Perbedaan Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidikan Islam

12
Perbedaan Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidikan Islam Oleh: Agastya Widhi Harjunadhi Universitas Ibn Khaldun 2015 Indonesia

Transcript of Perbedaan Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidikan Islam

Perbedaan Filsafat Pendidikan dan Filsafat

Pendidikan Islam

Oleh: Agastya Widhi Harjunadhi

Universitas Ibn Khaldun

2015

Indonesia

A. Pendahuluan

Filsafat merupakan pandangan hidup yang erat hubungannya dengan nilai-nilai

sesuatu yang dianggap benar. Jika filsafat dijadikan pandangan hidup oleh sesuatu

masyarakat, maka mereka berusaha untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam

kehidupan nyata. Jelaslah bahwa filsafat sebagai pandangan hidup suatu bangsa berfungsi

sebagai tolok ukur bagi nilai-nilai tentang kebenaran yang harus dicapai. Adapun untuk

mewujudkan nilai-nilai tersebut dilakukan dengan berbagai cara salah satunya lewat

pendidikan1.

Pada dasarnya pendidikan memerlukan landasan yang berasal dari filsafat atau hal-

hal yang berhubungan dengan filsafat. Sebagai landasan karena filsafat melahirkan

pemikiran-pemikiran yang teoritis tentang pendidikan dan dikatakan hubungan karena

berbagai pemikiran tentang pendidikan memerlukan bantuan penyelesaiaannya dari

filsafat. Jadi filsafat pendidikan adalah ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau

filsafat yang diterapkan dalam usaha pemikiran dan pemecahan mengenai pendidikan.

Peranan filsafat yang mendasari berbagai aspek pendidikan ini sudah barang tentu

merupakan kontribusi utama bagi pembinaan pendidikan2. Mempelajari filsafat

pendidikan berarti akan memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematis, logis dan

menyeluruh universal tentang pendidikan.

Salah satu bentuk implementasi nilai-nilai hasil dari pemikiran filsafat yang

diterapkan dalam konsep dan sistem pendidikan menjadi sebuah out put pendidikan

adalah tatanan peradaban manusia. Karena objek dari pendidikan itu sendiri adalah

manusia.

Seperti yang kita ketahui bahwa peradaban yang mendominasi dunia sekarang adalah

hegemoni peradaban barat. Dalam suasana kehidupan modern dan kebudayaan yang

mengglobal serta terpenuhinya berbagai mobilitas kehidupan secara teknologis saat ini,

justru manusia mulai berhadapan dengan masalah klasik mengenai jati-diri dan tujuan

hidupnya. Tak terhindarkan lagi bahwa kerusakan di muka bumi saat ini justru sebagaian

1 Mansur. Tujuan dan Fungsi Filsafat Pendidikan Islam. Hlm.1

2 Ibid. Hlm. 1

besar disebabkan oleh kalangan terpelajar, intelektual, pejabat, pengusaha, yang

seharusnya memberikan teladan dalam menjalankan perannya.

Jika dikaitkan dengan pendidikan, hal itu menunjukkan rapuhnya landasan moral dan

nilai-nilai dalam pendidikan masa kini. Umumnya nilai-nilai tersebut masih mengacu

pada falsafah pendidikan barat. Sehingga sistem nilai dan moral yang terbangun dari

dunia pendidikan masih jauh dari harapan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu

adanya upaya rekonstrusi kembali konsep dan sistem pendidikannya sesuai dengan moral

dan nilai-nilai Islam, dan juga perlu memahami hakikat sekaligus perbedaan dari filsafat

pendidikan dan filsafat pendidikan Islam.

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah filsafat pendidikan Islam.

2. Mengetahui perbedaan antara filsafat pendidikan dan filsafat pendidikan Islam.

C. Pembahasan

1) Filsafat

Secara harfiah / etimologi filsafat berasal dari kata fhilo yang berarti cinta, dan kata

shopos yang berarti ilmu atau hikmah3. Menurut Harun Nasution bahwa filsafat berasal

dari kata Arab falsafah yang berasal dari bahasa Yunani, philosopia; philos yang berarti

cinta, suka (loving), dan shopia berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosopia

berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada

kebenaran. Orang yang cinta kepada pengetahuan dan kebenaran itu lazimnya disebut

philosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf4.

3 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994, cet. 4), 1

4 Poerwanto dkk, Seluk Beluk Filsafat Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya,

1991), cet. 2 1

Sedangkan secara terminologis filsafat dapat diartikan sebagai suatu analisa secara

hati-hati terhadap penalaran-penalaran mengenai suatu masalah, dan penyusunan secara

sengaja terhadap sesuatu. Atau analisa secara sistematis yang menjadikan suatu sudut

pandang sebagai dasar suatu tindakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inti

dan filsafat adalah proses berpikir secara radikal tentang hakikat kebenaran segala

sesuatu5.

Plato mendefinisikan filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran

asli (hakiki). Sedangkan menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang

bersifat untuk mencapai kebenaran yang asli. Dengan demikian, filsafat berarti cinta

terhadap ilmu atau hikmah.

Omar Mohammad Al- Toumy Al Syabany menjelaskan bahwa filsafat bukanlah

hikmah itu sendiri melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya,

memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Filsafat dapat

pula berarti mencari hakekat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha

menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.

Sidi Gazalba mengartikan filsafat dengan kegiatan berfikir secara mendalam,

sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, atau hakikat

mengenai segala sesuatu yang ada6. Al- Farabi mengatakan bahwa filsafat adalah

mengetahui semua yang wujud karena ia wujud (al’ ilmu bi al maujuddat bima hiya

maujudah). Disini Al Farabi membagi filsafat menjadi 2 yaitu: Filsafat Teori ( Al

Falsafah Al Nadariyah), mengetahui yang ada tanpa tuntutan untuk mewujudkannya

dalam amal. Lapangan ini meliputi ilmu matematika (al’ ilmu al riyadi), ilmu fisika(al

ilmu al tabii), dan ilmu metafisika (al’ilmu ma ba’da al tabiyyat). Filsafat praktek (al

falsafah al a’maliyah), mengetahui sesuatu yang seharusnya diwujudkan dengan amal,

yang melahirkan tenaga untuk melakukan bagian- bagiannya yag baik. Ibnu Sina,

membagi filsafat dalam dua bagian yaitu teori dan praktek yang keduanya berhubungan

dengan agama, dimana dasarnya terdapat dalam syariat Tuhan, yang penjelasan dan

kelengkapannya diperoleh dengan tenaga akal manusia.

5 Deppung, Sukardi. Hubungan Filsafat Islam dan Filsafat Pendidikan Islam

. STAIN – AL FIKR. Hlm. 159 6 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967, cet.2), 15.

Kesimpulan menurut Sidi Gazalba, ada 3 (tiga) ciri pokok dalam filsafat yang

Pertama, adanya unsur berfikir dengan menggunakan akal (filsafat adalah kegiatan

berfikir). Kedua, adanya unsur tujuan atau inti mengenai segala sesuatu dengan bersifat

material. Ketiga, adanya unsur ciri yaitu berfikir secara mendalam7. Upaya sungguh-

sungguh dengan menggunakan akal pikiran sebagai alat untuk menemukan hakekat yang

berhubungan dengan pendidikan.

Dari seluruh penjelasan di atas secara sederhana bisa dikatakan bahwa filsafat adalah

cinta terhadap pengetahuan dan kebijaksanaan. Dengan demikian penulis menyimpulkan

bahwa filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal, dalam

mencari sebuah kebenaran tentang pengetahuan sampai dasar persoalan. Filsafat juga

berfungsi sebagai tolok ukur bagi nilai-nilai tentang kebenaran yang harus dicapai.

Adapun untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dilakukan dengan berbagai cara salah

satunya lewat pendidikan8.

Ahmad D. Marimba menjelaskan bahwa tidak semua orang bisa berfilsafat, ini

disebabkan oleh, orang berfilsafat itu itu berfikir secara mendalam dan sungguh-

sungguh, itulah ciri-ciri umum dari filosof sendiri.9

2) Pendidikan dan Perspektif Islam

Pendidikan secara harfiah berasal dari bahasa Yunani yaitu paedagogiek yang berarti

ilmu didik, atau paedagogi yang berarti seni mendidik kepada si anak. Dalam UU

Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Secara umum hakikat pendidikan merupakan upaya mewariskan nilai, yang akan

menjadi penolong dan penuntun umat manusia dalam menjalani kehidupan dan sekaligus

untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan dapat

dipastikan bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa

7 Ibid, hlm. 16

8 Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm.1

9 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al- Ma’arif, 1962,) cet.1, 15.

lampau. Karena itu, secara ekstrim dapat dikatakan bahwa maju mundur atau baik

buruknya peradaban suatu masyarakat atau bangsa sangat ditentukan oleh bagaimana

proses pendidikan yang dijalani oleh masyarakat/bangsa tersebut. Terwujudnya sistem

pendidikan yang baik sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa itu bertujuan untuk

memberdayakan semua masyarakat, berkembang menjadi manusia yang berkualitas

sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Perspektif pendidikan umumnya yang sekarang digunakan berkiblat kepada konsep

pendidikan barat yang menganut paham sekulerisme, liberalisme. Hal tersebut terlihat

jelas pada kurikulum yang diterapkan dan nilai-nilai yang diajarkan. Salah satunya adalah

nilai individualisasi bergerak ke arah individualisme dan bahkan egoisme, memunculkan

sikap acuh pada kepentingan bersama. Usaha tolong menolong untuk berbuat kebaikan

cenderung berkurang, namun sebaliknya tolong menolong untuk berbuat keburukan dan

kerusakan di bumi semakin meningkat.10

Bila dilihat dari perspektif pendidikan islam, pendidikan dapat diartikan sebagai

upaya menjadikan manusia sebagai khalifatullah fi-Ardh yang tetap dalam keadaan

menghambakan diri kepada Allah („Abdullah). Hal ini terlihat pada definisi yang

diberikan para ahli. Seperti Omar Muhammad al-Toumy al-Syaebani, misalnya

mengartikan pendidikan Islam sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam

kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam

sekitarnya melalui proses kependidikan, perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai Islam.

Menurut al-Ghazali, sebagaimana dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, pendidikan

Islam haruslah diarahkan kepada dua aspek, pertama, Insan purna, yang bertujuan

mendekatkan diri kepada Allah Swt., kedua, Insan Kamil yang bertujuan mendapatkan

kebahagiaan di dunia dan akhirat11

.

Menurut Syed Muhammad Naquib Al Attas, istilah yang relevan mencerminkan

konsep dan aktivitas pendidikan Islam adalah ta'dib, yait proses penanaman adab.

Menurut Al Attas ta'dib tidak terlalu sempit sekedar mengajar saja, dan tidak meliputi

makhluk-makhluk lain selain dari manusia12

. Ta'dib sendiri mempunyai hubungan erat

10

Hadari Nawawi, Pendidikan dalam Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hal. 333 11

Fathiyah Hasan Sulaiman, Pendidikan Versi Al-Ghazali, terjemahan Fathur Rahmaan, (Bandung: Al-Ma'arif, 1986), hal.24 12

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 2003), hal. 3

dengan kondisi ilmu dalam Islam yang termasuk dalam sisi pendidikan. Ta’dib

merupakan pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada

manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan

sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan

dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud dan eksistensinya.

Selain mencakup unsur adab, struktur konsep ta'dib sudah mencakup unsur-unsur

ilmu ('ilm), instruksi atau pengajaran (ta'lim), dan pembinaan yang baik (tarbiyah).

Karenanya tidak perlu lagi dikatakan bahwa konsep pendidikan Islam adalah

sebagaimana terdapat dalam tiga serangkai konsep tarbiyah-ta'lim-ta'dib13

. Dalam

pengertian lebih lanjut, adab yang dimaksud al-Attas sendiri adalah ilmu tentang tujuan

mencari pengetahuan itu sendiri. Ilmu di sini didefinisikan al-Attas sebagai sampainya

makna segala sesuatu pada jiwa seorang penuntut ilmu. Hal ini berbeda dengan konsep

pendidikan sekuler yang berupaya meniadakan dimensi metafisika pada tatanannya14

.

3) Hubungan Filsafat dengan Pendidikan

Dari penjelasan di atas dapat ditarik hubungan antara filasafat dan pendidikan, adalah

dengan menggunakan filasafat kita mampu mencari nilai-nilai ideal (cita-cita) yang lebih

baik yang dijadikan sebagai landasan / pandangan hidup untuk merumuskan dasar-dasar

dan tujuan pendidikan, konsep tentang manusia, hakikat dan segi-segi pendidikan serta

moral pendidiknya. Dengan kata lain, pendidikan bertindak mencari arah yang terbaik

(aktualisasi) dengan berbekal pada teori-teori pendidikan yang diberikan oleh pemikir

filsafat.

Filsafat mengadakan tinjauan yang luas terhadap realita termasuk manusia, maka

dibahaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep ini

selanjutnya menjadi dasar atau landasan penyusunan tujuan dan metodologi pendidikan.

Sebaliknya pengalaman pendidik dalam realita menjadi masukan dan pertimbangan bagi

filsafat untuk mengembangkan pemikiran pendidikan.

Melakukan pemikiran pada hakikatnya adalah usaha menggerakkan semua potensi

psikologi manusia seperti pikiran, kecerdasan, kemauan, perasaan, ingatan serta

13

Lebih lanjut lihat Syed M. Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, hal. 75 14

Wastuti,

pengamatan panca indera tentang gejala kehidupan terutama manusia dan alam semesta

sebagai ciptaan. Keseluruhan proses pemikiran tersebut didasari dengan pengalaman yang

mendalam serta luas tentang problema kehidupan dan kenyataan dalam jagat raya dan

dalam dirinya sendiri15

.

Jadi filsafat pendidikan adalah ilmu pendidikan yang bersendikan filsafat atau filsafat

yang diterapkan dalam usaha pemikiran dan pemecahan mengenai pendidikan. Peranan

filsafat yang mendasari berbagai aspek pendidikan ini sudah barang tentu merupakan

kontribusi utama bagi pembinaan pendidikan16

.

Hubungan antara filsafat dan pendidikan tampaknya tak mungkin dapat dipisahkan, di

mana keduanya adanya korelasi yang kuat karena kajian filsafat pendidikan terpaksa

menoleh kembali kepada hakikat manusia sebagai makhluk Allah. Pertanyaan yang

mengarah kepada pemikiran filsafat pendidikan “siapa kita, di mana kita, dan ke mana

kita akan pergi dikaji dalam konteks tujuan penciptaanya”. Ketiga pertanyaan yang

sederhana itu dihubungkan dengan fungsi dan hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan

Allah. Dan agaknya arti inilah yang mendorong para filosof mengarahkan pandangan

mereka pada konsep agama.17

4) Filsafat Pendidikan Islam

Corak pendidikan yang dikehendaki oleh Islam adalah pendidikan yang mampu

membentuk manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal, serta anggun

dalam moral dan kebijakan. Tujuan akhir dari pendidikan Islam pada hakikatnya adalah

realisasi dari cita-cita ajaran Islam, sebagaimana disebutkan dalam al-Qur‟an surat al-

Anbiya‟ (21) ayat 107, yang artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan

untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” Ayat tersebut mengandung hakikat tentang

misi Islam, yaitu membawa kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Jika ayat tersebut

15

Mansur. Filsafat Pendidikan Islam, Tujuan dan Fungsinya. Hlm. 2 16

Ibid. Hlm. 1 17

Jalaluddin, op.cit., hlm.15.

dikaitkan dengan pendidikan, maka dapat dipahami bahwa pendidikan berorientasi untuk

melahirkan generasi yang mampu melaksanakan misi rahmatan li al-alamin18

.

Jika dihubungkan dengan filsafat, maka filsafat pendidikan Islam adalah arena

pemikiran yang mendasar, sistematis, logis dan menyeluruh universal tentang pendidikan

yang tidak hanya dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan agama Islam saja, melainkan

juga mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan19

. Menurut Kailany, filsafat pendidikan

islam merupakan pemikiran seputar manusia yang menjadi subjek pendidikan dalam

masyarakat Islam, dalam hubungannya dengan sang Khaliq, alam, manusia, kehidupan

dan akhirat.

Sehingga filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah sebagai hasil dari buah

kajian yang bercirikan Islam, pada hakikatnya adalah konsep berpikir mengenai

pendidikan yang bersumber pada ajaran Islam tentang hakikat kemampuan manusia untuk

dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh

pribadinya dijiwai nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber pada Al Quran dan Hadist.

5) Perbedaan Filsafat Pendidikan dan Filsafat Pendidikan Islam

Kita telah sepakat bahwa filsafat merupakan sebuah pemikiran yang dibutuhkan

dalam segala hal. Melalui filasafat kita mampu mencari nilai-nilai ideal (cita-cita) yang

lebih baik yang dijadikan sebagai landasan / pandangan hidup untuk merumuskan dasar-

dasar dan tujuan pendidikan, konsep tentang manusia, hakikat dan segi-segi pendidikan

serta moral pendidiknya. Dengan kata lain, pendidikan bertindak mencari arah yang

terbaik (aktualisasi) dengan berbekal pada teori-teori pendidikan yang diberikan oleh

pemikir filsafat.

Namun nilai ideal inilah yang menjadi pembeda yang mendasar antara filsafat

pendidikan dan filsafat pendidikan Islam. Meski sama-sama memberikan kesempatan

berfikir secara sistematis, kritis, menyeluruh, logis, filsafat barat cenderung bebas tanpa

batas. Bahkan dalam mencari sebuah kebenaran, kita sebagai manusia harus keluar dulu

dari kebenaran yang sedang diyakini. Karena menurut mereka, keyakinan terhadap

sesuatu nilai tertentu di dalam hati akan menghilangkan objektifitas. Pencarian kebenaran

18

Wastuti. “Konsep Ta’dib dalam Pendidikan Islam” (Studi atas pemikiran Syed Muhammad Naquib Al Attas). Hlm. 3 19

Mansur. Filsafat Pendidikan Islam, Tujuan dan Fungsinya. Hlm. 2

harus pada posisi netral dan tidak berpihak pada salah satunya. Sikap ini tentu

bertentangan dengan keimanan dalam konsep Islam.

Pendidikan khas barat cenderung mengeksplorasi akal dan rasionalitas serta

materialistis. Framework pola/parameter sikap barat adalah sukses, memuaskan dan baik.

Sedangkan parameter dalam agama Islam adalah haq dan bathil serta kepatutan.

Filsafat barat menolak hal-hal yang bersifat metafisik. Cara pandang barat

memisahkan dogma-dogma agama dengan logika-logika rasional. Sedangkan pendidikan

yang dikehendaki oleh Islam adalah pendidikan yang mampu membentuk manusia yang

unggul secara intelektual, kaya dalam amal, serta anggun dalam moral dan kebijakan

melalui tuntunan wahyu.

Secara tabel sederhana perbedaan mendasar antara filsafat pendidikan dan filsafat

pendidikan islam dapat dilihat seperti berikut.

No. Umum Islam

1. Berdasarkan teori dan pemikiran manusia

saja

Berdasarkan pemikiran yang

bersumber dari wahyu

2. Pemikiran radikalnya memberikan

kebebasan dalam berpikir tanpa batas

Pemikiran radikalnya memberikan

kebebasan dalam frame work wahyu

3. Cara berfikir filusufnya cenderung

menimbulkan keraguan

Cara berfikir para filusufnya

menghindari diri dari keraguan

karena berpijak pada keimanan dan

wahyu.

Maslow dalam bukunya telah mengkiritik filsafat pendidikan barat yang bersifat

meterialisme dan meletakkan pendidikan dalam kerangka agama dan nilai. Dia juga

menyatakan bahwa agama yang paling layak menjadi karangka adalah agama Islam.20

Maslow juga menilai pemisahan ilmu dan agama telah melemahkan dan membuat rusak

keduanya. Pemisahan agama dari ilmu sebagaimana teori pemikiran barat yang

mentuhankan akal manusia saja membuat agama tidak dijadikan pegangan.

20

Maslow, The Unnoticed Revolution, 64-65

Filsafat pendidikan Islam merupakan manifestasi dari berbagai sumber daya pikiran,

perasaan dan kemauan yang bersumberkan pada ajaraan Islam yakni al-Qur‟an dan al-

Hadits. Standar nilai ditentukan oleh sang pencipta sehingga adil dan menyeluruh, tidak

seperti standar nilai dari filsafat barat yang masih mengambang dan cenderung menturuti

hawa nafsu.

Al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber filsafat Islam yang utama dan primer adalah

merupakan tolak ukur, konsep, umum, kompas dan pedoman dasar dalam pendidikan

Islam. Sedangkan ilmu-ilmu yang lain seperti ijma‟, qiyas, dan ilmu bantu lainnya adalah

merupakan sumber pelengakap dalam pendidikan Islam. Akan tetapi keduanya sangat

penting dan berpengaruh dalam menentukan pendidikan Islam yang baik.

D. Kesimpulan

1) Filsafat merupakan pandangan hidup yang erat hubungannya dengan nilai-nilai sesuatu

yang dianggap benar.

2) Nilai-nilai filsafat kini pada umumnya berkiblat kepada barat yang menganut ideology

liberal dan pemahaman sekuler. Tak terkecuali dalam bidang pendidikan.

3) Filsafat pendidikan dan Filsafat Pendidikan Islam memiliki perbedaan yang sangat

mendasar adalah tentang konsep agama. Islam menjadikan wahyu sebagai sumber ilmu dan

petunjuk bagi akal. Sedangkan konsep barat meniadakan wahyu dan mengutamakan

rasionalitas akal.

4) Filsafat pendidikan umum yang berkiblat ke barat cenderung memisahkan agama

dengan ilmu dalam pendidikan. Pengembangan intelektual dan ilmu tanpa batasan-batasan

agama sehingga kadang meniadakan etika moral. Pengambilan nilai juga berdasarkan

pengalaman manusia belaka.

5) Filsafat pendidikan Islam memadukan antara ilmu, akal dan wahyu (agama) sebagai

framework. Lebih tegasnya, filsafat pendidikan Islam mempakan suatu pemikiran yang

mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, logis, menyeluruh, serta universal yang tertuang

dalarn suatu bentuk pemikiran sebagai suatu sistem berdasarkan nilai Islam.

6) Filsafat pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang pandangan filosofis dan

system dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan

bagaimana pengaruhnya terhadap Tuhan dan perkembangan muslim atau umat Islam.

Filsafat pendidikan Islam juga merupakan studi tentang penggunaan dan penerapan metode

dan filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan tak hanya umat Islam tapi

untuk umat manusia seluruhnya. Dan selanjutnya memberikan arah dan tujuan yang jelas

terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadist.