panduan - bina keluarga lansia integrasi - GoLantang - BKKBN

119
PANDUAN BINA KELUARGA LANSIA INTEGRASI LANSIA SEHAT, AKTIF, MANDIRI, PRODUKTIF & BERMARTABAT MENUA ITU PASTI, SEJAHTERA ITU PILIHAN Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Transcript of panduan - bina keluarga lansia integrasi - GoLantang - BKKBN

PANDUANBINA KELUARGA LANSIAINTEGRASILANSIA SEHAT , AKTIF , MANDIRI , PRODUKTIF & BERMARTABAT

MENUA ITU PASTI, SEJAHTERAITU PILIHAN

Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan RentanBadan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

2020

TIM PENYUSUNPENYUSUNErisman, S.Si, M.Si (DirHanlan, BKKBN)DR. Sudibyo Alimoeso, MA (Ketua Umum Ikatan Praktisi dan Ahli ParentingIndonesia(iParent)/Direktur Center For Family and Ageing Studies(CeFAS, URINDO)dr. Elsa Pongtuluran, M.Kes (BKKBN)Sumiyati, SE (BKKBN)Erika Herry, S.Si (BKKBN)

KONTRIBUTORDrs. Rudy Budiman (DirLaptik, BKKBN)Dr. Mahyuzar, M.Si (Dirtifdok BKKBN)N. Nurlina Supartini, S.Kp, MPH (KEMENKES RI)dr. Yetty Mindo Parulian Silitonga (KEMENKES RI)Tina Priyandari, SE., MM (KEMENSOS RI)Wandansari (KEMENSOS RI)Wahyu Suharto (Kasubdit Sosial & Budaya, Ditjen Bina Bangda Kemendagri)Jodi Frency (Kepala Seksi Wilayah I, Subdit Sosial & Budaya, Ditjen Bina Bangda Kemendagri)Dra. Aswarni, M.Si (PPAPP Prov DKI Jakarta)dr. Iin Nadzifah Hamid (Perwakilan BKKBN Prov DIY)Sri Sudarwati (OPD Kab. Batanghari Jambi)Dra Cilawaty Lahabu (OPD Kab. Gorontalo)Sitti Arifah,S.Sos.M.Si (OPD Kota Samarinda, Kalimantan Timur)Dewi Endah (Perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim)Arsyad (Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu)Hartatik Sulistyoningsih, S.Kom, M.Eng (BKKBN)Rezki Murwanto, S.Kom, MPH (BKKBN)Hemiliana Dwi Putri, S.Psi, Psi (BKKBN)Rani Widashanti,S.Sos, M.Si (BKKBN)dr. Mila (BKKBN)Titik Puspa Dewi, SE (BKKBN)Fajar Siddiq, S.Kom (BKKBN)

PEMBAHASdr. Erna Mulati, M.Sc., CMFM (Direktur Kesehatan Keluarga KEMENKES RI)Drs. Andi Hanindito, M.Si.(Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, KEMENSOS RI)Prof, Dr. drg. Tri Budi W.Rahardjo, MS (Rektor dan guru besar gerontologi URINDO, dan Counsilmember Of Active Ageing Consortium Asia Pasific)

Kata Sambutan

Kata Pengantar

Tim Penyusun

Daftar Isi

BAB I.    PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A.  Latar Belakang ........................................................................................................... 1

B.  Dasar Hukum ............................................................................................................... 3

C.  Tujuan ............................................................................................................................ 5

D.  Sasaran ......................................................................................................................... 6

E.  Batasan Pengertian ................................................................................................... 7

BAB II.   KEBIJAKAN DAN STRATEGI BKL TERINTEGRASI............................................. 10

A.  Kebijakan .................................................................................................................... 10

C.  Strategi Pelaksanaan ............................................................................................... 11

BAB III.  PENGELOLAAN BKL TERINTEGRASI .................................................................. 12

A.  Prinsip Dasar Kegiatan .......................................................................................... 12

1.   Bina Keluarga Lansia (BKL) ............................................................................. 12

2.   Posyandu Lansia ................................................................................................ 15

3.   Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) ........................................................... 16

4.   Pengintegrasian Kegiatan BKL, Posyandu Lansia dan PUSAKA.......... 18

5.   Sekolah Lansia. ................................................................................................... 21

B.  Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan ..................................................................... 24

1.   Persiapan .............................................................................................................. 24

2.   Pelaksanaan ......................................................................................................... 24

C.  Peran Mitra Kerja .................................................................................................... 29

D.  Kader Pelaksana ....................................................................................................... 31

E.  Sarana dan Prasarana .............................................................................................. 32

F.   Pendanaan ................................................................................................................. 32

BAB IV. PENCATATAN DAN PELAPORAN ..................................................................... 33

A. Pencatatan .................................................................................................................. 33

B. Pelaporan ..................................................................................................................... 34

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI

A. Tujuan........................................................................................................................ 34

B. Waktu............................................................................................................................... 34

C. Pelaksanaan..................................................................................................................... 36

D. Instrumen Monitoring dan Evaluasi ......................................................................... 36

BAB VI. PENUTUP.................................................................................................................... 37

Lampiran

Daftar Pustaka

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berdasarkan data statistik penduduk lanjut usia (BPS, 2019), pada tahun 2019,

persentase penduduk lanjut usia (Lansia) mencapai 9,60 persen atau sekitar 25,64

juta orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang bertransisi menuju

fenomena penuaan penduduk, sehingga yang harus diperhatikan salah satunya adalah

menjaga agar kondisi dan kualitas hidup Lansia agar tetap sehat, salah satu faktor

yang mempengaruhi kualitas dan kesehatan para Lansia tersebut yaitu adanya peran

keluarga.

Fenomena penuaan penduduk juga tidak luput adanya permasalahan terkait dengan

kesehatan, ekonomi, sosial dan lingkungan yang harus menjadi perhatian oleh para

pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Namun

seringkali program-program yang dijalankan dalam rangka mewujudkan pelayanan

kesehatan bagi Lansia berjalan parsial dan masing-masing sehingga tidak

mendapatkan hasil yang maksimal.

1

Indonesia sedang bertransisi menuju fenomena penuaan penduduk, sehinggayang harus diperhatikan salah satunya adalah menjaga agar kondisi dankualitas hidup Lansia agar tetap sehat, salah satu faktor yang mempengaruhikualitas dan kesehatan para Lansia tersebut yaitu adanya peran keluarga..."

Ada berbagai program kelanjutusiaan yang dijalankan oleh kementerian/lembaga dan

mitrakerja yang berada didalam komunitas, diantaranya Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana (BKKBN) melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL),

Kementerian Kesehatan melalui kegiatan Posyandu Lansia, Kementerian Sosial

melalui Pusat Santunan Keluarga(PUSAKA) dan Sekolah Lansia yang dikelola oleh

Universitas Respati Indonesia (Urindo) dan Indonesia Ramah Lansia (IRL).

Keempat program tersebut memiliki tujuan yang sama dalam upaya meningkatkan

kesehatan dan kesejahteraan Lansia menjadi Lansia yang sehat, aktif, mandiri,

produktif dan bermartabat. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan program

kelanjutusiaan di komunitas dan manfaatnya dapat dirasakan oleh keluarga Lansia

dan Lansia itu sendiri, maka diharap penting dilakukan sinergitas program antara

kementerian/lembaga dan mitra kerja terkait.

2

B. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 190, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3976);

2.  Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

3. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan

dan Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5080);

4. Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pengintegrasian

Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu.

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem

Informasi Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor

319, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5614);

3

7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

8. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017 tentang Gerakan Pemberdayaan

dan Kesejahteraan Keluarga;

9. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 – 2024;

10. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah

Non Departemen, yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan

Presiden Nomor 145 Tahun 2015 Tentang perubahan kedelapan atas keputusan

presiden Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi,

dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen (lembaran negara republik

indonesia tahun 2015 nomor 322);

11. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 184 Tahun 2011 Tentang

Lembaga Kesejahteraan Sosial;

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2019

Tentang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2020;

13. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang

Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2020

Tentang Gerakan PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga);

15. Peraturan Menteri Sosial Republik ndonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang

Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia;

16. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor

11 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi;

17. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis Balai Pendidikan, dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga

Berencana;

18. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 11

Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional;

19. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit

Pelaksana Teknis Balai Pendidikan, dan Pelatihan Kependudukan, dan

Keluarga Berencana4

Umum

Buku panduan ini sebagai acuan bagi para pelaksana dan pengelola program dalam

memberikan pelayanan bagi Lansia dan keluarga Lansia melalui kegiatan BKL

Terintegrasi.

Khusus

a.   Adanya persamaan persepsi dalam memahami kegiatan layanan lanjut usia

melalui BKL terintegrasi.

b.   Meningkatkan keefektifan kegiatan layanan lanjut usia melalui BKL terintegrasi.

c.  Meningkatkan p embinaan ketahanan keluarga Lansia dan rentan melalui

sinergitas lintas pemangku kepentingan dan mitra.

5

C.   TUJUAN

1.   Sasaran Langsung

a.  Perwakilan BKKBN Provinsi yang membidangi Ketahanan Keluarga Lansia

b.  Organisasi Perangkat Daerah Provinsi yang membidangi urusan

pengendalian penduduk dan KB

c. Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten dan Kota yang membidangi

urusan pengendalian penduduk dan KB

d.   Kepala Unit Pelaksana Teknis KB/Koordinator Penyuluh KB/ PLKB di

tingkat kecamatan

e.    Penyuluh KB/PLKB beserta pengurus dan ketua kader kelompok kegiatan

BKL di tingkat desa/kelurahan

2. Sasaran Tidak Langsung

a.  Pengelola program kelanjutusiaan tingkat pusat

b.  Pengelola program kelanjutusiaan tingkat provinsi

c.  Pengelola program kelanjutusiaan tingkat kabupaten/kota

d.  Pengelola program kelanjutusiaan tingkat kecamatan

e.  Pengelola program kelanjutusiaan tingkat desa/kelurahan

f.   Pendamping LKS LU

g.  Kader Posyandu Lansia

h.  Pemangku kepentingan dan mitra kerja di pusat dan daerah

 

6

D.   SASARAN

7

E. BATASAN PENGERTIAN

Bina Keluarga Lansia yang selanjutnya disingkat BKL adalah wadah kelompok

masyarakat yang terdiri dari keluarga Lansia yang bertujuan meningkatkan

pengetahuan, sikap dan perilaku, dan keterampilan keluarga Lansia dan Pralansia

untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan Lansia dan Pralansia.

1.

2. Institusi Masyarakat Pedesaan/Perkotaan (IMP) adalah wadah masyarakat yang

berperan serta dalam pengelolaan Program KKBPK, baik dalam bentuk kelompok,

organisasi, maupun perorangan yang mempunyai pengaruh di masyarakat.

3. Kartu Pendaftaran Kelompok Kegiatan Pembinaan Ketahanan keluarga BKL

(K/0/BKL) merupakan kartu catatan yang dibuat oleh ketua kelompok BKL yang

berisi data potensi kelompok yang meliputi identitas, informasi pengurus maupun

anggota kelompok serta ketersediaan sarana BKL.

4. Kader adalah orang dewasa, baik pria maupun wanita yang dipandang sebagai

orang-orang yang memiliki kelebihan berupa keberhasilan dalam kegiatan,

keluwesan dalam hubungan kemanusiaan, status sosial ekonomi dan kelebihan

lainnya.

5. Kelompok Kegiatan yang selanjutnya disingkat Poktan adalah Kelompok

masyarakat yang melaksanakan dan mengelola kegiatan ekonomi produktif

keluarga (seperti UPPKS,Takesra/Kukesra) dan kegiatan bina keluarga sejahtera

(BKB, BKR, BKL, dan PIKR) serta kegiatan Posyandu, PIKSA, PAKBD yang

berada di tingkat desa/keseluruhan ke bawah.

6. Keluarga Lansia adalah keluarga yang memiliki salah satu anggota keluarganya

telah lanjut usia atau keluarga yang terdiri dari suami istri yang telah lanjut usia

atau suami istri yang telah lanjut usia beserta keluarganya.

7. Lanjut Usia (Lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)

Tahun ke atas.

8. Lansia Rentan adalah Lansia yang tidak mampu merawat dirinya sendiri, karena

mengalami keterbatasan fungsional, sebagian atau seutuhnya, baik fisik, mental,

dan spiritual sehingga memerlukan pendampingan dan perawatan jangka panjang.

8

9. Lansia Tangguh adalah Lansia yang sehat, aktif, mandiri, dan produktif melalui

penerapan 7 (tujuh) dimensi Lansia tangguh, yaitu: dimensi spiritual, intelektual

fisik, emosional, sosial kemasyarakatan, profesional vokasional, dan lingkungan.

10. Pusat Santunan Keluarga yang selanjutnya disingkat PUSAKA merupakan

nama lain dari LKS LU yang sudah di SK kan oleh Dinas Sosial Provinsi

adalah wadah berhimpun para Lansia dalam komunitas tertentu yang bersifat

kekeluargaan.

11. Mitra Kerja adalah perseorangan, lembaga pemerintah, organisasi swasta,

lembaga swadaya organisasi masyarakat yang berperan serta dalam

pengelolaan Program Banggakencana, meliputi kader, tokoh masyarakat,

tokoh agama, tokoh adat, kepala desa/kelurahan, dan lainnya.

12. Pemangku kepentingan adalah individu atau kelompok yang dan

mempengaruhi dan/atau terpengaruh oleh aktivitas, produk atau layanan,

serta kinerja organisasi serta terkait dengan isu dan permasalahan yang

menjadi fokus kajian atau perhatian.

11. Pencatatan dan Pelaporan Program Kependudukan dan Keluarga adalah

tata cara pencatatan dan pelaporan program pengendalian penduduk dan

Keluarga Berencana.

12. Pemangku Kepentingan adalah individu atau kelompok yang dapat

mempengaruhi dan/atau terpengaruh oleh aktivitas, produk atau layanan,serta

kinerja organisasi serta terkait dengan isu dan permasalahan yang menjadi

fokus kajian atau perhatian

13. Pencatatan dan Pelaporan Program Kependudukan dan Keluarga adalah tata

cara pencatatan dan pelaporan program Pembangunan Keluarga,Kependudukan

dan Keluarga Berencana (Banggakencana).

14. Pendampingan dan Perawatan Jangka Panjang(PJP) di BKL adalah Kegiatan

pendampingan dan perawatan yang dilakukan oleh anggota keluarga

dan/atau kader sebagai pendamping informal pada lansia yang tidak dapat

merawat dirinya sendiri baik sebagian maupun seutuhnya, akibat

keterbatasan fisik, mental dan spiritual, untuk menjaga kualitas hidupnya

sehingga tetap bermartabat sampai akhir hayat.

15. Pengelola Program Kelanjutusiaan adalah tenaga yang melakukan fungsi

memimpin dan mengorganisir, dalam rangka menggiatkan dan

memasyarakatkan program kelanjutusiaan di semua tingkatan wilayah kerja

BKKBN, Perwakilan Provinsi, Organisasi Perangkat Daerah Pengendalian

Penduduk dan KB Provinsi dan Kabupaten/Kota, Pemangku Kepentingan,

dan Mitra Kerja serta pihak terkait lainnya.

16. Penyuluh KB adalah Aparatur Sipil Negara(ASN) yang memenuhi kualifikasi

dan standar kompetensi serta diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan

hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan

kegiatan penyuluhan, pelayanan, penggerakan dan pengembangan program

Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga berencana

(BanggaKencana)

17. Petugas Lapangan KB yang selanjutnya disingkat PLKB adalah Aparatur Sipil

Negara dan Non Aparatur Sipil Negara yang bertugas melaksanakan,

mengelola, dan menggerakkan masyarakat dalam Program BanggaKencana

di tingkat Desa/Kelurahan.

18. Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut

di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.

19. Pralansia adalah seseorang yang berusia 45-59 Tahun.

20. Program Pembangunan Keluarga, kependudukan dan Keluarga Berencana

(Banggakencana) adalah upaya terencana dalam mewujudkan penduduk

tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas melalui pengaturan kelahiran

anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, serta

mewujudkan keluarga yang sejahtera, mandiri dan bahagia.

21. Sekolah Lansia adalah salah satu upaya pendidikan secara informal yang

dilakukan sepanjang hayat bagi lanjut usia.

22. Sistem Informasi Keluarga yang selanjutnya disebut SIGA adalah

seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur

perangkat, teknologi dan sumber daya manusia yang saling bertkaitan dan

dikelola secara terpadu u ntuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang

berguna dalam mendukung pembangunan keluarga.

23. Surat Keputusan (SK) kelompok kegiatan (Poktan) BKL adalah surat

keputusan pembentukan Poktan BKL yang dikeluarkan oleh wilayah setempat

seperti kepala Desa/lurah, camat, bupati/walikota.

 

9

BAB II

KEBIJAKAN & STRATEGI

BKL INTEGRASI

A. LATAR BELAKANGDalam upaya meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga Lansia, maka

diperlukan kebijakan dan strategi pelaksanaan kegiatan BKL terintegrasi antara lain

sebagai berikut:

1.  Meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas sektor dan mitra kerja

dalam rangka mendukung pelaksanaan pembinaan ketahanan keluarga Lansia.

2. Menguatkan akses dan kualitas penyelenggaraan BKL Integrasi

3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM pelaksana dan pengelola kegiatan

BKL Integrasi.

10

BKL adalah kelompok kegiatan keluarga Lansia yang bertujuanmeningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga lansiauntuk meningkatkan kualitas hidup lansia dalam rangkamewujudkan lansia tangguh

A. KEBIJAKAN

11

B.  STRATEGI PELAKSANAAN

1. Penyerasian kebijakan layanan lanjut usia termasuk pendampingan

Perawatan Jangka Panjang (PJP)/ Long Term Care (LTC) sesuai dengan

tingkatan wilayah.

2. Penguatan implementasi BKL melalui triple helix (BKKBN, perguruan

tinggi, dan sektor swasta).

3. Penyediaan materi dan media KIE yang inovatif, komunikatif, dan berbasis

IT yang user friendly dan sesuai keatrifan lokal.

4. Peningkatan sinergitas, komitmen dan peran serta pemangku

kepentingan dan mitra kerja.

5. Pengintegrasian operasional kegiatan.

6. Peningkatan promosi dan KIE program kelanjutusiaan

7. Peningkatan kapasitas SDM pelaksana dan pengelola kegiatan BKL

Integrasi.

8. Penyediaan Sarana dan prasarana pelaksanaan kegiatan BKL Integrasi.

A. LATAR BELAKANG

1. BINA KELUARGA LANSIA (BKL)

a. Sasaran BKL meliputi keluarga Lansia dan Lansia dengan wilayah

sasaran tingkat dusun dan/atau rukun warga.

b. Pembentukan BKL dapat dilakukan oleh Penyuluh KB, PLKB, IMP dan/

atau bersama Mitra Kerja dengan jumlah anggota paling sedikit 20

(dua puluh) orang dan 2 (dua) orang Kader.

 

Sasaran BKL meliputi keluarga Lansiadan Lansia dengan wilayah sasarantingkat dusun dan/atau rukun warga.

BAB III

PENGELOLAAN BKL

TERINTEGRASI

12

A.   PRINSIP DASAR KEGIATAN

Gambar 1. Kegiatan di BKL

c.  Tahapan Pembentukan BKL antara lain :

1) Melakukan pemetaan wilayah dan mengkompilasi data kependudukan

yang berkaitan dengan kelanjutusiaan dari hasil penelitian dan laporan

rutin;

2)  Melakukan pemetaaan potensi, sumber daya, dan sarana yang dimiliki;

3)  Penggalangan kesepakatan dilaksanakan oleh Penyuluh KB/PLKB dan IMP

dan/atau bersama Mitra Kerja;

4)  Menyusun kepengurusan Poktan BKL; dan

5)  Pengesahan pembentukan Poktan BKL

d.  Pelaksanaan BKL dilakukan oleh kader, Penyuluh KB/Penyuluh Lapangan KB

tokoh agama, tokoh adat dan mitra kerja lain.

e. Kegiatan BKL terdiri atas kegiatan utama dan pengembangan, yang

di jelaskan sebagai berikut:

1)  Kegiatan utama antara lain:

a)  Penyuluhan, meliputi materi pembangunan Keluarga Lansia Tangguh

dan materi kelanjutusiaan sesuai dengan budaya kearifan lokal.

b) Kunjungan rumah, merupakan pembimbingan langsung kepada

Keluarga Lansia, khususnya yang tidak hadir dalam pertemuan

penyuluhan selama 2 (dua) kali berturut-turut.

c) Pendampingan, merupakan kegiatan pendampingan bagi Lansia yang

memiliki gangguan dan atau permasalahan yang berkaitan dengan 7

(tujuh) dimensi Lansia Tangguh dan atau pendampingan perawatan

jangka panjang bagi Lansia yang memiliki gangguan status fungsional

fisik, mental dan kognitif yang cenderung berkurang dengan

bertambahnya usia.

d)   Rujukan merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi

anggota BKL.

e)  Pencatatan dan pelaporan

2) Kegiatan pengembangan meliputi kegiatan  yang berkaitan dengan

penerapan 7 (tujuh) dimensi Lansia Tangguh, paling sedikit berupa:

a)   Menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan fisik antara lain

olahraga, penyediaan makanan tambahan;

b)   Kegiatan sosial kemasyarakatan, bina lingkungan dan kegiatan

keagamaan;

13

c)   Kegiatan  peningkatan pendapatan usaha ekonomi produktif melalui

kelompok usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera, usaha

peningkatan pendapatan keluarga, dan koperasi;

d)   Penguatan kemitraan.

f.   Materi penyuluhan BKL sebagai berikut :

1)   Buku Pegangan Kader 7 Dimensi Lansia Tangguh

2)   Pendampingan Perawatan Jangka Panjang Bagi Lansia

3)   Media Partisipatif Lansia Tangguh (BKL Kit)

4)   Video Tutorial Media Partisipatif Lansia Tangguh (BKL Kit)

5)   Menyiapkan PraLansia menjadi Lansia Tangguh

6)   Mobile Apps Lansia Tangguh (Golantang)

14

Gambar 2. Materi Penyuluhan di BKL

INVESTASI

TERBESAR PADA

MASA TUA

HANYALAH

TUBUH YANG

SEHAT

2. POSYANDU LANSIA

Posyandu Lansia merupakan salah satu bentukUpaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat(UKBM) sebagai wadah pelayanan kepada Lansiadi masyarakat.

Jumlah Posyandu Lansia di Indonesia sebanyak105.830 (Kementerian Kesehatan RI, 2019)

Tujuan pelaksanaan Posyandu Lansia adalah Lansia menjadi SMART (Sehat, Mandiri, Aktif, pRodukTif).

Proses pembentukan dan pelaksanaannyadilakukan oleh masyarakat bersama LSM, LS,swasta, organisasi sosial.

Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kadedengan pendampingan dari tenaga kesehatanPuskesmas.

Memberikan pelayanan kesehatan denganmenitikberatkan pada upaya promotif danpreventif.

Gambar 3.Kegiatan di Posyandu Lansia

15

3. PUSAT SANTUNAN KELUARGA (PUSAKA)

a. PUSAKA sebagai wujud peran masyarakat dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial.

b.  Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,

spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

c.   Penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu

dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar

setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

d. PUSAKA berkedudukan baik di provinsi maupun kabupaten/kota yang

bersifat otonom dan mandiri dengan fungsinya sebagai mitra pemerintah,

pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/ kota dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

e.  PUSAKA memiliki peran, antara lain:

1)  Mencegah terjadinya masalah

2) Memberikan pelayanan sosial kepada Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan

Sosial (PPKS)

3) Menyelenggarakan konsultasi kesejahteran keluarga.

f. Jumlah PUSAKA di masyarakat sebanyak 793 dengan 270 PUSAKA

terakreditasi, dengan total Lansia sebanyak 179.921 orang yang tersebar di

seluruh Indonesia (Kementerian Sosial RI, November 2020).

16

g. PUSAKA memiliki program yaitu Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI). Pada tahun

2020 Kemensos sudah tidak ada Dana Asistensi Sosial Lanjut Usia (ASLU) berganti

menjadi Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) yang terdiri dari 4 komponen antara

lain pemenuhan kebutuhan dasar, dukungan Keluarga perawatan sosial dan terapi.

h. Anggota Posyandu Lansia maupun Lansia di Kelompok BKL dapat mengajukan dana

ASTENSI melalui apabila memiliki kriteria penerima manfaat. Adapun kriteria

Penerima Manfaat Kriteria lanjut usia penerima ATENSI dimaksud adalah:

1) Lanjut Usia 60 tahun keatas dalam kategori lanjut usia tidak berdaya dalam

mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

2) Mempunyai identitas yang jelas dan terdaftar sebagai binaan di PUSAKA dan

terdaftar di Dinas Sosial setempat.

i. Prosedur untuk pengajuan ATENSI yaitu PUSAKA mengajukan proposal untuk

Lansia binaannya ke Direktorat Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI melalui

Balai Budi Dharma Bekasi, Balai Gau Mabaju di Makassar, Bali Loka Minaula di

Kendari.

j. Dukungan yang dapat diberikan oleh PUSAKA dalam mewujudkan kesejahteraan

Lansia anggota kelompok BKL maupun Posyandu Lansia antara lain:

1) Memfasilitasi anggota BKL dan Posyandu Lansia yang perlu mendapatkan

ATENSI.

2) Mengajak Lansia ataupun anggota keluarga Lansia penerima ATENSI untuk ikut

aktif mengikuti Kegiatan Integrasi BKL baik pemeriksaan kesehatan maupun

kegiatan penyuluhan di kelompok BKL setiap bulannya.

3) Melakukan updating data Lansia bersama-sama dengan para kader BKL dan

Posyandu Lansia terkait data Lansia penerima dana ATENSI.

4) Kader BKL maupun Kader Posyandu Lansia dapat mengusulkan kepada

PUSAKA untuk membantu keperluan Lansia antara lain berupa alat bantu lansia

seperti kursi roda dan tongkat.

17

4. PENGINTEGRASIAN KEGIATAN BKL, POSYANDU LANSIA &

PUSAKA

Pengintegrasian kegiatan BKL, Posyandu Lansia dan PUSAKA adalah suatu

upaya mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi

kesehatan Lansia, kesejahteraan Lansia, peningkatan ekonomi keluarga,

ketahanan pangan keluarga dan kesejahteraan sosial. Sasaran kegiatan

Kegiatan BKL Integrasi ini adalah semua pelayanan melalui pertemuan dan

dilakukan di satu tempat oleh para kader serta masyarakat. Para pelaksana

dan pengelola kegiatan BKL, Posyandu Lansia dan PUSAKA saling

berkoordinasi dan bekerja sama dimulai dari persiapan, pelaksanaan sampai

kepada evaluasi kondisi Lansia.

BKL Integrasi

memiliki 2 (dua) tahap, yaitu tahap 1 adalah BKL yang terintegrasi dengan

Posyandu Lansia atau PUSAKA sedangkan tahap 2 adalah BKL yang

terintegrasi dengan Posyandu Lansia dan PUSAKA, seperti pada Gambar 5 di

bawah ini.

18

Gambar 5. Skema BKL Integrasi

Pada kegiatan BKL, Posyandu Lansia dan PUSAKA dilakukan pembinaan oleh tiga

kementerian/lembaga (BKKBN, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial)

ada fungsi yg tidak saling beririsan, antara lain dijelaskan pada tabel 1 sebagai

berikut.

Dalam peningkatan kualitas pelaksanaan BKL Integrasi, BKKBN

bekerjasama dengan Kemenkes, Kemensos dan mitra kerja lainnya diperlukan hal

sebagai berikut;

a. Pelatihan kader BKL dalam menggunakan BKL Kit Penggunaan BKL Kit dapat

dilatih secara offline/online oleh pengelola program kelanjutusiaan di berbagai

tingkatan wilayah. Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan

(Dithanlan) BKKBN telah membuat video tutorial permainan media partisipatif

BKL (BKL Kit) yang telah diunggah di channel youtube dan pada konten

aplikasi Go Lansia Tangguh (Golantang) mobile dan berbasis web sehingga

kader dapat terlatih dalam menggunakan media tersebut.

b. Penyediaan BKL Kit di kelompok BKL Pengadaan BKL Kit dapat melalui DAK

fisik dan pengadaan mandiri melalui APBD. Dithanlan BKKBN juga akan

mengembangkan media tersebut agar lebih praktis, misalnya melalu

penyusunan aplikasi game BKL online atau e-learning.

19

Tabel 1. Kegiatan BKL, Posyandu Lansia dan PUSAKA

Gambar 5. Video Tutorial Media Partisipatif BKL

20

Pengintegrasian kegiatan BKL, Posyandu lansia dan PUSAKA serta lainnyasebagai suatu upaya mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkanmasyarakat meliputi kesehatan Lansia, kesejahteraan Lansia, peningkatanekonomi keluarga, ketahanan pangan keluarga dan kesejahteraan sosial.

5. SEKOLAH LANSIA

Sekolah Lansia merupakan model komprehensif pengelolaan Lansia di

masyarakat dengan pendekatan 7 Dimensi Lansia Tangguh. Sekolah Lansia

berupaya dalam pemberian informasi, pelatihan dan permainan edukatif kepada

Lansia tentang kesehatan, keagamaan, ekonomi, sosial budaya sehingga menjadi

Lansia SMART (Sehat, Mandiri, Aktif, pRoduktif dan bermartabaT). Konsep

Sekolah Lansia bersifat informal sesuai kurikulum dengan pembelajaran andragogi

atau pendidikan orang dewasa (pelibatan peserta didik dalam kegiatan). Sasaran

Sekolah Lansia yaitu pra Lansia (45 – 59 tahun) dan Lansia (usia 60 tahun ke atas).

 

Tujuan Sekolah Lansia antara lain sebagai berikut:

a) Meningkatkan pengetahuan dan perilaku Lansia terhadap kesehatan.

b) Meningkatkan kedekatan Lansia dengan nilai spiritual sehingga husnul

khatimah.

c)  Meningkatkan usia harapan hidup yang berkualitas, tangguh dan

berdaya guna

d)  Meningkatkan kebahagiaan dan kemandirian Lansia.

21

Gambar 6. Materi dan Buku Panduan Sekolah Lansia

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan dan penyelenggaraan Sekolah

Lansia, antara lain dijelaskan didalam tabel. 2 berikut:

Tabel 2. 

Penyelenggaraan Sekolah Lansia

Sesuai dengan tujuan dan penyelenggaraan Sekolah Lansia, maka indikator

keberhasilan Sekolah Lansia antara lain:

 1.  Partisipasi Kehadiran yaitu dihitung setiap selesai pelajaran minimal

80% kehadiran  (sesuai kesepakatan dengan peserta)

2.   Keaktifan Lansia yaitu Lansia aktif, menjalankan praktik sebagai syarat

wisuda S1

3.   Penyerapan Pelajaran yaitu Ada peningkatan pengetahuan dan penilaian

ADL pada lanjut usia

22

23

Kurikulum Sekolah Lansia Mengadopsi 7 Dimensi Lansia Tangguh

24

Gambar 7. Ijazah dan Wisuda Sekolah Lansia

B. MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN

1.    Persiapana. Masing-masing pelaksana kegiatan baik BKL, Posyandu Lansia

maupun LKS LU melakukan pertemuan untuk membahas potensikegiatan bersama antara BKL dan Posyandu Lansia (brainstorming).

b. Menggalang kesepakatan/komitmen antar instansi terkait tentang tupoksi/peran BKL, Posyandu Lansia dan LKS LU dalam kegiatan yangterintegrasi.

2.   Pelaksanaan

Dalam melaksanakan kegiatan BKL terintegrasi, hal yang perlu diperhatikanyaitu kegiatan dilakukan secara terstruktur dan dalam waktu dan tempatyang bersamaan.

a.   Waktu PenyelenggaraanWaktu penyelenggaraan BKL terintegrasi dilaksanakan minimal 1 (satu)kali dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan hasilkesepakatan.

 b. Tempat PenyelenggaraanTempat penyelenggaran BKL terintegrasi sebaiknya berada padalokasi yang mudah dijangkau masyarakat. Tempat kegiatan tersebutdapat disalah satu rumah warga, halaman rumah, balaidesa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salahsatu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun secaraswadaya oleh masyarakat serta berada di lingkungan masyarakat.

c.   Penyelenggara KegiatanKegiatan rutin diselenggarakan dan digerakkan oleh kader baikkader BKL maupun kader Posyandu Lansia dengan bimbingan teknisdari PKB/PLKB, Puskesmas, dan pekerja sosial serta sektor terkait.Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap langkah memilikipenanggung jawab di masing-masing tahap kegiatan, baikpelaksanaan saat pemeriksaan di Posyandu Lansia maupun saatpenyuluhan di Kelompok Kegiatan BKL.                                    

d.   Pelaksanaan Kegiatan BKL TerintegrasiPelaksanaan kegiatan BKL Intergrasi sebagai Suatu upayamensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan untuk kesehatandan kesejahteraan keluarga Lansia. Integrasi layanan inidilaksanakan dalam bentuk kegiatan di Posyandu Lansia, kegiatanBKL dan LKS LU melalui skema pelaksanaan sebagai berikut:

25

Gambar 8. Skema Pelaksanaan Kegiatan BKL Terintegrasi

Pelaksanaan Kegiatan BKL Terintegrasi yang dilaksanakan pada waktu yang sama dandilaksanakan di satu tempat dan diadakan setiap bulan sekali dengan tahapanpelaksanaan kegiatan sebagai berikut antara lain :

1)   Pembukaan : Kegiatan diawali dengan doa bersama dan senam Lansia2)  Pendaftaran dan pemeriksaan melalui 5 (lima) meja yang ada di Posyandu Lansia antara lain: a) Meja I : Pendaftaran anggota sebelum pelaksanaan Pelayanan. PLKB serta

pendamping PUSAKA yang ada mendampingi kader BKL dan Posyandu Lansia dalam kegiatan ini.b) Meja II : Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan Lansia penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan pemeriksaan status pemeriksaan status kemandirian melalui formulir Activity Daily Living

(ADL)/ Instrumental Activity Daily Living (IADL), serta wawancara faktor risiko. PLKB serta pendamping PUSAKA yang ada mendampingi kader BKL dan Posyandu Lansia dalam kegiatan ini.

c) Meja III : Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status mental /Pengisian KMS dilakukan oleh kader terlatih/ terorientasi. Selain itu, PLKB mendampingi kader BKL dan Posyandu Lansia serta supervisi dari tenaga kesehatan dalam kegiatan ini.

d) Meja IV : Penyuluhan Perorangan berdasarkan KMS dan Pemeriksaan kadar gula darah (laboratorium sederhana) dilakukan oleh kaderterlatih/terorientasi. Selain itu, PLKB mendampingi kader BKL danPosyandu Lansia serta supervisi dari tenaga kesehatan dalam kegiatanini.

e) Meja V : Pemberian penyuluhan konseling kesehatan, konseling 7 dimensi Lansia tangguh, dan konseling kesehatan Reproduksi dan KB bagi keluargaLansia atau bagi praLansia yang masih berstatus PUS atau konselingtentang kegiatan yang bersifat produktif seperti peningkatanpendapatan atau ekonomi bagi   Lansia, dan lain-lain. Catatan:1. Meja I dan Meja II dilakukan oleh kader PKK, Kader BKL dan

Pendamping/Pekerja Sosial 2. Meja III dan IV oleh kader/pekerja sosial terlatih/terorientasi serta supervisi oleh tenaga kesehatan 3. Meja V oleh Mitra kerja

3)    Penyuluhan : Anggota Posyandu Lansia dan keluarga Lansia mengikuti kegiatan

Penyuluhan tentang kesehatan dan 7 (tujuh) dimensi Lansia tangguh yang dapat disampaikan melalui simulasi media partisipatif BKL Kit oleh kader (Permainan 7 Dimensi Lansia Tangguh ada pada lampiran), Lansia atau keluarga Lansia dapat mengikuti kegiatan penyuluhan setelah pemeriksaan kesehatan atau sebelum pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sambil menunggu giliran pemeriksaan.

26

e. Kegiatan BKL Integrasi lainnyaSelain kegiatan utama BKL integrasi, terdapat beberapa kegiatan integrasi lainnya,antara lain: 1)   Pendampingan PJP

Pendampingan PJP bagi Lansia adalah proses pemberian bantuan dan dukunganjangka panjang kepada Lansia yang tidak mampu merawat dirinya sendiri baiksebagian maupun total, karena mempunyai keterbatasan dalam aspek fisik danatau mental. Pendampingan PJP diberikan oleh caregiver informal maupunprofesional. Pengetahuan dalam hal pemberian pendampingan PJP bagi paraLansia sangatlah diperlukan oleh para kader dengan tujuan meningkatkankualitas hidup Lansia dalam keluarga.

 Kegiatan yang dilaksanakan dalam hal perawatan jangka panjang oleh parakader antara lain:a)   Pemeriksaan ADL dan IADL oleh kader atau keluarga

dan didampingi oleh tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi Lansia yangmembutuhkan PJP atau tidak. Jika tidak didampingi oleh tenaga kesehatan,kader atau keluarga harus dilatih terkait pendampingan PJP danpemeriksaan ADL dan IADL oleh instansi terkait.

b)   Penyuluhan di kelompok BKL kepada keluarga Lansiatentang pendampingan PJP oleh kader BKL agar dapat memberikanpendampingan PJP bagi Lansia secara optimal di rumah.

c)   Adanya sistem rujukan dalam hal PJP yang harus dilakukan oleh keluarga maupun kader.

27

28

Gambar 9 Sistem Rujukan Perawatan Jangka Panjang

Pendampingan PJP bagi Lansia adalah proses pemberian bantuan dandukungan jangka panjang kepada Lansia yang tidak mampu merawatdirinya sendiri baik sebagian maupun total.

2)    Kunjungan Rumah oleh KaderPara Kader dapat melakukan kunjungan rumah apabila Lansia atau keluarga Lansiatidak hadir dalam pertemuan selama 2 kali berturut-turut atau dapat melakukankunjungan rumah secara rutin untuk mengetahui kondisi Lansia terhadap Lansiayang memerlukan pendampingan PJP.

3) Kuliah Kerja Nyata (KKN) MahasiswaDalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan bagi keluarga Lansia diperlukansinergitas antara keluarga, masyarakat, pemerintah, organisasi profit dan non profit,termasuk perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai salah satu wadah pendidikan diindonesia memiliki kewajiban untuk melaksanakan Tri Darma PT sesuai denganamanah UU Nomor 12 tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi. Selain itu sebagaibentuk penerapan pengabdian masyarakat adalah dengan melaksanakan KKNdengan mengikuti standar pengabdian masyarakat yang diatur dalamPermenristekdikti Nomor 44 tahun 2015. KKN adalah suatu bentuk pengabdianmahasiswa terhadap masyarakat dan merupakan salah satu bagian dari Tri DharmaPerguruan Tinggi. Melalui kegiatan KKN, mahasiswa diharapkan mampu untukmengenal lingkungan masyarakat secara langsung dengan segala permasalahanyang terjadi. Tujuan penyelenggaraan KKN mahasiswa antara lain : (a). Melakukanpembentukan, pengelolaan dan pendampingan Poktan BKL, (b). Mensosialisasikanmateri kelanjutusiaan KKN kepada masyarakat, (c.) Penerapan teori dan ilmupengetahuan tentang kelanjutusiaan dalam menangani permasalahan yang dihadapi,serta (d). Mahasiswa dapat menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, menanamkankarakter dan softskill sebagai salah satu metode pembelajaran, melatih kemampuanmemecahkan masalah dan sebagai sarana belajar dari masyarakat danmembelajarkan masyarakat

Peran mitra kerja dalam penyelenggaraan BKL Integrasi antara lain :1. Membantu penyelenggaraan kegiatan BKL Integrasi2. Melakukan sinkronisasi/koordinasi antar mitra kerja agar pelaksanaan BKL

Integrasi berjalan secara optimal.3. Membantu melakukan advokasi dan KIE program kelanjutusiaan kepada pemangku kepentingan dan mitra kerja terkait.4. Memanfaatkan dana desa untuk pelayanan/penggarapan BKL Integrasi.5. Melaksanakan pemberdayaan peran serta masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan BKL Integrasi .6. Mendampingi kader BKL Integrasi.7. Melakukan monitoring dan evaluasi. Tugas dan tanggung jawab dari lintas sektor dan berbagai pihak tersebut di atasantara lain melalui lembaga pemerintahan dan organisasi masyarakat, profesi sertaswasta seperti dijelaskan pada tabel 3 dan 4 sebagai berikut.

29

C. PERAN MITRA KERJA

30

Tabel 3. Peran Lembaga Pemerintahan

31

Tabel 4 Peran Organisasi Masyarakat, Profesi dan Swasta

31

Berdomisili di lokasi kegiatan, yang aktif dan empunyai minat dalam halpemberian pelayanan terhadap LansiaDapat membaca, menulis dan mampu berkomunikasi engan para Lansia dalamBahasa Indonesia atau Bahasa daerah setempatSehat jasmani dan rohaniUsia tidak dibatasi, tetapi dalam kondisi ertentu usia kader maksimal 50 tahun(misalnya : kondisi pandemi covid-19)Bersedia mengikuti peningkatan kapabilitas eperti pelatihan/orientasi/magang

Sebagai motivator untuk meningkatkan kesehatan Lansia erta keikutsertaandalam kegiatan BKL IntegrasiSebagai petugas data Kader berperan dalam mengidentifikasi,mencatat dan melaporkan setiapperkembangan anggota maupun kegiatan kelompok (termasuk data ADL danADL).Sebagai fasilitator, hendaknya membantu anggota BKL Integrasi dalammelaksanakan kegiatan. Selain itu, kader juga berperan dalam membangunkesadaran anggota serta mendorong dan keterlibatan seluruh komponenmasyarakat.Sebagai konselor konseling berupa penyuluhan atau informasi secara individukepada anggota kelompok BKL.Sebagai pendamping, Kader berperan dalam memberi masukan ataumendampingi khususnya kepada anggota kelompok BKL dan masyarakat padaumumnya.

1.   Syarat Kader/Pelaksana

2.  PeranKader/Pelaksana 

3.   Tugas Kader/Pelaksana

a.  Sebelum Pelaksanaan Kegiatan1) Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatandan penentuan

waktu dan hari pelaksanaan meliputi kesiapan sarana dan prasaranaantara lain lagu atau cd untuk senam, lembar balik, buku catatan, kursi danmeja, materi penyuluhan, alat pemeriksaan kesehatan sederhana dan lainsebagainya.

2) Menginformasikan tentang waktu pelayanan kegiatan melalui pertemuan warga atau pengumuman melalui balai warga, pengeras uarasetempat atau melalui surat edaran.

3)   Menghubungi atau melakukan koordinasi dengan pihak terkait apabila ada penyuluhan yang menghadirkan petugas kesehatan ataupetugas lainnya.

4)  Melakukan pembagian tugas antara kader antara lain yang memimpin senam, pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhanbaik kader BKL maupun kader posyandu Lansia dan serta yangmemberikan makanan tambahan.

 

D. KADER/PELAKSANA

32

melakukan pendaftaran memimpin senam Lansia melakukan pemeriksaan tensi, penimbangan berat badan melakukan penyuluhan materi Lansia tangguhmelakukan pencatatanmelakukan pemberian makanan tambahanmendampingi Lansia saat pelaksanaan kegiatan

b.  Saat Pelaksanaan Kegiatan

 c. Setelah Pelaksanaan Kegiatan1) Melakukan kunjungan rumah apabila Lansia atau keluarga Lansia tidak hadir dalam pertemuan selama 2 kali berturut-turut atau dapat melakukan kunjungan rumah secara rutin untuk mengetahui kondisi Lansia terhadap Lansia yang memerlukan pendampingan PJP.2) Memberikan motivasi kepada Lansia yang memerlukan pendampingan perawatan jangka panjang atau Lansia y ang hidup sendiri3)  Melakukan atau mendampingi Lansia yang memerlukan rujukan untuk perawatan lebih lanjut ke fasilitas kesehatan4) Melaporkan kegiatan pencatatan data atau informasi tentang pelaksanaan pelayanan BKL Terintegrasi secara berjenjang kepada pimpinan wilayah setempat atau PKB/PLKB5)  Menyusun rencana kegiatan pertemuan BKL Terintegrasi selanjutnya.

E. SARANA DAN PRASARANA

Sarana dan prasarana kegiatan BKL terintegrasi merupakan segala sesuatu yangmenjadi penunjang terselenggaranya kegiatan, antara lain:1.    Tempat kegiatan, Meja dan kursi, alat tulis2.  Alat pemeriksaan kesehatan sederhana (Timbangan dewasa, meteran/pengukur tinggi badan, stetoskop, tensimeter, termometer, peralatan lab sederharna,3.    Obat-obatan dengan pengawasan Dokter4.    Media dan materi penyuluhan;5.    Media partisipatif BKL kit;6.    Buku kesehatan Lansia;7.    Buku Pedoman Kader8.    Buku/Formulir pencatatan kegiatan dan pelaporan.

F. PENDANAAN

Pendanaan penyelenggaran pelaksanaan kegiatan BKL Integrasi yaitu antara lain:bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), AnggaranPendapatan Belanja Daerah, Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes), dansumber lainnya yang tidak mengikat.

33

b

A. PENCATATAN

Pencatatan dan pelaporan terkait kegiatan BKL Integrasi perlu dilakukan secara rutindalam jangka waktu tertentu baik dilakukan bersama-sama antara BKKBN, KementerianKesehatan dan Kementerian Sosial maupun dilakukan oleh masing-masing sektor secaraberjenjang untuk mengetahui kegiatan BKL Integrasi berjalan berkesinambungan sesuaidengan yang direncanakan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan merupakan penyediaaninformasi tertulis secara berjenjang, disajikan tepat waktu, terjamin akurasinya, tertibdan teratur.

F. PENDANAAN

BAB IV

PENCATATAN &

PELAPORAN

Setiap penyelenggaraan kegiatan BKL dilakukan pencatatan oleh kader atau Pengurus BKL dengan pengawasan PKB/PLKB yang meliputi kartupendaftarankelompok kegiatan pembinaan ketahanan Keluarga BKL (K/0/BKL), registerpembinaan ketahanan keluarga BKL (R/I/BKL) dan lembar pencatatan lainnya.Setiap awal tahun dilakukan pencatatan pemutakhiran data potensi kelompokBKL dengan menggunakan K/0/BKL, maupun pada saat terjadi perubahan data.Setiap bulan dilakukan pencatatan hasil kegiatan BKL ke dalam R/I/BKL setelahpenyelenggaraan BKL.Lembar pencatatan lainnya antara lain meliputi daftar anggota BKL denganberbagai kondisinya, rencana kegiatan, notulen pertemuan, buku tamu danpencatatan Activity Daily Living (ADL) dan Instrumental Activity Daily Living(IADL). Formulir Activity Daily Living (ADL) dan Instrumental Activity DailyLiving (IADL) terdapat di dalam Pedoman Pendampingan PJP berbasis keluargadan dapat diakses melalui aplikasi Golantang mobile dan berbasis web. Pencatatan K/0/BKL dan R/I/BKL dilakukan dengan menggunakan formatpencatatan yang telah tersedia (terlampir).Hasil pencatatan K/0/BKL dan R/I/BKL yang telah diisi oleh kader atau pengurusBKL diserahkan kepada PKB/PLKB selaku pengawas untuk bisa dilaporkan ketingkat lebih atas dan disampaikan umpan balik kepada mitra terkait.

Pelaporan BKL Integrasi dilakukan secara rutin bulanan dan tahunansesuai dengan format pencatatan yang telah tersedia dari masing-masing lembaga yaitu BKKBN, Kementerian Kesehatan danKementerian Sosial. Untuk di lingkup BKKBN, pelaporanpenyelenggaraan BKL yang wajib dilaporkan yaitu K/0/BKL danR/I/BKL ke dalam sistem aplikasi SIGA. Pelaporan K/0/BKL dilakukan sekali dalam setahun di awal tahunberjalan atau pada pertama kali BKL dibentuk dandiupdate pada saat ada perubahan data dalam K/0/BKL.Pelaporan R/I/BKL dilakukan setiap kali setelah penyelenggaraanBKL. Misalnya BKL menyelenggarakan kegiatan sekali dalam sebulan,R/I/BKL dilaporkan perbulan.Pelaporan dilakukan oleh kader atau pengurus BKL secara onlineapabila tersedia sarana dan prasarana yang memadai.Jika tidak, maka bundel laporan tersebut dilaporkan ke jenjang lebihatas untuk dapat dilakukan entry data.Pelaporan K/0/BKL dan R/I/BKL dilakukan secara online ke dalamsistem informasi keluarga yang telah disediakan oleh BKKBN denganalamat http://siga.bkkbn.go.id

34

B. PELAPORAN

Gambar 10. Alur Pencatatan dan Pelaporan BKL

35

b

A. TUJUAN

Monitoring dan evaluasi terkait kegiatan BKL Integrasi perlu dilakukan secara rutindalam jangka waktu tertentu baik dilakukan bersama-sama antara BKKBN, KementerianKesehatan dan Kementerian Sosial maupun dilakukan oleh masing-masing sektor secaraberjenjang untuk mengetahui kegiatan BKL Integrasi berjalan berkesinambungan sesuaidengan yang direncanakan.

F. PENDANAAN

BAB V

MONITORING & EVALUASI

Tujuan monitoring adalah untuk mengukur proses pelaksanaan, identifikasimasalah dan penyebabnya serta menyepakati tindakan-tindakan untukperbaikan penyelenggaraan kegiatan BKL Integrasi.Tujuan evaluasi adalah untuk mengukur tingkat capaian keberhasilan danmanfaat pelaksanaan BKL sebagai upaya meningkatkan pelaksanaan programketahanan Keluarga Lansia. Hasil evaluasi tersebut diperlukan untukmerencanakan kegiatan dan penyempurnaan kekurangan pelaksanaan kegiatanpelayanan BKL Integrasi yang akan datang.

1.

2.

B. WAKTU

Waktu pelaksanaan monitoring terhadap penyelenggaraan BKL Integrasi palingsedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan. Waktu pelaksanaan evaluasi terhadap penyelenggaraan BKL Integrasi secaraberkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.

1.

2.

36

C. PELAKSANA

Pelaksana monitoring dan evaluasi adalah sebagai berikut.1. Pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat pusat adalah bidang yang menangani monitoring dan evaluasi pada Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan (Dithanlan) BKKBN Pusat, Perwakilan BKKBN provinsi dan mitra kerja pusat yaitu Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial;2. Pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat provinsi adalah Perangkat Daerah (PD) Pengendalian Penduduk dan KB yang menangani program Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan dan mitra kerja provinsi;3. Pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat kabupaten/kota adalah Perangkat Daerah (PD) Pengendalian Penduduk dan KB yang menangani program Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan dan mitra kerja kabupaten/k ota;4. Pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat kecamatan adalah pengelola Program KKBPK di kecamatan.

F. PENDANAAN

D. INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi yang dilakukan terkait penyelenggaraan BKL Integrasi antara lain:

1.

a. pelaksanaan tugas pengelola BKL; b. kegiatan BKL; dan c. Seluruh unsur yang berkaitan dengan pengelolaan BKL.

2. Instrumen dan laporan pelaksanaan monitoring dan evaluasi BKL Integrasi mengacu kepada panduan monitoring dan evaluasi BKL.

"Diharapkan juga panduan ini dapat mendorong terlaksananya layanan lanjut usia melalui BKLyang terintegrasi dan terkoordinasi yang dilaksanakan oleh berbagai sektor pemerhati Lansia danjuga dapat memberikan kontribusi secara luas kepada para pengelola dan pelaksana programdalam rangka mensejahterakan dan meningkatkan kualitas hidup Lansia sehingga pelaksanaanprogram yang dilaksanakan secara terpadu dapat berjalan dengan baik dan terarah gunamewujudkan keluarga Lansia yang berkualitas.."

Selanjutnya dengan adanya panduan diharapkan dapat dijadikan acuan dasarkerjasama berbagai pihak dan ini tidak menutup kemungkinan adanyapengembangan lebih lanjut sesuai dengan kondisi atau prioritas yang ada di setiapdaerah..

Panduan Pelaksanaan Kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) Terintegrasi inidiharapkan dapat menjadi acuan bagi para pelaksana program di setiap tingkatanwilayah dalam menyelenggarakan kegiatan BKL, Posyandu Lansia dan LKS LUsebagai upaya memberikan perhatian kepada Lansia baik secara fisik yaitukesehatan Lansia maupun pengetahuan dan kesejahteraan sosial dalam rangkamewujudkan ketahanan keluarga Lansia.

37

BAB IV

PENUTUP

LAMPIRAN 1

Panduan BKL Integrasi TA 2020

MEDIA PARTISIPATIFPENYULUHAN LANSIA TANGGUH

38

39

40

41

42

LAMPIRAN 2

Panduan BKL Integrasi TA 2020

SEBARAN JUMLAH BKL& ANGGOTA BKL

43

Sumber : Dallap, November 2020

44

Provinsi Aceh1.

45

2. Provinsi Sumatera Utara

46

3. Provinsi Sumatera Barat

47

4. Provinsi RIAU

5. Provinsi Jambi

48

6. Provinsi Sumatera Selatan

7. Provinsi Bengkulu

49

8. Provinsi Lampung

9. Provinsi Bangka Belitung

50

10. Provinsi Kepulauan Riau

11. Provinsi DKI Jakarata

51

12. Provinsi Jawa Barat

52

12. Provinsi Jawa Tengah

53

13. Provinsi D.I Yogyakarta

15. Provinsi Banten

54

16. Provinsi Jawa Timur

55

17. Provinsi Bali

18. Provinsi Nusa Tenggara Barat

56

19. Provinsi Nusa Tenggara Timur

20. Provinsi Kalimantan Barat

57

21. Provinsi Kalimantan Tengah

22. Provinsi Kalimantan Selatan

58

23. Provinsi Kalimantan Timur

24. Provinsi Kalimantan Utara

59

25. Provinsi Sulawesi Utara

26. Provinsi Sulawesi Tengah

60

27. Provinsi Sulawesi Selatan

61

28. Provinsi Sulawesi Tenggara

29. Provinsi Gorontalo

62

30. Provinsi Sulawesi Barat

31. Provinsi Maluku

63

32. Provinsi Maluku Utara

33. Provinsi Papua Barat

64

34. Provinsi Papua

LAMPIRAN 3

Panduan BKL Integrasi TA 2020

Jumlah Puskesmas SantunLansia & Posyandu LansiaTahun 2019

65

Sumber: Kemenkes (2020)

65

1. Provinsi Aceh

66

2. Provinsi Sumatera Utara

67

3. Provinsi Sumatera Barat

4. Provinsi Riau

68

5. Provinsi Jambi

6. Provinsi Bengkulu

69

7. Provinsi Sumatera Selatan

8. Provinsi Lampung

70

9. Provinsi Bangka Belitung

10 Provinsi Kepulauan Riau

71

11. Provinsi DKI Jakarta

12. Provinsi D.I. Yogyakarta

13. Provinsi Banten

72

14. Provinsi Jawa Barat

73

15. Provinsi Jawa Timur

74

16. Provinsi Jawa Tengah

75

17. Provinsi Bali

18. Provinsi Nusa Tenggara Barat

76

19. Provinsi Nusa Tenggara Timur

77

20. Provinsi Kalimantan Barat

21. Provinsi Kalimantan Tengah

78

22. Provinsi Kalimantan Selatan

23. Provinsi Kalimantan Timur

79

24. Provinsi Kalimantan Utara

25. Provinsi Sulawesi Utara

80

26. Provinsi Sulawesi Tengah

27. Provinsi Gorontalo

81

28. Provinsi Sulawesi Selatan

82

29. Provinsi Sulawesi Tenggara

30. Provinsi Sulawesi Barat

83

31. Provinsi Maluku

32. Provinsi Maluku Utara

84

33. Provinsi Papua

85

34. Provinsi Papua Barat

LAMPIRAN 4

Panduan BKL Integrasi TA 2020

Jumlah Pusat Santunankeluarga (PUSAKA) Tahun 2019

86

Sumber: Kemensos (2020)

87

Provinsi Aceh1.

88

2. Provinsi Sumatera Utara

89

3. Provinsi Sumatera Barat

4. Provinsi Riau

5. Provinsi Jambi

6. Provinsi Sumatera Selatan

90

7. Provinsi Bengkulu

8. Provinsi Lampung

91

9. Provinsi Bangka Belitung

10. Provinsi Kepulauan Riau

92

11. Provinsi DKI Jakarta

12. Provinsi D.I Yogyakarta

93

13. Provinsi Banten

14. Provinsi Jawa Barat

94

15. Provinsi Jawa Tengah

95

16. Provinsi Jawa Timur

96

17. Provinsi Bali

97

18. Provinsi Nusa Tenggara Barat

98

19. Provinsi Nusa Tenggara Timur

99

20. Provinsi Kalimantan Barat

21. Provinsi Kalimantan Tengah

100

22. Provinsi Kalimantan Selatan

23. Provinsi Kalimantan Timur

101

24. Provinsi Kalimantan Utara

25. Provinsi Sulawesi Utara

102

26. Provinsi Sulawesi Tengah

27. Provinsi Gorontalo

103

28. Provinsi Sulawesi Selatan

104

29. Provinsi Sulawesi Tenggara

30. Provinsi Sulawesi Barat

105

31. Provinsi Maluku

32. Provinsi Maluku Utara

106

33. Provinsi Papua

34. Provinsi Papua Barat

107

34. Provinsi Papua Barat

LAMPIRAN 5

Panduan BKL Integrasi TA 2020

FORM PENCATATAN &PELAPORAN

108

109

110

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2012. PedomanPembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Jakarta, BKKBN, 2012

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2014. BukuPegangan Kader: Lansia Tangguh dengan Tujuh Dimensi. Jakarta, BKKBN, 2014

Kementerian Sosial RI, 2014. Pedoman Asistensi Sosial Lanjut Usia Melalui LembagaKesejahteraan Sosial (LKS). Jakarta, Kemensos, 2014

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2016a. PetunjukPenggunaan Media Apron: Lansia Peduli dan AKtif. Jakarta, BKKBN, 2016.

2016b. Petunjuk Penggunaan Media Beberan : Lansia Ramah dan Nyaman.Jakarta, BKKBN, 2016.

2016c. Petunjuk Penggunaan Media Beberan Tangga : Lansia Sehat danProduktif. Jakarta, BKKBN, 2016.

2016d. Petunjuk Penggunaan Media Kartu Ajaib : Lansia Handal danTrampil. Jakarta, BKKBN, 2016.

   2016e. Petunjuk Penggunaan Media Poster Lipat : Lansia Tanggap danCerdas. Jakarta, BKKBN, 2016.

 2016f. Petunjuk Penggunaan Media Poster Seri Terbuka : Lansia Mantapdan Berdaya. Jakarta, BKKBN, 2016.

   2016g. Petunjuk Penggunaan Media Potongan Ganda : Lansia Bertaqwadan Bersyukur. Jakarta, BKKBN, 2016.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2017. PedomanPerawatan Jangka Panjang (PJP)/Long Term Care (LTC) bagi Lansia berbasisKeluarga. Jakarta, BKKBN, 2017

Badan Pusat Statistik, 2019. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2019. Jakarta, BPS, 2019

Kementerian Kesehatan RI, 2019. Pedoman Puskesmas dalam penyelenggaraanKegiatan Kesehatan Lanjut Usia di Posyandu Lansia. Jakarta, Kemenkes, 2019

DAFTAR PUSTAKA

111

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2020. LaporanDallap November, BKKBN, 2020

Kementerian Sosial RI, 2020. Keputusan Direktur Jenderal Rehabiltasi Sosial TentangPusat Santunan Keluarga (PUSAKA) Penanganan Lanjut Usia Di Seluruh Indonesia.Jakarta, Kemensos, 2020

112