TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH FILSAFAT ILMU PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN...

41
TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH FILSAFAT ILMU SARANA BERPIKIR ILMIAH Di susun oleh : Kelompok 5 Ema Wati (7616140464) Sindy Dwija Widyaswara (7616140261) Siti Nurpina (7616140475) PROGRAM PASCA SARJANA

Transcript of TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH FILSAFAT ILMU PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN...

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH FILSAFAT ILMU

SARANA BERPIKIR ILMIAH

Di susun oleh :

Kelompok 5

Ema Wati (7616140464)Sindy Dwija Widyaswara (7616140261)

Siti Nurpina (7616140475)

PROGRAM PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2014

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji

bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat

menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun

tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan

salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita

yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu

tentang " Sarana Berpikir Ilmiah ", yang kami sajikan berdasarkan

pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh

penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari

diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh

kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah

ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Sarana Berpikir Ilmiah” yang

merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai

langkah yang akan ditempuh agar memperoleh pengetahuan dengan

benar.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Filsafat

ilmu yaitu Bapak Prof. Dr. Suryadi yang telah membimbing penyusun

agar dapat mengerti lebih dalam tentang materi makalah kami.

Makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas

kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan

kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca

yang membangun. Terima kasih.

Jakarta, November 2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …….. ………………………………...……………….

DAFTAR ISI …….. ……………..…………………………………………….

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …….. ……………………………………………….

B. Rumusan Masalah …….. …………………………………………..

C. Tujuan Masalah …….. ………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. Apa pengertian berpikir ilmiah? …….. ……………………………

B. Apa ciri-ciri berpikir ilmiah? …….. ………………………………

C. Apa saja Fungsi berpikir ilmiah? …….. ………………………….

D. Apa peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah?

……..…

E. Apa hubungan antara sarana berpikir ilmiah bahasa,

matematika

dan statistika? …….. …………………………………………..

BAB III KESIMPULAN …………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berpikir merupakan ciri utama manusia yang membedakannya

dengan makhluk lain. Dengan dasar berpikir manusia

mengembangkan berbagai cara untuk dapat mengubah keadaan alam

guna kepentingan hidupnya. Kegiatan berfikir kita lakukan

dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan upaya

manusia dalam memecahkan masalah. Secara garis besar berpikir

dapat dibedakan menjadi berpikir alamiah dan berpikir ilmiah.

Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan

kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya,

sedangkan berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan

pola dan sarana tertentu secara teratur. Berfikir ilmiah

merupakan berfikir dengan langkah-langkah metode ilmiah

seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian

literatur, menguji hipotesis, menarik kesimpulan.

Kesemua langkah-langkah berfikir dengan metode ilmiah

tersebut harus didukung dengan alat/sarana yang baik sehingga

diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan

mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya

merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah

yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah

untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara

baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk

mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa

memecahkan masalah sehari-hari. Ditinjau dari pola

berfikirnya, maka maka ilmu merupakan gabungan antara pola

berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka

penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika

deduktif dan logika induktif. Penalaran ilmiah mengharuskan

kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya

merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak

hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik

harus didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik

pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah

mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir

tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Untuk

dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan

sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian berpikir ilmiah?

2. Apa ciri-ciri berpikir ilmiah?

3. Apa saja Fungsi berpikir ilmiah?

4. Apa peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah?

5. Apa hubungan antara sarana berpikir ilmiah bahasa,

matematika dan statistika?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian berpikir ilmiah

2. Mengetahui ciri-ciri berpikir ilmiah

3. Mengetahui funfsi berpikir ilmiah

4. Mengetahui peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah

5. Mengetahui hubungan antara sarana berpikir ilmiah bahasa,

matematika dan statistika

BAB II

PEMBAHASAN

A. Berpikir Ilmiah

a. Pengertian Berpikir Ilmiah

Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris.

Logis: masuk akal, empiris: Dibahas secara mendalam

berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan

(Hillway, 1956). Menurut Salam (1997:139), pengertian

berpikir ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Proses atau aktivitas manusia untuk menemukan/

mendapatkan ilmu.

2. Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang

berupa pengetahuan.

Berpikir merupakan kegiatan (akal) untuk memperoleh

pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan

(akal) yang menggabungkan induksi dan deduksi (Jujun S.

Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer

(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan). Berpikir ilmiah yaitu

berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang

lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian (Menurut

Kartono: 1996 dalam Khodijah, 2006:118). Berfikir ilmiah

merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun

secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan

ilmiah,yang sudah ada (Eman Sulaeman). Logika alamiah adalah

kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan

lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan

kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika

alamiah manusia ada sejak lahir.(wikipedia bahasa indonesia,

ensiklopedia bebas). Berpikir ilmiah adalah metode berpikir

yang di dasarkan pada logika deduktif dan induktif (Mumuh

mulyana Mubarak, SE). Berpikir Ilmiah merupakan suatu

pemikiran atau tindakan seorang manusia yang menggunakan

dasar-dasar dan ilmu tertentu. Sehingga ide tersebut dapat

diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui

proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut

kebenaran. Dalam berpikir ilmiah seseorang harus

memperhatikan dasar-dasarnya yang didalamnya menyangkut apa,

siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Biasanya hal itu

digunakan untuk mencari rumusan masalah dan mencari solusi

atau kesimpulan suatu masalah. Berpikir ilmiah sangat

penting dalam melakukan sesuatu, tidak hanya di lingkungan

masyarakat tetapi juga di lingkungan sekolah. Jika dalam

suatu pekerjaan untuk menunjukkan hasil dari pekerjaan kita.

Kita pasti akan dituntut untuk menunjukkan apa saja hasil

dari pekerjaan kita dan semua itu pasti akan diuji

kebenarannya sehingga orang lain akan percaya dengan

pekerjaan kita. Berpikir ilmiah juga sangat penting dalam

melakukan penelitian sesuatu, baik tentang tanaman, hewan,

manusia dan sebagainya. Pasti dalam membuat dan mengumpulkan

data itu sendiri harus sesuai dengan kebenaran karena untuk

menjelaskan hasil dari penelitian kita dibutuhkan suatu

pemikiran yang ilmiah. Selain itu berpikir ilmiah juga tanpa

emosi dan berpikir sesuai kebenaran yang ada. Untuk itu

sebagai manusia yang ingin selalu menjadi terbaik, kita

harus selalu menggunakan pemikiran ilmiah dalam setiap

pendapat rasional orang–orang sekitar kita akan selalu

menganggap kita tidak berpendapat yang omong kosong. Setiap

manusia disamping berpikir ilmiah harus didukung dengan

berpikir positif serta pemikiran-pemikiran yang yang baik.

Untuk menjadikan setiap pendapat kita selalu dapat dipercaya

dan diterima oleh semua orang. Manfaat Berpikir ilmiah,

yaitu sebagai berikut:

a. Seseorang yang selalu berpikir ilmiah tidak akan mudah

percaya terhadap sesuatu.

b. Pendapatnya akan dapat dipercaya dan diterima orang

lain.

c. Dalam memecahkan masalah tidak dengan emosi.

b. Sarana Berfikir Ilmiah

Manusia disebut sebagai homo faber yaitu makhluk yang

membuat alat; dan kemampuan membuat alat dimungkinkan oleh

pengetahuan. Berkembangnya pengetahuan juga memerlukan alat-

alat ( Jujun S. Suriassumantri : 2009 : 165 ).

Sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai

suatu tujuan tertentu, sedangkan sarana berpikir ilmiah

merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya

secara baik, dengan demikian fungsi sarana ilmiah adalah

membantu proses metode ilmiah, bukan merupakan ilmu itu

sendiri ( Jujun S. Suriassumantri : 2009 : 165-167 ).

Dalam proses penelitian harus memperhatikan dua hal,

pertama sarana berpikir ilmiah bukan merupakan kumpulan

ilmu, tetapi merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan

berdasarkan metode ilmiah. Kedua tujuan mempelajari sarana

berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan menelaah ilmu

secara baik ( Suwardi Endraswara : 2012 : 228 ).

Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

sarana berpikir ilmiah adalah alat berpikir dalam membantu

metode ilmiah sehingga memungkinkan penelitian dapat

dilakukan secara baik dan benar.

Suhartono Suparlan ( 2005 : 1 ) menjelaskan dalam bukunya

Sejarah Pemikiran Filsafat Modern bahwa :

“Manusia mempunyai kemampuan menalar, artinya berpikir

secara logis dan analitis. Kelebihan manusia dalam

kemampuannya menalar dan karena mempunyai bahasa untuk

mengkomunikasikan hasil pemikirannya yang abstrak, maka

manusia bukan saja mempunyai pengetahuan, melainkan juga

mampu mengembangkannya. Karena kelebihannya itu maka

Aristoteles memberikan identitas kepada manusia sebagai

“animal rationale”.

Sarana bepikir juga menyandarkan diri pada proses

logika deduktif dan proses logika induktif, sebagimana

ilmu yang merupakan gabungan antara berpikir dediktif dan

induktif. Implikasi proses deduktif dan induktif

menggunakan logika ilmiah. Logika ilmiah merupakan sarana

berpikir ilmiah yang paling penting ( Suwardi

Endraswara : 2012 : 228 ).

Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu

kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus

ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan

sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum

kita mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah ini

seyogyanya kita telah menguasai langkah-langkah dalam

kegiatan langkah tersebut. Dengan jalan ini maka kita akan

sampai pada hakekat sarana yang sebenarnya sebab sarana

merupakan alat yang membantu dalam mencapai suatu tujuan

tertentu. Dengan kata lain, sarana ilmiah mempunyai

fungsifungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara

menyeluruh. Dalam proses pendidikan, sarana berpikir ilmiah

ini merupakan bidang studi tersendiri. Dalam hal ini kita

harus memperhatikan 2 hal, yaitu:

a. Sarana ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu, dalam

pengertian bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan

pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.

Seperti diketahui, salah satu diantara ciri-ciri ilmu

umpamanya adalah penggunaan induksi dan deduksi dalam

mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak

mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya.

Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa ilmu mempunyai

metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuaannya yang

berbeda dengan sarana berpikir ilmiah.

b. Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk

memungkinkan kita untuk menelaah ilmu secara baik. Sedangkan

tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan

pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan

masalah kita sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir

ilmiah merupakan alat bagi cabangcabang ilmu untuk

mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan metode

ilmiah. Jelaslah bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah

mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode

ilmiah dalam mendapatkan pengetahuaannya sebab fungsi sarana

berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan

bahkan merupakan ilmu tersendiri. Untuk dapat melakukan

kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana

yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika.

Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam

seluruh proses berpikir ilmiah dan untuk menyampaikan jalan

pikiran tersebut kepada orang lain.Dilihat dari pola

berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir

deduktif dan induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah

menyandarkan diri pada proses logika deduktif dan induktif.

Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir

deduktif ini sedangkan statistik mempunyai peranan penting

dalam berpikir induktif. Proses pengujian dalam kegiatan

ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah

yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk

menolak atau menerima hipotesis yang diajukan. Kemampuan

berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan

sarana berpikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah ke

arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan

masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan

proses berpikir ilmiah.

B. Ciri-Ciri Berpikir Ilmiah

Ciri-ciri Berpikir Ilmiah Setidaknya ada empat ciri berpikir

ilmiah, yaitu sebagai berikut :

1. Harus obyektif Seorang ilmuwan dituntut mampu berpikir

obyektif atau apa adanya. Seorang yang berpikir obyektif

selalu menggunakan data yang benar. Disebut sebagai data

yang benar, manakala data itu diperoleh dari sumber dan

cara yang benar. Sebaliknya, data yang tidak benar oleh

karena diperoleh dengan cara yang tidak benar. Data itu

dibuatbuat, misalnya; data yang benar adalah data yang

benar-benar sesuai dengan kenyataan yang ada, tidak kurang

dan tidak lebih. Ternyata untuk mendapatkan data yang

benar juga tidak mudah. Lebih mudah mendapatkan data

palsu. Seorang ilmuwan harus mampu membedakan antara data

yang benar itu dari data yang palsu. Data yang benar tidak

selalu mudah mendapatkannya, dan hal itu sebaliknya adalah

data palsu. Banyak orang berpikir salah, oleh karena

mendasarkan pada data yang salah atau bahkan data palsu.

Dari kenyataan seperti ini, maka seorang yang berpikir

ilmiah, harus hati-hati terhadap data yang tersedia.

2. Rasional atau secara sederhana orang menyebut masuk akal

Seorang berpikir ilmiah harus mampu menggunakan logika

yang benar. Mereka bisa mengenali kejadian atau peristiwai

mulai apa yang menjadi sebab dan apa pula akibatnya.

Segala sesuatu selalu mengikuti hukum sebab dan akibat.

Bahwa sesuatu ada, maka pasti ada yang mengadakan. Sesuatu

menjadi berkembang, oleh karena ada kekuatan yang

mengembangkan. Seseorang menjadi marah oleh karena

terdapat sebab-sebab yang menjadikannya marah. Manakala

sebab itu tidak ada, tetapi tetap marah, maka orang

dimaksud dianggap di luar kebiasaan, atau tidak masuk

akal. Orang berikir ilmiah tidak akan terjebak atau

terpengaruh oleh hal-hal yang tidak masuk akal. Informasi,

pendapat atau pandangan baru bagi seseorang yang selalu

berikir ilmiah tidak segera diterimanya. Mereka akan

mencari tahu informasi itu tentang sumbernya, siapa yang

membawa, dan kalau perlu diuji terlebih dahulu atas

kebenarannya. Begitu pula tatkala menghadapi pandangan

atau pendapat, maka seorang yang berpikir ilmiah akan

berusaha mendapatkan alasan atau dasar-dasar yang

digunakan hingga muncul pandangan atau pendapat itu. Atas

sikapnya seperti itu, maka seorang yang berpkir ilmiah

dianggap kritis.

3. Terbuka Ia selalu memposisikan diri bagaikan gelas yang

terbuka dan masih bisa diisi kembali. Seorang yang terbuka

adalah selalu siap mendapatkan masukan, baik berupa

pikiran, pandangan, pendapat dan bahkan juga data atau

informasi baru dari manapun asal atau sumbernya. Ia tidak

segera menutup diri, bahwa hanya pendapatnya sendiri saja

yang benar dan selalu mengabaikan lainnya dari mana pun

asalnya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak akan

tertutup dan apalagi menutup diri.

4. Selalu berorientasi pada kebenaran, dan bukan pada kalah

dan menang Seorang yang berpikir ilmiah sanggup merasa

kalah tatkala buah pikirannya memang salah. Kekalahan itu

tidak dirasakan sebagai sesuatu yang mengecewakan dan

menjadikan dirinya merasa rendah. Seorang yang berpikir

ilmiah lebih mengedepankan kebenaran daripada sekedar

kemenangan. Kebenaran menjadi tujuan utamanya. Oleh karena

itu, seseorang yang berpikir ilmiah, dalam suasana apapun

harus mampu mengendalikan diri, agar tidak bersikap

emosional, subyektif, dan tertutup. Jadi, berpikir ilmiah

memiliki ciri-ciri, diantaranya:

a. pendapat atau tindakannya melalui penelitian;

b. pendapatnya sesuai kebenaran;

c. terdapat data-data atau bukti dalam menunjukkan

hasilnya; d. tidak berdasarkan perkiraan atau hanya

sekedar pendapat.

C. Fungsi dari Sarana Berfikir Ilmiah

Sarana ilmiah mempunyai fungsi yang khas sebagai alat

bantu untuk mencapai tujuan dalam kaitan kegiatan ilmiah

secara keseluruhan. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat

bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi

pengetahuannya pada dasarnya ada tiga, yaitu sebagai

berikut.

a. Bahasa ilmiah

Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi untuk

menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah

Yang dimaksud bahasa disini ialah bahasa ilmiah yang

merupakan sarana komunikasi ilmiah yang ditujukan untuk

menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan, syarat-

syarat:

1) Bebas dari unsur emotif

2) Reproduktif

3) Obyektif

4) Eksplisit

Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua fungsi utama, yakni:

pertama, sebagai sarana komunikasi antar manusia, dan

kedua, sebagai sarana budaya yang mempersatukan

mempergunakan bahasa tersebut. 8 kelompok manusia yang.

Bahasa adalah unsur yang berpadu dengan unsur-unsur lain

di dalam jaringan kebudayaan. Pada waktu yang sama bahasa

merupakan sarana pengungkapan nilai-nilai budaya,

pikiran, dan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan. Oleh

karena itu, kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam

bidang kebahasaan harus merupakan bagian yang integral

dari kebijaksanaan nasional yang tegas di dalam bidang

kebudayaan. Perkembangan kebudayaan Indonesia ke arah

peradaban modern sejalan dengan kemajuan dan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya

perkembangan cara berpikir yang ditandai oleh kecermatan,

ketepatan, dan kesanggupan menyatakan isi pikiran secara

eksplisit. Ciri-ciri cara berpikir dan mengungkapkan isi

pikiran ini harus dipenuhi oleh bahasa Indonesia sebagai

sarana komunikasi dan sebagai sarana berpikir ilmiah

dalam hubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta modernisasi masyarakat Indonesia. Selain

itu, mutu dan kemampuan bahasa Indonesia sebagai sarana

komunikasi keagamaan perlu pula ditingkatkan. Bahasa

Indonesia harus dibina dan dikembangkan sedemikian rupa

sehingga ia memiliki kesanggupan menyatakan dengan tegas,

jelas, dan eksplisit konsep-konsep yang rumit dan abstrak

serta hubungan antara konsep-konsep itu satu sama lain.

Untuk mencapai tujuan ini harus dijaga agar senantiasa

terdapat keseimbangan antara kesanggupan bahasa Indonesia

berfungsi sebagai sarana komunikasi ilmiah dan

identitasnya sebagai bahasa nasional Indonesia.

b. Matematika:

Mempunyai peranan penting dalam berpikir

deduktifsehingga mudah diikuti dan dilacak kembali

kebenarannya Matematika adalah pengetahuan sebagai sarana

berpikir deduktif sifat:

1) Jelas, spesifik dan informative

2) Tidak menimbulkan konotasi emosional

3) Kuantitatif Menurut Jujun, matematika adalah bahasa yang

melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin

kita sampaikan.

Lambang-lambang matematika bersifat”artifisial" yang

baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan

kepadanya. Kata Kant, pengetahuan yang sudah jelas ialah

pengetahuan matematika. Pengetahuan ini dapat diperoleh

tidak melalui pengalaman, bebas dari pengalaman. Pengetahuan

matematika itu niscaya dan pasti. Kebenaran matematika itu

bersifat absolut dan niscaya, tidak dapat dibayangkan suatu

ketika tidak benar. Matematika merupakan alat yang

memungkinkan ditemukannya serta dikomunikasikannya kebenaran

ilmiah lewat berbagai disiplin keilmuan. Matematika dan

logika sebagai sarana berpikir deduktif mempunyai fungsi

sendiri-sendiri. Logika lebih sederhana penalarannya, sedang

matematika sudah jauh lebih terperinci. c. Statistika:

mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif untuk

mencari konsep-konsep yang berlaku umum. Statistika ialah

pengetahuan sebagai sarana berpikir induktif sifat:

1. Dapat digunakan untuk menguji tingkat ketelitian

2. Untuk menentukan hubungan kausalitas antar faktor

terkait Statistika merupakan ilmu yang mempelajari tentang

cara mendapatkan data, menganalisis dan menyajikan data

serta mendapatkan suatu kesimpulan yang sah secara ilmiah.

Sedangkan Sumantri berpendapat bahwa statistika digolongkan

di luar ilmu tetapi merupakan salah satu unsur dari empat

sarana pengembangan ilmu, yaitu bahasa, matematika, serta

statistika sendiri. Statistika merupakan sarana berpikir

yang didasari oleh logika berpikir induktif. Dalam

perkembangannya, statistika mulai berkembang pesat sejak

tahun 1900-an ditandai dengan ditemukannya dasar teori

statistika secara matematis oleh R.A. Fisher. Statistika

sangat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan terutama

dalam penelitian. Dari penelitianlah ditemukan teori-teori

baru. Prof. A. A. Mattjik (2000) menegaskan bahwa sasaran

utama dari mempelajari statistika adalah menggugah untuk

memikirkan secara jelas prosedur pengumpulan data dan

membuat interpretasi dari data tersebut menggunakan teknik

statistika yang banyak digunakan dalam penelitian. Sejalan

dengan pentingnya statistika dalam penelitian, kedepan,

persaingan dunia modern ditentukan oleh Hak Patent dan Hak

Kekayaan Intelektual (HKI). Tak luput dalam persaingan itu,

Universitas Jember pun mempersiapkan diri menuju/menjadi

Research University. Riset telah menjadi (satu-satunya),

kekuatan utama sebuah perguruan tinggi. Ketajaman riset

harus didukung oleh cara berpikir ilmiah metodologis, data

yang berkualitas dan ketajaman analisis kuantitatif-

kualitatif, serta penarikan kesimpulan yang sah (inferensia)

yang hampir seluruhnya terangkum dalam statistika. Pada

zaman sekarang ini patut dijadikan salah satu sarana

berfikir ilmiah adalah alat telekomunikasi seperti halnya

komputer, karena didalam komputer semua dapat diakses, dan

semua dijawab dan semuanya ada, sesuai dengan apa yang kita

inginkan. Jadi jika komputer dimasukan kedalam katregori ini

maka wajar-wajar saja.

c. Statistika

Statistik diartikan sebagai kumpulan bahan keterangan (

data ), baik yang berwujud angka ( data kuantitatif ) maupun

yang tidak berwujud angka ( data kualitatif ). Namun pada

perkembangan selanjutnya, arti kata statistik hanya dibatasi

pada kumpulan bahan keterangan yang berujud angka ( data

kuantitatif ) saja ( Anas Sudijono : 2000 : 1).

Dalam Kamus Ilmiah Populer kata statistik berarti

tabel, grafik, daftar informasi, angka-angka, informasi.

Sedangkan kata statistika berarti ilmu pengumpulan,

analisis, dan klarifikasi data, angka sebagai dasar untuk

induksi ( Pius A. Pranoto dan M. Dahlan : 1994: 724-725 ).

Statistik mempunyai peranan penting dalam berpikir

induktif, Statistika memberikan cara untuk dapat menarik

kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya

sebagian dari populasi yang bersangkutan ( Jujun S.

Suriassumantri : 2009 : 218 ). Semakin besar sampel yang

diambil, semakin tinggi pula tingkat ketelitian

kesimpulannya. Sebaliknya, makin sedikit contoh yang

diambil, maka makin rendah pula tingkat ketelitiannya

( Amsal Bakhtiar : 2004 : 206).

Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk

mengetahui apakah suatu hubungan kausalitas antara dua

faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar

terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris ( Jujun

S. Suriassumantri : 2009 : 219 ).

Statistika sebagai sarana berpikir ilmiah tidak

memberikan kepastian namun memberi tingkat peluang bahwa

untuk premis-premis tertentu dapat ditarik suatu kesimpulan,

dan kesimpulannya mungkin benar mungkin juga salah. Langkah

yang ditempuh dalam logika induktif menggunakan statistika

adalah observasi dan eksperimen, memunculkan hipotesis

ilmiah, verifikasi dan pengukuran, dan sebuah teori dan

hukum ilmiah. ( Cecep Sumarna : 2008 : 146 ).

Penarikan kesimpulan secara statistik memungkinkan kita

untuk melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis, namun

logika statistik kurang dikenal dengan baik, logika lebih

banyak dihubungkan dengan matematika dan jarang sekali

dihubungkan dengan statistika ( Jujun S. Suriassumantri :

2009 : 220 ).

Maka dapat disimpulkan, statistika merupakan

sarana berfikir atau cara untuk mengetahui keadaan suatu

obyek, cukup dengan melakukan pengukuran terhadap sebagian

obyek yang dijadikan sampel. Walaupun pengukuran terhadap

sampel tidak akan seteliti jika pengukuran dilakukan

terhadap populasinya, namun hasil dari pengukuran sampel

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau bisa dikatakan

pengetahuan ilmiah. Jadi statistika merupakan sarana

berpikir induktif ( khusus ke umum ), yang bersifat hubungan

kausalitas dan penarikan sampel.

D. Peranan Matematika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah

Perkembangan IPTEK sekarang ini di satu sisi

memungkinkan untuk memperoleh banyak informasi dengan cepat

dan mudah dari berbagai tempat di dunia, di sisi lain tidak

mungkin untuk mempelajari keseluruhan informasi dan

pengetahuan yang ada, karena sangat banyak dan tidak

semuanya diperlukan. Karena itu diperlukan kemampuan cara

mendapatkan, memilih, dan mengolah informasi. Untuk

menghadapi tantangan tersebut, dituntut sumber daya yang

handal dan mampu berkompetisi secara global, sehingga

diperlukan ketrampilan tinggi yang melibatkan pemikiran

kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan bekerjasama

yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan

melalui matematika. Hal ini sangat dimungkinkan karena

matematika memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat

dan jelas satu dengan lainnya serta berpola pikir yang

bersifat deduktif dan konsisten.

Matematika merupakan alat yang dapat memperjelas dan

menyederhanakan suatu keadaan atau situasi melalui

abstraksi, idealisasi, atau generalisasi untuk suatu studi

ataupun pemecahan masalah. Pentingnya matematika tidak lepas

dari perannya dalam segala jenis dimensi kehidupan.

memerlukan Misalnya kemampuan banyak menghitung persoalan

dan kehidupan mengukur. yang Menghitung mengarah pada

aritmetika (studi tentang bilangan) dan mengukur mengarah

pada geometri (studi tentang bangun, ukuran dan posisi

benda). Aritmetika dan geometri merupakan fondasi atau dasar

dari matematika. Saat ini, banyak ditemukan kaidah atau

aturan untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan

dengan pengukuran, yang biasanya ditulis dalam rumus atau

formula matematika, dan ini dipelajari dalam aljabar. Namun,

perkembangan dalam navigasi, transportasi, dan perdagangan,

termasuk kemajuan teknologi sekarang ini membutuhkan diagram

dan peta serta melibatkan proses pengukuran yang dilakukan

secara tak langsung. Akibatnya, perlu studi tentang

trigonometri. Untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi,

orang dapat menyampaikan informasi dengan bahasa matematika,

misalnya menyajikan persoalan atau masalah ke dalam model

matematika yang dapat berupa diagram, persamaan matematika,

grafik, ataupun tabel. Mengkomunikasikan gagasan dengan

bahasa matematika justru lebih praktis, sistematis, dan

efisien. Begitu pentingnya matematika sehingga bahasa

matematika merupakan bagian dari bahasa yang digunakan dalam

masyarakat. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran dan

fungsi matematika, terutama sebagai sarana untuk memecahkan

masalah baik pada matematika maupun dalam bidang lainnya.

Peranan matematika tersebut, terutama sebagai sarana

berpikir ilmiah oleh Erman Suherman (1995: 56) disebutkan

dapat diperolehnya kemampuan-kemampuan sebagai berikut.

1. Menggunakan algoritma Yang termasuk kedalam kemampuan ini

antara lain adalah melakukan operasi hitung, operasi

himpunan, dan operasi lainya. Juga menghitung ukuran

tendensi sentral dari data yang banyak dengan cara manual.

2. Melakukan manipulasi secara matematika Yang termasuk

kedalam kemampuan ini antara lain adalah menggunakan

sifat-sifat atau rumus-rumus atau prinsip-prinsip atau

teorema-teorema kedalam pernyataan matematika.

3. Mengorganisasikan data Kemampuan ini antara lain

meliputi: mengorganisasikan data atau informasi, misalnya

membedakan atau menyebutkan apa yang diketahui dari suatu

soal atau masalah dari apa yang ditanyakan.

4. Memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya

Kemampuan ini antara lain meliputi: menggunakan simbol,

tabel, grafik untuk menunjukan suatu perubahan atau

kecenderungan dan membuatnya.

5. Mengenal dan menemukan pola Kemampuan ini antara lain

meliputi: mengenal pola susunan bilangan dan pola bangun

geometri.

6. Menarik kesimpulan Kemampuan ini antara lain meliputi:

kemampuan menarik kesimpulan dari suatu hasil hitungan

atau pembuktian suatu rumus.

7. Membuat kalimat atau model matematika Kemampuan ini

antara lain meliputi: kemampuan secara sederhana dari

fonemena dalam kehidupan sehari-hari kedalam model

matematika atau sebaliknya dengan model ini diharapkan

akan mempermudah penyelesaianya. Membuat interpretasi

bangun geometri Kemampuan ini antara lain meliputi:

kemampuan menyatakan bagian-bagian dari bangun geometri

dasar maupun ruang dan memahami posisi dari bagian-bagian

itu. Memahami pengukuran dan satuanya Kemampuan ini antara

lain meliputi: kemampuan memilih satuan ukuran yang tepat,

melakukan estimasi, mengubah satuan ukuran ke satuan

lainnya. Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya

dalam matematika, seperti tabel matematika, kalkulator,

dan komputer Sementara itu dalam tujuan umum pendidikan

matematika (Depdiknas, 2002: 3) menyebutkan berbagai

peranan matematika sebagai sarana berpikir ilmiah

ditekankan pada kemampuan untuk memiliki:

1. kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat

digunakan dalam memecahkan masalah matematika,

pelajaran lain, ataupun masalah yang berkaitan dengan

kehidupan nyata;

2. kemampuan menggunakan matematika sebagai alat

komunikasi;

3. Kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar

yang dapat dialih gunakan pada setiap keadaan, seperti

berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis,

bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin

dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah.

Kemampuan-kemampuan di atas, berguna bagi seseorang

untuk berpikir ilmiah dalam pendidikan dan berguna

untuk hidup dalam masyarakat, termasuk bekal dalam

dunia kerja. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik

kesimpulan berkaitan peranan matematika sebagai sarana

berpikir ilmiah adalah dapat diperoleh kemampuan-

kemampuan meliputi:

a. menggunakan algoritma;

b. melakukan manipulasi secara matematika;

c. mengorganisasikan data;

d. memanfatkan simbol, tabel, grafik, dan membuatnya;

e. mengenal dan menemukan pola;

f. menarik kesimpulan;

g. membuat kalimat atau model matematika;

h. membuat interpretasi bangun geometri;

i. memahami pengukuran dan satuannya;

j. menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam

matematika, seperti tabel matematika, kalkulator, dan

komputer.

E. Hubungan Antara Sarana Berpikir Ilmiah Bahasa, Matematika

dan Statistika

Sebagaimana yang kita bahas sebelumnya, agar dapat

melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, diperlukan

sarana bahasa, matematika dan statistika. Bahasa merupakan

alat komunikasi verbal yang dipakai dalam kegiatan berpikir

ilmiah, dimana bahasa menjadi alat komunikasi untuk

menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dan

ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan

antara berpikir deduktif dan berpikir induktif. Matematika

mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif,

sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam

berpikir induktif. Penalaran induktif dimulai dengan

mengemukakan pernyataanpernyataan yang mempunyai ruang

lingkup yang khas dan terbatas untuk menyusun argumentasi

yang diakhiri pernyataan yang bersifat umum, umpamanya kita

mempunyai fakta bahwa kerbau mempunyai mata, lembu mempunyai

mata, harimau mempunyai mata, dan gajah mempunyai mata. Dari

pernyataan tersebut dapat ditarik bahwa semua binatang

mempunyai mata. Statistik mempunyai peranan yang penting

dalam berpikir induktif. Sebaliknya deduktif, cara berpikir

dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan

yang bersifat khusus, mengunakan pola berpikir yang

dinamakan silogismus. Contohnya semua mahluk mempunyai mata

(permis mayor), si bolan adalah seorang makluk (permis

minor), jadi si bolan mempunyai mata (kesimpulan).

Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.

Matematika juga merupakan bahasa yang melambangkan

serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan.

BAB III

KESIMPULAN

Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia. Berfikir

disebut juga sebagai proses bekerjanya akal. Secara garis

besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan

berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang

berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam

sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran

berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Bagi

seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir ilmiah merupakan

suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan sarana

ilmiah, maka tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah

dengan baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat

untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang

harus ditempuh. Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada

tiga, yaitu: Bahasa ilmiah, Logika dan Matematika, Logika

dan Statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat

komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran seluruh proses

berfikir ilmiah. Logika dan matematika mempunyai peranan

penting dalam berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan

mudah dilacak kembali kebenarannya. Sedang logika dan

statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif

dan mencari konsep-konsep yang berlaku umum. Namun dizaman

sekarang komputer jaga bisa dimasukan sebagai sarana

berfikir ilmiah, karena dalam komputer semua ada, dan apa

yang kita inginkan hampir seluruhnya dapat dijawab oleh

komputer.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Empat Cara Berpikir Ilmiah.

(http://www.uinmalang.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=3393:empat-ciriberpikir

ilmiah&catid=25:artikel-rektor Diakses 3 November 2013 Pukul

10.25).

Bakhtiar, Amsal.2004.Filsafat Ilmu.Jakarta:P.T Rajagrafindo

Persada Ilmiah, Galeri. 2013. Definisi Berpikir Ilmiah.

(http://galeriilmiah.wordpress.com/2012/03/27/definisi-

berpikirilmiah/ Diakses 3 November 2013 Pukul 09.34).

Jujun.1993.Filsafat Ilmu.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Paktoyibin. 2009. Matematika Sebagai Sarana Berpikir Ilmiah.

(http://paktoyibin.blogspot.com/2009/01/matematika-

sebagaisarana-berpikir.html Diakses 4 November 2013Pukul

15.09).

Jujun S. Suriassumantri, 2009. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar

Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Pius A. Pranoto dan M. Dahlan. 1994. Kamus Ilmiah Populer.

Surabaya: Arkola

Ricky. 2010. Filsafat Ilmu Sarana Berpikir Ilmiah.

(http://rickydiah.blogspot.com/2011/04/filsafat-ilmu-sarana-

berfikirilmiah.html Diakses 4 November 2013Pukul 09.37).

Suriasumantri, Jujun. S.2007.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Suhartono Suparlan, 2005. Sejarah Pemikiran Filsafat Modern.

Jogjkarta : Ar Ruzz Media.

Suwardi Endraswara, 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : CAPS

Wiramihardja, Sutardjo.A.2009.Pengantar Filsafat.Bandung: PT

Refika Aditama 17

.