definisi Sufisme.................7B.Aliran-aliran dalam pemikiran Islam................8
1. Aliran-aliran kalam............................8a. Khawarij....................................8b. Murjiah.....................................9c. Qodariah....................................9d. Jabariyah...................................9e. Mu’tazilah... .10f. Ahlu sunnah waljama’ah... .10
2. Aliran-aliran Fiqih. .11
a. Biografi empat madzhab Fiqih.....12
1) Imam Hanafi.............................................122) Imam Maliki.............................................133) Imam Syafi’i.............................................144) Imam Hambali.............................................14
3. Aliran-aliran Tasawuf. .15
Metodologi Studi Islam halaman 4
4. Aspek Falsafat. .15
BAB III PENUTUPA. Kesimpulan. .18B. Kritik dan Saran. .18
DAFTAR PUSTAKA.....19
Metodologi Studi Islam halaman 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pemikiran islam, terdapat dimensi – dimensi
dan aliran – aliran yang menjadi tuntunan bagi umat
islam. Dalam pemikiran Islam terdapat berbagai macam
dimensi, diantaranya Islam, Iman, Ihsan, syariat,
tarikat, dan sufisme, Dimana dimensi – dimensi ini
menjadi sebuah rujukan ajaran dalam islam untuk
mencapai keimanan yang hakiki. Dalam iman, islam,
ihsan, tarikat, syariah, dan sufisme manusia diajarkan
untuk melakukan kegiatan – kegiatan yang dapat menambah
dan memperkuat iman mereka. Dengan menjalankan dimensi
ini manusia dapat mencapai derajat paling tinggi dari
mulai ahwal hingga mencapai puncak hakikat.
Sedangkan dalam aliran-aliran pemikiran islam,
terdapat beberapa aliran seperti aliran kalam, aliran
fiqh, aliran tasawuf, dan aliran filsafat. Kesemua
aliran ini merupakan suatu pegangan, kepercayaan, dan
tuntunan yang dijalankan oleh seseorang supaya hidupnya
menjadi terarah. untuk lebih jelasnya, akan dibahas
dalam makalah ini.
B. Rumusan masalah
Metodologi Studi Islam halaman 6
1. Apakah macam-macam dimensi-dimensi yang ada dalam
islam ?
2. Apakah macam-macam aliran-aliran dalam pemikiran
islam ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami Dimensi-dimensi yang ada
dalam Islam.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Aliran-aliran dalam
pemikiran Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DIMENSI-DIMENSI DALAM ISLAM
1. ISLAM, IMAN, DAN IHSAN
Dimensi –dimensi Islam yang dimaksud pada bagian
ini adalah keislaman seseorang, yaitu iman, islam dan
ihsan. Nurcholish Madjid menyebutnya sebagai trilogi
ajaran Ilahi.
Dimensi-dimensi Islam berawal dari sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim
dimuat dalam masing-masing kitab sahihnya yang
menceritakan dialog antara Nabi Muhammad Saw dan
Malaikat Jibril tentang trilogi ajaran Ilahi:
Metodologi Studi Islam halaman 7
ال: ؟ ق���� م��ان ارس�ول ال�ل��ه ! م�االاي� ال: ي� ق� �ل ف� اه رج�! ي�� ا �اس ق� �ا ل�لن �ارر وم�ا ي�! ه و س�لم ي� ك�ان رس�ول ال�له ص�لى ال�له ع�ليم�ن و5 ن ي�� ا5د عن��! لام ان ت�� ال :الاس��� ا رس�ول ال�له م�ا الاس�لام؟ ق���� ال:ي� ر ق�� �عث= الاخ� ا ل�ب! م�ن ي�! و5 ه و رس�له و ي�� اب�! ه و ك�ن� كي� ال�له وم�لاي�5 ي�!ول ا رس��� ال: ي��� . ق���� ان �ص��وم رم�ض�� ه� و ت�� �اه� ال�مف�روض�� ك��� �دي ال�ز و5 ه� و ي���� وب���! م ال�ض��لاه� ال�مكت� ي ق� ا و ت�� ن5 ي ه س���= رك�W ب���! ش��= ال�ل��ه ولا ت��Wراك� ه ي� �اب� �كن ي��راه ق� ان ل�م ي�� �كW ي��راه ق� �ن� د� ال�له ك�ا5 عن! ال: ان ت�� ؟ ق�� .ال�له ! م�االاح�سان
Artinya:“ Nabi Muhammad Saw keluar dan (berada di sekitar
sahabat) seseorang datang menghadap beliau dan bertanya: “ Hai Rasul
Allah, apakah yang dimaksud dengan iman? “ Beliau menjawab: “ Iman
adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya,
pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan percaya kepada
kebangkitan.” Laki-laki itu kemudian bertanya lagi: “ Apakah yang
dimaksud dengan Islam? “ Beliau menjawab: “ Islam adalah engkau
menyembah Allah dan tidak musyrik kepada-Nya, engkau tegakkan salat
wajib, engkau tunaikan zakat wajib, dan engkau berpuasa pada bulan
Ramadhan.” Laki-laki itu kemudian bertanya lagi: “ Apakah yang
dimaksud dengan ihsan?” Nabi Muhammad Saw menjawab: “ Engkau
sembah Tuhan seakan-akan engkau melihat-Nya; apabila engkau tidak
melihat-Nya maka (engkau berkeyakinan) bahwa Dia melihatmu...”
(Bukhari, I, t.th: 23).
Metodologi Studi Islam halaman 8
Hadits di atas memberikan ide kepada umat Islam
Sunni tentang rukun iman yang enam, rukun Islam yang
lima, dan penghayatan terhadap Tuhan yang Mahahadir
dalam hidup. Sebenarnya, hal itu hanya dapat dibedakan
tetapi tidak dapat dipisahkan. Antara yang satu dengan
yang lainnya memiliki keterkaitan.
Setiap pemeluk agama Islam mengetahui dengan pasti
bahwa Islam tidak absah tanpa iman, dan iman tidak
sempurna tanpa ihsan. Sebaliknya, ihsan adalah mustahil
tanpa Islam. Dalam penelitian lebih lanjut, sering
terjadi tumpang tindih antara tiga istilah tersebut:
dalam iman terdapat Islam dan ihsan; dalam Islam
terdapat iman dan ihsan; dan dalam ihsan terdapat iman
dan Islam. Dari sisi itulah, Nurcholish Majdid (1994:
463) melihat iman, Islam dan ihsan sebagai trilogi
ajaran Ilahi.
Ibnu Taimiah menjelaskan bahwa din itu terdiri dari
tiga unsur, yaitu Islam, iman dan ihsan. Dalam tiga
unsur itu terselip makna kejenjangan (tingkatan): orang
mulai dengan Islam, kemudian berkembang ke arah iman,
dan memuncak dalam ihsan. Rujukan Ibnu Taimiah dalam
mengemukakan pendapatnya adalah surat al-Fathir (35)
ayat 32: “ Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang
yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada
yang menganiaya diri mereka sendiri; dan di antara mereka ada yang
pertengahan; dan di antara mereka ada pula yang lebih cepat berbuat
kebaikan dengan izin Allah...”
Metodologi Studi Islam halaman 9
Di dalam al-Quran dan terjemahnya yang diterbitkan
Departemen Agama dijelaskan sebagai berikut: pertama, “
orang-orang yang menganiaya dirinya sendiri “ (fa
minhum zhalim li nafsih) adalah orang yang lebih banyak
kesalahannya dari pada kebaikannya; kedua, “ orang-orang
pertengahan ” (muqtashid) adalah orang-orang yang antara
kebaikan dengan kejelekannya berbanding; dan ketiga, “
orang-orang yang lebih dulu berbuat kebaikan ” (sabiq bi
al-khairat) adalah orang-orang yang kebaikannya amat
banyak dan jarang melakukan kesalahan. (Depag, 1985:
701)
Dengan penjelasan yang agak berbeda, Ibnu Taimiah
menjelaskan sebagai berikut: pertama, orang-orang yang
menerima warisan kitab suci dengan mempercayai dan
berpegang teguh pada ajaran-ajarannya, namun masih
melakukan perbuatan-perbuatan zalim, adalah orang yang
baru ber-Islam, suatu tingkat permulaan dalam
kebenaran; kedua, orang yang menerima warisan kitab
suci itu dapat berkembang menjadi seorang mukmin,
tingkat menengah, yaitu orang yang telah terbebas dari
perbuatan zalim namun perbuatan kebajikannya sedang-
sedang saja; ketiga, perjalanan mukmin itu (yang telah
terbebas dari perbuatan zalim) berkembang perbuatan
kebajikannya sehingga ia menjadi pelomba (sabiq)
perbuatan kebajikan; maka ia mencapai derajat ihsan. “
Orang yang telah mencapai tingkat ihsan,” kata Ibnu
Timiah,” akan masuk surga tanpa mengalami azab,”
Metodologi Studi Islam halaman 10
Imam al-Syahrastani menjelaskan bahwa Islam adalah
menyerahkan diri secara lahir. Oleh karena itu, baik
mukmin maupun munafik adalah Muslim. Sedangkan iman
adalah pembenaran terhadap Allah, para utusan-Nya,
kitab-kitab-Nya, hari kiamat dan menerima qadla dan
qadar. Integrasi antara iman dan Islam adalah
kesempurnaan (al-kamal). Atas dasar penjelasan itu, ai-
Syahrastani juga menunjukkan bahwa Islam adalah pemula;
iman adalah menengah; dan ihsan adalah kesempurnaan.
Meskipun tidak dapat dikatakan sepenuhnya benar, umat
Islam telah memakai suatu kerangka pemikiran tentang
trilogi ajaran Ilahi di atas ke dalam tiga bidang
pemikiran Islam: pertama, iman dan berbagai hal yang
berhubungan dengannya diletakkan dalam satu bidang
pemikiran, yaitu teologi (ilmu kalam);kedua, persoalan
Islam dijelaskan dalam bidang syari’at (fikih);
dan ketiga, ihsan dipandang sebagai akar tumbuhnya
tasauf.
2. SYARIAT
Secara kebahasaan, syariat adalah sumber air bagi
manusia untuk mendapatkan minuman. Sementara menurut
terminologi komunitas sufi, syariat adalah menjalankan
segala yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang
dilarang.
Metodologi Studi Islam halaman 11
Syariat menuntut seorang salik untuk menjalankan
agama Islam dan terus – menerus melaksanakan perintah
Allah serta menjauhi larangan – Nya. Inilah yang
disebut dengan istiqamah. Segala perintah dan segala
larangan pasti jelas terlihat oleh seluruh manusia.
Syariat islam adalah hukum dan aturan islam yang
mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain
berisi hukum dan aturan, syariat islam juga berisi
penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh
sebagian penganut islam, syariat islam merupakan
panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan
hidup manusia dan kehidupan didunia ini.
3. THARIQAH
Tarikat adalah meneliti dan mengamalkan segala
tindakan Nabi.[4] Kata Tarikat di ambil dari bahasa
Arab, yaitu dari kata benda Thoriqah yang secara
terminologis berarti jalan, metode atau tata cara.
Adapun Tarikat dalam terminologis (pengertian) ulama
sufi; yang dalam hal ini akan kami ambil definisi
Tarikat menurut Syaikh Muhammad Amin al–Kurdi al-Irbili
al- Syafi al-Naqsyabandi, dalam kitab Tanwir al-qulub
adalah:
“Tarikat adalah beramal dengan syariat dengan
memilih yang azimah (berat) daripada yang rukhsoh
(ringan); menjauhkan diri dari mengambil pendapat yang
Metodologi Studi Islam halaman 12
mudah pada amal ibadah yang tidak sebaiknya dipermudah;
menjauhkan diri dari semua larangan syariat lahir dan
batin; melaksanakan semua perintah Allah SWT
semampunya; meninggalkan semua larangan-Nya baik yang
haram, makruh atau mubah yang sia- sia; melaksanakan
semua ibadah fardhu dan sunnah; yang semuanya ini di
bawah arahan, naungan dan bimbingan seorang guru
/syeikh/mursyid yang arif yang telah mencapai maqamnya
(layak menjadi seorang Syekh/Mursyid).”
Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa
tarikat adalah beramal dengan syariat Islam secara
Azimah (memilih yang berat walau ada yang ringan) yang
semuanya ini dengan bimbingan dari seorang mursyid/guru
guna menunjukkan jalan yang aman dan selamat untuk
menuju Allah (ma’rifatullah). Maka posisi guru di sini
adalah seperti seorang guide yang hafal jalan dan
pernah melalui jalan itu sehinggan jika kita
dibimbingnya akan dipastikan kita tidak akan tersesat
jalan dan sebaliknya jika kita berjalan sendiri dalam
sebuah tujuan yang belum diketahui, maka kemungkinan
besar kita akan tersesat apalagi jika kita tidak
membawa peta petunjuk. Namun mursyid dalam tarikat
tidak hanya membimbing lewat lahiriah saja, tapi juga
secara batiniah bahkan juga berfungsi sebagai mediasi
antara seorang murid/salik dengan Rasulullah Saw dan
Allah SWT.
Metodologi Studi Islam halaman 13
Dengan tarikat, seorang salik( seorang yang meniti
jalan menuju Allah) berpegang teguh dalam menjalani
kondisi yang berat seperti Riyadhah (olah batin) yang
dirupakan dengan menghinakan nafsu dengan sedikit
makan, sedikit minum, dan sedikit tidur, serta menjauhi
menggunakan hal-hal yang mubah secara berlebihan. Semua
itu harus dilakukan dengan hanya diniatkan untuk ibadah
dan memutus hubungan dengan dunia untuk selanjutnya
menuju Allah.
4. SUFISME
Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata
“sufi”, pandangan umum ialah kata itu berasal dari kata
Suf ( �وف ,(ص��������� yang berati wol, merujuk kepada jubah
sederhana yang dikenakan oleh para asetik muslim. Namun
tidak semua sufi mengenakan jubah atau pakaian dari
wol. Teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar
kata sufi adalah safa(ا �ق yang berarti kemurnian. Hal ,(ص���
ini menaruh penekanan pada sufisme pada kemurnian hati
dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal
dari bahasa yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.
a. Beberapa definisi sufisme:
Metodologi Studi Islam halaman 14
1. Yaitu paham mistik dalam agama
islam sebagaimana Taoisme di Tiongkok dan
ajaran Yoga di India (Mr. G.B.J De Woestijne).
2. Yaitu aliran kerohaanian mistik
(Mystiek geestroming) dalam agama Islam (Dr.
C.B.Van Haeringen. Pendapat yang mengatakan
bahwa sufisme berasal dari dalam agama islam.
Sufisme adalah isme atau dapat juga dikatakan
sebagai ilmu untuk menjalani kehidupan sufistik seorang
sufi, yang mana diketahui bahwa akhir dari
kesufian dalah awal dari kenabian, yang tentu saja
menjadikan kesufian dapat di artikan pencarian kesucian
yang tertinggi yang menjadi dasar atau awal kenabian,
demikianlah bahwa akhir kesufian hanyalah awal kenabian
menjadikan setinggi-tinggi nya tingkat kesufian
tidaklah dapat mencapai tingkat kenabian.Sejak abad ke
II Hijriah sufisme sudah popular di kalangan masyarakat
di kawasan dunia islam sebagai perkembangan lanjut dari
gaya keberagamannya para zahid dan abid.
Fase awal ini juga disebut sebagai fase asketisme
yang merupakan bibit awal tumbuhnya sufisme dalam
peradaban islam. Keadaan ini ditandai oleh munculnya
individu-individu yang lebih mengejar kehidupan
akhirat, sehingga perhatiannya terpusat untuk beribadah
dan mengabaikan duniawi. Fase asketisme ini setidaknya
berlangsung sampai akhir abad II hijriah dan memasuki
Metodologi Studi Islam halaman 15
abad ke III sudah menampakkan adanya peralihan dari
asketisme ke sufisme. Sejak kurun waktu itu sufisme
berkembang terus kearah penyempurnaannya dan
spesifikasi terminology, seperti konsep intuisis, dzaug
dan al-kasyf.
Kesepatan perkembangan sufisme nampaknya memperoleh
dorongan setidaknya dari tiga factor penting yakni:
pertama gaya hidupnya yang serba ada yang diperagakan
oleh sebagian besar pengusaha negeri aspek ini dorongan
yang paling kuat adalah sebagai reaksi kelompok elit
dinasti pengusaha.
Selain itu kerangka organisasi sufisme sejalan
dengan pergeseran doktrin juga difungsikan untuk
memerangi kompromi dan sinkretisme doktrin islam dengan
ajaran-ajaran dan praktek-praktek kepercayaan lainnya.
Sufisme atau tasawwuf mengajarkan kita untuk
melihat di balik selubung kegelapan yang telah menutupi
sistem-sistem kepercayaan kita. Seseorang yang dengan
tulus mengikuti program-program latihan sufi
kemungkinan setelah beberapa lama melalui berbagai
ujian/kesulitan akan menemukan/mendekati suatu keadaan
di mana dia dapat “melihat sesuatu sebagaimana adanya”,
ketika dia telah dengan istiqamah
“mengabdi/melayani/beribadah kepada Tuhan seolah-olah
dia telah melihat-Nya”, dan dia benar-benar menyadari
bahwa dia berada “di dunia, sekaligus bukan dunia.
B. ALIRAN – ALIRAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM
Metodologi Studi Islam halaman 16
1. ALIRAN-ALIRAN KALAM
Menurut Ibn Khaldun, Ilmu kalam adalah Ilmu berisi
tentang alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan-
kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran
dan berisi bantahan teerhadap orang-orang yang
menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran
golongan salaf dan Ahli Sunnah. Adapun Aliran-aliran
ilmu kalam diantaranya:
a. Khawarij
Khawarij Berasal dari kata kharaja yang berarti
“keluar”. Pada awalnya, Khawarij merupakan aliran atau
fraksi politik, kelompok ini terbentuk karena persoalan
kepemimpinan umat islam, tetapi mereka membentuk suatu
ajaran yang kemudian menjadi ciri umat, aliran mereka
yaitu ajaran tentang pelaku dosa besar ( murtakib al-
kaba’ir ). menurut Khawarij orang-orang yang terlibat
dan menyetujui hasil tahkim telah melakukan dosa besar.
Orang islam yang melakukan dosa besar, dalam pandangan
mereka berarti telah kafir: kafir setelah memeluk Islam
berarti murtad dan orang murtad halal dibunuh
berdasarkan hadis yang menyatakan bahwa nabi muhammad
saw bersabda ”man baddala dinah faktuluh [2]“, atas
dasar premis-premis yang dibangunnya Khawarij
berkesimpulan bahwa orang yang terlibat dan menyetujui
tahkim harus dibunuh. Bagi mereka,pembunuhan terhadap
orang-orang yag dinilai telah kafir adalah “ibadah”.
Metodologi Studi Islam halaman 17
b. Murji’ah.
Kelompok Murji’ah yang dipelopori oleh Ghilam Al-
Dimasyqi berpendapat mereka bersifat netral dan tidak
mau mengkafirkan para sahabat yang terlambat dan
menyetujui tahkim dalam ajaran aliran ini, orang islam
yang melakukan dosa besar tidak boleh dihukum
kedudukannya dengan hukum dunia. Mereka tidak boleh
ditentukan akan tinggal di neraka atau di surga,
kedudukan mereka ditentukan di akhirat. Dan bagi mereka
Iman adalah pengetahuan tentang Allah secara mutlak.
Sedangkan kufur adalah ketidaktahuan tentang Tuhan
secara mutlak, iman itu tidak bertambah dan tidak
berkurang. Imam Al-Syahrastani menjelaskan bahwa
Murji’ah terbagi menjadi 6 subsekte.
c. Qodariah.
Qodariah adalah aliran yang memandang bahwa Manusia
memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam menentukan
perjalanan hidupnya. menurut paham ini manusia
mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk
mewujudkan perbuatan-perbuatannya. aliran ini disebut
Qadariyah karena memandang bahwa manusia memiliki
kekuatan ( qudrah ) untuk menentukan perjalanan
hidupnya dan untuk mewujudkan perbuatannya.menurut
temuan sementara ajaran ini pertamakali dikenalkan oleh
Ma’bad al-Juhani karena tidak terdapat bukti yang
Metodologi Studi Islam halaman 18
otentik tentang siapa yang pertamakali membentuk ajaran
Qadariyah.
d. Jabariyah.
Menurut aliran ini manusia tidak mempunyai
kemerdekaan dalam menentukan perjalanan hidup dan
mewujudkan perbuatannya, mereka hidup dalam
keterpaksaan ( jabbar ), karena aliran ini berpendapat
sebaliknya; bahwa dalam hubungan dengan manusia, tuhan
itu maha kuasa.karena itu, tuhanlah yang menentukan
perjlanan hidup manusia dan yang mewujudkannya. Ajaran
ini dipelopori oleh Al-ja’d bin Dirham.
e. Mu’tazilah.
Mu’tazilah secara etimologi berasal dari kata
a’tazala yang berarti mengambil jarak atau memisahkan
diri. Secara terminologi adalah aliran theologi Islam
yang memberi porsi besar kepada akal atau rasio di
dalalm membahas persoalan-persoalan ketuhanan. Kelompok
ini banyak menggunakan kekuatan akal sehingga diberi
gelar “Kaum Rasionalis Islam” dan dikenal dengan nama
“Muktazilah” yang didirikan oleh Washil bin Atha.muncul
akibat kontroversi yang terjadi dikalangan ummat islam
setelah perang saudara antara pihak Ali bin Abi Thalib
melawan Zubayr dan Thalhah.
Metodologi Studi Islam halaman 19
Ajaran pokok aliran Muktazilah adalah panca ajaran atau
Pancasila Muktazilah,yaitu :
1. Ke-Esaan Tuhan (Al-Tauhid)
2. Keadilan Tuhan (Al-Adl)
3. Janji dan ancaman (Al-Wa’d wa Al-Wa’id)
4. Posisi antara 2 tempat (Al-Manzilah bainal
Manzilatain)
5. Amar ma’ruf nahi munkar (Al-Amr bil Ma’ruf wa An-
Nahy’an Al-Munkar).[5]
f. Ahlu sunnah wal jama’ah.
Ahlu sunnah wal jama’ahAhu sunnah wal jama’ah
terbentuk akibat dari adanya penentangan terhadap
aliran Muktazilah oleh orang Muktazilah itu sendiri,
mereka adalah Abu al-Hasan, Ali bin Isma’il bin Abi
basyar ishak bin Salim bin isma’il bin abd Allah bin
Musa bin Bilal bin Abi burdah amr bin Abi musa al-
asy’ari.
Imam al-asy’ari (260-324 H), menurut Abubakar isma’il
al-Qairawani adalah seorang penganut Muktazilah selama
40 tahun kemudian ia menyatakan keluar dari Muktazilah.
setelah itu ia mengembangkan ajaran yang merupakan
counter terhadap gagasan –gagasan Muktazilah.
Ajaran pokok Ahlu sunnah wal jama’ah tidak
sepenuhnya sejalan dengan gagasan Imam al-asy’ari. Para
pelanjutnya antara lain Imam abu manshur al-maturidi
yang kemudian mendirikan aliran Maturidiyyah yang
Metodologi Studi Islam halaman 20
ajarannya lebih dekat dengan muktazilah. Imam al-
maturidi pun memiliki pengikut yaitu al-bazdawi yang
pemikirannya tidak selamanya sejalan dengan gagasan
gurunya. Oleh karena itu para ahli menjelaskan bahwa
maturidiah terbagi menjadi dua golongan:
1. Golongan Maturidiah Samarkand, yaitu para
pengikut Imam al-maturidi.
2. golongan Maturidiah Bukhara,yaitu para
pengikut Imam al-bazdawi yang tampaknya
lebih dekat dengan ajaran al-asy’ari.
2. ALIRAN-ALIRAN FIQIH
Secara histories, hukum islam telah menjadi 2
aliran pada zaman sahabat Nabi Muhammad SAW. Dua aliran
tersebut adalah Madrasat Al-Madinah dan Madrasat Al-
Baghdad/Madrasat Al-Hadits dan Madrasat Al-Ra’y. Aliran
Madinah terbentuk karena sebagian sahabat tinggal di
Madinah, aliran Baghdad/kuffah juga terbentuk karena
sebagian sahabat tinggal di kota tersebut.
Atas jasa sahabat Nabi Muhammad SAW yang tinggal di
Madinah, terbentuklah Fuqaha Sab’ah yang juga
mengajarkan dan mengembangkan gagasan guru-gurunya dari
kalangan sahabat. Diantara fuqaha sab’ah adalah Sa’id
bin Al-Musayyab. Salah satu murid Sa’id bin Al-Musayyab
adalah Ibnu Syihab Al-Zuhri dan diantara murid Ibnu
Syihab Al-Zuhri adalah Imam Malik pendiri aliran
Maliki. Ajaran Imam Maliki yang terkenal adalah
Metodologi Studi Islam halaman 21
menjadikan Ijma dan amal ulama madinah sebagai hujjah.
Dan di Baghdad terbentuk aliran ra’yu, di Kuffah adalah
Abdullah bin Mas’ud, salah satu muridnya adalah Al-
Aswad bin Yazid Al-Nakha’I salah satu muridnya adalah
Amir bin Syarahil Al-Sya’bi dan salah satu muridnya
adalah Abu Hanifah yang mendirikan aliran Hanafi. Salah
satu ciri fiqih Abu Hanifah adalah sangat ketat dalam
penerimaan hadits. Diantara pendapatnya adalah bahwa
benda wakaf boleh dijual, diwariskan, dihibahkan,
kecuali wakaf tertentu. Karena ia berpendapat bahwa
benda yang telah diwakafkan masih tetap milik yang
mewakafkan.
Murid Imam Malik dan Muhammad As-Syaibani (sahabat
dan penerus gagasan Abu Hanifah) adalah Muhammad bin
Idris Al-Syafi’I, pendiri aliran hukum yang dikenal
dengan Syafi’iyah atau aliran Al-Syafi’i. Imam ini
sangat terkenal dalam pembahasan perubahan hukum Islam
karena pendapatnya ia golongkan menjadi Qoul Qodim dan
Qoul Jadid.
Salah satu murid Imam Syafi’i adalah Ahmad bin
Hanbal pendiri aliran Hanbaliyah. Disamping itu masih
ada aliran zhahiriyah yang didirikan oleh Imam Daud Al-
Zhahiri dan aliran Jaririyah yang didirikan oleh Ibnu
Jarir Al-Thabari.
Dengan demikian, kita telah mengenal sejumlah
aliran hukum islam yaitu Madrasah Madinah, Madrasah
Kuffah, Aliran Hanafi, Aliran Maliki, Aliran Syafi’I,
Metodologi Studi Islam halaman 22
Aliran Hanbali, Aliran Zhahiriyah dan Aliran Jaririyah.
Tidak dapat informasi yang lengkap mengenai aliran-
aliran hukum islam karena banyak aliran hukum yang
muncul kemudian menghilang karena tidak ada yang
mengembangkannya.
Thaha Jabir Fayadl Al-Ulwani menjelaskan bahwa
mazdhab fiqih islam yang muncul setelah sahabat dan
kibar At-Tabi’in berjumlah 13 aliran, akan tetapi tidak
semua aliran itu dapat diketahui dasar dan metode
istinbath hukum yang digunakannya.
Berikut pendiri aliran-aliran tersebut :
1.Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar Al-Bashri
2. Abu Hanifah Al-Nu’man bin Tsabit bin Zuthi
3. Al-Uza’i ‘Abu Amr A’bd Al-Rahmat bin ‘Amr bin
Muhammad
4. Sufyan bin Sa’id bin Masruq Al-Tsauri
5. Al-Laits bin Sa’d
6. Malik bin Anas Al-Bahi
7. Sufyan bin U’yainah
8. Muhammad bin Idris
9. Ahmad bin Muhammad bin Hanbal
10. Daud bin Ali Al-Ashbahani Al-Baghdadi
11. Ishaq bin Rahawaih
12. Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al-Kalabi
Metodologi Studi Islam halaman 23
Aliran hukum islam yang terkenal dan masih ada
pengikutnya hingga sekarang hanya beberapa aliran
diantaranya Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, dan
Hanbaliyah, akan tetapi yang sering dilupakan dalam
sejarah hukum islam adalah bahwa buku-buku sejarah
hukum islam cenderung memunculkan aliran-aliran hukum
yang berafiliasi dengan aliran sunni, sehingga para
penulis sejarah hukum islam cenderung mengabaikan
pendapat khawarij dan syi’ah dalam bidang hukum islam.
a. Biografi Empat Imam Mazhab Fiqih
Mengingat betapa masyhurnya nama keempat imam
mazhab ini, berikut akan dijelaskan lebih lanjut
bagaimana pribadi dan pemikiranmereka.
1. IMAM HANAFI (Tahun 80 – 150 H.)
Nama beliau yang sebenarnya adalah Imam Abu
Hanifah al- Nu’man bin Sabit bin Zauti lahir pada tahun 80
Metodologi Studi Islam halaman 24
H. di kota Kuffah padamasa Dinasti Umayyah. Semua
literatur yang mengungkapkan kehidupan Abu
Hanifah menyebutkan bahwa Abu Hanifah adalahseorang
‘alim yang mengamalkan ilmunya, zuhud, ‘abid, wara’,
taqiy,khusyu’ dan tawadhu’.Metode ushul yang digunakan
Abu Hanifah banyak bersandar pada ra’yun, setelah pada
Kitabullah dan As Sunnah. Kemudian ia bersandar pada
qiyas, yang ternyata banyak menimbulkan protes
dikalangan para ulama yang tingkat pemikirannya belum
sejajar denganAbu Hanifah. Begitu pula halnya
dengan istihsan yang ia jadikansebagai sandaran
pemikiran mazhabnya, mengudang reaksi kalanganulama.
Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang
pertama kalimenyusun kitab fiqh berdasarkan kelompok-
kelompok yang berawaldari yang kemudian diikutioleh
ulama-ulama sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam
Syafi'i, Abu Dawud, Bukhari, Muslim dan lainnya . Pada
akhir hayatnya Abu Hanifah diracuni, sebagaimana
yangdisampaikan dalam Kitab Al-Baar Adz-Dzahabi
berkata, diriwayatkan bahwa khalifah Al-Manshur memberi
minuman beracun kepada imamAbu Hanifah dan dia pun
meninggal sebagai syahid. Semoga Allahmemberikan rahmat
kepadanya. Latar belakang kematiannya karena ada
beberapa penyebar fitnah yang tidak suka pada
Abu Hanifah, memberi keterangan palsu pada Al-
Manshur, sehingga Al-Manshur m e l a k u k a n
p e m b u n u h a n i t u , d a n a d a s e b u a h r i w a y a t
Metodologi Studi Islam halaman 25
s h a h i h mengatakan bahwa ketika merasa kematiannya
dekat, kesucian (taharah), shalat dan seterusnya.Abu
Hanifah bersujud hingga beliau meninggal dalam keadaan
bersujud. Para ahli sejarah bersepakat beliau meninggal
pada bulan rajabtahun 150 H dalam usia 70 tahun.
2. IMAM MALIKI (TAHUN 93 – 179 H.)
Nama lengkapnya adalah Malik bin Anas Abi Amir al
Ashbahi,dengan julukan Abu Abdillah. Ia lahir pada
tahun 93 H, Ia menyusun kitab Al Muwaththa', dan dalam
penyusunannya iamenghabiskan waktu 40 tahun, selama
waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqhMadinah.
Dalam sumber lain menyebutkan bahwa nama lengkap
beliauadalah Malik bin Anas bin Malik bin Abu
‘Amir bin ‘Amr bin AlHarits bin Ghaiman bin Khutsail
bin ‘Amr bin Al Harits Al Himyari AlAshbahi Al Madani11.
Malik bin Anas lahir di Madinah pada tahun 93 H. Sejak
mudaia sudah menghafal Al-Qur’an dan sudah nampak
minatnya dalamilmu pengetahuan. Ia dipandang ahli dalam
berbagai cabang ilmu,khususnya ilmu hadits dan
fiqih. Karya-karya Imam Malik begitu banyak, di
antaranya yang paling populer adalah Al
Muwatta’ yang berarti ‘kemudahan’ atau ‘kesederhanaan’.
Keistimewaan Al-Muwatta’adalah bahwa Imam Malik merinci
Metodologi Studi Islam halaman 26
berbagai persoalan kaidah-kaidah fiqhiyah yang di ambil
dari hadits-hadits dan atsar.
3. IMAM SYAFI’I (TAHUN 150 – 204 H.)
Ia bernama abu abdullah, muhammad ibnu idris bin
abbas bin usman bin syafi’i bin saaib bin ‘abiid bin
abdu yazid bin hasim Muthalib bin Abdu Manaf, yang
merupakan kakek dari kakek Nabi. Sebagian besar
riwayat menyebutkan bahwa Imam Syafi’i lahir di
daerah Ghazza, Syam (Palestina) dari keturunan
Quraisy dan Nasabnya bertemu dengan Nabi Muhammad
saw. pada kakeknya,Abdi Manaf ayahnya meninggal ketika
ia masih kecil. Pada usia duatahun ia dibawa oleh ibunya
untuk pindah ke Makkah. Pada umur sekitar tujuh tahun
Imam Syafi’i sudah menghafalAl-Qur’an, selain itu ia
juga banyak menghafal hadits-hadits Nabi.Selain
pengembaraan intelektual dan keilmuan yang sedemikian
rupa ,fiqih Imam Syafi’i juga merupakan refleksinya.
Dengan kata lain,k e h i d u p a n s o s i a l
m a s y a r a k a t d a n k e a d a a n z a m a n n y a
a m a t mempengaruhi Imam Syafi’i dalam membentuk pemikiran
dan mazhabfiqihnya. Sejarah hidupnya menunjukkan bahwa
ia amat dipengaruhioleh masyarakat sekitar terbukti
dengan munculnya dua kecendrungandalam mazhab Syafi’i
yang dikenal dengan qaul qadim (mazhab lama)dan qaul
jadid (mazhab baru). Menurut para ahli sejarah fiqih,
Metodologi Studi Islam halaman 27
mazhab qadim Imam Syafi’idibangun di Irak pada
tahun 195 H.
4. IMAM HAMBALI ( TAHUN 164 – 241 H.)
Nama lengkap imam besar ini adalah ahmad bin hambal
binhilal bin usd bin idris bin abdullah bin hayyan ibn
abdullah binanas bin auf bin qasit bin mazin bin
syaiban. Ia terlahir di baghdadirak pada tahun 164
h/780 m 13. Ayahnya meninggal dunia ketikaahmad masih
kecil, ia kemudian diasuh oleh ibunya.ilmu yang pertama
kali dikuasai adalah al qur’an hingga beliau
hafal pada usia 15 tahun,beliau juga mahir baca-tulis
dengansempurna hingga dikenal sebagai orang yang
terindah tulisannya. Lalu beliau mulai konsentrasi
belajar ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu p u l a .
B e l i a u t e l a h m e m p e l a j a r i h a d i t s s e j a k
k e c i l d a n u n t u k mempelajari hadits ini beliau
pernah pindah atau merantau ke syam (syiria). Imam
ahmad bin hambal berguru kepada banyak
ulama, jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh
yang tersebar di berbagainegeri, seperti di
makkah, kufah, bashrah, baghdad, yaman
dannegeri lainnya. Di antara mereka adalah:ismail bin
ja’far ,abbad bin abbad al-ataky, umari bin abdillah
bin khalid, husyaim bin basyir bin qasim bin dinar
as-sulami, imam asy-syafi’i,waki’ bin jarrah, ismail
Metodologi Studi Islam halaman 28
bin ulayyah, sufyan bin ‘uyainah,abdurrazaq,ibrahim
bin ma’qil.
Umumnya ahli hadits pernah belajar kepada imam
ahmad binhambal, dan belajar kepadanya juga
ulama yang pernah menjadigurunya, yang paling
menonjol adalah:imam
bukhari, muslim , abu daud , nasai , tirmidzi,ibnu
majah,imam asy-syafi’i. Imam ahmad,putranya,shalih bin
imam ahmad bin hambal, putranya, abdullah bin imam
ahmad bin hambal , keponakannya, hambal bin
ishaq. S e t e l a h s a k i t s e m b i l a n h a r i ,
b e l i a u r a h i m a h u l l a h menghembuskan nafas
terakhirnya di pagi hari jum’at bertepatandengan
tanggal dua belas rabi’ul awwal 241 h pada umur 77
tahun.jenazah beliau dihadiri delapan ratus ribu
pelayat lelaki dan enam puluh ribu pelayat perempuan.
3. ALIRAN-ALIRAN TASAWUF
Para penulis ajaran tasawuf, termasuk Harun
Nasution, memeperkirakan adanya unsur-unsur ajaran non-
islam yang mempengaruhi ajaran tasawuf. Unsur-unsur
yang dianggap berpengaruh pada ajaran tasawuf adalah
kebiasaan rahib Kristen yang menjauhi dunia dan
kesenangan materi. Pada dasarnya tasawuf merupakan
ajaran tentang Al-Zuhd (Zuhud), kemudian ia berkembang
dan namanya diubah menjadi tasawuf dan pelakunya
Metodologi Studi Islam halaman 29
disebut shufi. Zahid yang pertama adalah Al-Hasan A-
Basir. Dia pernah berdebat dengan Washil bin Atha’
dalam bidang teologi, ia berpendapat bahwa orang mu’min
tidak akan bahagia sebelum berjumpa dengan Tuhan. Zahid
dari kalangan perempuan adalah Rabi’ah Al-Adawiyah dari
Basrah, ia menyatakan bahwa ia tidak bisa membenci
orang lain, bahkan tidak dapat mencintai Nabi Muhammad
SAW, karenya cintanya hanya untuk Allah SWT. Metode
tasawuf dibagi menjadi 3 (tiga), Tahallia, adalah
pengisian diri untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,
Takhalli adalah pengosongan diri sufi, sedangkan
Tajalli adalah penyatuan diri dengan Tuhan. Disamping
itu, dalam ajaran para sufi dikatakan bahwa Tuhan pun
tidak berkehendak untuk menyatu dengan manusia. Suatu
keadaan mental yang diperoleh manusia tanpa bias
diusahakan disebut Hal-Ahwal. Rabiah merumuskan
kedekatannya dengan Tuhan dalam Mahabbah, dengan
demikian ada hubungan timbal balik antara sufi dengan
Tuhan.
4. ASPEK FALSAFAT
Pemikiran filosofis masuk kedalam Islam melalui
falsafat Yunani yang dijumpai ahli-ahli fikir islam di
Suria. Mesopotamia, Persia dan Mesir.Golongan yang
Metodologi Studi Islam halaman 30
banyak tertarik kepada falsafat Yunani adalah kaum
mu’tazilah. Abu Al-Huzail, Al-Nazzam, Al-jahiz, Al-
Jubba’I dan lain-lain banyak membaca buku-buku falsafat
Yunani dan pengaruhnya dapat dilihat dalam pemikiran-
pemikiran teologi mereka. Dismping kaum Mu’tazilah,
segara pula timbul filosof-filosof Islam.
Filosof yang pertama, adalah Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq
Al-kindi.yan berasal dari keturunan Arab ia disebut
Failasuf Al-‘arab (Filosof orang Arab). Al-Kindi bukan
hanya Filosof tetapi juga Ilmiawan yang menguasai ilmu-
ilmu pengetahuan yang ada dizamannya. Buku-buku yang
ditinggalkannya mencakup berbagai cabang Ilmu
pengetahuan seperti: Matematika, geometri, Astronomi,
Pharmachologi (Teori dan cara pengobatannya), Ilmu
hitung, Ilmu jiwa, Optika, Politik, dan sebagainya.
Mengenai Falsafat Al-Kindi berpendapat bahwa Antara
falsafat dan agama tidak ada bertentangan. Ilmu tauhid
atau teologi adalah cabang termulia dari falsafat.
Falsafat membahas kebenaran atau hakekat. Kalau ada
hakekat-hakekat mesti ada hakekat pertama,yang dimaksud
dengan hakekat pertama adalah hakekat tuhan.
Filosof besar kedua Islam, adalah Abu Nasr Muhammad Ibn
Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzlagh Al-Farabi, Atau yang
dikenal dengan Al-Farabi.yang berasal dari keturunan
Turki. Al- Farabi penulis buku-buku mengenai logika,
ilmu politik, etika, fisika, ilmu jiwa, metafisika,
kimia, dan lain sebagainya. Mengenai falsafatnya, yang
Metodologi Studi Islam halaman 31
terkenal ialah falsafat emanasi. Dalam emanasi ini ia
menerangkan bahwa segala yang ada memancar dari zat
Tuhan melaui akal-akal yang berjumlah sepuluh. Akal
menurut pemikirannya mempunyai tiga tingkat, al-
hayulani (materil), bi al-fi’ (aktuil) dan al-mustafad
(adeptus,aquired). Akal pada tingakat terakhir inilah
yang dapat menerima pancaran yang dikirimkan Tuhan
melalui Akal-akal tersebut.
Filosof islam yang ketiga bernama Ibn Sina, Nama
lengkapnya Abu ‘Ali Husain Ibn Abdillah Ibn sina, ia
dikenal dibarat dengan nama Avicenna (Spanyol Aven
Sina) dan kemasyhurannya di dunia barat sebagai
dokter .dalam falsafatnya ia juga mempunyai paham
emanasi dan akal-akal baginya adalah melekat. Wujud ia
bahagian kedalam tiga bahagian, wajib, mungkin, dan
mustahil.
Selanjutnya, Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Al-
Ghazali (Persia), Al-Ghazali berbeda dengan filosof-
filosof lain, tidak mementingkan falsafat saja tetapi
juga soal hukum, teologi dan sufisme tetapi
bagaimanapun ia lebi banyak bersifat sufi dari pada
bersifat filosof.
Dalam falsafah Al-Ghazali dikenal sebagai filosof yang
banyak mengkritik pendapat filosof-filosof dan
menantang tiga dari isi falsafat mereka membawa kepada
kekufuran, yaitu: pendapat-pendapat mereka bahwa alam
ini qadim, dalam arti bermula dalam waktu, tuhan tidak
Metodologi Studi Islam halaman 32
mengetahui perincian dari apa yang terjadi di alam ini,
dan bahwa pembangkitan jasmani tidak ada.
Al-Ghazali meninggalkan buku-bukunya yang
mengandung ilmu-ilmu keagamaan dalam berbagai
bidang,seperti Tauhid, Fiqih. Akhlak dan Tasawuf. Al-
Ghazali merupakan filosof besar terakhir di dunia islam
bahagian Timur. Filosof-filosof besar selanjutnya
muncul dia Andulisia, seperti: Ibn Bajja, Ibn Tufail.
Dan Ada Filosof Terbesar Lainnya yang di hasilkan
Andulisia adalah Abu Al-Walid Muhammad Ibn Ahmad Ibn
Muhammad Ibn Rusd, ia Lahir Di Cardova dan belajar
teologi, ilmu kedokteran, matematika, filsafat Dsb. Ibn
Rusd Banyak memusatkan perhatiannya pada Falsafat
Aritoteles dan menulis ringkasan-ringkasan dan
tafsiran-tafsiran yang mencakup sebahagiaan terbesar
dari karangan-karangan filosof Yunani.
BAB III
Metodologi Studi Islam halaman 33
PENUTUP
Demikian makalah dengan judul “DIMENSI DAN ALIRAN-
ALIRAN DALAM PEMIKIRAN ISLAM” ini dapat penulis
selesaikan.
Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan puji
syukur kepada Allah SWT. Atas pertolongan-nya,
penulisan ini dapat terselesaikan. Tak lupa penulis
mengucapkan terimakasi pada semuapihak yang telah
membantu terselesaikannya makalah ini. Tanpa
mengurangi rasa hormat, penulis memohon saran dan
masukan guna kesempurnaan tulisan ini.
Harapan penulis semoga makalah dengan segala
kekurangannya ini, dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi para pembaca, amin.
Metodologi Studi Islam halaman 34
A. KESIMPULAN
Dimensi-dimensi dalam islam yaitu iman, islam,
ihsan, syariat, tariqat dan sufisme. Aliran-aliran
dalam pemikiran islam antara lain aliran kalam, aliran
fikh, dan aliran tasawuf.
B. KRITIK DAN SARAN
Kami sebagai pemakalah tentu berusaha menyajikan
makalah yang terbaik. Tetapi kami menyadari bahwa tiada
hal yang sempurna, termasuk makalah kami. Sehingga kami
memohon kritik dan saran dari pembaca agar untuk
selanjutnya kami bisa menyajikan makalah yang lebih
baik lagi.
Metodologi Studi Islam halaman 35
DAFTAR PUSTAKA
Syaikh Muhammad Nawawi Banten, Manajemen Hidup
dalam Islam, (Jakarta: Penerbit Hikmah, 2004), hal. 14.
Abdullah Musthafa Al-Maraghi, Pakar-pakar Fiqih
sepanjang sejarah, 2001, Hal. 72
Mustofa Muhammad Asy Syak’ah, Islam Tidak
Bermazhab, 1995, Hal. 333
A.Hanafi, Theologi Islam (Ilmu Kalam,) [Jakarta,
Bulan Bintang, 1979] hlm.10
Atang Abd Hakim dan Jaih Mubarok,
[jakarta,grafindo persada 2001].hlm 153
Metodologi Studi Islam halaman 36