Askep Ca Serviks
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of Askep Ca Serviks
Askep Ca Serviks
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak
normal dari sel-sel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya
sel tersebut berubah menjadi sel kanker.Sel-sel kanker dapat
menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat
menyebabkankematian. Kanker memiliki berbagai macam jenis
dengan berbagai akibat dan salahsatu jenis kanker adalah
kanker serviks.
Kanker serviks merupakan kanker yang dapat
menyerang semua perempuan,terbukti di Dunia setiap 2 menit
seorang perempuan meninggal karena kanker serviks sedangkan di
Asia Pasifik setiap 4 menit seorang perempuan
meninggal karenakanker serviks. Kanker ini juga merupakan
kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan Asia dan
lebih dari setengah perempuan Asia yang menderita
kanker serviks meninggal, ini sama artinya dengan 226.000
perempuan yang didiagnosat e r k e n a k a n k e r s e r v i k s
s e b a n y a k 1 4 3 . 0 0 0 p e r e m p u a n m e n i n g g a l
k a r e n a n y a ( American Cencer Society, 1989).
Di Indonesia, sampai saat ini penyakit kanker
serviks merupakan salah satu penyebab kematian wanita
yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negaralain di
Asia, karena sebagian besar penderita kanker serviks di
Indonesia baru datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah
pada stadium lanjut maka akan sulit untuk mencapai hasil
pengobatan yang optimal dan hal tersebut membuat penderita
sangatkhawatir dan cemas dengan keadaannya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kanker serviks
2. Untuk mengetahui penyebab kanker serviks
3. Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala kanker serviks
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah
mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang
tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI,
1990; FKKP, 1997).
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks
yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah
displasia atau mengarah keganasan. Kanker ini hanya menyerang
wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active.
B. Etiologi
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin
pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering
partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko
mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers
serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau
virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker
serviks
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi,
imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial
ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal
ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada
wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada
pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak
kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula
dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang
berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus
terbentuknya kanker serviks.
C. Klasifikasi
1. Klasifikasi klinis
- Stage 0: Ca.Pre invasive
- Stage I: Ca. Terbatas pada serviks
- Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui
secara histopatologis
- Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I
- Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai
kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua
pertiga bagian proksimal
- Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga
bagian bawah vagina
- Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.
2. Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks
- Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak
dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh
lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma
insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa
kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c. Stadium karsionoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari
membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya
ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasive
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel
menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif
muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas
ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior,
jurusan parametrium dan korpus uteri.
e. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi
ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus
uteri dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
- Markroskopis
a. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
D. Patofisiologi
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka
regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia
menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun,
sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi
invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992).
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat,
diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi
progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas
regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik
atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun
perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang
menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis
serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks,
parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau
vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan
serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor
risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang
tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta
kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan
(Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).
E. Tanda dan Gejala
1. Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi
pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan
gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi
ulseratif.
2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut
sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks
(75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada
gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak
teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan
penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan
intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang
khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk
mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang
terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus
atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang
sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah
terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal.
Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker
yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah
lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul
lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan
terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan
pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif.
Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki,
hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi
ureter.
F. Penatalaksanaan
1. Radiasi
- Dapat dipakai untuk semua stadium
- Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
- Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.
2. Operasi
- Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II
- Operasi histerektomi vagina yang radikal
3. Kombinasi (radiasi dan pembedahan)
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi
menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga
tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering
menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran
kesistem limfe dan peredaran darah.
Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang
radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten
terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post
terapi keadaan masih tetap sama.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat)
2. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama
pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan
disertai keputihan menyerupai air.
- Riwayat kesehatan sekarang
pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra
servikal
- Riwayat kesehatan dahulu
Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca
abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta
adanya tumor
- Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
- Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
- Wajah : tidak ada oedema
- Mata : konjunctiva tidak anemis
- Hidung : simetris, tidak ada sputum
- Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
- Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir
lembab, tidak terdapat lesi
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada
pembesaran kelenjer getah bening
b. Dada
- Inspeksi : simetris
- Perkusi : sonor seluruh lap paru
- Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
- Auskultasi : vesikuler
c. Cardiac
- Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : ictus cordis teraba
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : tidak ada bising
d. Abdomen
- Inspeksi : simetris, tidak ascites
- Palapasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : tympani
- Auskultasi : bising usus normal
e. Genetalia
Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau
f. Ekstremitas
Tidak oedema
4. Analisa Data
No Data penunjang Etiologi Masalah kep
1. Ds : mengungkapkan
secara verbal atau
isyarat
Do :
- gerakan
menghindari nyeri
- Perubahan nafsu
makan dan makan
- Perilaku
ekspresif
- Berfokus pada
diri sendiri
- Agen-
agen
cidera
Gangguan rasa
nyaman: nyeri
2. Ds : - haus
Do :
-
Perdaraha
Defisit
volume cairan
- perubahan TD
- Penurunan
haluaran urine
- Penurunan turgor
kulit
- Penurunan BB yg
tiba-tiba
n yang
berulang
3. Ds : -
Do : -
-
Supresi
sum-sum
tulang
-
Penurunan
leukosit
Resiko
infeksi
4. Ds :
- dispnea
- Napas pendek
Do :
- perubahan
gerakan dada
- Penurunan
tekanan
-
Gangguan
pengemban
gan paru
-
Pertukara
n O2 dan
CO2
Pola nafas
tidak efektif
inspirasi
/ekspirasi
- Napas cuping
hidung
- Penggunaan
otot bantu nafas
terganggu
5. Ds : -
Do : -
-
Perdaraha
n
berulang
- anemia
Resiko cidera
6. Ds :
- pengungkapan
rasa malu/ bersalah
- Pengungkapan
rasa negative diri
Do :
- menyangkal
permasalahan
- Membesar-
besarkan
permasalahan
-
Keputihan
dan
bakteri
- Bau
khas ca
serviks
Gangguan
harga diri
-
Merasionalisasi
kegagalan diri
7. Ds :
- nyeri abdomen
- Nyeri tekan
pada abdomen
- Anoreksia
- Mual
- Nyeri saat
defekasi
Do :
- perubahan pada
suara abdomen
( borborigmi)
- Perubahan pola
defekasi
- Penurunan
frekuensi
- Distensi
abdomen
- Mengejan saat
-
Asupan
cairan
dan serat
kurang
-
konstipas
i
Gangguan
eliminasi
fekal
defekasi
- Muntah
B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi
metastase neoplasma.
2. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan anoreksia pasca tindakan kemoterapi.
3. Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status
kesehatan serta ancaman kematian.
4. Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder
bau busuk nekrosis jaringan cerviks.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan
kemoterapi.
C. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional1.Nyeri b.d
infiltrasi
saraf
akibat
infiltrasi
metastase
neoplasma.
- Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
pasien akan
mampu
mengurangi
rasa nyeri
dengan
kriteria
hasil:
- Pasien
merasa
nyaman.
- Nyeri
berkuran
- Mampu
mendemonstra
sikan
keterampilam
relaksasi,
- Kaji
tingkat nyeri.
- Berikan
rasa nyaman
pada pasien
dengan
pengaturan
posisi dan
aktivitas
hiburan
(musik).
- Ajarkan
teknik
manajemen
nyeri
(relaksasi,
visualisasi,
distraksi).
- Kolaborasi
pemberian
analgetik.
- Untuk
mengkaji
data
dasar.
-
Mengalihka
n fokus
perhatian.
-
Meningkatk
an
relaksasi
untuk
mengurangi
nyeri.
-
Memungkink
an pasien
berpartisi
pasi aktif
dalam
kontrol
nyeri.
- Kontrol
nyeri
maksimum.2.Gangguan
perubahan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
b.d
anoreksia
pasca
tindakan
kemoterapi.
- Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
kebutuhan
nutrisi
dapat
tercukupi
dengan
kriteria
hasil:
- Pasien
mengungkapka
n pentingnya
nutrisi.
-
Peningkatan
BB
progresif.
- Pantau
intake dan
output makanan
tiap hari.
- Ukur BB
tiap hari.
- Dorong
pasien untuk
diet tinggi
protein.
-
Identifika
si
defisiensi
nutrisi.
- Memantau
peningkata
n BB.
-
Kebutuhan
jaringan
metabolik
adekuat
oleh
nutrisi.
3.Ketakutan
/ cemas
berhubungan
dengan
ancaman
perubahan
status
- Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
ketakutan/
kecemasan
berkurang
- Dorong
pasien untuk
mengungkapkan
pikiran dan
perasaan.
- Berikan
lingkungan
-
Memberikan
kesempatan
untuk
mengungkap
kan
ketakutann
kesehatan
serta
ancaman
kematian
sampai
menghilang
dengan
kriteria
hasil:
- Pasien
mendemonstra
sikan koping
efektif
dalam
pengobatan.
- Pasien
tampak
rileks dan
melaporkan
cemas
berkurang.
yang aman dan
nyaman.
- Komunikasi
terapeutik dan
kontak sering
dengan pasien.
- Bantu
mengembang-kan
koping
menghadapi
rasa takutnya.
ya.
- Membantu
mengurangi
kecemasan.
-
Meningkatk
an
kepercayaa
n pasien.
-
Meningkatk
an
kemampuan
kontrol
cemas.
4.Ganguan
body image
berhubungan
dengan
perubahan
struktur
tubuh
sekunder
terhadap
kemoterapi
- Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
gangguan
body image
dapat
teratasi
dengan
kriteria
hasil:
- Pasien
- Diskusikan
dengan pasien
bagaimana
pengobatan
mempengaruhi
kehidupan
pasien.
- Jelaskan
bahwa tidak
samping
terjadi pada
pasien.
- Berikan
- Membantu
mengidenti
fikasi
masalah
untuk
menemukan
pemecahann
ya.
- Membantu
pasien
untuk
menyiapkan
diri
mampu
mengembangka
n mekanisme
koping.
- Pasien
mampu
memahami
tentang
perubahan
struktur
tubuh.
dukungan
emosi.
- Gunakan
sentuhan
selama
interaksi dan
pertahankan
kontak mata.
beradaptas
i.
- Membantu
klien
untuk
percaya
diri.
-
Meningkatk
an
kepercayaa
n diri
pasien.5.Gangguan
integritas
kulit
berhubungan
dengan efek
radiasi dan
kemoterapi
- Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
integritas
kulit dapat
terjaga
dengan
kriteria
hasil:
- Pasien
berpartisipa
si dalam
mencegah
komplikasi.
- Kaji kulit
terhadap efek
samping terapi
kanker,
observasi
adanya
kerusakan/perl
ambatan
penyembuhan
luka.
- Mandikan
dengan air
hangat dan
sabun ringan.
- Dorong
pasien untuk
menghindari
- Efek
kemerahan
dapat
terjadi
pada
terapi
radiasi.
-
Mempertaha
nkan
kebersihan
kulit
tanpa
mengiritas
i kulit.
-
Membantu
- Tidak
terjadi
kerusakan
kulit.
menggaruk
kulit.
- Ubah posisi
tubuh dengan
sering.
menghindar
i trauma
kulit.
-
Meningkatk
an
sirkulasi
dan
mencegah
tekanan
pada
kulit.
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994,
dalam Potter & Perry, 1997).
Melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan
diagnose yang ditemukan pada klien.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap
terjadinya komplikasi perdarahan.
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan
tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan
pada tingkat dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker
terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk
menghadapi perubahan peran.
8. Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan
dari pemberian terapi
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah
mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang
tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya
(FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Etiologi
Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
2. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
3. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian
menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30’an tahun yang
sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi
pada daerah vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita
tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada sebagian besar
kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat
menetap.
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin
dbanyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV
juga semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel
mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang
mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang
terjadinya perubahan kearah displasia.
4. Infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) tipe 2
5. Wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali
6. Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan
tubuh.
Faktor Resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1. Usia.
2. Jumlah perkawinan
3. Hygiene dan sirkumsisi
4. Status sosial ekonomi
5. Pola seksual
6. Terpajan virus terutama virus HIV
7. Merokok
Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingk
at
Kriteria
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke
korpus uteri
I a Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah
rusak dan sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel
tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau
pembuluh darah.
I b Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma,
tetapi pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor
telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan
menjalar 2/3 bagian atas vagina dan parametrium,
tetapi tidak sampai dinding panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas
dari infitrat tumor
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi
belum sampai dinding panggul
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang
parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai
dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak
ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan dinding
panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau
telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika
urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil,
metastasi jauh belum terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh.
Tanda dan Gejala
1. Perdarahan
2. Keputihan yang berbau dan tidak gatal
3. Cepat lelah
4. Kehilangan berat badan
5. Anemia
Manifestasi Klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna
putih atau puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan
pascakoitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat
juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan
anemia. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar,
ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka
terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis
harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang
diperoleh dari biopsi.
Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan
respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2
tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi
dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus
diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan
radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80%
rekurensi dalam 2 tahun.
Pemeriksaan Penunjang
Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi
HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90%
pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia
ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian
besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat.
Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
Kolposkopi
Servikografi
Pemeriksaan visual langsung
Gineskopi
Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih
sensitive)
Penatalaksaan Medis
Tingkat Penatalaksaan
0
I a
I b dan II
a
II b , III
dan IV
IV a dan IV
b
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Biopsi kerucut
Histerektomi trasnsvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul
dan evaluasi kelenjar limfe paraorta (bila terdapat
metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
KONSEP ASUHAN KEPERAWTAN
Pengkaijan
1. Identitas klien.
2. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat
keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada
pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk
mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya
keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke
Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
4. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah
pasien pernah menderita penyakit infeksi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.
6. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di
rumah dan agaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker
serviks.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
• Perdarahan
• keputihan
2. palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah
Pemeriksaan Dignostik
1. Sitologi
2. Biopsi
3. Kolposkopi
4. Servikografi
5. Gineskopi
6. Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih
sensitif)
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia
trombositopenia .
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual dan muntah.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder
akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa
malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis
kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan
berhubbungan dengan terbatasnya informasi.
Intervensi
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia
trombositopenia .
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap
terjadinya komplikasi perdarahan.
Intervensi :
Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta
jumlah trombosit.
Berikan cairan secara cepat.
Pantau dan atur kecepatan infus.
Kolaborasi dalam pemberian infus
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual dan muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan
tubuh.
Intervensi:
Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan
tertentu.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang
sesuai dengan diet yang ditentukan.
Pantau masukan makanan oleh klien.
Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan
dan sesuai dengan diet.
Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda
infeksi.
Intervensi :
Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila
diperlukan.
Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian
antibiotika.
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan
darah lengkap (Hb dan Trombosit)
Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
Observasi tanda-tanda perdarahan.
Observasi tanda-tanda vital.
Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit
Concentrated)
5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder
akibat anemia dan pemberian kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat
atau tidur sebanyak mungkin dengan diimbangi aktifitas.
Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola
istirahat atau keletihan yang dialami.
Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa
malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada
tingkat dapat diatasi.
Intervensi:
Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana
lingkungan yang kondusif.
Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
Dorong harapan yang realistis.
Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
Berikan dorongan spiritual.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis
kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap
perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi
perubahan peran.
Intervensi :
Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa
dilakukan didalam keluarga dan komunitasnya.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang
spesifik yang dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.
Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap
perubahan peran anggota yang sakit.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan
berhubungan dengan terbatasnya informasi.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari
pemberian terapi.
Intervensi:
Baringkan pasien diatas tempat tidur.
Kaji kepatenan kateter abdomen.
Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama
pengobatan
Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap
terjadinya komplikasi perdarahan.
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan
tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan
pada tingkat dapat diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker
terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk
menghadapi perubahan peran.
8. Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan
dari pemberian terapi
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 ,
Jilid 1. EGC : Jakarta
Doengoes, Marilyn.E 1989.Nursing care and Plans.Philadelphia:
F.A Davis Company.
Mochtar, Rustam. 1989.Synopsis obstetric. Jakarta:EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.1994.Ilmu Kandungan. Jakarta: Gramedia.
Sanusi, Chandra. 1989:Ginekologi Greenhill edisi 10.
Jakarta:EGC.
Asuhan Keperawatan kanker Serviks
A. Definisi
Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada
serviks. Karsinoma serviks merupakan karsinoma yang primer
berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio).
Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina
(Cunningham, 2010).
B. Insiden
Kanker mulut rahim (serviks) masih menjadi problem kesehatan
bagi wanita, sebab penyakit akibat human papilloma virus (HPV)
tersebut menjadi “mesin pembunuh” di kalangan kaum wanita. Kasus
kanker tersebut sangat mengkhawatirkan, karena angka kejadiannya
menunjukkan trend meningkat.
Berdasarkan data di RSU dr Soetomo, tiap hari tak kurang dari
delapan pasien baru kanker leher rahim berobat, dalam setahun
diperkirakan terdapat 700-800 pasien baru. Kebanyakan pasien
yang berobat berusia 40-50 tahun Frekuensi relatif di Indonesia
adalah 27% berdasarkan data patologik atau 16% berdasarkan data
rumah sakit. Lebih dari tiga perempat kanker ginekologi di RSCM
adalah kanker serviks dan 62% di antaranya dengan stadium lanjut
(stadium II-III), dan merupakan penyebab kematian terbanyak di
antara kematian kanker ginekologik yaitu 66%. Di RSUD dr.Soeroto
Ngawi pada tahun 2007 jumlah penderita kanker serviks sebanyak
54 (Suhartini, 2010).
C. Etiologi
Penyebab karsinoma serviks masih berupa perkiraan, tetapi
sebagian besar data epidemiologik memasukkan faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku seksual. Penyebab utamanya adalah
virus yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat menyebabkan
kanker. HPV 16 dan 18 secara bersama mewakili 70% penyebab
kanker serviks.Biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh
dengan sendirinya namun kadang bisa menjadi infeksi persisten
yang dapat berkembang menjadi kanker serviks (Cunningham,
2010). Virus HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
Penularan dapat juga terjadi meski tidak melalui hubungan
seksual dan HPV dapat bertahan dalam suhu panas (Cunningham,
2010).
D. Faktor Risiko
Menurut Prayitno (2005), penyebab langsung dari kanker
serviks belum diketahui, namun kejadiannya mempunyai hubungan
erat dengan sejumlah faktor ekstrensik, yang penting meliputi:
1. Insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin, terutama pada
gadis yang koitus pertama pada usia muda (<16 tahun),
Hal ini terjadi karena SCJ (Squoamo Columnar Junction) wanita ini
berada diluar OUE (osteum uteri eksternum), sehingga mudah
terkena infeksi serviks (Wiknjosastro, 2006).
2. Tingginya paritas (lebih dari dua anak),
Wanita dengan banyak anak diperkirakan serviks pada wanita ini
sering menggalami
infeksi, sehingga terjadinya infeksi yang terlalu sering dapat
menyebabkan terjadinya kanker serviks (Wiknjosastro,2006)
3. Berganti-ganti pasangan seksual,
4. Riwayat penyakit menular seksual (HPV),
5. Kebiasaan merokok,
6. Higiene seksual yang buruk,
7. Status sosial ekonomi yang rendah,
8. Kontrasepsi oral
E. Stadium Pada Kanker Serviks
Tujuan penentuan stadium klinik adalah untuk dapat merumuskan
prognosis, menentukan jenis pembatasan cacat, dan agar hasil
penanganan dari berbagai stadium dapat dibandingkan. Menurut
Cunningham (2010), Stadium klinik yang sering digunakan adalah
klasifikasi yang dianjurkan oleh Federation International of
Gynecology and Obtetricts (FIGO), yaitu sebagai berikut :
1. Stadium 0, stadium ini disebut juga karsinoma insitu ( CIS).
Tumor masih dangkal, hanya tumbuh dilapisan sel serviks.
2. Stadium I, kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum
menyebar kemanapun, stadium ini dibedakan menjadi:
a. Stadium 1 A1, dokter tidak dapat melihat kenker tanpa
mikroskop, kedalamannya kurang dari 3 mm dan besarnya kurang
dari 7 mm.
b. Stadium IA2, dokter tidak dapat melihat kanker tanpa
mikroskop, kedalamannya antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7
mm.
c. Stadium IB1, dokter dapat melihat kanker dengan mata
telanjang. Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm.
d. Stadium IB2, dokter dapat melihat kanker dengan mata
telanjang. Ukuran lebih besar dari 4 cm.
3. Stadium II, kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan
di luar panggul. Stadium II dibagi menjadi :
a. Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum
menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina.
b. Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina
dan serviks, namun belum sampai ke dinding panggul.
4. Stadium III, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar
vagina dan serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat
menghambat aliran urin ke kandung kemih.
5. Stadium IV, pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian
lain tubuh, seperti kandung kemih, rektum, dan paru-paru.
Stadium IV dibagi menjadi:
a. Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti
kandung kemih dan rektum.
b. Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh
seperti paru-paru.
F. Efek pada Maternal dan Neonatus
Terjadi proliferasi dan peningkatan friabilitas lesi,
sehingga dianjurkan untuk mengangkat lesi besar yang tumbuh
keluar selama masa hamil. Selain kemandulan, sering pula
terjadi pada abortus akibat infeksi, perdarahan, dan hambatan
dalam pertumbuhan janin karena neoplasma tersebut. Kematian
janin dapat pula terjadi karena serviks kaku oleh jaringan
kanker, persalinan kala satu mengalami hambatan. Ada kalanya
tumornya lunak dan hanya terbatas pada sebagian serviks,
sehingga pembukaan dapat menjadi lengkap dan anak lahir spontan.
Selain itu, dapat pula teradi ketuban pecah dini dan inersia
uteri. Dalam masa nifas sering terjadi infeksi. Dahulu disangka
bahwa kehamilan menyebabkan tumor bertumbuh lebih cepat dan
menyebabkan prognosis menjadi lebih buruk. Akan tetapi, ternyata
bahwa kehamilan sendiri tidak mempengaruhi kanker serviks
(Cunningham, 2010).
Menurut Puteh (2008), kanker serviks yang sering ditemukan
pada wanita, nantinya akan menjadi beban biaya yang cukup besar.
Namun, masih perlu diakan perkiraan beban biaya yang diakibatkan
oleh perluasan abnormal, penyakit servikal prainvasif dan
invasif untuk menunjukkan jumlah biaya yang dialokasikan untuk
masalah ini. Oleh karena itu, selain memberikan efek langsung
pada wanita, kanker serviks juga memberikan pengaruh terhadap
keluarga, yaitu dalam memenuhi biaya pengobatan dan terapi
pasien.
G. Patofisiologi
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada
epitel serviks; epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel
skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar.
Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi
akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia
ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel
skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat
pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar
(Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi.
Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai
sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat
menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini
biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut
berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual
dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan
penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang
menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang
disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas
tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya
kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan
maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif
tetapi membrana basalis masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi
terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk
kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari ;
NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang;
dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum
penyakit yang dimulai dari displasia ringan, sedang, berat dan
karsinoma in-situ untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma
invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS
mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2.
Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang
menjadi progresif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS
dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai
sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)
H. Tanda dan Gejala
Menurut Prawirohardjo (1994), kondisi pra-kanker umumnya
ditemukan melalui tes Pap Smear dimana ditemukan sel-sel
abnormal. Bila sel-sel abnormal ini berkembang menjadi kanker
serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai berikut:
1. Kanker stadium dini sering ditandai keputihan berlebihan,
berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh
2. Perdarahan vagina yang tidak normal
Perdarahan terjadi diantara periode menstruasi yang reguler;
Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari
biasanya; Perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan
panggul; Perdarahan pada wanita usia menopause.
3. Rasa sakit saat hubungan seksual
4. Cepat lelah
5. Kehilangan berat badan
6. Anemia
7. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah
sekitar panggul
8. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan
terjadi pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti
betis, paha dan sebagainya.
Apabila kanker serviks tidak ditangani, pada stadium lanjut
ketika tumor keluar serviks dan melibatkan jaringan di rongga
pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti, nyeri yang menjalar ke
pinggul atau kaki, hal ini menandakan keterlibatan ureter,
dinding panggul atau nervus skiatik. Beberapa penderita
mengeluhkan nyeri berkemih, hematuri, perdarahan rektum, sampai
sulit berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah
bening, tungkai bawah dapat menimbulkan oedema tungkai bawah,
atau terjadi uremia bila terjadi penyumbatan kedua ureter
(Wiknjosastro, 2006).
I. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya
menjalani screening test untuk mendeteksi adanya perubahan-
perubahan awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir tidak
pernah terserang kanker serviks dan tidak perlu di-screening.
Wanita yang tidak pernah berhubungan badan juga tidak perlu di-
screening.
1. Tes Pap Smear
Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks
dengan melakukan Pap Smear secara teratur. Tes Pap adalah
suatu tes yang digunakan untuk mengamati sel-sel leher rahim.
Tes Pap dapat menemukan adanya kanker leher rahim atau sel
abnormal (pra-kanker) yang dapat menyebabkan kanker serviks
(Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-sel
abnormal yang ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker.
Sampel sel-sel yang sama dapat dipakai untuk pengujian infeksi
HPV (Puteh, 2008).
2. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat,
merupakan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher
rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan
seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna,
maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant,
2012).
Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak normal, dokter akan
menganjurkan tes lain untuk membuat diagnosis yaitu Kolposkopi:
Dokter menggunakan kolposkop untuk melihat leher rahim.
Kolposkop menggunakan cahaya terang dan lensa pembesar untuk
membuat jaringan lebih mudah dilihat. Alat ini tidak dimasukkan
ke dalam vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di tempat praktek
dokter atau klinik.
Biopsi: Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita
diambil di tempat praktek dokter. Lalu seorang ahli patologi
memeriksa jaringan di bawah mikroskop untuk memeriksa adanya
sel-sel abnormal.Punch Biopsi: Dokter menggunakan alat yang tajam untuk
menjumput sampel kecil jaringan serviks.
LEEP: Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris
sepotong, bulat tipis dari jaringan serviks.
Endoservikal kuret: Dokter menggunakan kuret (alat, kecil
berbentuk sendok) untuk mengikis contoh kecil jaringan dari
leher rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan kuas tipis
lembut, bukan kuret.
Conization: Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk
kerucut. Sebuah conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan
ahli patologi melihat apakah ada sel-sel abnormal dalam jaringan
di bawah permukaan leher rahim. Para dokter mungkin melakukan
tes ini di rumah sakit dengan anestesi / bius total.
Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat
menyebabkan perdarahan. Daerah ini biasanya sembuh dengan
cepat. Beberapa wanita juga merasakan rasa sakit yang mirip
dengan kram menstruasi. Dokter dapat meresepkan obat yang akan
membantu mengurangi rasa sakit (Bryant, 2012).
J. Penatalaksanaan
Wanita dengan kanker prainvasif dapat diterapi dengan :
1. Bedah krio
2. Elektrokauter
3. Laser
4. LEEP (loop electrosurgical excision procedure)
5. Ionisasi serviks
Stadium I-IIA dapat diterapi dengan pembedahan
(histerektomi),radiasi (limfadenektomi bilateral) atau
pembedahan-radiasi. Stadium IIB-IV diterapi primer dengan
radiasi saja. Pemberian kemoterapi, zat-zat radio sensitif,
oksigen hiperbarik, dan hipertermia diberikan bersamaan dengan
terapi radiasi (Gale, 2000).
Terapi selama kehamilan
Wanita hamil dengan pap smear yang abnormal diperiksa lebih
lanjut dengan kolposkopi dan biopsi. Wanita dengnan stadium IA
dapat dipantau dengan pap-smear, kolposkopi dan biopsi. Pada
kasus kanker invasif terapi harus dilakukan segera. Bagia wanita
dengan usia kehamilan kurang dari 24 minggu, kehamilan segera
diakhiri. Histerektomi radikal atau terapi radiasi dapat dipakai
sebagai terapi primer (Gale, 2000).
K. Asuhan Keperawatan pada Kanker Serviks
I. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola
istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, keringat
malam. Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan,
tingkat stress tinggi.
b. Integritas Ego
Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi
cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus asa.
c. Eliminasi
Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi,
perubahan eliminasi urinarius misalnya : nyeri.
d. Makanan dan Minuman
Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah
serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet, rasa).
e. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
f. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya :
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan
proses penyakit)
g. Pernafasan
Gejala : Merokok, Pemajanan abses
h. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
i. Seksualitas
Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah,
karakteristik, bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker
serviks), Nullgravida lebih besar dari usia 30 tahun
multigravida pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
j. Interaksi sosial
Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan,
masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k. Penyuluhan
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit
primer, riwayat pengobatan sebelumnya (Doenges, 2000).
2. Diagnosa Keperawatana. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan
rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas,
fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma
mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.
d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.
e. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.
f. Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan perawatan diri (Doenges, 2000).
3. Intervensi Keperawatana. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan
rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.Ditandai dengan : Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah, mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagiKriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut dan cemasIntervensi:
1) Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah dicapai.Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman pada kanker.
2) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalaahn konsep tentang diagnostik.
3) Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan/ pilihan berdasarkan realita.
b. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas,fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluargaDitandai dengan : Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa, dan tidak mampu. Tidak mengambil tanggung jawab untuk perawatan diri, kurang mengikuti perubahan pada persepsi diri/persepsi orang lain tentang peran.Tujuan : Meningkatkan harga diri pasienKriteria Hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam situasi.Intervensi :
1) Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tuadan sebagainya.Rasional : Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.
2) Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.
Rasional : Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.
3) Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tesdiagnostik dan fase pengobatan.Rasional : Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.
4) Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).Rasional : Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baikuntuk pasien/ orang terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan dan/atau pemulihan.
c. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi sedikit untuk berkemih atau tak ada keluarnya urins, inkontinensia aliran berlebihan, distensi kandung kemih.Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanyaKriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.Intervensi :
1) Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.
Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih
dengan sering dalam jumlah sedikit/kurang (< 100 ml).
2) Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh
ketidakmampuan berkemih.
Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih
di atas simpisis pubis menunjukkan retensi urine.
3) Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air
pada baskom, penyiraman air hangat pada perineum.
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat
mempermudah upaya berkemih.
4) Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.
Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK
asenden.
5) Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.
Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan
adanya kateter intermitten/ tak menetap meningkatkan resiko
infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal.
6) Pemasangan kateter bila diindikasikan
Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan
atoni kandungan kemih/retensi kandung kemih memerlukan
dekompresi kandung kemih.
d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.Ditandai dengan : adanya keluhan nyeri, perilaku berhati-hati.Kriteria Hasil : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal.Tujuan : Nyeri hilang/berkurangIntervensi :
1) Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan kehilangan yang digunakan.Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektifan intervensi.
2) Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi,
gosokkan punggung) dan aktifitas hiburan (misalnya musik,
televisi).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan
kembali perhatian.
3) Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik
relaksasi, sentuhan terapeutik)
Rasional : Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan
meningkatkan rasa kontrol nyeri
4) Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik
sesuai dengan indikasi
Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun
respon individual berbeda-beda.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.Ditandai dengan : berat badan 20% atau lebih dibawah berat badanideal untuk tinggi dan bentuk tubuhTujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhanKriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuannormalisasi Intervensi :
1) Pantau masukan makanan
Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi
2) Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi
Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori
3) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien,
dengan masukan cairan adekuat
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga
dengan cairan
f. Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit, dan kebutuhan pengobatanDitandai dengan : pernyataan/meminta informasi, mengungkapkan masalah, salah persepsiTujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatanKriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan dan melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan.Intervensi :
1) Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan
pengobatan
Rasional : membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut
2) Berikan informasi yang jelas dan akurat
Rasional : membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan
informasi yang diperlukan
3) Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki
kesalahan konsep
Rasional : kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu
daripada kenyataan dan mempengaruhi pengobatan/penurunan
penyembuhan.
(Doenges, 2000).
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
a. Ansietas pasien berkurang
b. Meningkatkan harga diri pasien
c. Eliminasi kembali lancar seperti biasanya
d. Nyeri hilang/berkurang
e. tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan
f. pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan
pengobatan
(Doenges, 2000).
Daftar Pustaka
Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical
cancer in england. British Journal of Nursing , Volume 21, s4-s10.
Cunningham, F. G. (2010). Dasar- dasar ginekologi & obstetri. Jakarta:
EGC.
Doenges, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Gale, D. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta: EGC.
Prayitno, A. (2005). Ekspresi protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker
serviks uteri dengan pengecatan immunohistokimia. Biodiversitas ,
Volume 6, Nomor 3, 157-159.
Puteh, S. E. (2008). Economic burden of cervical cancer in malaysia.
Med J Indones , Volume 17, 272-280.
Rahmawan, A. (2009). Kanker serviks pada kehamilan. Banjarmasin: Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
Suhartini, & Herlina, T. (2010). Hubungan antara menikah dan paritas
dengan kejadian kanker serviks di RSUD DR.Soeroto ngawi. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes , Vol.I No.1 , 41-46.
Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarw