asuhan keperawatan dalam pemenuhan
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of asuhan keperawatan dalam pemenuhan
1
ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR PADA Ny. S
DENGAN SEKSIO SESARIA DENGAN INDIKASI KETUBAN
PECAH DINI (KPD) DI PAVILIUN AL- ADAWIYAH
RUMAH SAKIT ISLAM SUKAPURA
JAKARTA UTARA TANGGAL 06 – 07 JUNI 2016
Disusun Oleh:
INTAN WIDYAWATI
NIM : 2013750023
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2016
4
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Ny. S Dengan Seksio Sesaria Dengan
Indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD) Di Paviliun Al-Adawiyah Rumah Sakit
Islam Sukapura”.
Makalah ini tidak luput berkat adanya dukungan, bantuan baik moril maupun
material yang telah diberikan dari berbagai pihak yang banyak membantu penulis
dalam pembuatan sampai dengan selesainya makalah ini.
Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Allah SWT, yang Maha pengasih Lagi Maha Penyayang yang selalu
meberikan kemudahan untuk mengerjakan karya tulis ini dan membantu
penulisan dalam mengerjakan karya tulis ilmiah ini serta melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini, untuk memenuhi syarat kelulusan DIII Keperawatan FIK UMJ.
2. Buat keluarga terutama kedua orang tua tercinta yang telah memberikan
dukungan, kasih sayang dan dukungan yang telah diberikan baik moril
maupun materil serta doa yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
3. Ibu Ns. Idriani, M.Kep.,Sp.Mat. selaku Ka prodi program DIII Keperawatan
FIK UMJ.
4. Ibu Ns. Idriani, M.,Kep.,Mat. selaku pembimbing dan penguji dalam makalah
ini.
5. Ibu Ns. Siti Habibah,S.Kep. selaku penguji makalah ini.
6. Ibu Ns. Nurhayati.M.Kep.Sp.Kep.Kom selaku wali akademik tingkat III
angkatan XXXI program DIII keperawatan FIK UMJ.
5
7. Kepala ruangan dan staf perawat di paviliun Al-Adawiyah Rumah Sakit
Islam Sukapura yang selalu membantu penulis data-data yang diperlukan.
8. Para dosen dan staf pendidikan Akademik perawatan FIK UMJ yang selalu
sehat dalam membimbing penulis.
9. Untuk NDS yang selalu setia memberikan support dan motivasinya sehingga
makalah ini selesai tepat waktu.
10. Untuk teman seperjuangan KTI Maternitas Dwi Nur, Endah, Kartika, Peggy
makasih atas kerjasamanya dan dukungan selama mengurus KTI yang tidak
pernah lelah semoga sukses buat kalian semua.
11. Semua teman-teman Akademik Keperawatan FIK UMJ terutama angkatan
XXXI yang telah membantu memberi dukungan kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dalam mencapai penyempurnaan pembuatan karya tulis ini.Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dan mudah-mudahan makalah ini berguna bagi pembaca
umumnya dan bagi penulis khususnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta 21 Juni 2016
Penulis
6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI…………….. ……………….…………….….. ................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................ 3
C. Ruang lingkup .................................................................................... 4
D. Metode Penulisan ............................................................................... 4
E. Sistematika Penulisan......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi .............................................................................................. 6
B. Adaptasi fisiologis .............................................................................. 7
C. Adaptasi psikologis ............................................................................ 19
D. Perawatan pasca persalinan .………………………………………..20
E. Definisi seksio sesaria ........................................................................ 22
F. Klasifikasi seksio sesaria.................................................................... 22
G. Etiologi seksio sesaria ........................................................................ 23
H. Manifestasi klinik seksio sesaria ........................................................ 24
I. Komplikasi ........................................................................................ 25
J. Definisi KPD ...................................................................................... 25
K. Etiologi KPD………………………………………………………..25
L. Manifestasi klinik KPD…………………………………………….26
M. Pemenuhan kebutuhan dasar……………………………………….26
N. Asuhan keperawatan………………………………………………..31
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan .................................................................... 38
7
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 47
C. Perencanaan Keperawataan ................................................................ 50
D. Pelaksanaan Keperawatan .................................................................. 55
E. Evaluasi Keperawataan ...................................................................... 65
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawataan .................................................................. 73
B. Diagnosa Keperawataan ..................................................................... 76
C. Perencanaan Keperawatan ................................................................. 77
D. Pelaksanaan Keperawatan .................................................................. 79
E. Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 79
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN .................................................................................. 81
B. SARAN .............................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 83
LAMPIRAN ............................................................................................................... 84
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persalinan dalam kehidupan manusia merupakan suatu hal yang wajar terjadi,
akan tetapi kalau tidak ditangani secara tepat akan menimbulkan dampak
yang tidak di inginkan bahkan bisa berakibat fatal yaitu kematian ibu dan
janin. Proses persalinan dalam keadaan fisiologis dapat berjalan dengan
normal, tetapi ada kalanya pada persalinan timbul penyulit, salah satu cara
untuk mengatasi penyulit dalam persalinan adalah seksio sesaria, seksio
sesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500
gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Sofian. A.,
2012).Persalinan buatan dengan seksio sesaria dapat menyebabkan timbulnya
masalah seperti: perdarahan atau infeksi hal ini dapat menyebabkan
meningkatnya angka kematian pada ibu.( Sriastuti, 2012).
Berdasarkan hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada
tahun 2012 SDKI mencatat kenaikan AKI yang signifikan, yakni dari 228
menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu, pada
tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding
Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu dan neonatal sebesar 25%.Program ini dilaksanakan di provinsi
dan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu
Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsi tersebut dikarenakan 52,6% dari
jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi
tersebut. Sehingga dengan menurunkan angka kematian ibu di enam provinsi
tersebut diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia
secara signifikan.(Depkes, 2015).
9
Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit
Islam Sukapura pada tahun 2015 (Juni- Desember) di dapatkan jumlah pasien
dengan seksio sesaria 524 kasus, sedangkan pada tahun 2016 di hitung
sampai pertengahan bulan (Januari – Juni) sudah mencapai 330 kasus, hal ini
menunjukkan adanya penurunan dari tahun sebelumnya.
Menurut Ladewig, dkk (2009) pemenuhan kebutuhan pada seksio sesaria
adalah: nutrisi dan cairan, ambulasi (Mobilisasi), eliminasi, defekasi,
kebersihan diri, istirahat, sexual, latihan / senam nifas, perawatan payudara.
Oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan peran dan fungsi perawat dalam hal
ini sebagai provider of nursing care health promotion dimana perawat
memberikan asuhan kepada individu atau untuk mewujudkan kesehatan yang
optimal.Sehubungan dengan masalah keperawatan yang terjadi pada ibu post
seksio sesaria untuk itu peran perawat sebagai tenaga kesehatan untuk
mengatasi masalah yang terjadi pada ibu post seksio sesaria. Dari aspek
promotif peran perawat yaitu memberikan penyuluhan pada ibu saat
mengenai gizi ibu hamil, perawatan ibu melahirkan. Dari aspek preventif
peran perawat yaitu mencegah terjadinya infeksi dengan melakukan
perawatan luka dengan anti aseptik dan menganjurkan untuk mobilisasi
miring kanan kiri. Dari aspek kuratif ( kolaborasi dengan dokter ) peran
perawat yaitu memberikan terapi sesuai intruksi dokter. Dari aspek rehabilatif
peran perawat yaitu menganjurkan ibu untuk menggunakan alat kontrasepsi
yang tepat agar tidak terjadi kehamilan sebelum kondisi fisik dan psikologis.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis sebagai salah satu tenaga
keperawatan yang akan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien, maka
penulis mengambil judul “ Asuhan keperawatan Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Pada Ny. S Dengan Seksio Sesaria Dengan Indikasi
KPD ( Ketuban Pecah Dini) Di Paviliun Al- Adawiyah Rumah Sakit
Islam Sukapura”.
10
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diperolehnya pengalaman nyata memberikan asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar kepada ibu dengan post seksio sesaria
dengan indikasi KPD ( Ketuban Pacah Dini).
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan dasar
pada ibu post partum dengan indikasi KPD (Ketuban Pecah Dini).
b. Mampu menentukan masalah keperawatan sesuai kebutuhan dasar
yang terganggu pada ibu post partum dengan indikasi KPD (Ketuban
Pecah Dini).
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada ibu post partum dengan indikasi KPD (Ketuban
Pecah Dini).
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada ibu post partum dengan indikasi KPD (Ketuban
Pecah Dini).
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada masalah kebutuhan
dasar pada ibu post partum dengan indikasi KPD (Ketuban Pecah
Dini).
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan
kasus pasien dengan post partum dengan indikasi KPD (Ketuban
Pecah Dini).
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung maupun
penghambat serta dapat mencari solusi pada kasus post partum
dengan indikasi KPD (Ketuban Pecah Dini).
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan
dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada ibu post partum dengan
indikasi KPD (Ketuban Pecah Dini).
11
C. Ruang Lingkup
Sehubungan dengan banyaknya kasus seksio sesaria dengan berbagai
indikasi, dan keterbatasan yang diberikan maka penyusun karya tulis ilmiah
hanya membatasi pada Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan post seksio
sesaria dengan indikasi KPD (Ketuban Pecah Dini) di Pavilium Al-Adawiyah
Rumah Sakit Islam Sukapura dengan lama observasi selama dua hari dari
tanggal 06 Juni sampai dengan tanggal 07 Juni 2016.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah
metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu suatu metode yang
memberikan gambaran nyata dari hasil pengalaman dengan cara mempelajari,
mengamati, dan membandingkan dengan studi kasus kepustakaan yang ada.
Di mana teknik pengumpulan data di peroleh dengan cara:
1. Studi kepustakaan yaitu mempelajari teori-teori, buku-buku keperawatan,
serta catatan ilmiah yang berkaitan dengan kasus.
2. Wawancara langsung dengan pasien, keluarga pasien serta perawat untuk
memperoleh data yang akurat dan jelas mengenai masalah pasien.
3. Observasi, di mana penulis terlibat langsung pada pasien yang
bersangkutan mengenai perkembangan, pengobatan, dan perawatan serta
hasil tindakan yang telah di berikan.
E. Sistem Penulisan
Penulisan karya ilmiah ini terdiri dari V BAB di susun secara sistematis
dengan urutan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini meliputi latar belakang, tujuan penulisan yang terdiri dari tujuan
umum dan tujuan ksusus, metode penulisan, ruang lingkup, dan sistematika
penulisan.
12
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini terdiri dari Konsep Dasar Post Partum (pengertian post partum,
periode post partum, adaptasi fisiologi post partum, adaptasi psikologis post
partum, perawatan post partum penatalaksanaan), Konsep Dasar Seksio
sesaria (definisi, jenis-jenis seksio sesaria, indikasi, komplikasi), Konsep
Dasar KPD (pengertian, etiologi, manifestasi klinik, pemenuhan kebutuhan
dasar), Asuhan Keperawatan Seksio Sesaria (pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, penatalaksanaan
keperawatan, dan evaluasi keperawatan).
BAB III TINJAUAN KASUS
Merupakan hasil asuhan keperawatan yang membahas tentang pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan
evaluasi pada Ny. S dengan Seksio Sesaria indikasi KPD (Ketuban Pecah
Dini) Di pavilium Al-Adawiyah Rumah Sakit Islam Sukapura dari tanggal 06
– 07Juni 2016.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang kesenjangan yang terkait antara teori pada
landasan teori dengan pelaksanaan yang penulis dapatkan di lapangan selama
melakukan asuhan keperawatan pada ibu dengan seksio sesaria.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan dari pengkajian, diagnosakeperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi.
B. Saran, untuk meningkatkan kinerja perawat
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini penulis akan memaparkan tinjauan teoritis yang terdiri dari
Konsep Dasar Post Partum (pengertian post partum, periode post partum,
adaptasi fisiologis post partum, adaptasi psikologis post partum, perawatan
post partum penatalaksanaan), Konsep Dasar Seksio Sesaria (definisi, jenis-
jenis seksio sesaria, indikasi, komplikasi), Konsep KPD (pengertian, etiologi,
manifestasi klinik, pemenuhan kebutuhan dasar) Asuhan Keperawatan Seksio
Sesaria (pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan).
A. Konsep Dasar Post Partum
1. Definisi Post Partum
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali
organ kandung seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu (Saleha, 2009). Sedangkan menurut Tulman et al., (2009)
post partum adalah adanya perubahan yang terjadi pada status
fisiologis ibu segera setelah melahirkan dan berlangsung lebih dari 6
bulan setelah melahirkan. Dan menurut Mercer, et al., (2009) masa
post partum merupakan suatu masa antara pelahiran sampai organ-
organ reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil. Berbagai
perubahan anatomi dan fisiologis yang nyata terjadi selama masa post
partum ini seiring dengan proses yang terjadi selama masa
kehamilan.
Masa postpartum terbagi tiga tahap, yaitu:
a. Immediet post partum periode (24 jam pertama setelah
melahirkan)
14
Post partum dini, yaitu kepulihan di mana ibu telah di
perbolehkan berdiri dan jalan-jalan, dihitung setelah 24jam
plasenta lahir.
b. Early post partum periode (minggu pertama setelah melahirkan)
Periode 1 minggu setelah melahirkan.
c. Late post partum (minggu kedua/ ketiga sampai keenam setelah
melahirkan)
Minggu kedua sampai keenam setelah melahirkan.
2. Adaptasi Fisiologis Post Partum
Setelah proses melahirkan, seluruh sistem tubuh berhubungan dengan
proses kehamilan akan mengalami perubahan adaptasi (Bobak,dkk,
2009)
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Proses Involusi
Setelah involusi,uterus kembalik ke ukuran normal, walaupun
ukurannya tidak akan sekecil seperti sebelum hamil .segera
segera melahirkan, berat uterus kira-kira 1kg, pada akhir
minggu utama sekitar 500 gram, pada akhir minggu kedua
sekitar 350 gram, dan pada saat involusi komplit ukuran uterus
sekitsr 40 sampai 60 gram.
Segera setelah melahirkan plasenta, uterus masuk kedalam
kedalam rongga panggul dan fundus uterus teraba di
pertengahan tengah antara umbilicus dan simfisis dalam 2
sampai 4 jam seetelah melahirkan, uterus terletak setinggi
umbilicus (12 sampai 14 cm diatas simfisis pusbis), dan 12 jam
kemudian, uterus dapat agak lebih tinggi kemudian tinggi
fundus menurun sekitar 1cm atau turun 1 jari per hari. Pada hari
ke 10 uterus tidak lagi dapat di palpasi pada abdomen.
15
2) Kontraksi Uterus
Segera setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa
jaringan yang hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus
yang tebal saling menutup, yang menyebabkan rongga di
bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama selama
dua hari pertama setelah melahirkan, tetapi kemuadian secara
tetap ukurannya berkurang oleh involusi. Keadaan ini di
sebabkan sebagian oleh kontraksi uterus dan mengecilnya
ukuran masing-masing sel-sel myometrium dan sebagian lagi
oleh proses otolisis, yaitu sebagian material protein dinding
uterus di pecah menjadi komponen yang lebih sederhana yang
kemudian di absorbsi.
a) After Pains
After pains merupakan kontraksi uterus setelah melahirkan
dengan berbagai intensitas. Peristiwa ini merupakan hal
yang sering di alami oleh wanita yang pernah melahirkan,
yang otot–otot uterusnya tidak lagi dapat mempertahankan
retraksi yang tetap karena penurunan tonus dari proses
persalinan sebelumnya. Pada wanita yang baru satu kali
mengalami kehamilan tonus uterus meningkat, dan otot-
ototnya masih dalam keadaan kontraksi dan retraksi yang
tonik.
After pains seringkali terjadi bersamaan dengan menyusui,
pada saat kelenjar hipofisis posterior melepaskan oksitosin
yang disebabkan oleh isapan bayi. Oksitosin menyebabkan
kontraksi saluran lacteal pada payudara, yang mengeluarkan
kolostrum atau air susu, dan menyebabkan otot-otot uterus
berkontraksi, sensasi after pains dapat terjadi selama
kontraksi uterus aktif untuk mengeluarkan bekuan-bekuan
darah dari rongga uterus.
16
b) Subinvolusi Uterus
Kegagalan uterus untuk kembali ke ukuran dan keadaan
normal seperti sebelum hamil.Penyebab subinvolusi yang
paling sering adalah tertahannya fragmen plasenta dan
infeksi.
3) Lochea
Lochea adalah secret berlendir warna putih atau kekuniangan
dari kanal serviks atu vagina yang bisa normal secara fisiologis
atau di sebabkan keadaan patologis vagina dan
endoserviks.lochea memiliki bau yang khas namun seharusnya
tidak berbau busuk.
a) Lochea Rubra
Rubra berwarna merah terang ini berlangsung selama 1 - 3
hari pertama.Berwarna merah terang dan mengandung darah.
Lochea rubra berbau amis, bau busuk mengidentifikasikan
infeksi.
b) Lochea Serosa
Serosa muncul setelah perdarahan berkurang.Warna lochea
serosa berubah menjadi merah muda atau kecoklatan sekitar 7
hari.Lochea serosa sedikit berbau tanah.
c) Lochea Alba
Lochea ini berwarna kuning atau putih, mulai muncul pada
sekitar hari ke-10.Pada masa ini, jumlah lochea berkurang
banyak. Lochea alba juga berbau tanah.
4) Serviks
Ujung serviks yang melunak di sebut tanda Goodell dapat di
lihat sekitar awal minggu ke-6 pada serviks normal pada
jaringan parut.Tanda ini disebabkan oleh peningkatan
vaskularitas, hipertropi ringan, dan hyperplasia (peningkatan
17
jumlah sel) otot dan jaringan ikat kaya kolagen, yang menjadi
longgar, edema, elastis, dan bertambah besar.tempat mengambil
sempel sel untuk skrining kanker serviks, semakin menjauh dari
seviks karena semua perubahan ini, tadi test Papanicolau (Pap
smear) saat kehamilan menjadi sulit (Copeland, 2007).
Serviks sebelum melahirkan berbentuk bulat.Laserasi serviks
hampir selalu terjadi saat persalinan.Mesti demikian, seviks
menjadi lebih oval pada bidang horizontal dan ostium eksterna
tampak seperti celah transversal.
5) Vagina dan Perineum
Vagina menjadi lunak dan membengkak dan memiliki tonus
yang buruk setelah persalinan.Setelah tiga minggu,
vaskularisasi, edema, dan hipertropi akibat kehamilan dan
persalinan berkurag secara nyata.
Rugae vagina muncul kembali pada pasca partum miggu
keeempat, tetapi banyak dari rugae tersebut secara permanen
masih merata setelah melahirkan, rugae tidak setebal pada
nulipara.
Segera setelah melahirkan, introitus vagina mengalami
edema.Jika terdapat laserasi atau episiotomi, kondisi edema
pada introitus vagina makin parah pada area perbaikan.
Kebanyakan wanita terbebas dari nyeri perineal setelah satu
bulan pascapartum,walaupun pada beberapa wanita, ketidak
Kenyamanan mungkin mungkin dapat berlangsung sampai
lebih dari 6 bulan.lebih dari separuh wanita pascapartum
kembali melakukan akktifitas seksual pada 2 bulan pasca
partum dengan waktu median senggama yang nyaman sekitar 3
bulan pascapartum.
18
b. Sistem Endokrin
Setelah melahirkan anak, kadar plasma hormon yang diproduksi
oleh plasenta menurun secara cepat. hPl tidak dapat dideteksi
dalam 24 jam dan kadar hormone gonadotropin korionik turun
dengan cepat. Kadar estrogen turun sampai 90% dalam 3 jam
setelah persalinan dan kemudian secara continue menurun secara
lambat sampai hari ke-7 pascapartum saat estrogen mencapai
kadar yang terendah. Estrogen kembali ke kadar fase folikular
sekitar tiga minggu pada wanita tidak menyusui kembalinya kadar
normal estrogen lambat pada wanita yang menyusui.
Kadar polaktin (hormon hipofisis) meningkat selama kehamilan
setelah melahirkan,prolactin menurun pada wanita yang tidak
menyususi dan mencapai kadar seperti sebelum hamil pada 2
minggu. Pada wanita yang menyusui, prolactin meningkat dengan
tajam bersamaan dengan hisapan dan tetap naik selama berbulan-
bulan.kadar serum prolaktin dipengaruhi oleh banyaknya stimulus
hisapan. Pada wanita yang menyusui 1-3 kali perhari, prolaktin
kembali ke kadar normalnya setelah 6 bulan jika tidak menyusui
lebih dari 6 kali sehari, kadar polaktin yang tinggi akan terus ada
sampai lebih dari 1 tahun.
c. Sistem perkemihan
Pengeluaran janin melewati jalan lahir menyebabkan trauma pada
uretra dan kandung kemih.Mukosa kandung kemih setelah
kelahiran menunjukkan berbagai derajat edema, dengan penurunan
tonus kandung kemih.Kondisi ini menyebabkan penurunan sensasi
terhadap tekanan dan kapasitas kandung kemih yang lebih
besar.Edema jaringan dikombinasikan dengan efek analgesik,
menekan keinginan untuk berkemih.Nyeri panggul bertambah
berkurangnya refleks untuk berkemih.Diuresis pascapartum dapat
menyebabkan cepatnya pengisian kandung kemih.Faktor-faktor
tersebut sering kali menyebabkan kandung kemih sangat besar
19
dengan inkontinensia aliran yang berlebihan dan tidak
sempurnanya pengosongan kandung kemih.Urine residual
membuat kandung kemih lebih rentan terhadap infeksi dan
mengganggu pengeluaran urine normal.Pembesaran kandung
kemih berkepanjangan dapat menyebabkan atonia dinding
kandung kemih.Dengan pengosongan kandung kemih yang
adekuat, tonus biasanya pulih dalam 5-7 hari.
Diuresis terjadi dalam 12 jam pada kelahiran, keluarnya urine
3000 ml selama 4-5 hari, fungsi ginjal kembali ke kondisi sebelum
melahirkan dalam waktu 6 minggu, hal ini menyebabkan
penurunan berat badan sekitar 4,5 kg selama puerperium. Tonus
kandung kemih membaik pada akhir minggu pertama.
d. Perubahan payudara
Perubahan progresif terjadi pada payudara selama kehamilan
sebagai persiapan laktasi, lobulus payudara berkembang di bawah
pengaruh stimulasi hormon estrogen dan progesterone yang di
produksi oleh plasenta dan saluran laktiferus terus mengalami
percabangan dan pelebaran. Hormon prolaktin yang dilepaskan
dari kelenjar hipofisis anterior, kortisol dari kelenjar adrenal
maternal, laktogen plasenta manusia (hPL), dan insulin, semua
hormon yang jumlahnya meningkat selama gestasi, juga berperan
pada perubahan payudara. Prolaktin memiliki peran utama dalam
memulai laktasi, tertapi kerjanya dihambat selama kehamilan
akibat tingginya kadar estrogen dan progesterone (Resnick, 2010).
Selama kehamilan lanjut, sejumlah kecil kolostrum dapat
disekresikan.Setelah melahirkan, terjadi peningkatan sejumlah
produksi pengeluaran kolostrum mengandung lebih banyak
protein dan garam-garam an organik, tetapi sedikit lemak dan
karbohidrat dibandingkan ASI.Kolostrum juga memberikan
kandungan imunoglobin A, suatu antibody gastrointestinal
20
penting yang dibutuhkan bayi baru kahir karena
kurang.Walaupun nilai gizi kolostrum lebih rendah dibanding
ASI, kandungan gizi pada kolostrum sangat tepat khususnya
untuk system pencernaan bayi baru lahir dan memberikan
perlindungan imunologik yang penting.
Perubahan pada payudara setelah kelahiran mempersiapkan zat
gizi untuk bayi baru lahir selama paru akhir kehamilan dan
beberapa hari pertama postpartum, payudara memproduksi
kolostrum, sekresi kekuningan yang memberi vitamin dan zat
imun yang melindungi bayi baru lahir terhadap infeksi. Pada
sekitar hari kedua atau ke-3 post partum, payudara mulai
menyekresi ASI.
Laktasi, produksi ASI, terjadi karena pelepasan 2 hormon, yaitu
prolaktin dan oksitoksin.
Untuk beberapa hari pertama, payudara lunak.Putting harus utuh,
tidak kering, pecah-pecah, atau mengalami fisura. Saat ASI
diproduksi, payudara akan terasa penuh dan keras saat diraba.
Temuan abnormal pada payudara antara lain:
a) Pembesaran payudara
merupakan respons payudara terhadap peningkatan volume
ASI dan perubahan hormone secara mendadak. Pembesaran,
pembengkakan biasanya terjadi pada hari ketiga hingga
kelima postpartum.Payudara mengalami nyeri tekan,
bengkak, panas, dan keras.Pembengkakan dapat menyebar
hingga aksila.Payudara dapat terlihat mengkilat dan
merah.Ibu dapat mengalami sakit kepala, ketidak nyamanan
payudara, dan peningkatan suhu ringan pada masa ini.
b) Berkemih dalam jumlah sedikit
c) Urine residu
d) Infeksi kandung kemih
e) Retensi urine
21
e. Sistem Pencernaan
1) Nafsu makan
Selama kehamilan, nafsu makan dan asupan akan berfluktuasi.
Pada awal kehamilan, beberapa wanita mengalami rasa mual
dengan atau tanpa muntah (morning sickness), kemungkinan
karena peningkatan kadar HCG dan perubahan metabolisme
karbohidrat (Gordon, 2007). Mual dan muntah biasanya muncul
pada minggu ke-4 sampai 6 dan biasanya menghilang pada
akhir bulan ketiga (trimester pertama). Pada akhir trimester
kedua, nafsu makan akan meningkat sebagai respon
peningkatan metabolisme.
2) Mulut
Gusi menjadi hiperemisis, bengkak, dan seperti spons saat
kehamilan. Gusi cenderung mudah berdarah karena kadar
estrogen yang tinggi menyebabkan peningkatan vaskilarisasi
dan poliferasi jaringan ikat. Beberapa wanita mengalami
ptilisme (air liur berlebih) yang dapat disebabkan penurunan
menelan tanpa sadar saat mual atau dari stimulasi kelenjar air
liur karena memakan zat pati (Cunningham dkk.,2007).
3) Esophagus, lambung, dan usus halus
Hernia bagian atas lambung terjadi pada bulan ketujuh atau
kedelapan pada sekitar 15-20%.Kondisi ini disebabkan oleh
pergeseran lambung ke atas yang menyebabkan hiatus di
diafragma melebar.
Peningkatan produksi estrogen menyebabkan penurunan sekresi
asam hidroklorik sehingga terjadinya pembentukan ulkus
peptikum atau bertambah parahnya ulkus yang sudah ada jarang
terjadi saat kehamilan dan mungkin malah membaik (Gordon,
2007).
22
Peningkatan produksi progesterone menyebabkan penurunan
tonus dan motilitas otot polos, sehingga terjadi regurgitasi
esophagus, pengosongan lambung yang lebih lama.Akibatnya,
wanita dapat mengalami rasa terbakar di dada (piosis)yang
dapat terjadi mulai sejak trimester pertama dan bertambah
parah selama trimester ketiga.
4) Kandung empedu dan hepar
Kandung empedu sering kali mengalami distensi karena
penurunan tonus otot selama kehamilan.
Fungsi hepar sullit dinilai selama kehamilan meski demikian,
terjadi beberapa perubahan kecil dalam fungsi hepar.Kadang-
kadang, kolestaatis intrahepatik (retensi dan akumulasi empedu
di hepar karena faktor dalam hepar sendiri) terjadi pada
kehamilan lanjut sebagai respons terhadap steroid plasenta dan
dapat menyebabkan pruritus gravidarum (kuning).Gejala ini
sulit diterapi saat hamil dan dapat dihubungkan dengan resiko
fetus. Namun, gejala ini biasanya menghilang setelah
melahirkan (Cappell, 2007).
5) Eliminasi feses
Konstipasi merupakan suatu hal yang umum terjadi selama
masa pascapartum awal. Hal ini akibat relaksasi usus yang
disebabkan oleh kehamilan dan distensi otot abdomen
menyebabkan kurangnya bantuan dalam proses eliminasi.
Proses fisiologis ini diperparah oleh pembatasan makanan dan
cairan selama persalinan.
Defekasi mungkin tertunda selama 2-3 hari setelah
melahirkan.Nyeri akibat hemoroid, episiotomi, atau laserasi
perineum, yang umumnya terjadi, makin menghambat defekasi.
Kebanyakan laktasif, seperti natrium dokusat (DSS), bisacodil
23
(Dulcolax), atau susu magnesium, untuk memperlancar
eliminasi.
f. Sistem Kardiovaskular
Antara kehamilan 14 daan 20 minggu, denyut nadi meningkat
sekitar 10-15 kali/menit, yang kemudian menetap saat kehamilan
aterm. Palpitasi mungkin terjadi, pada kehamilan kembar
mendekati aterm, frekuensi denyut jantung ibu dapat meningkat
sampai 40% frekuensi saat tidak hamil (Blackburn, 2007).
1) Volume Darah
Volume darah meningkat sekitar 1.500 ml atau sekitar 40-45%
di atas volume sebelum hamil (Cunningham dkk.,2007).
Peningkatan ini terdiri dari 1.000 ml plasma dan 450 ml sel
darah merah (SDM). Rata-rata kehilangan darah persalinan
normal per vagina adalah 400 sampai 500 ml, untuk persalinan
dengan seksio sesaria kehilangan darah sering kali lebih dari
1.000 ml.
2) Curah Jantung
Curah jantung yang meningkat selama persalinan, memuncak
secara tiba-tiba setelah pelepasan plasenta seiring dengan
kontraksi uterus yang memaksa volume darah dalam jumlah
besar masuk ke dalam sirkulasi (Laros, 2007).Peningkatan isi
sekuncup yang disebabkan oleh kehamilan berlanjut sampai
48jam setelah melahirkan, akibat peningkatan aliran balik vena
yang disebabkan oleh hilangnya sirkulasi plasenta dan
menurunnya aliran darah uterus.Kombinasi efek peningkatan
aliran balik vena dan diuresis menyebabkan curah jantung 35%
lebih besar pada masa awal pasca partum.
Dalam dua minggu setelah melahirkan, curah jantung menurun
sampai sekitar 30% (Robson et al., 2007).Penurunan volume
darah bertahap terjadi selama minggu kedua sampai minggu
24
keempat pascapartum, yang memungkinkan curah jantung
kembali ke kondisi sebelum hamil pada sekitar minggu ketiga
pascapartum (Cunninghem et al., 2007).
3) Tanda-tanda Vital
Tekanan darah mengalami sedikit perubahan di bawah keadaan
normal. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dalam 48 jam pertama
setelah melahirkan karena pembengkakan kelenjar limpa.
Setelah melahirkaan, sering kali terjadi bradikardi fisiologik
sementara, yang berlangsung selama 24 sampai 48 jam, dengan
frekuensi jantung 40 sampai 50x/ menit. Bradikardi ringan 50-
70x/ menit dapat terus berlangsung selama 1 minggu.Frekuensi
jantung kembali ke kondisi sebelum hamil sekitar 3 bulan
pascapartum.
Tanda-tanda vital setelah melahirkan:
a) Temperatur : satu jam pertama setelah melahirkan suhu naik
38˚C sebagai efek dehidrasi selama persalinan. Setelah 24
jam wanita yang melahirkan harusnya tidak demam.
b) Denyut Nadi : frekuensi nadi setelah melahirkan 40-70x/
menit. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang
tidak diketahui. Pada minggu ke 8 sampai dengan minggu ke
10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi
sebelum hamil.
c) Pernafasan : pernafasan harus berada dalam rentang normal
sebelum melahirkan.
g. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di stimulasi oleh hormon melanotrofin dari
hipofisis anterior, yang meningkat pada kehamilan. Putting susu,
areola, ketiak, dan vulva akan menjadi gelap pada minggu ke-16
kehamilan. Melasma di wajah, disebut juga kloasma, atau topeng
25
kehamilan, merupakan bercak hiperpigmentasi kecoklatan di kulit
pipi, hidung, dan dahi, terutama pada wanita hamil berkulit gelap.
Linea nigra merupakan garis terpigmentasi dari simfisis pubis
sampai ke atas fundus di garis tengah.Pemanjangan linea nigra, di
mulai pada bulan ketiga, berjalan seiring dengan pertambahan
tinggi fundus.
Striae gravidarum atau stretch mark terlihat di bagian bawah
abdomen yang muncul pada 50-90% wanita hamil pada
pertengahan kedua kehamilan dapat disebabkan oleh
adrenokortikosteroid.
Angioma atau dikenal dengan vascular spider berukuran
kecil/tipis, berbentuk bintang atau bercabang, sedikit menonjol
dan berdenyut di akhir arteriola biasanya ditemukan di leher, dada,
wajah, dan lengan.
h. Sistem Neurologis
Setelah melahirkan, adaptasi neurologis disebabkan kehamilan
kembali semula. Rasa baal dan rasa seperti tersetrum pada jari-jari
tangan, yang sering dialami oleh sekitar 5% wanita hamil
akibatnya terjadi retraksi pleksus brakialis menghilang. Pengaruh
endokrin pada fibrokartilago selama kehamilan secara bertahap
kembali semula selama masa pascapartum.Relaksasi relative dan
meningkatnya pergerakan persendian panggul kembali ke
stabilitas sebelum hamil pada sekitar minggu ke-6 sampai ke-8
setelah melahirkan.Kondisi ini sering kali meredakan nyeri
punggung khas padaa kehamilan, meskipun sumber tegangan baru
karena menggendong bayi baru lahir dapat memperburuk
pemulihan simtomatik.
i. Sistem Muskuloskeletal
Pada periode pascapartum, di perlukan sekitar 6 minggu untuk
dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil.Terjadi
26
pengembalian tonus otot bergantung kepada kondisi tonus
sebelum hamil, latihan fisik yang tepat, dan jumlah jaringan
lemak.Pada keadaan tertentu, dengan atau tanpa ketegangan yang
berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-otot dinding
abdomen memisah, suatu keadaan yang di sebut dengan diastatis
rektiabdominis.
3. Adaptasi Psikologis Postpartum
Ada 3 penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua.Fase-fase
penyesuain internal ini ditandai oleh perilaku taking in, taking hold,
dan letting go. (Rubin, 2011), yaitu:
a. Fase Taking In
Fase Takin In (Dependent) 1 – 2 hari.Pada fase ini, biasanya
sangat tergantung dalam segala hal, termasuk kebutuhan
dasar.Oleh karena itu, klien selalu berfokus pada diri sendiri, klien
mungkin tidak berinisiatif untuk bertemu dengan bayinya. Klien
akan bercerita banyak tentang proses kelahirannya.
b. Fase Taking Hold
Fase Taking Hold (Dependent – Independent) 3 – 8 minggu. Pada
fase ini, klien mulai mencoba menerima dirinya sendiri dan
melakukan peran mandirinya sebagai seorang ibu.Klien mulai
memikirkan pemberian ASI melalui payudaranya, eliminasi,
merawat bayinya. Klien akan berusaha untuk meningkatkan
keahliannya dalam merawat bayinya, tetapi hal ini kadang sulit
bagi klien yang tidak merasa nyaman dan belum mampu.
c. Fase Letting Go
Fase Letting Go (Independent)yaitu periode menerima tanggung
jawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah
melahirkan.Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya.Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui
sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan
27
bayinya.Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah
meningkat pada fase ini. Ibu akan percaya diri dalam menjalani
peran barunya.
4. Perawatan pascapersalinan
Menurut Diyan Indriyani (2013) ada beberapa perawatan pasca
persalinan:
a. Mobilisasi
Disebabkan lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat, tidur
terlentang selama 8 jam pasca persalinan.Kemudia boleh miring-
miring ke kanan dank e kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis
dan trombo emboli.Pada hari ke 2 di perbolehkan duduk, hari ke 3
jalan-jalan.Mobilisasi di atas mempunyai variasi, tergantung pada
komplikasi, persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka. Kegiatan
lain yang dapat di lakukan untuk membantu mempercepat proses
involusi adalah melakukan senam nifas.
b. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori.Sebaiknya
makan makanan yang mengandung cukup protein, banyak cairan,
sayur-sayuran, dan buah-buahan.
c. Miksi
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya.Miksi
normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam.Lakukan
kateterisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih.
d. Defekasi
Ibu diharaapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila
mengalami kesulitan BAB/ konstipasi, lakukan diet teratur: cukup
cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga, berikan obat
rangsangan per oral/ per rectal atau lakukan klisma dilamana di
perlukan.
e. Perawatan Payudara (mamae)
28
Tujuan perawatan payudara adalah untuk mencegah infeksi,
menyangga payudara secara adekuat, dan kenyamanan ibu.
Perawatan mamae sudah di mulai sejak hamil supaya putting, susu
lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Dianjurkan ibu untuk menyusukan bayinya dengan baik
dan benar karena air susu ibu (ASI) sangat baik untuk bayinya.
f. Laktasi
Untuk menghadaoi masa laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan
telaah terjadi perubahan-prubahan pada kelenjar mamae, yaitu
proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan
lemak bertambah. Keluarnya cairan susu, hipervaskularisasi, dan
setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesteron
hilang. Maka, timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau
prolaktin akan merangsang keluarnya air susu ibu. Di samping itu,
pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu
berkontraksi sehingga ASI keluar.
g. Pemeriksaan pasca Persalinan
Bagi wanita dengan persalinan normal sebaiknya dilakukan
pemeriksaan kembali setelah 6 minggu persalinan.Namun, wanita
dengan persalinan yang bermasalah harus kontrol 1 minggu
setelah bersalin. Pemeriksaan post natal meliputi pemeriksaan
umum pada tekanan darah, nadi, keluhan, dan sebagainya. Selain
itu, keadaan umum suhu badan, selera makan, payudara (ASI dan
putting susu), dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum,
secret yang keluar, keadaan alat-alat kandungan.
h. Nasihat Untik Ibu Postnatal
Nasihat yang dapat di sampaikan pada ibu postnatal antara lain
bahwa fisioterapi seperti senam nifas sangat baik di lakukan sesuai
keadaan ibu, sebaiknya bayi disusui, mengikuti keluarga
berencana, dan membawa bayi untuk imunisasi (Mochtar, 2007).
B. Konsep Dasar Seksio Sesaria
29
1. Definisi Seksio Sesaria
Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat di atas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih
utuh (Amru, 2012).
2. Klasifikasi seksio sesaria
Menurut Amru (2012) klasifikasi seksio sesaria adalah sebagai
berikut:
a. SC klasik atau corporal
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira sepanjang 10 cm. tetapi saat ini tekhnik ini jarang
dilakukan karena memiliki banyak kekurangan namun pada kasus
seperti operasi berulang yang memiliki banyak perlengketan organ
cara ini dapat di perhitungkan.
Kelebihan:
1) Mengeluarkan janin deengan cepat
2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
3) Sayatan dapat di perpanjang proksimal maupun distal
Kekurangan:
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena
tidak ada peritonealis yang baik
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture
uteri spontan
b. SC ismika atau profunda
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada
segemen bawah Rahim (low cervical transfersal) kira-kira
sepanjang 10 cm.
Kelebihan:
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
3) Tumpang tindih dari peritoneal flop baik untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
30
4) Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil
Kekurangan:
1) Luka melebar sehingga menyebabkan uteri pecah dan
menyebabkan perdarahan banyak
2) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
c. SC vaginalis
Menurut arah sayatan pada Rahim, seksio sesaria dapat dilakukan
sebagai berikut:
1) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kroning
2) Sayatan melintang (tranversal) menurut kerr
3. Etiologi Seksio Sesaria
Etiologi seksio sesaria menurut Amru (2012) sebagai berikut:
a) Etiologi pada ibu
1) Kpd (Ketuban pecah Dini)
2) Primigravida dengan kelainan letak
3) Disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/ panggul)
4) Ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk
5) Panggul sempit
6) Plasenta previa
7) Solutsio plasenta tingkat I – II
8) Komplikasi kehamilan (preeclampsia – eklampsia)
9) Kehamilan yang disertai penyakit (Jantung, DM)
10) Gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri)
11) Ruptur uteri
12) Partus lama (prolonged labor)
13) Partus tak maju (obstructed labor)
b) Etiologi pada janin
1) Kelainan letak
2) Gawat janin
3) Janin mati
4) Kelainan kongenital berat
31
4. Manifestasi Klinik
Menurut Tucker (2012) manifestasi klinik dari seksio sesaria adalah
sebagai berikut:
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
2. Panggul sempit
3. Partus lama
4. Partus tak maju
5. Pre-eklamsia dan hipertensi
6. Malpresentasi janin
1) Letak lintang
2) Letak bokong
3) gemeli
5. Komplikasi Seksio Sesaria
a. Infeksi puerperal
Tahapan ringan suhu meningkat beberapa hari tahapan sedang
suhu meningkat lebih tinggi di sertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung sedangkan pada tahapan berat terjadi peritonealis,
sepsis, dan usus paralitik
b. Perdarahan
Perdarahan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan
terbuka serta perdarahan pada plasenta
c. Luka kandung kemih
Emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealis terlalu
tinggi
d. Kemungkinan rupur uteri pada kehamilan berikutnya
C. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini (KPD)
32
1. Pengertian
Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya
selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini
pada kehamilan prematur (Sarwono, 2008).
Menurut Manuaba (2008) Ketuban pecah dini atau premature rupture
of the membranes (PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum
adanya tanda- tanda persalinan.Sebagian besar ketuban pecah dini
terjadi diatas 37 minggu kehamilan, sedangkan dibawah 36 minggu
tidak terlalu banyak.
2. Etiologi
Penyebab pasti dari KPD ini belum jelas.Akan tetapi, ada beberapa
keadaan yang berhubungan terjadinya KPD ini, diantaranya adalah
sebagai berikut.
1) Trauma: amniosintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan
seksual.
2) Peningkatan tekanan intrauterus, kehamilan kembar, atau
polihidromnion.
3) Infeksi vagina, serviks atau koriomnionitis strepkokus, serta
bakteri vagina.
4) Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah/ selaput
terlalu tipis.
5) Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi.
6) Kelainan pada serviks atau alay genitalia seperti ukuran serviks
yang pendek (< 25cm).
7) Multipara dan peningkatan usia ibu
8) Defisiensi nutrisi.
3. Manifestasi Klinis
33
Ibu biasanya datang dengan keluhan utama keluarnya cairan amnion/
ketuban melewati vagina. Selanjutnya jika masa laten panjang, dapat
terjadi korioamniotis. Untuk mengetahui bahwa telah terjadi infeksi
ini adalah mula-mula dengan terjadinya takikardi pada
janin.Takikardi pada ibu muncul kemudian, ketika ibu mulai demam.
4. Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Seksio Sesaria
Menurut Ladewig, dkk (2009) pemenuhan kebutuhan pada seksio
sesaria adalah:
1) Nutrisi Dan Cairan
Ibu nifas perlu diet dengan gizi yang baik dan lengkap.
Tujuan :
a) Membantu memulihkan kondisi fisik.
b) Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
c) Mencegah konstipasi.
d) emulai proses pemberian ASI eksklusif.
Ibu menyusui harus :
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk
minum setiap kali menyusui).
d. Pil zat besi diminum selama 40 hari post partum.
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bayi juga
mendapatkannya melalui ASI.
2) Ambulasi (Mobilisasi)
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak
karena merasa lebih letih dan sakit. Ambulasi dini penting untuk
mencegah trombosis vena. Pada persalinan normal ambulasi
dapat dilakukan setelah 2 jam post partum.
34
Pada pasien dengan section caesarea ambulasi dilakukan 24-36
jam post partum.
Ambulasi dini (early ambulation) ialah :
Kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing pasien
keluar dari tempat tidurnya dan selekas mungkin berjalan.
Keuntungan :
a) Melancarkan pengeluaran lochea.
b) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c) Memungkinkan untuk ibu belajar merawat bayinya seperti
: memandikan, ganti popok dan lain-lain.
d) Mempercepat involusi dan melancarkan peredaran darah.
e) Sebagian pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah
efek obat-obatan yang diberikan saat melahirkan telah
hilang.
3) Eliminasi
Miksi
Miksi spontan normal terjadi pada 8 jam post partum.
a) Anjuran pasien berkemih 6-8 jam post partum dan setiap 4
jam setelahnya.
Kandung kemih yang penuh menganggu mobilitas,
involusi uterus dan pengeluaran lochea. Distensi kandung
kemih yang berlebihan dalam waktu lama dapat merusak
dinding kandung kemih dan mengakibatkan atoni uteri.
b) Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan extra seluler
50 %. Setelah melahirkan dieliminasi sebagai urine.
c) Pada pasien dengan persalinan lama dan dehidrasi, terdapat
acetone dalam urine. Pada saat laktasi dimulai, mungkin
terdapat laktose dalam urine.
d) Bila setelah 8 jam pasien tidak dapat BAK atau jumlahnya
belum mencapai 200 cc dapat dilakukan kateterissasi atau
intervensi lain.
35
e) Penyeban retensio urine post partum :
a. Tekanan intra abdominal berkurang.
b. Otot-otot perut masih lemah.
c. Oedem uretra.
d. Dinding kandung kemih kurang sensitif.
4) Defekasi
a) Jika lebih dari 3 hari pasien belum juga BAB maka perlu
diberi pencahar.
b) BAB tertunda 2-3 hari post partum masih dikatakan
fisiologis.
5) Kebersihan Diri
Tujuan :
a) Mengurangi / mencegah infeksi.
b) Meningkatkan perasaan nyaman dan kesejahteraan.
c) Nasihat yang diberikan :
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia
mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva
terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Juga agar
membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil
atau besar dan mengganti pembalut minimal 2 x sehari.
c. Sarankan mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
6) Istirahat
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebihan.
36
b. Sarankan ibu untuk kembali melakukan kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan dan tidur siang atau beristirahat
selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam bebrapa hal :
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.
7) Sexual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri bila :
a. Darah merah berhenti.
b. Ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri.
c. Ibu merasa siap.
d. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampai merasa waktu tertentu, misalnya setelah 40
hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung
pada kedua pasangan.
8) Latihan / Senam Nifas
a. Jelaskan pentingnya otot-otot perut dan panggul kembali
normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan
otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit
pada punggung.
b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari
sangat membantu, seperti : menarik napas, tahan napas ke
dalam dan angkat dagu ke dada, tahan 1 hitungan sampai 5.
Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
c. Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul
dilakukan latihan kegel.
37
d. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot
pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan.
Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
e. Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap
gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih
banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus
mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
9) Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting
susu.
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
c. Apabila puting susu lecet, oleskan colostrum atau ASI pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui
tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam.
ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan
sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1
tablet setiap 4-6 jam.
f. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI,
lakukan :
a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain
basah dan hangat selama 5 menit.
b) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau
gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z”
menuju puting.
c) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara
sehingga puting susu menjadi lunak.
d) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat
menghisap seluruh ASI , sisanya keluarkan dengan
tangan.
38
e) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
D. Asuhan Keperawatan Seksio Sesaria
Pengkajian merupakan langkah awal dalam landasan proses keperawatan,
bertujuan untuk mengumpulkan data tentang pasien agae dapat
mengidentifikasi dan menganalisa masalah pasien. Penulis hanya akan
menjelaskan pengkajian secara khusus pada pasien dengan kelahiran
seksio sesaria. Menurut Doenges (2011) pengkajian pada post partum
sesaria adalah:
1. Pengkajian dasar
a. Sirkulasi
Riwayat masalah jantung, edema pulmonal, penyakit vaskular
perifer atau statis vaskular (peningkatan pembentukan thrombus).
b. Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor stress
multiple, dengan tanda tidak dapat beristirahat dan peningkatan
tegangan.
c. Eliminasi
Terpasang kateter menetap, bising usus tidak ada, atau jelas.
d. Makanan/ cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering, pembatasan puasa
praoperasi
e. Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstermitas bawah menurun pada adanya
analgesiakaudal/ epidural.
f. Nyeri
Mengeluh ketidaknyamanan/ nyeri dari berbagai sumber : trauma/
bedah insisi bedah, nyeri abdomen karena kontraksi uterus,
distensi kandung kemih, nyeri karena pembengkakan payudara.
g. Keamanan
Riwayat transfuse darah dan tnda munculnya proses infeksi.
39
h. Seksualitas
Seksualitas pascapartum dipengaruhi oleh derajat trauma perineum
selama kelahiran dan penurunan hormone steroid ibu, yang khas
terjadi pada awal masa pascapartum.
i. Aktivitas
Tampak berenergi, kelelahan/ keletihan, mengantuk.
j. Pemeriksaan diagnostik
Jumlah darah lengkap, hemoglobin / hematokrit (Hb / Ht) :
mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek
kehilangan darah pada pembedahan.
Urinalisis : kultur urine, darah, vagina, dan lochea.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adaalah respon individu pada masalah
kesehatan yang aktual dan resiko.Menurut Amru (2012) diagnosa
keperawatan yang dapat muncul pada ibu post SC antara lain adalah:
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas
(mokus dalam jumlah berlebihan), jalan nagas alergik (respon obat
anastesi).
b. Gangguan rasa nyaman : Nyeri akut b.d angen injuri fisik (
pembedahan, trauma jalan lahir, episiotomi)
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post partum
d. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan ibu
e. Resiko infeksi b.d faktor resiko : episiotomi, laserasi jalan lahir
f. Defisiensi pengetahuan : perawatan post partum b.d kurangnya
informasi tentang penanganan post partum
3. Perencanaan Keperawatan
40
Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana
asuhan keperawatan atau rencana tindakan keperawatan merupakan
tahap setelah pengkajian dan rumusan diagnosa keperawatan :
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas
(mokus dalam jumlah berlebihan), jalan nagas alergik (respon
obat anastesi).
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan
Bersihan jalan nafas dapat diatasi dengan:
Kriteria Hasil:
1) Tidak mengalami penumpukan sekret
2) Tidak ada bunyi nafas tambahan
3) Dapat melakukan batuk efektif
Intervensi
a) Kaji faktor-faktor penyebab ( sekret, penurunan kesadaran,
reflek batuk)
b) Pertahankan klien pada posisi miring, maka sekret dapat
mengalir ke bawah.
c) Kaji posisi lidah, yakinkan tidak jatuh ke belakang dan
menghalangi nafas.
d) Tinggikan kepala tempat tidur.
e) Ajarkan batuk efektif.
b. Gangguan rasa nyaman : Nyeri akut b.d agen injuri fisik (
pembedahan, trauma jalan lahir, episiotomi)
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan
Gangguan rasa nyaman : nyeri akut dapat di atasi dengan:
Kriteria Hasil:
1) Mampu mengidentifikasi cara mengurangi nyeri
2) Mampu mengontrol nyeri
3) Mampu untuk tidur / istirahat dengan tepat
41
Intervensi
a) Kaji nyeri, kaji lokasi nyeri, intensitas, dan lamanya
b) Ajarkan tekhnik relaksasi
c) Anjurkan menggunakan kompres hangat
d) Berikan obat sesuai indikasi
e) Masukkan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post partum
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan:
kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan :
Kriteria Hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4) Tidak terjadi penurunan berat badan
Intervensi :
a) Anjurkan klien untuk meningkatkan intake Fe
b) Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
c) Ajarkan klien bagaimana membuat catatan makanan harian
d) Berikan informasi tentang kebutuhan nutsisi
e) Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
d. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan ibu
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan:
ibu dapat memberikan ASI pada bayi dengan :
Kriteria Hasil :
42
1) Kemantapan pemberian ASI : bayi : perlengkapan bayi yang
sesuai pada dan proses menghisap dari payudara ibu untuk
memperoleh nutrisi selama 3 minggu pertama pemberian
ASI
2) Pemeliharaan pemberian ASI : keberlangsungan pemberian
ASI untuk menyediakan nutrisi bagi bayi/ toddler
3) Penyapihan pemberian ASI
Intervensi
a) Kaji keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui
b) Kaji keterampilan ibu dalam menempelkan bayi ke putting
c) Kaji integritas kulit putting ibu
d) Ajarkan orang tua mempersiapkan, menyimpan,
menghangatkan kemungkinan pemberian tambahan susu
formula
e) Berikan informasi tentang keuntungan dan kerugian
pemberian ASI
e. Resiko infeksi b.d faktor resiko : episiotomi, laserasi jalan lahir
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan:
resiko infeksi tidak terjadi dengan :
Kriteria Hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
4) Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi
a) Anjurkan kateter interintermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kemih
43
b) Berikan nutrisi yang adekuat
c) Monitor tanda dan gejala infeksi siskemik dan local
d) Ajarkan klien untuk minum antibiotic sesuai resep
e) Ajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
f. Defisiensi pengetahuan : perawatan post partum b.d kurangnya
informasi tentang penanganan post partum
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan:
defisit perawatan post partum dapat teratasi dengan :
Kriteria Hasil :
1) Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, program pengobatan
2) Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan benar
3) Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya
Intervensi
a) Berikan penjelasan patofisiologi dari prnyakit dan
bagaimana hal ini dapat terjadi
b) Berikan gambaran proses penyakit, dengan cara yang tepat
44
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis menguraikan kasus tentang asuhan keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar Ny. S dengan post seksio sesaria dengan indikasi KPD
(Ketuban Pecah Dini) di Pavilium Al - Adawiyah Rumah Sakit Islam Sukapura.Data
diperoleh penulis dilakukan denganwawancara, observasi langsung, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, dan juga didapatkan dari catatan keperawatan, catatan
medis, dan penulis bekerja sama dengan perawat ruangan dan tim kesehatan yang
lain untuk mendapatkan data. Asuhan keperawatan ini dilakukan selama 2 hari dari
tanggal 06 Juni 2016 sampai dengan tanggal 07 Juni 2016.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Umum Klien
Inisial klien Ny. S usia 30 tahun, status perkawinan menikah, pekerjaan ibu
rumah tangga, pendidikan terakhir SMA, inisial suami Tn. S, usia 37 tahun,
status perkawinan menikah, pekerjaan karyawan, pendidikan terakhir SMA
a. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang lalu (Riwayat Obstetri)
Anak pertama lahir pada tahun 2008, tipe persalinan normal, dibantu oleh
bidan, berjenis kelamin laki-laki dengan berat lahir 3000 gram lahir
dengan keadaan sehat dan menangis, serta tidak ada masalah kehamilan.
Anak kedua lahir 2015, tipe persalinan seksio sesaria dengan jenis sesar
ismika atau profunda, dibantu oleh dokter, berjenis kelamin perempuan
dengan berat lahir 700 gram keadaan waktu lahir meninggal pada usia
kehamilan 32 minggu dan masalah kehamilan premature dan IUFD. Anak
ketiga lahir pada tahun 2016, tipe persalinan seksio sesaria ismika atau
pfofunda, dibantu oleh dokter, berjenis kelamin perempuan dengan berat
45
3100 gram keadaan waktu lahir sehat dan menangis, serta tidak ada
masalah kehamilan.
b. Pengalaman Menyusui
Klien menyusui anak pertamanya selama 3 bulan karena klien bekerja,
sedangkan anak keduanya tidak mendapatkan ASI karena anak kedua Ny.
S meninggal dunia saat kandungan Ny. S berusia 32 minggudan sekarang
anak ketiganya akan diberikan ASI selama 2 tahun.
c. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Klien rutin melakukan pemeriksaan kehamilan kedokter 1 bulan sekali
jadi jumlah pemeriksaan kehamilan sebanyak 9 kali. Klien mempunyai
masalah kehamilan yaitu tekanan darahnya tinggi pada usia kehamilan 32
minggu, dan tanggal persalinan klien 05 Juni 2016 jam 23.00 WIB,
dengan tipe persalinan seksio sesaria atas indikasi KPD sudah 6 jam dan
tekanan darah tinggi. Bayi lahir dengan jenis kelamin perempuan, berat
badan 3100 gram, panjang badan 47 cm, apgar score menit 1 : 9, menit V:
10, perdarahan yang dikeluarkan saat persalinan seksio sesaria 300cc, dan
tidak ada masalah persalinan.
d. Riwayat Ginekologi
Klien tidak mempunyai penyakit pada organ reproduksi
e. Masalah Ginekologi
Tidak ada
f. Riwayat Keluarga Berencana
Klien sudah menggunakan KB pil sejak lima bulan kelahiran anak
pertamanya. Klien tidak mempunyai keluhan apapun. Rencana akan
menggunakan KB akan didiskusikan dahulu dengan suami.
46
2. Data Umum Kesehatan Saat Ini
a. Status Obstetrik:
Klien nifas hari pertama, kelahiran yang ketiga, dan tidak pernah abortus,
bayi klien rawat gabung jadi tidak dalam ruangan perawatan dan Ny.S
bisa memberikan ASI semaunya tanpa harus meminta bayinya kepada
perawat dan bisa mengurus bayinya secara mandiri.
b. Keadaan Umum
Keadaan umum klien saat ini baik, kesadaran komposmentis, BB 91 kg,
TB 160 cm, TD 150/100 mmHg, Nadi 80x/ menit, Suhu 36˚C, Pernafasan
20x/ menit.
Hasil pemeriksaan fisik:
1) Kepala leher
a) Kepala : Rambut bersih,tidak ada rambut rontok, tidak
ada benjolan.
b) Mata : Konjungtiva an-anemis, Sklera an-ikterik
c) Hidung : Tidak ada cairan, tidak ada sinusitis, tidak ada
benjolan
d) Mulut : Lembab, tidak ada sariawan
e) Telinga : Bersih, tidak ada serumen
f) Leher :Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening, dan tidak ada
hiperpigmentasi.
g) Masalah Khusus : Tidak ada
2) Dada dan axila
a) Jantung : Irama teratur, tidak ada sakit pada bagian dada
47
a. Paru :Vesikular, irama teratur, tidak menggunakan
otot pernafasan
b) Payudara : Bersih, simetris, areola hiperpigmentasi
c) Putting susu : Sejajar, exverted, colostrum (+), ASI keluar
tapi sedikit
d) Axila : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
e) Masalah Khusus : Tidak ada
3) Abdomen
a) Involusi Uterus : TFU 1 jari di bawah pusat, kontraksi
sering, posisi sentral di bawah umbilicus, teraba keras, terlihat
adanya balutan luka operasi, verban bersih, tidak ada rembesan
yang keluar dari luka.
b) Kandung kemih : Saat di palpasi tidak teraba penuh,
karena klien memakai kateter berukuran 18
c) Fungsi pencernaan : Baik, Ny.S mengatakan belum BAB
karena mobilisasi kurang saat ini hanya bisa bergerak miring kiri
dan miring kanan dan saat diauskultasi bising usus 4x/ menit.
4) Perineum dan genital
a) Vagina : Integritas kulit elastis, tidak ada edema, tidak
ada memar tidak ada hematom
b) Perineum : Utuh dan tidak ada tanda REEDA karena Ny.
S melahirkan secara seksio sesaria
c) Kebersihan : Terlihat bersih
d) Lochea : lochea rubra, jumlah darah yang keluar sekitar
50cc, warna merah terang, konsistensi cair, bau amis khas seperti
menstruasi
e) Hemorrhoid : Tidak ada
f) Ekstermitas : Pada ekstermitas atas tidak ada edema, tidak
ada kesemutan/ baal, namun pada ekstermitas bawah ada edema,
48
terdapat varises pada abdomen klien, saat patella di perkusi
terdapat refleks, tanda human sign (-).
5) Pola eliminasi
Kebiasaan BAK sebelum melahirkan 5kali/ hari, saat ini klien
terpasang kateter, dan tidak nyeri pada saat BAK, kebiasaan BAB
klien 2x/ hari, klien saat ini belum BAB.
6) Istirahat dan Kenyamanan
Ny.S kesehariannya sebagai ibu rumah tangga kebiasaan tidur selama
8 jam, dengan frekuensi 1x sehari yaitu hanya malam hari, tetapi pola
tidur saat ini 3 jam sekali terbangun karena menyusui bayinya
sehingga dapat mengganggu tidur klien.Aktivitas untuk sekarang
dikurangi dikarenakan kondisi klien.
7) Keluhan Ketidaknyamanan
Klien mengatakan tidak nyaman pada lokasi abdomen post operasi,
dengan sifat sementara, dan intensitasnya pada saat duduk.
8) Mobilisasi dan Latihan
Tingkat mobilisasi Ny.S saat ini baik tetapi hanya boleh miring kanan
dan miring kiri saja sebelum 6jam post operasi.
9) Nutrisi dan Cairan
Asupan nutrisi klien 1 porsi dengan nafsu makan baik, asupan cairan
klien cukup yaitu sebanyak 1.000 ml/ hari.
10) Keadaan Mental
Adaptasi psikologis klien cemas karena ASInya belum keluar pada
hari pertama, penerimaan terhadap bayi menerima dan senang atas
kelahiran anak ke tiganya, dan tidak ada masalah khusus.
49
11) Kemampuan Menyusui
Ny.S belum mampu menyusui anaknya pada hari pertama karena
ASInya belum keluar.
12) Pemeriksaan Penunjang
1) Hematologi : 11,5 g/dl (11, 3 – 15,5)
13) Obat- obatan
Terapi Infus RL/20 tetes/menit
Klien terpasang kateter
Pronalges sup 2x1
Terapi injeksi : Ceftriaxone 2x1 gram
Terapi oral : Cefixime 100 mg
Asam Mefenamat 500 mg
Nipedipine 2x1 gram
Metrodinazol 500mg
14) Perencanaan Pulang
Klien direncanakan pulang hari selasa 07 Juni 2016 jam 12.00,
dengan TD 120/70 mmHg, Nadi 80x/ menit, Pernafasan 18x/ menit,
Suhu 36,3˚C, rencana kontrol dan ganti perban post operasi klien
pada hari senin 13 Juni 2016 jam 08.00. Setelah sampai di rumah
klien tidak ada pantangan makanan apapun. Klien dianjurkan untuk
makan putih telur sehari 2x untuk proses pengeringan luka post
operasi. Selain itu klien disarankan agar tetap menjaga kondisi luka
operasi tetap kering dan tidak boleh terkena air, dan apabila ada
rembesan pada perban klien disarankan untuk control ke dokter.
15) Discharge Planning
a. Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun.
b. Kehamilan selanjutnya hendaknya diawasi dengan pemeriksaan
antenatal yang baik.
50
c. Dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit yang besar.
d. Lakukan perawatan post op sesuai arahan tenaga medis selama
dirumah jaga kebersihan diri.
e. Konsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.
3. Data Fokus
a. Data Subjektif
Klien mengatakan “ nyeri pada daerah bekas operasi, nyerinya seperti di
remas –remas, nyerinya tidak meluas hanya pada bekas luka operasi,
nyerinya pada saat batuk, kadang terasa panas pada daerah operasi, verban
luka operasi belum diganti, cemas karena ASInya belum keluar,tidak tahu
cara memberikan ASI yang benar”.
b. Data Objektif
1) TTV : TD : 150/ 100 mmHg
Nadi : 80x/ menit
Pernafasan : 20x/ menit
Suhu : 36˚C
2) Terapi Infus RL/20 tetes/menit
3) Klien terpasang kateter
4) Skala nyeri 7 (saat diberi rentang respon)
5) Klien tampak menahan nyeri
6) Klien tampak memegang bekas luka operasi
7) Balutan tampak bersih
8) Tidak terdapat rembesan pada balutan bekas luka operasi
9) Klien tampak tidak mengetahui cara pemberian ASI
10) Klien tampak belum memberikan ASI kepada bayinya
11) ASI tampak belum keluar
12) Klien tampak cemas
Analisa Data
51
Nama Pasien : Ny.S
No. Kamar/Ruang : 1.3/ Al-Adawiyah
No Tanggal Data Masalah Etiologi
1 05 Juni
2016
Jam: 23.00
Post sc
Ds:
1) Klien mengatakan “
nyeri pada daerah
bekas operasi”
2) Klien mengatakan
“nyerinya seperti di
remas-remas”
3) Klien mengatakan
“tidak nyaman untuk
bergerak”
4) Klien mengatakan
“nyerinya pada saat
ada sedikit gerakan”
5) Klien mengatakan
“nyerinya tidak
meluas hanya pada
bekas luka operasi”
DO:
1) Skala nyeri klien 7
(saat diberi rentang
nyeri”
2) Klien tampak
menahan nyeri
3) Klien tampak
memegang bekas
luka operasi
4) Terpasang infus
RL/20 tetes/menit
Gangguan rasa
nyaman :
Nyeri
Adanya insisi
post sc di
abdomen
2
05 Juni
2016
Jam: 23.00
Post sc
DS:
1) Klien mengatakan
belum mampu untuk
melakukan aktivitas
secara mandiri
2) Klien mengatakan
masih takut untuk
bergerak
3) Klien mengatakan
masih di bantu untuk
melakukan aktivitas
DO:
1) Klien tampak
terpasang kateter
2) Klien tampak masih
lemah
3) Klien tampak belum
mengganti
pembalutnya
Intoleransi
aktivitas
Post sc
52
3
05 Juni
2016
Jam: 23.00
Post sc
4) Klien tampak
memerlukan bantuan
saat memenuhi
kebutuhan
kebersihan dirinya
DS:
1) Klien mengatakan “
kadang terasa panas
pada daerah operasi”
2) Klien mengatakan
bekas balutan luka
operasi belum
diganti”
DO:
1) Balutan tampak
bersih
2) Balutan tampak
tidak ada rembesan
Resiko infeksi
Bekas luka
insisi
4 06 Juni
2016
DS:
1) Klien mengatakan
“cemas karena
ASInya belum
keluar”
2) Klien mengatakan
“tidak tahu cara
memberikan ASI
yang benar”
DO:
1) Klien tampak tidak
mengetahui cara
pemberian ASI
2) Klien tampak belum
memberikan ASI
kepada bayinya
3) ASI tampak belum
keluar
4) Klien tampak cemas
Ketidak
efektifan
pemberian ASI
Kurangnya
produksi ASI
A. Diagnosa Keperawatan
Nama Pasien : Ny.S
No. Kamar/Ruang : 1.3/ Al-Adawiyah
No Diagnosa Keperawatan Tanggal
ditemukan
Tanggal
teratasi
Paraf dan nama
jelas
53
1 Gangguan rasa nyaman
:Nyeri b.d. Adanya insisi
post sc di abdomen
ditandai dengan:
DS:
1) Klien
mengatakan
“nyeri pada
daerah bekas
operasi”
2) Klien
mengatakan
“nyerinya seperti
diremas-remas”
3) Klien
mengatakan
“tidak nyaman
untuk bergerak”
4) Klien
mengatakan
“nyerinya pada
saat sedikit ada
gerakan”
DO:
1) Skala nyeri 7
(saat diberi
rentang nyeri)
2) Klien tampak
menahan nyeri
3) Klien tampak
memegang bekas
luka operasi
06 Juni 2016 07 Juni 2016 Intan
Widyawati
2
Intoleransi aktivitas b.d.
post sc ditandai dengan:
DS:
1) Klien mengatakan
belum mampu
untuk melakukan
aktivitas secara
mandiri
2) Klien mengatakan
masih takut untuk
bergerak
3) Klien mengatakan
masih di bantu
untuk melakukan
aktivitas
DO:
1) Klien tampak
terpasang kateter
2) Klien tampak masih
lemah
3) Klien tampak belum
mengganti
06 Juni 2016
07 Juni 2016
Intan
Widyawati
54
3
pembalutnya
4) Klien tampak
memerlukan
bantuan saat
memenuhi
kebutuhan
kebersihan dirinya
Resiko infeksi b.d. bekas
luka insisi ditandai
dengan:
DS:
1) Klien
mengatakan “
kadang terasa
panas pada
daerah operasi”
2) Klien
mengatakan
“bekas balutan
luka operasi
belum diganti”
DO:
1) Balutan tampak
bersih
2) Balutan tampak
tidak ada
rembesan
06 Juni 2016
07 Juni 2016
Intan
Widyawati
4 Ketidak efektifan
pemberian ASI b.d.
Kurangnya produksi ASI
ditandai dengan:
DS:
1) Klien
mengatakan
“cemas karena
ASInya belum
keluar”
2) Klien
mengatakan
“tidak tahu cara
memberikan ASI
yang benar”
DO:
1) Klien tampak
tidak mengetahui
cara pemberian
ASI
2) Klien tampak
belum
memberikasn
ASI kepada
bayinya
3) ASI tampak
belum keluar
4) Klien tampak
cemas
06 Juni 2016 07 Juni 2016 Intan
Widyawati
55
B. Rencana Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan, maka
disusun rencana keperawatan pada Ny. S yang akan dilakukan
selama 2 hari terhitung mulai tanggal 06 – 07 Juni 2016 adalah
sebagai berikut:
Hari /
Tanggal
No
Dx
Diagnosa
Keperawat
an
Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan
06 Juni
2016
1 Gangguan
rasa
nyaman
:Nyeri b.d.
Adanya
insisi post
sc di
abdomen
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kepada NY. S
selama 2x24 jam diharapkan
nyeri dapat berkurang dengan
kriteria hasil:
1) Mengungkapkan nyeri
dan tegang diperutnya
berkurang
2) Skala nyeri 0 – 1 (dari 0
– 10)
3) Dapat melakukan
tindakan untuk
mengurangi nyeri
4) Kooperatif dengan
tindakan yang dilakukan
5) TTV dalam batas
normal
1. Kesadaran
komposmentis
2. Keadaan umum
baik
3. TD: 120/80
mmHg
Nd: 80 –
100x/mnt
RR:18 –
20x/mnt
SH:36 -37˚C
1) Kaji nyeri, kaji
lokasi nyeri,
intensitas dan
lamanya
2) Monitor ttv
klien/shift
3) Ajarkan
tekhnik
relaksasi tarik
nafas dalam
4) Anjurkan
menggunakan
kompres hangat
5) Berikan obat
penghilang
nyeri (asam
mefenamat
500mg)
6) Lakukan IMD
7) Lakukan
pureperium
setiap hari (1x
sehari)
8) Anjurkan klien
untuk miring
kanan kiri
9) Anjurkan klien
untuk tidak
banyak
bergerak
06 Juni
2016
2
Intoleransi
aktivitas
b.d. post sc
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kepada Ny.S
selama 2x24 jam diharapkan
intoleransi aktivitas dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
1) Monitor
kemampuan
klien dalam
melakukan
aktivitas
56
06 Juni
2016
3
Resiko
infeksi b.d.
bekas luka
insisi
1) Klien mampu
melakukan aktivitas
secara mandiri
2) Klien mampu
melakukan personal
hygiene secara
mandiri
3) Kateter di lepas
4) Mampu untuk
mobilisasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kepada Ny. S
selama 2x24 jam diharapkan
resiko infeksi tidak terjadi
dengan kriteria hasil:
1) Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
2) Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
3) Menunjukkan perilaku
hidup sehat
2) Anjurkan klien
untuk tidak
banyak
bergerak
terlebih dahulu
3) Lakukan
penggantian
pembalut klien
4) Bantu klien
untuk
melakukan
personal
hygiene
1) Monitor tanda
dan gejala
infeksi
siskemik dan
local
2) Ajarkan klien
dan keluarga
tanda dan
gejala infeksi
3) Ajarkan klien
untuk
mengganti
balutan luka
4) Anjurkan klien
untuk
mengganti
balutan setiap
hari
5) Anjurkan
memasang
kateter untuk
menurunkan
infeksi
kandung kemih
6) Anjurkan klien
untuk tetap
menjaga
balutan agar
tetap kering
7) Anjurkan klien
untuk tetap
menjaga bekas
luka operasi
supaya kering
8) Berikan
antibiotic untuk
mencegah
infeksi
(metrodinazol
500 mg) dan
(cefixime 100
mg)
06 Juni 4 Ketidak Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi cara
57
2016 efektifan
pemberian
ASI b.d.
Kurangnya
produksi
ASI
keperawatan kepada Ny. S
selama 2x24jam diharapkan
ibu dapat memberikan bayinya
ASI dengan cukup dengan
kriteria hasil:
1) Kemantapan pemberian
ASI
2) Pemeliharaan
pemberian ASI
3) Penyapihan pemberian
ASI
menyusui dan
produksi ASI
ibu bayi
2) Kaji keinginan
dan motivasi
ibu untuk
menyusui
3) Kaji integritas
kulit putting
ibu
4) Anjurkan ibu
banyak
mengkonsumsi
sayur-sayuran
hijau dan buah-
buahan
5) Anjurkan ibu
bayi untuk
menyusui
secara
bergantian
antara payudara
kanan dan kiri
6) Ajarkan
orangtua
mempersiapkan
, menyimpan,
menghangatkan
kemungkinan
pemberian
tambahan susu
formula
7) Ajarkan ibu
untuk massage
payudara agar
ASI keluar
8) Berikan penkes
tentang cara
menyusui yang
benar
9) Berikan
informasi
tentang
keuntungan dan
kerugian
pemberian ASI
58
C. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan kepada Ny. S dimulai tanggal 05 - 07 Juni
2016 mengacu pada intervensi yang telah dibuat sesuai prioritas
masalah atau diagnosa yang muncul adalah sebagai berikut:
Hari /
Tanggal
Jam No
Dx
Tindakan keperawatan dan hasil Paraf dan
nama jelas
Senin / 06
Juni 2016
07.00
07.30
08.00
08.30
1
1) Mengkaji nyeri, lokasi nyeri,
intensitas, dan lamanya
S: klien mengatakan sangat
nyeri pada daerah
abdomen, intensitasnya
pada saat klien duduk, dan
berlangsung lam
O: klien tampak menahan
nyeri, skala nyeri 7 (saat
diberi rentang nyeri)
2) Memonitor TTV klien/shift
S: -
O:
1. kesadaran
komposmentis
2. keadaan umum baik
3. TTV klien
TD: 150/100mmHg
Nd: 82x/mnt
RR: 20x/mnt
Sh: 36,5˚C
3) Mengajarkan tekhnik
relaksasi (tarik nafas dalam)
S: klien mengatakan masih
nyeri pada abdomen bekas
luka operasi
O: klien tampak melakukan
tekhnik relaksasi untuk
menghilangkan nyeri
4) Memberikan obat penghilang
nyeri
S: klien mengatakan
mendapat obat penghilang
nyeri
O: klien tampak mendapat
terapi oral asam
mefenamat 500mg
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
59
Senin/06
Juni 2016
09.00
09.30
10.00
10.20
10.30
2
5) Melakukan pureperium setiap
hari
S: -
O: lochea merah terang
Jumlah 50 cc
TFU 2 jari ↓ pusat
Kontraksi +
ASI –
1) Memonitor kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas
S: klien mengatakan belum
dapat melakukan
akativitas apapun karena
perutnya masih terasa
sakit
O:klien tampak terbaring dan
lemah
2) Menganjurkan klien untuk
tidak banyak bergerak terlebih
dahulu
S: klien mengatakan belum
dapat bergerak terlalu
banyak
O: klien tampak melakukan
apa yang dianjurkan
perawat
3) Melakukan penggantian
pembalut klien
S: klien mengatakan belum
dapat mengganti
pembalutnya secara
mandiri
O: pembalut klien tampak
belum di ganti dan
terdapat banyak darah
karena nifas hari pertama
4) Membantu klien untuk
melakukan personal hygiene
S: klien mengatakan
badannya lengket dan
belum dapat untuk
membersihkan badannya
secara mandiri
O: klien tampak terlihat lemah
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Senin / 06 11.05 3 1) Mengajarkan klien untuk Intan
60
Juni 2016
11.30
12.00
mengganti balutan
S: klien mengatakan sudah
mengerti
O: klien tampak
memerhatikan
2) Menganjurkan klien untuk
tetap menjaga balutan agar
tetap kering
S: klien mengatakan mengerti
O: -
3) Memberikan obat antibiotik
untuk mencegah infeksi
S: -
O: klien tampak mendapat
terapi oral metrodinazol
500mg dan cefixime 100
mg
Widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Senin / 06
Juni 2016
13.00
13.30
14.00
14.30
20.00
4 1) Mengkaji keinginan dan
motivasi ibu untuk menyusui
S: klien mengatakan ingin
memberikan ASI kepada
bayinya
O: -
2) Mengkaji integritas kulit
putting ibu
S: -
O: kulit putting ibu tampak
elastis
3) Menganjurkan ibu banyak
mengkonsumsi sayur-sayuran
dan buah-buahan
S: klien mengatakan sudah
banyak mengkonsumsi
buah
O: klien tampak
memerhatikan
4) Menganjurkan ibu bayi untuk
menyusui secara bergantian
antara payudara kanan dan
kiri
S: klien mengatakan ASI pada
payudara kiri sudah keluar
O: klien tampak menyusui
bayinya pada payudara
sebelah kiri
5) Mengajarkan ibu untuk
massage payudara agar ASI
keluar
Intan
widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
61
20.30
S: klien mengatakan sudah
massage payudara agar
ASInya keluar
O: klien tampak massage
payudara
6) Memberikan informasi
tentang keuntungan dan
kerugian memberikan ASI
S: klien mengatakan belum
mengetahui keuntungan
maupun kerugian dalam
memberikan ASI
O: -
Intan
Widyawati
Hari /
Tanggal
Jam No
Dx
Tindakan keperawatan dan hasil Paraf dan
nama jelas
Selasa / 07
Juni 2016
07.00
07.30
08.00
08.10
1
1) Mengkaji nyeri, lokasi nyeri,
intensitas, dan lamanya
S: klien mengatakan nyerinya
sudah sedikit berkurang
O: nyerinya klien tampak
berkurang, skala nyeri 3
(saat diberi rentang nyeri)
2) Memonitot TTV klien / shift
S: -
O:
1. kesadaran
komposmentis
2. keadaan umum baik
3. TTV klien
TD: 130/ 80 mmHg
Nd: 80x/ mnt
RR: 18x/ mnt
Sh: 36,3˚C
3) Mengajarkan tekhnik
relaksasi (tarik nafas dalam)
S: klien mengatakan sudah
mulai rileks dan nyerinya
berkurang
O: klien tampak rileks
4) Menganjurkan menggunakan
kompres hangat
S: klien mengatakan akan
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
62
Selasa/07
Juni 2016
09.00
09.05
09.30
10.00
2
melakukan kompres air
hangat di sekitar luka
apabila lukanya sedang
sakit
O: -
5) Melakukan pureperium setiap
hari
S: -
O: lochea rubra
TFU 2 jari ↓ pusat
ASI +
Kontraksi +
1) Memonitor kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas
S: klien mengatakan sudah
dapat miring kanan kiri
O: klien tampak sudah mulai
bergerak dan kateter sudah
di lepas
2) Melakukan penggantian
pembalut klien
S: klien mengatakan sudah
dapat mengganti
pembalutnya secara
mandiri
O: pembalut klien tampak
sudah di ganti
3) Membantu klien untuk
melakukan personal hygiene
S: klien mengatakan sudah
dapat membersihkan
badannya secara mandiri
O: klien tampak
membersihkan badannya
sendiri
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Selasa / 07
Juni 2016
10.05
10.30
3
1) Memonitor tanda dan gejala
infeksi siskemik dan local
S: -
O: tidak tampak tanda-tanda
infeksi siskemik dan local
2) Mengajarkan klien untuk
mengganti balutan luka
S: klien mengatakan sudah
dapat mengganti balutan
luka
O: klien tampak mengganti
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
63
11.00
balutannya sendiri
3) Memberikan obat antibiotik
untuk mencegah infeksi
S: -
O: klien tampak mendapat
terapi oral metrodinazol
500mg dan cefixime
Intan
Widyawati
Selasa / 07
Juni 2016
11.05
10.20
10.30
12.00
12.20
4 1) Mengobservasi cara menyusui
dan produksi ASI ibu bayi
S: klien mengatakan sudah
dapat menyususi anaknya
dan produksi ASI cukup
O: klien tampak menyusui
anaknya dengan tepat dan
produksi ASI cukup
2) Menganjurkan ibu bayi untuk
menyusui anaknya secara
bergantian antara payudara
kanan dan kiri
S: klien mengatakan sudah
dapat menyusui bayinya
bergantian kanan dan kiri
O: kedua payudara tampak
sudah mengeluarkan ASI
3) Mengajarkan ibu untuk
massage payudara agar ASI
keluar
S: klien tampak sudah
massage payudaranya agar
ASInya keluar
O: ASI ibu tampak sudah
keluar
4) Memberikan penkes tentang
cara menyusui yang benar
S: klien mengatakan sudah
sedikit mengerti tentang
cara menyusui yang benar
O: klien tampak memerhatikan
penjelasan yang diberikan
5) Memberikan informasi
tentang keuntungan dan
kerugian pemberian ASI
S: klien mengatakan sudah
mengetahui keuntungan
dan kerugian pemberian
ASI
O: -
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
64
D. Evaluasi
Dari hasil tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
penulis didapatkan evaluasi akhir berdasarkan diagnosa yang ada
menggunakan tekhnik SOAP, evaluasi dilakukan berdasarkan
masalah yang ditemukan pada tanggan 06 – 07 Juni 2016, adalah
sebagai berikut:
No
Dx
Hari / Tanggal/ Jam Evaluasi hasil (SOAP) Nama / paraf
1
2
Senin, 06 Juni 2016
13.00
Senin,06 Juni 2016
13.00
S:
1) Klien mengatakan nyeri
pada abdomen bekas
luka operasi
2) Klien mengatakan nyeri
seperti diremas-remas.
O:
1) Skala nyeri 7 (saat diberi
rentang nyeri)
2) Klien tampak menahan
nyeri
3) Klien tampak memegang
bekas luka operasi
4) Klien tampak mendapat
terapi oral asamefenamat
500 mg
A:Masalah teratasi sebagian
P:lanjutkan intervensi
1) Kaji nyeri, kaji lokasi
nyeri, intensitas, dan
lamanya
2) Monitor TTV klien /
shift
3) Ajarkan tekhnik
relaksasi
4) Berikan obat
penghilang nyeri
5) Lakukan pureperium
sehari sekali
S:
1) Klien mengatakan
belum mampu untuk
Intan
Widyawati
Intan
Widyawati
65
melakukan aktivitas
2) Klien mengatakan
belum dapat
melakukan
membersihkan diri
secara mandiri
3) Klien mengatakan
masih sangat
bergantung kepada
ibunya untuk
melakukan aktivitas
O:
1) Klien tampak lemah
2) Klien tampak belum
dapat melakukan
aktivitas secara
mandiri
3) Klien tampak belum
dapat melakukan
personal hygiene
secara mandiri
A:Masalah teratasi sebagian
P:Lanjutkan intervensi
1) Monitor kemampuan
klien dalam
melakukan aktivitas
2) Lakukan penggantian
pembalut klien
3) Bantu klien untuk
melakukan personal
hygiene
3 Senin, 06 Juni 2016
13.00
S:
1) Klien mengatakan
kadang terasa pada
daerah operasi
2) Klien mengatakan
balutan bekas operasi
belum diganti
O:
1) Balutan tampak bersih
2) Balutan tampak tidak ada
rembesan
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
1) Anjarkan klien untuk
mengganti balutan
2) Anjurkan klien untuk
tetap mencaga balutan
agar tetap kering
3) Berikan obat antibiotik
Intan
Widyawati
66
untuk mencegah
infeksi
3 Senin, 06 Juni 2016
13.00
S:
1) Klien mengatakan cemas
karena ASInya belum
keluar
2) Klien mengatakan tidak
tahu cara memberikan
ASI yang benar
O:
1) Klien tampak tidak
mengetahui cara
memberikan ASI
2) Klien tampak belum
memberikan ASI kepada
bayinya
3) ASI tampak belum
keluar
4) Klien tampak cemas
A: masalah teratasi sebagian
P: lanutkan intervensi
1) Kaji keinginan dan
motivasi ibu untuk
menyusui
2) Kaji integritas kulit
putting ibu
3) Anjurkan ibu
mengkonsumsisayuran
dan buah-buahan
4) Anjurkan ibu bayi untuk
menyusui secara
bergantian antara
payudara kanan dan kiri
5) Anjurkan ibu untuk
massage payudaranya
6) Berikan informasi
tentang keuntungan dan
kerugian memberikan
ASI
Intan
Widyawati
No
Dx
Hari / Tanggal/ Jam Evaluasi hasil (SOAP) Nama / paraf
1
Selasa, 07 Juni 2016
13.00
S:
1) Klien mengatakan
nyeri pada abdomen
bekas luka operasi
sudah berkurang
2) Klien mengatakan
nyerinya hanya
kadang-kadang
O:
1) Skala nyeri 3 (saat
diberi rentang nyeri)
Intan
Widyawati
67
2
Selasa, 07 Juni 2016
13.00
2) Klien tampak rileks
3) Klien sudah tidak
memegang bekas
luka operasi
A: Masalah teratasi sebagian
P:Lanjutkan intervensi
S:
1) Klien mengatakan
sudah dapat
melakukan aktivitas
secara mandiri
2) Klien mengatakan
sudah dapat duduk
3) Klien mengatakan
sudah dapat
membersihkan diri
secara mandiri
O:
1) Klien tampak sudah
dapat mobilisasi
2) Klien tampak sudah
mandiri untuk
melakukan aktivitas
3) Klien tampak
melakukan personal
hygiene secara
mandiri
A: Masalah teratasi
P:Hentikan intervensi
Intan
Widyawati
3 Selasa, 07 Juni 2016
13.00
S:
1) Klien mengatakan
daerah bekas operasi
tidak terasa panas
2) Klien mengatakan
balutan bekas operasi
sudah diganti
O:
1) Balutan tampak bersih
2) Balutan tampak tidak
ada rembesan
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1) Anjurkan klien untuk
mengganti balutan
setiap hari
2) Anjurkan klien untuk
tetap menjaga balutan
agar tetap kering
3) Anjurkan klien untuk
Intan
Widyawati
68
tetap menjaga bekas
luka operasi supaya
kering
4) Beri obat antibiotik
infeksi metrodinazol
500 mg dan cefixime
100 mg
3 Selasa, 07 Juni 2016
13.00
S:
1) Klien mengatakan sudah
tidak cemas
2) Klien mengatakan
ASInya sudah keluar
3) Klien mengatakan sudah
tahu cara memberikan
ASI yang benar
O:
1) Klien tampak
mengetahui cara
pemberian ASI yang
tepat
2) Klien tampak sudah
mendapatkan
pengetahuan tentang
cara pemberian ASI
3) Klien tampak sudah
memberikan ASI kepada
bayinya
4) ASI tampak sudah
keluar
5) Klien tampak sudah
tidak cemas
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Intan
Widyawati
69
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab pembahasan ini penulis akan membandingkan antara teori dengan kasus.
Penulis akan menganalisa sejauh mana faktor pendukung, faktor penghambat, dan
solusi pemecahan dalam memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada Ny. S dengan seksio sesaria dengan indikasi ketuban pecah
dini KPD di paviliun Al- Adawiyah Rumah Sakit Islam Sukapura Jakarta Utara
Tanggal 06 – 07 Juni 2016. Pembahasan ini diuraikan berdasarkan pendekatan proses
keperawatan dimulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data- data dengan
cara wawancara, observasi langsung dengan pasien dan informasi dari catatan
medis perawat ruangan. Pada bagian ini penulis memfokuskan penguraian
pengkajian berdasarkan etiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang,
penatalaksaan medis dan keperawatan.
Pada teori, yang menjadi etiologi dilakukannya operasi pada persalinan yang
meliputi KPD.Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori,
karena pada kasus ditemukan data bahwa ibu harus dilakukan operasi sesar
karena KPD.Riwat normal.
Pemeriksaan penunjang yang ada pada teori mencakup Pemeriksaan darah
lengkap, golongan darah, dan pencocokan silang, tes Coombs, USG :
melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan, danpresentasi
70
janin, Urinalisis : menentukan kadar albumin / glukosa, Kultur :
mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II, Pelvimetri : menentukan
CPD, Amniosentesis : mengkaji maturasi paru janin, Tes stress kontraksi atau
tes nonstres : mengkaji respon janin terhadap gerakan/ stress dari pola kontraksi
uterus atau pola abnormal, Pemantauan elektronik continue : memastikan status
janin atau aktivitas uterus. Dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
klien yaitu hematologi.Dalam hal ini terdapat kesenjangan karena pemeriksaan
penunjang yang dilakukan pada klien disesuaikan dengan kebutuhan klien dan
berdasarkan instruksi dokter.
Penatalaksaan terdapat pada teori, baik penatalaksaan medis dan keperawatan
klien mendapatkan terapi infus, pemasangan kateter, terapi injeksi untuk
analgetik dan antibiotik. Pada penatalaksanaan tidak didapatkan kesenjangan
karena pada kasus klien mendapatkan terapi asering +, terapi injeksi ceftriaxone
2x1 (22, 10), terapi oral cefixime 2x1 (18, 06), asam mefenamat 2x1 (18, 06),
nipedipine 2x1 (18, 06), metrodinazol 2x1 (18, 06) dan pronalges sup 2x1 (05,
17). Klien terpasang kateter dan pada harikedua kateter sudah dilepas, klien
juga sudah dapat sedikit demi sedikit untuk melakukan mobilisasi.
Pada pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler tidak terdapat kesenjangan antara
kasus dan teori karena dikasus Ny. S didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg,
nadi 80x/ menit, pernafasan 20x/ menit, suhu 36˚C, hal ini sesuai dengan teori
bahwa pada ibu post partum akan ditemukan tekanan darah yang berubah. Dan
terdapat kesenjangan pada nadi, pernafasan dan suhu yaitu pada teori nadi akan
bradikardi umumnya ditemukan pada 6-8 setelah persalinan, pernafasan akan
menurun sampai pada keadaan normal seperti sebelum hamil, suhu selama 24
jam mungkin meningkat sampai 38˚C, hal ini tidak ditemukan pada kasus Ny. S
karena pada saat klien sudah post SC hari pertama.
Pada sistem reproduksi tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori karena
dikasus Ny. S TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi baik, teraba keras, lochea
71
rubra hari ke 1 sesuai dengan teori TFU setiap hari turun 1-2 cm, kontraksi
uterus meningkat, nyeri perut / mules, lochea sesuai dengan jenis dan harinya.
Pada sistem urinari terdapat kesenjangan antara kasus dan teori karena dikasus
Ny. S kandung kemih teraba kosong sedangkan pada teori ditemukan perubahan
eliminasi urin dan kandung kemih, akan mengalami distensi ( kandung kemih
teraba penuh ). Hal ini terjadi karena Ny. S terpasang kateter.
Pada sistem gastrointestinal tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori
karena dikasus Ny. S mengalami konstipasi sudah 2 hari disebabkan karena
penurunan tonus otot sedangkan di teori saat post partum buang air besar akan
tertunda selama 2/3 hari setelah melahirkan.
Pada sistem integument terdapat kesenjangan antara kasus dan teori karena di
kasus Ny. S tidak mengalami hiperpigmentasi disekitar leher sedangkan diteori
ibu post partum mengalami hiperpigmentasi. Ny. S tidak mengalami
pembengkakan payudara dan ASI yang keluar masih sedikit sedangkan diteori
terjadi pembengkakan payudara berkaitan dengan penurunan hormone estrogen.
Pada adaptasi psikologis fase dependent tidak terdapat kesenjangan antara kasus
dan teori karena di kasus Ny. S masih ketergantungan dengan orang lain masih
dominan, fokus hanya dirinya sendiri, dan melepaskan tanggung jawab.
Pada integritas ego tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori karena
dikasus Ny. S mengalami ketakutan dan kecemasan.
Dalam pengkajian ini tidak mengalami hambatan, sebagai faktor pendukung
dalam memberikan asuhan keperawatan pada Ny. S adalah adanya kerja sama
antara pasien, perawat serta penulis dan adanya format pengkajian, catatan
keperawatan, status klien serta penunjang lainnya
72
B. Diagnosa Keperawatan
Bersarkan hasil pengkajian, penulis membandingkan masalah keperawatannya
yang ada pada Ny. S dengan post seksio sesaria indikasi KPD dan diagnosa
yang ada pada landasan teoritis. Diagnosa yang muncul pada kasus dan pada
teori yaitu:
1) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan Adanya insisi post SC di
abdomen
Diagnosa ini muncul karena Klien mengatakan ,nyeri pada daerah bekas
operasi, nyerinya seperti di remas-remas, tidak nyaman untuk bergerak,
nyerinya pada saat duduk, nyerinya tidak meluas hanya pada bekas luka
operasi, Skala nyeri klien 7 (saat diberi rentang nyeri), Klien tampak
menahan nyeri, Klien tampak memegang bekas.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan post sc
Diagnosa ini muncul karena klien mengatakan belum dapat melakukan
aktivitas secara mandiri, masih butuh bantuan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan personal hygienennya, klien terpasang kateter, dan hanya boleh
mobilisasi miring kanan kiri sebelum 24jam post sc.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan bekas luka insisi
Diagnosa ini muncul karena klien mengatakan kadang terasa panas pada
daerah operasi, bekas balutan luka operasi belum diganti, Balutan tampak
bersih, balutan tampak tidak ada rembesan.
4) Ketidak efektifan pemberian ASI berhubungan dengan Kurangnya produksi
ASI
Diagnosa ini muncul karena Klien mengatakan cemas karena ASInya belum
keluar, tidak tahu cara memberikan ASI yang benar, Klien tampak tidak
73
mengetahui cara pemberian ASI, Klien tampak belum memberikasn ASI
kepada bayinya, ASI tampak belum keluar, Klien tampak cemas.
Diagnosa keperawatan yang ada di teori tetapi tidak ada di kasus yaitu:
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas (mokus dalam jumlah berlebihan), jalan nagas alergik
(respon obat anastesi).
Diagnosa ini tidak muncul karena klien merasa tidak bermasalah pada
saluran pernafasannya saat di periksa pernafasan klien 20x/ menit.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post partum
Diagnosa ini tidak muncul karena bb klien tidak mengalami penurunan
baik sebelum melahirkan maupun setelah melahirkan dan klien
mengetahui kebutuhan makanan apa saja yang harus di konsumsi setelah
post partum.
3. Defisiensi pengetahuan : perawatan post partum berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penanganan post partum
Diagnosa ini tidak muncul karena klien sudah berpengalaman dalam
melahirkan tetapi baru pertama kali melahirkan dengan operasi sesar dan
dapat melakukan perawatan bayi.
5) Perencanaan Keperawatan
Perencanaan dibuat berdasarkan kebutuhan yang mengancam jiwa.Perencanaan
terdiri dari prioritas masalah/ diagnosa, tujuan, kriteria hasil, dan rencana
tindakan.Didalam menentukan prioritas masalah, penulis menemukan
kesenjangan antara teori dan kasus. Diagnosa prioritas yang ada dikasus adalah
gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan adanya insisi post SC di
abdomen sedangkan diagnosa prioritas yang ada di teori adalah Ketidak
efektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas (mokus dalam jumlah
berlebihan), jalan nagas alergik (respon obat anastesi). Untuk waktu yaitu
selama 3 hari.Pada rencana tindakan disesuaikan dengan kondisi pasien.
74
Sesuai data yang penulis kumpulkan dari kasus, telah terkumpul 4 diagnosa
keperawatan yaitu diagnosa yang pertama adalah gangguan rasa nyaman: nyeri
berhubungan dengan adanya insisi post SC di abdomen dengan kriteria hasil :
Mengungkapkan nyeri dan tegang diperutnya berkurang, Skala nyeri 0 – 1 (dari
0 – 10), Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri, Kooperatif dengan
tindakan yang dilakukan, TTV dalam batas normal TD: 120/80 mmHg, Nd: 80
– 100x/mnt, RR:18 – 20x/mnt, SH:36 - 37˚C, Kesadaran komposmentis,
Keadaan umum baik. Pada dagnosa 1 (tujuan, kriteria hasil, dan rencana
tindakan) tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori.
Diagnosa yang ketiga adalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan post sc
dengan kriteria hasil klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri, klien
mampu melakukan personal hygiene secara mandiri, kateter di lepas, klien
mampu untuk mobilisasi. Intervensi yang dapat dilakukan yaitu monitor
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas, anjurkan klien untuk tidak
banyak bergerak, lakukan penggantian balutan klien, bantu klien untuk
melakukan personal hygiene. Pada diagnosa ke 2 ini terdapat kesenjangan.
Diagnosa yang ketiga adalah resiko infeksi berhubungan dengan bekas luka
insisi dengan kriteria hasil Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi,
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, Menunjukkan
perilaku hidup sehat. Intervensi yang dapat dilakukan yaitu Monitor tanda dan
gejala infeksi siskemik dan lokal, Ajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi, Ajarkan klien untuk mengganti balutan luka, Anjurkan klien untuk
mengganti balutan setiap hari, Anjurkan memasang kateter untuk menurunkan
infeksi kandung kemih, Anjurkan klien untuk tetap menjaga balutan agar tetap
kering, Anjurkan klien untuk tetap menjaga bekas luka operasi supaya kering,
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi (metrodinazol 500 mg) dan
(cefixime 100 mg). pada diagnosa ke 3 ini tidak terdapat kesenjangan.
75
Diagnosa yang ke empat adalah Ketidak efektifan pemberian ASI berhubungan
dengan Kurangnya produksi ASI. Intervensi yang dilakukan Observasi cara
menyusui dan produksi ASI ibu bayi, Kaji keinginan dan motivasi ibu untuk
menyusui, Kaji integritas kulit putting ibu, Anjurkan ibu banyak mengkonsumsi
sayur-sayuran hijau dan buah-buahan, Anjurkan ibu bayi untuk menyusui secara
bergantian antara payudara kanan dan kiri, Ajarkan orangtua mempersiapkan,
menyimpan, menghangatkan kemungkinan pemberian tambahan susu formula,
Ajarkan ibu untuk massage payudara agar ASI keluar, Berikan penkes tentang
cara menyusui yang benar, Berikan informasi tentang keuntungan dan kerugian
pemberian ASI. Pada diagnosa 4 tidak terdapat kesenjangan karena pada teori
dan kasus terdapat diagnosa Ketidak efektifan pemberian ASI b.d. Kurangnya
produksi ASI.
Faktor pendukung pada rencana keperawatan adalah sikap klien yang kooperatif
pada saat pengumpulan data sehingga dapat melakukan rencana berdasarkan
teori dan sesuai dengan diagnosa.
6) Implementasi
Pada tahap implementasi keperawatan, penulis mengacu pada rencana tindakan
yang telah ditetapkan dan rencana yang dibuat disesuaikan pada kondisi dan
fasilitas yang ada.Faktor pendukung dapat berjalan dengan baik dalam sikap
klien yang kooperatif selama diberikan asuhan keperawatan. Faktor
penghambat dalam melakukan implementasi adalah pendokumentasian yang
dilakukan pada catatan keperawatan oleh tim ruangan hanya kegiatan rutinitas
saja dan tidak di catat respon dari pasien.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi gangguan rasa
nyaman: nyeri adalah Mengkaji nyeri, lokasi nyeri, intensitas, dan lamanya,
Memonitor TTV klien/shift, Mengajarkan tekhnik relaksasi (tarik nafas dalam),
Memberikan obat penghilang nyeri, Melakukan pureperium setiap hari.
76
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi intoleransi
aktivitas adalah memonitor kemampuan klien dalam melakukan aktivitas,
menganjurkan klien untuk tidak banyak bergerak, melakukan penggantian
balutan klien, membantu klien untuk melakukan personal hygiene.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi Resiko infeksi
b.d. bekas luka insisi adalah Mengajarkan klien untuk mengganti balutan,
Menganjurkan klien untuk tetap menjaga balutan agar tetap kering,
Memberikan obat antibiotik untuk mencegah infeksi.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi Ketidak efektifan
pemberian ASI b.d. Kurangnya produksi ASI adalah Mengkaji keinginan dan
motivasi ibu untuk menyusui, Mengkaji integritas kulit putting ibu,
Menganjurkan ibu banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan,
Menganjurkan ibu bayi untuk menyusui secara bergantian antara payudara
kanan dan kiri, Mengajarkan ibu untuk massage payudara agar ASI keluar,
Memberikan informasi tentang keuntungan dan kerugian memberikan ASI.
7) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi yang
dilakukan penulis berdasarkan perkembangan kondisi pasien pada saat
dilakukan yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan.Didalam evaluasi ini menggunakan metode (SOAP) sebagai dasar
untuk mengetahui masalah klien dapat teratasi atau tidak.Penulis melakukan
evaluasi setelah melakukan tindakan keperawatan dan berdasarkan respon
pasien pada terakhir melakukan tindakan.
Pada tahap ini penulis mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan pada tanggal 06 – 07 Juni 2016. Dari keseluruhan evaluasi yang
penulis lakukan dari 3 diagnosa seksio sesaria secara baik yang actual maupun
resiko pada kasus Ny. S adalah :
77
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan adanya insisi post SC
di abdomen
masalah ini teratasi sebagian, klien mengatakan nyeri sudah berkurang,
skala nyeri 3, karena belum teratasi sepenuhnya maka intervensi
dilanjutkan.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan post sc masalah ini teratasi, klien
mengatakan sudah dapat duduk, sudah dapat melakukan personal hygiene
secara mandiri.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan bekas luka insisi masalah ini teratasi
sebagian, klien mengatakan daerah bekas operasi tidak terasa panas,
balutan tampak tidak ada rembesan, karena belum teratasi sepenuhnya
maka intervensi dilanjutkan.
4. Ketidak efektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurangnya produksi
ASI klien mengatakan ASInya sudah keluar, Klien tampak mengetahui cara
pemberian ASI yang tepat, masalah ini teratasi maka intervensi di hentikan.
78
BAB V
EVALUASI
Setelah membahas keseluruhan tentang asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar pada Ny. S dengan seksio sesaria dengan indikasi Ketuban Pecah
Dini (KPD) si Pavilun Al-Adawiyah Rumah Sakit Islam Sukapura Jakarta Utara
Tanggal 06 – 06 Juni, maka penulis mengambil kesimpulan dan saran mulai drai
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan,
dan evaluasi keperawatan.
A. Kesimpulan
Pada pengkajian didapatkan kesenjangan yaitu pada pemeriksaan penunjang yang
dilakukan kepada Ny. S dengan post SC adalah hematologi. Pada pemeriksaan
fisik system urinary di dapatkan kandung kemih teraba kosong karena klien
menggunakan kateter, Pada system integument terdapat kesenjangan antara kasus
dan teori karena di kasus Ny. S tidak mengalami hiperpigmentasi disekitar leher.
Pada diagnosa keperawatan terdapat kesenjangan antara kasus dan teori yaitu
dimana teori dijelaskan masalah ibu post partum dengan seksio sesaria ada 6
diagnosa sedangkan pada kasus yang muncul hanya 4 diagnosa.
Pada tahap perencanaan pada kasus Ny. S menetapkan prioritas masalah, tujuan,
kriteria hasil, dan rencana tindakan sesuai dengan prioritas masalah dan kondisi
klien.Pada tahap ini penulis melakukan perencanaan mengacu pada teori dan di
sesuaikan dengan kondisi klien, fasilitas yang ada, dan kebijaksanaan yang ada di
ruangan.Didalam menentukan prioritas masalah tidak terdapat kesenjangan
79
antara teori dan kasus.Dalam menentukan waktu di perencanaan penulis
membuat batasan waktu sesuai dengan yang terdapat dalam teori.Hal ini
bertujuan untuk memberikan batasan waktu agar masalah klien cepat teratasi.
Pada tahap pelaksanaan yang ada pada Ny. S sesuai dengan rencana tindakan
yang terdapat pada landasan teori.Faktor pendukung pada tahap pelaksanaan
adalah sikap klien yang kooperatif dan terdapat kerjasama yang baik dengan
perawat ruangan sehingga memudahkan penulis dalam memberikan asuhan
keperawatansesuai dengan yang sudah direncanakan. Sedangkan factor
penghambat adalah pendokumentasian dari pelaksanaan tidak dilihat dan ditulis
oleh tim ruangan kurang lengkap.
Pada kasus Ny. S didapatkan 4 diagnosa keperawatan yang muncul dan
berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan selama 2 hari, yaitu tanggal 06 – 07
Juni 2016, maka didapatkan 3 diagnosa dapat teratasi dengan penjabaran sebagai
berikut:
1) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. Adanya insisi post SC di abdomen dapat
teratasi tanggal 07 Juni 2016.
2) Intoleransi aktivitas b.d post sc dapat teratasi tanggal 07 Juni 2016.
3) Resiko infeksi b.d. bekas luka insisi dapat teratasi tanggal 07 Juni 2016.
4) Ketidak efektifan pemberian ASI b.d. Kurangnya produksi ASI dapat teratasi
tanggal 07 Juni 2016.
B. Saran
Untuk mencapai suatu keberhasilan yang baik dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dengan post seksio sesaria, maka penulis
mengemukakan beberapa saran diantaranya:
1. Untuk kerjasama perawat ruangan dan semua pihak yang terkait dengan
semua mahasiswa yang sedang melakukan praktik lapangan harus lebih
ditingkatkan lagi agar dapat melakukan asuhan yang baik ( komunikasi
antara perawat ruangan dan mahasiswa).
80
2. Untuk pendokumentasian lebih ditingkatkan karena sangat penting sekali
untuk mengetahui perkembangan dan pengawasan klien.
3. Untuk pemeriksaan penunjang ibu post partum SC lebih lengkap untuk
mendeteksi lebih awal jika ada kelalaian.
81
DAFTAR PUSTAKA
Doengos E.M. 2011, Buku Diagnosa Keperawatan, EGCJakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.
Indrayani, dkk 2013, Asuhan persalinan dan bayi baru lahir, Jakarta : Trans info
Media.
Lowdermilk D.L., 2013, Keperawatan Maternitas, Buku1, Jakarta : Salemba
Emban Patria.
Novita, R. V. 2011, Keperawatan maternitas, Jakarta :Ghalia Indonesia.
Nurarif, A. H. dkk 2012, Nanda Nic-Noc, Yogyakarta : Percetakan Mediaction
Publishing.
Prawirohardj, S., 2008, Ilmu bedah kebidanan,Jakarta :Gramedia.
Reeder, S.J.,dkk2011. Keperawatan Maternitas Volume 2, Jakarta :EGC.
Rosdahl, C.B., 2015, Buku Ajar Keperawatan Dasar, Jakarta :EGC.
82
SATUAN ACARA PEMBELAJRAN
(SAP)
I. Identitas
- Topik : Teknik Menyusui Yang Baik dan Benar
- Sasaran : Ny. S
- Waktu : 30 menit
- Hari, Tanggal : Senin, 06 Juni 2016
- Tempat : Di ruang perawatan Al – Adawiyah RSIJ Sukapura
II. Tujuan Intruksional
- TIU :
Pasien mampu memahami teknik menyusui dengan baik yng terdiri
dari pengertian, posisi menyusui, cara menyusui memasukan dan
melepaskannya, menyendawakan, dan hal yang perlu diperhatikan
dalam menyusui.
- TIK :
1. Menentukan bagaimana posisi yang baik bagi ibu menyusui
2. Menjelaskan cara memasukanputing yang baik dan benar
3. Mengetahui cara melepaskan hisapan bayi
4. Menjelaskan cara menyendawakan bayi
5. Mengetahui apakah tanda – tanda menyusui telah baik dan benar
6. Mengetahui hal – hal yang perlu diingat pada ibu menyusui.
III. Materi
1. Pengertian
83
Teknik menyusui adalah cara pemberian ASI yang dilakukan oleh
seorang ibu kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi
tersebut.
2. Posisi yang tepat bagi ibu
a. Duduklah dengan posisi yang nyaman atau santai, pakailah kursi
yang ada sandaran punggung dan lengannya.
b. Gunakan bantal untuk mengganjal bayi agar bayi tidak terlalu jauh
dari payudara ibu.
3. Cara memasukkan putting susu ibu kemulut bayi
a. Bila dimulai dengan payudara kanan, letakkan kepala bayi pada
siku dalam lengan kanan, badan bayi menghadap kebadan ibu.
b. Lengan kiri bayi diletakkan diseputar pinggang ibu, tangan kanan
ibu memegang pantat/paha kanan bayi.
c. Sangga payudara kanan ibu dengan empat jari tangan kiri, ibu jari
diatasnya tetpu tidk menutupi bagian yang berwarna hitam (areola
mamae)
d. Sentuhlah mulut bayi dengan puting payudara ibu, tunggu sampai
bayi membuka mulutnya lebar.
e. Masukkan putting payudara secepatnya ke dalaam mulut bayi
sampai bagian yang berwarna hitam.
4. Teknik melepaskan hisapan bayi
Setelah selesai menyusui kurang lebih 10 menit, lepaskan hisapan
bayi dengan cara :
a. Masukkan jari kelingking ibu yang bersih kesudut mulut bayi.
b. Menekan dagu bayi ke bawah.
c. Dengan menutup lubang hidung bayi agar mulutnya membuka.
d. Jangan menarik putting susu untu melepaskan.
5. Cara menyendawakan bayi setelah minum ASI
Setelah bayi melepaskan hisapannya, sendawakan bayi sebelum
menyusuinya pada payudara yang lain, dengan cara :
a. Sandarkan bayi dipundak ibu, tpuk punggungnya dengan pelan
sampai bayi bersendawa.
84
b. Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu sambil digosok
punggungnya.
6. Tanda – tanda teknik menyusui sudah baik dan benar
a. Bayi dalam keadaan tenang.
b. Mulut bayi terbuka lebar.
c. Bayi menempel betul pada ibu.
d. Mulut dan dagu bayi menempel pada payudara.
e. Ebagian besar areola mamae tertutup oleh mulut bayi.
f. Bayi tampak plean – pelan menghisap dengan kuat.
g. Kuping dan lengan bayi berada pada satu garis.
7. Hal – hal yang perlu diingat dalam menyusui seorang bayi
a. Berikkan ASI pada bayi dengn kedua payudara secara bergantian
IV. Metode
- Ceramah
- Demonstrasi
- Tanya jawab
V. Media dan Sumber
- Media : leaflet
- Sumber :
Ebrahim, Gj. 1984. Perawatan Anak. Yayasan Esentia Medika.
Yogyakarta.
Neilson, Joan. 1985. Cara Menyusui Yang Baik dan Benar. ARCA:
Jakarta.
Gilibert, Patricia. 1986. Payudara Apa yang Perlu Diketahui Wanita.
ARCAN: Jakarta
Suharyono.1989. ASI Tinjauan Dari Berbagai Aspek. FKUI: Jakarta.
VI. Kegiatan Pembelajaran
85
No. Kegiatan Penyuluh Sasaran Waktu
1 Pembukaan Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan
pembelajaran
Melakukan apresiasi
menjawab
salam
mendengarkan
mengetahui
tujuan
penyuluh
memberikan
penyuluhan
mengeluarkan
pendapat
tentang cara
menyusui
yang baik dan
benar
5 menit
2 Inti Menjelaskan materi
1) Menentukan
bagaimana
posisi yang
baik bagi ibu
menyusui
2) Menjelaskan
cara
memasukan
putting yang
baik dan benar
3) Mengetahui
cara
melepaskan
hisapan bayi
4) Menjelaskan
cara
menyendawak
an bayi
5) Mengetahui
apakah tanda
Menyimak
materi yang
sedang
dijelaskan
Audience
bertanya
10 menit
86
– tanda
menyusui
yelah baik dan
benar
6) Mengetahui
hal – hal yang
perlu diingat
pada ibu
menyusui
Memberikan
kesempatan audience
untuk bertanya
3 Penutup Menyimpulkan materi
Mengevaluasi audience
Menyampaikan salam
penutup
Mengetahui
kesimpulan
dari materi
Audience
dapat
menjawab
evaluasi dari
penyuluh
Menjawab
salam
15 menit
VII. Evaluasi
Jenis evaluasi : Uji lisan
Soal :
1. Cara menyendawakan bayi setelah minum ASI
a. Sandarkan bayi dipundak ibu, tpuk punggungnya dengan pelan
sampai bayi bersendawa.
b. Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu sambil digosok
punggungnya.
2. Tanda – tanda teknik menyusui yang baik dan benar
a. Bayi dalam keadaan tenang.
87
b. Mulut bayi terbuka lebar.
c. Bayi menempel betul pada ibu.
d. Mulut dan dagu bayi menempel pada payudara.
e. Ebagian besar areola mamae tertutup oleh mulut bayi.
f. Bayi tampak plean – pelan menghisap dengan kuat.
g. Kuping dan lengan bayi berada pada satu garis.
88
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Intan Widyawati
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Juli 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Email : [email protected]
Agama : Islam
Alamat : Villa Balaraja blok E7 no.12, Tangerang
No. Handphone :082298807847
Pendidikan : 1. TK.Al-Amanah Lulus tahun 2000-2001
2. SD Negeri Balaraja III Lulus tahun 2001-2007
3. SMP Negeri 2 Balaraja Lulus tahun 2007-2010
4. SMA Negeri 19 Kab.Tangerang Lulus tahun 2013
5. DIII Keperawatan UMJ Lulus tahun 2013- 2016
Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Jakarta, 21 Juni 2016
Penulis
Intan Widyawati