PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

35
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATAR BELAKANG proses terjadinya pancasila dapat di badakan menjadi dua yaitu: asala mula yang langsung dan asal mula yang tidak langsung. Adapun pengrtian asal mula tersebut adalah sebagai berikut : 1. Asal Mula Langsung Pengertian asal mula secara ilmiah filsafati di bedakan menjadi empat yaitu: causa materialis, causa formalis, causa efficient. Adapun rincian asal mual langsung Pancasila menurut Notonegora adalah sebagai berikut : a. Asal mula bahan (causa materialis) Asal bahan Pancasila adalah bangsa Indonesia itu sendiri karena Pancasila di gali dari nilai-nilai, adapt- istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari hari bangsa Indonesia. b. Asal mula bentuk (causa formalis) Hal ini di maksudkan bagaimana asal mula bentu atau bagaimana bentuk Pancasila itu di rumuskan sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD 1945. maka asal mula bentuk Pancasila adalah ; Soekarno bersama-sam denagn Drs. Moh Hatta serta anggota BPUPKI lainya merumuskan dan membahas pancasila terutama hubungan bentuk,rumusan dan nama Pancasila. c. Asal mula karya (causa efficient) Asala mula karya yaitu asal mula yang menjadikan Pancasila dari calon dasar Negara menjadi dasar negarayang satu. Adapun asal mula krya adalah PPKI sebagai pembentuk Negara dan atas dasar pembentuk Negara tang mengesahkan Pncasila menjadi dasar Negara yang sah, setelah melakukan pembahasan baik yang di lakuakan oleh BPUPKU , Panitia Sembilan. 2. Asal mula tidak langsung Asal mula tidak langsung pancasila bila dirinci adalah sebagai berikut:

Transcript of PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKAPANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATAR BELAKANGproses terjadinya pancasila dapat di badakan menjadi dua

yaitu: asala mula yang langsung dan asal mula yang tidaklangsung. Adapun pengrtian asal mula tersebut adalah sebagaiberikut :1. Asal Mula Langsung

Pengertian asal mula secara ilmiah filsafati di bedakanmenjadi empat yaitu: causa materialis, causa formalis,causa efficient.

Adapun rincian asal mual langsung Pancasila menurutNotonegora adalah sebagai berikut :a. Asal mula bahan (causa materialis)

Asal bahan Pancasila adalah bangsa Indonesia itusendiri karena Pancasila di gali dari nilai-nilai, adapt-istiadat, kebudayaan serta nilai-nilai religius yangterdapat dalam kehidupan sehari hari bangsa Indonesia.

b. Asal mula bentuk (causa formalis)Hal ini di maksudkan bagaimana asal mula bentu atau

bagaimana bentuk Pancasila itu di rumuskan sebagaimanatermuat dalam Pembukaan UUD 1945. maka asal mula bentukPancasila adalah ; Soekarno bersama-sam denagn Drs. MohHatta serta anggota BPUPKI lainya merumuskan dan membahaspancasila terutama hubungan bentuk,rumusan dan namaPancasila.

c. Asal mula karya (causa efficient)Asala mula karya yaitu asal mula yang menjadikan

Pancasila dari calon dasar Negara menjadi dasarnegarayang satu. Adapun asal mula krya adalah PPKIsebagai pembentuk Negara dan atas dasar pembentuk Negaratang mengesahkan Pncasila menjadi dasar Negara yang sah,setelah melakukan pembahasan baik yang di lakuakan olehBPUPKU , Panitia Sembilan.

2. Asal mula tidak langsungAsal mula tidak langsung pancasila bila dirinci adalah

sebagai berikut:

a. unsur unsure Pancasila tersebut sebelum secara langsungdirumuskan menjadi dasar filsafat Negara. Nilai-nilainyayaitu nilai keuhanan, niali kemanusiaan, nilai persatuan,niali kerakyatan, niali keadilan telah ada dan tercermindalam kehidupan sehari-hari bangsaIndonesia sebelummembentuk Negara.

b. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidupmasyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara, yangberupa nilai-nilai adapt istiadat, nilai kebudayaan sertanilai religius. Nilai-nilai tersebut menjadi pedomandalam memecahkan problema kehidupan sehari-haribangsa Indonesia.

c. Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa asal mula tidaklangsung Pancasila pada hakikatnyabangsa Indonesia sendiri, atau dengan kata lainbangsa Indonesia sebagai “Kausa materialis” atau sebagaiasal mula tidak langsung nilai-nilai Pancasila.

Berdasarkan uraian di atas ,dapat membeikan gambaran padakita bahwa pancasila itu pada hakikatnya adalah sebagaipandangan hidup bangsa Indonesia yang jauh sebelumbangsaIndonesia membentuk Negara.

A. ARTI IDEOLOGI TERBUKAIdeologi terbuka ialah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya

tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil darikekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya sendiri.

Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksidengan perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal.Sumber semangat ideologi terbuka itu sebenarnya terdapat dalamPenjelasan Umum UUD 1945, yang menyatakan, “... terutama baginegara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yangtertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkanaturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itudiserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah caramembuatnya, mengubahnya dan mencabutnya“.

B. FAKTOR PENDORONG KETERBUKAAN IDEOLOGI PANCASILA

Faktor yang mendorong pemikiran mengenai keterbukaanideologi Pancasila adalah sebagai berikut :a. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamikamasyarakat yang berkembang secara cepat.

b. Kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yangtertutup dan beku dikarenakan cenderung meredupkanperkembangan dirinya.

c. Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau.d. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasarPancasila yang bersifat abadi dan hasrat mengembangkansecara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuannasional.Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam

penerapannya yang berbentuk pola pikir yang dinamis dankonseptual dalam dunia modern. Kita mengenal ada tiga tingkatnilai, yaitu nilai dasar yang tidak berubah, nilaiinstrumental sebagai sarana mewujudkan nilai dasar yang dapatberubah sesuai keadaan dan nilai praktis berupa pelaksanaansecara nyata yang sesungguhnya. Nilai-nilai Pancasiladijabarkan dalam norma - norma dasar Pancasila yang terkandungdan tercermin dalam Pembukaan UUD 1945. Nilai atau norma dasaryang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 ini tidak bolehberubah atau diubah. Karena itu adalah pilihan dan hasilkonsensus bangsa yang disebut kaidah pokok dasar negara yangfundamental (Staatsfundamentealnorm). Perwujudan ataupelaksanaan nilai-nilai instrumental dan nilai-nilai praktisharus tetap mengandung jiwa dan semangat yang sama dengannilai dasarnya.

C. BATAS-BATAS KETERBUKAAN IDEOLOGI PANCASILASungguhpun demikian, keterbukaan ideologi Pancasila ada

batas-batasnya yang tidak boleh dilanggar, yaitu sebagaiberikut :a. Stabilitas nasional yang dinamis.b. Larangan terhadap ideologi marxisme, leninisme dan

komunisme.c. Mencegah berkembangnya paham liberal.

d. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang mengelisahkankehidupan masyarakat.

e. Penciptaan norma yang baru harus melalui konsensus.

KATA PENGANTARPuji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Alloh Swt.Yang telah memberikan banyak nikmatnya kepada kami. Sehinggakami mampu menyelesaikan Makalah Pendidikan Pancasila inisesuai dengan waktu yang kami rencanakan. Makalah ini kamibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian matakuliah Pancasila. Yang meliputi nilai tugas, nilai kelompok,nilai individu, dan nilai keaktifan.Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materiyang sudah tersusun. Namun, hanya lebih pendekatan pada studybanding atau membandingkan beberapa materi yang sama dariberbagai referensi. Yang semoga bisa member tambahan pada halyang terkait dengan Kepentingan Pendidikan Pancasila dalamperkembangan Negara Indonesia di Era Reformasi.Pembuatan makalah ini menggunakan metode study pustaka, yaitumengumpulkan dan mengkaji materi Pendidikan Pancasila dariberbagai referensi. Kami gunakan metode pengumpulan data ini,agar makalah yang kami susun dapat memberikan informasi yangakurat dan bisa dibuktikan.Penyampaian pembandingan materi dari referensi yang satudengan yang lainnya akan menyatu dalam satu makalah kami.Sehingga tidak ada perombakan total dari buku aslinya.Kami sebagai penyusun pastinya tidak pernah lepas darikesalahan. Begitu pula dalam penyusunan makalah ini, yangmempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon maafatas segala kekurangannya.Kami ucapkan terima kasih kepada S.Rosdiani Emiyulia,S.Pd.MMsebagai pengajar mata kuliah Pancasila yang telah membimbingkami dalam penyusunan makalah ini.tidak lupa pula kepada rekan– rekan yang telah ikut berpartisipasi. Sehingga makalah iniselesai tepat pada waktunya.

Penyusunii

DAFTAR ISILEMBAR JUDUL i

Kata Pengantar iiDaftar Isi iiiBab 1 Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1968 4Bab 2 Tinjauan Pancasila Dari Berbagai Segi 8

2.1 Tinjauan Historis 8Sidang BPUPKI – 29 Mei 1945 dan 1 Juni 1945 8Piagam Jakarta 22 Juni 1945 9Konstitusi RIS (1949) dan UUD Sementara (1950) 9Intruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968 10

2.2 Tinjauan Yuridis – Konstitusional 102.3 Tinjauan Tentang dasar Pancasila 11

Bab 3 Hakikat Nilai – Nilai Pancasila 151.1 Arti dan Makna Sila Ketuhanan yang Maha Esa 151.2 Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab 151.3 Arti dan Makna Sila Persatuan Indonesia 151.4 Arti dan Makna Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh HikmadKebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan 161.5 Arti dan Makna Sila Keadialn Bagi Seluruh Rakyat Indonesia 161.6 Sikap positif terhadap nilai-nilai pancasila 16Bab 4 Pancasila Suatu Pilihan Bangsa 17KesimpulanDaftar Pustaka

BAB IINTRUKSI PRESIDEN RI NOMOR 12 TAHUN 1968

Mempelajari Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, ajarantentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsaIndonesia adalah kewajiban moral seluruh warga negaraIndonesia. Pancasila yang benar dan sah (otentik) adalah yangtercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar1945. Hal itu ditegaskan melalui Instruksi Presiden RI No.12Tahun 1968, tanggal 13 April 1968. Penegasan tersebutdiperlukan untuk menghindari tata urutan atau rumusansistematik yang berbeda, yang dapat menimbulkan kerancuanpendapat tentang isi Pancasila yang benar dan sesungguhnya.Dalam rangka mempelajari Pancasila, Laboratorium PancasilaIKIP Malang (1986:9-14) menyarankan dua pendekatan yangsemestinya dilakukan untuk memperoleh pemahaman secara utuhdan menyeluruh mengenai Pancasila. Pendekatan tersebut adalahpendekatan yuridis-konstitusional dan pendekatan komprehensif.

Pendekatan yuridis-konstitusional diperlukan guna meningkatkankesadaran akan peranan Pancasila sebagai sumber dari segalasumber hukum, dan karenanya mengikat seluruh bangsa dan negaraIndonesia untuk melaksanakannya. Pelaksanaan Pancasilamengandaikan tumbuh dan berkembangnya pengertian, penghayatandan pengamalannya dalam keseharian hidup kita secaraindividual maupun sosial selaku warga negara Indonesia.Pendekatan komprehensif diperlukan untuk memahami aneka fungsidan kedudukan Pancasila yang didasarkan pada nilai historisdan yuridis-konstitusional Pancasila: sebagai dasarnegara, ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya danpandangan hidup bangsa Indonesia. Telaah tersebut dilakukandengan pertimbangan bahwa selain merupakan philosphischegrondslaag (Bld), dasar filsafat negara Republik Indonesia,Pancasila pun merupakan satu kesatuan sistem filsafat bangsaatau pandangan hidup bangsa (Ing: way of life; Jer: weltanschauung).Maka tinjauan historis dan filosofis juga dipilih untukmemperoleh pemahaman yang mengarah pada hakikat nilai-nilaibudaya bangsa yang dikandung Pancasila sebagai suatu sistemfilsafat. Pancasila adalah keniscayaan sejarah yang dinamisdalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Kendati demikian, tinjauan filosofis tidak hendak mengabaikansumbangan budi-nurani terhadap aspek-aspek religius dalamPancasila (Lapasila, 1986:13-14): “Dengan tercantumnyaKetuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dalam Pancasila,Pancasila sebenarnya telah membentuk dirinya sendiri sebagaisuatu ruang lingkup filsafat dan religi. Karena hanya sistemfilsafat dan religi yang mempunyai ruang lingkup pembahasantentang Ketuhanan yang Maha Esa. Dengan demikian secara‘inheren’ Pancasila mengandung watak filosofis dan aspek-aspekreligius, sehingga pendekatan filosofis dan religius adalahkonsekuensi dari essensiaPancasila sendiri yang mengandung unsurfilsafat dan aspek religius. Karenanya, cara pembahasan yangterbatas pada bidang ilmiah semata-mata belum relevan denganPancasila.”

TINJAUAN PANCASILA DARI BERBAGAI SEGIMempelajari Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, ajarantentang nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsaIndonesia adalah kewajiban moral seluruh warga negaraIndonesia. Pancasila yang benar dan sah (otentik) adalah yang

tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar1945. Hal itu ditegaskan melalui Instruksi Presiden RI No.12Tahun 1968, tanggal 13 April 1968. Penegasan tersebutdiperlukan untuk menghindari tata urutan atau rumusansistematik yang berbeda, yang dapat menimbulkan kerancuanpendapat dalam memberikan isi Pancasila yang benar dansesungguhnya.Dalam rangka mempelajari Pancasila, Laboratorium PancasilaIKIP Malang (1986:9-14) menyarankan dua pendekatan yangsemestinya dilakukan untuk memperoleh pemahaman secara utuhdan menyeluruh mengenai Pancasila. Pendekatan tersebut adalahpendekatan yuridis-konstitusional dan pendekatan komprehensif.Pendekatan yuridis-konstitusional diperlukan guna meningkatkankesadaran akan peranan Pancasila sebagai sumber dari segalasumber hukum, dan karenanya mengikat seluruh bangsa dan negaraIndonesia untuk melaksanakannya. Pelaksanaan Pancasilamengandaikan tumbuh dan berkembangnya pengertian, penghayatandan pengamalannya dalam keseharian hidup kita secaraindividual maupun sosial selaku warga negara Indonesia.Pendekatan komprehensif diperlukan untuk memahami aneka fungsidan kedudukan Pancasila yang didasarkan pada nilai historisdan yuridis-konstitusional Pancasila: sebagai dasar negara,ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya dan pandanganhidup bangsa Indonesia. Telaah tersebut dilakukan denganpertimbangan bahwa selain merupakan philosphische grondslaag(Bld), dasar filsafat negara Republik Indonesia, Pancasila punmerupakan satu kesatuan sistem filsafat bangsa atau pandanganhidup bangsa (Ing: way of life; Jer: weltanschauung). Makatinjauan historis dan filosofis juga dipilih untuk memperolehpemahaman yang mengarah pada hakikat nilai-nilai budaya bangsayang dikandung Pancasila sebagai suatu sistem filsafat.Pancasila adalah keniscayaan sejarah yang dinamis dalamkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kendatidemikian, tinjauan filosofis tidak hendak mengabaikansumbangan budi-nurani terhadap aspek-aspek religius dalamPancasila (Lapasila, 1986:13-14): “Dengan tercantumnyaKetuhanan yang mahaesa sebagai sila pertama dalam Pancasila,Pancasila sebenarnya telah membentuk dirinya sendiri sebagaisuatu ruang lingkup filsafat dan religi. Karena hanya sistemfilsafat dan religi yang mempunyai ruang lingkup pembahasantentang Ketuhanan yang mahaesa. Dengan demikian secara‘inheren’ Pancasila mengandung watak filosofis dan aspek-aspek

religius, sehingga pendekatan filosofis dan religius adalahkonsekuensi dari essensia Pancasila sendiri yang mengandungunsur filsafat dan aspek religius. Karenanya, cara pembahasanyang terbatas pada bidang ilmiah semata-mata belum relevandengan Pancasila.”1.Tinjauan historisPembahasan historis Pancasila dibatasi pada tinjauan terhadapperkembangan rumusan Pancasila sejak tanggal 29 Mei 1945sampai dengan keluarnya Instruksi Presiden RI No.12 Tahun1968. Pembatasan ini didasarkan pada dua pengandaian, yakni:

1) Telah tentang dasar negara Indonesia merdeka barudimulai pada tanggal 29 Mei 1945, saat dilaksanakansidang Badan Penyelidik Usaha-usaha PersiapanKemerdekaan Indonesia (BPUPKI);2) Sesudah Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 tersebut,kerancuan pendapat tentang rumusan Pancasila dapatdianggap tidak ada lagi.

Permasalahan Pancasila yang masih terasa mengganjal adalahtentang penghayatan dan pengamalannya saja. Hal ini tampaknyabelum terselesaikan oleh berbagai peraturan operasionaltentangnya. Dalam hal ini, pencabutan Ketetapan MPRNo.II/MPR/1978 (Ekaprasetia Pancakarsa) tampaknya juga belumdiikuti upaya penghayatan dan pengamalan Pancasila secaralebih ‘alamiah’. Tentu kita menyadari juga bahwa upayapelestarian dan pewarisan Pancasila tidak serta mertamengikuti Hukum Mendel.Tinjauan historis Pancasila dalam kurun waktu tersebut kiranyacukup untuk memperoleh gambaran yang memadai tentang prosesdan dinamika Pancasila hingga menjadi Pancasila otentik. Halitu perlu dilakukan mengingat bahwa dalam membahas Pancasila,kita terikat pada rumusan Pancasila yang otentik dan polahubungan sila-silanya yang selalu merupakan satu kebulatanyang utuh.Sidang BPUPKI – 29 Mei 1945 dan 1 Juni 1945Dalam sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yaminmenyampaikan telaah pertama tentang dasar negara Indonesiamerdeka sebagai berikut: 1) Peri Kebangsaan; 2) PeriKemanusiaan; 3) Peri Ketuhanan; 4) Peri Kerakyatan; 5)Kesejahteraan Rakyat. Ketika itu ia tidak memberikan namaterhadap lima (5) azas yang diusulkannya sebagai dasar negara.Pada tanggal 1 Juni 1945, dalam sidang yang sama, Ir. Soekarnojuga mengusulkan lima (5) dasar negara sebagai berikut: 1)

Kebangsaan Indonesia; 2) Internasionalisme; 3) Mufakat atauDemokrasi; 4) Kesejahteraan Sosial; 5) Ketuhanan YangBerkebudayaan. Dan dalam pidato yang disambut gegap gempitaitu, ia mengatakan: “… saja namakan ini dengan petundjukseorang teman kita – ahli bahasa, namanja ialah Pantja Sila …”(Anjar Any, 1982:26).

Piagam Jakarta 22 Juni 1945Rumusan lima dasar negara (Pancasila) tersebut kemudiandikembangkan oleh “Panitia 9” yang lazim disebut demikiankarena beranggotakan sembilan orang tokoh nasional, yakni parawakil dari golongan Islam dan Nasionalisme. Mereka adalah: Ir.Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. A.A. Maramis, AbikusnoTjokrosoejoso, Abdulkahar Muzakir, H.A. Salim, Mr. AchmadSubardjo, K.H. Wachid Hasjim, Mr. Muhammad Yamin. Rumusansistematis dasar negara oleh “Panitia 9” itu tercantum dalamsuatu naskah Mukadimah yang kemudian dikenal sebagai “PiagamJakarta”, yaitu: 1) Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankansyariat Islam bagi pemeluk-pemelukknya; 2) Menurut dasarkemanusiaan yang adil dan beradab; 3) Persatuan Indonesia; 4)Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalampermusyawaratan perwakilan; 5) Mewujudkan suatu keadilansosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Dalam sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945, “Piagam Jakarta”diterima sebagai rancangan Mukadimah hukum dasar (konstitusi)Negara Republik Indonesia. Rancangan tersebut – khususnyasistematika dasar negara (Pancasila) – pada tanggal 18 Agustusdisempurnakan dan disahkan oleh Panitia Persiapan KemerdekaanIndonesia (PPKI) menjadi: 1) Ketuhanan Yang Maha Esa; 2)Kemanusiaan yang adil dan beradab; 3) Persatuan Indonesia; 4)Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalampermusyawaratan/ perwakilan; 5) Keadilan sosial bagi seluruhrakyat Indonesia; sebagaimana tercantum dalam alinea keempatPembukaan UUD 1945.Konstitusi RIS (1949) dan UUD Sementara (1950)Dalam kedua konstitusi yang pernah menggantikan UUD 1945tersebut, Pancasila dirumuskan secara ‘lebih singkat’ menjadi:1) Pengakuan Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Perikemanusiaan; 3)Kebangsaan; 4) Kerakyatan; 5) Keadilan sosial.Sementara itu di kalangan masyarakat pun terjadi kecenderunganmenyingkat rumusan Pancasila dengan alasan praktis/ pragmatisatau untuk lebih mengingatnya dengan variasi sebagai berikut:

1) Ketuhanan; 2) Kemanusiaan; 3) Kebangsaan; 4) Kerakyatanatau Kedaulatan Rakyat; 5) Keadilan sosial. Keanekaragamanrumusan dan atau sistematika Pancasila itu bahkan tetapberlangsung sesudah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang secaraimplisit tentu mengandung pula pengertian bahwa rumusanPancasila harus sesuai dengan yang tercantum dalam PembukaanUUD 1945.Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 1968Rumusan yang beraneka ragam itu selain membuktikan bahwa jiwaPancasila tetap terkandung dalam setiap konstitusi yang pernahberlaku di Indonesia, juga memungkinkan terjadinya penafsiranindividual yang membahayakan kelestariannya sebagai dasarnegara, ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya danpandangan hidup bangsa Indonesia. Menyadari bahaya tersebut,pada tanggal 13 April 1968, pemerintah mengeluarkan InstruksiPresiden RI No.12 Tahun 1968 yang menyeragamkan tata urutanPancasila seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.2.Tinjauan yuridis-konstitusionalMeskipun nama “Pancasila” tidak secara eksplisit disebutkandalam UUD 1945 sebagai dasar negara, tetapi pada alineakeempat Pembukaan UUD 1945 itu secara jelas disebutkan bahwadasar negara Indonesia adalah keseluruhan nilai yang dikandungPancasila.Dengan demikian tepatlah pernyataan Darji Darmodihardjo (1984)bahwa secara yuridis-konstitusional, “Pancasila adalah DasarNegara yang dipergunakan sebagai dasar mengatur-menyelenggarakan pemerintahan negara. … Mengingat bahwaPancasila adalah Dasar Negara, maka mengamalkan danmengamankan Pancasila sebagai Dasar Negara mempunyai sifatimperatif/ memaksa, artinya setiap warga negara Indonesiaharus tunduk-taat kepadanya. Siapa saja yang melanggarPancasila sebagai Dasar Negara, ia harus ditindak menuruthukum, yakni hukum yang berlaku di Negara Indonesia.”Pernyataan tersebut sesuai dengan posisi Pancasila sebagaisumber tertinggi tertib hukum atau sumber dari segala sumberhukum. Dengan demikian, segala hukum di Indonesia harusbersumber pada Pancasila, sehingga dalam konteks sebagainegara yang berdasarkan hukum (Rechtsstaat), Negara danPemerintah Indonesia ‘tunduk’ kepada Pancasila sebagai‘kekuasaan’ tertinggi.Dalam kedudukan tersebut, Pancasila juga menjadi pedoman untukmenafsirkan UUD 1945 dan atau penjabarannya melalui peraturan-

peraturan operasional lain di bawahnya, termasukkebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan pemerintahdi bidang pembangunan, dengan peran serta aktif seluruh warganegara.Oleh karena itu dapatlah dimengerti bahwa seluruh undang-undang, peraturan-peraturan operasional dan atau hukum lainyang mengikutinya bukan hanya tidak boleh bertentangan denganPancasila, sebagaimana dimaksudkan oleh Kirdi Dipoyudo(1979:107): “… tetapi sejauh mungkin juga selaras denganPancasila dan dijiwai olehnya …” sedemikian rupa sehinggaseluruh hukum itu merupakan jaminan terhadap penjabaran,pelaksanaan, penerapan Pancasila.Demikianlah tinjauan historis dan yuridis-konstitusionalsecara singkat yang memberikan pengertian bahwa Pancasila yangotentik (resmi/ sah) adalah Pancasila sebagaimana tercantumdalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Pelaksanaan danpengamanannya sebagai dasar negara bersifat imperatif/memaksa, karena pelanggaran terhadapnya dapt dikenai tindakanberdasarkan hukum positif yang pada dasarnya merupakan jaminanpenjabaran, pelaksanaan dan penerapan Pancasila.Pemilihan Pancasila sebagai dasar negara oleh the foundingfathers Republik Indonesia patut disyukuri oleh segenap rakyatIndonesia karena ia bersumber pada nilai-nilai budaya danpandangan hidup bangsa Indonesia sendiri atau yang denganterminologi von Savigny disebut sebagai jiwa bangsa(volkgeist). Namun hal itu tidak akan berarti apa-apa bilaPancasila tidak dilaksanakan dalam keseharian hidupbermasyarakat, berbangsa dan bernegara sedemkian rupa denganmeletakkan Pancasila secara proporsional sebagai dasar negara,ideologi, ajaran tentang nilai-nilai budaya bangsa danpandangan hidup bangsa.3.Tinjauan tentang sifat dasar PancasilaSecara yuridis-konstitusional, Pancasila adalah dasar negara.Namun secara multidimensional, ia memiliki berbagai sebutan(fungsi/ posisi) yang sesuai pula dengan esensi daneksistensinya sebagai kristalisasi nilai-nilai budaya danpandangan hidup bangsa Indonesia. Karena itu Pancasila seringdisebut dan dipahami sebagai: 1 ) Jiwa Bangsa Indonesia; 2 )Kepribadian Bangsa Indonesia; 3 ) Pandangan Hidup BangsaIndonesia; 4 ) Dasar Negara Republik Indonesia; 5 ) SumberHukum atau Sumber Tertib Hukum bagi Negara Republik Indonesia;6 ) Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia pada waktu mendirikan

Negara; 7 ) Cita-cita dan Tujuan Bangsa Indonesia; 8 )Filsafat Hidup yang mempersatukan Bangsa Indonesia.Sebutan yang beraneka ragam itu mencerminkan kenyataan bahwaPancasila adalah dasar negara yang bersifat terbuka. Pancasilatidak bersifat kaku (rigid), melainkan luwes karena mengandungnilai-nilai universal yang praktis (tidak utopis) sertabersumber pada nilai-nilai budaya dan pandangan hidup bangsaIndonesia. Maka keanekaragaman fungsi Pancasila tersebutmerupakan konsekuensi logis dari esensinya sebagai satukesatuan sistem filsafat (philosophical way of thinking) miliksendiri yang dipilih oleh bangsa Indonesia untuk dijadikandasar negara (dasar filsafat negara atau philosophischegronslaag negara dan atau ideologi negara/ staatside).Meskipun demikian, dalam tugas dan kewajiban luhurmelaksanakan serta mengamankan Pancasila sebagai dasar negaraitu, kita perlu mewaspadai kemungkinan berjangkitnyapengertian yang sesat mengenai Pancasila yang direkayasa demikepentingan pribadi dan atau golongan tertentu yang justrudapat mengaburkan fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara.Karena itu tepatlah yang dianjurkan Darji Darmodihardjoberdasarkan pengalaman sejarah bangsa dan negara kita, yaitubahwa “… dalam mencari kebenaran Pancasila sebagaiphilosophical way of thinking atau philosophical systemtidaklah perlu sampai menimbulkan pertentangan danpersengketaan apalagi perpecahan.”Pancasila diharapkan tidak dimengerti melulu sebagaiindoktrinasi yang bersifat imperatif karena fungsi pokoknya,tetapi yang juga perlu diintenalisasi ke dalam batin setiapdan seluruh warga negara Indonesia karena ‘fungsi penyertanya’yang justru merupakan sumber Pancasila sebagai dasar negara.Dipandang dari segi hukum, kedudukan dan fungsi dasar negaradalam pengertian yuridis-ketatanegaraan sebenarnya sudahsangat kuat karena pelaksanaan dan pengamalannya sudahterkandung pula di dalamnya. Tetapi tidak demikian halnyadengan Pancasila secara multidimensional.Sebagaimana kita ketahui dari sejarah kelahirannya, Pancasiladigali dari sosio-budaya Indonesia, baik secara peroranganmaupun kolektif, kemudian ditetapkan secara implisit sebagaidasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945. Mengenai kekokohanPancasila yang bersifat kekal-abadi (Pancasila dalam artistatis sebagai dasar negara), Ir. Soekarno mengatakan: “Sudahjelas, kalau kita mau mencari suatu dasar yang statis, maka

dasar yang statis itu haruslah terdiri dari elemen-elemen yangada jiwa Indonesia.”Namun Pancasila bukanlah dasar negara yang hanya bersifatstatis, melainkan dinamis karena ia pun menjadi pandanganhidup, filsafat bangsa, ideologi nasional, kepribadian bangsa,sumber dari segala sumber tertib hukum, tujuan negara,perjanjian luhur bangsa Indonesia, yang menuntut pelaksanaandan pengamanannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa danbernegara. Dalam praksis kehidupan masyarakat, bangsa dannegara Indonesia, peranan atau implementasi Pancasila secaramultidimensional itu dapat dijelaskan secara singkat sebagaiberikut:Sebagai dasar negara, Pancasila menjadi dasar/ tumpuan dantata cara penyelenggaraan negara dalam usaha mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia.Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila menghidupi dandihidupi oleh bangsa Indonesia dalam seluruh rangkaian yangbulat dan utuh tentang segala pola pikir, karsa dan karyanyaterhadap ada dan keberadaan sebagai manusia Indonesia, baiksecara individual maupun sosial. Pancasila merupakan peganganhidup yang memberikan arah sekaligus isi dan landasan yangkokoh untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia.Sebagai filsafat bangsa, Pancasila merupakan hasil prosesberpikir yang menyeluruh dan mendalam mengenai hakikat diribangsa Indonesia, sehingga merupakan pilihan yang tepat dansatu-satunya untuk bertingkah laku sebagai manusia Indonesiadalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai budaya bangsa yang terkandung dalam Pancasila telahmenjadi etika normatif, berlaku umum, azasi dan fundamental,yang senantiasa ditumbuhkembangkan dalam proses mengada danmenjadi manusia Indonesia seutuhnya.Sebagai ideologi nasional, Pancasila tidak hanya mengaturhubungan antarmanusia Indonesia, namun telah menjadi cita-citapolitik dalam dan luar negeri serta pedoman pencapaian tujuannasional yang diyakini oleh seluruh bangsa Indonesia.Sebagai kepribadian bangsa, Pancasila merupakan pilihan unikyang paling tepat bagi bangsa Indonesia, karena merupakancermin sosio-budaya bangsa Indonesia sendiri sejak adanya dibumi Nusantara. Secara integral, Pancasila adalah meterai yangkhas Indonesia.Sebagai sumber dari segala sumber tertib hukum, Pancasilamenempati kedudukan tertinggi dalam tata perundang-undangan

negara Republik Indonesia. Segala peraturan, undang-undang,hukum positif harus bersumber dan ditujukan demi terlaksananya(sekaligus pengamanan) Pancasila.Sebagai tujuan negara, Pancasila nyata perannya, karenapemenuhan nilai-nilai Pancasila itu melekat erat denganperjuangan bangsa dan negara Indonesia sejak ProklamasiKemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga kini dan di masa depan.Pola pembangunan nasional semestinya menunjukkan tekad bangsadan negara Indonesia untuk mencapai masyarakat adil dan makmurberdasarkan Pancasila.Sebagai perjanjian luhur, karena Pancasila digali dari sosio-budaya bangsa Indonesia sendiri, disepakati bersama olehseluruh rakyat Indonesia sebagai milik yang harus diamankandan dilestarikan. Pewarisan nilai-nilai Pancasila kepadagenerasi penerus adalah kewajiban moral seluruh bangsaIndonesia. Melalaikannya berarti mengingkari perjanjian luhuritu dan dengan demikian juga mengingkari hakikat dan harkatdiri kita sebagai manusia.

MAKNA SILA-SILA PANCASILAArti dan Makna Sila Ketuhanan yang Maha Esa

1. Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan yang Maha Esa

2. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya.

3. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.4. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.5. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi

ditekankan dalam beribadah menurut agamanya masing-masing.6. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan

iman warga negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makhluk Tuhan

Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah.

Arti dan Makna Sila Persatuan Indonesia1. Nasionalisme.2. Cinta bangsa dan tanah air.3. Menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia.

4. Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan warna kulit.

5. Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.1. Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama)

yaitu Tuhan yang Maha Esa2. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan

beribadah menurut agamanya.3. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.4. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.5. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi

ditekankan dalam beribadah menurut agamanya masing-masing.6. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan

iman warga negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh HikmatKebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan

Hakikat sila ini adalah demokrasi. Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara

bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama.

Arti dan Makna Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh RakyatIndonesia

Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.

Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama menurut potensi masing-masing.

Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai dengan bidangnya.Sikap positif terhadap nilai-nilai pancasilaNilai-nilai Pancasila telah diyakini kebenarannya oleh bangsaIndonesia. Oleh karena itu , mengamalkan Pancasila merupakansuatu keharusan bagi bangsa Indonesia.Sikap positif dalam mengamalkan nilai-nilai pancasila.

1. Menghormati anggota keluarga2. Menghormati orang yang lebih tua3. Membiasakan hidup hemat4. Tidak membeda-bedakan teman5. Membiasakan musyawarah untuk mufakat6. Menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing7. Membantu orang lain yang kesusahan sesuai dengan kemampuan

sendiri.PANCASILA SEBAGAI PILIHAN BANGSA

Pancasilan telah disahkan secara yuridis konstitusional padatanggal 18 Agustus 1945 sebagai dasar Negara RI.Pada masa Ordebaru Pancasila melalui P4 (Pedoman Penghayatan dan PengamalanPancasila ), disamping dasar negara juga diberi sebutanpandangan hidup, perjanjian luhur bangsa, tujuan yang hendakdi capai, moral pembangunan, kepribadian bangsa indonesia, danlain-lain.Setelah lahirnya repormasi di keluarkanlah ketetapan MPR RIno. XVIII/MPR/1998, berisi:a. Pengembalian fungsi pancasila sebagai dasar negara.b. Penghapusan P4.c. Penghapusan pancasila sebagai azas tungggal bagi organisasisosial politik di indonesia.Dan pancasila mempunyai fungsi yang tetap yaitu sebagai dasarnegara dan juga sebagai ideologi bangsa dan negara.Argumentasi serta alasan-alasan pembenatanya adalah sebagaiberikut:

Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa di dunia nampaknyaditakdirkan memiliki karakteristik, baik dalam konteksgeopolitiknya maupun struktur sosial budayanya, yang berbedadengan bangsa lain di dunia ini. Oleh karena itu para foundingfathers Republik ini memilih dan merumuskan suatu dasarfilosofi, suatu kalimatun sawa yang secara objektif sesuaidengan realitas bangsa ini, yaitu suatu dasar filsafat bangsadan negara Indonesia yang sila pertamanya berbunyi ”KetuhananYang Maha Esa”, di tengah-tengah negara ateis, sekuler sertanegara teokrasi. Perumusan dasar filosofi negara ini dalamsuatu proses yang cukup panjang dalam sejarah. NegaraIndonesia dengan dasar filosofi ’Ketuhanan Yang Maha Esa’memiliki ciri khas jika dibandingkan dengan tipe negara ateisdan negara sekuler. Oleh karena itu dalam negara yang berdasaratas Ketuhanan Yang Maha Esa, kehidupan agama tidak dipisahkansama sekali melainkan justru agama mendapatkan legitimasifilosofis, yuridis dan politis dalam negara, hal inisebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945. Secarafilosofis Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung dalam silapertama Pancasila yang berkedudukan sebagai dasar filsafatnegara Indonesia, sehingga sila pertama tersebut sebagai dasarfilosofis bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan dalam halhubungan negara dengan agama. Dalam peraturan perundang-

undangan Indonesia bukan mengatur ruang akidah umat beragamamelainkan mengatur ruang publik warga negara dalam hubunganantar manusia. Sebagai contoh berbagai produk peraturanperundangan dalam hukum positif Islam, misalnya UU RI No. 41tentang Wakaf, UU RI No. 38 tentang Pengelolaan Zakat, inimengatur tentang wakaf dan zakat pada domein kemasyarakatandan kenegaraan.Secara filosofis relasi ideal antara negara dengan agama,prinsip dasar negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, yangberarti setiap warga negara bebas berkeyakinan atau memelukagama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Kebebasandalam pengertian ini berarti bahwa keputusan beragama danberibadah diletakkan pada domain privat atau pada tingkatindividu. Dapat juga dikatakan bahwa agama perupakan persoalanindividu dan bukan persoalan negara. Negara dalam hubungan inicukup menjamin secara yuridis dan memfasilitasi agar warganegara dapat menjalakan agama dan beribadah dengan rasa aman,tenteram dan damai. Akan tetapi bagaimanapun juga manusiamembentuk negara tetap harus ada regulasi negara khususnyadalam kehidupan beragama. Regulasi tersebut diperlukan dalamrangka memberikan perlindungan kepada warga negara. Regulasitersebut berkaitan dengan upaya-upaya melindungi keselamatanmasyarakat (public savety), ketertiban masyarakat (public order),etik dan moral masyarakat (moral public), kesehatan masyarakat(public healt) dan melindungi hak dan kebebasan mendasar oranglain (the fundamental right and freedom orders). Regulasi yangdilakukan oleh negara terhadap kebebasan warga negara dalammemeluk agama, nampaknya masih memerlukan pengembangan lebihlanjut. Misalnya dalam KUHAP, hanya dimuat dalam beberapapasal saja misalnya Pasal 156 yang mengatur tentang kebenciandan penghinaan pada suatu agama, Pasal 156a tentang penodaanagama, Pasal 175 merintangi dengan kekerasan upacarakeagamaan, Pasal 176 tentang mengganggu pertemuan keagamaan.B. PANCASIL SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA

Pengertian IdeologiIstilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harafiah ideologi berarti ilmu tentang pengertian dasar, ide atau cita-cita. Cita-cita yang dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap sifatnya dan harus dapat dicapai sehingga cita-cita itusekaligus merupakan dasar, pandangan, paham.Ideologi yang semula berarti gagasan, ide, cita-cita itu berkembang menjadi suatu paham mengenai seperangkat nilai atau pemikiran yang oleh seseorang atau sekelompokorang menjadi suatu pegangan hidup.

Beberapa pengertian ideologi:A.S. Hornby mengatakan bahwa ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik atau yang dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang.Soerjono Soekanto menyatakan bahwa secara umum ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut bidang politik, sosial, kebudayaan, dan agama.Gunawan Setiardja merumuskan ideologi sebagai seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa ideologi sebagai suatu sistem pemikiran yang dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup dan ideologi terbuka.Ideologi tertutup, merupakan suatu sistem pemikiran tertutup. Ciri-cirinya: merupakan cita-cita suatu kelompok orang untuk mengubah dan memperbarui masyarakat; atas nama ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat; isinya bukan hanya nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan terdiri dari tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras, yang diajukan dengan mutlak.Ideologi terbuka, merupakan suatu pemikiran yang terbuka. Ciri-cirinya: bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak dapat dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari moral, budaya masyarakat itu sendiri; dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah dari konsensus masyarakat tersebut; nilai-nilai itu sifatnya dasar, secara garis besar saja sehingga tidak langsung operasional.

Fungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut Ramlan Surbakti (1999) ada dua, yaitu: sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai secara bersamaoleh suatu masyarakat, dan sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur penyelesaian konflik yang terjadi dalam masyarakat.

Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai yang berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafat bangsa. Dengan demikian memenuhi syarat sebagai suatu ideologi terbuka.

Sumber semangat yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah terdapat dalam penjelasan UUD 1945: “terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah caranya membuat, mengubah dan mencabutnya

Sifat IdeologiAda tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme, dan dimensi fleksibilitas.

1.1. Dimensi Realitas:  nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai

yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga

mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya.

2. Dimensi idealisme : ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin diicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila bukan saja memenuhi dimensi idealisme ini tetapi juga berkaitan dengan dimensi realitas.

3. Dimensi fleksibilitas : ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara dan memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bebrsifat dinamis, demokrastis. Pancasila memiliki dimensi fleksibilitas karena memelihara, memperkuatrelevansinya dari masa ke masa.

2. Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila1. Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat yang berkembang

secara cepat.2. Kenyataan menujukkan bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup danbeku cendnerung

meredupkan perkembangan dirinya.3. Pengalaman sejarah politik masa lampau.4. Tekad untuk memperkokoh kesadaran akan nilai-nilai dasar Pancasila yang bersifat

abadi dan hasrat mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan nasional.

3. Sekalipun Pancasila sebagai ideologi bersifat terbuka, namun ada batas-batas keterbukaan yang tidak boleh dilanggar, yaitu:

1. Stabilitas nasional yang dinamis2. Larangan terhadap ideologi marxisme, leninnisme dan komunisme3. Mencegah berkembangnya paham liberalisme4. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan bermasyarakat5. Penciptaan norma-norma baru harus melalui konsensus.4. Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa1. Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa nilai-nilai yang

terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara. Dengan kata lain, visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsadan bernegara Indonesia adalah terwujudnya kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan.

2. Pancasila sebagai ideologi nasional selain berfungsi sebagai cita-cita normatif penyelenggaraan bernegara, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama, karena itu juga berfungsi sebagai sarana pemersatu masyarakat yang dapat memparsatukan berbagai golongan masyarakat di Indonesia.

BAB IPANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

 

 

Standar Kompetensi :

1.      Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagaiideologi terbuka.

Kompetensi Dasar :

1.1. Mendeskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka.

1.2. Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan paradigmapembangunan.

1.3. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologiterbuka.

 

 

A.   PENDAHULUANPemahaman mendalam terhadap latar belakang historis, dan konseptual tentang Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 bagi setiap warga negara, merupakan suatu bentuk kewajiban sebelum kita dapat melaksanakan nilai-nilainya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kewajiban tersebut merupakan konsekuensi formal dan konsekuensi logis dalam kedudukan kita sebagai warga negara. Karena kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara (Filsafat Negara), maka setiap warga negara wajib loyal (setia) kepada dasar negaranya.

Perjalanan hidup suatu bangsa sangat tergantung pada efektivitaspenyelenggaraan negara. Pancasila sebagai dasar negara merupakan dasar dalammengatur penyelenggaraan negara disegala bidang, baik bidang ideologi, politik,ekonomi, sosial-budaya dan hankam. Era global menuntut kesiapan segenap komponenbangsa untuk mengambil peranan sehingga dampak negatif yang kemungkinan muncul,dapat segera diantisipasi.

Kesetiaan, nasionalisme (cinta tanah air) dan patriotisme (kerelaan berkorban)warga negara kepada bangsa dan negaranya dapat diukur dalam bentuk kesetiaan(loyalitas) mereka terhadap filsafat negaranya yang secara formal diwujudkan dalambentuk Peraturan perundang-undangan (Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR,Undang-Undang, dan Peraturan Perundangan lainnya). Kesetiaan warga negara tersebutakan nampak dalam sikap dan tindakan, yakni menghayati, mengamalkan danmangamankan. Kesetiaan ini akan semakin mantap jika mengakui dan meyakinikebenaran, kebaikan dan keunggulan Pancasila sepanjang masa.

Pancasila dalam kedudukannya sebagai Ideologi negara, diharapkan mampu menjadifilter dalam menyerap pengaruh perubahan jaman di era globalisasi ini. Keterbukaanideologi Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk pola pikiryang dinamis dan konseptual. Suatu ideologi negara, merupakan hasil refleksimanusia berkat kemampuanya mengadakan distansi (menjaga jarak) terhadap duniakehidupannya. Antara keduanya, yaitu ideologi dan kenyataan hidup masyarakatterjadi hubungan dialektis, sehingga berlangsung pengaruh timbal balik yangterwujud dalam interaksi yang disatu pihak memacu ideologi makin realistis dandilain pihak mendorong masyarakat makin mendekati bentuk yang ideal. Ideologimencerminkan cara berfikir masyarakat, namun juga membentuk masyarakat menuju cita-cita.

 

B.   PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 

1.     Pancasila Kesepakatan Bangsa IndonesiaSebelum pembahasan lebih lanjut tentang Pancasila sebagai idelogi terbuka,

terlebih dahulu yang harus kita pahami adalah bahwa “Pancasila telah menjadikesepakatan bangsa Indonesia” sejak berdirinya Negara (Proklamasi) KesatuanRepublik Indonesia tahun 1945. Dengan demikian, siapapun yang menjadi warganegara Indonesia hendaknya menghargai dan menghormati kesepakatan yang telahdibangun oleh para pendiri negara (founding fathers) tersebut dengan berupaya terusuntuk menggali, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari baikdalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pancasila yang sila-silanya diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar1945, telah menjadi kesepakatan nasional sejak ditetapkan tanggal 18 Agustus1945, dan akan terus berlanjut sepanjang sejarah Negara Republik Indonesia.Kesepakatan tersebut merupakan perjanjian luhur atau kontrak sosial bangsa yangmengikat warga negaranya untuk dipatuhi dan dilaksanakan dengan semestinya.

  

Untuk membuktikan bahwa Pancasila merupakan hasil kesepakatan bangsaIndonesia dengan legalitas yang kuat, kiranya perlu dilengkapi denganjustifikasi yuridik, filsafat dan teoritik serta sosiologik dan historik.

 

Justifikasi Juridik

Bangsa Indonesia telah secara konsisten untuk selalu berpegang kepadaPancasila dan UUD 1945, sebagaimana telah diamanatkan adanya rumusan Pancasilake dalam undang-undang dasar yang telah berlaku di Indonesia dan beberapaKetetapan MPR Republik Indonesia.

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

................ dalam suatu susunan negara Republik Indonesia, yangberkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaanyang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmatkebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosialbagi seluruh rakyat Indonesia.

 

b. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (1949)

.................... Maka demi ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalamsuatu Piagam negara yang berbentuk republik federasi, berdasarkan pengakuan ke-Tuhanan Yang Maha Esa, perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilansosial. ....................................

 

c. Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia (1950)

.................... Maka demi ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalamsuatu Piagam negara yang berbentuk republik-kesatuan, berdasarkan pengakuan ke-Tuhanan Yang Maha Esa, perikemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan sosial, untukmewujudkan kebahagiaan, kesejahteraan, perdamaian dan kemerdekaan dalammasyarakat dan Negara hukum Indonesia Merdeka yang berdaulat sempurna.

 

d. Ketetapan MPR RI No.XVII/MPR/1998 tentang HAK ASASI MANUSIA

Pasal 2

Menugaskan kepada Presiden Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan RakyatRepublik Indonesia untuk meratifikasi berbagai instrumen Perserikatan BangsaBangsa tentang Hak Asasi Manusia, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila danUndang-Undang Dasar 1945.

 

e. Ketetapan MPR RI No.V/MPR/2000 tentang PEMANTAPAN PERSATUAN DAN KESATUANNASIONAL

Arah Kebijakan

(2)   Menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara yang terbuka dengan membukawacana dan dialog terbuka di dalam masyarakat sehingga dapat menjawabtantangan sesuai dengan visi Indonesia masa depan.

 

f. Ketetapan MPR RI No.V/MPR/2000 tentang PEMANTAPAN PERSATUAN DAN KESATUANNASIONAL

Pengertian

Etika kehidupan berbangsa merupakan rumusan yang bersumber dari ajaranagama, khususnya yang bersifat, universal, dan nilai-nilai luhur budayabangsayang tercermin dalam Pancasila sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikapdan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa.

  

Justifikasi Teoritik - Filsafati

Yaitu merupakan usaha manusia untuk mencari kebenaran Pancasila dari sudutolah pikir manusia, dari konstruksi nalar manusia secara logik. Pada umumnyaolah pikir filsafati dimulai dengan suatu aksioma, yakni suatu kebenaran awalyang tidak perlu dibuktikan lagi, karena hal tersebut dipandang suatu kebenaranyang hakiki. Para pendiri negara dalam membuktikan kebenaran Pancasila dimulaidengan suatu aksioma bahwa :”Manusia dan alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esadalam suatu partalian yang selaras atau harmoni”. Aksioma ini dapat ditemukan rumusannyadalam Pembukaan UUD 1945 pada aline kedua, keempat dan pasal 29, sebagai berikut:

Alinea Kedua,

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorongkan oleh keinginan luhur, supayaberkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan inikemerdekaannya.

 

Alinea Keempat,

............, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yangberkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan Yang MahaEsa, .................

 

Pasal 29 ayat (1)

Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

 

Justifikasi Sosiologik – Historik

Menurut penggagas awal (Ir. Soekarno), bahwa Pancasila digali dari bumiIndonesia sendiri dan dikristalisasikan dari nilai-nilai yang berkembang dalamkehidupan rakyat Indonesia yang beraneka ragam. Nilai-nilai tersebut dapatdiamati pada kelompok masyarakat yang tersebar di seluruh Indonesia yang dalamimplementasinya sangat disesuaikan dengan kultur masyarakat yang bersangkutan.Dengan demikian, nampak jelas bahwa sesungguhnya Pancasila telah menjadi livingreality (kehidupan nyata) jauh sebelum berdirinya negara republik Indonesia.Beberapa contoh nilai-nilai Pancasila yang telah berkemang di dalam kehidupanmasyarakat antara lain :

No Asal Nilai-nilai/Ungkapan Yang Keterangan

Daerah Berkembang1. Jawa a.      tepo seliro (tenggang rasa),

b.      sepi ing pamrih rame inggawe (mau bekerja keras tanpapamrih),

c.       gotong royong (berat ringanditanggung bersama)

Adanya konsephu-manitas yangsudah menjiwaibangsaIndonesia.

2. Minangkabau

1)      Bulat air oleh pembuluh, bulat kataoleh mufakat

Konsepsovereinitas.

2)      Adat basandi syarak, syarakbasandi Kitabullah

Konsepreligiositas

c.       Penghulu beraja ke mufakat,mufakat beraja pada kebenaran.

Konsephumanitas

3. Minahasa a.      Pangilikenta waja si Empung siRumer reindeng rojor(Sekaliankita maklum bahwa yangmemberikan rahmat yakni TuhanYang Maha Esa)

Konsepreligiositas

b.      Tia kaliuran si masenaimpalampangan (Jangan lupakepada “Dia” yang memberiterang.

Konsepreligiositas

4. Lampung          Tebak cotang di serambi,mupakat dilemsesat(Simpang siurdi luar, mufakat di dalambalai).

Konsepsovereinitas.

5. BolaangMangondow

         Na’buah pinayung (Tetapbersatu dan rukun).

Konsepnasionalitas/persatuan

6. Madura          Abantal sadat, sapo’iman,payung Allah (Iman dan takwakepada Tuhan Yang Maha Esa)

Konsepreligiositas

7. Bugis/Makasar

         Tak sakrakai allowa ritang nganalangika (Matahari tak akantenggelam di tengah langit).

Konsepreligiositas

8. Bengkulu          Kalau takut dilambur pasang,jangan berumah di pinggir pantai.

Konsephumanitas

9. Maluku          Kaulete mulowang lalangwalidase nausavo sotoneisa etolomaikukuramese upasasi netanekwelenetane ainetane (Mari kitabersatu baik dilaut maupun didarat untuk menentang

Konsephumanitas danpersatuan

kezaliman).10.

Batak(Manda-iling)

         Songon siala sampagul raptuginjang rap tu roru (Berat samadipanggul, ringan samadijinjing).

Konseppersatuan dankebersamaan

11.

Batak(Toba)

         Sai masia minaminaan songonlampak ni pisang, masitungkoltungkolan songon suhatdirobean(Biarlah kita bersatuseperti batang pisang danmendukung seperti pohon talesdi kebun).

Konseppersatuan

 

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, jelaslah bahwa bagi bangsaIndonesia tidak perlu diragukan lagi tentang kebenaran Pancasila sebagai dasarnegara, ideologi nasional maupun pandangan hidup bangsa dalam kehidupanbermasyarakat berbangsa dan bernegara. Hal ini terbukti setelah kita analisisdari sudut justifikasi yuridik, filsafati dan teoritik serta sosiologik danhistorik. Untuk itu, semakin jelaslah bahwa Pancasila merupakan kesepakatanbangsa, suatu perjanjian luhur yang memiliki legalitas, kebenaran danmerupakan living reality yang selama ini telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan sudut pandang justifikasi filsafati dan teoritik inilah bangsaIndonesia yang memiliki beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan(SARA) mampu hidup berdampingan secara damai, rukun dan sejahtera dalam semboyanBhinneka Tunggal Ika serta dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.Sebagai perwujudan tersebut, maka bangsa Indonesia dikenal oleh bangsa-bangsamanca negara sebagai bangsa yang memiliki sifat khas kepribadian (unik) antaralain : ramah tamah, religius, suka membantu sesama (solideritas), danmengutamakan musyawarah mufakat.

 

 

2. Pengertian PancasilaDalam rangka lebih memahami tentang Pancasila sebagai idelogi terbuka, maka

perlu dijelaskan lebih dahulu apa itu Pancasila. Banyak tokoh nasional yangtelah merumuskan konsep Pancasila sesuai dengan sudut pandang masing-masing.Namun jika dicermati,  secara umum definisi konsep tersebut relatif sama.Berikut adalah beberapa pengertian tentang Pancasila yang dikemukakan oleh paraahli.

a.      Muhammad Yamin.

Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan Sila yang berartisendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan

baik.  Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisipedoman  atau  aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.

 

b.      Ir. Soekarno

Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian abadlamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasilatidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas  lagi, yakni falsafahbangsa  Indonesia.

 

c.       Notonegoro

Pancasila adalah Dasar Falsafah Negara Indonesia. Berdasarkan pengertian inidapat disimpulkan Pancasila pada hakikatnya merupakan dasar falsafahdan Ideologi negara yang diharapkan menjadi pendangan hidup bangsaIndonesia sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan sertasebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia.

 

d.      Berdasarkan Terminologi.

Pada 1 juni 1945, dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapankemerdekaan Indonesia (BPUKI), Pancasila yang memiliki arti lima asasdasar digunakakn oleh Presiden Soekarno untuk memberi nama pada lima prinsipdasar negara Indonesia yang diusulkannya. Perkataan tersebut dibisikan olehtemannya seorang ahli bahasa yang duduk di samping Ir. Soekarno,yaitu  Muhammad Yamin.Pada tanggal, 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia merdeka dan keesokan harinya(18 Agustus 1945)    salah satunya disahkan           Undang Undang DasarNegara Republik Indonesia yang di dalamnya memuat isi rumusan lima prinsipdasar negara yang diberi nama Pancasila. Sejak saat itulah perkataanPancasila menjadi bahasa Indonesia dan dijadikan istilah yang sudah umum.

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DAN KAITANNYA DENGAN PENEGAKAN SUPREMASI HUKUMPendahuluanPenyimpangan implementasi pancasila pada masa orde lama dan orde baru, berujung menimbulkan gerakan reformasi di Indonesia, sehingga terjadilah suatu perubahan yang cukup besar dalam berbagai bidang terutama bidang kenegaraan, hukum maupun politik. Konsekuensinya mengharuskan kita mengkaji ulang atas pemahaman ilmiah

tentang pancasila sebagai ideologi dan sebagai paradigma kenegaraan.Atas dasar pemahaman yang demikian itu, maka ada dua wacana ilmiah yang patut dikemukakan, yaitu :Pertama, Apa yang dimaksud dengan pancasila sebagai ideologi terbuka?Kedua, Apa yang dimaskud dengan pancasila sebagai paradigma kenegaraan?Dan terhadap jawaban kedua pertanyaan di atas dapat dipertanyakan lebih lanjut bagaimana analisis yuridis kenegaraan didalam UUD 1945 ? kemudian apa kaitannya dengan supremasi hukum yang merupakan gerakan mendasar reformasi saat ini ?Untuk menjawab secara ilmiah kedua wacana tersebut dapat dipahami dua pengertian pokok, pengertian ideologi dan pengertian reformasi.

1. Pengertian tentang ideologiIstilah “Ideologi” berasal dari kata “ideo” (cita-cita) dan “logy” (pengetahuan, ilmu faham).Menurut W. White definisi Ideologi ialah sebagai berikut :“The sum of political ideas of doctrines of distinguishable class of group of people” (ideologi ialah soal cita-cita politik atau dotrin (ajaran) dari suatu lapisan masyarakatatau sekelompok manusia yang dapat dibeda-bedakan).Sedangkan menurut pendapat Harold H Titus definisi ideologi ialah sebagai berikut :“A term used for any group of ideas concerning various politicaland economic issuesand social philosophies often appliedto a systematic schema of ideas held by group classes” (suatu istilah yang dipergunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik dan ekonomi serta filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematik tentang cita-cita yang dijalanakan oleh sekelompok atau lapisan masyarakat). (Drs Ismaun, pancasila sebagai dasar filsafat atau ideologi negara republik Indonesia dalam Heri Anwari Ais, Bunga Rampai filsafat pancasila, 1985 : 37).“The term “isme” something used for these system of thought” (istilah isme/aliran kadang-kadang dipakai untuk system pemikiran ini.Dalam pengertian ideologi negara itu termasuk dalam golongan ilmu pengetahuan sosial, dan tepatnya pada digolongkan kedalam ilmu politik (political sciences) sebagai anak cabangnya. Untuk memahami tentang ideologi ini, maka kita menjamin disiplin ilmu politik.Didalam ilmu politik, pengertian ideologi dikenal dua pengertian, yaitu :Pertama, pengertian secara fungsional danKedua, pengertian secara structuralIdeologi dalam pengertian secara fungsional adalah ideologi diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik. Sedangkan pengertian ideologi secara structural adalah ideologi diartikan sebagai system pembenaran, seperti gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa.Lebih lanjut ideologi dalam arti fungsional secara tipologi dapat dibagi dua tipe, yaitu ideologi yang bertipe doktriner dan ideologi yang bertipe pragmatis.Suatu ideologi digolongkan doktriner apabila ajaran-ajaran yang terkandung dalam ideologi itu dirumuskan secara sistematis dan terinci dengan jelas, diindotrinasikan kepada warga masyarakat, dan pelaksanaanya diawasi secara ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintah, komunisme merupakan salah satu contohnya.Suatu ideology digolongkan pada tipe pragmatis, ketika ajaran – ajaran yag terkandung dalam ideology tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, melainkan dirumuskan secara umum (prinsup-prinsipnya saja). Dalam hal ini, ideologyitu tidak diindoktrinasikan, tetapi disosisalisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan, sistem ekonomi, kehidupan agama dan sistem politik. Individualisme (liberalisme) merupakan salah satu contoh ideology pragmatis.Untuk memahami lebih dalam lagi contoh-contoh ideology, maka berikut ini kita

mencoba mengenal pijakan pemahaman terhadap empat ideology yang kita kenal dalam wacana politik, yaitu :Pertama, liberalismeKedua, konservatismeKetiga, sosialisme dan komunismeKeempat, fasisme

2. Ideologi-ideologi Dunia2.1 LiberalismeLiberalisme tumbuh dari konstek masyarakat Eropa pada abad pertengahan feudal, dimana sistem sosial ekonomi dikuasai oleh kaum aristrokasi feodal dan menindas hak-hak individu. Liberalisme tidak diciptakan oleh golongan pedagang dan industri,melainkan diciptakan oleh golongan intelektual yang digerakan oleh keresahan ilmiah(rasa ingin tahu da keinginan untuk mencari pengetahuan yang baru) dan artistic umum pada zaman itu.Ciri-ciri ideology libertalisme sebagai berikut :Pertama, demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik,Kedua, anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan berbicaraKetiga, pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk diri sendiri.Keempat, kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh karena itu pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah.Kelima, suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagianterbesar individu berbahagia, kalau masyarakat secara keseluruhan berbahagia, kebahagiaan sebagian besar individu belum tentu maksimal.2.2 KonservatismeKetika liberalisme menggoncang struktur masyarakat feudal yang mapan, golongan feudal berusaha mencari ideology tandingan untuk menghadapi kekuasaan persuasive liberalisme. Dari sinilah muncul ideology konservatisme sebagai reaksi atas paham liberalisme.Paham konservatisme itu ditanda dengan gejala-gejala sebagai berikut :Pertama, masyarakat yang terbaik adalah masyarakat yang tertata. Masyarakat harus memiliki struktur (tata) yang stabil sehingga setiap orang mengetahui bagaimana ia harus berhubungan dengan orang lain.seseorang akan lebih memperoleh kebahagiaansebagai anggota suatu keluarga anggota gereja daan anggota masyarakat daripada yang dapat diperoleh secara individual.Kedua, untuk menciptakan masyarakat yang tertata dan stabil diperlukan suatu pemerintah yang memiliki kekuasaan yang mengikat tetapi bertanggung jawab. Paam konservatif berpandangan pengatura yang tepat atas kekuasaan akan menjamin perlakuan yang samaterhadap setiap orang.Ketiga, paham ini menekankan tanggung jawab pada pihak penguasa dalam masyarakat untuk membantu pihak yang lemah. Posisi ini bertentangan dengan pahamliberal yang berpandangan pihak yang lemah harus bertanggung jawab atas urusan dan hidupnya. Sisi konservatif inilah yang menimbulkan untuk pertama kali negara keseahteraan (welfare state) dengan program-program jaminan sosial bagi yang berpenghasilan rendah.Ciri lain yang membedakan antara liberalisme dan konservatisme adalah menyangkut hubungan ekonomi dengan negara lain. Paham konservatif tidak menghendaki pengaturanekonomi (proteksi), melainkan menganut paham ekonomi internasional yang bebas (persaingan bebas), sedangkan paham liberal cenderung mendukung pengaturan ekonomi internasional sepanjang hal itu membantu buruh, konsumen dan golongan menengah domestik.

2.3 Sosialisme dan komunismeSosialisme merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-akibatnya. Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad ke-19 dikenal sosialis utopia. Sosialisme ini lebih didasarkan pada pandangan kemanusiaan (humanitarian), dan meyakini kesempurnaan watak manusia. Penganut paham ini berharap dapat menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-citakan dengan kejernihan dan kejelasan argumen, bukan dengan cara-cara kekerasan dan revolusi. Sedang paham komunisme berkeyakinan perubahan system kapitalis harus dicapai dengan revolusi, dan pemerintahan oleh dictator proletariat sangat diperlukan pada masa transisi. Dalam masa transisi dengan bantuan negara dibawah dictator proletariat, seluruh hak milik pribadi dihapuskan dan diambil untuk selanjutnya berada pada kontrol negara.Perbedaan sosialisme dan komunisme terletak pada sarana yang digunakan untuk mengubah kapitalisme menjadi sosialisme. Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan seyogyanya dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis.

2.4 FasismeFasisme merupakan tipe nasionalisme yang romantis dengan segala kemegahan upacara dan symbol-simbol yang mendukungnya untuk mencapai kebesaran negara.Hal itu akan dapat dicapai apabila terdapat seorang pemimpin kharismatis sebagai symbol kebesaran negara yang didukung oleh massa rakyat.. dukungan massa yang fanatik ini tercipta berkat indoktrinasi, slogan-slogan dan symbol-simbol yang ditanamkan sang pemimpin besar dan aparatnya. Fasisme ini pernah diterapkan di Jerman (Hitler), Jepang, Italia (Mossolini), dan Spanyol.Dewasa ini pemikiran fasisme cenderung muncul sebagai kekuatan reaksioner (right wing) dinegara-negara maju, seperti skin ilead dan kluk-kluk klan di Amerika Serikat yang berusaha mencapai dan mempertahankan supremasi kulit putih.

3. Pengertian tentang reformasiMakna serta pengertian reformasi dewasa ini banyak disalah artikan sehingga gerakanmasyarakat yang melakukan perubahan yang mengatasnamakan gerakan reformasi juga tidak sesuai dengan gerakan reformasi itu sendiri. Hal ini terbukti dengan maraknyagerakan masyarakat dengan mengatasnamakan gerakan reformasi, melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan makna reformasi itu sendiri, misalnya dengan pemaksaan kehendak dengan menduduki kantor suatu instansi atau lembaga baik negeri atau swasta, dan tindakan lain yang justru tidak mencerminkan sebagai reformis.Makna “reformasi” secara etimologis berasal dari kata “reformation” dengan akar kata “reform” yang secara semantic bermakna “make or become better by removing or putting right what is bad or wrong” (oxford advanced leaner’s dictionary of currentEnglish, 1980, dalam Wibisono 1998 : 1).Secara harfiah reformasi memiliki makna : suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat(Riswanda, 1998).Oleh karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sebagai berikut :Pertama, suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu penyimpangan-penyimpangan. Masa pemerintahan ORBA banyak terjadi suatu penyimpangan – penyimpangan, misalnya asas kekeluargaan menjadi “nepotisme” kolusi dan korupsi yang tidak sesuai dengan makna dan semangat pembukaan UUD 1945 serta batang tubuh UUD 1945.Kedua, suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita yang jelas (landasan ideologis) tertentu, dalam hal ini pancasila sebagai ideology bangsa dan negara Indonesia. Jadi reformasi pada prinsipnya suatu gerakan untuk mengembalikan pada dasar nilai-nilai sebagaimana dicita-citakan oleh bangsa Indonesia. Tanpa landasan visi dan misi ideology yang jelas maka gerakan reformasi akan mengarah anarkisme, disintegrasi bangsa dan akhirnya jatuh pada kehancuran bangsa dan negara

Indonesia, sebagaimana yang telah terjadi di Uni Soviet dan Yugoslavia.Ketiga, suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu acuan reformasi. Reformasi pada prinsipnya gerakan untuk mengadakan suatu perubahan untukmengembalikan pada suatu tatanan structural yang ada, karena adanya suatu penyimpangan. Maka reformasi akan mengembalikan pada dasar serta sistem negara demokrasi, bahwa kedaulatan adalah ditangan rakyat sebagaimana terkandung dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945. Reformasi harus mengembalikan dan melakukan perubahan kearah sistem negara hukum dalam arti yang sebenarnya sebagaimana terkandung dalam penjelasan UUD 1945, yaitu harus adanya perlindungan hak-hak asasi manusia, peradilan yang bebas dari pengaruh penguasa, serta legalitas dalam arti hukum. Olehkarena itu reformasi itu sendiri harus berdasarkan pada kerangka hukum yang jelas. Selain itu reformasi harus diarahkan pada suatu perubahan ke arah transparasi dalamsetiap kebijaksanaan dalam penyelenggaraan negara karena hal ini sebagai manesfestasi bahwa rakyatlah sebagai asal mula kekuasaan negara dan rakyatlah segaaaspek kegiatan negara. Atau dengan prinsip, bahwa “Tiada Reformasi dan Demokrasi tanpa supremasi hukum dan tiada supremasi hukum tanpa reformasi dan demokrasi”.Keempat, Reformasi diakukan ke arah suatu perubahan kearah kondisi serta keadaan yang lebih baik dalam segala aspeknya antara lain bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta kehidupan keagamaan. Dengan lain perkataan reformasi harus dilakukan ke arah peningkatan harkat dan martabat rakyat Indonesia sebagai manusia democrat, egaliter dan manusiawi.Kelima, Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia yang berketuhanan yang maha esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan bangsa.Atas dasar lima syarat-syarat di atas, maka gerakan reformasi harus tetap diletakkan dalam kerangka perspektif pancasila sebagai landasan cita-cita dan ideology, sebab tanpa adanya suatu dasar nilai yang jelas, maka reformasi akan mengarah kepada disintegrasi, anarkisme,brutalisme, dengan dmikian hakekat reformasi itu adalah keberanian moral untuk membenahi yang masih terbengkalai, meluruskan yang bengkok, mengadakan koreksi dan penyegaran secara terus-menerus, secara gradual, beradab dan santun dalam koridor konstitusional dan atas pijakan/tatanan yang berdasarkan pada moral religius.

4. Pancasila sebagai ideologi terbukapancasila sebgaai filsafat bangsa / negara dihubungkan dengan fungsinya sebagai dasar negara, yang merupakan lndasan ideal bangsa Indonesia dan negara republik Indonesia dapat disebut pula sebagai ideologi nasional atau disebut juga sebagai ideologi negara. Artinya pancasila merupakan ideologi yang dianut oleh negara (penyelenggaraan negara dan rakyat) Indonesia secara keseluruhan, bukan milik atau monopoli seseorang atau sekelompok orang, disamping masih adanya beberapa ideologi yang dianut oleh masyarakat Indonesia yang lain, sepanjang tidak bertentangan dengan ideologi negara, sebab Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai kebenaran yang telah dipilih oleh para pendiri negara ini, yang mana lima dasar atau lima silanya merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan walaupunterbedakan sebagai dasar dan ideologi pemersatu.Sebagai suatu rumusan dasar filsafat negara atau dalam kedudukan sebagai ideologi negara yang dikandung oleh pembukaan UUD 1945 ialah pancasila. Rumusan pancasila itu dapat pula disebut sebagai rumusan dasar cita negara (staatidee) dan sekaligus dasar dari cita hokum (rechtidee) negara republik Indonesia.Sebagai cita negara, ia dirumuskan berdasarkan cita yang hidup di dalam masyarakat (volksgeemenshapidee) yang telah ada sebelum negara itu didirikan.Memang sebelum negara republik Indonesia berdiri, masyarakatnya telah ada sejak berabad-abad silam. Terbentuknya suatu masyarakat pada umumnya terjadi secara alamiah. Masyarakat itu kemudian mengembangkan citanya sendiri, yang berisi cita-cita, harapan-harapan, keinginan-keinginan, norma-norma dan bentuk-bentuk ideal masyarakat yang dicita-citakannya. Cita negara dirumuskan berdasarkan cita yang hidup dalam masyarakat tadi sebagai hasil refleksi filosofis.

Pertanyaan yang mendasar dan ilmiah adalah Apakah pancasila itu sebagai Ideologi ? dan jika sebagai ideologi apakah sebagai ideologi tertutup atau ideologi terbuka dan dimana letak terbukanya ?Secara wacana akademik istilah ideologi pada walnya digunakan oleh seorang filsuf Prancis, ANTOINE DESTUTT DE TRACY, yang diartikannya “ilmu pengetahuan mengenai gagasan-gagasan (science of ideas). Istilah ini mula-mula mengandung konotasi politik karena penggunaanya berhubungan dengan epistmologi ilmu pengetahuan.Dalam sejarahnya istilah ideologi baru berhubungan dengan kehidupan politik setelahNapoleon Bonaparte dari Prancis menamakan semua orang yang menentang gagasan-gagasan “patriotic” yang dikemukakannya sebagai kaum “ideologis”. Bagi Napoleon, ideologi adalah pemikiran-pemikiran khayali kaum idealis yang menghalang-halangi pencapaian tujuan-tujuan revolusioner.Istilah ini semakin popular pada abad pertengahan ke 19 setelah KARL MARX menerbitkan buku German Ideology. Menurut ideologi hanyalah kesadaran yang palsu, ideologi adalah kesadaran sebuah kelas sosial dan ekonomi dalam masyarakat demi mempertahankan kepentingan-kepentingan mereka.Dan sejarah mencatat, berbagai akibat yang ditimbulkan oleh ideologi KARL MARX, sejak kemenangan revolusi kaum Bolsjevik di Rusia pada tahun 1926 sampai masa keruntuhan kemunisme pada tahun-tahun belakangan ini.Kajian komprehensif dari segi sosiologi pengetahuan mengenai ideologi dipelopori oleh KARL MANNHEIM. Tokoh ini menerima dasar pemikiran Karl Max bahwa ideologi adalah “kesadaran kelas”. Mann Heim membuat dua kategori ideologi, yaitu :Pertama, Ideologi yang bersifat particularKedua, Ideologi yang bersifat menyeluruhPada kategori pertama dimaksudkannya sebagai keyakinan-keyakinan yang tersusun secara sistimatis dan terkait erat dengan kepentingan suatu kelas sosial dalam masyarakat.Sedangkan pada kategori kedua diartikannya sebagai suatu system pemikiran yang menyeluruh mengenai semua aspek kehidupan sosial. Ideologi dalam kategori kedua inibercita-cita melakukan transformasi sosial secara besar-besaran menuju bentuk tertentu. Jadi Mann Heim menganggap ideologi pada kategori kedua ini tetap berada dalam batas-batas yang realistic dan berbeda dengan “utopia” yang hanya berisi gagasan-gagasan besar yang hampir tidak mungkin dapat diwujudkan.Pertanyaannya adalah apakah pancasila adalah ideologi dalam kategori pertama atau pada ideologi pada kategori kedua ?Bagi bangsa Indonesia ideologi tentu bukan kesadaran sebuah kelas sebagaimana dipahami KARL MARX. Cara pandang kenegaraan bangsa Indonesia menolak penggunaan analisis kelas karena negara diciptakan untuk semua. Negara mengatasi paham golongan dan paham perseorangan, demikian ditegaskan dalam penjelasan umum UUD 1945, jadi ideologi negara dimaksudkan untuk mengatasi kemungkinan adanya paham golongan-golongan di dalam masyarakat karena keberadaan golongan-golongan itupun diakui oleh ketentuan pasal 2 UUD 1945. penjelasan atas pasal ini menerangkan bahwayang dimaksud dengan golongan-golongan ialah badan-badan seperti koperasi, serikat sekerja, dan badan-badan kolektif lain.Dengan demikian dari dua kategori ideologi yang dikemukakan oleh Mann Heim di atas,ideologi pancasila dapat digolongkan sebagai ideologi menyeluruh. Memang lima sila didalam pancasila itu mengandung cirri universal sehingga mungkin saja ia ditemukandalam gagasan berbagai masyarakat dan bangsa di dunia. Letak kekhasan dan orsinilitasnya sebagai dasar filsafat dan ideologi negara republik Indonesia ialah,kelima sila itu digabungkan dalam kesatuan yang integrative, bulat dan utuh.Dan sebagai ideologi bersifat menyeluruh, karena pancasila yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat itu, ditafsirkan secara otentik oleh konstitusi / UUD 1945 dalam pokok-pokok pikiran pembukaan UUD 1945, oleh karena pancasila sebagai ideologi juga didalamnya sekaligus sebagai cita hukum, artinya pancasila membimbing arah pembentukan hukum dalam masyarakat. Sebagai norma-norma mendasar (staatfundamentalnorm) rumusan pancasila bukan rumusan hukum yang bersifat

operasional yang pelaksanaanya dikenakan sanksi. Untuk membuat operasiaonal, negaramembentuk berbagai peringkat peraturan perundang-undangan.Penyelenggara negara dalam mengoperasionalkan ideologi pancasila, maka harus mengacu kepada penafsiran otentik dari pancasila, dan telah menjadi kesepakatan para ahli hukum Indonesia, bahwa pokok-pokok pikiran dalam penjelasan umum pembukaan UUD 1945 adalah tafsir otentik dari pancasila yang dirumuskan atas dasar kesepakatan pendiri negara dan itulah yang kemudian kita sebut PARADIGMA PANCASILA.Kemudian dimana letak terbukanya sebagai ideologi, hal ini dapat ditelusuri dari pernyataan dalam penjelasan umum, bahwa kita harus ingat dengan dinamika negara danjangan terlalu cepat membuat kristalisasi terhadap pikiran-pikiran yang mudah berubah.Contoh yang paling jelas adalah tentang konsep negara hukum yang dianut oleh negararepublik Indonesia didalam kontitusinya didasari dengan satu paradigma yaitu dengansuatu prinsip “semangat para penyelenggara negara itu baik, maka baiklah segalanya”. Bagaimana pijakan berpikirnya, penjelasan UUD 1945 menegaskan bahwa negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa bermakna bahwa para penyelenggara negaraberkewajiban “memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur”. Kepatuhan terhadap norma-norma moral berbeda dengan kepatuhan terhadap norma-norma hukum, karena sangat bergantung pada keinsafan batin setiap individu dan adanya kontrol yang kuatdari masyarakat. Inilah yang dimaksud dengan istilah “semangat para penyelenggara negara”.Keberadaan lembaga kontrol yang terdiri dari masyarakat, para cendikiawan, ulama, tokoh-tokoh masyarakat, dan kalangan pers menjadi sangat penting untuk “mengawasi”,perilaku para lagislator dalam merumuskan norma-norma hukum, maupun prilaku para penyelenggara negara.Oleh karena itu di era reformasi ini, pancasila sebenarnya dapat dijadikan paradigma reformasi, apabila keberadaaan civil society yang kuat dan berprilaku democrat, egaliter dan manusiawi. Civil society adalah elemen kunci dalam menentukan terwujudnya masyarakat demokratis yang efektif. Civil society mungkin ada tanpa demokrasi, tetapi demokrasi tidak bias ada tanpa civil society yang kuat.Salah satu parameter civil society yang kuat adalah adanya gerakan masyarakat terhadap tegaknya supremasi hukum didalam negara dmokrasi yang sekaligus negara hukum.Pertanyaanya adalah dapatkah pancasila sebagai paradigma reformasi hukum ? Jawaban atas pertanyaan ini adalah tergantung pemahaman penyelenggara negara dan pemerintahterhadap konsep negara hukum menurut paradigma UUD 1945.

5. Supremasi Hukum dalam konsep negara hukum “pancasila”Berbicara tentang supremasi hukum, kita harus berbicara tentang masyarakat dimana hukum itu berlaku baik yang disebut masyarakat nasional maupun internasional. Supremasi hukum didalam masyarakat nasional kita karena didalamnya ada aturan yang disebut hukum. Secara sederhana kita dapat mendefinisikan hukum sebagai aturan tentang tingkah laku manusia dimasyarakat tertentu. Aturan yang disebut hukum tadi akan terkait dengan tindakan manusia atau tingkah laku manusia didalam suatu masyarakat nasional yang mempunyai berbagai macam aspek atau bidang, didalamnya adabidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial, bidang budaya, pendidikan dan juga keamanan. Didalam berbagai bidang itulah manusia melakukan tingkah laku dan manusiasatu dengan yang lain melakukan interaksi dan interaksi itu berjalan secara tertib,maka dibutuhkan aturan yang disebut hukum. Oleh karena itu ketika kita akan berbicara tentang supremasi hukum maka timbul beberapa pertanyaan yang perlu mendapat jawaban secara jelas yaitu apa dimaksud dengan supremasi hukum, untuk apa supremasi hukum itu ditegakkan dan bagaimana caranya supremasi hukum itu bisa diwujudkan. Tetapi kita pertanyaan tadi dialam kehidupan masyarakat nasional pada akhirnya bermuara kepada apa yang disebut terwujudnya negara hukum.Ketika kita berbicara tentang negara hukum yang disebut supremasi hukum itu tentu saja tidak akan lepas dari konsepsi dasar yang dipakai sebagai landasan untuk

menciptakan sebuah negara nasional yang pada tataran kenegaraan dan hukum tertinggidisebut konstitusi atau Undang-undang dasar. Ini merupakan dasar yang bersifat universal yang berlaku pada tiap-tiap negara. Oleh karena itu ketika kita harus berbicara secara kongkrit tentang supremasi hukum di Indonesia pada umumnya dan khususnya Kalimantan Barat pada khususnya, kita tidak bisa lain kecuali kembali harus melihat kembali kepada konstitusi atau UUD 1945 sebagai hukum dasar tertulis yang berlaku seluruh republik Indonesia.Jika berbicara dalam tataran koridor konstitusional, maka persoalan supremasi hukumyang hanya mungkin terwujud didalam sebuah masyarakat nasional yang disebut negara hukum konstitusional, yaitu suatu negara dimana setiap tindakan dari penyelenggara negara : pemerintah dan segenap alat perlengkapan negara di pusat dan didaerah terhadap rakyatnya harus berdasarkan atas hukum-hukum yang berlaku yang ditentukan oleh rakyat / wakilnya didalam badan perwakilan rakyat. Dan dalam wacana politik modern, maka dalam paktek negara demokrasi dengan sendirinya negara hukum. Sesuai prinsip kedaulatan rakyat yang ada, didalam negara demokrasi hukum dibuat untuk melindungi hak-hak azasi manusia warga negara, melindungi mereka dari tindakan diluar ketentuan hukum dan untuk mewujudkan tertib sosial dan kepastian hukum sertakeadilan sehingga proses politik berjalan secara damai sesuai koridor hukum/konstitusional.UUD 1945 sebenarnya telah mempunyai ukuran-ukuran dasar yang bisa dipakai untuk mewujudkan negara hukum dimana supremasi hukum akan diwujudkan. Kalau kita pelajariUUD 1945 dengan seksama ada sebuah kalimat dalam kaitan dengan apa disebut negara hukum yang secara jelas disebutkan bahwa “Indonesia adalah negara berdasar atas negara hukum, tidak berdasar atas kekuasaan belaka” ini sebenarnya Grundnorm yang telah diberikan oleh Fonding father yang membangun negara ini. Bagaimana kita akan menyusun negara hukum, bagaimana negara hukum itu akan diarahkan, dalam arti untuk apa kita wujudkan negara hukum ini, sekaligus dituntut untuk menegakkan hukum sebagai salah satu piranti yang bisa dipergunakan secara tepat didalam mewujudkan keinginan atau cita-cita bangsa. Formula UUD 1945 tersebut mengandung pengertian dasar bahwa didalam negara yang dibangun oleh rakyat Indonesia ini sebenarnya diakui adanya dua faktor yang terkait dalam mwujudkan negara hukum, yaitu satu factor hukum dan yang kedua factor kekuasaan. Artinya hukum tidak bisa ditegakkan inkonkreto dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat tanpa adanya kekuasaan dan dimanesfestasikan pada adanya apa yang UUD disebut. Kata penyelenggara negara di bidang Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. Sebaliknya pembentukan kekuasaan dan penggunaan kekuasaan sama sekali tidak boleh meninggalkanfactor hukum tersebut oleh karena hukum yang berupa Grundnorm dalam UUD 1945 ini memberikan dasar terhadap terbentuknya kekuasaan yaitu kedaulatan rakyat. Artinya rakyat yang berdaulat bukan negara yang berdaulat dan hukum juga memberikan dasar terhadap penggunaan kekuasaan tersebut hingga penggunaan kekuasaan yang ada pada negara tidak boleh diterapkan semena-mena tanpa ada dasar hukumnya yang jelas. Dengan demikian maka kekuasaan yang ada pada negara pada saat diterapkan harus menghormati kewenangan-kewenangan yang sifat terbatas diberikan kepada aparat negara. Begitu juga hukumlah yang menentukan arah kemana kekuasaan negara itu dipergunakan dan menentukan tujuan-tujuan apa yang hendak dicapai dengan menggunakan kekuasaan tersebut. Yang idak boleh dilupakan adalah bahwa hukum tidak hanya memberi dasar, tidak hanya memberi arah, tidak hanya menentukan tujuan, tetapi hukum juga menentukan cara atau prosedur bagaimana kekuasaan itu diterapkan didalam praktek penyelenggaraan negara.Dengan demikian dua factor hukum dan kekuasaan, tidak bisa dilepaskan satu sama lain, bagaikan lokomotif dan relnya serta gerbong yang ditarik lokomotif. Artinya hukum tidak bisa ditegakkan bahkan lumpuh tanpa adanya dukungan kekuasaan. Ebaliknya kekuasaan sama sekali tidak boleh meninggalkan hukum, oleh karena apabilakekuasaan dibangun dan tanpa mengindahkan hukum, yang terjadi adalah satu negara yang otoriter. Fungsi kekuasaan pada hakekatnya adalah memberikan dinamika terhadapkehidupan hukum dan kenegaraan sesuai norma-norma dasar atau grundnorm yang

dituangkan dalam UUD 1945 dan kemudian dielaborasi lebih lanjut secara betul dalam hirarki perundang-undangan yang jelas.Jika dipahami dengan benar pemahaman dan norma ini sebenarnya secara konsepsional Indonesia memiliki landasan yang kuat untuk mewujudkan negara hukum konstitusional yang demokratis dan dengan dengan demikian secara konsepsiaonal supremasi hukum telah dijamin eksistensinya oleh UUD 1945. Artinya secara implementasi pemecahan-pemecahan segala dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan lain-lain menggunakan legal approach dan apabila mau menggunakan pendekatan kekuasaan itu harus didasarkan atas hukum.Dan memang setiap transisi dalam demokrasi pasti memiliki masalah khusus. Masalah yang pokok terutama terkait dengan (1) kultur politik dan juga (2) struktur politik. Demokrasi memerlukan adanya kultur dan struktur yang mendukung proses-proses demokratisasi. Dua hal ini biasanya belum terbentuk dengan baik dalam masyarkat transisi, seperti Indonesia saat ini, atau Kal-Bar khusus saat ini. Di Indonesia, pasca orde baru, belum ada kultur demokrasi yang kuat (misalnya tradisi berbeda pendapat, toleransi, dialog terbuka, tradisi melakukan advokasi, prilaku yang menjunjung hukum dan moral religius dalam menghadapi persoalan secara jernih).Struktur politik yang ada saat ini juga belum cukup demokratis, karena diperlukan adanya perubahan structural yang harus diawali dengan perubahan atau amandemen UUD 1945 dan atau produk-produk hukum yang bertipe represif, ke arah otonom, dan bertipe responsive.Dengan dmkian demokrasi modern selalu hadir dalam wadah negara hukum, sehingga sering disebut sebagai negara hukum konstitusional. Ciri yang mendasar dari demokrasi kontitusional yang demokratis adalah gagasan bahwa pemerintah yang demokratis adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang terhadap warga negaranya. pembatasan-pembatasan atas kekuasan pemerintah tercantum dalam konstitusi, sehingga sering disbut “pemerintah berdasar atas konsttusi” (constitutional goverment), yang juga sama dengan limited government atau restrained government.Kemudian dimana letak kaitan pancasila sebagai ideology dengan supremasi hukum ?Supremasi hukum baru dapat ditegakkan apabilapara penyeleggara negara berprilaku democrat, egaliter dan manusiawi yang dijiawai oleh nilai-nilai ideology pancasila,artinya letak persoalan pokoknya belum tegaknya supremasi hukum bukan pada konsepsinegara hukumnya, bukan konsepsi dasar ideology negara pancasila yang tidak bisa memenuhi tantangan jaman, tetapi terletak pada praktek penyelenggara negara disemuabidang yang telah meninggalkan unsur-unsur iotanamkan oleh UUD 1945, yaitu semangatpenyelenggara negara. Terutama butir 4 dari pokok-pokok pikiran yang tercantum dalam pembukaanUUD 1945 yang mengandung isi yang mewajibkan kepada pemerintah dan lain-lain penyeleggara negara untuk budi pekerti kemanusiaan yang luhur dengan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur, yang digali berdasarkan nilai-nilai ketuhan yang maha esa (moral religius), nilai-nilai kemanusiaan yang adil danberadab (harkat dan martabat manusia dan hakhak azasi manusia), nilai-nilai persatuan dan kesatuan, nilai-nilai kerakyatan dan prisip musyawarah mufakat, prinsip perwakilan, dan nilai-nilai keadilan kebenaran untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Daftar Kepustakaan

1 Drs. Kaelan, MS, Pendidikan Pancasila, 19992 DR Yusril Ihza Mahendra, Dinamika Tata Negara Indonesia, Gema Isani Press, 19963 Heri Hanwari AIS, Filsafat Pancasila, 19964 M. Nur Khoiron dkk, Pendidikan Politik Bagi Warga Negara (Tawaran operasional dankerangka kerja), LKIS. 19995 Umaruddin Masdar dkk, Mengasah Naluri Publik Memahami Nalar Politik, LKIS 19996 Turiman, SH Mhum, Menegakan Supremasi Hukum dan Demokrasi di Kalimantan Barat, 2000

7 Asia DHRRA Secretariat, The Impact of Globalization of the Social Cultural Lives of Grassroots People in Asia, Grasindo, 1998