ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN

23
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut Constantinides (1994, dalam Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono, 1999. Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menuntut makin banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif yang akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatic.

Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu

proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /

mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut

Constantinides (1994, dalam Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono,

1999.

Dengan begitu manusia secara progresif akan

kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan

menuntut makin banyak distorsi metabolik dan

struktural yang disebut sebagai penyakit

degeneratif yang akan menyebabkan kita menghadapi

akhir hidup dengan episode terminal yang dramatic.

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Perubahan Anatomi Dan Fisiologi Sistem Endokrin

Pada Lansia

Perubahan Sistem Endokrin pada Lansia. Efek

dan usia pada sistem endokrin sedikit lebih sulit

untuk mendeteksi dengan organ tubuh lain. Walaupun

demikian gangguan endokrin lebih banyak pada usia

40 tahun. Pada wanita, produksi hormon meningkat

dibanding dengan menopause. Dari pria dan wanita,

output anterior pituitary mengalami penurunan.

Umur yang relatif terjadi perubahan pada

struktur dan fungsi dan kelenjar endokrin adalah

sebagai berikut :

a) Kelenjar thiroid mengalami derajat yang sama

dengan atropfi, fibrosis dan nodularity.

b) Hormon thiroid mengalami level penurunan dan

hypoparatiroidisme biasanya sering pada orang

dewasa.

c) Kelenjar adrenal kehilangan beberapa berat

badan dan menjadi makin buruk, fibrotik.

d) Pada bagian anterior, kelenjar pituitary

mengalami penurunan ukuran dan menjadi

mati/fibrotik.

Dalam Stockslager (2007), perubahan fungsi

sistem endokrin secara khusus yaitu :

a) Penurunan kemampuan mentoleransi stress.

b) Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap

naik lebih lama dibandingkan orang yang lebih

muda.

c) Penurunan kadar ekstrogen dan peningkatan kadar

FSH selama menopouse, yang menyebabkan

trombosis dan osteoporosis.

d) Penurunan produksi progeteron.

e) Penurunan kadar aldosteron serum sebanyak 50%.

f) Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%.

2. Masalah-Masalah Dalam Perubahan Sistem Endokrin

Pada Lansia

Dalam Nugroho (1995), penyakit metabolik pada

lanjut usia terutama disebabkan oleh karena

menurunnya produksi hormon dari kelenjar-kelenjar

hormon. Pria dan wanita pada akhir masa dewasa

memasuki apa yang dinamakan kimakterium;

perubahan-perubahan dalam keseimbangan hormonal

yang menyebabkan berkurangnya kekurangan hormon

seks. Menurunnya produksi hormon ini antara lain

terlihat pada wanita mendekati usia 50 tahun, yang

ditandai mulainya menstruasi yang tidak teratur

sampai berhenti sama sekali (menopouse), prosesnya

merupakan proses ilmiah. Pada pria proses tersebut

biasanya terjadi secara lambat laun dan tidak

disertai gejala-gejala psikologis yang luar

biasakecuali sedikit kemurungan dan rasa lesu

serta berkurangnya kemampuan seksualitasnya.

Terdapat pula penurunan kadar hormon

testosteronnya.

Penyakit metabolik yang banyak dijumpai

adalah diabetes melitus atau kencing manis dan

osteoporosis (berkurangnya zat kapur dan bahan-

bahan mineral sehingga tulang lebih mudah rapuh

dan menipis). Diabetes melitus sering dijumpai

pada lanjut usia yang berumur 70 tahun keatas,

akibatnya terjadi degenerasi pembuluh darah dengan

kompliksai pembuluh darah koroner, perubahan

pembuluh darah otak ini dapat menyebabkan stroke

yang bisa mengakibatkan kelumpuhan separuh badan.

Berikut perubahan dan penyakit pada sistem

endokrin yang disebabkan oleh proses penuaan,

yaitu:

1) Menopouse

a. Konsep

Dalam Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono

(1999), menopouse adalah berhentinya haid.

Menopouse menurut pengertian awam adalah

perubahan masa muda ke masa tua. Berhentinya

haid sebagai akibat tidak berfungsinya

ovarium merupakan peristiwa dan bukan satu

periode waktu. Di Indonesia monepouse terjadi

antara 49-50 tahun (Samil dan Ichramsyah,

1991).

Periode mendahului menopouse ditandai

oleh perubahan somatif dan psikologik. Hal

tersebut mencerminkan perubahan normal yang

terjadi di ovarium. Meskipun ada gejala atau

keluhan, periode ini sering dilupakan oleh

pasien maupun dokter. Gejala yang paling

sering terjadi pada masa transisi pra-

menopouse ini adalah haid yang tidak teratur.

Meskipun menopouse atau tidak lagi

datang haid, terjadi setelah terhentinya

fungsi ovarium merupakan keadaan yang paling

dapat diidentifikasi, namun periode sebelum

dan 10 tahun setelah menopouse mempunyai arti

klinis yang lebih penting. Menurut Hurd,

periode transisi ini biasanya berlangsung

sampai periode pasca menopouse. Periode pasca

menopouse biasanya disertai dengan insidensi

kondisi kelainan yang erat hubungannya dengan

usia lanjut. Karena hal tersebut, pelayanan

kesehatan ginekologik pada wanita pasca

menopouse perlu mengetahui tentang seluk

beluk pengobatan pengganti hormon.

b. Gejala-Gejala yang sering timbul

Ada beberapa gejala yang timbul dengan

menopouse pada lansia (Nugroho, 1995), di

antaranya :

Gangguan pada haid: haid menjadi tidak

teratur, kadang-kadang terjadi perdarahan

yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Gelombang rasa panas (Hot Flush). Kadang-

kadang timbul rasa panas pada muka, leher

dan dada bagian atas, disusul dengan

keluarnya keringat yang banyak. Peasaan

panas ini bisa berlangsung beberapa detik

saja, namun bisa berlangsung sampai 1 jam.

Rasa lelah hebat (Fatigue).

Rasa gatal-gatal pada genitalia disebabkan

kulit yang menjadi kering dam keriput.

Sakit-sakit bisa dirasakan seluruh badan

atau pada bagian tubuh tersebut.

Pusing atau sakit kepala. Keluhan ini bisa

disebabkan oleh banyak hal, misalnya

karena meningginya tekanan darah, adanya

gangguan penglihatan atau bisa juga oleh

adanya stres mental.

Insomnia atau keluhan susah tidur, hal ini

bisa disebabkan oleh penyebab fisik maupun

psikis.

Palpitasi dan perubahan gerak seksual. Hal

ini disebabkan oleh pengaruh hormonal

maupun pengaruh psikis. Gejala-gejala jiwa

yang timbul sangat bervariasi dari ringan

sampai yang berat. Keluhan yang sering

timbul adalah adanya rasa takut, tegang

gelisah, lekas marah, mudah gugup, sukar

berkonsentrasi, lekas lupa, dan susah

tidur. Adanya wanita yang mengalami

monepouse manfsirkannya sebagai kehilangan

fungsinya sebagai wanita, karena ia tidak

bisa hamil dan mendapatkan anak lagi. Di

lain pihak ada yang menafsirkan sebagai

akan terhentinya kehidupan seksualnya, hal

ini adalah keliru sekali. Selain dari pada

itu ada yang berpendapat bahwa kegiatan

seksual itu kurang pantas dilakukan bagi

mereka yang sudah tua, maskipun dorongan

ke arah itu tetap ada. Dengan demikian

dapat terlihat bahwa kerisauan menghadapi

masa tua seringkali juga menyangkut

kahidupan seksual.

2) Andropouse

a. Konsep

Dalam Baziad (2003), pada laki-laki tua,

testis masih berfungsi memproduksi sperma dan

hormon testosteron meskipun jumlahnya tidak

sebanyak usia muda. Pada wanita produksi

estrogen berhenti mendadak, sedangkan pada

laki-laki dengan meningkatnya usia produksi

testosteron turun perlahan-lahan, sehingga

membuat definisi andropouse pada laki-laki

sedikit sulit. Kadar hormon testosteron

sampai dengan usia 55-60 tahun relatif stabil

dan baru setelah usia 60 tahun terjadi

penurunan yang berarti.

Meskipun kadar testosteron darah turun,

keluhan tidak segera muncul. Keluhan dapat

muncul setelah beberapa tahun kemudian. Oleh

karena itu, para ahli berpendapat bahwa tidak

ada hubungan langsung antara keluhan dengan

kadar hormon. Meskipun sudah lanjut usia,

orang laki-laki masih saja aktif baik secara

fisik maupun seksual, bahakan tidak jarang

masih dapat mendapatkan keturunan.

b. Gejala

Dalam Baziad (2003), testosteron adalah

hormon laki-laki yang menjadikan laki-laki

berfungsi menjadi seorang laki-laki.

Gejala klinis andropouse antara lain:

Gejala vasomotorik, berupa gejolak panas,

berkeringat, susah tidur, gelisah, dan

takut.

Gejala yang berkaitan dengan aspek

virilitas, berupa kurang tenaga,

berkurangnya massa otot, bulu-bulu rambut

seksual berkurang, penumpukan lemak di

perut, dan osteoporosis.

Gejala yang berhubungan dengan fungsi

kognitif dan suasana hati, berupa mudah

lelah, menurunnya aktivitas tubuh,

rendahnya motivasi, berkurangnya ketajaman

mental/intuisi, depresi hilangnya rasa

percaya diri dan menghargai dirinya

sendiri.

Gejala yang berhubungan dengan masalah

seksual, berupa turunnya libido,

menurunnya aktivitas seksual, kualitas

orgasme menurun, berkurangnya kemampuan

ereksi, dan berkurangnya volume ejakulasi.

3) Diabetes Melitus

a. Konsep

Pada diabetes tipe 2 terdapat dua

masalah utama yang berhubungan dengan

insulin, yaitu resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin

akan terikat dengan reseptor khusus pada

permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya

insulin dengan reseptor tersebut, terjadi

suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme

glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada

diabetes mellitus tipe 2 disertai dengan

penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian

insulin menjadi tidak efektif untuk

menstimulasi pengambilan glukosa.

Seiring pertambahan usia, sel-sel tubuh

menjadi lebih resistant terhadap insulin,

yang mengurangi kemampuan lansia untuk

memetabolisme glukosa. Selain itu, pelepasan

insulin dari sel beta pankreas berkurang dan

melambat. Hasil dari kombinasi proses ini

adalah hiperglikemia. Pada lansia,

konsentrasi glukosa yang mendadak dapat

meningkatkan dan lebih memperpanjang

hiperglikemia. Diabetes tipe 2 pada lansia

disebabkan oleh sekresi insulin yang tidak

normal, resistansi terhadap kerja insulin

pada jaringan target, dan kegagalan

glukoneogenesis hepatic. Penyebab utama

hiperglikemia pada lansia adalah peningkatan

resistansi insulin pada jaringan perifer.

Meskipun jumlah reseptor insulin sebenarnya

sedikit menurun seiring pertambahan usia,

resistansi dipercaya terjadi setelah insulin

berikatan dengan reseptor tersebut. Selain

itu, sel-sel beta pulau Langerhans kurang

sensitif terhadap kadar glukosa yang tinggi,

yang memperlambat produksi glukosa di hati

(http://aqies.wordpress.com, 2009).

b. Tanda dan Gejala

Beberapa tanda dan gejala yang timbul dengan

adanya andropouse, yaitu :

Penurunan berat badan dan kelelahan.

Kehilangan selera makan.

Inkontinensia.

Penurunan penglihatan.

Konfusi atau derajat delirium.

Konstipasi atau kembung abdomen.

Retinopati atau pembentukan katarak.

Perubahan kulit; penurunan nadi perifer,

kulit dingin, penurunan refleks, dan

kemungkinan nyeri perifer atau kebas.

Hipotensi ortostatik.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian yang dapat dilakukan pada lansia

dengan gangguan sistem endokrin, sebagai berikut :

1) Health Perception - Health Management

a. Uraikan tentang status kesehatan secara

keseluruhan.

b. Uraikan masalah-masalah endokrin yang

didapatkan masalah (pituitary thyroid),

paratiroid, adrenal, pankreas, ovarium.

testes). Bagaimana masalah ini diatasi?

Apakah dengan obat-obatan, pembedahan,

penggantian hormone, diet? Apa yang

menentukan mengenai pengobatan yang anda

lakukan?

c. Apakah anda merokok/menghisap tobako? Jika

ya, berapa banyak perhari dan berapa lama?

d. Apakah anda sudah merasakan tinggi atau

rendahnya kadar gula darah?

e. Apakah anda minum alkohol? Jika ya, berapa

banyak dan jenis apa?

f. Uraikan bagaimana anda merawat kesehatan

anda?

g. Kapan terakhir anda melakukan latihan fisik ?

2) Metabolik – Nutrisi

a. Uraikan kebiasaan diet anda..

b. Uraikan berapa banyak air yang diminum selama

24 jam.

c. Dapatkah anda mencatat bahwa anda merasa

kehausan yang sangat dan yang biasanya?

d. Apakah anda mengalami perubahan selera makan?

Jika ya, uraikan!

e. Apakah anda mengalami perubahan berat badan?

Jika ya, berapa banyak? Berapa jarak

periodenya?

f. Dapatkah anda mencatat perubahan-perubahan

pada kebiasaan dalam intoleransi antara panas

atau dingin?

g. Apakah anda mengalami kesulitan dalam

menelan? Jelaskan!

3) Eliminasi

a. Uraikan kebiasaan pola berkemih selama

peroide 24 jam. Apakah ada perubahan? Jika

ya, uraikan!

b. Dapatkah anda mencatat perubahan-perubahan

terhadap warna dan bau dari urine anda? Jika

ya, uraikan!

c. Apakah anda sering terbangun pada malam hari

untuk berkemih? Seberapa seringkah?

d. Apakah anda pernah menderita batu ginjal?

Jika ya, bagaimana cara

mengatasinya/pengobatannya?

e. Apakah anda pernah mengalami perubahan

kebiasaan eliminasi? Jelaskan!

4) Aktivitas – Latihan

a. Uraikan kebiasan aktivitas selama periode 24

jam.

b. Aktivitas apa yang biasa anda lakukan

sehingga anda bernapas pendek (seperti sesak)

atau kelelahan? Jelaskan!

c. Apakah anda mengalami perubahan pada

kebiasaan perawatan diri anda berhubungan

dengan masalah endokrin? Jika ya, uraikan!

d. Apakah tingkat energi mengalami peningkatan

atau penurunan? Jika ya, jelaskan!

5) Tidur – Istirahat

a. Apakah terjadi gangguan terhadap tidur malam?

b. Apakah anda merasa gugup atau tidak mampu

istirahaf?

6) Kognitif – Persepsi

a. Apakah anda merasakan kelelahan, menarik diri

atau bingung?

b. Dapatkah anda mencatat adanya suara parau

atau perubahan terhadap suara anda?

c. Dapatkah anda mencatat perubahan-perubahan

terhadap perubahan warna dan kondisi kulit

anda, seperti warna kulit menjadi lebih

gelap, kulit menjadi kering, berminyak atau

memar.

d. Apakah anda pernah mengalami palpitasi

jantung (berdebar-debar)?

e. Apakah anda pernah mengalami nyeri abdominal?

f. Apakah anda. mengalami sakit kepala, hilang

ingatan, perubahan sensasi atau depresi?

g. Apakah anda pernah mengalami kekakuan otot

atau sendi?

7) Konsep Diri

a. Bagaimana perasaan anda tentang masalah

kesehatan ini?

b. Bagaimana perasaan anda setelah mendapati

masalah ini terhadap diri anda dan masa depan

anda?

c. Bagaimana perasaan anda mengenai pengobatan

untuk selama istirahat dalam hidup anda?

8) Role - Relationship (Peran - Hubungan)

a.Apakah ada riwayat terhadap masalah tipe

endokrin di dalam keluarga? Jelaskan!

b.Bagaimana masalah kesehatan ini mempengaruhi

kehidupan anda?

c.Setelah menerima masalah kesehatan ini apakah

perubahan terhadap peran dan tanggung jawab

di dalam keluarga? Jelaskan!

d.Setelah mendapat masalah kesehatan ini apakah

mempengaruhi kemampuan anda untuk bekerja.

Jelaskan!

9) Sexuality - Reproduktif (Seksual - Reproduksi)

a. Dapatkah anda mencatat perubahan terhadap

aktivitas seksual? jelaskan!

b. Dapatkah anda mencatat perubahan dalam

kemampuan dalam hubungan seksual? Jelaskan!

c. Apakah anda mengalami perubahan pada periode

menstruasi. Uraikan!

d. Apakah anda mengalami ketidakpuasan dan

kesulitan mengontrol ereksi?

e. Pernahkah anda mengalami kesulitan pada awal

kehamilan?

f. Pernahkah anda mengalami kesulitan menjadi

seorang ayah ?

g. Berapa banyak anak yang anda miliki? Berapa

berat yang dimiliki pada saat lahir?

10) Koping – Stress

a. Apakah stress memperlihatkan adanya

penambahan gejala terhadap masalah endokrin?

Bila ya, cara apa?

b. Apa atau siapa yang sangat membantu dalam

koping terhadap masalah kesehatan ini?

c. Uraikan apa yang biasanya anda lakukan untuk

mengatasi stress!

11) Value - Belief (Keyakinan/Kepercayaan)

a. Apakah ada orang terdekat klien. praktisi

atau aktifis yang membantu memecahkan masalah

kesehatan ini. Jelaskan!

b. Bagaimana anda merasa masa depan sangat

dihargai selama hidup dengan masalah

kesehatan saat ini?

Beberapa variasi yang normal dibandingkan dengan

yang tidak, dapat menjadi bingung dengan penemuan

abnormal pada endokrin adalah sebagai berikut :

1. Pikun, beberapa kecil coklat, flat macula dapal

dilihat pada lengan dan dorsal pada tangan.

2. Penebalan pada area pigmentasi, dapat dilihat pada

wajah dan tangan.

3. Pertumbuhan rambut yang lambat.

4. Kuku semakin tebal, brittle, dan kuning.

5. Kulit wajah menjadi longgar dan tulang menjadi

lebih menonjol.

6. Penurunan terhadap sensasi perabaan.

7. Penurunan refleks tendon.

8. Penurunan tinggi badan.

2. Diagnosa Keperawatan

1) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan

struktur tubuh dan fungsi, perubahan biopsikososial

seksualitas.

2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan cemas, takut,

stres psikologis.

3) Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan

fisiologis proses penuaan.

4) Gangguan harga diri berhubungan dengan gangguan

psikologis; malu, cemas.

3. Intervensi Keperawatan

Dalam Wilkinson (2006), intervensi keperawatan

yang dapat dilakukan dari diagnosa keperawatan

adalah :

1) Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan

struktur tubuh dan fungsi, perubahan biopsikososial

seksualitas.

Batasan karakteristik : Perubahan dalam penerimaan

kepuasan seksual, perubahan terhadap diri sendiri

dan orang lain, ketidakmampuan untuk mencapai

kepuasan yang diharapkan.

Kriteria hasil : Menunjukkan adanya keinginan untuk

mendiskusikan perubahan pada fungsi seksusl,

beradaptasi terhadap model pengungkapan seksual yang

berhubungan dengan usia dan perubahan fisik.

Intervensi :

a. Pantau adanya indikator resolusi dari disfungsi

seksual.

b. Berikan informasi yang diperlukan untuk

meningkatkan fungsi seksual (misalnya konseling

yang difokuskan pada bimbingan antisipatorik)

c. Diskusikan keadaan kesehatan terhadap seksualitas

(misalnya efek samping pengobatan; aspek normal

penuaan)

d. Berikan informasi faktual tentang mitos seksual

dan kesalahan informasi yang pasien kemukakan.

e. Berikan konsultasi/rujukan pada anggota tim

pelayanan kesehatan lainnya.

f. Rujuk pasien kepada ahli terapi seks.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan cemas, takut,

stres psikologis.

Batasan karakteristik : Terbangun dalam waktu yang lama,

insomnia, terbangun lebih awal, tidur tidak puas.

Kriteria hasil : Pasien melaporkan perubahan dalam pola

tidur/istirahat, Pasien mengungkapkan peningkatan

rasa sejahtera atau segar.

Intervensi :

a. Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan

faktor-faktor fisik (misalnya; sering berkemih)

atau faktor psikologis (misalnya ketakutan atau

ansietas).

b. Berikan tempat tidur yang nyaman.

c. Tingkatkan kenyamanan waktu tidur misal: mandi

air hangat, masase.

d. Hindari suara yang keras dan penggunaan lampu

saat tidur malam, berikan lingkungan yang tenang

dan minimalkan gangguan.

e. Dukung penggunaan obat tidur.

3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan

fisiologis proses penuaan.

Batasan karakteristik : Kurang atau masalah memori,

ketidak sesuaian kognitif, bingung.

Kriteria hasil : Pasien mampu mempertahankan orientasi

realita sehari-hari, pasien mampu mengenali

perubahan pola pemikiran dan tingkah laku.

Intervensi :

a. Kaji dan dokumentasikan orientasi pasien terhadap

orang, tempat, waktu, dan situasi.

b. Panggil klien dengan nama kesukaannya.

c. Berikan umpan balik positif dan penguatan untuk

perilaku yang sesuai.

d. Berikan dukungan untuk pasien/keluarga saat

periode disorientasi pasien.

e. Berikan obat antipsikotik dan antiasnsietas

secara rutin dan jika diperlukan.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan gangguan

psikologis; malu, cemas.

Batasan karakteristik : Malu, myangkal permasalahn yang

nyata, kesulitan dalam membuat keputusan, kurangnya

kerja sama.

Kriteria hasil : Pasien menyatakan masalah dan

menunjukkan pemecahan masalah yang sehat, pasien

menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi

terhadap perubahan pada citra tubuh.

Intervensi :

a. Pantau pernyataan klien tentang penghargaan diri.

b. Berikan waktu untuk mendengar masalah dan

ketakutan pasien.

c. Bantu klien untuk mengidentifikasi respons

positif terhadap orang lain.

d. Hindari tindakan yang dapat melemahkan klien.

e. Berikan penghargaan atau pujian terhadap

perkembangan klien dalam pencapaian tujuan.

f. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang dapat

meningkatkan harga diri.

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan