ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut
Constantinides (1994, dalam Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono,
1999.
Dengan begitu manusia secara progresif akan
kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan
menuntut makin banyak distorsi metabolik dan
struktural yang disebut sebagai penyakit
degeneratif yang akan menyebabkan kita menghadapi
akhir hidup dengan episode terminal yang dramatic.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Perubahan Anatomi Dan Fisiologi Sistem Endokrin
Pada Lansia
Perubahan Sistem Endokrin pada Lansia. Efek
dan usia pada sistem endokrin sedikit lebih sulit
untuk mendeteksi dengan organ tubuh lain. Walaupun
demikian gangguan endokrin lebih banyak pada usia
40 tahun. Pada wanita, produksi hormon meningkat
dibanding dengan menopause. Dari pria dan wanita,
output anterior pituitary mengalami penurunan.
Umur yang relatif terjadi perubahan pada
struktur dan fungsi dan kelenjar endokrin adalah
sebagai berikut :
a) Kelenjar thiroid mengalami derajat yang sama
dengan atropfi, fibrosis dan nodularity.
b) Hormon thiroid mengalami level penurunan dan
hypoparatiroidisme biasanya sering pada orang
dewasa.
c) Kelenjar adrenal kehilangan beberapa berat
badan dan menjadi makin buruk, fibrotik.
d) Pada bagian anterior, kelenjar pituitary
mengalami penurunan ukuran dan menjadi
mati/fibrotik.
Dalam Stockslager (2007), perubahan fungsi
sistem endokrin secara khusus yaitu :
a) Penurunan kemampuan mentoleransi stress.
b) Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap
naik lebih lama dibandingkan orang yang lebih
muda.
c) Penurunan kadar ekstrogen dan peningkatan kadar
FSH selama menopouse, yang menyebabkan
trombosis dan osteoporosis.
d) Penurunan produksi progeteron.
e) Penurunan kadar aldosteron serum sebanyak 50%.
f) Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%.
2. Masalah-Masalah Dalam Perubahan Sistem Endokrin
Pada Lansia
Dalam Nugroho (1995), penyakit metabolik pada
lanjut usia terutama disebabkan oleh karena
menurunnya produksi hormon dari kelenjar-kelenjar
hormon. Pria dan wanita pada akhir masa dewasa
memasuki apa yang dinamakan kimakterium;
perubahan-perubahan dalam keseimbangan hormonal
yang menyebabkan berkurangnya kekurangan hormon
seks. Menurunnya produksi hormon ini antara lain
terlihat pada wanita mendekati usia 50 tahun, yang
ditandai mulainya menstruasi yang tidak teratur
sampai berhenti sama sekali (menopouse), prosesnya
merupakan proses ilmiah. Pada pria proses tersebut
biasanya terjadi secara lambat laun dan tidak
disertai gejala-gejala psikologis yang luar
biasakecuali sedikit kemurungan dan rasa lesu
serta berkurangnya kemampuan seksualitasnya.
Terdapat pula penurunan kadar hormon
testosteronnya.
Penyakit metabolik yang banyak dijumpai
adalah diabetes melitus atau kencing manis dan
osteoporosis (berkurangnya zat kapur dan bahan-
bahan mineral sehingga tulang lebih mudah rapuh
dan menipis). Diabetes melitus sering dijumpai
pada lanjut usia yang berumur 70 tahun keatas,
akibatnya terjadi degenerasi pembuluh darah dengan
kompliksai pembuluh darah koroner, perubahan
pembuluh darah otak ini dapat menyebabkan stroke
yang bisa mengakibatkan kelumpuhan separuh badan.
Berikut perubahan dan penyakit pada sistem
endokrin yang disebabkan oleh proses penuaan,
yaitu:
1) Menopouse
a. Konsep
Dalam Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono
(1999), menopouse adalah berhentinya haid.
Menopouse menurut pengertian awam adalah
perubahan masa muda ke masa tua. Berhentinya
haid sebagai akibat tidak berfungsinya
ovarium merupakan peristiwa dan bukan satu
periode waktu. Di Indonesia monepouse terjadi
antara 49-50 tahun (Samil dan Ichramsyah,
1991).
Periode mendahului menopouse ditandai
oleh perubahan somatif dan psikologik. Hal
tersebut mencerminkan perubahan normal yang
terjadi di ovarium. Meskipun ada gejala atau
keluhan, periode ini sering dilupakan oleh
pasien maupun dokter. Gejala yang paling
sering terjadi pada masa transisi pra-
menopouse ini adalah haid yang tidak teratur.
Meskipun menopouse atau tidak lagi
datang haid, terjadi setelah terhentinya
fungsi ovarium merupakan keadaan yang paling
dapat diidentifikasi, namun periode sebelum
dan 10 tahun setelah menopouse mempunyai arti
klinis yang lebih penting. Menurut Hurd,
periode transisi ini biasanya berlangsung
sampai periode pasca menopouse. Periode pasca
menopouse biasanya disertai dengan insidensi
kondisi kelainan yang erat hubungannya dengan
usia lanjut. Karena hal tersebut, pelayanan
kesehatan ginekologik pada wanita pasca
menopouse perlu mengetahui tentang seluk
beluk pengobatan pengganti hormon.
b. Gejala-Gejala yang sering timbul
Ada beberapa gejala yang timbul dengan
menopouse pada lansia (Nugroho, 1995), di
antaranya :
Gangguan pada haid: haid menjadi tidak
teratur, kadang-kadang terjadi perdarahan
yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Gelombang rasa panas (Hot Flush). Kadang-
kadang timbul rasa panas pada muka, leher
dan dada bagian atas, disusul dengan
keluarnya keringat yang banyak. Peasaan
panas ini bisa berlangsung beberapa detik
saja, namun bisa berlangsung sampai 1 jam.
Rasa lelah hebat (Fatigue).
Rasa gatal-gatal pada genitalia disebabkan
kulit yang menjadi kering dam keriput.
Sakit-sakit bisa dirasakan seluruh badan
atau pada bagian tubuh tersebut.
Pusing atau sakit kepala. Keluhan ini bisa
disebabkan oleh banyak hal, misalnya
karena meningginya tekanan darah, adanya
gangguan penglihatan atau bisa juga oleh
adanya stres mental.
Insomnia atau keluhan susah tidur, hal ini
bisa disebabkan oleh penyebab fisik maupun
psikis.
Palpitasi dan perubahan gerak seksual. Hal
ini disebabkan oleh pengaruh hormonal
maupun pengaruh psikis. Gejala-gejala jiwa
yang timbul sangat bervariasi dari ringan
sampai yang berat. Keluhan yang sering
timbul adalah adanya rasa takut, tegang
gelisah, lekas marah, mudah gugup, sukar
berkonsentrasi, lekas lupa, dan susah
tidur. Adanya wanita yang mengalami
monepouse manfsirkannya sebagai kehilangan
fungsinya sebagai wanita, karena ia tidak
bisa hamil dan mendapatkan anak lagi. Di
lain pihak ada yang menafsirkan sebagai
akan terhentinya kehidupan seksualnya, hal
ini adalah keliru sekali. Selain dari pada
itu ada yang berpendapat bahwa kegiatan
seksual itu kurang pantas dilakukan bagi
mereka yang sudah tua, maskipun dorongan
ke arah itu tetap ada. Dengan demikian
dapat terlihat bahwa kerisauan menghadapi
masa tua seringkali juga menyangkut
kahidupan seksual.
2) Andropouse
a. Konsep
Dalam Baziad (2003), pada laki-laki tua,
testis masih berfungsi memproduksi sperma dan
hormon testosteron meskipun jumlahnya tidak
sebanyak usia muda. Pada wanita produksi
estrogen berhenti mendadak, sedangkan pada
laki-laki dengan meningkatnya usia produksi
testosteron turun perlahan-lahan, sehingga
membuat definisi andropouse pada laki-laki
sedikit sulit. Kadar hormon testosteron
sampai dengan usia 55-60 tahun relatif stabil
dan baru setelah usia 60 tahun terjadi
penurunan yang berarti.
Meskipun kadar testosteron darah turun,
keluhan tidak segera muncul. Keluhan dapat
muncul setelah beberapa tahun kemudian. Oleh
karena itu, para ahli berpendapat bahwa tidak
ada hubungan langsung antara keluhan dengan
kadar hormon. Meskipun sudah lanjut usia,
orang laki-laki masih saja aktif baik secara
fisik maupun seksual, bahakan tidak jarang
masih dapat mendapatkan keturunan.
b. Gejala
Dalam Baziad (2003), testosteron adalah
hormon laki-laki yang menjadikan laki-laki
berfungsi menjadi seorang laki-laki.
Gejala klinis andropouse antara lain:
Gejala vasomotorik, berupa gejolak panas,
berkeringat, susah tidur, gelisah, dan
takut.
Gejala yang berkaitan dengan aspek
virilitas, berupa kurang tenaga,
berkurangnya massa otot, bulu-bulu rambut
seksual berkurang, penumpukan lemak di
perut, dan osteoporosis.
Gejala yang berhubungan dengan fungsi
kognitif dan suasana hati, berupa mudah
lelah, menurunnya aktivitas tubuh,
rendahnya motivasi, berkurangnya ketajaman
mental/intuisi, depresi hilangnya rasa
percaya diri dan menghargai dirinya
sendiri.
Gejala yang berhubungan dengan masalah
seksual, berupa turunnya libido,
menurunnya aktivitas seksual, kualitas
orgasme menurun, berkurangnya kemampuan
ereksi, dan berkurangnya volume ejakulasi.
3) Diabetes Melitus
a. Konsep
Pada diabetes tipe 2 terdapat dua
masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut, terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes mellitus tipe 2 disertai dengan
penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa.
Seiring pertambahan usia, sel-sel tubuh
menjadi lebih resistant terhadap insulin,
yang mengurangi kemampuan lansia untuk
memetabolisme glukosa. Selain itu, pelepasan
insulin dari sel beta pankreas berkurang dan
melambat. Hasil dari kombinasi proses ini
adalah hiperglikemia. Pada lansia,
konsentrasi glukosa yang mendadak dapat
meningkatkan dan lebih memperpanjang
hiperglikemia. Diabetes tipe 2 pada lansia
disebabkan oleh sekresi insulin yang tidak
normal, resistansi terhadap kerja insulin
pada jaringan target, dan kegagalan
glukoneogenesis hepatic. Penyebab utama
hiperglikemia pada lansia adalah peningkatan
resistansi insulin pada jaringan perifer.
Meskipun jumlah reseptor insulin sebenarnya
sedikit menurun seiring pertambahan usia,
resistansi dipercaya terjadi setelah insulin
berikatan dengan reseptor tersebut. Selain
itu, sel-sel beta pulau Langerhans kurang
sensitif terhadap kadar glukosa yang tinggi,
yang memperlambat produksi glukosa di hati
(http://aqies.wordpress.com, 2009).
b. Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala yang timbul dengan
adanya andropouse, yaitu :
Penurunan berat badan dan kelelahan.
Kehilangan selera makan.
Inkontinensia.
Penurunan penglihatan.
Konfusi atau derajat delirium.
Konstipasi atau kembung abdomen.
Retinopati atau pembentukan katarak.
Perubahan kulit; penurunan nadi perifer,
kulit dingin, penurunan refleks, dan
kemungkinan nyeri perifer atau kebas.
Hipotensi ortostatik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada lansia
dengan gangguan sistem endokrin, sebagai berikut :
1) Health Perception - Health Management
a. Uraikan tentang status kesehatan secara
keseluruhan.
b. Uraikan masalah-masalah endokrin yang
didapatkan masalah (pituitary thyroid),
paratiroid, adrenal, pankreas, ovarium.
testes). Bagaimana masalah ini diatasi?
Apakah dengan obat-obatan, pembedahan,
penggantian hormone, diet? Apa yang
menentukan mengenai pengobatan yang anda
lakukan?
c. Apakah anda merokok/menghisap tobako? Jika
ya, berapa banyak perhari dan berapa lama?
d. Apakah anda sudah merasakan tinggi atau
rendahnya kadar gula darah?
e. Apakah anda minum alkohol? Jika ya, berapa
banyak dan jenis apa?
f. Uraikan bagaimana anda merawat kesehatan
anda?
g. Kapan terakhir anda melakukan latihan fisik ?
2) Metabolik – Nutrisi
a. Uraikan kebiasaan diet anda..
b. Uraikan berapa banyak air yang diminum selama
24 jam.
c. Dapatkah anda mencatat bahwa anda merasa
kehausan yang sangat dan yang biasanya?
d. Apakah anda mengalami perubahan selera makan?
Jika ya, uraikan!
e. Apakah anda mengalami perubahan berat badan?
Jika ya, berapa banyak? Berapa jarak
periodenya?
f. Dapatkah anda mencatat perubahan-perubahan
pada kebiasaan dalam intoleransi antara panas
atau dingin?
g. Apakah anda mengalami kesulitan dalam
menelan? Jelaskan!
3) Eliminasi
a. Uraikan kebiasaan pola berkemih selama
peroide 24 jam. Apakah ada perubahan? Jika
ya, uraikan!
b. Dapatkah anda mencatat perubahan-perubahan
terhadap warna dan bau dari urine anda? Jika
ya, uraikan!
c. Apakah anda sering terbangun pada malam hari
untuk berkemih? Seberapa seringkah?
d. Apakah anda pernah menderita batu ginjal?
Jika ya, bagaimana cara
mengatasinya/pengobatannya?
e. Apakah anda pernah mengalami perubahan
kebiasaan eliminasi? Jelaskan!
4) Aktivitas – Latihan
a. Uraikan kebiasan aktivitas selama periode 24
jam.
b. Aktivitas apa yang biasa anda lakukan
sehingga anda bernapas pendek (seperti sesak)
atau kelelahan? Jelaskan!
c. Apakah anda mengalami perubahan pada
kebiasaan perawatan diri anda berhubungan
dengan masalah endokrin? Jika ya, uraikan!
d. Apakah tingkat energi mengalami peningkatan
atau penurunan? Jika ya, jelaskan!
5) Tidur – Istirahat
a. Apakah terjadi gangguan terhadap tidur malam?
b. Apakah anda merasa gugup atau tidak mampu
istirahaf?
6) Kognitif – Persepsi
a. Apakah anda merasakan kelelahan, menarik diri
atau bingung?
b. Dapatkah anda mencatat adanya suara parau
atau perubahan terhadap suara anda?
c. Dapatkah anda mencatat perubahan-perubahan
terhadap perubahan warna dan kondisi kulit
anda, seperti warna kulit menjadi lebih
gelap, kulit menjadi kering, berminyak atau
memar.
d. Apakah anda pernah mengalami palpitasi
jantung (berdebar-debar)?
e. Apakah anda pernah mengalami nyeri abdominal?
f. Apakah anda. mengalami sakit kepala, hilang
ingatan, perubahan sensasi atau depresi?
g. Apakah anda pernah mengalami kekakuan otot
atau sendi?
7) Konsep Diri
a. Bagaimana perasaan anda tentang masalah
kesehatan ini?
b. Bagaimana perasaan anda setelah mendapati
masalah ini terhadap diri anda dan masa depan
anda?
c. Bagaimana perasaan anda mengenai pengobatan
untuk selama istirahat dalam hidup anda?
8) Role - Relationship (Peran - Hubungan)
a.Apakah ada riwayat terhadap masalah tipe
endokrin di dalam keluarga? Jelaskan!
b.Bagaimana masalah kesehatan ini mempengaruhi
kehidupan anda?
c.Setelah menerima masalah kesehatan ini apakah
perubahan terhadap peran dan tanggung jawab
di dalam keluarga? Jelaskan!
d.Setelah mendapat masalah kesehatan ini apakah
mempengaruhi kemampuan anda untuk bekerja.
Jelaskan!
9) Sexuality - Reproduktif (Seksual - Reproduksi)
a. Dapatkah anda mencatat perubahan terhadap
aktivitas seksual? jelaskan!
b. Dapatkah anda mencatat perubahan dalam
kemampuan dalam hubungan seksual? Jelaskan!
c. Apakah anda mengalami perubahan pada periode
menstruasi. Uraikan!
d. Apakah anda mengalami ketidakpuasan dan
kesulitan mengontrol ereksi?
e. Pernahkah anda mengalami kesulitan pada awal
kehamilan?
f. Pernahkah anda mengalami kesulitan menjadi
seorang ayah ?
g. Berapa banyak anak yang anda miliki? Berapa
berat yang dimiliki pada saat lahir?
10) Koping – Stress
a. Apakah stress memperlihatkan adanya
penambahan gejala terhadap masalah endokrin?
Bila ya, cara apa?
b. Apa atau siapa yang sangat membantu dalam
koping terhadap masalah kesehatan ini?
c. Uraikan apa yang biasanya anda lakukan untuk
mengatasi stress!
11) Value - Belief (Keyakinan/Kepercayaan)
a. Apakah ada orang terdekat klien. praktisi
atau aktifis yang membantu memecahkan masalah
kesehatan ini. Jelaskan!
b. Bagaimana anda merasa masa depan sangat
dihargai selama hidup dengan masalah
kesehatan saat ini?
Beberapa variasi yang normal dibandingkan dengan
yang tidak, dapat menjadi bingung dengan penemuan
abnormal pada endokrin adalah sebagai berikut :
1. Pikun, beberapa kecil coklat, flat macula dapal
dilihat pada lengan dan dorsal pada tangan.
2. Penebalan pada area pigmentasi, dapat dilihat pada
wajah dan tangan.
3. Pertumbuhan rambut yang lambat.
4. Kuku semakin tebal, brittle, dan kuning.
5. Kulit wajah menjadi longgar dan tulang menjadi
lebih menonjol.
6. Penurunan terhadap sensasi perabaan.
7. Penurunan refleks tendon.
8. Penurunan tinggi badan.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan
struktur tubuh dan fungsi, perubahan biopsikososial
seksualitas.
2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan cemas, takut,
stres psikologis.
3) Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
fisiologis proses penuaan.
4) Gangguan harga diri berhubungan dengan gangguan
psikologis; malu, cemas.
3. Intervensi Keperawatan
Dalam Wilkinson (2006), intervensi keperawatan
yang dapat dilakukan dari diagnosa keperawatan
adalah :
1) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan
struktur tubuh dan fungsi, perubahan biopsikososial
seksualitas.
Batasan karakteristik : Perubahan dalam penerimaan
kepuasan seksual, perubahan terhadap diri sendiri
dan orang lain, ketidakmampuan untuk mencapai
kepuasan yang diharapkan.
Kriteria hasil : Menunjukkan adanya keinginan untuk
mendiskusikan perubahan pada fungsi seksusl,
beradaptasi terhadap model pengungkapan seksual yang
berhubungan dengan usia dan perubahan fisik.
Intervensi :
a. Pantau adanya indikator resolusi dari disfungsi
seksual.
b. Berikan informasi yang diperlukan untuk
meningkatkan fungsi seksual (misalnya konseling
yang difokuskan pada bimbingan antisipatorik)
c. Diskusikan keadaan kesehatan terhadap seksualitas
(misalnya efek samping pengobatan; aspek normal
penuaan)
d. Berikan informasi faktual tentang mitos seksual
dan kesalahan informasi yang pasien kemukakan.
e. Berikan konsultasi/rujukan pada anggota tim
pelayanan kesehatan lainnya.
f. Rujuk pasien kepada ahli terapi seks.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan cemas, takut,
stres psikologis.
Batasan karakteristik : Terbangun dalam waktu yang lama,
insomnia, terbangun lebih awal, tidur tidak puas.
Kriteria hasil : Pasien melaporkan perubahan dalam pola
tidur/istirahat, Pasien mengungkapkan peningkatan
rasa sejahtera atau segar.
Intervensi :
a. Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan
faktor-faktor fisik (misalnya; sering berkemih)
atau faktor psikologis (misalnya ketakutan atau
ansietas).
b. Berikan tempat tidur yang nyaman.
c. Tingkatkan kenyamanan waktu tidur misal: mandi
air hangat, masase.
d. Hindari suara yang keras dan penggunaan lampu
saat tidur malam, berikan lingkungan yang tenang
dan minimalkan gangguan.
e. Dukung penggunaan obat tidur.
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan
fisiologis proses penuaan.
Batasan karakteristik : Kurang atau masalah memori,
ketidak sesuaian kognitif, bingung.
Kriteria hasil : Pasien mampu mempertahankan orientasi
realita sehari-hari, pasien mampu mengenali
perubahan pola pemikiran dan tingkah laku.
Intervensi :
a. Kaji dan dokumentasikan orientasi pasien terhadap
orang, tempat, waktu, dan situasi.
b. Panggil klien dengan nama kesukaannya.
c. Berikan umpan balik positif dan penguatan untuk
perilaku yang sesuai.
d. Berikan dukungan untuk pasien/keluarga saat
periode disorientasi pasien.
e. Berikan obat antipsikotik dan antiasnsietas
secara rutin dan jika diperlukan.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan gangguan
psikologis; malu, cemas.
Batasan karakteristik : Malu, myangkal permasalahn yang
nyata, kesulitan dalam membuat keputusan, kurangnya
kerja sama.
Kriteria hasil : Pasien menyatakan masalah dan
menunjukkan pemecahan masalah yang sehat, pasien
menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi
terhadap perubahan pada citra tubuh.
Intervensi :
a. Pantau pernyataan klien tentang penghargaan diri.
b. Berikan waktu untuk mendengar masalah dan
ketakutan pasien.
c. Bantu klien untuk mengidentifikasi respons
positif terhadap orang lain.
d. Hindari tindakan yang dapat melemahkan klien.
e. Berikan penghargaan atau pujian terhadap
perkembangan klien dalam pencapaian tujuan.
f. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang dapat
meningkatkan harga diri.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan