Askep hemoptasis
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Askep hemoptasis
BAB II
TINJAUAN TEORI
HEMOPTISIS
A. DEFINISI
Batuk darah atau yang dalam istilah kedokteran disebut
dengan hemoptisis adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada
saluran napas di bawah laring atau perdarahan yang keluar ke
saluran napas di bawah laring. Batuk darah merupakan tanda atau
gejala dari penyakit dasar. Maka penyebabnya harus segera
ditemukan dengan pemeriksaan yang seksama. (Dzen, 2009)
Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan
dibatukkan. Perawat mengkaji apakah darah tersebut berasal dari
paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari
paru biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru
distimulasi segera oleh refleks batuk. Penyakit yang menyebabkan
hemoptysis antara lain : Bronchitis Kronik, Bronchiectasis, TB
Paru, Cystic fibrosis, Upper airway necrotizing granuloma, emboli
paru, pneumonia, kanker paru dan abses. Hemoptisis masifa dalah
batuk darah antara >100 sampai >600 mL dalam waktu 24
jam. (Rahman, 2009)
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. anatomi dasar sistem pernafasan Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau
saluran nafas dan paru-paru beserta pembungkusnya (pleura) dan
rongga dada yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat
juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga
perut oleh diafragma.
Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring,
laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya
terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan
udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem
pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk
dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.
Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel
langsung ke paru, disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan
pleura parietal menempel pada dinding rongga dada dalam. Diantara
pleura visceral dan pleura parietal terdapat cairan pleura yang
berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan dan
pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding
dada.
Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka
dada. Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum
(tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di depan, dan
vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga di
bagian belakang.
Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang
berfungsi penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang
berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut :
a. interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat
masing-masing iga.
b. sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).
c. skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.
d. interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-
iga.
e. otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi
perut mendorong diafragma ke atas.
f. otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.
Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang
menjadi bronkus kanan dan kiri. Masing-masing bronkus terus
bercabang sampai dengan 20-25 kali sebelum sampai ke alveoli.
Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum bronkiolus,
bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar
saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara yang
mengalir dalam tubuh menjadi lancar.
Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli.
Di sini terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dari
pembuluh darah kapiler dengan udara. Terdapat sekitar 300 juta
alveoli di kedua paru dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2
milimeter.
2. Fisiologi sistem pernafasan
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling
masuk melalui saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses
inspirasi : volume rongga dada naik/lebih besar tekanan rongga
dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah
suatu gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan.
Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan
rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga
tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi
oleh beberapa factor:
1. Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya
suatu tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.
2. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke
kapiler paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses
pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Luasnya permukaan paru-paru.
2. Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas
epitel alveoli dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
3. Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi
karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada
tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
4. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat
HB.
c. Transportasi
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler kejaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasigas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.2. kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah
dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dankadar Hb.
C. ETIOLOGI
Penting bedakan bahwa darah berasal dari saluran napas dan
bukan dari traktus gastrointestinal. Darah yang berasal dari
gastrointestinal berwana hitam kemerahan dan pH-nya asam,
sebaliknya pada hemoptisis darah merah terang dan ph-nya alkali.
Saluran napas dan paru2 terutama diperdarahi oleh sistem arteri-
vena pulmonalis dan sistem arteri bronkialis yang berasal dari
aorta. Dari kedua sistem ini perdarahan pada sistem arteri
bronchialis lebih sering terjadi.
Penyebab hemoptisis secara umum dapat dibagi menjadi empat,
yaitu infeksi, neoplasma, kelainan kardiovaskular dan hal lain-
lain yang jarang kejadiannya. Infeksi adalah penyebab tersering
hemoptisis, tuberkulosis adalah infeksi yang menonjol. Pada
tuberkulosis, hemoptisis dapat disebabkan oleh kavitas aktif atau
oleh proses inflamasi tuberkulosis di jaringan paru. Apabila
tuberkulosis berkembang menjadi fibrosis dan perkijuan, dpat
terjadi aneurisma arteri pulmonalis dan bronkiektasis yang akan
mengakibatkan hemoptisis pula.
1. Infeksi : TBC, bronkiektasis, pneumonia, abses paru,
aspergillosis
2. Tumor : Karsinoma paru
3. Kardiovaskuler : mitral stenosis, ruptur aneurisma toraksik,
malformasi Arteriovenous.
Darah yang berasal dari muntah darah adalah dari saluran
pencernaan. Seperti muntah pada umumnya, muntah darah (atau yang
dikenal dengan istilah kedokteran hematemesis) didahului oleh
adanya aliran balik dari pergerakan saluran pencernaan dan dapat
diikuti oleh mual. Darah yang keluar dapat tercampur oleh sisa
makanan lain. Warna darah bisa merah segar atau kehitaman.
Sedangkan untuk batuk darah berbeda. Darah berasal dari saluran
pernapasan. Warna darah merah segar dan tampak bercampur dengan
lendir dan tampak berbusa karena adanya gelembung – gelembung
udara.
D. PATOFISIOLOGI
Hemoptysis disebabkan oleh satu atau lebih dari kerusakan
berikut : kerusakan buluh darah; hipertensi pulmonum hebat; dan
masalah pembekuan darah. Kerusakan buluh darah dapat disebabkan
oleh peradangan, nekrosis, neoplasia atau trauma. Hipertensi
pulmonum umumnya disebabkan oleh tromboembolisme pulmonum,
gangguan ventrikuler kiri. Gangguan pembekuan darah diakibatkan
oleh abnormalitas faktor pembeku atau platelet. Hemoptysis
menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah sedikit tetapi jika
berlangsung kronis dapat berkembang jadi anemia, aspiksasi dan
hipovolemia.
Saluran pernapasan terdiri dari berbagai saluran dimulai
dari rongga hidung sampai saluran – saluran kecil alveoli di paru
– paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah. Umumnya
penyebab terjadinya pendarahan sehingga terjadi batuk darah
adalah karena robeknya lapisan saluran pernapasan sehingga
pembuluh darah di bawahnya ikut sobek dan darah mengalir keluar.
Adanya cairan darah kemudian dikeluarkan oleh adanya reflex
batuk.
Batuk darah yang masif alias banyak (>200 cc atau lebih dari
satu gelas belimbing) dapat mengganggu saluran pernafasan dan
merupakan indikasi untuk segera ke rumah sakit. Kondisi ini
membahayakan karena gumpalan darah dapat menyumbat saluran
pernafasan, dan menimbulkan kematian.
E. PEMBAHASAN
1. Mengapa seseorang bisa batuk darah?
Saluran pernapasan terdiri dari berbagai saluran dimulai dari
rongga hidung sampai saluran – saluran kecil alveoli di paru –
paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah. Umumnya
penyebab terjadinya pendarahan sehingga terjadi batuk darah
adalah karena robeknya lapisan saluran pernapasan sehingga
pembuluh darah di bawahnya ikut sobek dan darah mengalir keluar.
Adanya cairan darah kemudian dikeluarkan oleh adanya reflex
batuk. (Azizah, 2009)
2. Mengapa seseorang yang batuk darah bisa sesak nafas?
Dikarenakan ketidakbersihan jalan nafas (ada darah disaluran
pernafasan) yang menyebabkan jalan nafas menjadi tidak bersih
atau tersumbat sehingga seseorang bisa menjadi sesak nafas.
(Azizah, 2009)
3. Apa hubungan riwayat merokok dan minum minuman beralkohol
dengan batuk darah dan sesak nafas?
Apabila orang yang memiliki riwayat perokok, maka dari rokok
itu bisa menyebabkan sesak nafas karena saat orang yang merokok
itu sudah lama maka akan menyebabkan jaringan pembuluh darah itu
menyempit dikarenakan ada flag-flag di pembuluh darah, ketika
menyempit oksigen yang mengalir akan berkurang sedangkan
kebutuhan oksigen didalam tubuh tidak cukup sehingga menyebabkan
kerja jantung menjadi berat sehingga timbulah sesak nafas.
Apabila seseorang mempunyai riwayat minum alkohol kemungkinan
besar bisa berbahaya karena alkohol ini adalah racun sehingga
menyebabkan rusaknya sel-sel didalam tubuh dan juga bisa
menyebabkan luka ditubuh bagian dalam. (Azizah, 2009)
4. Hubungan batuk darah dengan penyakit TBC.
a. Apakah semua batuk darah disebabkan karena penyakit TBC?
Belum tentu.
b. Apakah TBC menyebabkan batuk darah?
Batuk darah bisa merupakan salahsatu dari sekian gejala dari TBC, tapi biasanya itu
merupakan gejala lanjut.
c. Apa bedanya batuk darah yang disebabkan karena TBC dengan
batuk darah karena penyakit lain?
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa batuk darah dapat disebabkan oleh berbagai
macam penyakit. Bisa oleh karena infeksi kuman Tuberculosis (dikenal oleh penyakit
paru/ TBC, atau bisa juga karena kelainan jantung, atau karena infeksi lainnya juga
bisa. Batuk darah karena penyakit TBC biasanya disertai oleh keluhan lain, seperti
nafsu makan berkurang, demam yang tidak terlalu tinggi, badan terasa lebih
berkeringat (terutama saat tidur malam hari), dan penurunan berat badan.(Azizah,
2009)
F. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan Pertama
Penanganan pertama batuk darah adalah penghentian perdarahan
serta pencegahan batuk. Jaga kebersihan udara di sekitar
penderita, termasuk tempat tidur, dan rumah. Berikan ventilasi
dan sinar matahari agar penderita dapat bernafas dengan segar,
sehingga diharapkan tidak batuk lagi. Selain itu, pemberian
terapi obat-obatan biasanya pertama kali juga ditujukan untuk
mencegah batuk dan menghentikan perdarahan.
2. Penanganan Gawat Darurat
Saat mengalami batuk darah, sebaiknya Anda segera mencari
pertolongan kesehatan untuk mencari penyebab batuk darah dan
mengatasinya. Namun, Anda tidak perlu panik, karena tidak semua
batuk darah menandakan keadaan mengancam jiwa. Hal ini dilihat
dari berapa jumlah darah yang dibatukkan. Dikatakan batuk darah
hebat apabila jumlah darah yang dibatukkan melebihi 300ml (kira –
kira setengah botol air mineral ukuran sedang) dalam 24 jam.
Semakin banyak jumlah darah yang dibatukkan apalagi dalam waktu
yang singkat, maka keadaan semakin berbahaya.
Ada beberapa keadaan pengecualian, misalnya terdapat sumbatan
saluran napas sehingga darah tidak dapat dibatukkan. Keadaan ini
lebih berbahaya, karena darah tidak dapat dikeluarkan dan
memperparah sumbatan saluran pernapasan. Selain itu, orang yang
bersangkutan tidak menyadari adanya pendarahan saluran napas
karena darah tidak keluar.
Tanda – tanda lain yang dapat membantu menentukan apakah
keadaan pasien dengan batuk darah dalam keadaan gawat antara lain
:
a. Kepala terasa ringan seperti melayang
b. Haus
c. Pasien bernapas dengan cepat (lebih dari 24 kali per menit)
Dengan demikian, tidak semua batuk darah digambarkan tingkat
kegawatannya melalui jumlah darah yang dibatukkan, maka apabila
Anda mengalami batuk darah, sebaiknya segera mencari pertolongan.
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien.
Secara umum perawat menanyakan tentang :
Riwayat merokok : merokok sigaret merupakan penyebab penting
kanker paru-paru, emfisema dan bronchitis kronik. Semua keadaan
itu sangat jarang menimpa non perokok.
Anamnesis harus mencakup hal-hal :
a. Usia mulainya merokok secara rutin.
b. Rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari
c. Usia melepas kebiasaan merokok.
d. Pengobatan saat ini dan masa lalu
e. Alergi
f. Tempat tinggal
2. Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit
paru-paru sekurang-kurangnya ada tiga, yaitu:
a. Penyakit infeksi tertentu: khususnya tuberkulosa, ditularkan
melalui satu orang ke orang lainnya; jadi dengan menanyakan
riwayat kontak dengan orang terinfeksi dapat
diketahui sumber penularannya.
b. Kelainan alergis, seperti asthma bronchial, menunjukkan
suatu predisposisi keturunan tertentu; selain itu serangan asthma
mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan dekat.
c. Pasien bronchitis kronik, mungkin bermukim di daerah yang
polusi udaranya tinggi. Tapi polusi udara tidak menimbulkan
bronchitis kronik, hanya memperburuk penyakit tersebut.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi
duduk.
Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang
lainnya.
Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
Inspeksi thorax poterior terhadap warna kulit dan kondisinya,
skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti : kyphosis,
scoliosis dan lordosis.
Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada.
Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau
pernafasan diafragma, dan penggunaan otot bantu
pernafasan.
Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi
(I) dan fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1 : 2.
Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada
jalan nafas dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow
Limitation (CAL)/COP.
Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior
(AP) dengan diameter lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya
berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan tubuh klien.
Kelainan pada bentuk dada
a) BarrelChest
Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi peningkatan
diameter AP : T (1:1), sering terjadi pada klien emfisema.
b) Funnel Chest (Pectus Excavatum)
Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari sternum. Hal
ini akan menekan jantung dan pembuluh darah besar, yang
mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia,
marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan kerja.
c) Pigeon Chest (Pectus Carinatum)
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum, dimana terjadi
peningkatan diameter AP, timbul pada
klien dengan kyphoscoliosis berat.
Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau
tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru
atau pleura.
Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi,
yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
b. Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan
mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak. Kaji juga kelembutan
kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara.
c. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner,
organ yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi)
diafragma.
Jenis suara perkusi:
Suara perkusi normal: Resonan (Sonor): bergaung, nada rendah.
Dihasilkan pada jaringan paru normal. Dihasilkan di atas bagian
jantung atau paru.
Suara Perkusi Abnormal: Hiperresonan Flatness: bergaung lebih
rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru
yang abnormal berisi udara.
d. Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan
suara nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan suara.
Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
Suara nafas normal:
Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena
suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa),
suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut.
Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada
henti diantara kedua fase tersebut. Normal terdengar di atas
trachea atau daerah suprasternal notch.
Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial
dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas
yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini
terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding
dada.
Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi.
Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi
terdengar seperti tiupan.
Suara nafas tambahan
Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan
karakter suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang
berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang
menyempit.
Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter
suara terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus,
berhubungan dengan sekresi kental
dan peningkatan produksi sputum.
Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.
Karakter suara : kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat
dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali klien juga
mengalami nyeri saat bernafas dalam.
Crackles Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat
inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara
melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchiolus.
Suara seperti rambut yang digesekkan.
Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara
lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan
atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan
berubah ketika klien batuk.
4. Pengkajian Psikososial
Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara
signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa
kondisi respiratory timbul akibat stress. Penyakit pernafasan
kronik dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan
hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan,
pekerjaan atau ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan mekanisme
koping, perawat dapat mengkaji reaksi klien terhadap masalah
stres psikososial dan mencari jalan keluarnya.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN APLIKASI NOC DAN NIC
1. Ketidakbersihan jalan nafas berhubungan dengan lingkingan
(merokok) obstruksi jalan nafas (materi asing dalam jalan nafas).
(Nanda, 2009)
NOC (tujuan keperawatan)
Respiratory Status : Ventilation
Respiratory Status : Airway Patency
a. Klien bisa mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada sianosis, dan dypsneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
dadanya tertekan,irama nafas,frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
c. Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat
menghambat jalan nafas.
NIC (rencana tindakan)
Airway Management
a. Buka jalan nafas,gunakan tekhnik chinlift atau jaw
thrust bila perlu
b. Posisikan pasien untuk memaksimalakan ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
buatan
d. Lakukan fisioterapi dada bila perlu
e. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
f. Auskultasi suara nafas,catat adanya suara tambahan
g. Berikan bronkodilator bila perlu
h. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml per hari
i. Monitor respirasi dan identifikasi pemberian O2
j. Kolaboras pemberian oksigen dan obat – obatan sesuai
dengan indikasi
Airway Suction
a. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
b. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
c. Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan
d. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
suction nasotrakeal
e. Gunakan alat yang steril setiap melakukan melakukan
tindakan
f. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah
catheter dikeluarkan dari nasotrakeal
g. Monitor status oksigen pasien
h. Ajarkan keluarga klien bagaimana cara melakukan suction
i. Hentikan suction dan berikan oksigen apabila oksigen
apabila pasien menunjukkan bradikardi,peningkatan saturasi O2,
dll.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen dalam tubuh. (Nanda, 2009)
NOC (tujuan keperawatan)
Energy conservation
a. Dapat melakukan aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR.
b. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri (mandi,
berpakaian, toileting, berjalan, makan dll)
NIC (rencana keperawatan)
Energy Management :
a. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas
b. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
c. Monitor tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
d. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
secara berlebih
e. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
Activity Therapy:
a. Menentukan penyebab intoleransi aktivitas.
b. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam
merencanakan program terapi yang tepat
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
d. Pantau respon kardiopulmonal sebelum dan sesudah
beraktivitas.
e. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang di inginkan
f. Ajarkan kepada klien bagaimana bagaimana menggunakan teknik
pernafasan ketika beraktivitas.
g. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas (kursi
roda,krek)
h. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di wakatu luang
i. Monitor respon fisik,emosi social,dan spiritual
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan
kognitif (Nanda, 2009)
NOC (tujuan keperawatan)
Knowledge deseases proses
a. Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan.
b. Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar.
c. Klien dan keluarga memapu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesahatan lainnya.
NIC (rencana keperawatan)
Teaching : disease Process
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
f. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
g. Hindari jaminan yang kosong
h. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
i. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit
j. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
k. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second
opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
l. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara
yang tepat
m. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
n. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
BAB III
PENUTUP
HEMOPTISIS
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan antara lain:
1. Mengapa seseorang bisa batuk darah?
Saluran pernapasan terdiri dari berbagai saluran dimulai dari
rongga hidung sampai saluran – saluran kecil alveoli di paru –
paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah. Umumnya
penyebab terjadinya pendarahan sehingga terjadi batuk darah
adalah karena robeknya lapisan saluran pernapasan sehingga
pembuluh darah di bawahnya ikut sobek dan darah mengalir keluar.
Adanya cairan darah kemudian dikeluarkan oleh adanya reflex
batuk. (Azizah, 2009)
2. Mengapa seseorang yang batuk darah bisa sesak nafas?
Dikarenakan ketidakbersihan jalan nafas (ada darah disaluran
pernafasan) yang menyebabkan jalan nafas menjadi tidak bersih
atau tersumbat sehingga seseorang bisa menjadi sesak nafas.
(Azizah, 2009)
3. Apa hubungan riwayat merokok dan minum minuman beralkohol
dengan batuk darah dan sesak nafas?
Apabila orang yang memiliki riwayat perokok, maka dari rokok
itu bisa menyebabkan sesak nafas karena saat orang yang merokok
itu sudah lama maka akan menyebabkan jaringan pembuluh darah itu
menyempit dikarenakan ada flag-flag di pembuluh darah, ketika
menyempit oksigen yang mengalir akan berkurang sedangkan
kebutuhan oksigen didalam tubuh tidak cukup sehingga menyebabkan
kerja jantung menjadi berat sehingga timbulah sesak nafas.
Apabila seseorang mempunyai riwayat minum alkohol kemungkinan
besar bisa berbahaya karena alkohol ini adalah racun sehingga
menyebabkan rusaknya sel-sel didalam tubuh dan juga bisa
menyebabkan luka ditubuh bagian dalam. (Azizah, 2009)
4. Hubungan batuk darah dengan penyakit TBC.
a. Apakah semua batuk darah disebabkan karena penyakit TBC?
Belum tentu.
b. Apakah TBC menyebabkan batuk darah?
Batuk darah bisa merupakan salahsatu dari sekian gejala dari TBC, tapi biasanya itu
merupakan gejala lanjut.
c. Apa bedanya batuk darah yang disebabkan karena TBC dengan
batuk darah karena penyakit lain?
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa batuk darah dapat disebabkan oleh berbagai
macam penyakit. Bisa oleh karena infeksi kuman Tuberculosis (dikenal oleh penyakit
paru/ TBC, atau bisa juga karena kelainan jantung, atau karena infeksi lainnya juga
bisa. Batuk darah karena penyakit TBC biasanya disertai oleh keluhan lain, seperti
nafsu makan berkurang, demam yang tidak terlalu tinggi, badan terasa lebih
berkeringat (terutama saat tidur malam hari), dan penurunan berat badan.(Azizah,
2009)
5. Diagnosa keperawatan yang muncul apa-apa saja? Apa-apa saja
NOC dan NIC labelnya?
a. Ketidakbersihan jalan nafas berhubungan dengan lingkingan
(merokok) obstruksi jalan nafas (materi asing dalam jalan nafas).
(Nanda, 2009)
NOC :Respiratory Status : Ventilation
Respiratory Status : Airway Patency
NIC :Airway Management
Airway Suction
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen dalam tubuh. (Nanda, 2009)
NOC:Energy conservation
NIC:Energy Management
Activity Therapy
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan
kognitif (nanda, 2009)
NOC:Knowledge: Disease Process
Knowledge: Health Behavior
NIC:Teaching: Disease Process
B. SARAN
1. Bagi mahasiswa
a. Persiapan diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan tindakan
asuhan keperawatan pada klien Hemoptisis.
b. Hendaklah jangan segan untuk bertanya kepada dosen instruktur
atau membaca buku tentang hal-hal yang belum jelas tentang
penyakit Hemoptisis.
c. Selalu semangat ketika berdiskusi dan selalu bekerjasama
ketika dalam belajar kelompok.
d. Bagi mahasiswa di harapkan bisa melaksaikanakan tindakan
asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
2. Bagi kampus/Dosen pembimbing
a. Mohon bimbingannya supaya kami lebih memahami tentang konsep
penyakit Hemoptisis.
b. Kami harapkan tidak bosan untuk memperhatikan dan mendengarkan
konsultasi dari mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Puskesmas simpang empat, mengapa aku batuk darah?, tersediadiwww.google.co.id,.http://puskesmassimpangempat.wordpress.com/2009/06/18/kenapa-aku-batuk-darah. (diakses 10 Maret 2012)
Corwin Elizabeth J. Buku saku pathofisiologi. Edisis 3, alih bahasa NikeBudi Subekti, Egi Komara Yuda, Jakarta: EGC, 2009.
Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4,United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Guyton, Arthur C, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Panyakit, Edisi 3,Jakarta: EGC, 1997.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), UnitedStates Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Nanda International. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata:EGC, 2009.
Rahman, laporan pendahuluan hemoptisis, tersedia diwww.google.co.id,http://rahmaniestblog.blogspot.com/2011/10/laporan-pendahuluan-penyakit-hemoptisis.html. (diakses 10 Maret 2012)
Robiansyah, anatomi system pernafasan, tersedia di www.google.co.id,http://athearobiansyah.blogspot.com/2007/09/anatomi-dasar-sistem-pernafasan.html. (diakses 10 Maret 2012)
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal BedahBrunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, AndryHartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Tarwoto & Wartonah.. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi4. Salemba Medika : Jakarta, 2010