Pancasila sebagai Sistem Filsafat - Repository UNIKOM

28
Pancasila sebagai Sistem Filsafat 1

Transcript of Pancasila sebagai Sistem Filsafat - Repository UNIKOM

Pancasila sebagaiSistem Filsafat

1

PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PANCASILA

Pengertian Filsafat Istilah ‘filsafat’ secara etimologis merupakan

padanan kata falsafah (Arab) dan philosophy(Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani(philosophia).

Kata philosophia merupakan kata majemuk yangterususun dari kata philos atau philein yang berartikekasih, sahabat, mencintai, mencari dan katasophia yang berarti kebijaksanaan, kebenaranhikmat, kearifan, pengetahuan.

2

Dengan demikian philosophia secara harafiah berartimencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat ataumencintai pengetahuan.

Cinta mempunyai pengertian yang luas. Sedangkankebijaksanaan mempunyai arti yang bermacam-macam yang berbeda satu dari yang lainnya.

Istilah philosophos pertama kali digunakan olehPythagoras.

•Ketika Pythagoras ditanya, apakah engkau seorangyang bijaksana?

•Dengan rendah hati Pythagoras menjawab, ‘sayahanyalah philosophos, yakni orang yang mencintaipengetahuan’.

3

Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai fungsi danperanan sebagai pedoman dan pegangan dalamsikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupansehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, danbernegara bagi bangsa Indonesia.

4

Pengertian Filsafat Pancasila Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan

pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukanideologi Pancasila.

Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagairefleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasarnegara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untukmendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar danmenyeluruh.

Pancasila dikatakan sebahai filsafat, karena Pancasilamerupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yangdilakukan oleh the founding father kita, yang dituangkandalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).

Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan penngertianilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasla (Notonagoro).

5

PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT

Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistemfilsafat dapat dilakukan dengan cara deduktif daninduktif.

Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikatPancasila serta menganalisis dan menyusunnyasecara sistematis menjadi keutuhan pandanganyang komprehensif.

Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat,merefleksikannya, dan menarik arti dan maknayang hakiki dari gejala-gejala itu.

6

• Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:

1. Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistemyang bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidakbulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnyaterpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.

2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulatdan utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:

7

• Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila2,3,4 dan 5;

• Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, danmendasari dan menjiwai sila 3, 4 dan 5;

• Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, danmendasari dan menjiwai sila 4, 5;

• Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, danmendasari dan menjiwai sila 5;

• Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.

8

Inti sila-sila Pancasila meliputi:

Tuhan, yaitu sebagai kausa prima

Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluksosial

Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri

Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerjasama dan gotong royong

Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiridan orang lain yang menjadi haknya.

Membahas Pancasila sebagai filsafat berartimengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasilayang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia,melainkan juga bagi manusia pada umumnya.

Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspekpenyelidikan ontologi, epistemologi, dan aksiologi.Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakupkesemestaan.

10

1. Landasan Ontologis Pancasila Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang

meyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada,keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinyadengan metafisika.

Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatuitu? Apakah realitas yang ada tampak ini suatu realitassebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suaturahasia di balik realitas itu, sebagaimana yang tampakpada makhluk hidup? Dan seterusnya.

Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada(eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alamsemesta (kosmologi), metafisika.

11

Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagaifilsafat dimaksudkan sebagai upaya untukmengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.

Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap silabukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasarontologis.

Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalahmanusia, yang memiliki hakikat mutlak yaitumonopluralis, atau monodualis, karena itu jugadisebut sebagai dasar antropologis. Subyekpendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalahmanusia.

12

Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang BerketuhanYang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil danberadab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yangdipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalampermusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilansosial pada hakikatnya adalah manusia.

Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-silaPancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak,yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmanidan rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhlukindividu dan makhluk sosial serta sebagai makhlukpribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secarahirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-silaPancasila lainnya. (Notonagoro, 1975: 53).

13

Hubungan kesesuaian antara negara dan landasansila-sila Pancasila adalah berupa hubungan sebab-akibat:

Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan,manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkalhubungan.

Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu,rakyat dan adil adalah sebagai sebab, dan negara adalahsebagai akibat.

14

2. Landasan Epistemologis Pancasila Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal,

syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.

Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dansyarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmupengetahuan.

Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinyailmu atau science of science.

Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yangmendasar dalam epistemologi, yaitu:

1. Tentang sumber pengetahuan manusia;

2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;

3. Tentang watak pengetahuan manusia.

15

Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafatdimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikatPancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.

Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya jugamerupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasilatelah menjadi suatu belief system, sistem cita-cita,menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasilaharus memiliki unsur rasionalitas terutama dalamkedudukannya sebagai sistem pengetahuan.

Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidakdapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Maka,dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan eratdengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.

16

Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan padahakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuandan susunan pengetahuan Pancasila.

Tentang sumber pengetahuan Pancasila,sebagaimana telah dipahami bersama adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri.

Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistempengetahuan, maka Pancasila memiliki susunan yangbersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-silaPancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu.Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifathirarkis dan berbentuk piramidal.

17

Sifat hirarkis dan bentuk piramidal itu nampak dalamsusunan Pancasila, di mana sila pertama Pancasilamendasari dan menjiwai keempat sila lainny, sila keduadidasari sila pertama dan mendasari serta menjiwai silaketiga, keempat dan kelima, sila ketiga didasari dandijiwai sila pertama dan kedua, serta mendasari danmenjiwai sila keempat dan kelima, sila keempat didasaridan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga, sertamendasari dan menjiwai sila kelma, sila kelima didasaridan dijiwai sila pertama, kedua, ketiga dan keempat

Dengan demikian susunan Pancasila memiliki sistem logisbaik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya.

18

Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal, yaitu:1. Isi arti Pancasila yang umum universal, yaitu hakikat sila-

sila Pancasila yang merupakan inti sari Pancasila sehinggamerupakan pangkal tolak dalam pelaksanaan dalambidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia sertadalam realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupankonkrit.

2. Isi arti Pancasila yang umum kolektif, yaitu isi artiPancasila sebagai pedoman kolektif negara dan bangsaIndonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia.

3. Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan konkrit, yaitu isiarti Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagaibidang kehidupan sehingga memiliki sifat khhusus konkritserta dinamis (lihat Notonagoro, 1975: 36-40)

19

Menurut Pancasila, hakikat manusia adalah monopluralis,yaitu hakikat manusia yang memiliki unsur pokok susunankodrat yang terdiri atas raga dan jiwa. Hakikat raga manusiamemiliki unsur fisis anorganis, vegetatif, dan animal. Hakikatjiwa memiliki unsur akal, rasa, kehendak yang merupakanpotensi sebagai sumber daya cipta manusia yang melahirkanpengetahuan yang benar, berdasarkan pemikiran memoris,reseptif, kritis dan kreatif. Selain itu, potensi atau dayatersebut mampu meresapkan pengetahuan danmenstranformasikan pengetahuan dalam demontrasi,imajinasi, asosiasi, analogi, refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham.

Dasar-dasar rasional logis Pancasila menyangkut kualitasmaupun kuantitasnya, juga menyangkut isi arti Pancasilatersebut.

20

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberi landasankebenaran pengetahuan manusia yang bersumber padaintuisi.

Manusia pada hakikatnya kedudukan dan kodratnyaadalah sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makasesuai dengan sila pertama Pancasila, epistemologiPancasila juga mengakui kebenaran wahyu yang bersifatmutlak. Hal ini sebagai tingkat kebenaran yang tinggi.

Dengan demikian kebenaran dan pengetahuan manusiamerupapakan suatu sintesa yang harmonis antarapotensi-potensi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa dankehendak manusia untuk mendapatkankebenaran yangtinggi.

21

Selanjutnya dalam sila ketiga, keempat, dan kelima,maka epistemologi Pancasila mengakui kebenarankonsensus terutama dalam kaitannya dengan hakikatsifat kodrat manusia sebagai makhluk individu danmakhluk sosial.

Sebagai suatu paham epistemologi, maka Pancasilamendasarkan pada pandangannya bahwa ilmupengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilaikarena harus diletakkan pada kerangka moralitaskodrat manusia serta moralitas religius dalamupayauntuk mendapatkan suatu tingkatan pengetahuanyang mutlak dalam hidup manusia.

22

3. Landasan Aksiologis Pancasila Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu

kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandungdalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatukesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kitamembahas tentang filsafat nilai Pancasila.

Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinyanilai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu atauteori.

Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan,disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikatnilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai.

Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valereyang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafatmerujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapatdiartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan”(goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna. Nilai jugamengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan.

23

Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang adapada suatu benda untuk memuaskan manusia (dictionary ofsosiology an related science). Nilai itu suatu sifat atau kualitasyang melekat pada suatu obyek.

Ada berbagai macam teori tentang nilai. Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya,

dan dapat dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:1) Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai yang

mengenakkan dan nilai yang tidak mengenakkan, yangmenyebabkan orang senang atau menderita.

2) Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yangpenting dalam kehidupan, seperti kesejahteraan, keadilan,kesegaran.

3) Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan(geistige werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaanjasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini misalnya,keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalamfilsafat.

24

4) Nilai-nilai kerokhanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai yangsuci dan tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilaipribadi. (Driyarkara, 1978)

Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalamdelapan kelompok:

1) Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputisemua benda yang dapat dibeli.

2) Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dankeindahan dari kehidupan badan.

3) Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang yangdapat menyumbangkan pada pengayaan kehidupan.

4) Nilai-nilai sosial: berasal mula dari pelbagai bentuk perserikatanmanusia.

5) Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosialyang diinginkan.

25

6) Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni.

7) Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajarankebenaran.

8) Nilai-nilai keagamaan

Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam,, yaitu:

1) Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia.

2) Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapatmelaksanakana kegiatan atau aktivitas.

3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani yangdapat dibedakan menjadi empat macam:

a) Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.

b) Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan(aesthetis, rasa) manusia.

c) Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak (will,karsa) manusia.

d) Nilai religius, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilaireligius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.

26

Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai,yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.• Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang

bersifat mutlak, sebagai sesuatu yang benar atau tidak perludipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilaiketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan,dan nilai keadilan.

• Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dannorma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalamperaturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.

• Nilai praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakandalam kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilaidasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalammasyarakat.

Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moralmerupakan nilai dasar yang mendasari nilai intrumental danselanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat,berbansa, dan bernegara.

27

Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakanpendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber of valuePancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yangberkemanusiaan, yang berpersatuan, yangberkerakyatan dan berkeadilan sosial.

Pengakuan, penerimaan dan pernghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu nampak dalam sikap, tingkah laku,dan perbuatan bangsa Indonesia sehinggamencerminkan sifat khas sebagai Manusia Indonesia

28