ASKEP KELOMPOK

21
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmatNya kami dapat melakukan praktek Mata Ajaran Keperawatan Gerontik di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti Tresna Wherda Natar Lampung Selatan sejak tanggal 20-29 Januari 2014 dengan baik. Sebagai akhir dari praktek keperawatan lansia di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti Tresna Wherda Natar Lampung Selatan, kami telah menyusun laporan akhir asuhan keperawatan kelompok lanjut usia di wisma Mawar dalam bentuk makalah. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada : 1. Ibu Tumiur Sormin, SKM; M.Kes selaku Koordinator Mata Ajaran Keperawatan Gerontik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama kami berada di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti Tresna Wherda Natar Lampung Selatan 2. Bapak Drs. Maman Suparman, MM selaku Kepala Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang yang telah memberikan kesempatan untuk memberikan asuhan keperawatan lansia di wisma-wisma UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti Tresna Wherda Natar Lampung Selatan 3. Bapak Widodo, M.D. S.Pd yang telah memberikan bimbingannya selama kami di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti Tresna Wherda Natar Lampung Selatan 4. Para petugas panti yang telah membantu kami selama di Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang.

Transcript of ASKEP KELOMPOK

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan

rahmatNya kami dapat melakukan praktek Mata Ajaran Keperawatan

Gerontik di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti Tresna

Wherda Natar Lampung Selatan sejak tanggal 20-29 Januari 2014

dengan baik. Sebagai akhir dari praktek keperawatan lansia di

UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti Tresna Wherda Natar

Lampung Selatan, kami telah menyusun laporan akhir asuhan

keperawatan kelompok lanjut usia di wisma Mawar dalam bentuk

makalah.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada :

1.      Ibu Tumiur Sormin, SKM; M.Kes selaku Koordinator Mata

Ajaran Keperawatan Gerontik yang telah memberikan bimbingan

dan arahan selama kami berada di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut

Usia panti Tresna Wherda Natar Lampung Selatan

2.      Bapak Drs. Maman Suparman, MM selaku Kepala Panti Sosial

Tresna Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang yang telah

memberikan kesempatan untuk memberikan asuhan keperawatan

lansia di wisma-wisma UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti

Tresna Wherda Natar Lampung Selatan

3.      Bapak Widodo, M.D. S.Pd yang telah memberikan

bimbingannya selama kami di UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia

panti Tresna Wherda Natar Lampung Selatan

4.      Para petugas panti yang telah membantu kami selama di

Panti Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Telukjambe Karawang.

5.      Orang tua dan teman-teman yang telah memberikan semangat,

kasih sayang dan dukungan morilnya yang sangat berarti bagi

kami.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh

karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun.

Bandar Lampung, Januari 2014

Kelompok Wisma Isolasi Wanita 2

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

        Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun keatas

(UU No. 13 Tahun 1998). Sejalan dengan program keluarga

berencana yang telah dicanangkan dan dilaksanakan oleh

pemerintah, pada tahun 2000 jumlah lansia berdasarkan sensus

penduduk adalah sekitar 7,5% dari jumlah penduduk Indonesia

atau sekitar 15,9 juta orang berusia diatas 60 tahun (BPS dan

SUPAS 1995 dan 2000). Didalam kehidupan nasional, usia lanjut

dapat merupakan sumber daya yang bernilai karena pengetahuan,

pengalaman hidup serta kasrifan yang dimiliki yang dapat

dimanfaatkan unutk upaya peningkatan mutu kehidupan keluarga

dan masyarakat.

        Seorang yang menua akan mengalami perubahan-perubahan

baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Perubahan ini akan

mempengaruhi setiap aspek kehidupan termasuk kesehatan yang

memerlukan perhatian khusus dimana lansia merupakan salah satu

kelompok rawan dalam keluarga karena kepekaan dan

kerentanannya yang tinggi terhadap gangguan kesehatan. Oleh

karena itu asuhan keperawatan yang komprehensif perlu

dilakukan untuk mempertahankan dan maninggikan derajat

kesehatan lansia sehinngga tetap mejadi produktif sesuai

kemampuan.

        Berdasarkan hasil pengkajian kelompok khususnya di

Wisma Isolasi Wanita 2 didapatkan data yang berhubungan dengan

masalah kesehatan lansia, yaitu sebanyak 50% lansia dengan

masalah kesehatan rematik, 12,5% lansia dengan DM, dan 27,5%

lansia mengalami penglihatan kabur.

B.   Tujuan

1.     Tujuan Umum

Memberikan pengkayaan tentang perubahan-peruabahan yang

terjadi pada lansia yang dapat menyebabkan masalah kesehatan.

2.     Tujuan Khusus

a.       Mampu mengidentifikasi perubahan-peruabahan fisik,

mental, dan spiritual yang terjadi pada lansia khususnya di

UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti Tresna Wherda Natar

Lampung Selatan

b.      Mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang

terjadi akibat perubahan-perubahan pada lansia di Wisma

isolasi wanita 2 UPTD Pelayanan Sosial Lanjut Usia panti

Tresna Wherda Natar Lampung Selatan

c.       Mampu melakukan asuhan keperawatan terkait dengan

masalah kesehatan yang telah teridentifikasi.

d.      Mampu melaporkan keberhasilan asuhan keperawatan yang

telah dilakukan selama praktek di Wisma Melati Rumah

Perlindungan Sosial Tresna Wredha Budhi Daya Karawang.

C.   Metode Telaahan

Penulisan laporan asuhan keperawatan kelompok gerontik ini

menggunakan metode deskriktif yaitu  metode yang menggambarkan

keadaan yang lebih nyata, menganalisa dan menguraikannya

dengan pendekatan studi kasus, dimana kelompok mengambil satu

kasus kelolaan kemudian kelompok memberikan asuhan keperawatan

sesuai dengan permasalahan yang ada. Adapaun tehnik-tehnik

yang dipergunakan dalam mengumpulkan data diantaranya :

1.         Observasi / Pengamatan

2.         Wawancara

3.         Studi Kepustakaan

4.         Pemeriksaan Fisik

5.         Dokumentasi Keperawatan, dan

6.         Asuhan Keperawatan Langsung

D.   Sistematika Penulisan

Studi analisa situasi ini terdiri dari empat BAB yang tersusun

dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I    Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan

penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan

BAB II    Tinjauan teoritis meliputi konsep penuaan

BAB III  Tinjauan kasus dan pembahasan

BAB IV  Penutup meliputi kesimpulan dan saran

 BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.Tinjauan Teoritis

            Teori biologis tentang penuaan menyatakan bahwa

proses penuaan secara biologi adalah alami, tidak dapat

dihindari, irreversible, dan berkembang sesuai waktu. Proses

penuaan ini membawa perubahan-perubahan yang bervariasi pada

setiap individu. Teori wear and tearmenyatakan bahwa setiap

individu mengalami proses penuaan dan kematian karena

jaringan-jaringan tubuh tidak selamanya dapat memperbaiki

diri. Perubahan fisik yang terjadi ditandai dengan terjadinya

penurunan sel-sel otak, penurunan rasa dan penciuman, kulit

keriput, rambut memutih, penglihatan kabur, pendengaran

berkurang, tulang menjadi rapuh, gigi ompong, mudah lelah,

kelancaran aliran darah menurun, gerakan menjadi lamban, serta

fungsi ginjal, hati dan jantung bekerja lebih keras. Perubahan

pada pikiran dan mental lansia diantaranya penurunan daya

ingat, mudah sedih dan tersinggung, mudah frustasi, merasa

kesepian serta takut kehilangan kemandirian. Sedangkan

perubahan sosial pada lansia meliputi kehilangan pekerjaan,

pasangan dan anak serta menerima kehadiran cucu. Proses

tersebut dapat dipercepat oleh faktor-faktor seperti stress,

merokok serta diet yang buruk.

            Terkait dengan perubahan fisik pada lansia

khususnya sistem pencernaan dimana lansia mengalami penurunan

dalam produksi air liurnya, penurunan dalam produksi cairan

lambung dan gerak peristaltik lambung serta saluran pencernaan

lainnya yang juga menurun, didukung oleh adanya penurunan pada

kepekaan terhadap rangsang terutama penciuman dan rasa maka

lansia beresiko tinggi untuk mengalami gangguan pemenuhan

nutrisi.

            Nutrisi atau disebut juga zat gizi makanan adalah

zat-zat yang terkandung di dalam makanan yang diperlukan untuk

keberlangsungan hidup seseorang. Terdapat tiga manfaat gizi

yaitu sebagai zat tenaga yang terdapat pada makanan-makanan

pokok seperti nasi, jagung dan kentang; sebagai zat pengatur

yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan; serta zat

pembangun yang terdapat pada lauk pauk seperti daging, ikan,

tahu dan tempe. Komposisi yang diperlukan adalah karbohidrat

sebanyak 60-70 %, protein 10-15 % dan lemak 20-25 %. Komposisi

tersebut diperlukan untuk mencapai atau mempertahankan berat

badan yang ideal pada lansia.

            Seseorang dikatakan mengalami perubahan nutrisi :

kurang dari kebutuhan tubuh yaitu jika seseorang dalam keadaan

tidak mengalami puasa atau yang beresiko mengalami penurunan

berat badan yang berhubungan dengan masukan makanan yang tidak

adekuat atau metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk

kebutuhan metabolik (Carpenito, 1995 hal 252). Tolak ukur yang

dapat dipakai sebagai pedoman bahwa seseorang memiliki masalah

perubahan nutrisi adalah dengan mengetahui berat badan yang

ideal. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rumus Brocca

yang dimodifikasi yaitu BB ideal = 90% x (TB dalam cm – 100) x

1 kg. Sedangkan penghitungan kebutuhan kalori bagi lansia

adalah lansia dengan usia 60-69 tahun adalah 25-30 kalori/kg

BB ideal dikurangi 10 %; sedangkan lansia dengan usia 70

tahun, dikurangi 20 %.

            Faktor-faktor risiko untuk masalah nutrisi yaitu

riwayat diet termasuk didalamnya adalah kesulitan

menelan/mengunyah, pemasukan makanan yang tidak adekuat,

pembatasan diet, tidak ada pemasukan 10 hari/ lebih, seseorang

dengan terapi intra vena, anggaran makanan yang tidak adekuat,

fasilitas “penyiapan” makanan yang tidak adekuat, fasilitas

“penyimpanan” makanan yang tidak adekuat, ketidakmampuan fisik

dan lansia yang makan sendiri.

            Akibat yang dapat terjadi dimana seseorang

mengalami gangguan nutrisi diantaranya adalah mudah terserang

penyakit, mudah lelah, proses penuaan lebih cepat, menambah

biaya berobat dan daya pikir yang semakin berkurang. Dengan

memperhatikan akibat dari gangguan nutrisi tersebut maka perlu

dilakukan upaya-upaya pencegahan yang diantaranya adalah dalam

penyusunan menu. Terdapat lima prinsip dalam menyusun menu

pada lansia yaitu mengurangi makanan berlemak, mengurangi

garam, mengurangi gula, menu bervariasi, banyak vitamin dan

serat serta makanan yang mudah dicerna.

           

B.OBAT TRADISIONAL

         Reumatik:

 Cara 1

            Bahan: Cengkeh

                        Merica

                        Daun Belimbing wuluh

                        Cuka

            Alat:    mangkuk

Cara pembuatan : daun belimbing wuluh, merica, cengkeh di

tumbuk halus sehingga menjadi lembut seperti bubur, ditambah

cuka secukupny. Lalu tumbuk kembali bahan. Setelah itu bahan

yang sudah dihaluskan di oleskan pada lutut da n persendian

yang lain.

Cara 2

Alat dan Bahan : Jahe

                            Minyak kelapa

                            Parutan

                            Mangkuk

Cara pembuatan : Jahe di cuci barsih lalu diparut, dan hasil

parutan ditambah minyak kelapa secukupnya. Kemudian di

poleskan/dibalurkan pada daerah yang sakit.

Cara 3

Alat dan Bahan : 5 butir cengkah

                            200 gr ubi jalar merah

                            5 biji pala

                            1 gr kayu manis

                            10 butir merica

                            5 kapulaga

Cara pembuatan : rebus semua bahan dengan 1500cc  air hingga

tersisa 500cc, kemudian minum air rebusan tadi dan ubi

jalarnya dimakan.

           

         Katarak :

Alat dan Bahan: 5 lembar kembang teleng

                           Air hangat

Alat : mangkuk

Cara pembuatan : simpan air hangat pada mangkuk, masukan

kembang teleng pada mangkuk yang berisi air hangat. Tunggu

sampai warna memudar menjadi kebiruan, kemudian tempelkan

kedua mata pada air rebusan kembang teleng.

         Hipertensi

Cara 1

Alat dan Bahan:          Mengkudu

Air hangat

Bleder

Saringan

Cara pembuatan: Mengkudu diblender dengan air hangat kemudian

di saring dalam satu gelas dan diminum tiga kali dalam satu

hari.

                Cara 2

            Alat dan Bahan: 5 Lembar Daun salam

Cara Pembuatan : 5 lembar daun salam direbus hingga mendidih

kemudian air nya di minum 3 kali sehari.

BAB III

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELOMPOK

DI WISMA ANGGREK PANTI SOSIAL TERSNA WREDA

BUDHI DAYA TELUK JAMBE KARAWANG.

Nama  Kelompok                    : Kelompok V

Tingkat                                    :

III Reguler                            

Lahan Praktik                          : UPTD Pelayanan Sosial

Lanjut Usia panti Tresna Wherda Natar Lampung Selatan

Tanggal Pengkajian                 : 25 Januari 2014

Nama Wisma                           : Isolasi wanita 2

Pimpinan Panti                        : Drs. Maman Suparman,

MM

Dikelola Oleh                          : Departemen Sosial RI

A.    PENGKAJIAN

1. Karakteristik Penghuni

a.       Berdasarkan umur

Karakteristik

umur

Perempua

n

Laki-

laki Jumlah

Prosenta

se

< 60

60 – 70

71 – 90

> 90

1

1

5

-

-

-

-

-

1

1

5

-

14,3 %

14,3 %

71,4 %

-Jumlah 7 - 7 100 %

b.      Berdasarkan pendidikan

 Tingkat 

Pendidikan

Jumlah Prosent

ase

Tidak sekolah

Sekolah rakyat

Tamat

SD/sederajat

Tamat

SMP/sederajat

Tamat SMA

5

1

1

-

-

71,4 %

14,3 %

14,3 %

-

-

Jumlah 7 100

c.       Berdasarkan agama

Agama Jumlah Prosenta

se

Muslim

Non Muslim

8

-

100

-Jumlah 8

2. Data khusus

a.       Biologis

1)          Keadaan kesehatan

5 Besar Keluhan Lansia Jumlah Prosenta

se

Hipertensi

Nyeri persendian

Gangguan aktivitas

Penglihatan kabur

Gangguan fungsi pendengaran

6

4

4

4

2

30 %

20 %

20 %

20 %

10 %

Jumlah 20 100 %

        Dari hasil pengkajian didapatkan beberapa lansia yaitu

sekitar 6 orang mempunyai riwayat Hipertensi tapi dengan

keluahan pusing yang ringan dan hilang timbul, kemudian ada 4

orang mengeluh pegal dan nyeri pada daerah pinggang, tangan

dan kaki. Biasanya mereka merasa pegal dan nyeri pada saat 

istirahat (tidur),.

2)      Pola makan dan minum

Frekuensi makan 3 x sehari. Para lansia biasa makan di tempat

tidur masing masing karena tipe tempat tinggal bangsal

(ruangan dengan tempat tidur yg saling berdekatan tanpa adanya

pembatas). Menu makanan pagi hari nasi, sayur, lauk. Makan

siang terdiri dari nasi, sayur, lauk dan buah. Menu makan sore

sama dengan dengan menu makan siang.

Sebagian lansia minum sebanyak 4 – 6 mug kecil dalam sehari (1

mug kecil = 200 ml). Sekitar  2 – 3 lansia yang memakai mug

besar dan dalam sehari mereka minum 1 – 2 mug (1 mug besar =

600 ml). Hasil observasi kelompok di dapat mukosa bibir dan

kulit lansia lembab.

3)      Pola tidur

Para lansia sebagian besar mengatakan mulai tidur sekitar

pukul antara 20.00 - 22.00 sampai dengan pukul 05.00 WIB

tergantung seberapa lama mereka tidur siang.. para lansia

tidur siang antara pukul 13.00 s.d pkl 14.00

Jika dijumlahkan, jumlah jam tidur lansia adalah 7 – 8 jam

dalam sehari.

4)      Kebersihan diri

Penampilan sebagian besar penghuni wisma Melati tampak bersih

namun tidak rapi. Setiap lansia mandi 1-2 kali sehari. Dua

orang lansia mandi, toileting, berpakaian dengan dibantu.

Tercium bau pesing (urine) ketika masuk ruangan dikarenakan 3

orang lansia yang mengalami gangguan aktivitas

(muskuloskeletal).

b.      Psikologis dan sosial

1)      Kebiasaan buruk kelompok

Satu lansia mempunyai kebiasaan merokok di Wisma dan biasa

menghabiskan dua sampai tiga batang setiap hari terutama

setelah selesai makan.

2)      Keadaan emosi

Ada satu lansia yang memiliki watak emosi sensitif dan cepat

marah jika lansia lain melakukan kesalahan atau tidak sesuai

dengan pahamnya. Ada satu lansia juga yang mempunyai riwayat

gangguan jiwa dan sudah dinyatakan sembuh, namun klien masih

tampak ragu dalam berkomunikasi dengan orang lain terutama

dengan orang yang baru dikenal.

3)      Pengambilan keputusan

Di wisma tidak ada lansia yang berperan sebagai pengambil

keputusan. Masing – masing berhak menentukan yang terbaik bagi

dirinya. Bila ada anggota wisma yang sakit, maka lansia yang

lain hanya melaporkan kepada petugas wisma.

4)      Rekreasi

Kegiatan rekreasi yang dilakukan anggota wisma Melati antara

lain menonton TV, mendengarkan Radio atau bercakap – cakap.

5)      Perilaku mencari pelayanan kesehatan

Lansia yang sakit hanya minum obat yang di berikan oleh

petugas puskesmas yang datang ke panti. Jika penyakit parah,

klien dibawa ke rumah sakit terdekat.

6)      Kecacatan

Di wisma isolasi wanita 2, 2 orang mengalami gangguan

mobilitas fisik post stroke non hemoragik, 1 lansia bedrest

total,

8)      Keadaan ekonomi

Semua lansia di wisma Melati tidak ada yang mempunyai

tunjangan pensiun, mereka hanya mendapatkan uang santunan dari

pengunjung dan panti yang digunakan untuk membeli kebutuhan

sehari-hari.

9)      Kegiatan organisasi sosial

Tidak ada lansia yang mengikuti kegiatan organisasi sosial

dikarenakan keadaan mereka yang tidak memungkinkan..

10)  Hubungan antara anggota kelompok

Sebagian besar lansia di dalam kelompok saling membantu lansia

yang lain, terutam pada klien bedrest dan mereka saling

mengingatkan untuk makan, ataupun mandi. Lansia – lansia

sering berkomunikasi dan terlibat dalam interaksi kelompok.

11)  Hubungan di luar kelompok

Sebagian besar lansia menyatakan tidak pernah berkunjung ke

wisma lain dikarenakan kondisi mereka yang tidak memungkinkan.

12)  Hubungan dengan anggota keluarga

Tidak ada waktu khusus untuk kunjungan keluarga. Keluarga bisa

mengunjungi lansia kapan saja sesuai kebutuhan keluarga.

Tetapi sebagian lansia tidak pernah lagi di kunjungi oleh

keluarga karena sanak keluarganya sudah tidak ada.

c.       Spiritual

1)       Ketaatan beribadah

Semua lansia di wisma beragama Islam dan sebagian besar mereka

tidak melakukan sholat dikarenakan keterbatasan aktifitas

mereka. Namun bagi lansia yang dapat melakukan aktifitas

mandiri mereka dapat melakukan ibadah. Semua lansia percaya

akan tibanya kematian dan lansia pasrah bila kematian

menjemput mereka.

2)      Keyakinan tentang kesehatan

Lansia percaya bahwa sakit dan sehat adalah hal yang wajar

terjadi pada manusia. Beberapa lansia sering mengeluh pegal

dan nyeri, biasanya jika hal itu terjadi mereka biasanya

menggunakan minyak kayu putih atau balsem pada daerah yang

terasa sakit. Cara tersebut cukup mengurangi rasa sakit.

e.       Keadaan lingkungan

1)       Penerangan

Ruangan umumnya mendapatkan penerangan yang cukup baik,

jumlah lampu dalam ruangan ada 6 buah dengan daya 5 watt. Dan

jika petang lampu hanya dihidupkan 3 buah saja. Karena

sebagian lansia mengatakan silau jika lampu dinyalakan semua.

2)       Kebersihan dan kerapihan

Secara umum kondisi ruangan cukup bersih dan stiap bed

tersusun beraturan. Namun terkadang tercium bau pesing jika

ada lansia yang sudah terlanjur mengompol lantai ruangan

bersih. Namun lantai di wisma agak licin, terutama di depan

kamar mandi. Di kamar mandi tidak terdapat pegangan pengaman.

3)       Sirkulasi udara

Sirkulasi udara secara umum cukup baik karena di wisma

terdapat cukup jendela dan pintu yang lebar.

B.        Analisa Data

Data Diagnosa Keperawatan

Data Subjektif

  Beberapa lansia mengeluh pegal dan

nyeri pada pinggang, tangan dan kaki.

  Mereka mengatakan pegal dan nyeri

yang dirasakan muncul pada saat

istirahat (tidur)

  Jika timbul nyeri mereka menggunakan

minyak kayu putih atau balsem pada

daerah yang pegal atau nyeri. Cara

tersebut cukup mengurangi rasa sakit

atau pegal yang dialami.

Gangguan rasa

nyaman : nyeri b.d

degenerasi/penurunan

fungsi

muskuluskeletal

Data Objektif

  4 orang dari 7 orang lansia menderita

rematik, 2 lansia post stroke dengan 1

orang hemiplegi sebelah kanan tubuh dan

1 orang hemiparase ekstremitas bawah

Data Subjektif

  4 orang lansia di wisma mengalami

gangguan aktivitas

4 orang mengeluh nyeri sendi

Data Objektif

  Pada pemeriksaan fisik didapatkan

data 2 orang lansia post stroke dengan

1 orang hemiplegi sebelah kanan tubuh

dan 1 orang hemiparase ekstremitas

bawah

Serta 6 orang lansia memiliki

hipertensi

Intoleransi aktivitas

b.d nyeri, kelemahan

umum, kerusakan

neuromuskuler.

Data Subjektif

  Sekitar 4 orang lansia mengeluh

penglihatannya kabur.

Sebagian besar lansia mengatakan

tubuhnya terasa lemas untuk

beraktifitas

Data Objektif

Resiko cedera b.d

penurunan fungsi

penglihatan,

lingkungan yang tidak

aman, kelemahan umum

  Di kamar mandi tidak terdapat

pegangan pengaman.

Lansia tampak lamban dalam melakukan

aktifitas

  Lantai di wisma agak licin. Terutama

saat basah.

C.  DAFTAR MASALAH

Dari keluhan – keluhan diatas didapatkan maslah keperawatan

1.      Gangguan rasa nyaman : Nyeri

2.      Intoleransi aktivitas

3.      Risiko cedera

BAB IV

     PENUTUP

A.   Kesimpulan

Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun keatas (UU No.

13 Tahun 1998). Sejalan dengan program keluarga berencana yang

telah dicanangkan dan dilaksanakan oleh pemerintah, pada tahun

2000 jumlah lansia berdasarkan sensus penduduk adalah sekitar

7,5% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 15,9 juta

orang berusia diatas 60 tahun (BPS dan SUPAS 1995 dan 2000).

Didalam kehidupan nasional, usia lanjut dapat merupakan sumber

daya yang bernilai karena pengetahuan, pengalaman hidup serta

kasrifan yang dimiliki yang dapat dimanfaatkan unutk upaya

peningkatan mutu kehidupan keluarga dan masyarakat.

Seorang yang menua akan mengalami perubahan-perubahan baik

fisik, mental, sosial dan spiritual. Perubahan ini akan

mempengaruhi setiap aspek kehidupan termasuk kesehatan yang

memerlukan perhatian khusus dimana lansia merupakan salah satu

kelompok rawan dalam keluarga karena kepekaan dan

kerentanannya yang tinggi terhadap gangguan kesehatan. Oleh

karena itu asuhan keperawatan yang komprehensif perlu

dilakukan untuk mempertahankan dan maninggikan derajat

kesehatan lansia sehinngga tetap mejadi produktif sesuai

kemampuan.

Hasil pengamatan kami selama praktek keperawatan gerontik di

RPSTW Budhi Daya Karawang, masalah keperawatan yang sering

timbul pada penghuni wisma (lansia) adalah gangguan rasa

nyaman; nyeri berhubungan dengan proses degenerasi atau

penurunan fungsi muskuloskeletal, intoleransi aktivitas dan

resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan,

lingkungan yang tidak aman..

B.   Rekomendasi

Dalam penanganan masalah pada lansia di panti umumnya sudah

baik, namun demi tercapainya kesehatan dan kesejahteraan para

penghuni kelompok ingin menyampaikan beberapa masukan, antara

lain :

1.      Memperhatikan keselamatan para lansia, terutama di dalam

wisma. Membuat pegangan lansia untuk berjalan, terutama menuju

dan dalam kamar mandi.

2.      Memotivasi lansia untuk melanjutkan latihan gerak yang

telah di ajarkan oleh perawat untuk mencegah terjadinya

kekauan sendi yang mengakibatkan nyeri.

3.      memfasilitasi kepada para lansia terutama yang mengalami

gangguan penglihatan dengan menggunakan kaca mata.