MAKALAH FILSAFAT ILMU PENDEKATAN DESKRIPTIF DALAM ILMU GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of MAKALAH FILSAFAT ILMU PENDEKATAN DESKRIPTIF DALAM ILMU GEOLOGI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS...
1 | P a g e
MAKALAH FILSAFAT ILMU
PENDEKATAN DESKRIPTIF DALAM ILMU GEOLOGI
------MAKALAH-----
UNTUK MEMENUHI TUGAS PEMBUATAN MAKALAH SEMESTER III
MATA KULIAH FILSAFAT ILMU
penyusun:
Nurman Triana
270110130012
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
GEOLOGI
2 | P a g e
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur terlebih dahulu, penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah merahmati kita semua dengan
berjuta kasih sayang-Nya. Dengan kasih sayang-Nya kita diberikan
banyak sekali kenikmatan yang tidak pernah bisa kita hitung
jumlahnya, dan atas rahmat-Nya pula makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi nilai mata kuliah
filsafat ilmu, sebagai tugas mata kuliah filsafat ilmu.
Melalui tulisan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada
seluruh pihak yang mendukung terselesaikannya makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat untuk penulis dan juga untuk para pembaca.
Mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan, penulis
berharap kritik dan saran dan pembaca.
3 | P a g e
Sumedang, 04 Desember 2014
penulis
DAFTAR ISI
KOVER…………………………………………………………………………………………...1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..3
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………....2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….....4
1.2 Maksud dan Tujuan…………………………………………………………….4
1.3 Rumusan Masalah………………………………………………………………4
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
4 | P a g e
2.1 Pengertian Metode
Deskriptif…………………………………………….....5
2.2 Ciri-Ciri Metode
Deskriptif…………………………………………….........6
2.3 Pengembangan Rancangan Penelitian
Deskriptif…………………………7
2.4 Jenis-Jenis Metode
Deskriptif……………………………………………....12
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN…………………………………………………………………….19
REFERENSI……….………………………………………………………………20
BAB I
PENDAHULUAN
5 | P a g e
1.1 Latar belakang
Metode-metode pengembangan ilmu sangat beranekaragam dan
mengalami proses perkembangan. Salahsatu metode penelitian /
metode ilmiah didalam dunia keilmuan adalah metode / pendekatan
deskriptif. Dalam makalah ini akan dijelaskan apa yang dimaksud
dengan pendekatan deskriptif, ciri-cirinya, jenis-jenisnya, serta
langkah penelitian deskriptif.
1.2 Maksud dan tujuan
Maksud penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah filsafat ilmu mengenai pendekatan deskriptif. Tujuannya
untuk memahami salahsatu metode yang dapat digunakan dalam bidang
keilmuan geologi.
1.3 Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan metode / pendekatan deskriptif?
6 | P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem
pikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki.
Definisi Whintney (1960)
Menurut Whintney (1960), metode deskriptif adalah pencarian
fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif
mempelajarai masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara
yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung
dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam metode
deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena
tertentu sehingga merupakan suatu setudi komparatif . adakalanya
peneliti mengadakan klasifikasi, seerta penelitian terhadap
7 | P a g e
fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu setandar atau suatu
norma tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif
ini dengan nama survei normatif (normative survey). Dengan metode
deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau
factor dan melihat hubungan antara satu factor dengan factor
yang lain. Karenanya, metode deskriptif juga dinamakan studi
status (satus study).
Metode deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau
setandar-setandar, sehingga penelitian deskriptif ini disebut
juga survey normative. Dalam metode deskriptif dapat diteliti
masalah normative bersama-sama dengan masalah setatus dan
sekaligus membuat perbandingan-perbandingan antar fenomena. Studi
demikian dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian
deskriptif. Prespektif waktu yang dijangkau dalam penelitian
deskriptif , adalah waktu sekarang, atau sekurang-kurangnya
jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden.
2.2 Ciri-Ciri Metode Deskriptif
Secara harfiyah, metode deskriptif adalah metode penelitian
untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga
metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka.
Namun, dalam pengertian metode penelitian yang lebih luas,
penelitian deskriptif mencakup metode penelitian yang lebih luas
diluar metode sejarah dan eksperimental, dan secara lebih umum
sering diberi nama metode survei. Kerja peneliti, bukan saja
8 | P a g e
memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga
menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membut
predeksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah
yang ingin dipecahkan. Dalam mengumpulkan data digunakan teknik
wawancara, dengan mengunakan schedule questionair ataupun
interview guide.
Nazir (1988: 72-73) dalam buku Metode Penelitian, terdapat
dua kriteria pokok dalam metode penelitian deskriptif, yakni
kriteria umum dan kriteria khusus.
Kriteria umum
Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta
tidak terlalu luas
Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak
terlalu umum
Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan
bukan merupakan opini
Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus
mempunyai validitas
Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu
penelitian dilakukan
Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan
baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisa data
serta studi kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus
jelas hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan,
jika kerangka teoritis untuk itu telah dikembangkan
9 | P a g e
Kriteria khusus
Kriteria khusus dari penelitian dengan metode deskriptif
adalah:
Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam
nilai (value)
Fakta-fakta ataupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah
mengenai masalah status
Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu tidak ada
kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan
pengaturan atau manipulasi terhadap variabel. Variabel
dilihat sebagaimana adanya.
2.3 Pengembangan Rancangan Penelitian Deskriptif
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai
sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis penelitian. Dalam
arti luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan
pelaksanaan penelitian. Dengan demikian maka pengembangan
rancangan deskriptif menjelaskan langkah-langkah sistematis yang
ditempuh dalam penelitian deskriptif, sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan Memilih Masalah yang Akan Diteliti
Identifikasi masalah merupakan upaya mengelompokam,
mengurutkan sekaligus memetakan masalah berdasarkan bidang-bidang
10 | P a g e
studi, (Sukmadinata, N.S, 2011). Identifikasi masalah pada
umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang
muncul dan berkaitan dengan masalah atau variabel yang akan
diteliti, Riduwan, (2009).
Menurut Sukmadinata, N. S, (2011), dalam megidentifikasi
masalah sebaiknya menggunakan sumber, baik sumber resmi
pernyataan resmi, kesimpulan seminar atau kenyataan faktual.
Melalui proses ini maka akan dapat diketahui gambaran masalah
yang akan diteliti. Gambaran masalah yang telah teridentifikasi
dihubungkan, dibandingkan satu sama lain, kemudian diurutkan
berdasarkan rangking yang paling penting, mendesak sampai paling
kurang. Meskipun telah diurutkan berdasarkan tingkat urgensi,
masalah-masalah yang telah teridentifikasi perlu dipilih dengan
pertimbangan minat dan kemampuan peneliti, lokasi dan sumber
data, waktu, dana dll.
Menurut Sukmadinata, N. S, (2011), untuk memecahkan masalah
atau menentukan suatu tindakan diperlukan sejumlah informasi.
Informasi tersebut dikumpulkan melalui proses penelitian
deskriptif. Masih menurut Sukmadinata, N. S, (2011), bahwa ada
beberapa informasi yang bisa diperoleh melalui penelitian
deskriptif bagi pemecahan masalah yaitu : 1) bagaimana keadaan
sekarang, 2) informasi yang kita inginkan dan 3) bagaimana sampai
ke sana, bagaimana mencapainya.
2. Merumuskan dan Mengadakan Pembatasan Masalah
11 | P a g e
Setelah masalah diidentifikasi, dipilih, lalu perlu
dirumuskan. Rumusan masalah merupakan pemetaan faktor-faktor atau
variabel-variabel yang terkait dengan fokus masalah (Sukmadinata,
N. S, 2011). Perumusan ini penting, karena berdasarkan rumusan
tersebut maka peneliti dapat menentukan metode penelitian, metode
pengumpulan data, pengolahan data maupun analisis dan penyimpulan
hasil penelitian.
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian terarah,
terfokus, dan tidak melenceng ke mana-mana (Riduwan, 2009).
Perlu diperhatikan bahwa sifat masalah akan menentukan cara-cara
pendekatan yang sesuai dan akhirnya akan menentukan rancangan
penelitiannya. Perumusan masalah berhubungan dengan tujuan dan
metode yang digunakan, (Sukmadinata, N. S, 2011). Kalau tujuan
penelitian diarahkan untuk memperoleh gambaran dan deskripsi
secara rinci, sistematis dan akurat suatu fenomena maka metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif
maupun kualitatif.
Jika tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan atau
komparasi suatu variabel maka metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian deskriptif korelasi atau komparasi.
Selain untuk mendeskripsikan suatu fenomena, penelitian
deskriptif juga dirancang untuk membuat komparasi maupun untuk
mengetahui hubungan atas satu variabel kepada variabel lain.
Suharsimi, A, (2005), menyatakan karena itu pula penelitian
komparasi dan korelasi juga dimasukkan dalam kelompok penelitian
deskriptif.
12 | P a g e
3. Melakukan Kajian Pustaka
Setelah masalah penelitian ditetapkan, selanjutnya pada
tahapan ini peneliti mencari landasan teoritis dari permasalahan
penelitiannya dengan cara melakukan kajian pustaka. Tujuan kajian
pustaka adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan
masalah yang diteliti, memperdalam pengetahuan tentang obyek
(variabel) yang diteliti, mengkaji teori dasar yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti, mengkaji temua penelitian
terdahulu, dan mencari informasi aspek masalah yang belum
tergarap.
Sumber kajian pustaka dapat diperoleh dari sumber primer dan
sekunder. Sumber primer merupakan karangan asli yang ditulis oleh
orang lain secara langsung mengalami, melihat dan mengerjakan
sendiri. Sumber sekunder adalah tulisan tentang penelitian orang
lain. Bahan pustaka yang biasanya tersedia diperpustakaan adalah
ensiklopedia, kamus, buku-buku teks dan buku referensi, buku
pegangan, biografi, indeks, abstrak laporan penelitian, majalah,
jurnal dan surat kabar, skripsi, tesis, desertasi.
4. Membuat Asumsi atau Anggapan-Anggapan
Asumsi dalam konteks penelitian diartikan sebagai anggapan
dasar, yaitu suatu pernyataan atau sesuatau yang diakui
13 | P a g e
kebenarannya atau dianggap benar tanpa harus dibuktikan lebih
dahulu. Asumsi penelitian merupakan pijakan berpikir dan
bertindak dalam melaksanakan penelitian. Menurut sifatnya ada
tiga jenis asumsi, yaitu asumsi konseptual, asumsi situasional
dan asumsi operasional. Asumsi konseptual berakar pada pengakuan
akan kebenaran suatu konsep atau teori. Asumsi situasional
diperlukan untuk mengantisipasi adanya kondisi lokal atau situasi
yang bersifat sementara yang berpotensi mempengaruhi berlakunya
suatu hukum atau prinsip yang dapat menggoyahkan rancangan
penelitian. Asumsi operasional bertolak dari masalah-masalah
operasional yang masih dalam jangkauan pengendalian peneliti.
5. Merumuskan Hipotesis Penelitian, Bila Ada
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas permasalahan yang
diteliti. Penelitain deskriptif diperlukan perumusan hipotesis
atau tidak tergantung pada masalah dan tujuan yang telah
dirumuskan, (Sukmadinata, N. S, 2011). Penelitian deskriptif yang
ditujukan untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual,
dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu tanpa membandingkan atau menghungkan, tidak
memerlukan hipotesis. Namun demikian, sebuah penelitian
deskriptif yang dirancang untuk membuat komparasi atau hubungan
perlu merumuskan hipotesis.
6. Menentukan Populasi, Sampel, Teknik Sampling
14 | P a g e
Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek yang berbeda
pada sustu wilayah dan memenuhi sayarat-syarat tertentu berkaitan
masalah yang diteliti, (Martono, N, 2011). Kemudian dijelaskan
bahwa sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-
ciri atau keaadan tertentu yang akan diteliti. Terkait dengan hal
ini dalam penelitian deskriptif juga dilakukan penentuan sampel
baik dengan teknik probability maupun non probability.
7. Menentukan Instrumen
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur variabel
yang diteliti. Instrumen atau alat pengumpul data harus sesuai
dengan tujuan pengumpulan data. Sumber data dan jenis data yang
akan dikumpulkan harus jelas. Instrumen penelitian yang digunakan
harus memenuhi persyaratan validitas (kesahihan) dan reliabilitas
(keterandalan), paling tidak ditinjau dari segi isinya sesuai
dengan variabel yang diukur. Prosedur pengembangan instrumen
pengumpul data perlu dijelaskan tentang proses uji coba, analisis
butir tes, uji kesahihan dan uji keterandalan. Dalam penelitian
deskriptif kuantitaif, instrumen yang sering digunakan adalah
angket (kusioner), pedoman wawancara dan pedoman pengamatan.
8. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yaitu wawancara,
angket, observasi dan studi dokumenter, Sukmadinata, N. S,
15 | P a g e
(2011). Terdapat perbedaan penelitian deskriptif dengan
penelitian survey dalam hal teknik pengumpulan data. Menurut
Sukmadinata, N. S, (2011), kajian deskriptif lebih luas
dibanding survey karena mencakup penelitia observasi dan studi
dokumenter, sedangkan survey terbatas pada penggunaan wawancara
dan angket.
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
cara melakukan percakapan dengan responden atau narasumber.
Angket atau kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyataan atau
penrnyataan tertulis kepada responden untuk dijawab, (Sugiyono,
2010). Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung,
(Sukmadinata, N. S, (2011). Selanjutnya dijelaskan bahwa teknik
studi dokumen merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisa dokumen-dokumen tertulis gambar maupun
elektronik.
9. Analisis Data
Berdasarkan sifat data yang dikumpulkan, analisis data hasil
penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu analisis kuantitatif dan
analisis kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk data
yang dapat diklasifikasi dalam bentuk angka-angka. Analisis
kualitatif digunakan untuk data yang bersifat uraian kalimat
(data narartif) yang tidak dapat diubah dalam bentuk angka-angka.
16 | P a g e
Data yang bersifat kauntitaif pada penelitian deskriptif
mutlak dianalisa dengan mengguakan statistis. Statistik
deskriptif digunakan menganalisa data yang bersifat kuantitatif
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data apa adanya.
Statistik deskriptif bisa berupa rata-rata hitung (mean), median,
modus, kadang-kadang persentase dll. Menurut Sugiono, (2010),
statistik deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya
hubungan antar variabel melalui analisis korelasi, melakukan
prediksi dengan analisi regresi dan membuat perbandingan dengan
membandingkan rata-rata data sampel atau populasi.
10. Menarik Kesimpulan atau Generalisasi
Akhirnya dalam kesimpulan harus mencerminkan jawaban dari
pertanyaan yang diajukan. Jangan sampai antara masalah
penelitian, tujuan penelitian, landasan teori, data, analisis
data dan kesimpulan tidak ada runtutan yang jelas. Jika rumusan
masalah dan tujuan dalam penelitian deskriptif hanya ingin
menjelaskan suatu fenomena secara deskriptif maka kesimpulan yang
dikemukakan hanya bersifat deskriptif. Jika peneltian deskriptif
yang bersifat membandingkan atau mencari hubungan maka kesimpulan
akhir menggambarkan adanya perbedaan atau hubungan terkait dengan
masalah yang diteliti.
2.4 Jenis-Jenis Metode Deskriptif
17 | P a g e
Penelitian dibagi menjadi beberapa jenis:
a. Metode survei
Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk
memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari
keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi
sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu
daerah. (Nazir, 1988: 65)
Kerlinger mengemukakan bahwa metode survei adalah penelitian
yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang
dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi
tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif
distribusi, dan hubungan antar variabel. Sosiologi, maupun
psikologis.
Survei pada dasarnya tidak berbeda dengan research
(penelitian). Pemakaian kedua istilah ini kerap kali hanya
dimaksudkan untuk memberikan penekanan mengenai ruang lingkup.
Research memusatkan diri pada salah satu atau beberapa aspek dari
objeknya. Sedangkan survei bersifat menyeluruh yang kemudian akan
dilanjutkan secara khusus pada aspek tertentu bilamana diperlukan
studi yang lebih mendalam (Zulnaidi, 2007: 11)
Lebih lanjut lagi Zulnaidi (2007: 11-12) mengemukakan
beberapa studi yang termasuk dalam metode survei yakni:
Survei kelembagaan (institutional survei)
Analisis jabatan/ pekerjaan (job analysis)
Analisis dokumen (documentary analysis)
18 | P a g e
Analisis isi (content analysis)
Survei pendapat umum (public oppinion survey)
Survey kemasyarakatan (community survey)
Nazir (1988: 65) dalam bukunya Metode Penelitian, mengemukan
terdapat banyak sekali penelitian yang dapat dilakukan dengan
menggunakan metode survei, diantaranya adalah survei masalah
kemasyarakatan, survei komunikasi dan pendapat umum, survei
masalah politik, survei masalah pendidikan, dan lain sebagainya.
b. Metode deskriptif kesinambungan
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang
dilakukan secara terus menerus atau berkesinambungan sehingga
diperoleh pengetahuan yang menyeluruh mengenai masalah, fenomena,
dan kekuatan-kekuatan sosial yang diperoleh jika hubungan-
hubungan fenomena dikaji dalam suatu periode yang lama.
Menurut Nazir (1988: 65) mendefinisikan metode deskriptif
berkesinambungan atau continuity descriptive research sebagai
kerja meneliti secara deskriptif yang dilakukan secara terus
menerus atas suatu objek penelitian. Salah satu contoh metode
penelitian deskriptif berkesinambungan ini dilakukan oleh Whitney
dan Milholland (1930) yang mempelajari status akademis dari
mahasiswa tingkat persiapan dari Colorado State College of
Education pada tahun 1930. Penelitian dilakukan dalam waktu
empat tahun, dengan menelusuri status akademis sejak tingkat
persiapan sampai dengan lulus sarjana muda.
19 | P a g e
c. Penelitian studi kasus
Penelitian studi kasus memusatkan diri secara intensive
terhadap satu objek tertentu, dengan cara mempelajari sebagai
suatu kasus. Berbagai unit sosial seperti seorang murid
menunjukkan kelainan, sebuah kelompok keluarga, sebuah kelompok
anak nakal, sebuah desa, sebuah lembaga sosial dan lain-lain
dapat diselidiki secara intensive, baik secara menyeluruh maupun
mengenai aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian khusus.
(Zulnaidi, 2007: 13)
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) merupakan pengujian secara
rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu
tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu.
Menurut Maxfield (1930: 117-122) dalam Nazir (1988: 66)
mendefinisikan penelitian studi kasus adalah penelitian tentang
status subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik
atau khas dari keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus
adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar
belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari
kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian, dari sifat-
sifat khas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
Penelitian studi kasus menurut Stake (2005) terdapat 3 jenis
penelitian studi kasus yang dibagi berdasarkan karakteristik dan
fungsinya, yakni:
Penelitian studi kasus mendalam
20 | P a g e
Penelitian studi kasus instrumental
Penelitian studi kasus jamak
Tidak berbeda jauh, Creswell (2007) juga membagi penelitian
studi kasus menjadi 3 jenis. Dalam penelitian studi kasus
tentunya terdapat langkah-langkahnya. Menurut Yin (1994),
terdapat langkah-langkah dalam melakukan penelitian studi kasus
yakni secara singkat seperti di bawah ini:
a) Merancang studi kasus
Dalam merancang studi kasus, terdapat dua langkah yakni
melakukan pembekalan pengetahuan dan keterampilan serta melakukan
pengembangan dan pengkajian ulang penelitian.
b) Melakukan studi kasus
Dalam langkah kedua ini terdapat tiga langkah yakni 1)
penentuan teknik pengumpulan data; 2) penyebaran alat pengumpulan
data; dan 3) penganalisisan bukti studi kasus yang terkumpul.
c) Melakukan pengembangan, implikasi, dan saran
Tahap ini merupakan tahap akhir dari setiap penelitian
sebagai upaya melaporkan hasil penelitiannya kepada semua orang.
Nazir (1988: 68) mengemukakan bahwa langkah-langkah pokok
dalam meneliti kasus adalah sebagai berikut: 1) menemukan rumusan
tujuan penelitian; 2) tentukan unit-unit studi, sifat-sifat serta
proses-proses apa yang akan menuntun penelitian; 3) tentukan
rancangan serta pendekatan dalam memilih unit-unit dan teknik
21 | P a g e
pengumpulan data mana yang digunakan. Sumber-sumber data apa yang
tersedia; 4) kumpulkan data; 5) organisasikan informasi serta
data yang terkumpul dan analisa untuk membuat interpretasi serta
generalisasi; 6) susun laporan dengan memberikan kesimpulan serta
implikasi dari hasil penelitian.
d. Penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas
Menurut Nazir (1988: 71) dalam buku Metode Penelitian
mengemukakan bahwa penelitian analisa pekerjaan dan aktivitas
merupakan penelitian yang ditujukan untuk menyelidiki secara
terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil penelitian
tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan
masa yang akan datang.
Lebih lanjut Nazir mengemukakan bahwa studi yang mendalam
dilakukan terhadap kelakuan-kelakuan pekerja, buruh, petani,
guru, dan lain sebagainya terhadap gerak-gerik mereka dalam
melakukan tugas, penggunaan waktu secara efisien dan efektif.
e. Penelitian tindakan (action research)
Penelitian tindakan merupakan penelitian yang berfokus pada
penerapan tindakan yang dengan tujuan meningkatkan mutu atau
memecahkan permasalahan pada suatu kelompok subjek yang diteliti
dan diamati tingkat keberhasilannya atau dampak dari tindakannya.
Menurut Grundy dan Kemmis (1990: 322) mengemukakan bahwa
penelitian tindakan memiliki dua tujuan pokok, yaitu meningkatkan
22 | P a g e
(improve) dan melibatkan (involve). Maksudnya, penelitian
tindakan bertujuan meningkatkan bidang praktik, meningkatkan
pemahaman praktik yang dilakukan oleh praktisi, dan meningkatkan
situasi tempat praktik dilaksanakan. Penelitian tindakan juga
berusaha melibatkan pihak-pihak terkait, jika penelitian tindakan
dilaksanakan di sekolah, maka pihak terkait antara lain adalah
kepala sekolah, guru, siswa, karyawan, dan orang tua siswa.
Penelitian ini sering digunakan oleh para peneliti di bidang
pendidikan yang sering disebut sebagai penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research).
f. Penelitian perpustakaan
Penelitian perpustakaan merupakan kegiatan mengamati
berbagai literatur yagn berhubungan dengan pokok permasalahan
yang diangkat baik itu berupa buku, makalah ataupun tulisan yang
sifatnya membantu sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
proses penelitian. Menurut Kartini Kartono (1986: 28) dalam buku
Pengantar Metodologi Research Sosial mengemukakan bahwa tujuan
penelitian perpustakaan adalah untuk mengumpulkan data dan
informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang ada di
perpustakaan, hasilnya dijadikan fungsi dasar dan alat utama bagi
praktek penelitian di lapangan.
g. Penelitian Komparatif
23 | P a g e
Menurut Sugiono (2005: 11) penelitian komparatif adalah
suatu penelitian yang bersifat membandingkan.
Dalam buku metode penelitian karangan M. Nazir (1988: 69-70)
terdapat keunggulan dan kelemahan dari metode penelitian
komparatif. Keunggulannya adalah sebagai berikut:
Metode komparatif dapat mensubtitusikan metode eksperimental
karena beberapa alasan: 1) jika sukar diadakan kontrol terhadap
salah satu faktor yang ingin diketahui atau diselidiki hubungan
sebab akibatnya; 2) apabila teknik untuk mengadakan variabel
kontrol dapat menghalangi penampilan fenomena secara normal
ataupun tidak memungkinkan adanya interaksi secara normal; 3)
penggunaan laboratorium untuk penelitian untuk dimungkinkan, baik
karena kendala teknik, keuangan, maupun etika dan moral.
Dengan adanya teknik yang lebih mutakhir serta alat
statistik yang lebih maju, membuat penelitian komparatif dapat
mengadakan estimasi terhadap parameter-parameter hubungan kausal
secara lebih efektif.
Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut:
Penelitian komparatif yang bersifat ex post facto,
mengakibatkan penelitian tersebut tidak mempunyai kontrol
terhadap variabel bebas
Sukar memperoleh kepastian, apakah faktor-faktor penyebab
suatu hubungan kausal yang diselidiki benar-benar relevan.
Interaksi antarfaktor-faktor tunggal sebagai penyebab atau
akibat terjadinya suatu fenomena menjadi sukar untuk
diketahui.
24 | P a g e
Ada kalanya dua atau lebih faktor memperlihatkan adanya
hubungan, tetapi belum tentu bahwa hubungan yang
diperlihatkan adalah hubungan sebab akibat.
Mengkategorisasikan subjek dalam dikhotomi untuk tujuan
perbandingan dapat menjurus pada pengambilan keputusan dan
kesimpulan yang salah, akibatnya kategori dikhotomi yang
dibuat mempunyai sifat kabur, bervariasi, samar, menghendaki
value judgement dan tidak kokoh.
Lebih lanjut lagi Nazir (1988: 70) menjabarkan beberpa
langkah pokok dalam studi komparatif, yaitu: 1) rumuskan dan
definisikan masalah; 2) jajaki dan teliti literatur yang ada; 3)
rumuskan kerangka teoritis dan hipotesa-hipotesa serta asumsi-
asumsi yang dipakai; 4) buatlah rancangan penelitian dengan cara
memilih subjek yang digunakn dengan teknik pengumpulan data yang
diinginkan, dan mengkategorikan sifat-sifat atau atribut-atribut
atau hal-hal lain yang sesuai dengan masalah yang ingin
dipecahkan, untuk mempermudah analisa sebab akibat; 5) uji
hipotesa, membuat interpretasi terhadap hubungan dengan teknik
statistik yang tepat; 6) membuat generalisasi, kesimpulan, serta
implikasi kebijakan; dan 7) menyusun laporan dengan cara
penulisan ilmiah.
25 | P a g e
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem
pikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan
dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki.
26 | P a g e
Ciri / kriteria dari metode deskriptif adalah sebagai
berikut:
Kriteria umum
• Masalah yang dirumuskan harus patut, ada nilai ilmiah serta
tidak terlalu luas
• Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan tegas dan tidak
terlalu umum
• Data yang digunakan harus fakta-fakta yang terpercaya dan
bukan merupakan opini
• Standar yang digunakan untuk membuat perbandingan harus
mempunyai validitas
• Harus ada deskripsi yang terang tentang tempat serta waktu
penelitian dilakukan
• Hasil penelitian harus berisi secara detail yang digunakan
baik dalam mengumpulkan data maupun dalam menganalisa data serta
studi kepustakaan yang dilakukan. Deduksi logis harus jelas
hubungannya dengan kerangka teoritis yang digunakan, jika
kerangka teoritis untuk itu telah dikembangkan
Kriteria khusus
• Kriteria khusus dari penelitian dengan metode deskriptif
adalah:
• Prinsip-prinsip ataupun data yang digunakan dinyatakan dalam
nilai (value)
27 | P a g e
• Fakta-fakta ataupun prinsip-prinsip yang digunakan adalah
mengenai masalah status
• Sifat penelitian adalah ex post facto, karena itu tidak ada
kontrol terhadap variabel, dan peneliti tidak mengadakan
pengaturan atau manipulasi terhadap variabel. Variabel dilihat
sebagaimana adanya.
Langkah-langkah dalam melakukan kajian ilmiah dengan metode
deskriptrif:
1. Mengidentifikasi dan Memilih Masalah yang Akan Diteliti
2. Merumuskan dan Mengadakan Pembatasan Masalah
3. Melakukan Kajian Pustaka
4. Membuat Asumsi atau Anggapan-Anggapan
5. Merumuskan Hipotesis Penelitian, Bila Ada
6. Menentukan Populasi, Sampel, Teknik Sampling
7. Menentukan Instrumen
8. Teknik Pengumpulan Data
9. Analisis Data
10. Menarik Kesimpulan atau Generalisasi
28 | P a g e
REFERENSI:
http://idtesis.com/metode-deskriptif/
http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_deskriptif
http://ridwanaz.com/umum/bahasa/pengertian-penelitian-deskriptif/
http://www.bimbingan.org/pengertian-pendekatan-deskriptif-
analitis.htm
http://daun2001.blogspot.com/2013/05/rancangan-penelitian-
deskriptif.html
http://blog.uin-malang.ac.id/muttaqin/2010/11/28/10/