Askep Ca Serviks

54
Askep Ca Serviks I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah menjadi sel kanker.Sel-sel kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkankematian. Kanker memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan salahsatu jenis kanker adalah kanker serviks. Kanker serviks merupakan kanker yang dapat menyerang semua perempuan,terbukti di Dunia setiap 2 menit seorang perempuan meninggal karena kanker serviks sed a n g k a n d i Asia Pasifik setiap 4 menit seorang perempuan meninggal karenakanker serviks. Kanker ini juga merupakan kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan Asia dan lebih dari setengah perempuan Asia yang menderita kanker serviks meninggal, ini sama artinya dengan 226.000 perempuan yang didiagnosaterkena kanker serviks sebanyak 143.000 perempuan meninggal karenanya( American Cencer Society, 1989).

Transcript of Askep Ca Serviks

Askep Ca Serviks

I.          PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak

normal dari sel-sel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya

sel tersebut berubah menjadi sel kanker.Sel-sel kanker dapat

menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat

menyebabkankematian. Kanker memiliki berbagai macam jenis

dengan berbagai akibat dan salahsatu jenis kanker adalah

kanker serviks.

Kanker serviks merupakan kanker yang dapat

menyerang semua perempuan,terbukti di Dunia setiap 2 menit

seorang perempuan meninggal karena kanker serviks sedangkan di

Asia Pasifik setiap 4 menit seorang perempuan

meninggal karenakanker serviks. Kanker ini juga merupakan

kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan Asia dan

lebih dari setengah perempuan Asia yang menderita

kanker serviks meninggal, ini sama artinya dengan 226.000

perempuan yang didiagnosat e r k e n a k a n k e r s e r v i k s

s e b a n y a k 1 4 3 . 0 0 0 p e r e m p u a n m e n i n g g a l

k a r e n a n y a ( American Cencer Society, 1989).

Di Indonesia, sampai saat ini penyakit kanker

serviks merupakan salah satu penyebab kematian wanita

yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negaralain di

Asia, karena sebagian besar penderita kanker serviks di

Indonesia baru datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah

pada stadium lanjut maka akan sulit untuk  mencapai hasil

pengobatan yang optimal dan hal tersebut membuat penderita

sangatkhawatir dan cemas dengan keadaannya.

B.     Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian kanker serviks

2.      Untuk mengetahui penyebab kanker serviks

3.      Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks

4.      Untuk mengetahui tanda dan gejala kanker serviks

5.      Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks

6.      Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks.

II.       TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah

mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang

tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI,

1990; FKKP, 1997).

Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks

yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah

displasia atau mengarah keganasan. Kanker ini hanya menyerang

wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active.

B.     Etiologi

1.      Umur pertama kali melakukan hubungan seksual

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan

hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin

pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda

2.      Jumlah kehamilan dan partus

Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering

partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko

mendapat karsinoma serviks.

3.      Jumlah perkawinan

Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti

pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers

serviks ini.

4.      Infeksi virus

Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau

virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker

serviks

5.      Sosial Ekonomi

Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi

rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi,

imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial

ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal

ini mempengaruhi imunitas tubuh.

6.      Hygiene dan sirkumsisi

Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada

wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada

pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak

kumpulan-kumpulan smegma.

7.      Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)

Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan

pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula

dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang

berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus

terbentuknya kanker serviks.

C.     Klasifikasi

1.      Klasifikasi klinis

-          Stage 0: Ca.Pre invasive

-          Stage I: Ca. Terbatas pada serviks

-          Stage Ia ; Disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui

secara histopatologis

-          Stage Ib : Semua kasus lainnya dari stage I

-          Stage II : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai

kepanggul telah mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua

pertiga bagian proksimal

-          Stage III : Sudah sampai dinding panggula dan sepertiga

bagian bawah vagina

-          Stage IIIB : Sudah mengenai organ-organ lain.

2.      Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks

-          Mikroskopis

a.       Displasia

Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.

Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak

dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.

b.      Stadium karsinoma insitu

Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh

lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma

insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa

kolumnar dan sel cadangan endoserviks.

c.       Stadium karsionoma mikroinvasif.

Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat

pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana

basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari

membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya

ditemukan pada skrining kanker.

d.      Stadium karsinoma invasive

Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel

menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif

muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas

ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior,

jurusan parametrium dan korpus uteri.

e.       Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks

Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah

vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi

ke dalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan

perdarahan.

Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh

progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus

uteri dan parametrium.

Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang

lambatl aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

-          Markroskopis

a.       Stadium preklinis

Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa

b.      Stadium permulaan

Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum

c.       Stadium setengah lanjut

Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio

d.      Stadium lanjut

Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya

seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

D.    Patofisiologi

Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka

regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia

menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun,

sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi

invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992).

Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat,

diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi

progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas

regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik

atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan

keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun

perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang

menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses

keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,

pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis

serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks,

parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau

vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan

serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor

risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang

tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta

kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan

(Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998).

E.     Tanda dan Gejala

1.      Keputihan

Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi

pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan

gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini

makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis

jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi

ulseratif.

2.      Perdarahan

Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut

sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks

(75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada

gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak

teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan

penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan

intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang

khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk

mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang

terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus

atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang

sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah

terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal.

Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker

yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.

3.      Nyeri

Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah

lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul

lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan

terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan

pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif.

Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki,

hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi

ureter.

F.      Penatalaksanaan

1.      Radiasi

-          Dapat dipakai untuk semua stadium

-          Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk

-          Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.

2.      Operasi

-          Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II

-          Operasi histerektomi vagina yang radikal

3.      Kombinasi (radiasi dan pembedahan)

Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi

menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga

tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering

menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran

kesistem limfe dan peredaran darah.

Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang

radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten

terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post

terapi keadaan masih tetap sama.

ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian

1.      Identitas Pasien (Nama, umur, jenis kelamin, alamat)

2.      Riwayat kesehatan

-          Keluhan utama

pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan

disertai keputihan menyerupai air.

-          Riwayat kesehatan sekarang

pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang

mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul

keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra

servikal

-          Riwayat kesehatan dahulu

Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca

abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta

adanya tumor

-          Riwayat kesehatan keluarga

Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien

3.      Pemeriksaan fisik

a.       Kepala

-          Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok

-          Wajah : tidak ada oedema

-          Mata : konjunctiva tidak anemis

-          Hidung : simetris, tidak ada sputum

-          Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen

-          Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir

lembab, tidak terdapat lesi

-          Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada

pembesaran kelenjer getah bening

b.      Dada

-          Inspeksi : simetris

-          Perkusi : sonor seluruh lap paru

-          Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri

-          Auskultasi : vesikuler

c.       Cardiac

-          Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

-          Palpasi : ictus cordis teraba

-          Perkusi : pekak

-          Auskultasi : tidak ada bising

d.      Abdomen

-          Inspeksi : simetris, tidak ascites

-          Palapasi : tidak ada nyeri tekan

-          Perkusi : tympani

-          Auskultasi : bising usus normal

e.       Genetalia

Ada lesi, adanya pengeluaran pervaginam, berbau

f.       Ekstremitas

Tidak oedema

4.      Analisa Data

No Data penunjang Etiologi Masalah kep

1. Ds : mengungkapkan

secara verbal atau

isyarat

Do :

-     gerakan

menghindari nyeri

-     Perubahan nafsu

makan dan makan

-     Perilaku

ekspresif

-     Berfokus pada

diri sendiri

-     Agen-

agen

cidera

Gangguan rasa

nyaman: nyeri

2. Ds : - haus

Do :

-    

Perdaraha

Defisit

volume cairan

-  perubahan TD

-  Penurunan

haluaran urine

-  Penurunan turgor

kulit

-  Penurunan BB yg

tiba-tiba

n yang

berulang

3. Ds : -

Do : -

-      

Supresi

sum-sum

tulang

-      

Penurunan

leukosit

Resiko

infeksi

4. Ds :

-          dispnea

-          Napas pendek

Do :

-          perubahan

gerakan dada

-          Penurunan

tekanan

-      

Gangguan

pengemban

gan paru

-      

Pertukara

n O2 dan

CO2

Pola nafas

tidak efektif

inspirasi

/ekspirasi

-          Napas cuping

hidung

-          Penggunaan

otot bantu nafas

terganggu

5. Ds : -

Do : -

-   

Perdaraha

n

berulang

-    anemia

Resiko cidera

6. Ds :

-          pengungkapan

rasa malu/ bersalah

-          Pengungkapan

rasa negative diri

Do :

-          menyangkal

permasalahan

-          Membesar-

besarkan

permasalahan

-         

Keputihan

dan

bakteri

-          Bau

khas ca

serviks

Gangguan

harga diri

-         

Merasionalisasi

kegagalan diri

7. Ds :

-          nyeri abdomen

-          Nyeri tekan

pada abdomen

-          Anoreksia

-          Mual

-          Nyeri saat

defekasi

Do :

-          perubahan pada

suara abdomen

( borborigmi)

-          Perubahan pola

defekasi

-          Penurunan

frekuensi

-          Distensi

abdomen

-          Mengejan saat

-         

Asupan

cairan

dan serat

kurang

-         

konstipas

i

Gangguan

eliminasi

fekal

defekasi

-          Muntah

B.     Diagnosa

1.      Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi

metastase neoplasma.

2.      Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan anoreksia pasca tindakan kemoterapi.

3.      Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status

kesehatan serta ancaman kematian.

4.      Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder

bau busuk nekrosis jaringan cerviks.

5.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan

kemoterapi.

C.     Intervensi

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional1.Nyeri b.d

infiltrasi

saraf

akibat

infiltrasi

metastase

neoplasma.

-    Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

pasien akan

mampu

mengurangi

rasa nyeri

dengan

kriteria

hasil:

-    Pasien

merasa

nyaman.

-    Nyeri

berkuran

-    Mampu

mendemonstra

sikan

keterampilam

relaksasi,

-      Kaji

tingkat nyeri.

-      Berikan

rasa nyaman

pada pasien

dengan

pengaturan

posisi dan

aktivitas

hiburan

(musik).

-      Ajarkan

teknik

manajemen

nyeri

(relaksasi,

visualisasi,

distraksi).

-      Kolaborasi

pemberian

analgetik.

-   Untuk

mengkaji

data

dasar.

-  

Mengalihka

n fokus

perhatian.

-  

Meningkatk

an

relaksasi

untuk

mengurangi

nyeri.

-  

Memungkink

an pasien

berpartisi

pasi aktif

dalam

kontrol

nyeri.

-   Kontrol

nyeri

maksimum.2.Gangguan

perubahan

nutrisi

kurang dari

kebutuhan

b.d

anoreksia

pasca

tindakan

kemoterapi.

-   Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan

kebutuhan

nutrisi

dapat

tercukupi

dengan

kriteria

hasil:

-   Pasien

mengungkapka

n pentingnya

nutrisi.

-  

Peningkatan

BB

progresif.

-     Pantau

intake dan

output makanan

tiap hari.

-     Ukur BB

tiap hari.

-     Dorong

pasien untuk

diet tinggi

protein.

-  

Identifika

si

defisiensi

nutrisi.

-   Memantau

peningkata

n BB.

-  

Kebutuhan

jaringan

metabolik

adekuat

oleh

nutrisi.

3.Ketakutan

/ cemas

berhubungan

dengan

ancaman

perubahan

status

-      Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

ketakutan/

kecemasan

berkurang

-       Dorong

pasien untuk

mengungkapkan

pikiran dan

perasaan.

-       Berikan

lingkungan

-   

Memberikan

kesempatan

untuk

mengungkap

kan

ketakutann

kesehatan

serta

ancaman

kematian

sampai

menghilang

dengan

kriteria

hasil:

-      Pasien

mendemonstra

sikan koping

efektif

dalam

pengobatan.

-      Pasien

tampak

rileks dan

melaporkan

cemas

berkurang.

yang aman dan

nyaman.

-       Komunikasi

terapeutik dan

kontak sering

dengan pasien.

-       Bantu

mengembang-kan

koping

menghadapi

rasa takutnya.

ya.

-    Membantu

mengurangi

kecemasan.

-   

Meningkatk

an

kepercayaa

n pasien.

-   

Meningkatk

an

kemampuan

kontrol

cemas.

4.Ganguan

body image

berhubungan

dengan

perubahan

struktur

tubuh

sekunder

terhadap

kemoterapi

-    Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan

gangguan

body image

dapat

teratasi

dengan

kriteria

hasil:

-    Pasien

-     Diskusikan

dengan pasien

bagaimana

pengobatan

mempengaruhi

kehidupan

pasien.

-     Jelaskan

bahwa tidak

samping

terjadi pada

pasien.

-     Berikan

-  Membantu

mengidenti

fikasi

masalah

untuk

menemukan

pemecahann

ya.

-  Membantu

pasien

untuk

menyiapkan

diri

mampu

mengembangka

n mekanisme

koping.

-    Pasien

mampu

memahami

tentang

perubahan

struktur

tubuh.

dukungan

emosi.

-     Gunakan

sentuhan

selama

interaksi dan

pertahankan

kontak mata.

beradaptas

i.

-  Membantu

klien

untuk

percaya

diri.

Meningkatk

an

kepercayaa

n diri

pasien.5.Gangguan

integritas

kulit

berhubungan

dengan efek

radiasi dan

kemoterapi

-     Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

diharapkan

integritas

kulit dapat

terjaga

dengan

kriteria

hasil:

-     Pasien

berpartisipa

si dalam

mencegah

komplikasi.

-      Kaji kulit

terhadap efek

samping terapi

kanker,

observasi

adanya

kerusakan/perl

ambatan

penyembuhan

luka.

-      Mandikan

dengan air

hangat dan

sabun ringan.

-      Dorong

pasien untuk

menghindari

-     Efek

kemerahan

dapat

terjadi

pada

terapi

radiasi.

-    

Mempertaha

nkan

kebersihan

kulit

tanpa

mengiritas

i kulit.

-    

Membantu

-     Tidak

terjadi

kerusakan

kulit.

menggaruk

kulit.

-      Ubah posisi

tubuh dengan

sering.

menghindar

i trauma

kulit.

-    

Meningkatk

an

sirkulasi

dan

mencegah

tekanan

pada

kulit.

D.    Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994,

dalam Potter & Perry, 1997).

Melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan berdasarkan

diagnose yang ditemukan pada klien.

E.     Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :

1.      Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap

terjadinya komplikasi perdarahan.

2.      Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan

tubuh

3.      Tidak ada tanda-tanda infeksi

4.      Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan

5.      Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.

6.      Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan

pada tingkat dapat diatasi.

7.      Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker

terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk

menghadapi perubahan peran.

8.      Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan

dari pemberian terapi

TINJAUAN TEORI

Pengertian

Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah

mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang

tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya

(FKUI, 1990; FKKP, 1997).

Etiologi

Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).

2. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).

3. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian

menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30’an tahun yang

sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi

pada daerah vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita

tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada sebagian besar

kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat

menetap.

Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin

dbanyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV

juga semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel

mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang

mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang

terjadinya perubahan kearah displasia.

4. Infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) tipe 2

5. Wanita yang melahirkan anak lebih dari 3 kali

6. Wanita merokok, karena hal tersebut dapat menurunkan daya tahan

tubuh.

Faktor Resiko

Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:

1. Usia.

2. Jumlah perkawinan

3. Hygiene dan sirkumsisi

4. Status sosial ekonomi

5. Pola seksual

6. Terpajan virus terutama virus HIV

7. Merokok

Klasifikasi

Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978

Tingk

at

Kriteria

0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh

I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke

korpus uteri

I a Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah

rusak dan sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel

tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau

pembuluh darah.

I b Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma,

tetapi pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor

telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia

II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan

menjalar 2/3 bagian atas vagina dan parametrium,

tetapi tidak sampai dinding panggul

II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas

dari infitrat tumor

II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi

belum sampai dinding panggul

III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang

parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai

dinding panggul.

III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak

ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan dinding

panggul.

IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan

melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau

telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh

IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika

urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil,

metastasi jauh belum terjadi

IV b Telah terjadi metastasi jauh.

Tanda dan Gejala

1. Perdarahan

2. Keputihan yang berbau dan tidak gatal

3. Cepat lelah

4. Kehilangan berat badan

5. Anemia

Manifestasi Klinis

Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna

putih atau puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan

pascakoitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat

juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan

anemia. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar,

ireguler, terraba lunak. Bila tumor tumbuh eksofitik maka

terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina. Diagnosis

harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang

diperoleh dari biopsi.

Prognosis

Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan

respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2

tahun setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi

dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus

diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan

radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80%

rekurensi dalam 2 tahun.

Pemeriksaan Penunjang

Sitologi, dengan cara tes pap

Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi

HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90%

pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia

ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian

besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat.

Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.

Kolposkopi

Servikografi

Pemeriksaan visual langsung

Gineskopi

Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih

sensitive)

Penatalaksaan Medis

Tingkat Penatalaksaan

0

I a

I b dan II

a

II b , III

dan IV

IV a dan IV

b

Biopsi kerucut

Histerektomi trasnsvaginal

Biopsi kerucut

Histerektomi trasnsvaginal

Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul

dan evaluasi kelenjar limfe paraorta (bila terdapat

metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)

Histerektomi transvaginal

Radioterapi

Radiasi paliatif

Kemoterapi

KONSEP ASUHAN KEPERAWTAN

Pengkaijan

1. Identitas klien.

2. Keluhan utama.

Perdarahan dan keputihan

3. Riwayat penyakit sekarang

Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat

keputihan yang berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada

pasien atau keluarga tentang tindakan yang dilakukan untuk

mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya

keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke

Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.

4. Riwayat penyakit terdahulu.

Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah

mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah

pasien pernah menderita penyakit infeksi.

5. Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita

penyakit seperti ini atau penyakit menular lain.

6. Riwayat psikososial

Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di

rumah dan agaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker

serviks.

Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

• Perdarahan

• keputihan

2. palpasi

• nyeri abdomen

• nyeri punggung bawah

Pemeriksaan Dignostik

1. Sitologi

2. Biopsi

3. Kolposkopi

4. Servikografi

5. Gineskopi

6. Pap net (pemeriksaan terkumpoteresasi dengan hasil lebih

sensitif)

Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia

trombositopenia .

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia, mual dan muntah.

3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi

4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.

5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder

akibat anemia dan pemberian kemoterapi.

6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa

malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu.

7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis

kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.

8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan

berhubbungan dengan terbatasnya informasi.

Intervensi

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia

trombositopenia .

Tujuan:

Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap

terjadinya komplikasi perdarahan.

Intervensi :

Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta

jumlah trombosit.

Berikan cairan secara cepat.

Pantau dan atur kecepatan infus.

Kolaborasi dalam pemberian infus

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

mual dan muntah.

Tujuan:

Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan

tubuh.

Intervensi:

Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan

tertentu.

Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang

sesuai dengan diet yang ditentukan.

Pantau masukan makanan oleh klien.

Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan

dan sesuai dengan diet.

Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.

3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi

Tujuan:

Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda

infeksi.

Intervensi :

Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila

diperlukan.

Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.

Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan

Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.

Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian

antibiotika.

4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.

Tujuan:

Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan

Intervensi :

Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan

darah lengkap (Hb dan Trombosit)

Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.

Observasi tanda-tanda perdarahan.

Observasi tanda-tanda vital.

Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit

Concentrated)

5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder

akibat anemia dan pemberian kemoterapi.

Tujuan:

Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.

Intervensi:

Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.

Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat

atau tidur sebanyak mungkin dengan diimbangi aktifitas.

Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola

istirahat atau keletihan yang dialami.

Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.

Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.

6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa

malignansi genokologis dan prognosis yang tak menentu.

Tujuan:

Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada

tingkat dapat diatasi.

Intervensi:

Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana

lingkungan yang kondusif.

Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan

Dorong harapan yang realistis.

Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.

Berikan dorongan spiritual.

7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis

kanker terhadap peran pasien dalam keluarga.

Tujuan :

Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap

perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi

perubahan peran.

Intervensi :

Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa

dilakukan didalam keluarga dan komunitasnya.

Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang

spesifik yang dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.

Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap

perubahan peran anggota yang sakit.

8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan

berhubungan dengan terbatasnya informasi.

Tujuan :

Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari

pemberian terapi.

Intervensi:

Baringkan pasien diatas tempat tidur.

Kaji kepatenan kateter abdomen.

Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama

pengobatan

Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.

Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :

1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap

terjadinya komplikasi perdarahan.

2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan

tubuh

3. Tidak ada tanda-tanda infeksi

4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan

5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.

6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan

pada tingkat dapat diatasi.

7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker

terhadap perannya dan mendemontrasikan kemampuan untuk

menghadapi perubahan peran.

8. Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan

dari pemberian terapi

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 ,

Jilid 1. EGC : Jakarta

Doengoes, Marilyn.E 1989.Nursing care and Plans.Philadelphia:

F.A Davis Company.

Mochtar, Rustam. 1989.Synopsis obstetric. Jakarta:EGC.

Prawirohardjo, Sarwono.1994.Ilmu Kandungan. Jakarta: Gramedia.

Sanusi, Chandra. 1989:Ginekologi Greenhill edisi 10.

Jakarta:EGC.

http:// http://www.medicastore .com/med

Asuhan Keperawatan kanker Serviks

A. Definisi

Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada

serviks. Karsinoma serviks merupakan karsinoma yang primer

berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio).

Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina

(Cunningham, 2010).

B. Insiden

Kanker mulut rahim (serviks) masih menjadi problem kesehatan

bagi wanita, sebab penyakit akibat human papilloma virus (HPV)

tersebut menjadi “mesin pembunuh” di kalangan kaum wanita. Kasus

kanker tersebut sangat mengkhawatirkan, karena angka kejadiannya

menunjukkan trend meningkat.

Berdasarkan data di RSU dr Soetomo, tiap hari tak kurang dari

delapan pasien baru kanker leher rahim berobat, dalam setahun

diperkirakan terdapat 700-800 pasien baru. Kebanyakan pasien

yang berobat berusia 40-50 tahun Frekuensi relatif di Indonesia

adalah 27% berdasarkan data patologik atau 16% berdasarkan data

rumah sakit. Lebih dari tiga perempat kanker ginekologi di RSCM

adalah kanker serviks dan 62% di antaranya dengan stadium lanjut

(stadium II-III), dan merupakan penyebab kematian terbanyak di

antara kematian kanker ginekologik yaitu 66%. Di RSUD dr.Soeroto

Ngawi pada tahun 2007 jumlah penderita kanker serviks sebanyak

54 (Suhartini, 2010).

C. Etiologi

Penyebab karsinoma serviks masih berupa perkiraan, tetapi

sebagian besar data epidemiologik memasukkan faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku seksual. Penyebab utamanya adalah

virus yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat menyebabkan

kanker. HPV 16 dan 18 secara bersama mewakili 70% penyebab

kanker serviks.Biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh

dengan sendirinya namun kadang bisa menjadi infeksi persisten

yang dapat berkembang menjadi kanker serviks (Cunningham,

2010). Virus HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual.

Penularan dapat juga terjadi meski tidak melalui hubungan

seksual dan HPV dapat bertahan dalam suhu panas (Cunningham,

2010).

D. Faktor Risiko

Menurut Prayitno (2005), penyebab langsung dari kanker

serviks belum diketahui, namun kejadiannya mempunyai hubungan

erat dengan sejumlah faktor ekstrensik, yang penting meliputi:

1.      Insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin, terutama pada

gadis yang koitus pertama pada usia muda (<16 tahun),

Hal ini terjadi karena SCJ (Squoamo Columnar Junction) wanita ini

berada diluar OUE (osteum uteri eksternum), sehingga mudah

terkena infeksi serviks (Wiknjosastro, 2006).

2.      Tingginya paritas (lebih dari dua anak),

Wanita dengan banyak anak diperkirakan serviks pada wanita ini

sering menggalami

infeksi, sehingga terjadinya infeksi yang terlalu sering dapat

menyebabkan terjadinya kanker serviks (Wiknjosastro,2006)

3.      Berganti-ganti pasangan seksual,

4.      Riwayat penyakit menular seksual (HPV),

5.      Kebiasaan merokok,

6.      Higiene seksual yang buruk,

7.      Status sosial ekonomi yang rendah,

8.      Kontrasepsi oral

E. Stadium Pada Kanker Serviks

Tujuan penentuan stadium klinik adalah untuk dapat merumuskan

prognosis, menentukan jenis pembatasan cacat, dan agar hasil

penanganan dari berbagai stadium dapat dibandingkan. Menurut

Cunningham (2010), Stadium klinik yang sering digunakan adalah

klasifikasi yang dianjurkan oleh Federation International of

Gynecology and Obtetricts (FIGO), yaitu sebagai berikut :

1.      Stadium 0, stadium ini disebut juga karsinoma insitu ( CIS).

Tumor masih dangkal, hanya tumbuh dilapisan sel serviks.

2.      Stadium I, kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum

menyebar kemanapun, stadium ini dibedakan menjadi:

a.       Stadium 1 A1, dokter tidak dapat melihat kenker tanpa

mikroskop, kedalamannya kurang dari 3 mm dan besarnya kurang

dari 7 mm.

b.      Stadium IA2, dokter tidak dapat melihat kanker tanpa

mikroskop, kedalamannya antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7

mm.

c.       Stadium IB1, dokter dapat melihat kanker dengan mata

telanjang. Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm.

d.      Stadium IB2, dokter dapat melihat kanker dengan mata

telanjang. Ukuran lebih besar dari 4 cm.

3.      Stadium II, kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan

di luar panggul. Stadium II dibagi menjadi :

a.       Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum

menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina.

b.      Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina

dan serviks, namun belum sampai ke dinding panggul.

4.      Stadium III, kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar

vagina dan serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat

menghambat aliran urin ke kandung kemih.

5.      Stadium IV, pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian

lain tubuh, seperti kandung kemih, rektum, dan paru-paru.

Stadium IV dibagi menjadi:

a.       Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti

kandung kemih dan rektum.

b.      Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh

seperti paru-paru.

F. Efek pada Maternal dan Neonatus

Terjadi proliferasi dan peningkatan friabilitas lesi,

sehingga dianjurkan untuk mengangkat lesi besar yang tumbuh

keluar selama masa hamil. Selain kemandulan, sering pula

terjadi pada abortus akibat infeksi, perdarahan, dan hambatan

dalam pertumbuhan janin karena neoplasma tersebut. Kematian

janin dapat pula terjadi karena serviks kaku oleh jaringan

kanker, persalinan kala satu mengalami hambatan. Ada kalanya

tumornya lunak dan hanya terbatas pada sebagian serviks,

sehingga pembukaan dapat menjadi lengkap dan anak lahir spontan.

Selain itu, dapat pula teradi ketuban pecah dini dan inersia

uteri. Dalam masa nifas sering terjadi infeksi. Dahulu disangka

bahwa kehamilan menyebabkan tumor bertumbuh lebih cepat dan

menyebabkan prognosis menjadi lebih buruk. Akan tetapi, ternyata

bahwa kehamilan sendiri tidak mempengaruhi kanker serviks

(Cunningham, 2010).

Menurut Puteh (2008), kanker serviks yang sering ditemukan

pada wanita, nantinya akan menjadi beban biaya yang cukup besar.

Namun, masih perlu diakan perkiraan beban biaya yang diakibatkan

oleh perluasan abnormal, penyakit servikal prainvasif dan

invasif untuk menunjukkan jumlah biaya yang dialokasikan untuk

masalah ini. Oleh karena itu, selain memberikan efek langsung

pada wanita, kanker serviks juga memberikan pengaruh terhadap

keluarga, yaitu dalam memenuhi biaya pengobatan dan terapi

pasien.

G. Patofisiologi

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada

epitel serviks; epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel

skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar.

Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi

akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia

ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel

skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat

pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar

(Rahmawan, 2009).

Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi.

Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai

sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat

menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini

biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut

berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual

dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan

penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang

menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang

disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas

tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya

kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan

maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif

tetapi membrana basalis masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi

terbaru menggunakan istilah Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk

kedua bentuk displasia dan karsinoma in-situ. NIS terdiri dari ;

NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang;

dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum

penyakit yang dimulai dari displasia ringan, sedang, berat dan

karsinoma in-situ untuk kemudian berkembang menjadi karsinoma

invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS

mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2.

Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang

menjadi progresif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS

dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai

sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)

H. Tanda dan Gejala

Menurut Prawirohardjo (1994), kondisi pra-kanker umumnya

ditemukan melalui tes Pap Smear dimana ditemukan sel-sel

abnormal. Bila sel-sel abnormal ini berkembang menjadi kanker

serviks, barulah muncul gejala-gejala sebagai berikut:

1.      Kanker stadium dini sering ditandai keputihan berlebihan,

berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh

2.      Perdarahan vagina yang tidak normal

Perdarahan terjadi diantara periode menstruasi yang reguler;

Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari

biasanya; Perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan

panggul; Perdarahan pada wanita usia menopause.

3.      Rasa sakit saat hubungan seksual

4.      Cepat lelah

5.      Kehilangan berat badan

6.      Anemia

7. Pucat, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di daerah

sekitar panggul

8. Bila kanker sudah mencapai Stadium Tiga keatas, maka akan

terjadi pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti

betis, paha dan sebagainya.

Apabila kanker serviks tidak ditangani, pada stadium lanjut

ketika tumor keluar serviks dan melibatkan jaringan di rongga

pelvis dapat dijumpai tanda lain seperti, nyeri yang menjalar ke

pinggul atau kaki, hal ini menandakan keterlibatan ureter,

dinding panggul atau nervus skiatik. Beberapa penderita

mengeluhkan nyeri berkemih, hematuri, perdarahan rektum, sampai

sulit berkemih dan buang air besar. Penyebaran ke kelenjar getah

bening, tungkai bawah dapat menimbulkan oedema tungkai bawah,

atau terjadi uremia bila terjadi penyumbatan kedua ureter

(Wiknjosastro, 2006).

I. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya

menjalani screening test untuk mendeteksi adanya perubahan-

perubahan awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir tidak

pernah terserang kanker serviks dan tidak perlu di-screening.

Wanita yang tidak pernah berhubungan badan juga tidak perlu di-

screening.

1.      Tes Pap Smear

Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks

dengan melakukan Pap Smear secara teratur. Tes Pap adalah

suatu tes yang digunakan untuk mengamati sel-sel leher rahim.

Tes Pap dapat menemukan adanya kanker leher rahim atau sel

abnormal (pra-kanker) yang dapat menyebabkan kanker serviks

(Bryant, 2012). Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-sel

abnormal yang ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker.

Sampel sel-sel yang sama dapat dipakai untuk pengujian infeksi

HPV (Puteh, 2008).

2. Tes IVA

IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat,

merupakan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher

rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan

seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna,

maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant,

2012).

Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak normal, dokter akan

menganjurkan tes lain untuk membuat diagnosis yaitu Kolposkopi:

Dokter menggunakan kolposkop untuk melihat leher rahim.

Kolposkop menggunakan cahaya terang dan lensa pembesar untuk

membuat jaringan lebih mudah dilihat. Alat ini tidak dimasukkan

ke dalam vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di tempat praktek

dokter atau klinik. 

Biopsi: Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita

diambil di tempat praktek dokter. Lalu seorang ahli patologi

memeriksa jaringan di bawah mikroskop untuk memeriksa adanya

sel-sel abnormal.Punch Biopsi: Dokter menggunakan alat yang tajam untuk

menjumput sampel kecil jaringan serviks.

LEEP: Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris

sepotong, bulat tipis dari jaringan serviks.

Endoservikal kuret: Dokter menggunakan kuret (alat, kecil

berbentuk sendok) untuk mengikis contoh kecil jaringan dari

leher rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan kuas tipis

lembut, bukan kuret.

Conization: Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk

kerucut. Sebuah conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan

ahli patologi melihat apakah ada sel-sel abnormal dalam jaringan

di bawah permukaan leher rahim. Para dokter mungkin melakukan

tes ini di rumah sakit dengan anestesi / bius total.

Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat

menyebabkan perdarahan. Daerah ini biasanya sembuh dengan

cepat. Beberapa wanita juga merasakan rasa sakit yang mirip

dengan kram menstruasi. Dokter dapat meresepkan obat yang akan

membantu mengurangi rasa sakit (Bryant, 2012).

J. Penatalaksanaan

Wanita dengan kanker prainvasif dapat diterapi dengan :

1.      Bedah krio

2.      Elektrokauter

3.      Laser

4.      LEEP (loop electrosurgical excision procedure)

5.      Ionisasi serviks

Stadium I-IIA dapat diterapi dengan pembedahan

(histerektomi),radiasi (limfadenektomi bilateral) atau

pembedahan-radiasi. Stadium IIB-IV diterapi primer dengan

radiasi saja. Pemberian kemoterapi, zat-zat radio sensitif,

oksigen hiperbarik, dan hipertermia diberikan bersamaan dengan

terapi radiasi (Gale, 2000).

Terapi selama kehamilan

Wanita hamil dengan pap smear yang abnormal diperiksa lebih

lanjut dengan kolposkopi dan biopsi. Wanita dengnan stadium IA

dapat dipantau dengan pap-smear, kolposkopi dan biopsi. Pada

kasus kanker invasif terapi harus dilakukan segera. Bagia wanita

dengan usia kehamilan kurang dari 24 minggu, kehamilan segera

diakhiri. Histerektomi radikal atau terapi radiasi dapat dipakai

sebagai terapi primer (Gale, 2000).

K. Asuhan Keperawatan pada Kanker Serviks

I. Pengkajian

a.       Aktivitas/Istirahat

Gejala : Kelemahan/keletihan, anemia, Perubahan pada pola

istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-

faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, keringat

malam. Pekerjaan/profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan,

tingkat stress tinggi.

b.      Integritas Ego

Gejala : faktor stress, merokok, minum alkohol, menunda mencari

pengobatan, keyakinan religius/spiritual, masalah tentang lesi

cacat, pembedahan, menyangkal diagnosis, perasaan putus asa.

c.       Eliminasi

Gejala : Pada kanker servik, perubahan pada pola devekasi,

perubahan eliminasi urinarius misalnya : nyeri.

d.      Makanan dan Minuman

Gejala : Pada kanker servik : kebiasaan diet buruk (ex : rendah

serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet, rasa).

e.       Neurosensori

Gejala : pusing, sinkope

f.       Nyeri/Kenyamanan

Gejala : adanya nyeri, derajat bervariasi misalnya :

ketidaknyamanan ringan sampai nyeri hebat (dihubungkan dengan

proses penyakit)

g.      Pernafasan

Gejala : Merokok, Pemajanan abses

h.      Keamanan

Gejala : Pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen

Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi

i.        Seksualitas

Gejala : Perubahan pola respon seksual, keputihan (jumlah,

karakteristik, bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker

serviks), Nullgravida lebih besar dari usia 30 tahun

multigravida pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.

j.        Interaksi sosial

Gejala : Ketidak nyamanan/kelemahan sistem pendukung, Riwayat

perkawinan (berkenaan dengan kepuasan), dukungan, bantuan,

masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.

k.      Penyuluhan

Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, sisi primer : penyakit

primer, riwayat pengobatan sebelumnya (Doenges, 2000).

2. Diagnosa Keperawatana.       Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan

rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.b.      Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas,

fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluarga.c.       Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma

mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.

d.      Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.

e.       Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.

f.       Kurangnya pengetahuan tentang aspek-aspek perioperatif histierektomi dan perawatan diri (Doenges, 2000).

3. Intervensi Keperawatana.       Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan

rasa nyeri, kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.Ditandai dengan : Peningkatan ketegangan, gemetaran, ketakutan, gelisah, mengekspresikan masalah mengenai perubahan dalam kejadian hidup.Tujuan : Rasa cemas pasien hilang/tidak cemas lagiKriteria Hasil : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut dan cemasIntervensi:

1)        Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan kanker. Tentukan apakah dokter telah menjelaskan kepada pasien dan apakah kesimpulan pasien telah dicapai.Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman pada kanker.

2)        Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.Rasional : Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistik serta kesalaahn konsep tentang diagnostik.

3)        Berikan informasi akurat, konsistensi mengenai prognosis, hindari memperdebatkan tentang persepsi pasien terhadap situasi.Rasional : Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan/ pilihan berdasarkan realita.

b.      Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan seksualitas,fertilitas, dan hubungan dengan pasangan dan keluargaDitandai dengan : Mengungkapkan perubahan dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa, dan tidak mampu. Tidak mengambil tanggung jawab untuk perawatan diri, kurang mengikuti perubahan pada persepsi diri/persepsi orang lain tentang peran.Tujuan : Meningkatkan harga diri pasienKriteria Hasil : Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam situasi.Intervensi :

1)        Dorong diskusi tentang/pecahkan masalah tentang efek kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang tuadan sebagainya.Rasional : Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit.

2)        Berikan informasi bahwa konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.

Rasional : Memvalidasi realita perasaan pasien dan memberikan izin, untuk tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi.

3)        Berikan dukungan emosi untuk pasien/orang terdekat selama tesdiagnostik dan fase pengobatan.Rasional : Meskipun beberapa pasien beradaptasi/menyesuaikan diri dengan efek kanker atau efek samping terapi, banyak memerlukan dukungan tambahan selama periode ini.

4)        Rujuk pasien/orang terdekat pada program kelompok pendukung (bila ada).Rasional : Kelompok pendukung biasanya sangat menguntungkan baikuntuk pasien/ orang terdekat, memberikan kontak dengan pasien dengan kanker pada berbagai tingkatan pengobatan dan/atau pemulihan.

c.       Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, hematoma, gangguan sensori/motor ; paradisis saraf.Ditandai dengan : Sensasi kandung kemih penuh, tiba-tiba, frekuensi sedikit untuk berkemih atau tak ada keluarnya urins, inkontinensia aliran berlebihan, distensi kandung kemih.Tujuan : Eliminasi kembali lancar seperti biasanyaKriteria Hasil : Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.Intervensi :

1)        Perhatikan pola berkemih dan awasi keluaran urine.

Rasional : Dapat mengindikasikan retensi urine bila berkemih

dengan sering dalam jumlah sedikit/kurang (< 100 ml).

2)        Palpasi kandung kemih, selidiki keluhan ketidaknyaman, penuh

ketidakmampuan berkemih.

Rasional : Persepsi kandung kemih penuh, distensi kandung kemih

di atas simpisis pubis menunjukkan retensi urine.

3)        Berikan tindakan berkemih rutin, posisi normal, aliran air

pada baskom, penyiraman air hangat pada perineum.

Rasional : Meningkatkan relaksasi otot perineal dan dapat

mempermudah upaya berkemih.

4)        Berikan perawatan kebersihan perineal dan perawatan kateter.

Rasional : Meningkatkan kebersihan, menurunkan resiko ISK

asenden.

5)        Kaji karakteristik urine, perhatikan warna, kejernihan, bau.

Rasional : Retensi urine, drainase vagina, dan kemungkinan

adanya kateter intermitten/ tak menetap meningkatkan resiko

infeksi, khususnya bila pasien mempunyai jahitan parineal.

6)        Pemasangan kateter bila diindikasikan

Rasional : Edema atau pengaruh suplai saraf dapat menyebabkan

atoni kandungan kemih/retensi kandung kemih memerlukan

dekompresi kandung kemih.

d.      Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.Ditandai dengan : adanya keluhan nyeri, perilaku berhati-hati.Kriteria Hasil : Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal.Tujuan : Nyeri hilang/berkurangIntervensi :

1)      Tentukan riwayat nyeri, misalnya : lokasi uteri, frekuensi, durasi dan intensitas (skala 0-10) dan tindakan kehilangan yang digunakan.Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi

kebutuhan/keefektifan intervensi.

2)      Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi,

gosokkan punggung) dan aktifitas hiburan (misalnya musik,

televisi).

Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan

kembali perhatian.

3)      Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (teknik

relaksasi, sentuhan terapeutik)

Rasional : Memungkinkan pasien berpartisipasi secara aktif dan

meningkatkan rasa kontrol nyeri

4)      Kolaborasikan dengan tim medis untuk memberikan analgesik

sesuai dengan indikasi

Rasional : Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker,meskipun

respon individual berbeda-beda.

e.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berhubungan dengan kanker dan konsekuensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan.Ditandai dengan : berat badan 20% atau lebih dibawah berat badanideal untuk tinggi dan bentuk tubuhTujuan : tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhanKriteria Hasil : penambahan berat badan progresif ke arah tujuannormalisasi Intervensi :

1)      Pantau masukan makanan

Rasional : mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi

2)      Ukur TB, BB setiap hari sesuai indikasi

Rasional : membantu mengidentifikasi malnutrisi protein-kalori

3)      Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien,

dengan masukan cairan adekuat

Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga

dengan cairan

f.       Kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit, dan kebutuhan pengobatanDitandai dengan : pernyataan/meminta informasi, mengungkapkan masalah, salah persepsiTujuan : pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatanKriteria Hasil : mengungkapkan informasi yang akurat tentang diagnosa dan aturan pengobatan dan melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan.Intervensi :

1)      Bantu pasien menentukan persepsi tentang kanker dan

pengobatan

Rasional : membantu identifikasi ide, sikap, dan rasa takut

2)      Berikan informasi yang jelas dan akurat

Rasional : membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan

informasi yang diperlukan

3)      Minta pasien memberikan umpan balik verbal, dan perbaiki

kesalahan konsep

Rasional : kesalaahan konsep tentang kanker lebih mengganggu

daripada kenyataan dan mempengaruhi pengobatan/penurunan

penyembuhan.

(Doenges, 2000).

4. Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :

a.       Ansietas pasien berkurang

b.      Meningkatkan harga diri pasien

c.       Eliminasi kembali lancar seperti biasanya

d.      Nyeri hilang/berkurang

e.       tidak terjadi perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan

f.       pasien mengetahui tentang prognosis penyakit dan kebutuhan

pengobatan

(Doenges, 2000).

Daftar Pustaka

Bryant, E. (2012). The Impact of policy and screening on cervical

cancer in england. British Journal of Nursing , Volume 21, s4-s10.

Cunningham, F. G. (2010). Dasar- dasar ginekologi & obstetri. Jakarta:

EGC.

Doenges, M. E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.

Gale, D. (2000). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta: EGC.

Prayitno, A. (2005). Ekspresi protein p53, Rb, dan c-myc pada kanker

serviks uteri dengan pengecatan immunohistokimia. Biodiversitas ,

Volume 6, Nomor 3, 157-159.

Puteh, S. E. (2008). Economic burden of cervical cancer in malaysia.

Med J Indones , Volume 17, 272-280.

Rahmawan, A. (2009). Kanker serviks pada kehamilan. Banjarmasin: Ilmu

Kebidanan dan Penyakit Kandungan.

Suhartini, & Herlina, T. (2010). Hubungan antara menikah dan paritas

dengan kejadian kanker serviks di RSUD DR.Soeroto ngawi. Jurnal

Penelitian Kesehatan Suara Forikes , Vol.I No.1 , 41-46.

Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarw