Dimensi-dimensi dan aliran Islam

37
DIMENSI DAN ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam Disusun oleh : 1. Durotul Faizah (2813133034) 2. Eka Apriliana (2813133035) 3. Eka Setiawan (2813133036) 4. Ekka Zahra Puspita Dewi (2813133037) DOSEN PENGAMPU : Nur Cholis, S. Ag, M.Pd. Metodologi Studi Islam halaman 1

Transcript of Dimensi-dimensi dan aliran Islam

DIMENSI DAN ALIRAN PEMIKIRAN ISLAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahMetodologi Studi Islam

Disusun oleh :

1. Durotul Faizah(2813133034)

2. Eka Apriliana(2813133035)

3. Eka Setiawan(2813133036)

4. Ekka Zahra Puspita Dewi(2813133037)

DOSEN PENGAMPU :

Nur Cholis, S. Ag, M.Pd.

Metodologi Studi Islam halaman 1

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS I-B

2013

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahim, segala puji bagi Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya

kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah yang membahas tentang “Dimensi danAliran

Pemikiran Islam.”

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata

kuliah Metodologi Studi Islam tahun pelajaran 2013.

Selanjutnya kami sampaikan terimakasih kepada seluruh

pihak yang telah membantu kami menyusun makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini mungkin masih banyak

kekurangan dan keterbatasan, untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang mungkin dapat

membangun untuk kedepannya lebih baik lagi. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat.

Tulungagung, 23

September 2013

Metodologi Studi Islam halaman 2

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................

1

DAFTAR ISI...........................................

2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................3

B. Rumusan Masalah...................................3

Metodologi Studi Islam halaman 3

C. Tujuan............................................

......3

BAB II PEMBAHASAN

A.Dimensi-dimensi dalam Islam........................4

1. ISLAM, IMAN, DAN IHSAN.........................42. SYARIAT........................................63. THARIQAH.......................................64. SUFISME........................................7

a. Beberapa definisi Sufisme.................7B.Aliran-aliran dalam pemikiran Islam................8

1. Aliran-aliran kalam............................8a. Khawarij....................................8b. Murjiah.....................................9c. Qodariah....................................9d. Jabariyah...................................9e. Mu’tazilah... .10f. Ahlu sunnah waljama’ah... .10

2. Aliran-aliran Fiqih. .11

a. Biografi empat madzhab Fiqih.....12

1) Imam Hanafi.............................................122) Imam Maliki.............................................133) Imam Syafi’i.............................................144) Imam Hambali.............................................14

3. Aliran-aliran Tasawuf. .15

Metodologi Studi Islam halaman 4

4. Aspek Falsafat. .15

BAB III PENUTUPA. Kesimpulan. .18B. Kritik dan Saran. .18

DAFTAR PUSTAKA.....19

Metodologi Studi Islam halaman 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pemikiran islam, terdapat dimensi – dimensi

dan aliran – aliran yang menjadi tuntunan bagi umat

islam. Dalam pemikiran Islam terdapat berbagai macam

dimensi, diantaranya Islam, Iman, Ihsan, syariat,

tarikat, dan sufisme,  Dimana dimensi – dimensi ini

menjadi sebuah rujukan ajaran dalam islam untuk

mencapai keimanan yang hakiki. Dalam iman, islam,

ihsan, tarikat, syariah, dan sufisme manusia diajarkan

untuk melakukan kegiatan – kegiatan yang dapat menambah

dan memperkuat iman mereka. Dengan menjalankan dimensi

ini manusia dapat mencapai derajat paling tinggi dari

mulai ahwal hingga mencapai puncak hakikat.

Sedangkan dalam aliran-aliran pemikiran islam,

terdapat beberapa aliran seperti aliran kalam, aliran

fiqh, aliran tasawuf, dan aliran filsafat. Kesemua

aliran ini merupakan suatu pegangan, kepercayaan, dan

tuntunan yang dijalankan oleh seseorang supaya hidupnya

menjadi terarah. untuk lebih jelasnya, akan dibahas

dalam makalah ini.

B. Rumusan masalah

Metodologi Studi Islam halaman 6

1. Apakah macam-macam dimensi-dimensi yang ada dalam

islam ?

2. Apakah macam-macam aliran-aliran dalam pemikiran

islam ?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu memahami Dimensi-dimensi yang ada

dalam Islam.

2. Mahasiswa dapat mengetahui Aliran-aliran dalam

pemikiran Islam.

BAB II

PEMBAHASAN

A. DIMENSI-DIMENSI DALAM ISLAM

1. ISLAM, IMAN, DAN IHSAN

Dimensi –dimensi Islam yang dimaksud pada bagian

ini adalah keislaman seseorang, yaitu iman, islam dan

ihsan. Nurcholish Madjid menyebutnya sebagai trilogi

ajaran Ilahi.

Dimensi-dimensi Islam berawal dari sebuah hadits yang

diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim

dimuat dalam masing-masing kitab sahihnya yang

menceritakan dialog antara Nabi Muhammad Saw dan

Malaikat Jibril tentang trilogi ajaran Ilahi:

Metodologi Studi Islam halaman 7

ال: ؟ ق���� م��ان ارس�ول ال�ل��ه ! م�االاي� ال: ي� ق� �ل ف� اه رج�! ي�� ا �اس ق� �ا ل�لن �ارر وم�ا ي�! ه و س�لم ي� ك�ان رس�ول ال�له ص�لى ال�له ع�ليم�ن و5 ن ي�� ا5د  عن��! لام ان ت�� ال :الاس��� ا رس�ول ال�له م�ا الاس�لام؟ ق���� ال:ي� ر ق�� �عث= الاخ� ا ل�ب! م�ن ي�! و5 ه و رس�له و ي�� اب�! ه و ك�ن� كي� ال�له وم�لاي�5 ي�!ول ا رس��� ال: ي��� . ق���� ان �ص��وم رم�ض�� ه� و ت�� �اه� ال�مف�روض�� ك��� �دي ال�ز و5 ه� و ي���� وب���! م ال�ض��لاه� ال�مكت� ي ق� ا و ت�� ن5 ي ه س���= رك�W ب���! ش��= ال�ل��ه ولا ت��Wراك� ه ي� �اب� �كن ي��راه ق� ان ل�م ي�� �كW ي��راه ق� �ن� د� ال�له ك�ا5 عن! ال: ان ت�� ؟ ق�� .ال�له ! م�االاح�سان

Artinya:“ Nabi Muhammad Saw keluar dan (berada di sekitar

sahabat) seseorang datang menghadap beliau dan bertanya: “ Hai Rasul

Allah, apakah yang dimaksud dengan iman? “ Beliau menjawab: “ Iman

adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya,

pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan percaya kepada

kebangkitan.” Laki-laki itu kemudian bertanya lagi: “ Apakah yang

dimaksud dengan Islam? “ Beliau menjawab: “ Islam adalah engkau

menyembah Allah dan tidak musyrik kepada-Nya, engkau tegakkan salat

wajib, engkau tunaikan zakat wajib, dan engkau berpuasa pada bulan

Ramadhan.” Laki-laki itu kemudian bertanya lagi: “ Apakah yang

dimaksud dengan ihsan?” Nabi Muhammad Saw menjawab: “ Engkau

sembah Tuhan seakan-akan engkau melihat-Nya; apabila engkau tidak

melihat-Nya maka (engkau berkeyakinan) bahwa Dia melihatmu...”

(Bukhari, I, t.th: 23).

Metodologi Studi Islam halaman 8

Hadits di atas memberikan ide kepada umat Islam

Sunni tentang rukun iman yang enam, rukun Islam yang

lima, dan penghayatan terhadap Tuhan yang Mahahadir

dalam hidup. Sebenarnya, hal itu hanya dapat dibedakan

tetapi tidak dapat dipisahkan. Antara yang satu dengan

yang lainnya memiliki keterkaitan.

Setiap pemeluk agama Islam mengetahui dengan pasti

bahwa Islam tidak absah tanpa iman, dan iman tidak

sempurna tanpa ihsan. Sebaliknya, ihsan adalah mustahil

tanpa Islam. Dalam penelitian lebih lanjut, sering

terjadi tumpang tindih antara tiga istilah tersebut:

dalam iman terdapat Islam dan ihsan; dalam Islam

terdapat iman dan ihsan; dan dalam ihsan terdapat iman

dan Islam. Dari sisi itulah, Nurcholish Majdid (1994:

463) melihat iman, Islam dan ihsan sebagai trilogi

ajaran Ilahi.

Ibnu Taimiah menjelaskan bahwa din itu terdiri dari

tiga unsur, yaitu Islam, iman dan ihsan. Dalam tiga

unsur itu terselip makna kejenjangan (tingkatan): orang

mulai dengan Islam, kemudian berkembang ke arah iman,

dan memuncak dalam ihsan. Rujukan Ibnu Taimiah dalam

mengemukakan pendapatnya adalah surat al-Fathir (35)

ayat 32: “ Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang

yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada

yang menganiaya diri mereka sendiri; dan di antara mereka ada yang

pertengahan; dan di antara mereka ada pula yang lebih cepat berbuat

kebaikan dengan izin Allah...”

Metodologi Studi Islam halaman 9

Di dalam al-Quran dan terjemahnya yang diterbitkan

Departemen Agama dijelaskan sebagai berikut: pertama, “

orang-orang yang menganiaya dirinya sendiri “ (fa

minhum zhalim li nafsih) adalah orang yang lebih banyak

kesalahannya dari pada kebaikannya; kedua, “ orang-orang

pertengahan ” (muqtashid) adalah orang-orang yang antara

kebaikan dengan kejelekannya berbanding; dan ketiga, “

orang-orang yang lebih dulu berbuat kebaikan ” (sabiq bi

al-khairat) adalah orang-orang yang kebaikannya amat

banyak dan jarang melakukan kesalahan. (Depag, 1985:

701)

Dengan penjelasan yang agak berbeda, Ibnu Taimiah

menjelaskan sebagai berikut: pertama, orang-orang yang

menerima warisan kitab suci dengan mempercayai dan

berpegang teguh pada ajaran-ajarannya, namun masih

melakukan perbuatan-perbuatan zalim, adalah orang yang

baru ber-Islam, suatu tingkat permulaan dalam

kebenaran; kedua, orang yang menerima warisan kitab

suci itu dapat berkembang menjadi seorang mukmin,

tingkat menengah, yaitu orang yang telah terbebas dari

perbuatan zalim namun perbuatan kebajikannya sedang-

sedang saja; ketiga, perjalanan mukmin itu (yang telah

terbebas dari perbuatan zalim) berkembang perbuatan

kebajikannya sehingga ia menjadi pelomba (sabiq)

perbuatan kebajikan; maka ia mencapai derajat ihsan. “

Orang yang telah mencapai tingkat ihsan,” kata Ibnu

Timiah,” akan masuk surga tanpa mengalami azab,”

Metodologi Studi Islam halaman 10

Imam al-Syahrastani menjelaskan bahwa Islam adalah

menyerahkan diri secara lahir. Oleh karena itu, baik

mukmin maupun munafik adalah Muslim. Sedangkan iman

adalah pembenaran terhadap Allah, para utusan-Nya,

kitab-kitab-Nya, hari kiamat dan menerima qadla dan

qadar. Integrasi antara iman dan Islam adalah

kesempurnaan (al-kamal). Atas dasar penjelasan itu, ai-

Syahrastani juga menunjukkan bahwa Islam adalah pemula;

iman adalah menengah; dan ihsan adalah kesempurnaan.

Meskipun tidak dapat dikatakan sepenuhnya benar, umat

Islam telah memakai suatu kerangka pemikiran tentang

trilogi ajaran Ilahi di atas ke dalam tiga bidang

pemikiran Islam: pertama, iman dan berbagai hal yang

berhubungan dengannya diletakkan dalam satu bidang

pemikiran, yaitu teologi (ilmu kalam);kedua, persoalan

Islam dijelaskan dalam bidang syari’at (fikih);

dan ketiga, ihsan dipandang sebagai akar tumbuhnya

tasauf.

2. SYARIAT

Secara kebahasaan, syariat adalah sumber air bagi

manusia untuk mendapatkan minuman. Sementara menurut

terminologi komunitas sufi, syariat adalah menjalankan

segala yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang

dilarang.

Metodologi Studi Islam halaman 11

Syariat menuntut seorang salik untuk menjalankan

agama Islam dan terus – menerus melaksanakan perintah

Allah serta menjauhi larangan – Nya. Inilah yang

disebut dengan istiqamah. Segala perintah dan segala

larangan pasti jelas terlihat oleh seluruh manusia.

Syariat islam adalah hukum dan aturan islam yang

mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain

berisi hukum dan aturan, syariat islam juga berisi

penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh

sebagian penganut islam, syariat islam merupakan

panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan

hidup manusia dan kehidupan didunia ini.

3. THARIQAH

Tarikat adalah meneliti dan mengamalkan segala

tindakan Nabi.[4] Kata Tarikat di ambil dari bahasa

Arab, yaitu dari kata benda Thoriqah yang secara

terminologis berarti jalan, metode atau tata cara.

Adapun Tarikat dalam terminologis (pengertian) ulama

sufi; yang dalam hal ini akan kami ambil definisi

Tarikat menurut Syaikh Muhammad Amin al–Kurdi al-Irbili

al- Syafi al-Naqsyabandi, dalam kitab Tanwir al-qulub

adalah:

“Tarikat adalah beramal dengan syariat dengan

memilih yang azimah (berat) daripada yang rukhsoh

(ringan); menjauhkan diri dari mengambil pendapat yang

Metodologi Studi Islam halaman 12

mudah pada amal ibadah yang tidak sebaiknya dipermudah;

menjauhkan diri dari semua larangan syariat lahir dan

batin; melaksanakan semua perintah Allah SWT

semampunya; meninggalkan semua larangan-Nya baik yang

haram, makruh atau mubah yang sia- sia; melaksanakan

semua ibadah fardhu dan sunnah; yang semuanya ini di

bawah arahan, naungan dan bimbingan seorang guru

/syeikh/mursyid yang arif yang telah mencapai maqamnya

(layak menjadi seorang Syekh/Mursyid).”

Dari definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa

tarikat adalah beramal dengan syariat Islam secara

Azimah (memilih yang berat walau ada yang ringan) yang

semuanya ini dengan bimbingan dari seorang mursyid/guru

guna menunjukkan jalan yang aman dan selamat untuk

menuju Allah (ma’rifatullah). Maka posisi guru di sini

adalah seperti seorang guide yang hafal jalan dan

pernah melalui jalan itu sehinggan jika kita

dibimbingnya akan dipastikan kita tidak akan tersesat

jalan dan sebaliknya jika kita berjalan sendiri dalam

sebuah tujuan yang belum diketahui, maka kemungkinan

besar kita akan tersesat apalagi jika kita tidak

membawa peta petunjuk. Namun mursyid dalam tarikat

tidak hanya membimbing lewat lahiriah saja, tapi juga

secara batiniah bahkan juga berfungsi sebagai mediasi

antara seorang murid/salik dengan Rasulullah Saw dan

Allah SWT.

Metodologi Studi Islam halaman 13

Dengan tarikat, seorang salik( seorang yang meniti

jalan menuju Allah) berpegang teguh dalam menjalani

kondisi yang berat seperti Riyadhah (olah batin) yang

dirupakan dengan menghinakan nafsu dengan sedikit

makan, sedikit minum, dan sedikit tidur, serta menjauhi

menggunakan hal-hal yang mubah secara berlebihan. Semua

itu harus dilakukan dengan hanya diniatkan untuk ibadah

dan memutus hubungan dengan dunia untuk selanjutnya

menuju Allah.

4.       SUFISME

Ada beberapa sumber perihal etimologi dari kata

“sufi”, pandangan umum ialah kata itu berasal dari kata

Suf ( �وف ,(ص��������� yang berati wol, merujuk kepada jubah

sederhana yang dikenakan oleh para asetik muslim. Namun

tidak semua sufi mengenakan jubah atau pakaian dari

wol. Teori etimologis yang lain menyatakan bahwa akar

kata sufi adalah safa(ا �ق yang berarti kemurnian. Hal ,(ص���

ini menaruh penekanan pada sufisme pada kemurnian hati

dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf berasal

dari bahasa yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.

a. Beberapa definisi sufisme:

Metodologi Studi Islam halaman 14

1.      Yaitu paham mistik dalam agama

islam sebagaimana Taoisme di Tiongkok dan

ajaran Yoga di India (Mr. G.B.J De Woestijne).

2.      Yaitu aliran kerohaanian mistik

(Mystiek geestroming) dalam agama Islam (Dr.

C.B.Van Haeringen. Pendapat yang mengatakan

bahwa sufisme berasal dari dalam agama islam.

Sufisme adalah isme atau dapat juga dikatakan

sebagai ilmu untuk menjalani kehidupan sufistik seorang

sufi, yang mana diketahui bahwa akhir dari

kesufian dalah awal dari kenabian, yang tentu saja

menjadikan kesufian dapat di artikan pencarian kesucian

yang tertinggi yang menjadi dasar atau awal kenabian,

demikianlah bahwa akhir kesufian hanyalah awal kenabian

menjadikan setinggi-tinggi nya tingkat kesufian

tidaklah dapat mencapai tingkat kenabian.Sejak abad ke

II Hijriah sufisme sudah popular di kalangan masyarakat

di kawasan dunia islam sebagai perkembangan lanjut dari

gaya keberagamannya para zahid dan abid.

Fase awal ini juga disebut sebagai fase asketisme

yang merupakan bibit awal tumbuhnya sufisme dalam

peradaban islam. Keadaan ini ditandai oleh munculnya

individu-individu yang lebih mengejar kehidupan

akhirat, sehingga perhatiannya terpusat untuk beribadah

dan mengabaikan duniawi. Fase asketisme ini setidaknya

berlangsung sampai akhir abad II hijriah dan memasuki

Metodologi Studi Islam halaman 15

abad ke III sudah menampakkan adanya peralihan dari

asketisme ke sufisme.  Sejak kurun waktu itu sufisme

berkembang terus kearah penyempurnaannya dan

spesifikasi terminology, seperti konsep intuisis, dzaug

dan al-kasyf.

Kesepatan perkembangan sufisme nampaknya memperoleh

dorongan setidaknya dari tiga factor penting yakni:

pertama gaya hidupnya yang serba ada yang diperagakan

oleh sebagian besar pengusaha negeri aspek ini dorongan

yang paling kuat adalah sebagai reaksi kelompok elit

dinasti pengusaha.

Selain itu kerangka organisasi sufisme sejalan

dengan pergeseran doktrin juga difungsikan untuk

memerangi kompromi dan sinkretisme doktrin islam dengan

ajaran-ajaran dan praktek-praktek kepercayaan lainnya.

Sufisme atau tasawwuf mengajarkan kita untuk

melihat di balik selubung kegelapan yang telah menutupi

sistem-sistem kepercayaan kita. Seseorang yang dengan

tulus mengikuti program-program latihan sufi

kemungkinan setelah beberapa lama melalui berbagai

ujian/kesulitan akan menemukan/mendekati suatu keadaan

di mana dia dapat “melihat sesuatu sebagaimana adanya”,

ketika dia telah dengan istiqamah

“mengabdi/melayani/beribadah kepada Tuhan seolah-olah

dia telah melihat-Nya”, dan dia benar-benar menyadari

bahwa dia berada “di dunia, sekaligus bukan dunia.

B. ALIRAN – ALIRAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

Metodologi Studi Islam halaman 16

1. ALIRAN-ALIRAN KALAM

Menurut Ibn Khaldun, Ilmu kalam adalah Ilmu berisi

tentang alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan-

kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran

dan berisi bantahan teerhadap orang-orang yang

menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran

golongan salaf dan Ahli Sunnah. Adapun Aliran-aliran

ilmu kalam diantaranya:

a. Khawarij

Khawarij Berasal dari kata kharaja yang berarti

“keluar”. Pada awalnya, Khawarij merupakan aliran atau

fraksi politik, kelompok ini terbentuk karena persoalan

kepemimpinan umat islam, tetapi mereka membentuk suatu

ajaran yang kemudian menjadi ciri umat, aliran mereka

yaitu ajaran tentang pelaku dosa besar ( murtakib al-

kaba’ir ). menurut Khawarij orang-orang yang terlibat

dan menyetujui hasil tahkim telah melakukan dosa besar.

Orang islam yang melakukan dosa besar, dalam pandangan

mereka berarti telah kafir: kafir setelah memeluk Islam

berarti murtad dan orang murtad halal dibunuh

berdasarkan hadis yang menyatakan bahwa nabi muhammad

saw bersabda ”man baddala dinah faktuluh [2]“, atas

dasar premis-premis yang dibangunnya Khawarij

berkesimpulan bahwa orang yang terlibat dan menyetujui

tahkim harus dibunuh. Bagi mereka,pembunuhan terhadap

orang-orang yag dinilai telah kafir adalah “ibadah”.

Metodologi Studi Islam halaman 17

b. Murji’ah.

Kelompok Murji’ah yang dipelopori oleh Ghilam Al-

Dimasyqi berpendapat mereka bersifat netral dan tidak

mau mengkafirkan para sahabat yang terlambat dan

menyetujui tahkim dalam ajaran aliran ini, orang islam

yang melakukan dosa besar tidak boleh dihukum

kedudukannya dengan hukum dunia. Mereka tidak boleh

ditentukan akan tinggal di neraka atau di surga,

kedudukan mereka ditentukan di akhirat. Dan bagi mereka

Iman adalah pengetahuan tentang Allah secara mutlak.

Sedangkan kufur adalah ketidaktahuan tentang Tuhan

secara mutlak, iman itu tidak bertambah dan tidak

berkurang. Imam Al-Syahrastani menjelaskan bahwa

Murji’ah terbagi menjadi 6 subsekte.

c. Qodariah.

Qodariah adalah aliran yang memandang bahwa Manusia

memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam menentukan

perjalanan hidupnya. menurut paham ini manusia

mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk

mewujudkan perbuatan-perbuatannya. aliran ini disebut

Qadariyah karena memandang bahwa manusia memiliki

kekuatan ( qudrah ) untuk menentukan perjalanan

hidupnya dan untuk mewujudkan perbuatannya.menurut

temuan sementara ajaran ini pertamakali dikenalkan oleh

Ma’bad al-Juhani karena tidak terdapat bukti yang

Metodologi Studi Islam halaman 18

otentik tentang siapa yang pertamakali membentuk ajaran

Qadariyah.

d. Jabariyah.

Menurut aliran ini manusia tidak mempunyai

kemerdekaan dalam menentukan perjalanan hidup dan

mewujudkan perbuatannya, mereka hidup dalam

keterpaksaan ( jabbar ), karena aliran ini berpendapat

sebaliknya; bahwa dalam hubungan dengan manusia, tuhan

itu maha kuasa.karena itu, tuhanlah yang menentukan

perjlanan hidup manusia dan yang mewujudkannya. Ajaran

ini dipelopori oleh Al-ja’d bin Dirham.

e. Mu’tazilah.

Mu’tazilah secara etimologi berasal dari kata

a’tazala yang berarti mengambil jarak atau memisahkan

diri. Secara terminologi adalah aliran theologi Islam

yang memberi porsi besar kepada akal atau rasio di

dalalm membahas persoalan-persoalan ketuhanan. Kelompok

ini banyak menggunakan kekuatan akal sehingga diberi

gelar “Kaum Rasionalis Islam” dan dikenal dengan nama

“Muktazilah” yang didirikan oleh Washil bin Atha.muncul

akibat kontroversi yang terjadi dikalangan ummat islam

setelah perang saudara antara pihak Ali bin Abi Thalib

melawan Zubayr dan Thalhah.

Metodologi Studi Islam halaman 19

Ajaran pokok aliran Muktazilah adalah panca ajaran atau

Pancasila Muktazilah,yaitu :

1. Ke-Esaan Tuhan (Al-Tauhid)

2. Keadilan Tuhan (Al-Adl)

3. Janji dan ancaman (Al-Wa’d wa Al-Wa’id)

4. Posisi antara 2 tempat (Al-Manzilah bainal

Manzilatain)

5. Amar ma’ruf nahi munkar (Al-Amr bil Ma’ruf wa An-

Nahy’an Al-Munkar).[5]

 

f. Ahlu sunnah wal jama’ah.

  Ahlu sunnah wal jama’ahAhu sunnah wal jama’ah

terbentuk akibat dari adanya penentangan terhadap

aliran Muktazilah oleh orang Muktazilah itu sendiri,

mereka adalah Abu al-Hasan, Ali bin Isma’il bin Abi

basyar ishak bin Salim bin isma’il bin abd Allah bin

Musa bin Bilal bin Abi burdah amr bin Abi musa al-

asy’ari.

Imam al-asy’ari (260-324 H), menurut Abubakar isma’il

al-Qairawani adalah seorang penganut Muktazilah selama

40 tahun kemudian ia menyatakan keluar dari Muktazilah.

setelah itu ia mengembangkan ajaran yang merupakan

counter terhadap gagasan –gagasan Muktazilah.

Ajaran pokok Ahlu sunnah wal jama’ah tidak

sepenuhnya sejalan dengan gagasan Imam al-asy’ari. Para

pelanjutnya antara lain Imam abu manshur al-maturidi

yang kemudian mendirikan aliran Maturidiyyah yang

Metodologi Studi Islam halaman 20

ajarannya lebih dekat dengan muktazilah. Imam al-

maturidi pun memiliki pengikut yaitu al-bazdawi yang

pemikirannya tidak selamanya sejalan dengan gagasan

gurunya. Oleh karena itu para ahli menjelaskan bahwa

maturidiah terbagi menjadi dua golongan:

1. Golongan Maturidiah Samarkand, yaitu para

pengikut Imam al-maturidi.

2. golongan Maturidiah Bukhara,yaitu para

pengikut Imam al-bazdawi yang tampaknya      

lebih dekat dengan ajaran al-asy’ari.

2. ALIRAN-ALIRAN FIQIH

Secara histories, hukum islam telah menjadi 2

aliran pada zaman sahabat Nabi Muhammad SAW. Dua aliran

tersebut adalah Madrasat Al-Madinah dan Madrasat Al-

Baghdad/Madrasat Al-Hadits dan Madrasat Al-Ra’y. Aliran

Madinah terbentuk karena sebagian sahabat tinggal di

Madinah, aliran Baghdad/kuffah juga terbentuk karena

sebagian sahabat tinggal di kota tersebut.

Atas jasa sahabat Nabi Muhammad SAW yang tinggal di

Madinah, terbentuklah Fuqaha Sab’ah yang juga

mengajarkan dan mengembangkan gagasan guru-gurunya dari

kalangan sahabat. Diantara fuqaha sab’ah adalah Sa’id

bin Al-Musayyab. Salah satu murid Sa’id bin Al-Musayyab

adalah Ibnu Syihab Al-Zuhri dan diantara murid Ibnu

Syihab Al-Zuhri adalah Imam Malik pendiri aliran

Maliki. Ajaran Imam Maliki yang terkenal adalah

Metodologi Studi Islam halaman 21

menjadikan Ijma dan amal ulama madinah sebagai hujjah.

Dan di Baghdad terbentuk aliran ra’yu, di Kuffah adalah

Abdullah bin Mas’ud, salah satu muridnya adalah Al-

Aswad bin Yazid Al-Nakha’I salah satu muridnya adalah

Amir bin Syarahil Al-Sya’bi dan salah satu muridnya

adalah Abu Hanifah yang mendirikan aliran Hanafi. Salah

satu ciri fiqih Abu Hanifah adalah sangat ketat dalam

penerimaan hadits. Diantara pendapatnya adalah bahwa

benda wakaf boleh dijual, diwariskan, dihibahkan,

kecuali wakaf tertentu. Karena ia berpendapat bahwa

benda yang telah diwakafkan masih tetap milik yang

mewakafkan.

Murid Imam Malik dan Muhammad As-Syaibani (sahabat

dan penerus gagasan Abu Hanifah) adalah Muhammad bin

Idris Al-Syafi’I, pendiri aliran hukum yang dikenal

dengan Syafi’iyah atau aliran Al-Syafi’i. Imam ini

sangat terkenal dalam pembahasan perubahan hukum Islam

karena pendapatnya ia golongkan menjadi Qoul Qodim dan

Qoul Jadid.

Salah satu murid Imam Syafi’i adalah Ahmad bin

Hanbal pendiri aliran Hanbaliyah. Disamping itu masih

ada aliran zhahiriyah yang didirikan oleh Imam Daud Al-

Zhahiri dan aliran Jaririyah yang didirikan oleh Ibnu

Jarir Al-Thabari.

Dengan demikian, kita telah mengenal sejumlah

aliran hukum islam yaitu Madrasah Madinah, Madrasah

Kuffah, Aliran Hanafi, Aliran Maliki, Aliran Syafi’I,

Metodologi Studi Islam halaman 22

Aliran Hanbali, Aliran Zhahiriyah dan Aliran Jaririyah.

Tidak dapat informasi yang lengkap mengenai aliran-

aliran hukum islam karena banyak aliran hukum yang

muncul kemudian menghilang karena tidak ada yang

mengembangkannya.

Thaha Jabir Fayadl Al-Ulwani menjelaskan bahwa

mazdhab fiqih islam yang muncul setelah sahabat dan

kibar At-Tabi’in berjumlah 13 aliran, akan tetapi tidak

semua aliran itu dapat diketahui dasar dan metode

istinbath hukum yang digunakannya.

Berikut pendiri aliran-aliran tersebut :

1.Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar Al-Bashri

2. Abu Hanifah Al-Nu’man bin Tsabit bin Zuthi

3. Al-Uza’i ‘Abu Amr A’bd Al-Rahmat bin ‘Amr bin

Muhammad

4. Sufyan bin Sa’id bin Masruq Al-Tsauri

5. Al-Laits bin Sa’d

6. Malik bin Anas Al-Bahi

7. Sufyan bin U’yainah

8. Muhammad bin Idris

9. Ahmad bin Muhammad bin Hanbal

10. Daud bin Ali Al-Ashbahani Al-Baghdadi

11. Ishaq bin Rahawaih

12. Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid Al-Kalabi

 

Metodologi Studi Islam halaman 23

Aliran hukum islam yang terkenal dan masih ada

pengikutnya hingga sekarang hanya beberapa aliran

diantaranya Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, dan

Hanbaliyah, akan tetapi yang sering dilupakan dalam

sejarah hukum islam adalah bahwa buku-buku sejarah

hukum islam cenderung memunculkan aliran-aliran hukum

yang berafiliasi dengan aliran sunni, sehingga para

penulis sejarah hukum islam cenderung mengabaikan

pendapat khawarij dan syi’ah dalam bidang hukum islam.

a. Biografi Empat Imam Mazhab Fiqih

Mengingat betapa masyhurnya nama keempat imam

mazhab ini, berikut akan dijelaskan lebih lanjut

bagaimana pribadi dan pemikiranmereka.

1. IMAM HANAFI (Tahun 80 – 150 H.) 

Nama beliau yang sebenarnya adalah Imam Abu

Hanifah al- Nu’man bin Sabit bin Zauti lahir pada tahun 80

Metodologi Studi Islam halaman 24

H. di kota Kuffah padamasa Dinasti Umayyah. Semua

literatur yang mengungkapkan kehidupan Abu

Hanifah menyebutkan bahwa Abu Hanifah adalahseorang

‘alim yang mengamalkan ilmunya, zuhud, ‘abid, wara’,

taqiy,khusyu’ dan tawadhu’.Metode ushul yang digunakan

Abu Hanifah banyak bersandar  pada ra’yun, setelah pada

Kitabullah dan As Sunnah. Kemudian ia bersandar pada

qiyas, yang ternyata banyak menimbulkan protes

dikalangan para ulama yang tingkat pemikirannya belum

sejajar denganAbu Hanifah. Begitu pula halnya

dengan istihsan yang ia jadikansebagai sandaran

pemikiran mazhabnya, mengudang reaksi kalanganulama. 

Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang

pertama kalimenyusun kitab fiqh berdasarkan kelompok-

kelompok yang berawaldari  yang kemudian diikutioleh

ulama-ulama sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam

Syafi'i, Abu Dawud, Bukhari, Muslim dan lainnya . Pada

akhir hayatnya Abu Hanifah diracuni, sebagaimana

yangdisampaikan dalam Kitab Al-Baar Adz-Dzahabi

berkata, diriwayatkan bahwa khalifah Al-Manshur memberi

minuman beracun kepada imamAbu Hanifah dan dia pun

meninggal sebagai syahid. Semoga Allahmemberikan rahmat

kepadanya. Latar belakang kematiannya karena ada

beberapa penyebar fitnah yang tidak suka pada

Abu Hanifah, memberi keterangan palsu pada Al-

Manshur, sehingga Al-Manshur m e l a k u k a n

p e m b u n u h a n i t u , d a n a d a s e b u a h r i w a y a t

Metodologi Studi Islam halaman 25

s h a h i h mengatakan bahwa ketika merasa kematiannya

dekat,  kesucian (taharah), shalat dan seterusnya.Abu

Hanifah bersujud hingga beliau meninggal dalam keadaan

bersujud. Para ahli sejarah bersepakat beliau meninggal

pada bulan rajabtahun 150 H dalam usia 70 tahun. 

2. IMAM MALIKI (TAHUN 93 – 179 H.) 

Nama lengkapnya adalah Malik bin Anas Abi Amir al

Ashbahi,dengan julukan Abu Abdillah. Ia lahir pada

tahun 93 H, Ia menyusun kitab Al Muwaththa', dan dalam

penyusunannya iamenghabiskan waktu 40 tahun, selama

waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqhMadinah.

Dalam sumber lain menyebutkan bahwa nama lengkap

beliauadalah Malik bin Anas bin Malik bin Abu

‘Amir bin ‘Amr bin AlHarits bin Ghaiman bin Khutsail

bin ‘Amr bin Al Harits Al Himyari AlAshbahi Al Madani11.

Malik bin Anas lahir di Madinah pada tahun 93 H. Sejak

mudaia sudah menghafal Al-Qur’an dan sudah nampak

minatnya dalamilmu pengetahuan. Ia dipandang ahli dalam

berbagai cabang ilmu,khususnya ilmu hadits dan

fiqih. Karya-karya Imam Malik begitu banyak, di

antaranya yang paling populer adalah Al

Muwatta’ yang berarti ‘kemudahan’ atau ‘kesederhanaan’.

Keistimewaan Al-Muwatta’adalah bahwa Imam Malik merinci

Metodologi Studi Islam halaman 26

berbagai persoalan kaidah-kaidah fiqhiyah yang di ambil

dari hadits-hadits dan atsar.

  3. IMAM SYAFI’I (TAHUN 150 – 204 H.)

Ia bernama abu abdullah, muhammad ibnu idris bin

abbas bin usman bin syafi’i bin saaib bin ‘abiid bin

abdu yazid bin hasim Muthalib bin Abdu Manaf, yang

merupakan kakek dari kakek  Nabi. Sebagian besar

riwayat menyebutkan bahwa Imam Syafi’i lahir di

daerah Ghazza, Syam (Palestina) dari keturunan

Quraisy dan Nasabnya bertemu dengan Nabi Muhammad

saw. pada kakeknya,Abdi Manaf ayahnya meninggal ketika

ia masih kecil. Pada usia duatahun ia dibawa oleh ibunya

untuk pindah ke Makkah. Pada umur sekitar tujuh tahun

Imam Syafi’i sudah menghafalAl-Qur’an, selain itu ia

juga banyak menghafal hadits-hadits Nabi.Selain

pengembaraan intelektual dan keilmuan yang sedemikian

rupa ,fiqih Imam Syafi’i juga merupakan refleksinya.

Dengan kata lain,k e h i d u p a n s o s i a l

m a s y a r a k a t d a n k e a d a a n z a m a n n y a

a m a t mempengaruhi Imam Syafi’i dalam membentuk pemikiran

dan mazhabfiqihnya. Sejarah hidupnya menunjukkan bahwa

ia amat dipengaruhioleh masyarakat sekitar terbukti

dengan munculnya dua kecendrungandalam mazhab Syafi’i

yang dikenal dengan qaul qadim (mazhab lama)dan qaul

jadid (mazhab baru). Menurut para ahli sejarah fiqih,

Metodologi Studi Islam halaman 27

mazhab qadim Imam Syafi’idibangun di Irak pada

tahun 195 H.

4. IMAM HAMBALI ( TAHUN 164 – 241 H.) 

Nama lengkap imam besar ini adalah ahmad bin hambal

binhilal bin usd bin idris bin abdullah bin hayyan ibn

abdullah binanas bin auf bin qasit bin mazin bin

syaiban. Ia terlahir di baghdadirak pada tahun 164

h/780 m 13. Ayahnya meninggal dunia ketikaahmad masih

kecil, ia kemudian diasuh oleh ibunya.ilmu yang pertama

kali dikuasai adalah al qur’an hingga beliau

hafal pada usia 15 tahun,beliau juga mahir baca-tulis

dengansempurna hingga dikenal sebagai orang yang

terindah tulisannya. Lalu beliau mulai konsentrasi

belajar ilmu hadits di awal umur 15 tahun itu  p u l a .

B e l i a u t e l a h m e m p e l a j a r i h a d i t s s e j a k

k e c i l d a n u n t u k   mempelajari hadits ini beliau

pernah pindah atau merantau ke syam (syiria). Imam

ahmad bin hambal berguru kepada banyak

ulama, jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh

yang tersebar di berbagainegeri, seperti di

makkah, kufah, bashrah, baghdad, yaman

dannegeri lainnya. Di antara mereka adalah:ismail bin

ja’far ,abbad bin abbad al-ataky, umari bin abdillah

bin khalid, husyaim bin basyir    bin qasim bin dinar

as-sulami, imam asy-syafi’i,waki’ bin jarrah,  ismail

Metodologi Studi Islam halaman 28

bin ulayyah, sufyan bin ‘uyainah,abdurrazaq,ibrahim

bin ma’qil.

Umumnya ahli hadits pernah belajar kepada imam

ahmad binhambal, dan belajar kepadanya juga

ulama yang pernah menjadigurunya, yang paling

menonjol adalah:imam

bukhari,  muslim ,  abu  daud ,    nasai ,  tirmidzi,ibnu

majah,imam asy-syafi’i. Imam ahmad,putranya,shalih bin

imam ahmad bin hambal, putranya,   abdullah     bin imam

ahmad bin hambal , keponakannya, hambal bin

ishaq. S e t e l a h s a k i t s e m b i l a n h a r i ,

b e l i a u r a h i m a h u l l a h menghembuskan nafas

terakhirnya di pagi hari jum’at bertepatandengan

tanggal dua belas rabi’ul awwal 241 h pada umur 77

tahun.jenazah beliau dihadiri delapan ratus ribu

pelayat lelaki dan enam puluh ribu pelayat perempuan.

3. ALIRAN-ALIRAN TASAWUF

Para penulis ajaran tasawuf, termasuk Harun

Nasution, memeperkirakan adanya unsur-unsur ajaran non-

islam yang mempengaruhi ajaran tasawuf. Unsur-unsur

yang dianggap berpengaruh pada ajaran tasawuf adalah

kebiasaan rahib Kristen yang menjauhi dunia dan

kesenangan materi. Pada dasarnya tasawuf merupakan

ajaran tentang Al-Zuhd (Zuhud), kemudian ia berkembang

dan namanya diubah menjadi tasawuf dan pelakunya

Metodologi Studi Islam halaman 29

disebut shufi. Zahid yang pertama adalah Al-Hasan A-

Basir. Dia pernah berdebat dengan Washil bin Atha’

dalam bidang teologi, ia berpendapat bahwa orang mu’min

tidak akan bahagia sebelum berjumpa dengan Tuhan. Zahid

dari kalangan perempuan adalah Rabi’ah Al-Adawiyah dari

Basrah, ia menyatakan bahwa ia tidak bisa membenci

orang lain, bahkan tidak dapat mencintai Nabi Muhammad

SAW, karenya cintanya hanya untuk Allah SWT. Metode

tasawuf dibagi menjadi 3 (tiga), Tahallia, adalah

pengisian diri untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,

Takhalli adalah pengosongan diri sufi, sedangkan

Tajalli adalah penyatuan diri dengan Tuhan. Disamping

itu, dalam ajaran para sufi dikatakan bahwa Tuhan pun

tidak berkehendak untuk menyatu dengan manusia. Suatu

keadaan mental yang diperoleh manusia tanpa bias

diusahakan disebut Hal-Ahwal. Rabiah merumuskan

kedekatannya dengan Tuhan dalam Mahabbah, dengan

demikian ada hubungan timbal balik antara sufi dengan

Tuhan.

4. ASPEK FALSAFAT

Pemikiran filosofis masuk kedalam Islam melalui

falsafat Yunani yang dijumpai ahli-ahli fikir islam di

Suria. Mesopotamia, Persia dan Mesir.Golongan yang

Metodologi Studi Islam halaman 30

banyak tertarik kepada falsafat Yunani adalah kaum

mu’tazilah. Abu Al-Huzail, Al-Nazzam, Al-jahiz, Al-

Jubba’I dan lain-lain banyak membaca buku-buku falsafat

Yunani dan pengaruhnya dapat dilihat dalam pemikiran-

pemikiran teologi mereka. Dismping kaum Mu’tazilah,

segara pula timbul filosof-filosof Islam.

Filosof yang pertama, adalah Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq

Al-kindi.yan berasal dari keturunan Arab ia disebut

Failasuf Al-‘arab (Filosof orang Arab). Al-Kindi bukan

hanya Filosof tetapi juga Ilmiawan yang menguasai ilmu-

ilmu pengetahuan yang ada dizamannya. Buku-buku yang

ditinggalkannya mencakup berbagai cabang Ilmu

pengetahuan seperti: Matematika, geometri, Astronomi,

Pharmachologi (Teori dan cara pengobatannya), Ilmu

hitung, Ilmu jiwa, Optika, Politik, dan sebagainya.

Mengenai Falsafat Al-Kindi berpendapat bahwa Antara

falsafat dan agama tidak ada  bertentangan. Ilmu tauhid

atau teologi adalah cabang termulia dari falsafat.

Falsafat membahas kebenaran atau hakekat. Kalau ada

hakekat-hakekat mesti ada hakekat pertama,yang dimaksud

dengan hakekat pertama adalah hakekat tuhan.

Filosof besar kedua Islam, adalah Abu Nasr Muhammad Ibn

Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzlagh Al-Farabi, Atau yang

dikenal dengan Al-Farabi.yang berasal dari keturunan

Turki. Al- Farabi penulis buku-buku mengenai logika,

ilmu politik, etika, fisika, ilmu jiwa, metafisika,

kimia, dan lain sebagainya. Mengenai falsafatnya, yang

Metodologi Studi Islam halaman 31

terkenal ialah falsafat emanasi. Dalam emanasi ini ia

menerangkan bahwa segala yang ada memancar dari zat

Tuhan melaui akal-akal yang berjumlah sepuluh. Akal

menurut pemikirannya mempunyai tiga tingkat, al-

hayulani (materil), bi al-fi’ (aktuil) dan al-mustafad

(adeptus,aquired). Akal pada tingakat terakhir inilah

yang dapat menerima pancaran yang dikirimkan Tuhan

melalui Akal-akal tersebut.

Filosof islam yang ketiga bernama Ibn Sina, Nama

lengkapnya Abu ‘Ali Husain Ibn Abdillah Ibn sina, ia

dikenal dibarat dengan nama Avicenna (Spanyol Aven

Sina) dan kemasyhurannya di dunia barat sebagai

dokter .dalam falsafatnya ia juga mempunyai paham

emanasi dan akal-akal baginya adalah melekat. Wujud ia

bahagian kedalam tiga bahagian, wajib, mungkin, dan

mustahil.

Selanjutnya, Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad Al-

Ghazali (Persia), Al-Ghazali berbeda dengan filosof-

filosof lain, tidak mementingkan falsafat saja tetapi

juga soal hukum, teologi dan sufisme tetapi

bagaimanapun ia lebi banyak bersifat sufi dari pada

bersifat filosof.

Dalam falsafah Al-Ghazali dikenal sebagai filosof yang

banyak mengkritik pendapat filosof-filosof dan

menantang tiga dari isi falsafat mereka membawa kepada

kekufuran, yaitu: pendapat-pendapat mereka bahwa alam

ini qadim, dalam arti bermula dalam waktu, tuhan tidak

Metodologi Studi Islam halaman 32

mengetahui perincian dari apa yang terjadi di alam ini,

dan bahwa pembangkitan jasmani tidak ada.

Al-Ghazali meninggalkan buku-bukunya yang

mengandung ilmu-ilmu keagamaan  dalam berbagai

bidang,seperti Tauhid, Fiqih. Akhlak dan Tasawuf. Al-

Ghazali merupakan filosof besar terakhir di dunia islam

bahagian Timur. Filosof-filosof besar selanjutnya

muncul dia Andulisia, seperti: Ibn Bajja, Ibn Tufail.

Dan Ada Filosof Terbesar Lainnya yang di hasilkan

Andulisia adalah Abu Al-Walid Muhammad Ibn Ahmad Ibn

Muhammad Ibn Rusd, ia Lahir Di Cardova dan belajar

teologi, ilmu kedokteran, matematika, filsafat Dsb. Ibn

Rusd Banyak memusatkan perhatiannya pada Falsafat

Aritoteles dan menulis ringkasan-ringkasan dan

tafsiran-tafsiran yang mencakup sebahagiaan terbesar

dari karangan-karangan filosof Yunani.

BAB III

Metodologi Studi Islam halaman 33

PENUTUP

Demikian makalah dengan judul “DIMENSI DAN ALIRAN-

ALIRAN DALAM PEMIKIRAN ISLAM” ini dapat penulis

selesaikan.

Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan puji

syukur kepada Allah SWT. Atas pertolongan-nya,

penulisan ini dapat terselesaikan. Tak lupa penulis

mengucapkan terimakasi pada semuapihak yang telah

membantu terselesaikannya makalah  ini. Tanpa

mengurangi rasa hormat, penulis memohon saran dan

masukan guna kesempurnaan tulisan ini.

Harapan penulis semoga makalah dengan segala

kekurangannya ini, dapat memberikan kontribusi yang

bermanfaat bagi para pembaca, amin.

Metodologi Studi Islam halaman 34

A. KESIMPULAN

Dimensi-dimensi dalam islam yaitu  iman, islam,

ihsan,  syariat, tariqat dan sufisme. Aliran-aliran

dalam pemikiran islam antara lain aliran kalam, aliran

fikh, dan  aliran tasawuf.

B. KRITIK DAN SARAN

Kami sebagai pemakalah tentu berusaha menyajikan

makalah yang terbaik. Tetapi kami menyadari bahwa tiada

hal yang sempurna, termasuk makalah kami. Sehingga kami

memohon kritik dan saran dari pembaca agar untuk

selanjutnya kami bisa menyajikan makalah yang lebih

baik lagi.

Metodologi Studi Islam halaman 35

DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Muhammad Nawawi Banten, Manajemen Hidup

dalam Islam, (Jakarta: Penerbit Hikmah, 2004), hal. 14.

Abdullah Musthafa Al-Maraghi, Pakar-pakar Fiqih

sepanjang sejarah, 2001, Hal. 72

Mustofa Muhammad Asy Syak’ah, Islam Tidak

Bermazhab, 1995, Hal. 333

A.Hanafi, Theologi Islam (Ilmu Kalam,) [Jakarta,

Bulan Bintang, 1979]  hlm.10

Atang Abd Hakim dan Jaih Mubarok,

[jakarta,grafindo persada 2001].hlm 153

Metodologi Studi Islam halaman 36

http://www.google.com

Metodologi Studi Islam halaman 37