ASKEP LANSIA (DX: NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH)

49
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstuktur lanjut usia(aging struktured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk lanjut usia (lansia)nya sebanyak 7% adalah di pulau jawa dan bali. Peningkatan jumlah penduduk lansia ini antara lain disebabkan tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat yang meningkat. Oleh karenanya kebutuhan akan asuhan keperawatan meningkat terutama didaerah perkotaan dimana lansia sekarang mayotritas berdomisili didaerah perkotaan(menkokesra,2003). Jumlah populasi lansia yang meningkat diperkotaan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan caregiver yang ditujukan kepada lansia, sehingga lansia tetap dipertahankan untuk produktif dalam arti mandiri dan dapat memenughi kebutuhan dasar manusia tanpa bantuan sepenuhnya, sehingga lansia juga dapat melakukan perannya di dalam lingkungan keluarga dan sosial. Jika kebutuhan akan asuhan keperawatan tidak terpenuhi, maka jumlah lansia yang menjadi beban negara juga semakin meningkat. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa Definisi Asuhan Keperawatan Lansia ? 2. Apa Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia ? 3. Apa Fokus Asuhan Keperawatan Lansia ? 1

Transcript of ASKEP LANSIA (DX: NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

berstuktur lanjut usia(aging struktured population) karena

jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%.

Provinsi yang mempunyai jumlah penduduk lanjut usia

(lansia)nya sebanyak 7% adalah di pulau jawa dan bali.

Peningkatan jumlah penduduk lansia ini antara lain disebabkan

tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, kemajuan di

bidang pelayanan kesehatan, dan tingkat pengetahuan masyarakat

yang meningkat. Oleh karenanya kebutuhan akan asuhan

keperawatan meningkat terutama didaerah perkotaan dimana

lansia sekarang mayotritas berdomisili didaerah

perkotaan(menkokesra,2003).

Jumlah populasi lansia yang meningkat diperkotaan

mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan caregiver yang

ditujukan kepada lansia, sehingga lansia tetap dipertahankan

untuk produktif dalam arti mandiri dan dapat memenughi

kebutuhan dasar manusia tanpa bantuan sepenuhnya, sehingga

lansia juga dapat melakukan perannya di dalam lingkungan

keluarga dan sosial. Jika kebutuhan akan asuhan keperawatan

tidak terpenuhi, maka jumlah lansia yang menjadi beban negara

juga semakin meningkat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Definisi Asuhan Keperawatan Lansia ?

2. Apa Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia ?

3. Apa Fokus Asuhan Keperawatan Lansia ?1

4. Apa Fungsi Keperawatan ?

5. Bagaimana Pendekatan Perawatan Lanjut Usia ?

6. Apa Peran Dan Fungsi Perawat ?

7. Apa Lingkup Peran Dan Tanggung Jawab ?

8. Bagaimana Proses Asuhan Keperawatan Lansia ?

9. Apa Definisi Malnutrisi ?

10. Apa Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia ?

11. Apa Gangguan Sistem Pencernaan Lansia ?

12. Apa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada

Lansia ?

13. Apa Dampak Malnutrisi ?

14. Apa Gangguan Nutrisi Pada Lansia ?

15. Bagaimana Status Gizi Pada Usia Lanjut ?

16. Bagaimana Penatalaksanaan lansia dengan gangguan

nutrisi ?

17. Bagaimana Asuhan Keperawatan lansia dengan gangguan

nutrisi ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Definisi Asuhan Keperawatan Lansia

2. Untuk mengetahui Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia

3. Untuk mengetahui Fokus Asuhan Keperawatan Lansia

4. Untuk mengetahui Fungsi Keperawatan

5. Untuk mengetahui Pendekatan Perawatan Lanjut Usia

6. Untuk mengetahui Peran Dan Fungsi Perawat

7. Untuk mengetahui Lingkup Peran Dan Tanggung Jawab

8. Untuk mengetahui Proses Asuhan Keperawatan Lansia

9. Untuk mengetahui Definisi Malnutrisi

10. Untuk mengetahui Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia

2

11. Untuk mengetahui Gangguan Sistem Pencernaan Lansia

12. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kebutuhan Gizi Pada Lansia

13. Untuk mengetahui Dampak Malnutrisi

14. Untuk mengetahui Gangguan Nutrisi Pada Lansia

15. Untuk mengetahui Status Gizi Pada Usia Lanjut

16. Untuk mengetahui Penatalaksanaan lansia dengan gangguan

nutrisi

17. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan lansia dengan

gangguan nutrisi

BAB II

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

3

2.1 Definisi Asuhan Keperawatan Lansia

Asuhan keperawatan lanjut usia adalah suatu rangkaian

kegiatan proses keperawatan yang ditujukan kepada usia lanjut,

meliputi kegiatan pengkajian, dengan memperhatikan kebutuhan

fisik, psikologis,sosial dan spiritual, menganalisis masalah

dan merumuskan diagnosis keperawatan, membuat perencanaan,

melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi.

Menurut wahyudi nugroho,2008, asuhan keperawatan lanjut

usia(gerontik) merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk

memberikan bantuan atau bimbingan serta pengawasan,

perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara

individu, kelompok, seperti di rumah atau lingkungan keluarga,

panti wenda atau puskesmas, yang diberikan oleh perawat.

Keperawatan gerontology adalah suatu pelayanan professional

yang berdasarkan ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang

berbentuk bio-psiko-sosial-spiritual dan cultural yang

holistic yang ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat

maupun sakit pada tingkat individu,keluarga,kelompok, dan

masyarakat.

2.2 Tujuan Asuhan Keperawatan Lansia

Agar lansia mampu:

1. Melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan upaya

promotif,preventif, dan rehabilitatif.

2. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, serta

meningkatkan kemampuanya dalam melakukan tindakan

pencegahan dan perawatan

3. Mempertahankan serta memiliki semangat hidup yang tinggi

4. Menolong dan merawat klien yang menderita sakit.

4

5. Merangsang petugas kesehaatan agar dapat mengenal diagnosa

secara dini.

6. Mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu

pertolongan pada lansia.

2.3 Fokus Asuhan Keperawatan Lansia

Pada dasarnya fokus dari asuhan keperawatan pada lanjut usia

meliputi:

1. Peningkatan kesehatan (Health Promotion)

2. Pencegahan penyakit( Preventif)

3. Mengoptimalkan fungsi mental

4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum

2.4 Fungsi Keperawatan

Fungsi keperawatan pada keperawatan akut, keperawatan waktu

lama dan keperawatan di masyarakat berbeda tergantung menurut

keperluannya(mary ann chris & faith J. Hohloch 1993),

membaginya dalam:

a. Pada keperawatan akut(acut care)

1. melakukan anamnesa penderita, menanyakan riwayat penyakit,

psikososial dan riwayat keluarga

2. Assesement penderita

3. Menjelaskan diagnosa dan pengobatan kepada

penderita,keluarga dan pembina asrama

4. Bekerja sama dengan penderita, keluarga an petugas

kesehatan lainya untuk menyusun rencana keperawatan yang

tepat.

5. Mendorong kemandirian penderita

6. Mempertahankan hidrasi, ventilasi, makanan dan kenyamanan

7. Menyampaikan obat dan melakukan pengobatan serta menilai

5

reaksi penderita

8. Memberitahukan kepada dokter kemajuan kondisi penderita.

9. Memberikan tindakan darurat bila di perlukan

10.Merencanakan keluarnya penderita dari panti dan

mengkoordinasikan rujukan kelembaga sosial masyarakat di

tingkat desa

11.Memberi advokasi kepada penderita

b. Pada Keperawatan Lama (long term care)

1. Melakukan anamnesa penderita menanyakan riwayat

penyakit,psikososial dan keluarga

2. Assesement penderita

3. Mengikutsertakan penderita, keluarga, dan pembina asrama

dalam menyiapkan dan melaksanakan rencana keperawatan

4. Menciptakan iklim atmosfir interaksi klien agar punya

semangat hidup

5. Meyakinkan penderitabahwa ia memperoleh perawatan medik,

gigi, dan anggota gerak yang tepat

6. Mempertahankan hidrasi, ventilasi, gizi dan bekerjasama

dalam evaluasi

7. Menyampaikan obat dan melakukan pengobatan dan latihan

rehabilitatifserta menilai reaksi penderita

8. Memberitahu dokter, perubahan kondisi penderita

9. Memberikan pertolongan darurat bila diperlukan

10. Memberikan pelajaran dan nasehat kepada penderita

dan keluarga tentang penyakit

11. Memperkenalkan pelayanan lansia yang diberikan oleh

masyarakat.

12. Memberi advokasi pada penderita.

6

c. Keperawatan di masyarakat (Comunity Care)

1. Identifikasi kebutuhan penderita,baik dari segi kesehatan,

sosial maupun ekonominya

2. Merujuk ke instansi yang dapat memenuhi kebutuhan

penderita

3. Menjelaskan diagnosa serta pengobatan kepada keluarga dan

penderita

4. Menilai keparahan penderita dan reaksi penderita terhadap

pengobatan

5. Melakukan kunjungan rumah dan menyuruh penderita agar

memanfaatkan klinik guna meningkatkan kesehatanya.

6. Memberi pelajaran dan nasehat kepada penderita dan

keluarga tentang penyakit bila hal ini

dijumpai/diketemukan penyakit yang diderita klien.

7. Melakukan penilaian kemandirian penderita

8. Memberi advokasi pada penderita

2.5 Pendekatan Perawatan Lanjut Usia

a. Pendekatan Fisik

Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2

bagian yaitu:

1. klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu

bergerak tanpa bantuan orang lain

2. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang

mengalami kelumpuhan atau sakit.

b. Pendekatan Psikis

Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan

pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat

berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala

7

sesuatu yang asing, sebagai penanmpung rahasia pribadi dan

sebagai sahabat yang akrab.

c. Pendekatan sosial

Mengatakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan

upaya perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan

berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk

menciptakan sosialisasi mereka.

d. Pendekatan Spiritual

Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batindalam hubungannya dengan tuhan atau agama yang dianutnya,terutama jika klien dalam keadaan sakit atau mendekatikematian.

2.6 Peran Dan Fungsi Perawat

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan orang

lain terhadap seseorang sesuai kependudukannya dalam, suatu

system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam

maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah perilaku

yang diharapkan dari seseorang pada sosisal tertentu. (Kozier

Barbara,1995:21).

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan

aktivitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan

pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenanganoleh

pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab

keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik

professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai

cirri terpisah demi kejelasan

Elemen peran

8

Menurut pendapat doheny (1982) ada beberapa elemen peran

perawat professional antara lain : care giver, client

advocate, counselor, educator, collabolator, coordinator

change agent, consultant dan interpersonal proses.

a. Care Giver

Pada peran ini perawat diharapkan mampu:

1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga,

kelompok atau masyarakat sesuai dengan diagnosis masalah

yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana

samapai pada masalah kompleks.

2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien,

perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan

signifikan dari klien

Perawat menggunakan proses keperawatan untuk

mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah

fisik sampai pada masalah psikologi.

b. Client advocate

Tugas perawat:

1. Bertanggung jawab membantu klien da keluarga dalam

menginterprestasikan informasi dari berbagai pemberi

pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang

diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas

tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.

2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan

karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan

berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah

anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klie,

9

sehingga dihaapkan perawat harus mampu membela hak-hak

klien.

Seseorang membela klien adalah pembela dari hak-hak klien.

Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatannapa yang terbaik

untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan

melindungi hak-hak klien. (Disparty, 1998:140).

Hak-hak klien antara lain:

1. Hak atas pelayanan sebaik-baiknya

2. Hak atas informasi penyakitnya

3. Hak atas privasi

4. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri

5. Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.

Hak-hak tenaga kesehatan antara lain:

1. Hak atas informasi yang benar

2. Hak bekerja sesuai standar

3. Hak untuk mengakhiri hubungan klien

4. Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok

5. Hak atas rahasia pribadi

6. Hak atas balas jasa

c. Counselor

Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan

mengatasi tekanan psikologi atau masalah social untuk

membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk

meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan

dukungan emosional dan intelektual.

Peran perawat:

10

1. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap

keadaan sehat sakitnya

2. Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam

merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasi

3. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada

individu atau keluarga dalam megintegrasikan pengalaman

kesehatan dengan pengalaman yang lalu

4. Pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan

d. Educator

Mengajar adalah merujuk kepada aktivitas dimana seseorag

guru membantu muridnya untuk belajar. Belajar adalah sebuah

proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar

dimana pembelajaran objek khusus atau keinginan untuk merubah

perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998:8). Inti dari

perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau

keterampilan secara teknis.

2.7 Lingkup Peran Dan Tanggung Jawab

Fenomena yang menjadi bidag garap keperawatan gerontik

adalah tindakan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia sebagai

akibat proses penuaan.

Lingkup asuhan keperawatan gerontik meliputi:

Pencegahan terrhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan

Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat

proses penuaan

Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi keterbatasan

akibat proses penuaan

11

Dalam prakteknya, perawat gerontik melakukan peran danfungsinya adalah sebagai berikut:

1. Sebagai care giver/pemberi asuhan keperawatan langsung

2. Sebagai pendidik klien lansia

3. Sebagai motivator

4. Sebagai advokasi klien

5. Sebagai konselor

Tanggung jawab perawat gerontik

1. Membatu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal

2. Membantu klien lansia memelihara kesehatannya

3. Membantu klien menerima kondisinya

4. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukannya

secara manusiawi sampai meninggal

Sifat pelayanan gerontik

1. Independen

2. Interdependen

3. Humanistic

4. Holistic

2.8 Proses Asuhan Keperawatan Lansia

1. Pengkajian

Pengkajian adalah sebuah proses untuk mengenal da

mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif dan negatif) pada

usia lanjut, baik secara indivudu maupun kelompok, yang

bermanfaat untuk mengetahui masalah dan kebutuhan usia lanjut,

serta untuk mengembagkan strategi promosi kesehatan.

12

Pengkajian keperawatan pada lansia merupakan proses kompleks

dan menantang yang harus mempertimbagkan kebutuhan lansia

melalui pengkajian-pengkajain untuk menjamin pendekatan lansia

spesifik, antara lain:

a. Pengkajian Data

1. Identitas Klien

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat penyakit atau masalah kesehatan saat ini

b. Riwayat penyakit atau masalah kesehatan yang lalu

3. Pengkajian Fisik

a. Pengkajian kebutuhan dasar

b. Kemandirian dalam melakuakan aktifitas

c. Pengkajian keseimbangan

Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

Gaya berjalan atau gerakan

d. Tanda-tanda vital dan status gizi:

e. Pengkajian secara head to toe atau per system

4. Pengkajian Psikososial

Pengkajian Status Mental Lansia

a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan

menggunakan Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)

b. Indentifikasi Aspek Kognitif dari fungsi mental dengan

menggunakan Mini Mental Status Exam (MMSE)

c. Identifikasi masalah emosional (Geriartic Depresion

Scale/GDS)

Pengkajian Status Sosial

Kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien

pada orang lain, harapan-harapan klien dalam melakukan

13

sosialisasi, hubungan dengan anggota keluarga, perilaku

kekerasan, penelantaran.

Pengkajian Prilaku Terhadap Kesehatan

Pengkajian Lingkungan

Pemanfaatan Layanan Kesehatan

Tingkat Pengetahuan/Sikap

2. Diagnosa Keperawatan

Fisik/Biologis

a. Gangguan Nutrisi : kurang/lebih dari kebutuhan tubuh

sampai dengan pemasukan yang tidak adekuat

b. Gangguan persepsi sensorik : pendengaran, penglihatan,

sampai dengan hambatan penerimaan dan pengiriman

rangsangan

c. Kurangnya perawatan diri sampai dengan penurunan minat

perawatan diri

d. Potensial cedera fisik sampai dengan penurunan fungsi

tubuh

e. Gangguan pola tidur sampai dengan kecemasan atau nyeri

f. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan

jalan napas atau adanya secret pada jalan nafas

g. Gangguan mobilitas fisik sampai dengan kekuatan sendi

3. Intervensi Keperawatan

Meliputi :

a. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaannya

b. Bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya

c. Menentukan prioritas

d. Klien mungkin puas dengan situasi demikian

e. Bangkitkan perubahan tapi jangan memaksakan

14

f. Keamanan atau rasa aman, rasa aman adalah utama yang

merupakan kebutuhan

g. Mencegah timbulnya masalah-masalah

h. Menyediakan klien cukup waktu untuk mendapatkan input

atau pemasukan

i. Menulis semua rencana dan jadwal

Tujuan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan

kebutuhan dasar antara lain :

1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

2. Peningkatan keamanan dan keselamatan

3. Memelihara kebersihan diri

4. Memelihara keseimbangan istirahat/tidur

5. Meningkatnya hubungan intrapersonal melalui komunikasi

efektif

BAB III

ASKEP PADA LANSIAN DENGAN GANGGUAN BIOLOGIS

(GANGGUAN NUTRISI)

3.1 Definisi

Malnutrisi adalah Suatu keadaan gizi yang buruk yang terjadi

karena tidak cukupnya asupan satu atau lebih nutrisi yang

membahayakan status kesehatan (Watson, Roger. 2003. Perawatan

Pada Lansia. Jakarta : EGC)

Gangguan gizi yang dapat terjadi karena tidak cukupnya

asupan nutrient esensial atau karena mal asimilasi. (Hincliff,

Sue. 1999. Kamus Keperawatan, Jakarta : EGC)

Malnutrisi adalah adalah kondisi gangguan minat yang

menyebabkan depresi agitasi, dan mempengaruhi fungsi

15

kognitif / pengambilan keputusan. Gangguan nutrisi terjadi

kalau diet mengandung satu atau lebih nutrient dalam jumlah

yang tidak tepat.

3.2 Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia

1. Kalori

Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan

metabolisme basal pada orang-orang berusia lanjut menurun

sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot dan

aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal,

karbohidrat 4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia

komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20%

dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan  kalori

untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk

lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi

berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak,

sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu

sedikit, maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga

tubuh akan menjadi kurus.

2. Protein

Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang

dewasa per hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia,

masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya

akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari

orang dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa

nitrogen (protein) oleh tubuh telah berkurang (disebabkan

pencernaan dan penyerapannya kurang efisien). Beberapa

penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi

proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang

16

dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya adalah pangan

hewani dan kacang-kacangan.

3. Lemak

Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari

total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang

terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi energi) dapat

menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh

darah ke jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak

tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = poly

unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam

lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak

mengandung asam lemak jenuh.

4. Karbohidrat dan serat makanan

Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah

sembelit atau konstipasi (susah BAB) dan terbentuknya

benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti

dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik

bagi lansia adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian

utuh. Manula tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat

(yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan konsumsi

seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan

zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap

tubuh. Lansia dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula-gula

sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks, yang

berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi

sebagai sumber energi dan sumber serat.

5. Vitamin dan mineral

17

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang

mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat,

vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan

dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan

sayuran, kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia

adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan

tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan

vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu

metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya

dikonsumsi secara teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan

serat.

6. Air

Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat

diperlukan tubuh untuk mengganti yang hilang (dalam bentuk

keringat dan urine), membantu pencernaan makanan dan

membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada

lansia dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.

3.3 Gangguan Sistem Pencernaan Lansia

Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan

penurunan metabolisme di sel lainnya. Proses ini menyebabkan

penurunan fungsi tubuh dan perubahan komposisi tubuh.

Perubahan pada sistem pencernaan yaitu :

1. kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodontal desease

yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain

meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk,

indera pengecap menurun akibat adanya iritasi yang kronis

dari selaput lendir, atropi indera pengecap (±80%) akibat

hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah

18

terutama rasa manis, asin, asam, pahit. Sekresi air ludah

berkurang sampai kira-kira 75% sehingga mengakibatkan

rongga mulut menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa.

2. Esofagus melebar akibat terjadinya penuaan esofagus berupa

pengerasan sfringfar bagian bawah sehingga menjadi

mengendur (relaksasi) dan mengakibatkan esofagus melebar

(presbyusofagus). Keadaan ini memperlambat pengosongan

esofagus dan tidak jarang berlanjut sebagai hernia hiatal.

3. Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah presofagus

tepatnya di daerah osofaring penyebabnya tersembunyi dalam

sistem saraf sentral atau akibat gangguan neuromuskuler

seperti jumlah ganglion yang menyusut sementara lapisan

otot menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan

pengosongan usofagus.

4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun).

Lapisan lambung menipis diatas 60 tahun, sekresi HCL dan

pepsin berkurang, asam lambung menurun, waktu pengosongan

lambung menurun dampaknya vitamin B12 dan zat besi menurun,

peristaltic lemah dan biaanya timbul konstipasi.

5. Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu). Berat

total usus halus berkurang diatas usia 40 tahun meskipun

penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal,

kecuali kalsium (diatas 60 tahun) dan zat besi, liver (hati)

. Penurunan enzim hati yang terlibat dalam oksidasi dan

reduksi,yang menyebabkan metabolisme obat dan detoksifikasi

zat kurang efisien.

6. Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses

perubahan kompleks  karbohidrat menjadi disakarida. Fungsi

19

ludah sebagai pelican makanan berkurang sehingga proses

menelan menjadi sukar.

7. Keluhan-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di

perut dan sebagainya, seringkali disebabkan makanan yang

kurang dicerna akibat berkurangnya fungsi kelenjar

pencernaan. Juga dapat disebabkan karena berkurangnya

toleransi terhadap makanan terutama yang mengandung lemak.

8. Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang

disebabkan karena kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu

makan bisa disebabkan karenanya banyaknya gigi yang sudah

lepas. Dengan proses menua bisa terjadi gangguan motilits

otot polos esophagus, bisa juga terjadi  refluks disease

(terjadi akibat refluks isi lambung ke esophagus), insiden

ini mencapai puncak pada usia 60 – 70 tahun.

3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada

Lansia

Adanya perubahan – perubahan fisik,psikologik dan social

akan berakibat pada pemenuhan nutrisi lansia. Oleh karena

lansia sebagian besar mempunyai resiko terjadinya gangguan

pemenuhan nutrisi dibandingkan dengan kelompok usia yang lain,

yang disebabkan oleh beberapa factor resiko antara lain :

1. Tinggal sendiri: seseorang yang tinggal sendiri sering tidak

memperdulikan tugas memasak untuk menyediakan makanan

2. Kelemahan fisik: akibat kelemahan fisik sehinga menyebabkan

kesulitan untuk berbelanja atau memasak, mereka tidak mampu

merencanakan dan menyediakan makanannya sendiri.

20

3. Kehilangan: terutama terlihat pada pria lansia yang tidak

pernah memasak untuk mereka sendiri, mereka biasanya tidak

memahami nilai suatu makanan yang gizinya seimbang.

4. Depresi: menyebabkan kehilangan nafsu makan, mereka tidak

mau bersusah payah berbelanja, memasak atau memakan

makanannya.

5. Pendapatan yang rendah: ketidak mampuan untuk membeli

makanan yang cermat untuk meningkatkan pengonsumsian makanan

yang bergizi.

6. Penyakit saluran cerna: termasuk sakit gigi dan ulkus.

Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan

gigi atau ompong, Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran

rasa lapar menurun, asam lambung menurun, berkurangnya

indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa

manis, asin, asam, dan pahit, gerakan usus atau gerak

peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi,

penyerapan makanan di usus menurun

7. Penyalahgunaan alkohol: penyalah gunaan alcohol mengurangi

asupan kalori atau nonkalori seperti asupan energy dengan

sedikit factor nutrisi lain.

8. Obat-obatan : lansia yang mendapatkan banyak obat

dibandingkan kelompok usia lain yang lebih muda ini

berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan

mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.

3.5 Dampak Malnutrisi

Malnutrisi yang lama pada lansia akan berdampak pada

kelemahan otot dan kelelahan karena energi yang menurun.

Lansia dengan mal nutrisi beresiko tinggi terhadap

21

terjatuh/mengalami ketidakmampuan dalam mobilisasi yang

menyebabkan cedera.

Kaum manula yang mendorong kesalahan gizi dapat dibagi

menjadi 3 kelompok :

a. Malnutrisi umum

Diet tidak mengandung beberapa nutrient dalam jumlah yang

memadai.

b. Defisiensi nutrient tertentu

Terjadi bila suatu makanan atau kelompok makanan tertentu

tidak ada dalam diet. Contoh : defisiensi zat besi pada manula

yang keadaan gigi geliginya jelek sehingga tidak makan daging

karena kesulitan mengunyah dan konsumsi vit. C yang rendah

pada manula yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama

mengalami diet lambung.

c. Obesitas

Disebabkan oleh kebiasaan makan yang jelek sejak usia muda.

Gerakan manula yang gemuk akan menjadi lebih sulit.

3.6 Gangguan Nutrisi Pada Lansia

1. Obesitas

Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan

lemak yang berlebihan, dimana kelebihan lemak tubuh

melebihi dari 20% dari jumlah yang di anjurkan untuk tinggi

dan usia seseorang. Pola konsumsi yang berlebihan terutama

yang mengandung lemak, protein dan karbohidrat yang tidak

sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pencetus berbagai seperti

Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Strok, seta Diabetes

Melitus.

2. Osteoporosis

22

Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan

oleh penurunan densitas tulang akibat kurangnya konsumsi

kalsium dalam jangka waktu yang lama. Mencapai maksimum

pada usia 35 tahun pada wanita dan 45 tahun pada pria.

3. Anemia

Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil

yang tidak normal, kimia yang bertugas membawa oksigen di

seluruh tubuh yang disebabkan kurang Fe, asam folat, B12

dan protein. Akibatnya akan cepat lelah, lesu, otot lemah,

letih, pucat, kesemutan, sering pusing, mata berkunang-

kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.

4. Kekurangan vitamin

Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di

tambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya

nafsu makn berkurang, penglihatan menurun, kulit kering,

penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

5. Kekurangan anti oksidan

Anti oksidan (banyak dijumpai dalam buah-buahan dan

sayuran) mampu menangkal efek merusak radikal bebas

terhadap tubuh, sehingga konsumsi yang kurang dapat

meningkatkan resiko berbagai penyakit akibat radikal bebas,

seperti serangan jantung dan stroke, katarak, persendian

hingga menurunnya penampilan fisik seperti kulit menjadi

keriput.

7. Sulit buang air besar karena pergerakan usus besar semakin

lambat, makanan lambat diolah dalam tubuh. Akibatnya, buang

air besar jadi jarang.

8. Kelebihan gula dan garam

23

1. Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah,

terutama pada orangtua

2. Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk,

meningkatkan kolesterol dan

gula darah, karena itu sebaiknya kurangi konsumsi gula dan

garam

3.7 Status Gizi Pada Usia Lanjut

1. Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status

gizi lansia cenderung mengalami kegemukan/obesitas

2. Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai

sedikit, akibatnya cenderung kegemukan/obesitas

3. Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan,

akibatnya cenderung kegemukan/obesitas

4. Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi

tidak enak dan nafsu makan menurun, akibatnya lansia

menjadikurang gizi (kurang energi protein yang kronis

5. Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan

makan yang berserat (sayur, daging) dan cenderung makan

makanan yang lunak (tinggi klaori), hal ini menyebabkan

lansia cenderung kegemukan/obesitas

6. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan,

hal ini mengganggu penyerapan vitamin dan mineral,

akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro

7. Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air

besar, sehingga lansia menderita wasir yang bisa

menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya anemia

24

8. Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat

menurunkan nafsu makan yang menyebabkan kurang gizi dan

hepatitis atau kanker hati

9. Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan

untuk menyiapkan makanan sendiri dan menjadi kurang gizi

10. Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis),

akibatnya nafsu makan menurun dan menjadi kurang gizi

11. Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi

menurun akibatnya menjadi kurang gizi

12. Demensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi

lupa makan, yang dapat menyebabkan kegemukan atau pun

kurang gizi.

3.8 Penatalaksanaan

1. Memperhatikan kebutuhan gizi pada lansia. Kecukupan energy

sehari yan dianjurkan untuk pria berusia lebih tua atau sama

dengan 60 tahun dengan berat badan sekitar 62 kg adalah 2200

kkal sedangkan untuk perempuan adalah 1850 kkal

2. Memperhatikan bentuk dan variasi makanan yang menarik agar

tidak membosankan (bentuk cair, bubur saring, bubur, nasi

tim, nasi biasa)

3. Menambah makanan cair lain / susu bila lansia tidak bias

menghabiskan makanannya

4. Bila terdapat penyakit metabolic seperti DM, gula sederhana

dihindari, bila terdapat penyakit gagal ginjal sebaliknya

dipilih asam amino yang esensial.

Perubahan sederhana untuk memperbaiki diet bagi manula yaitu

:

25

1. Minum satu gelas sari buah yang murni (jangan dicampuri air

ataupun gula)

2. Sarapan dengan biji-bijian utuh (misalnya havermout, beras

merah) dan telur setiap pagi

3. Mengusahakan makan daging atau ikan paling tidak sekali

dalam sehari

4. Minum segelas susu pada waktu akan tidur

5. Paling sedikit makan satu porsi sayuran setiap hari.

3.9 Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian Data

1. Identitas Klien

Meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, Status perkawinan,

Alamat, Suku, Agama, Pekerjaan/penghasilan, Pendidikan

terakhir.

2. Riwayat Kesehatan

Riwayat Penyakit Atau Masalah Kesehatan Sekarang

Pada lansia mengalami masalah pada pola makan, nafsu makan

berkurang, sulit mengunyah makanan sehinngga terjadi

penurunan BB pada beberapa kasus. Selain itu klien juga

sering pusing ketika ia terlalu banyak melakukan aktifitas

dan badannya terasa letih dan lemah.

Riwayat Penyakit Atau Masalah Kesehatan Dahulu

Meliputi penyakit yang pernah diderita oleh klien tetapi

masih berhubungan dengan penyakit sekarang, misalnya :

gastritis, dispepsia, DM, obesitas dll.

Riwayat Kesehatan Keluarga

26

Berisi tentang penyakit yang pernah diderita oleh keluarga

klien, baik berhubungan dengan panyakit yang diderita oleh

klien maupun penyakit keturunan dan menular lainnya.

3. Pemeriksaan Fisik

Pengkajian kebutuhan dasar

Kaji bagaimana pemenuhan kebutuhan dasar klien meliputi :

makan, pola tidur, BAB, BAK dan personal hygine.

Kemandirian dalam melakuakan aktifitas

Kaji kemandirian klien dalam melakukan aktifitas apakah

mandiri, membutuhkan bantuan sebagian atau membutuhkan

bantuan sepenuhnya. Pada beberapa lansia biasanya

mengalami intoleransi aktifitas atau kegiatan fisik yang

dilakukan kurang.

Pengkajian keseimbangan

Menurut Tinenti dan Ginter (1998) ada beberapa pengkajian

keseimbangan untuk

klien lansia yaitu :

a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

Instruksi :

Dudukkan klien pada kursi beralas keras dan tanpa

penahan tangan, ujilah hal-hal dibawah ini :

Keseimbangan saat duduk

1) Bersandar atau bertumpu pada kursi =0

2) Mantap, aman =1

Skor (0)

1.Bangkit berdiri

1) Tidak stabil bila tanpa bantuan =1

27

2) Mampu berdiri menggunakan kedua tangan

untuk sokongan =1

3) Mampu berdiri tanpa dibantu sokongan lengan

sendiri =2

Skor (1)

2.Upaya untuk bangkit berdiri

1) Tidak mampu tahan lama =0

2) Mampu untuk melakukan tetapi membutuhkan

upaya lebih satu kali =1

3) Mampu bangkit berdiri dengan satu kali upaya

=2

Skor (2)

3.Keseimbangan setelah tiba-tiba berdiri (5 detik

pertama)

1) Tidak tetap (bergoyang, menggerakkan kaki)

=0

2) Tetap stabil namun menggunakan tongkat atau

penyokong lainnya =1

3) Tetap stabil tanpa menggunakan tongkat atau

penyokong lainnya=2

Skor (2)

4.Keseimbangan saat berdiri

1) Tidak stabil =0

2) Tetap stabil namun dengan kedudukan kaki yang

lebar atau menggunakan alat bantu =1

3) Kedudukan kaki yang sempit dan tidak

memerlukan alat penyokong =2

Skor (2)

28

5.Pertahankan akan keseimbangan diri (kaki pasien

berposisi serapat mungkin dan dorong lembut

area sternum sebanyak 3 kali)

1) Mulai terjatuh =0

2) Bergoyang dan menggapai-gapai namun akhirnya

mendapat keseimbangan =1

3) Tetap stabil =2

Skor (2)

6.Mata tertutup (dengan posisi sama dengan nomor

6)

1) Tidak stabil =0

2) Stabil =1

Skor (1)

7.Upaya untuk duduk

1) Tidak aman (salah pikiran mengenai jauhnya

jarak

atau terjatuh ke atas kursi) =0

2) Mempergunakan tangan =1

3) Gerakan yang halus serta aman =2

Skor (1)

b. Komponen gaya jalan atau gerakan

Instruksi :

Pasien berdiri bersama dengan pasien kemudian

berjalan dalam lorong atau menyebrangi ruangan,

pertama dengan irama yang perlahan kemudian pada

saat balik dengan irama yang cepat. Dapat

digunakan tongkat bila pasien biasanya

menggunakannya.

29

Ayunan kaki kanan

a. Permulaan gaya berjalan

1) Terdapat keraguan atau beberapa gaya untuk

memulainya =0

2) Tidak ada keraguan =1

Skor : 0

b. Panjangnya langkah dan tinggi tubuh pasien

1) Tidak dapat melewati kaki kiri saat melangkah =0

2) Ayunan langkah melewati kaki kiri =1

3) Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya =0

4) Dapat menjejakkan kaki seluruhnya =1

Skor : 1

Ayunan kaki kiri

1) Tidak dapat melewati kaki kanan saat melangkah

=0

2) Ayunan langkah melewati kaki kanan =1

3) Tidak mampu menjejakkan kaki seluruhnya =0

4) Dapat menjejakkan kaki seluruhnya =1

Skor : 2

c. Kesimetrisan langkah

1) Langkah kaki kiri dan kanan tidak sebanding =0

2) Langkah kaki kiri dan kanan seimbang =1

Skor : 1

d. Keberlanjutan langkah

1) Berhenti atau tidak dapat melanjutkan langkah

berikutnya =0

2) Langkah-langkah yang diayunkan tampak

berkesimbungan =1

30

Skor : 1

e. Jalur berjalan

1) Ada penyimpangan =0

2) Penyimpangan langkah ringan atau menengah

atau klien menggunakan tongkat penyokong

=1

3) Berjalan lurus tanpa adanya alat bantu =2

Skor : 2

f. Bagian torso tubuh

1) Adanya gerakan mengayun atau klien

menggunakan alat penyokong =0

2) Tidak terjadi gerakan mengayun namun

terjadi fleksi lutut atau perentangan saat

berjalan =0

3) Tidak terjadi gerakan mengayun,

penggunaan lengan atau alat sokong =2

Skor : 0

g. Pertahankan keseimbangan saat berjalan

1) Tumit-tumit terpisah =0

2) Tumit-tumit hampir bersentuhan saat berjalan

=1

Skor : 0

Total Skor : 19

Interprestasi hasil :

0-8 = Resiko jatuh tinggi

9-18 = Resiko jatuh sedang

19-22 =

Resiko jatuh rendah

31

Kesimpulan : Resiko Jatuh sedang

Tanda-tanda Vital

TD, Nadi, Suhu, RR , TB, pada klien lansia BB : Biasanya

terjadi perubahan berat badan. Difokuskan pada kehilangan

atau pertambahan berat badan saat ini

Pemeriksaan Per Sistem

A. Sistem PernafasanAnamnesa : pada beberapa lansia biasanya ada yang memiliki gangguan pada sistem pernafasan seperti asma, batuk, dll.HidungInspeksi : ada/tidak ada pernafasan cuping hidung,

ada/tidak ada secret/ingus, ada/tidak ada pemberian O2 melalui nasal/masker.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada fraktur tulang nasalMulutInspeksi : mukosa bibir pucat dan kering/lembab,

ada/tidak menggunakan alat bantu nafas ETTLeherInspeksi : bentuk leher normal dan simetrisPalpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada pembesaran kalenjer tiroidFaringInspeksi : tidak ada kemerahan dan tanda-tanda infeksi/oedemArea DadaInspeksi :ada/ tidak ada penggunaan otot bantu

pernafasan, pergerakan dada simetris, bentuk dada normal.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan pada dinding thorax.

Perkusi : bunyi paru sonor pada seluruh lapang paru.Auskultasi : suara nafas vesikuler

B. Kardiovaskuler Dan Limfe Anamnesa :

32

WajahInspeksi : pucat dan konjungtiva anemisLeherInspeksi : tidak ada bendungan vena jugularisPalpasi : tidak ada nyeri tekanDadaInspeksi : bentuk dada normal dan simetrisPalpasi : tidak ada pembesaran ictus cordisPerkusi : adanya bunyi redup pada batas jantung dan

tidak terjadi pelebaran atau pengecilanAuskultasi : bunyi jantung normalEkstermitas atasInspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan

clubbing fingerPalpasi : suhu akral hangatEkstermitas bawahInspeksi : perfusi merah, tidak ada sianosis dan

clubbing fingerPalpasi : suhu akral hangat

C. PersyarafanAnamnesa : pada beberapa lansia biasanya mengalami gangguanpada uji nervus olfakturius, akustikus dan vagus.

D. Perkemihan-Eliminasi UriAnamnesa : Pada lansia dengan DM biasanya akan mengalami poliuria

E. Sistem Pencernaan-Eliminasi AlviAnamnesa : pada lansia biasanya nafsu makan menurun, pola makan tidak teratur, porsi makan dan minum tidak sesuai, mual muntah, distensi, disfagia, gangguan defekasi (konstipasi), pola BAB tidak teratur dan perubahan berat badan (penurunan/pertambahan) MulutInspeksi : Mukosa bibir pucat dan kering/lembab, jumlah gigisudah tidak lengkap

(ompong), kerusakan pada gigi, karises dan radang pada gusi.

Palpasi : ada/Tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,

33

LidahInspeksi : Bentuk simetris, ada/tidak stomatitisPalpasi : ada/Tidak ada nyeri tekan dan edema.AbdomenInspeksi : ada/tidak terdapat pembesaran abdomen (distensi abdomen).Auakultasi : peristaltic ususPerkusi : hipertympani/timpaniPalpasiKuadran IHepar ada/tidak terdapat hepatomegali dan nyeri tekanKuadran IIGaster ada/tidak ada nyeri tekan abdomen dan ada/tidak terdapat distensi abdomenKuadran IIITidak ada massa dan nyeri tekanKuadran IVTidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney

F. Sistem Muskuloskeletal Dan IntegumenAnamnesa : intoleransi aktifitas, pada beberapa lansi

biasanya bentuk tulang belakanglordosis/skoliosis

Warna Kulit Tidak elastis dan turgor kulit menurun (kering)

G. Sistem Endokrin dan EksokrinAnamnesa : Pada lansia dengan DM terdapat riwayat

(3P:poliuri,polifagia,polidipsia), lemah, kesulitanmenelan, perubahan BB.

Kepala Inspeksi : Bentuk kepala normal, tampak pada rambut sudah mengalami penurunan fungsi pigmentasi (rambut beruban), rambut kepala mulai jarang (mengalami kerontokan).Leher Inspeksi : bentuk leher simetris.Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tyyroid, dan tidakada nyeri tekan.

34

H. Persepsi SensoriAnamnesa : pada lansia biasanya mengalami gangguan

penglihatan, penurunanpendengaran, mata berkunang-kunang.

MataInspeksi : kekeruhan pada lensaPalpasi : ada/tidak ada nyeri dan ada/ tidak ada

pembengkakan kelopak mataPenciuman-(hidung)Palpasi :ada/tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan

1.6 Pengkajian Psikososial

Pengkajian Status Mental Lansia

a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan

menggunakan Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)

Instruksi :

Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua

jawaban.

Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan

Bena

r

Sal

ah

No Pertanyaan

√ 01 Tanggal berapa hari ini ?√ 02 Hari apa sekarang ini ?√ 03 Apa nama tempat ini ?√ 04 Dimana alamat anda ?√ 05 Berapa umur anda ?√ 06 Kapan anda lahir ? (Minimal tahun

lahir)√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?

√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?√ 09 Siapa nama ibu anda ?

35

√ 10 Kurang 3 dari 20 dan tetap dikurangi

3 dari setiap angka baru, semua

secara menurun7 3

Score total : 7

Interprestasi hasil :

1. Salah 0-3 = Frekuensi intelektual utuh

2. Salah 4-5 = Frekuensi intelektual ringan

3. Salah 6-8 = Frekuensi intelektual sedang

4. Salah 9-10 = Frekuensi intelektual berat

Kesimpulan :

SPSMQ = Intelektual utuh

b. Indentifikasi Aspek Kognitif dari fungsi mental dengan

menggunakan Mini Mental Status Exam (MMSE)

No Aspek

kogniti

f

Nilai

maksimu

m

Nila

i

klie

n

Kriteria

1 Orienta

si

5 4 Menyebutkan dengan benar

a. Tahun

b. Musim

c. Tanggal

d. Hari

e. BulanOrienta

si

5 5 Dimanakah kita sekarang?

a. Negara Indonesia

b. Propinsi Bengkulu

c. Kota Bengkulu

36

d. Kecamatan....

e. Rumah.....2 Registr

asi

5 5 Sebutkan nama objek

(oleh pemeriksa) 1 untuk

mengatakan masing-masing

objek kemudian tanyakan

kepada klien ketiga

objek tadi (untuk

disebutkan)

a. Objek……..

b. Objek……..

c. Objek……..3 Perhati

an dan

kalkula

si

5 3 Minta klien untuk

memulai dari angka 100

kemudian di kurangi 7

sampai 5 kali/ tingkat

a. 93

b. 86

c. 79

d. 72

e. 654 Menging

at

3 3 Minta klien untuk

mengulangi ketiga objek

pada no. 2 (regitrasi)

tadi, bila benar 1 point

untuk masing-masing

objek5 Bahasa 9 2 Tunjukkan pada klien

37

suatu benda dan tanyakan

namanya pada klien

a. (misal jam tangan)

b (misal pensil)0 Minta klien untuk

mengulang kata berikut :

“Tak ada jika, dan,

atau, tetapi” Bila

benar, nilai satu poin.

c. Pernyataan benar 2

buah : tak ada, tetapi5 Minta klien untuk

mengikuti perintah

berikut yang terdiri

dari : “Ambil kertas

tangan anda, lipat dua

dan taruh di lantai”

d. Ambil kertas

ditangan anda

e. lipat dua

f. taruh dilantai

perintah klien untuk hal

berikut (bila aktivitas

sesuai perintah nilai

satu point)

g. tutup mata anda

perintah klien untuk

menulis satu kalimat dan

38

menyalin gambar

h. tulis satu kalimat

i. Menyalin gambarTotal : 24

Interpensi hasil :

> 23 : Aspek kognitif dari fungsi baik

< 23 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental

Kesimpulan:

MMSE = Aspek kognitif dari fungsi baik.

c. Identifikasi masalah emosional (Geriartic Depresion

Scale/GDS)

Pertanyaan tahap I

a.Apakah klien mengalami sukar tidur?

Jawaban : Tidak

b. Apakah klien sering merasa gelisah?

Jawaban : Tidak

c. Apakah klien sering murung atau menangis sendiri?

Jawaban : Tidak

d. Apakah klien sering was-was atau kuatir?

Jawaban : Tidak

Jawaban : Ya > 1 Lanjut pertanyaan tahap II

Ya < 1 Pertanyaan hanya pada tahap I

Kesimpulan :

Masalah emosional positif (+)

Pengkajian Status Sosial

Pada beberapa lansia yang tinggal seorang diri baik karena

tempat tinggalnya terpisah dengan anaknya atau pasangannya

39

telah meninggal mungkin lebih beresiko merasa depresi dan

kesepian.

Pengkajian Prilaku Terhadap Kesehatan

Kaji kebiasaan merokok klien, penggunaan alkohol atau

Penggunaan obat-obatan tanpa resep yang bisa mempengaruhi

kebutuhan nutrisi pasien

Pengkajian Lingkungan

Kaji keadaan serta suasana rumah klien, sanitasi serta

factor-faktor resiko yang ada dilingkungan klien.

Pemanfaatan Layanan Kesehatan

Kaji apakah klien sering datang untuk kunjungan keposyandu

lansia, kunjungan kepuskesmas atau rumah sakit atau dokter

atau tenaga kesehatan dan apakah klien memliki pembiayaan

kesehatan atau asuransi kesehatan

Tingkat Pengetahuan/Sikap

Kaji bagaimana tingkat pengetahuan klien tentang kesehatan

atau keperawatan dan sikap klien tentang kesehatan atau

keperawatan

40

II. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM1.

2.

S:Biasanya klien mengeluh :- Nafsu makan menurun- Sulit menelan- Perut kembung/rasa

tidak enak pada perut- Mual muntah- Letih dan lemahO : - Penurunan berat badan- Gigi tdak lengkap- Sariawan - Membrane mukosa pucat- Bising usus

hiperaktif- Konstipasi

S:Biasanya klien mengeluh :- Konsumsi makanan yang

berlebihan- Kesulitan makan yang

berserat (sayur dan buah)

- Cenderung makan

Pemasukan nutrisi yang tidak adekuat

Intake nutrisi yang berlebihan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

41

makanan yang lunak (tinggi klaori)

- Kegiatan fisik berkurang

O : - Pertambahan berat

badan- Gigi tidak lengkap- Obesitas - konstipasi

42

III. INTERVENSI

Inisial Pasien :

Tanggal :

Diagnosa Keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh

NIC NOC

INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan

Ketidakseimbangan nutrisi:

kurang dari kebutuhan

tubuh pasien teratasi

dengan kriteria hasil:

Manajemen Nutrisi

Definisi :

Panduan atau

Kaji :

- Periksa apakah pasien

mempunyai alergi makanan

- Nafsu makan - Keinginan makan (5)

- Makanan kesukaan (5)

- Masukan makanan (5)

43

penyediaan asupan

makanan dan cairan

untuk diet

seimbang.

- Pastikan kesukaan makanan

pasien

- Monitor catatan asupan

nutrisi dan kalori

- Tentukan kemampuan pasien

untuk mendapatkan

kebutuhan nutrisinya

- Monitor catatan asupan

nutrisi dan kalori

- Izinkan diet sebagai

gaya hidup pasien,

sesuai kebutuhan

HE :

- Anjurkan asupan kalori

sesuai untuk tipe tubuh

dan gaya hidup

- Anjurkan asupan makanan

zat besi yang meningkat

- Status nutrisi :

masukan nutrisi

- Status Nutrisi:Intake Makanandan Cairan

- Status Nutrisi: Intake Nutrisi

- Masukan nutrisi (5)

- Masukan kalori (5)

- Masukan protein (5)

- Masukan karbonhidrat (5)

- Masukan vitamin (5)

- Masukan mineral (5)

- Intake makanan di mulut

(5)

- Intake di saluran

makanan (4)

- Intake cairan di mulut

(4)

- Intake kalori (5)

- Intake ptotein (5)

44

sesuai kebutuhan

- Anjurkan asupan protein

zat besi dan vitamin C

yang meningkat sesuai

kebutuhan

- Ajarkan pasien bagaimana

menjaga makanan

hariannya , sesuai

kebutuhan.

- Berikan informasi yang

sesuai tentang kebutuhan

nutrisi dan bagaimana

mendapatkannya

- Yakinkan bahwa diet

terdiri dari tinggi

serat untuk mencegah

konstipasi.

Mandiri :

- Pengontrolan Berat Badan

- Intake lemak (5)

- Intake karbohidrat (5)

- Intake vitamin (5)

- Intake kalsium (5)

- Kontrol berat badan (5)

- Mempertahankan intake

kalorioptimal harian (5)

- Menyeimbangkan latihan

dengan intake kalori (4)

- Memilih nutrisi makanan

dan snack (4)

- Mempertahankan pola

makan yang dianjurkan

(5)

45

- Berikan pasien makanan

tinggi protein, kalori,

makanan-makanan yang

bergizi dan minuman yang

dapat mulai dikonsumsi,

sesuai kebutuhan

- Timbang pasien dengan

interval yang sesuai

Berikan pengganti gula

sesuai kebutuhan

Kolaborasi :

- Pertimbangkan dalam

hubungannya dengan ahli

gizi, sesuai kebutuhan,

jumlah kalori dan tipe

nutrisi yang diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi

46

47

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Manusia Lanjut Usia (MANULA) adalah manusia yang sedang

mengalami proses menua atau menjadi tua yaitu suatu proses

alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap

kehidupannya yaitu anak, dewasa dan tua. Memasuki usia tua

berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang

ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai

ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk

dan figur tubuh yang tidak proporsional.

Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada

kesehatan lansia. Faktor-faktor fisiologis yang dapat

dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada lansia

adalah menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi

rasa dan peningkatan kolesistokinin yang dapat memengaruhi

keinginan untuk makan dan peningkatan rasa kenyang. Proses

penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu proses

penyerapan vitamin pada berbagai tingkatan yang luas. Namun,

laporan-laporan terakhir mengindikasikan bahwa lansia

mengalami defisiensi vitamin B12, vitamin D dan asam folat.

Manusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok

rentan gizi, meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan

badan , bahkan sebaliknya sudah terjadi involusi dan

degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan

48

terhadap kondisi gizi disebabkan kondisi fisik, baik anatomis

maupun fungsionalnya.

DAFTAR PUSTAKA

www.google.co.id

www.wikipedia.co.id

www.scribd.com

Asuhan keperawatan lanjut usia

49