Pengertian Kelompok Sosial

24
A. Pengertian Kelompok Sosial Kelompok sosial mengandung pengertian suatu kumpulan dari individu-individu yang saling berinteraksi sehingga menumbuhkan perasaan bersama. Berikut ini adalah pengertian kelompok sosial dari beberapa ahli : a) Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, istilah kelompok sosial diartikan sebagai kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi. b) Menurut George Homans, kelompok adalah kumpulan individdu yang melakukan kegiatan, interaksi dan memiliki perasaan untuk membentuk suatu keseluruhan yang terorganisasi dan berhubungan secara timbal balik. c) Menurut Soerjono Soekanto, kelompok adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena saling berhubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi. Suatu himpunan manusia dikatakan kelompok sosial apabila memenuhi persyaratan berikut ini : Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa dia bagian dari kelompok tersebut. Memiliki struktur sosial sehingga kelangsungan hidup kelompok tergantung pada kesungguhan para anggotanya dalam melaksanakan perannya. Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para anggotanya. Memiliki kepentingan bersama.

Transcript of Pengertian Kelompok Sosial

A. Pengertian Kelompok Sosial

Kelompok sosial mengandung pengertian suatu kumpulan dari

individu-individu yang saling berinteraksi sehingga

menumbuhkan perasaan bersama. Berikut ini adalah

pengertian kelompok sosial dari beberapa ahli :

a) Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, istilah

kelompok sosial diartikan sebagai kumpulan manusia yang

memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling

berinteraksi.

b) Menurut George Homans, kelompok adalah kumpulan

individdu yang melakukan kegiatan, interaksi dan

memiliki perasaan untuk membentuk suatu keseluruhan

yang terorganisasi dan berhubungan secara timbal balik.

c) Menurut Soerjono Soekanto, kelompok adalah himpunan

atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama

karena saling berhubungan di antara mereka secara

timbal balik dan saling mempengaruhi. Suatu himpunan

manusia dikatakan kelompok sosial apabila memenuhi

persyaratan berikut ini :

Setiap anggota kelompok memiliki kesadaran bahwa

dia bagian dari kelompok tersebut.

Memiliki struktur sosial sehingga kelangsungan

hidup kelompok tergantung pada kesungguhan para

anggotanya dalam melaksanakan perannya.

Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan

diantara para anggotanya.

Memiliki kepentingan bersama.

Adanya interaksi dan komunikasi diantara

anggotanya.

B. Klasifikasi Kelompok Sosial

1. Klasifikasi Berdasarkan Cara Terbentuknya

a. Kelompok semu , yaitu: kelompok yang terbentuk secara

spontan

Ciri-ciri kelompok semu :

Tidak direncanakan

Tidak terorganisir

Tidak ada interaksi secara terus menerus

Tidak ada kesadaran berkelompok

Kehadiranya tidak konstan

Kelompok semu dibagi menjadi tiga yakni crowd

(kerumunan), publik dan massa.

1) Crowd (kerumunan), dibagi menjadi :

a) Formal audiency / pendengar formal

Contoh: orang-orang mendengarkan khotbah,

Orang-orang nonton di bioskop

b) Inconvenient Causal Crowds  adalah: Kerumunan

yang sifatnya terlalu sementara tetapi ingin

menggunakan fasilitas-fasilitas yang sama,

contoh : orang antri tiket kereta api.

c) Panic Causal Crowds adalah kerumunan yang

terjadi karena suasana panik.

Contoh: Kerumunan orang-orang panic akan

menyelamatkan diri dari bahaya.

d) Spectator Causal Crowds adalah kerumunan orang

yang terbentuk karena ingin menyaksikan

peristiwa tertentu.

Contoh: Kerumunan penonton atau orang-orang

ingin melihat peristiwa tertentu.

e) Lawless Crowds adalah  kerumunan yang tidak

tunduk pada pemerintah, contoh : aksi demo.

f) Immoral low less crowds adalah kerumunan orang-

orang tak bermoral, contoh : kerumunan orang

yang minum-minuman keras.

2) Massa

Massa merupakan kelompok semu yang memiliki

ciri-ciri hampir sama dengan kerumunan, tetapi

kemungkinan terbentuknya disengaja dan

direncanakan. Contoh : mendatangi gedung DPR

dengan persiapan sehingga tidak bersifat spontan.

3) Publik

Publik adalah sebagai kelompok semu mempunyai

ciri-ciri hampir sama dengan massa, perbedaannya

publik kemungkinan terbentuknya tidak pada suatu

tempat yang sama. Terbentuknya publik karena ada

perhatian yang disatukan oleh alat-alat

komunikasi, seperti : radio, tv, surat kabar,

jejaring sosial dan lain-lain.

b. Kelompok Nyata , mempunyai beberapa ciri khusus

sekalipun mempunyai berbagai macam bentuk, kelompok

nyata mempunyai 1 ciri yang sama, yaitu kehadirannya

selalu konstan.

1) Kelompok Statistical Group

Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan

organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan

kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok

penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.

2) Societal Group / Kelompok Kemasyarakatan

Kelompok societal memiliki kesadaran akan kesamaan

jenis, seperti jenis kelamin, warna kulit,

kesatuan tempat tinggal, tetapi belum ada kontak

dan komunikasi di antara anggota dan tidak

terlihat dalam organisasi.

3) Kelompok sosial / social groups

Para pengamat sosial sering menyamakan antara

kelompok sosial dengan masyarakat dalam arti

khusus. Kelompok sosial terbentuk karena adanya

unsur-unsur yang sama seperti tempat tinggal,

pekerjaan, kedudukan, atau kegemaran yang sama.

Kelompok sosial memiliki anggota-anggota yang

berinteraksi dan berkomunikasi secara terus

menerus. Contoh : ketetanggaan, teman sepermainan,

teman seperjuangan, kenalan, dan sebagainya.

4) Kelompok asosiasi / associational group

Kelompok asosiasi adalah kelompok yang

terorganisir dan memiliki struktur formal

(kepengurusan).

Ciri-ciri kelompok asosiasi :

Direncanakan

Terorganisir

Ada interaksi terus menerus

Ada kesadaran kelompok

Kehadirannya konstan

2. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Solidaritas Antara

anggota

Istilah ini dipopulerkan oleh seorang sosiolog yang

bernama Emile Durkheim.

a. Solidaritas Mekanik

Solidaritas mekanik adalah solidaritas yang muncul

pada masyarakat yang masih sederhana dan diikat oleh

kesadaran kolektif serta belum mengenal adanya

pembagian kerja diantara para anggota kelompok.

b. Solidaritas Organik

Solidaritas organik adalah solidaritas yang mengikat

masyarakat yang sudah kompleks dan telah mengenal

pembagian kerja yang teratur sehingga disatukan oleh

saling ketergantungan antar anggota.

3. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Erat Longgarnya Ikatan

dalam Kelompok.

Klasifikasi ini diperkenalkan oleh Ferdinand Tonnies

a. Gemeinschaft / paguyuban

Merupakan kelompok sosial yang anggota-anggotanya

memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah

dan kekal.

Ferdinand Thonies membagi menajdi 3 bagian :

1) Gemeinschaff by blood: Paguyuban karena adanya

ikatan darah.

Contoh : kerabat, klien

2) Gemeinschaft of place: Paguyuban karena tempat

tinggal berdekatan.

3) Gemeinschaft of mind: Paguyuban karena jiwa dan

pikiran yang sama.

Contoh : kelompok pengajian, kelompok mahzab

(Sekte)

b. Gesselschaft / patembayan

Merupakan ikatan lahir yang bersifat kokoh untuk

waktu yang pendek, strukturnya bersifat mekanis dan

sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka.

Contoh : ikatan antar pedagang, organisasi dalam

sebuah pabrik.

4. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Indentifikasi Diri

a. In-Group

In group : suatu perasaan perikatan antara satu

orang dengan orang lain dalam suatu kelompok sosial

tertentu. Perasaan tersebut sangat kuat sehingga

membentuk suatu perilaku – perilaku sosial tertentu

seperti : Solidaritas, kesediaan berkorban, kerja

sama, konformitas, obediance, dll.

b. Out-Group

Out group : Out-side feeling, seseorang merasa bukan

bagian dari kehidupan kelompok. Out-group feeling

selalu ditandai munculnya perilaku antogonistik dan

antipati. Sehingga muncul gejala prejudiace,

paranoid, etnocentristic, non koperatif, lalai, dan

sebagainya.

5. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Kualitas Hubungan

diantara Para Anggotanya

a. Kelompok Primer

Merupakan suatu kelompok yang hubungan antar

anggotanya saling kenal mengenal dan bersifat

informal. Contoh : keluarga, kelompok sahabat,

teman, teman sepermainan.

b. Kelompok Sekunder

Kelompok Sekunder adalah kelompok sosial yang

terbentuk karena Merupakan hubungan antar anggotanya

bersifat formal, impersonal dan didasarkan pada asas

manfaat. Contoh : sekolah, PGRI

6. Klasifikasi Kelompok Berdasarkan Pencapaian Tujuan

a. Kelompok Formal

Merupakan kelompok yang memiliki peraturan-peraturan

dan tugas dengan sengaja dibuat untuk mengatur

hubungan antar anggotanya. Contoh : Parpol, lembaga

pendidikan

b. Kelompok Informal

Merupakan kelompok sosial yang terbentuk karena

pertemuan yang berulang-ulang dan memiliki

kepentingan dan pengalaman yang sama.Contoh :

anggota OSIS

Kita sebagai makhluk sosial tidak akan bisa

hidup tanpa bantuan orang lain. Salah satu bentuk

kerja sama kita dengan orang lain yaitu dengan

membentuk kelompok sosial. Dalam sebuah kelompok

sosial dapat membantu kita untuk mempermudah

menyelesaikan suatu urusan, tugas atau  tujuan

dengan cara bekerja sama.

Pekerjaan yang terasa sulit kita kerjakan

sendiri akan menjadi lebih mudah jika dikerjakan

secara berkelompok sebab dalam suatu anggota

kelompok , setiap anggota mempunyai keahlian khusus

di bidangnya masing-masing, sehinga terjadilah

pembagian tugas dan spesifikasi kerja yang membuat

hasil dari pekerjaan tersebut menjadi maksimal.

C. Status Sosial dan Peran Sosial

Dalam sosiologi, terdapat stratifikasi sosial yang dapat

kita jabarkan unsur-unsurnya. Unsur-unsur stratifikasi

sosial itu sendiri ada dua yakni status sosial dan

peranan sosial. Status sosial dan peranan sosial

merupakan unsur penentu bagi penempatan seseorang dalam

masyarakat. Kedudukan dapat memberikan pengaruh,

kehormatan, kewibawaan pada seseorang, sedangkan peranan

merupakan sikap tindak seseorang yang menyandang status

dalam kehidupan masyarakat.

a. Status Sosial

Menurut Mayor Polak ( 1979 ), status dimaksudkan

sebagai kedudukan sosial seorang oknum dalam masyarakat

maupun kelompok. Status mempunyai dua aspek, yakni

aspeknya agak stabil, dan kedua aspeknya yang lebih

dinamis. Polak mengatakan bahwa status mempunyai aspek

struktural dan fungsional. Pada aspek uang pertama

sifatnya hirarkis, artinya mengandung perbandingan

tinggi atau rendahnya secara relatif terhadap status-

status lain. Sedangkan aspek yang kedua dimaksudkan

sebagai peranan sosial ( social role ) yang berkaitan

dengan status tertentu, yang dimiliki seseorang.

Status sosial dapat dibedakan atas dua macam menurut

proses perkembangannya, yaitu sebagai berikut :

1) Status yang diperoleh atas dasar keturunan

(Ascribed-Status). Padaumumnya status ini banyak

dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang menganut

stratifikasi tertutup, misalnya masyarakat feodal

atau masyarakat yang menganut paham rasialisme.

Contoh lain, seorang suami telah dikodratkan

mempunyai status berbeda dengan istri dan anak-

anaknya dalam keluarga, paling tidak secara fisik

seorang laki-laki apa adanya. Kendatipun

emansipasi telah dapat menyamai kaum laki-laki di

bidang lain, seperti pendidikan, politik,

pekerjaan dan jabatan, akan tetapi tidak

menyamainya dalam hal fisik dan biologis.

2) Status yang diperolea atas dasar usaha yang

disengaja (Achieved-Status), status ini dalam

perolehannya berbeda dengan status atas dasar

kelahiran, kodrat atau keturunan, status ini

bersifat lebih terbuka, yaitu atas dasar cita-cita

yang direncanakan dan diperhitungkan dengan

matang. Individu dan segenap anggota masyarakat

berhak dan bebas menentukan kehendaknya sendiri

dalam memilih status tertentu sesuai dengan

kemampuannya sendiri. Setiap orang dapat menjadi

hakim, menteri, dokter, guru besar, dan

sebagainya, asal ia dapat memenuhi syarat-syarat

tertentu dalam usaha dan kerja keras dalam proses

pencapaian tujuannya itu. Mayor Polak membedakan

lagi atas satu macam status, yaitu status yang

dberikan (Assigned-Status). Status ini sering

mempunyai hubungan erat dengan achieved status,

dalam arti bahwa suatu kelompok atau golongan

memberikan status yang lebih tinggi kepada

seseorang yang dianggap telah berjasa, telah

memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat.

b. Peranan Sosial

Peranan sosial adalah suatu perbuatan seseorang

dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan

kewajiban sesuai dengan status sosialnya. Seseorang

dapat dikatakan berperanan jika dia sudah menjalankan

hak dan kewajibannya sesuai dengan status sosialnya di

dalam masyarakat. Jika seseorang mempunyai status

tertentu dalam kehidupan masyarakat, maka selanjutnya

ada kecenderungan akan timbul suatu harapan-harapan

baru. Dari harapan-harapan ini seseorang kemudian akan

bersikap dan bertindak atau berusaha untuk mencapainya

dengan dengan cara dan kemampuan yang dimiliki. Dengan

singkat, peranan dapat dikatakan sebagai sikap dan

tindakan seseorang sesuai dengan statusnya di dalam

masyrakat. Atas dasar definisi tersebut maka peranan

dalam kehidupan masyarakat adalah sebagai aspek dinamis

dari status.

Ciri pokok yang berhubungan dengan istilah peranan

sosial adalah terletak pada adanya hubungan-hubungan

sosial seseorang dalam masyarakat yang menyangkut

dinamika dari cara-cara bertindak dengan berbagai norma

yang berlaku dalam masyarakat sebagaimana pengakuan

terhadap status sosialnya. Sedangkan fasilitas utama

seseorang yang akan menjalankan peranannya adalah

lembaga-lembaga sosial yang ada dalam masyarakat.

Biasanya lembaga masyarakat menyediakan peluang untuk

pelaksanaan suatu peranan. Menurut Levinson, bahwa

peranan mencakup tiga hal, pertama, peranan meliputi

norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini

merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing

seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. Kedua,

peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat

dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai

organisasi. Ketiga, peranan juga dapat dikatakan

sebagai perikelakuan individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

Peranan seseorang lebih banyak menunjukkan suatu

proses dari fungsi dan kemampuan mengadaptasi diri

dalam lingkungan sosialnya. Dalam pembahasan tentang

aneka macam peranan yang melekat pada individu –

individu dalam masyarakat, Soerjono mengutip pendapat

Marion J. Levy, bahwa ada beberapa pertimbangan

sehubungan dengan fungsinya, yaitu sebagai berikut :

a) Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan

apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan

kelangsungannya.

b) Peranan tersebut seyogianya dilekatkan pada

individu yang oleh masyarakat dianggap mampu

melaksanakannya. Mereka harus telah terlebih

dahulu terlatih dan mempunyai pendorong untuk

melaksanakannya.

c) Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu-

individu yang tak mampu melaksanakan peranannya

sebagaimana diharapkan oleh masyarakat, oleh

karena mungkin pelaksanaanya memerlukan

pengorbanan yang terlalu banyak dari kepentingan-

kepentingan pribadinya.

d) Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan

peranannya, belum tentu masyarakat akan mampu

memberikan peluang-peluang yang seimbang. Bahakan

seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa

membatasi peluang-peluang tersebut.\

D. Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial

Setiap individu lahir dan berkembang dalam kondisi yang

berbeda-beda. Keberagaman individu dalam masyarakat ini

disebut dengan perbedaan sosial. Perbedaan sosial secara

umum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perbedaan

secara horizontal dan perbedaan secara vertikal.

Perbedaan secara horizontal disebut dengan diferensiasi.

Dalam diferensiasi sosial, tidak dikenal adanya tingkatan

atau tinggi rendahnya status sosial seseorang. Sedangkan

pebedaan secara vertikal disebut dengan stratifikasi,

dimana ada masyarakat yang menduduki lapisan atas dan ada

pula yang menduduki lapisan bawah. Stratifikasi sosial

ini terjadi karena adanya sesuatu yang lebih dihargai

dalam masyarakat.

a) Diferensiasi Sosial

Seperti yang telah disebutkan diatas, diferensiasi

sosial adalah pembedaan masyarakat secara horisontal

tanpa mempermasalahkan tinggi rendahnya status sosial

masyarakat tertentu. Diferensiasi sosial muncul karena

adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat. Perbedaan-

perbedaan ini menyebabkan adanya pengelompokan

masyarakat ke dalam kategori tertentu berdasarkan ciri

fisik atau ciri sosial budaya. Beberapa contoh bentuk

diferensiasi sosial antara lain diferensiasi sosial

berdasarkan ras, suku bangsa, agama, dan gender.

Ras. Merupakan penggolongan manusia berdasarkan

ciri-ciri fisik yang tampak dari luar (fenotip),

seperti warna kulit, bentuk rambut, ukuran badan,

dan lain-lain. Ras merupakan kodrat setiap

manusia, jadi tidak ada satu ras yang memiliki

kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

ras yang lain. Secara umum, ras-ras manusia di

dunia dapat dibedakan menjadi empat, yaitu ras

Austroloid (orang Aborigin), Mongoloid (Asia dan

penduduk asli Amerika), Kaukasoid (Eropa dan

Arab), dan Negroid (kulit hitam).

Suku Bangsa. Adalah pengelompokan manusia

berdasarkan corak budaya yang dimilikinya. Hildred

Geertz dalam penelitiannya menyatakan bahwa di

Indonesia terdapat 319 suku bangsa, sedangkan

menurut Koentjoroningrat terdapat 200 suku bangsa.

Setiap suku bangsa biasanya memiliki bahasa

daerah, adat istiadat, dan kesenian yang khas.

Agama. Merupakan sistem kepercayaan yang telah

dibakukan dan dipandang sebagai sebuah kebenaran.

Agama berisi pedoman-pedoman kepada manusia

tentang hubungan antara sesama manusia dan antara

manusia dengan tuhan.

Gender. Adalah diferensiasi sosial berdasarkan

perbedaan sifat antara laki-laki dan perempuan.

Dalam beberapa kebudayaan, laki-laki dianggap

memiliki status sosial yang lebih tinggi daripada

perempuan. Akan tetapi, sekarang ini laki-laki dan

perempuan dianggap mempunyai kedudukan dan peran

yang sejajar dalam masyarakat.

b) Stratifikasi Sosial

Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti

lapisan. Jadi stratifikasi sosial bisa disebut dengan

pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial secara

bertingkat yang biasanya disimbolkan dengan piramida.

Dalam stratifikasi sosial, terdapat kelompok masyarakat

yang menghuni kelas atas dan ada juga yang menghuni

kelas bawah. Stratifikasi sosial muncul karena adanya

sesuatu yang dianggap memiliki kedudukan yang lebih

tinggi dalam masyarakat seperti harta yang dimiliki

seseorang, kekuasaan, keturunan pekerjaan, keahlian,

atau umur.

Sifat-sifat Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial dalam masyarakat pada umumnya

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu stratifikasi

tertutup dan stratifikasi terbuka.

Stratifikasi Sosial Tertutup . Mempunyai arti

bahwa seseorang yang berada pada strata

tertentu dalam masyarakat tidak akan mungkin

bisa berpindah ke lapisan yang lainnya baik

yang berada diatas maupun dibawah.

Stratifikasi sosial tipe ini biasanya

didasarkan atas warisan biologis seseorang

yang sudah didapat semenjak ia lahir. Contoh

stratifikasi sosial tertutup adalah sistem

pengkastaan yang terdapat dalam Agama Hindu

dan politik apartheid yang pernah diterapkan

di Afrika Selatan selama masa pendudukan

Inggris.

Stratfikasi Sosial Terbuka . Stratifikasi

sosial tipe ini biasanya terdapat pada

masyarakat modern dimana seorang individu

dapat berpindah dari satu lapisan satu ke

lapisan yang lainnya, baik yang berada di

atasnya maupun yang ada di bawahnya. Contoh

dari sistem stratifikasi sosial terbuka

antara lain jabatan, tingkat pendidikan,

pendapatan, dan gelar.

E. Kelompok Sosial Dalam Masyarakat Multicultural

Manusia dikenal sebagai makhluk sosial yang pada

prinsipnya hidup berkelompok baik di lingkungan maupun di

masyarakat. Keberadaan ini merupakan proses untuk

berinteraksi atau berhubungan dengan yang lain. Dalam

ilmu sosiologi kelompok sosial sering juga disebut dengan

kerumunan yang dapat diartikan sebagai individu-individu

yang berada pada tempat yang sama. Akan tetapi tetaplah

ada perbedaan antara kerumununan dengan kelompok sosial.

Perbedaan antara kelompok sosial dengan kerumunan

tersebut dibawah ini adalah :

Kelompok sosial Kerumunan :

1. Bersifat tetap 1. Bersifat sementara

2. Memiliki tujuan sama 2. Tujuan berbeda

3. Interaksi jelas dan terfokus 3. Interaksi

tidak terfokus

4. Mengarah pada pembentukan 4. Tidak mengarah

pada pembentukan

Masyarakat

Di dalam kelompok sosial terdapat bermacam macam suku

bangsa, ras, agama dan budaya sehingga terbentuklah

masyarakat multikultural. Kata MASYARAKAT MULTIKULTURAL

dapat kita pilah menjadi tiga kata yaitu :

a) Masyarakat

Artinya adalah sebagai satu kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang

bersifat kontinu dan terikat oleh rasa identitas

bersama.

b) Multi

Berarti banyak atau beraneka ragam

c) Kultural

Berarti Budaya. Masyarakat Multikultural adalah

kesatuan manusia atau individu yang memiliki beraneka

ragam budaya. Oleh karena itu dalam

masyaarakaatterdapat beranekaragam kelompok sosial

dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda.

Berikut ini pandangan ahli sosiologi tentang masyarakat

multicultural:

J.S FURNIVALL

Masyarakat multikultural terbentuk oleh dua atau

lebih komunitas (kelompok), mereka ini secara budaya

dan ekonomi terpisah satu sama lain. Struktur

kelembagaan yang terdapat di dalam kelompok tersebut

berbeda satu dengan lain.

NASIKUN

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang

menganut banyak nilai. Hal ini terbentuk karena

kelompok sosial yang ada di dalamnya memiliki sistem

nilai tersendiri.

PIERRE L. VAN DE BERGHE

Masyarakat multikultural memiliki karakteristik

sebagai berikut ini :

a. Memiliki sub kebudayaan

b. Struktur sosial yang terbentuk rawan terjadi

konflik

c. Integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling

ketergantungan di dalam bidang ekonomi

CLIFFORT GEERTZ

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang

memiliki ikatan-ikatan primordialitas. Ikatan ini

kemudian berkaitan erat dengan label yang diberikan

oleh individu/kelompok lain, dengan demikian setiap

individu/kelompok memiliki karakter yang berbeda

dengan yang lain.

Keaneka ragaman dalam masyarakat memiliki ciri-ciri

sebagai berikut ini :

1) Memiliki lebih dari subkebudayaan.

2) Membentuk sebuah struktur sosial.

3) Membagi masyarakat menjadi dua pihak, yaitu pihak

yang mendominasi dan yang terdominasi.

4) Rentan terhadap konflik sosial.

Dalam Masyarakat multikultural akan dijumpai

perbedaan-perbedaan yang merupakan bentuk

keanegaragaman seperti budaya, ras suku, agama.

Dalam masyarakat multi kultural tidak mengenal

perbedaan hak dan kewajiban antara kelompok

minoritas dengan mayoritas baik secara hukum

maupun sosial. Kelompok sosial memiliki hubungan

erat dengan masyarakat multikultural yaitu

hubungan :

Kelompok sosial sebagai unsur pembentuk

masyarakat multikultural.

Macam-macam kelompok sosial belum tentu

membentuk sebuah masyarakat multikultural,

namun demikian masyarakat multi kultural

tidak akan terwujud tanpa adanya kelompok

sosial. Kelompok sosial dikatan sebagai salah

satu unsur pembentuk masyarakat

multikultural.

Kelompok sosial sebagai dinamisator

masyarakat multicultural

Urutan terbentuknya masyarakat multikultural

adalah sebagai berikut;

a) Individu

b) Kelompok sosial

c) Masyarakat

d) Masyarakaat multicultural

Dari urutan tersebut dapat disimpulkan bahwa

kelompok sosial merupakan unsur pembentuk

masyarakat multikultural. Konflik pada

mayarakat multukultural dapat saja terjadi

karena didalamnya terdiri beranekaragam

perbedaan akan tetapai hal ini dapat dicegah

dengan cara masing-masing saling menjaga diri

maupun menghargai.

Kelompok sosial sebagai pengikat masyarakat

multicultural.

Untuk mempertahankan masyarakat multikultural

yang sudah baik perlu dibuat pengikat

individu maupun kelompok agar tetap tejaga

dengan baik. Pengikat hanya dapat dilakukan

dengan bentuk loyalitas angota kelompok

tersebut.

F. Konflik Sosial

Jumlah suku dan etnis di Indonesia diperkirakan

lebih dari 300, dengan beragam latar belakang dan

karakter. Sehingga persoalan konflik sosial di Indonesia

memang sangat kompleks dan tidak mudah dalam mencari

solusinya. Selain konflik antar-etnis, di Indonesia juga

rawan konflik sosial dengan latar belakang bermacam-

macam.

Kasus Sampit merupakan contoh konflik sosial yang

paling banyak mendapat perhatian berbagai kalangan dewasa

ini. Selain itu, masih ada beberapa konflik, seperti

kasus Ambon tahun 1999-2002, kasus Poso 1998-2001, dan

baru-baru ini ada kasus Sampang, Madura dan Lampung

Selatan tahun 2012. Kasus-kasus tersebut dilatarbelakangi

oleh SARA (suku, agama, ras dan antar golongan).

Jika kembali ke tahun lebih lampau, juga ada kasus

konflik sosial antar-etnis. Misalnya, kasus konflik etnis

Samawa dengan etnis Bali di Sumbawa pada tahun 1980.

Namun, ketika itu belum banyak media yang memberitakan

kejadian ini. Jika kita runut sejarah ke belakang, Bangsa

Indonesia memang sangat rentan terjadinya konflik sosial.

MODUL IPS

Disusun Oleh :

Nama : Reny Febrianti

No : 12

Kelas : XII . AK 2

SMK MUHAMMADIYAH 4 SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015

MODUL IPS

Disusun Oleh :

Nama : Syari Falah Azizah

No : 18

Kelas : XII . AK 2

SMK MUHAMMADIYAH 4 SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2014 / 2015