Tugase filsafat ani

28
KURIKULUM DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan Allah SWT begitu mulia, karena selain bentuk yang sempurna manusia juga dibekali piranti-piranti berupa akal, fitrah, qolbu, dan nafsu sehingga ia mampu mentransformasikan segala anugerah itu untuk dapat mengaktualisasikan diri dalam mencapai kesempurnaan sebagai khalifah di muka bumi. Untuk dapat mencapai itu semua manusia butuh proses atau kegiatan yang ilmiah yaitu pendidikan. Pendidikan merupakan bentuk usaha sadar dan terencana yang berfungsi untuk mengembangkan potensi yang ada pada manusia agar bisa digunakan untuk kesempurnaan hidupnya dimasa depan nanti. Jika dilihat dalam perspektif Islam adalah untuk membentuk manusia menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) dan menciptakan bentuk masyarakat yang ideal dimasa depan. Dari istilah insan kamil ini maka segala aspek dalam pendidikan haruslah sesuai dengan idealitas Islam. Setiap kegiatan yang akan dilakukan apa lagi untuk mencapai sesuatu dari yang dilakukan tersebut memerlukan suatu perencanaan atau pengorganisasian yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Demikian juga dalam suatu pendidikan baik jenis dan jenjangnya pasti memerlukan suatu

Transcript of Tugase filsafat ani

KURIKULUM DALAM PERSPEKTIFFILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakan Allah SWT begitu mulia, karena selain

bentuk yang sempurna manusia juga dibekali piranti-piranti

berupa akal, fitrah, qolbu, dan nafsu sehingga ia mampu

mentransformasikan segala anugerah itu untuk dapat

mengaktualisasikan diri dalam mencapai kesempurnaan sebagai

khalifah di muka bumi. Untuk dapat mencapai itu semua manusia

butuh proses atau kegiatan yang ilmiah yaitu pendidikan.

Pendidikan merupakan bentuk usaha sadar dan terencana

yang berfungsi untuk mengembangkan potensi yang ada pada

manusia agar bisa digunakan untuk kesempurnaan hidupnya dimasa

depan nanti. Jika dilihat dalam perspektif Islam adalah untuk

membentuk manusia menjadi manusia seutuhnya (insan kamil) dan

menciptakan bentuk masyarakat yang ideal dimasa depan. Dari

istilah insan kamil ini maka segala aspek dalam pendidikan

haruslah sesuai dengan idealitas Islam.

Setiap kegiatan yang akan dilakukan apa lagi untuk

mencapai sesuatu dari yang dilakukan tersebut memerlukan suatu

perencanaan atau pengorganisasian yang dilaksanakan secara

sistematis dan terstruktur. Demikian juga dalam suatu

pendidikan baik jenis dan jenjangnya pasti memerlukan suatu

program yang terencana dan sistematis sehingga dapat

menghantarkan pada tujuan yang diinginkan, yang proses

perencanaan ini dalam istilah pendidikan disebut dengan

kurikulum.

Dalam kurikulum, tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu

pengetahuan yang harus diajarkan oleh pendidik kepada anak

didik, tetapi juga segala kegiatan yang bersifat kependidikan

yang dipandang perlu karena mempunyai pengaruh terhadap anak

didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Disamping

itu, kurikulum juga hendaknya dapat dijadikan ukuran kwalitas

proses dan keluaran pendidikan sehingga dalam kurikulum

sekolah telah tergambar berbagai pengetahuan, keterampilan,

sikap dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki setiap lulusan

sekolah.

Salah satu tugas dari filsafat pendidikan Islam adalah

memberikan arah bagi tercapainya tujuan pendidikan Islam.

Tujuan pendidikan Islam yang akan dicapai harus direncanakan

atau di programkan melalui kurikulum. Oleh karena itu

kurikulum merupakan faktor yang sangat penting dalam proses

pendidikan pada lembaga pendidikan islam. Dengan demikian akan

menjadi jelas dan terencana tentang bagaimana dan apa yang

harus diterapkan dalam proses belajar mengajar.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka fokus pembahasan makalah ini

adalah “ Bagaimana Kurikulum Dalam Perspektif Filsafat

Pendidikan Islam ?“

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui bagaimana kurikulum pendidikan Islam?

2. Untuk mengetahui pentingnya kurikulum pendidikan Islam di

Madrasah diniyah (Madin)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Ciri Kurikulum

Secara harfiah, kurikulum berasal dari bahasa Latin, ‘’

Curriculum’’, yang berarti bahan pengajaran.Ada pula yang

mengatakan berasal dari bahasa Perancis, ‘’ Courier ‘’, yang

artinya berlari.

Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani,

yaitu ‘’curier’’ yang artinya pelari dan ‘’Curere’’ yang

artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah ini

pada mulanya digunakan di dunia olah raga yang berarti a lille

recesourse ( suatu jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan

olah raga). Berdasarkan pengertian ini, dalam kontek dunia

pendidikan, kurikulum berarti ‘’circle of intruction’’ yaitu suatu

lingkaran pembelajaran dimana guru dan peserta didik terlibat

di dalamnya. Adapula yang mengatakan kurikulum ialah arena

pertandingan, tempat pelajar bertanding untuk menguasai

pelajaran untuk mencapai garis penamat berupa diploma, ijazah,

atau gelar kesarjanaan.

Kata kurikulum selanjutnya menjadi suatu istilah yang

menunjukkan pada sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh

untuk mencapai tujuan akhir, yaitu mencapai suatu gelar atau

ijazah. Pengertian ini sejalan dengan pendapat yang

mengatakan bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran yang

berisi sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis

yang diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu

program pendidikan tertentu.1[4]

Kurikulum dapat juga diartikan menurut fungsinya :

a. Kurikulum sebagai program studi; kurikulum sebagai

perangkat mata pelajaran yang mampu dipelajari oleh

peserta didik.

b. Kurikulum sebagai konten; kurikulum adalah sebagai

data atau informasi yang tertera dalam buku-buku kelas

tanpa dilengkapi dengan data atau informasi lain yang

memungkinkan timbulnya belajar.

c. Kurikulum sebagai kegiatan terencana; kurikulum

adalah merupakan kegiatan yang direncanakan tentang

hal-hal yang akan diajarkan dan dengan cara bagaimana

hal itu dapat diajarkan dengan berhasil.

d. Kurikulum sebagai hasil belajar;kurikulum sebagai

seperangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh suatu

hasil tertentu tanpa menspesifikasi atau menjelaskan

secara terperinci cara-cara yang dituju untuk

memperoleh hasil tersebut, atau seperangkat hasil

belajar yang direncanakan dan diinginkan.

e.  Kurikulum sebagai reproduksi cultural; kurikulum

sebagai transfer dan refleksi butuir-butir kebudayaan

masyarakat, agar dimiliki dan dipahami anak-anak

generasi muda masyarakat tersebut.

f.  Kurikulum sebagai pengalaman belajar; kurikulum

sebagai keseluruhan pengalaman belajar yang

direncanakan di bawah pimpinan sekolah.

1

g. Kurikulum sebagai produksi; kurikulum sebagai

seperangkat tugas yang harus dilakukan untuk mencapai

hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.

Kurikulum juga bisa diartikan sebagai sejumlah

pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga dan

kecakapan yang disediakan oleh sekolah bagi murid-

muridnya dengan maksud untuk menolongnya berkembang

secara menyeluruh dalam segala segi dalam mengubah

tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan.

Dalam kosa kata bahasa Arab, istilah kurikulum dikenal

dengan istilah manhaj yang berarti jalan yang terang atau jalan

terang yang dilalui manusia dalam berbagai bidang kehidupan.

Apabila pengertian ini dikaitkan dengan pendidikan, maka

manhaj atau kurikulum adalah jalan terang yang dilalui

pendidik atau guru latih dengan peserta didik untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka

Dari beberapa pengertian tersebut di atas, dapat

diketahui pengertian bahwa kurikulum adalah landasan yang

digunakan pendidik untuk membimbing peserta didik kearah

tujuan pengetahuan, keterampilan dan sikap.mental. Ini berarti

bahwa proses kependidikan Islam bukanlah sustu proses yang

dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya mengacu pada

konseptualisasi manusia paripurna melalui transformasi

sejumlah pengetahuan, ketrampilan, dan sikap mental yang harus

tersusun dalam kurikulum pendidikan Islam. Di sinilah peran

filsafat pendidikan Islam dalam memberikan pandangan filosofis

tentang hakekat pengetahuan. Keterampilan, dan sikap mental

yang dapat dijadikan pedoman dalam pembentukan manusia yang

paripurna.

Selanjutnya dilihat dari segi perkembangan ilmu

pengetahuan dan kemajuan ilmu pendidikan, pengertian kurikulum

sebagaimana telah disebutkan di atas kemudian mengalami

perkembangan. Nasution (1991: 9) mengatakan bahwa kurikulum

bukan hanya sekedar memuat sejumlah mata pelajaran, tetapi

termasuk di dalamnya segala usaha sekolah untuk mencapai

tujuan yang diinginkan, baik usaha itu dilakukan di dalam

sekolah ataupun di luar sekolah.

Pengertian kurikulum yang disebutkan tersebut sejalan

dengan definisi yang dikemukakan oleh Langgulung, bahwa

kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan,

social, olah raga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah

untuk peserta didik di dalam dan di luar sekolah dengan maksud

menolongnya supaya dapat berkembang menyeluruh dalam segalah

segi dan merubah tingkah laku mereka kea rah tujuan

pendidikan.

Pendapat yang terakhir mengenai kurikulum ini berbeda

dengan pendapat yang dikemukakan sebelumnya. Perbedaan

tersebut tampak dari segi sumber pelajaran yang termuat dalam

kurikulum. Jika sebelumnya kurikulum (pendidikan) hanya

terbatas pada kegiatan pengajaran yang dilakukan di ruang

kelas, maka pada perkembangan berikutnya pendidikan dapat pula

memanfaatkan berbagai sumber pengajaran yang terdapat di luar

kelas, seperti perpustakaan, museum, majalah surat kabar,media

elektronik dan sebagainya.

Dengan demikian, cakupan bahan pengajaran yang terdapat

dalam kurikulum pada masa sekarang tampak semakin luas. Hal

ini selain disebabkan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan

kebudayaan sebagaimana telah disebutkan di atas, juga karena

semakin bertambahnya beban yang harus dipikul oleh sekolah.

Berdasarkan tuntutan perkembangan yang demikian itu, para

perancang kurikulum dewasa ini menetapkan bahwa kurikulum

harus mempunyai empat unsur utama, yaitu: (1).Tujuan-tujuan

yang ingin dicapai oleh pendidikan.Maksudnya orang yang

bagaimana yang ingin kita bentuk melalui kurikulum itu; (2).

Pengalaman (knowledge), informasi-informasi, data-data,

aktifitas-aktifitas, dan pengalaman-pengalaman dari mana

terbentuk kurikulum itu,bagian ini pulalah yang di masukkan di

silabus; (3). Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh

guru untuk mengajar dan mendorong peserta didik belajar dan

membawa mereka kearah yang dikehendaki oleh kurikulum;

(4).Metode dan cara penilaian yang digunakan dalam mengukur

dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang

direncanakan dalam kurikulum, seperti ujian triwulan, ujian

akhir, dan lain-lain.

Berangkat dari keempat hal yang menjadi aspek pokok

kurikulum, maka jika dikaitkan dengan filsafat pendidikan yang

dikembangkan pada pendidikan Islam tentu semua akan menyatu

dan terpadu dengan ajaran Islam itu sendiri. Pendidikan yang

merupakan suatu proses memanusiaan manusia pada hakekatnya

adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Oleh

karena itu, setiap proses pendidikan akan berusaha

mengembangkan seluas-luasnya potensi individu sebagai sebuah

elemen penting untuk mengembangkan dan mengubah masyarakat

(agent of change). Dalam upaya itu, setiap proses pendidikan

membutuhkan seperangkat sistem yang mampu mentransformasi

pengetahuan, pemahaman, dan perilaku peserta didik. Dan salah

satu komponen operasional pendidikan sebagai sistem adalah

kurikulum, dimana ketika kata itu dikatakan, maka akan

mengandung pengertian bahwa materi yang diajarkan atau

dididikkan telah tersusun secara sistematik dengan tujuan yang

hendak dicapai.

B. Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam

Berdasrkan ciri dan karakteristik di atas, kurikulum

pendidikan Islam dibuat dan disusun dengan mengikuti prinsip:

Menurut Al-Taumi sebagaimana yang di kutip oleh Muhammad

Zein dalam bukunya ‘’ Materi Filsafat Pendidilan Islam “, prinsip dasar

yang harus dipegengi dalam menyusun kurikulum pendidikan Islam

adalah:

1. Kurikulum pendidikan Islam harus bertautan dengan

agama,termasuk ajaran dan nilainya.

2. Tujuan dan kandungan kurikulum pendidikan Islam harus

menyeluruh (universal)

3. Tujuan dan kandungan kyrikulum pendidikan Islam harus

adanya keseimbangan.

4. Kurikulum pendidikan Islam harus berkaitan dengan bakat,

minat, kemampuan dan kebutuhan anak didik serta alam

lingkungan di mana anak didik tersebut hidup.

5. Kurikulum pendidikan Islam harus dapat memelihara

perbedaanindividu diantara anak didik dalam bakat, minat,

kemampuan dan kebutuhan mereka.

6. Kurikulum pendidikan Islam harus mengikuti perkembangan dan

perubahan zaman, filsafah, prinsip, dasar, tujuan dan

metode pendidikan islam harus dapat memenuhi tuntutan

zaman.

7. Kurikulum pendidikan Islam harus bertautan dengan

pengalaman dan aktifitas anak didik dalam masyarakat.

H.M. Arifin dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan Islam”

mengemukakan empat prinsip dalam penyusunan kurikulum

pendidikan Islam yaitu:

1. Kurikulum pendidikan yang sejalan dengan idealitas islami

adalah kurikulum yang mengandung materi (bahan) ilmu

pengetahuan yang mampu berfungsi sebagai alat untuk tujuan

hidup islami.

2. Untuk berfungsi alat yang efektif mencapai tujuan tersebut,

kurikulum harus nengandung tata nilai islami yang intrinsik

dan ekstrinsik mampu merealisasikan tujuan pendidikan Islam.

3. Kurikulum yang bercirikan islami itu diproses melalui metode

yang sesuai dengan nilai yang terkandung di dalam tujuan

pendidikan Islam

4. Antara kurikulum, metode, dan tujuan pendidikan Islam harus

saling menjiwai dalam proses mencapai produk bercita-citakan

menurut ajaran Islam.

C. Asas / Landasan Kurikulum

Secara teoritis penyusunan sebuah kurikulum harus

berdasarkan asas-asas tertentu. Asas – asas tersebut antara

lain menurut S.Nasution yaitu :

1. Asas Filosofis

Dalam pengembangan kurikulum muncul pertanyaan-pertanyaan

pokok seperti: hendak dibawa kemana siswa yang dididik

itu? Masyarakat yang bagaimana harus diciptakan melaui

ikhtiar pendidikan? Apakah hakikat pengetahuan yang harus

dipelajari dan dikaji siswa? Norma-norma atau sistim

nilai yang bagaimana yang harus diwariskan kepada anak

didik sebagai generasi penerus? Dan bagaimana seharusnya

proses pendidikan itu berlangsung?

Sebagai landasan fundamental, filasafat memegang

peranan penting dalam proses pengembangan kurikulum. Ada

empat fungsi filasat dalam mengembangkan kurikulum yaitu:

1. Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan.

Dengan filsafat segaai pandangan hidup, atau value

sistem, maka dapat ditentukan mau dibawa kemana siswa

yang kita didik

2. Filsafat dapat menentukan materi dan bahan ajaran yang

diberkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

3. Filsafat dapat menentukan strategi atau cara

penyampaian tujuan. Sebagai sistem nilai, filsafat

dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan

pembelajaran.

4. Melalui filsafat dapat ditentukan baaimana menentukan

tolak ukur keberhasilan proses pendidikan.

Dari penjelasan tentang fungsi-fungsi filasafat

dalam pengembangan kurikulum maka semua pertanyaan pokok

yang timbul dalam pengembangan kurikulum dapat

terjawabkan. Filsafat merupakan asas/landasan yang paling

utama dalam pengembangan kurikulum. Filsafat sangat

penting, khususnya dalam pengambilan keputusan pada

setiap aspek kurikulum, dimana setiap keputusan harus ada

dasarnya (landasan filosofisnya). Para pengembang

kurikulum harus mempunyai filsafat yang jelas tentang apa

yang mereka junjung tinggi. Filsafat yang kabur akan

menimbulkan kurikulum yang tidak tentu arah. Kurikulum

sebagai rancangan dari pendidikan, mempunyai kedudukan

yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan pendidikan

karena kurikulum menentukan proses pelaksanaan dan hasil

daripada pendidikan. Mengingat begitu pentingnya peranan

kurikulum dalam pendidikan dan perkembangan kehidupan

manusia, maka pengembangan kurikulum tidak dapat

dirancang sembarangan.

Kurikulum sebagai suatu program dan alat untuk

mencapai tujuan pendidikan, mempunyai hubungan dengan

proses perubahan perilaku peserta didik. Dalam hal ini

kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang

berfungsi sebagai alat untuk mengubah perilaku peserta

didik (peserta didik) ke arah yang diharapkan oleh

pendidikan. Oleh sebab itu, proses pengembangan kurikulum

perlu memperhatikan asumsi-asumsi yang bersumber dalam

bidang kajian psikologi. Pengembangan kurikulum

membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan

atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.

Asas filosofis membawa rumusan kurikulum pendidikan

Islam kepada tiga dimensi:ontologi, epistemologi, dan

aksiologi.Dimensi ontologi mengarahkan kurikulum agar

lebih banyak memberi anak didik kesempatan untuk

berhubungan langsung dengan fisik-fisik, obyek-obyek.

Pada mulanya dimensi ini diterapkan Allah SWT.dalam

pengajaranNya kepada nabi Adam as dengan memberitahukan

atau mengajarkan nama-nama benda ‘’Dan Dia mengajarkan

kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu

memang orang-orang yang benar!"Dan Dia mengajarkan kepada

Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian

mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu

memang orang-orang yang benar! " (QS.Al-Baqarah{2}:31)

dan belum sampai pada tahap penalaran atau pengembangan

wawasan.Demensi epistemologi adalah perwujudan kurikulum

yang sah,yang berdasarkan metode kontruksi pengetahuan

yang disebut metode ilmiah,yang sifatnya mengajak

berfikir menyeluruh,reflektif dan kritis, implikasi

dimensi epistemologi dalam rumusan kurikulum, isinya

cenderung fleksibel karena pengetahuan yang dihasilkan

tidak mutlak, tentatif dan dapat berubah-ubah.

Dampak dimensi epistimologi dalam rumusan kurikulum

adalah:

1. Penguasaan konten (the what) yang tidak sepenting dengan

penguasaan bagaimana memperoleh ilmu pengatahuan itu.

Berarti pemahaman atau penguasaan suatu ilmu itu tidak

penting tapi bagaimana ilmu itu diperoleh (diproses) itu

yang dikaji.

2. Kurikulum lebih menitikberatkan pada pelajaran proses,

maksudnya disini bagaimana siswa merekonstruksi ilmu?,

aktivitas yang ada, serta bagaimana pemecahan suatu

masalah?.

3. Konten cenderung bersifat fleksibel karena pengetahuan

itu bersifat tidak mutlak dan dapat berubah-ubah, karena

alam akan mengalami perubahan dari saat kesaat. Umar bin

al-Khattab menyatakan:

كم م�ان�� ر ز� ي� م�ان� غ� لكم و ل�ز� ي� ر ج�� ي� ل غ� ي� وا ل�ج� �لق د خ�� �كم ق� ان�$ ن�� ن� ا$ ا%Artinya:

“Sesungguhnya anak-anakmu dijadikan untuk generasi

yang lain dari generasimu, dan zaman yang lain dari

zamanmu.

Dimensi aksiologi mengarahkan pembentukan kurikulum

agar memberikan kepuasan pada diri peserta didik agar

memiliki nilai-nilai yang ideal, supaya hidup dengan baik

dan terhindar dari nilai-nilai yang tidak

diinginkan.Nilai-nilai ideal ini bisa menimbulkan daya

guna dan fungsi yang bermanfaat bagi peserta didik dalam

kelangsungan hidup menuju kesempurnaan, kenyamanan dan

dijauhi dari segala sesuatu yang menimbulkan kesengsaraan

atau kerugian

Tugas ketiga dimensi tersebut merupakan kerangkah

dalam perumusan kurikulum pendidikan islam. Dari berbagai

macam filsafat pada dasarnya memberikan khasana

intelektual di bidang kurikulum pendidikan islam lainnya,

semakin banyak pula kontribusi teori dan konsep. Teori

dan konsep yang ditimbulkan dari berbagai macam aliran

filsafat tidak dapat begitu saja diterima atau ditolak,

namun diseleksi terlebih dahulu kemudian hasilnya

dimodifikasi pada khasana kurikulum pendidikan islam.

2. Asas Sosiologis

Sekolah berfungsi mempersiapkan anak didiknya agar dapat

berperan aktif dalam masyarakat. Oleh karena itu,

kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses

pendidikan di sekolah harus relevan dengan kebutuhan dan

tuntutan masyarakat. Dengan demikian dalam konteks ini

sekolah tidak hanya berfungsi untuk mewariskan kebudayaan

dan nilai-nilai suatu masyarakat, akan tetapi sekolah

juga berfungsi untuk mempersiapkan anak didik dalam

kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum bukan

hanya berisi berbagai nilai suatu masyarakat akan tetapi

bermuatan segala sesuatu leh karena itu, kurikulum bukan

hanya berisi berbagai nilai suatu masyarakat akan tetapi

bermuatan segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakat.

Kenapa kurikulum harus berubah ? demikian pertanyaan yang

kerapkali dilontarkan orang, ketika menanggapi terjadinya

perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia. Jawabannya

pun sangat beragam, bergantung pada persepsi dan tingkat

pemahamannya masing-masing. Sepanjang sejarahnya, di

Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan hingga

ada kesan di masyarakat bahwa “ganti menteri, ganti

kurikulum”.Perubahan kurikulum pada dasarnya memang

dibutuhkan manakala kurikulum yang berlaku (current

curriculum) dipandang sudah tidak efektif dan tidak

relevan lagi dengan tuntutan dan perkembangan jaman dan

setiap perubahan akan mengandung resiko dan konsekuensi

tertentu.

Perubahan kurikulum yang berskala nasional memang

kerapkali mengundang sejumlah pertanyaan dan perdebatan,

mengingat dampaknya yang sangat luas serta mengandung

resiko yang sangat besar, apalagi kalau perubahan itu

dilakukan secara tiba-tiba dan dalam waktu yang singkat

serta tanpa dasar yang jelas.

Namun dalam konteks KTSP, perubahan kurikulum pada

tingkat sekolah justru perlu dilakukan secara terus

menerus. Dalam hal ini, perubahan tentunya tidak harus

dilakukan secara radikal dan menyeluruh, namun bergantung

kepada data hasil evaluasi. Mungkin cukup hanya satu atau

beberapa aspek saja yang perlu dirubah.

Kita maklumi bahwa semenjak pertama kali diberlakukan

KTSP yang terkesan mendadak, kegiatan pengembangan

kurikulum di sekolah sangat mungkin diawali dengan

keterpaksaan demi mematuhi ketentuan yang berlaku,

sehingga model yang dikembangkan mungkin saja belum

sepenuhnya menggambarkan kebutuhan dan kondisi sebenarnya

di sekolah. Oleh karena itu, untuk memperoleh model

kurikulum yang sesuai, tentunya dibutuhkan perbaikan-

perbaikan yang secara terus-menerus berdasarkan data

evaluasi, hingga pada akhirnya dapat ditemukan model

kurikulum yang lebih sesuai dengan karakteristik dan

kondisi nyata sekolah.

Justru akan menjadi sesuatu yang aneh dan janggal, kalau

saja suatu sekolah semenjak awal memberlakukan KTSP

hingga ke depannya tidak pernah melakukan perubahan-

perubahan apapun. Hampir bisa dipastikan sekolah yang

demikian, sama sekali tidak menunjukkan perkembangan.

Oleh karena itu, dalam rangka menemukan model kurikulum

yang sesuai di sekolah, sudah seharusnya di sekolah

dibentuk tim pengembang kurikulum tingkat sekolah yang

bertugas untuk memanage kurikulum di sekolah. Memang saat

ini, di sekolah-sekolah sudah ditunjuk petugas khusus

yang menangani kurikulum yang biasanya dipegang oleh

wakasek kurikulum. Namun pada umumnya mereka cenderung

disibukkan dengan tugas -tugas yang hanya bersifat rutin

dan teknis saja, seperti membuat jadwal pelajaran,

melaksanakan ulangan umum atau kegiatan yang bersifat

rutin lainnya. Usaha untuk mendesain,

mengimplementasikan, dan mengevaluasi serta mengembangan

kurikulum yang lebih inovatif tampaknya kurang begitu

diperhatikan. Dengan adanya Tim Pengembang Kurikulum di

sekolah maka kegiatan manajemen kurikulum mungkin akan

jauh lebih terarah, sehingga pada gilirannya pendidikan

di sekolah pun akan jauh lebih efektif dan efisien.

Memberikan dasar untuk menentukan apa saja yang akan

dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat,

kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Asas Organisatoris

Asas ini memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana

bahan itu disusun, dan bagaimana penentuan luas dan

urutan mata pelajaran.

4.    Asas Psikologis

Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam mendidik anak

didik sesuai dengan yang diharapakn dalam tujuan

pendidikan. Secara psikologis, anak didik memiliki

keunikan dan perbedaan-perbedaan baik perbedaan bakat,

minat, maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan

tahapa perkembangannya. Dengan alasan itulah kurikulum

harus memperhatikan kondisi psikologis, perkembangan dan

psikologi belajar anak.

Pemahaman tentang anak bagi seorang pengembang kurikulum

sangatlah penting. Kesalahan persepsi dan kedangkalan

pemahaman tentang anak dapat menyebabkan kesalahan arah

dan kesalahan praktek pendidikan.

Jadi, Landasan psikologis pengembangan kurikulum menuntut

agar dalam pengembangan kurikulum harus memperhatikan dan

mempertimbangkan aspek peserta didik dalam pelaksanaan

kurikulum sehingga nantinya pada saat pelaksanaan

kurikulum apa yang menjadi tujuan kurikulum akan tercapai

secara optimal. Sehingga unsur psikologis dalam

pengembangan kurikulum mutlak perlu diperhatikan.

Asas ini memberikan prinsip – prinsip tentang

perkembangan anak didik dalam berbagai aspeknya, serta

cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dipahami

oleh anak didik sesuai dengan perkembangan.

D. Isi Kurikulum Pendidikan Islam

Dengan melihat ciri, prinsip dan beberapa karakteristik

kurikulum pendidikan Islam, Abdul-Rahman Salih Abdullah

membagi kurikulum pendidikan Islam dalam tiga kategori

sebagai berikut :

a. Al-ulum al-diniyyah, yaitu ilmu-ilmu keislaman normatif

yang menjadi kerangka acuan bagi segala ilmu yabng ada.

b. Al-ulum al-insaniyyah, yaitu ilmu-ilmu sosial dan

humaniora yang berkaitan dengan manusia dan

interaksinya, seperti sosiologi, psikologi,

antropologi, pendidikan dan lain-lain.

c. Al-ulum al-kauniyyah, yaitu ilmu-ilmu kealaman yang

mengandung azas kepastian, seperti fisika, kimia,

matematika, dan lain-lain.2[13]

Dengan ketiga kategori ini pendidikan Islam secara

tegas menolak dualisme dan sekularisme kurikulum.

Dualisme kurikulum menurut beliau mengandung dua bahaya .

Pertama, ilmu-ilmu keislaman mendapat kedudukan lebih

rendah daripada ilmu-ilmu lainnya. Kedua, lahirnya adopsi

sekularisme yang mengorbankan domain agama yang pada

gilirannta dapat melahirkan konsep anti-agama.3[14]

Cakupan bahan pengajaran yang ada dalam suatu

kurikulum kini terus semakin luas atau mengalami

perkembangan karena tuntutan dari kemajuan ilmu

2

3

pengetahuan, kebudayaan, tekhnologi yang terjadi di dalam

masyarakat, dan beban yang diberikan pada sekolah.

Berdasarkan tuntutan perkembangan itu maka para

perancang menetapakan cakupan kurikulum meliputi 4 bagian

yaitunya :4[15]

1. Tujuan merupakan arah, sasaran, target yang akan

dicapai melalui proses belajar mengajar.

2. Isi merupakan bagian yang berisi pengetahuan,

informasi, data, aktifitas, dan pengalaman yang

diajarkan kepada peserta didik untuk mencapai

tujuan yang telah dirumuskan.

3. Metode merupakan cara yang digunakan guru atau

dosen kepada peserta didik untuk menyampaikan

mata pelajaran agar mudah dimengerti.

4. Evaluasi merupakan cara yang dilakukan guru untuk

melakukan penilaian dan pengukuran atas hasil

mata pelajaran.

Untuk menentukan kualifikasi isi kurikulum

pendidikan islam dibutuhkan syarat yang perlu diajukan

dalam perumusan yaitu: (a). Materi yang disusun tidak

menyalahi fitrah manusia, (b). Adanya relevansi dengan

tujuan pendidikan islam, (c). Disesuaikan dengan tingkat

perkembangan dan usia peserta didik, (d). Membawa peserta

didik kepada objek empiris dan praktik langsung, (e).

Penyusunan bersifat integral, terorganisasi, (f).  Materi

sesuai dengan masalah mutakhir yang sedang dibicarakan,

(g). Adanya metode yang sesuai, (h). Materi yang

4

diajarkan berhubungan dengan peserta didik nantinya.,

(i).  Memperhatikan aspek sosial, (j).  Punya pengaruh

positif, (k). Memperhitungkan waktu, tempat, (l). Adanya

ilmu alat yang mempelajari ilmu lain.

Setelah syarat itu dipenuhi disusunlah isi kurikulum

pendidikan. Isi kurikulum menurut Ibnu Khaldum terbagi

jadi 2 tingkatan:

1. Tingkatan Pemula

Materi kurikulum difokuskan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah

2. Tingkatan Atas

Tingkatan ini punya 2 klasifikasi:

Ilmu yang berkaitan dengan zatnya

Ilmu yang berkaitan dengan ilmu lain seperti ilmu bahasa,

matematika, mantiq

Menurut Al-Ghazali klasifikasi isi kurikulum pada 3 kelompok

yaitu:

a.  Kelompok menurut kuantitas yang mempelajari

Ilmu fardhu ‘ain yaitu ilmu yang harus diketahui oleh

setiap muslim yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah

Ilmu fardhu kifayah yaitu ilmu yang cukup dipelajari oleh

sebagian orang muslim saja misalnya kedokteran, pertanian

dan lainnya

b.  Kelompok menurut fungsinya

Ilmu tercela adalah ilmu yang tidak berguna  untuk

masalah dunia maupun akhirat serta mendatangkan kerusakan

Ilmu terpuji adalah ilmu agama yang dapat mensucikan jiwa

dan menghindari hal-hal yang buruk, serta ilmu yang dapat

mendekatkan diri pada allah

Ilmu terpuji dalam batasan tertentu tidak bolaeh

dipelajari secara mendalam karena akan mendatangkan

ateis.

c.  Kelompok menurut sumbernya

Ilmu Syar’iyah adalah ilmu-ilmu yang didapat dari wahyu

ilahi dan sabda nabi

Ilmu ‘Aqliyah adalah ilmu yang berasal dari akal pikiran

setelah mengadakan eksperimen dan akulturas.

Allah berfirman dalam Q.S. Fushshilat ayat 53

mengenai isi kurikulum yang artinya:“Kami akan

memeperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan kami

disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga

jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran iu adalah benar. Dan

apakah Tuhanmu tidak cukup bagi kamu bahwa sesungguhnya

Dia menyaksikan segala sesuatu”

Ayat tersebut terkandung tiga isi kurikulum pendidikan

Islam,yaitu:

1. Isi kurikulum yang berorientasi pada “ketuhanan”.

Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan ketuhanan,

mengenal dzat, sifat, perbuatan-Nya, dan relasinya

terhadap manusia dan alam semesta. Bagian ini meliputi

ilmu kalam, ilmu metafisika alam, ilmu fiqh, ilmu

akhlak (tasawuf), ilmu-ilmu tentang Al-Qur’an dan As-

Sunnah (tafsir, mushtholah, linguistic, ushul fiqh, dan

sebagainya). Isi kurikulum ini berpijak pada wahyu

Allah SWT.

2. Isi kurikulum yang berorientasi pada “kemanusiaan”.

Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan perilaku

manusia, baik manusia sebagai makhluk individu, makhluk

social, makhluk berbudaya dan makhluk berakal. Bagian

ini meliputi ilmu  politik, ekonomi, kebudayaan,

sosiologi, antropologi, sejarah lenguistik, seni,

arsitek, filsafat, psikologi, paedagogis, biologi,

kedokteran, pedagangan, komunikasi, administrasi,

matematika, dan sebagainya. Isi kurikulum ini berpijak

pada ayat-ayat anfusi.

3. Isi kurikulum yang berorientasi pada “kealaman”.

Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan fenomena

alam semesta sebagai makhluk yang diamanatkan dan untuk

kepentingan manusia. Bagian ini meliputi ilmu fisika,

kimia, pertanian, perhutanan, perikanan, farmasi,

astronomi, ruang angkasa, geologi, geofisika, botani,

zoology, biogenetik, dan sebagainya. Isi kurikulum ini

berpijak pada ayat-ayat afaqi.5[16]

5

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut :

1. Bahwa kurikulum adalah landasan yang digunakan pendidik

untuk membimbing peserta didik kearah tujuan pengetahuan,

keterampilan dan sikap.mental, baik dilakukan di dalam kelas

maupun di luar kelas.

2. Kurikulum pendidikan islam mempunyai ciri-ciri tersendiri

yang berbeda dengan kurikulum yang lain dan senantiasa

bersifat dinamis, terus mengalami perkembangan seiring

dengan perkembangan zaman.

3. Prinsip kurikulum pendidian Islam Meliputi :

a.Kurikulum pendidikan Islam harus bertautan dengan

agama,termasuk ajaran dan nilainya.

b. Tujuan dan kandungan kurikulum pendidikan Islam

harus menyeluruh (universal).

c. Tujuan dan kandungan kyrikulum pendidikan Islam harus

adanya keseimbangan.

d.Kurikulum pendidikan Islam harus berkaitan dengan bakat,

minat, kemampuan dan kebutuhan anak didik serta alam

lingkungan di mana anak didik tersebut hidup.

e.Kurikulum pendidikan Islam harus dapat memelihara

perbedaanindividu diantara anak didik dalam bakat, minat,

kemampuan dan kebutuhan mereka.

f. Kurikulum pendidikan Islam harus mengikuti

perkembangan dan perubahan zaman, filsafah, prinsip,

dasar, tujuan dan metode pendidikan islam harus dapat

memenuhi tuntutan zaman.

g. Kurikulum pendidikan Islam harus bertautan dengan

pengalaman dan aktifitas anak didik dalam masyarakat.

4. Filsafat pendidikan Islam berperan sebagai penentu tujuan

umum pendidikan, memberikan arah bagi tercapainya tujuan

pendidikan islam, sehingga kurikulum mengandung nilai-nilai

yang diyakini kebenarannya.

Fungsi filasat dalam mengembangkan kurikulum yaitu:

1. Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan

pendidikan. Dengan filsafat segaai pandangan hidup,

atau value sistem, maka dapat ditentukan mau dibawa

kemana siswa yang kita didik.

2. Filsafat dapat menentukan materi dan bahan ajaran

yang diberkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

3. Filsafat dapat menentukan strategi atau cara

penyampaian tujuan. Sebagai sistem nilai, filsafat

dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan

pembelajaran.

4. Melalui filsafat dapat ditentukan baaimana

menentukan tolak ukur keberhasilan proses

pendidikan.

5. Asas –asas kurikulum,meliputi:

    Asas Filosofis.

    Asas Sosiologis.

    Asas Organisatoris.

    Asas Psikologis.

6. Isi Kurikulum Pendidikan Islam meliputi :

a. Isi kurikulum berdasarkan pada ketuhanan.

b. Isi kurikulum berorientasi pada manusia.

c.  Isi kurikulum berorientasi pada alam.

DAFTAR PUSTAKA

Nugiyantoro, Burhan, ,Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum

Sekolah .Sebuah Pengantar Teoritis Dan Pelaksanaan , BPFE ,Yogyakarta:

1980

Nasution, S. Pengembangan Kurikulum.Cet ke-4.,Citra.Aditya Bakti, Bandung : 1991

Nizar, Syamsul. Filsafat Pendidikan Islam.cet.ke-1.. Ciputat Pers, Jakarta,, Yokyakarta : 2002

Crow and Crow. Pengantar Ilmu Pendidikan.edisi ke-1., Rake Sirasi,Jakarta : 1990

Al –Shaibani,Umar Muhammad al-Taumi.Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung, cet. ke-2., Bulan Bintang, Jakarta : 1979

Al-Rasy Nata,Abudin. Filsafat Pendidikan Islam 1. Logos Wacana Ilmu,

Jakarta: 1997.

Suharto,Toto, Filsafat Pendidikan Islam, Ar-Ruz Media, Yogyakarta:

2006

Idin dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam : Pendekatan Histories,

Teoritis, dan Praktis, Ciputat Press, Ciputat : 2005

Arifin, H.M. T.th, Filsafat Pendidikan Islam, cet.ke-4, Bumi Aksara

Jakarta

Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, Kencana, Jakarta : 2005

Uman Cholil, Ikhtisar Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya: Duta

Aksara,1998

Muhaimin & Mujib Abdul, Pemikiran Pendidikan Islam : Kajian Filosofis dan

Kerangkah Dasar Oprasionalnya cet.ke 1, Trigenda Karya, Bandung:

1993

http://mts-ma-walisongo-ngabar-ponorogo.blogspot.com/2011/04/hakekat-kurikulum-pendidikan-islam.html, Adur- Rahman Salih ,t.t. EducationalTheory. A Qur’anic Outlook,

Makkah Al-Mukarramah: Umm al-Qura University