ASKEP PPOK

60
BAB I PENDAULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-fase eksaserbasi akut. Berbagai faktor berperan pada perjalanan penyakit ini, antara lain faktor resiko yaitu faktor yang menimbulkan atau memperburuk penyakit seperti kebiasaan merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi, genetik dan perubahan cuaca. Derajat obtruksi saluran nafas yang terjadi, dan identifikasi komponen yang memugkinkan adanya reversibilitas. Tahap perjalanan penyakit dan penyakit lain diluar paru seperti sinusitis dan faringitis kronik. Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut membuat perburukan makin lebih cepat terjadi. Untuk melakukan penatalaksanaan PPOK perlu diperhatikan faktor-faktor tersebut, sehingga pengobatan PPOK menjadi lebih baik. Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronik, bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru. Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran napas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu. B. RUMUSAN MASALH Bagaimana gambaran pemberian asuhan keperawatan pada kasus PPOK ? C. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan umum

Transcript of ASKEP PPOK

 BAB IPENDAULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalahpenyakit paru kronik yang progresif, artinya penyakit iniberlangsung seumur hidup dan semakin memburuk secaralambat dari tahun ke tahun. Dalam perjalanan penyakit initerdapat fase-fase eksaserbasi akut. Berbagai faktorberperan pada perjalanan penyakit ini, antara lain faktorresiko yaitu faktor yang menimbulkan atau memperburukpenyakit seperti kebiasaan merokok, polusi udara, polusilingkungan, infeksi, genetik dan perubahan cuaca.

Derajat obtruksi saluran nafas yang terjadi, danidentifikasi komponen yang memugkinkan adanyareversibilitas. Tahap perjalanan penyakit dan penyakitlain diluar paru seperti sinusitis dan faringitis kronik.Yang pada akhirnya faktor-faktor tersebut membuatperburukan makin lebih cepat terjadi. Untuk melakukanpenatalaksanaan PPOK perlu diperhatikan faktor-faktortersebut, sehingga pengobatan PPOK menjadi lebih baik.

Penyakit paru obstruksi kronik adalah klasifikasiluas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronik,bronkiektasis, emfisema dan asma, yang merupakan kondisiireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitasdan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.

Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paruyang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupamemanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan olehadanya penyempitan saluran napas dan tidak banyakmengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu.

B. RUMUSAN MASALH

Bagaimana gambaran pemberian asuhan keperawatan

pada kasus PPOK ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum

Untuk memberikan informasi terbaru mengenai

pemberian askep pada pasien CHF sehingga dapat

diterapkan dalam melakukan layanan kesehatan.

2. Tujuan khusus

a. Mampu membuat diagnosa keperawatan menurut

prioritas pada pasien dengan CHF.

b. Mampu membuat rencana askep pada pasien dengan

CHF.

c. Mampu menerapkan tindakan keperawatan pada pasien

dengan CHF.

D. MAMFAAT PENULISAN

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai masukan dan evaluasi dalam meningkatkan mutu

keperawatan secara umum dan khususnya di Ruang ICCU.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu

pendidikan terutama dalam bidang perawatan pasien

dengan CHF dan sebagai bahan bacaan untuk menambah

wawasan tentang kualitas asuhan keperawatan.

3. Bagi Penulis

Menjadi pembelajaran dalam melakukan asuhan

keperawatan agar sesuai dengan prosedur yang

ditentukan.

ii

iii

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1 Pengertian

a. PPOK Merujuk pada sejumlah gangguan yang

mempengaruhi pergerakan udara dari dan keluar

Paru. Gangguan yang penting adalah Bronkhitis

Obstruktif, Emphysema dan Asthma Bronkiale.

(Black. J. M. & Matassarin,.E. J. 1993).

b. Suatu kondisi dimana aliran udara pada paru

tersumbat secara terus menerus. Proses penyakit

ini adalah seringkali kombinasi dari 2 atau 3

kondisi berikut ini (Bronkhitis Obstruktif

Kronis, Emphysema dan Asthma Bronkiale) dengan

suatu penyebab primer dan yang lain adalah

komplikasi dari penyakit primer.(Enggram, B.

1996).

Bronkhitis Kronis

Gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan

mucus yang berlebihan dalam bronkus dan

termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis dan

pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun,

paling sedikit 2 tahun berturut – turut.

Emphysema

Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai

pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris dan

1

destruksi dinding alveolar

Asthma Bronkiale

Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi

yang meningkat dari trachea dan bronkus terhadap

berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa

kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan

yang menyeluruh dari saluran nafas.

Asthma dibedakan menjadi 2 :

1. Asthma Bronkiale Alergenik

2. Asthma Bronkiale Non Alergenik

Asthma tidak dibahas disini karena gejala dan tanda

lebih spesifik dan ada pembahasan khusus mengenai

penyakit asma

2

2. PATOFISIOLOGI PPOK

Bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal

atau dapat timbul kembali sebagai eksaserbasi akut

dari bronchitis kronis. Pada infeksi saluran nafas

bagian atas, biasanya virus, seringkali merupakan awal

dari serangan bronchitis akut. Dokter akan mendiagnosa

bronchitis kronis jika klien mengalami batuk atau

produksi sputum selama beberapa hari + 3 bulan dalam 1

tahun dan paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut.

Bronchitis timbul sebagai akibat dari adanya

paparan terhadap agent infeksi maupun non-infeksi

(terutama rokok tembakau). Iritan akan menyebabkan

timbulnya respon inflamasi yang akan menyebabkan

vasodilatasi, kongesti, edema mukosa dan

bronchospasme.

Klien dengan bronchitis kronis akan mengalami :

1. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada

bronchi besar, yang mana akan meningkatkan produksi

mukus.

2. Mukus lebih kental

3. Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan

mekanisme pembersihan mukus. Oleh karena itu,

"mucocilliary defence" dari paru mengalami

kerusakan dan meningkatkan kecenderungan untuk

terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar

mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia

sehingga produksi mukus akan meningkat.

4. Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali

sampai dua kali ketebalan normal) dan mengganggu

3

aliran udara. Mukus kental ini bersama-sama dengan

produksi mukus yang banyak akan menghambat beberapa

aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara

besar. Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi

hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya seluruh

saluran nafas akan terkena.

5. Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan

mengobstruksi jalan nafas, terutama selama

ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara

terperangkap pada bagian distal dari paru-paru.

Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi

alveolar, hypoxia dan asidosis.

6. Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio

ventilasi perfusi abnormal timbul, dimana terjadi

penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi dapat juga

meningkatkan nilai PaCO2.

7. Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari

hipoxemia, maka terjadi polisitemia (overproduksi

eritrosit). Pada saat penyakit memberat, diproduksi

sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi

pulmonary.

8. Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV

dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah

tersebut tidak ditanggulangi, hypoxemia akan timbul

yang akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF

Emfisema paru

Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik,

yaitu suatu perubahan anatomik paru yang ditandai

dengan melebarnya secara abnormal saluran udara

bagian distal bronkus terminalis, yang disertai

4

kerusakan dinding alveolus. Sesuai dengan definisi

tersebut, maka jika ditemukan kelainan berupa

pelebaran ruang udara (alveolus) tanpa disertai

adanya destruksi jaringan maka keadaan ini

sebenarnya tidak termasuk emfisema, melainkan hanya

sebagai "overinflation".

Patofisiologi Bronkhitis Kronis dan Emphysema

MEROKOK PREDISPOSISI GENETIK FAKTORPOLUSI UDARA ( KEKURANGAN 1 – ANTI TRIPSIN ) TIDAK

5

DIKETAHUI

GANGGUAN SEKAT DAN JARINGAN SEUMUR HIDUPPEMBERSIHAN PARU PENYOKONG HILANG

PERADANGAN BRONKUS & ALVEOLUS

SAAT EKSPIRASI SAL.UDARA YG KECIL KOLAPS

PERADANGANJALAN UDARA

DINDING BRONKIALEHYPOVENTILASI LEMAH & ALVEOLAR

PECAH

SAAT EKSPIRASI SALURANUDARA YANG KECIL KOLAPS

SERING CLE PLE PADABRONKIOLITIS TERJADI CLE DAN LANSIAKRONIS PLE TIDAK

TIMBUL

GEJALA

CLE BRONKEOLITIK KRONIK SERING

TERJADI

PLE

6

3 Penyebab PPOK

- Bronkitis Kronis1) Faktor tak diketahui

2) Merokok

3) Polusi Udara

4) Iklim

- Emphysema

1) Faktor tak diketahui

2) Predisposisi genetic

3) Merokok

4) Polusi udara

- Asthma Bronkiale

Faktor Prediasposisi nya adalah :

a. Alergen (debu, bulu binatang,

kulit dll)

b. Infeksi saluran nafas

c. Stress

d. Olahraga (kegiatan jasmani berat

)

e. obat-obatan

f. Polusi udara

g. lingkungan kerja

h. Lain-lain, (iklim, bumbu masak,

bahan pengawet dll)

4 Gambaran Klinis

a. Asthma Bronkiale

Selama serangan klien mengalami dispnea dan tanda

kesulitan bernafas. Permulaan tanda serangan terdapat

sensasi kontriksi dada (dada terasa berat), Whezing,

7

batuk non produktif, takhi kardi dan takipnea.

b. Manifestasi klinis Emphysema dan bronkhitis kronis

GAMBARAN EMPHYSEMA BRONKHITISMulai timbul Usia 30 – 40 tahun 20 – 30 tahun

batuk akibat

merokok (cacat

pada usia

pertengahan)Sputum Minimal Banyak sekaliDispne Dispnea relatif dini LambatRasio V/Q Ketidakseimbangan

minimal

Ketidakseimbangan

nyataBnetuk Tubuh Kurus dan ramping Gizi cukupDiameter AP

dada

Dada seperti tong Tidak membesar

Gambaran

respirasi

Hyperventilasi hypoventilasi

Volume Paru FEV 1 rendah

TLC dan RV meningkat

FEV 1 rendah

TLC normal RV

meningkat moderatPa O2

Sa O 2

Norml/rendah

normal

Meningkat

DesaturasiPolisitemia normal Hb dan Hematokrit

meningkatSianosis Jarang sering

5. MANAGEMEN MEDIS

Intervensi medis bertujuan untuk :

1. Memelihara kepatenan jalan nafas

dengan menurunkan spasme bronkus dan

8

membersihkan secret yang berlebihan

2. Memelihara keefektifan pertukaran gas

3. Mencegah dan mengobati infeksi

saluran pernafasan

4. Meningkatkan toleransi latihan.

5. Mencegah adanya komplikasi (gagal

nafas akut dan status asmatikus)

6. Mencegah allergen/iritasi jalan nafas

7. Membebaskan adanya ansietas dan

mengobati depresi yang sering

menyertai adanya obstruksi jalan

nafas kronis.

Managemen medis yang diberikan berupa

1) Pharmacologic management

a) Anti inflamasi ( kortikosteroid, sodium kromolin

dll)

b) Bronkodilator

Adrenergik : efedrin, epineprin, beta

adrenergik agonis selektif

Non adrenergik : aminophilin, tefilin

c) Antihistamin

d) Steroid

e) Antibiotic

f) Ekspektoran

Oksigen digunakan 3 l/m dengan cannula nasal.

2) Hygiene Paru.

Bertujuan untuk membersihkan sekret dari paru-paru

dan kemudian meningkatkan kerja silia dan menurunkan

resiko infeksi.

Dilaksanakan dengan nebulizer, fisioterapi dada,

9

postural drainase

3) Exercise

Bertujuan untuk mempertinggi kebugaran dan melatih

fungsi otot skeletal agar lebih efektif.

Dilaksanakan dengan jalan sehat.

4) Menghindari bahan iritans

Penyebab iritans jalan nafas harus dihindari seperti

asap rokok dan perlu juga mencegah adanya alergen

yang masuk tubuh.

5) Diet

Klien sering mengalami kesulitan makan karena adanya

dipsnea. Pemberian porsi yang kecil namun sering

lebih baik daripada makan langsung banyak.

10

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. BIODATA

1. IDENTITAS PASIEN

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Status Perkawinan :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

No.Register :

Ruangan/Kamar :

Golongan Darah :

Tanggal Pengkajian :

Tanggal Oprasi :

Diagnosa Medis :

2. PENANGGUNG JAWAB

Nama     :

Hubungan Dengan Pasien :

Umur :

Pekerjaan         :

Pendidikan      :

Suku bangsa    :

11

Alamat                        :

B. KELUHAN UTAMA

..................................................

1. Pemeriksaan fisik :

a. Manifestasi klinik Penyakit Paru Obstruktif

Kronik :

Peningkatan dispnea.

Penggunaan otot-otot aksesori pernafasan

(retraksi otot-otot abdominal, mengangkat

bahu saat inspirasi, nafas cuping

hidung).

Penurunan bunyi nafas.

Takipnea.

b. Gejala yang menetap pada penyakit dasar

Asthma

Batuk (mungkin produktif atau non

produktif), dan perasaan dada seperti

terikat.

Mengi saat inspirasi maupun ekspirasi

yang dapat terdengar tanpa stetoskop.

Pernafasan cuping hidung.

Ketakutan dan diaforesis.

Bronkhitis

Batuk produktif dengan sputum berwarna

putih keabu-abuan, yang biasanya

terjadi pada pagi hari.

12

Inspirasi ronkhi kasar dan whezzing.

Sesak nafas

Bronkhitis (tahap lanjut)

Penampilan sianosis

Pembengkakan umum atau “blue bloaters”

(disebabkan oleh edema asistemik yang

terjadi sebagai akibat dari kor

pulmunal).

Emphysema

Penampilan fisik kurus dengan dada

“barrel chest” (diameter thoraks

anterior posterior meningkat sebagai

akibat hiperinflasi paru-paru).

Fase ekspirasi memanjang.

Emphysema (tahap lanjut)

Hipoksemia dan hiperkapnia.

Penampilan sebagai “pink puffers”

Jari-jari tabuh.

2. Pemeriksaan diagnostik

Test faal paru

1) Kapasitas inspirasi menurun

2) Volume residu : meningkat pada emphysema,

bronkhitis dan asthma

3) FEV1 selalu menurun = derajat obstruksi

progresif Penyakit Paru Obstruktif Kronik

13

4) FVC awal normal menurun pada bronchitis dan

astma.

5) TLC normal sampai meningkat sedang (predominan

pada emphysema).

Transfer gas (kapasitas difusi).

Pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik Transfer gas

relatif baik.

Pada emphysema : area permukaan gas menurun.

Transfer gas (kapasitas difusi).menurun

Darah :

Hb dan Hematokrit meningkat pada polisitemia

sekunder.

Jumlah darah merah meningkat

Eo dan total IgE serum meningkat.

Analisa Gas Darah gagal nafas kronis.

Pulse oksimetri SaO2 oksigenasi menurun.

Elektrolit menurun oleh karena pemakaian deuritika

pada cor pulmunale.

Analisa Gas Darah

PaO2 menurun, PCO2 meningkat, sering menurun pada

astma. PH normal asidosis, alkalosis respiratorik

ringan sekunder.

Sputum :

Pemeriksaan gram kuman/kultur adanya infeksi

campuran.

Kuman patogen >> :

14

Streptococcus pneumoniae.

Hemophylus influenzae.

Moraxella catarrhalis.

Radiologi :

Thorax foto (AP dan lateral).

Hiperinflasi paru-paru, pembesaran jantung dan

bendungan area paru-paru.

Pada emphysema paru :

Distensi >

Diafragma letak rendah dan mendatar.

Ruang udara retrosternal > (foto lateral).

Jantung tampak memanjang dan menyempit.

Bronkogram : menunjukkan dilatasi bronkus, kolap

bronkhiale pada ekspirasi kuat.

EKG.

Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock

wise jantung. Bila sudah terdapat Kor Pulmonal

terdapat deviasi aksis ke kanan dan P- pulmonal pada

hantaran II, III dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1

rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 V1 rasio R/S kurang

dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.

Lain-lain perlu dikaji Berat badan, rata-rata intake

cairan dan diet harian.

Aktivitas

dan

15

istirahatGejala Keletihan, kelelahan, malaise

Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-

hari karena sulit bernafas. Perlu tidur

dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea

pada saat istirahat atau respon terhadap

aktivitas atau latihan

Tanda Kelelahan, gelisah, insomnia, kelemahan

umum/kehilangan masa otot

SirkulasiGejala Pembengkakan pada ekstremitas bawah

Tanda Peningkatan tekanan darah. Peningkatan

frekuensi jantung

Distensi vena leher, sianosis perifer

Integritas

egoGejala/tanda Ansietas, ketakutan dan peka rangsang

Makanan/

cairanGejala Mual/muntah, Nafsu makan menurun,

ketidakmampuan makan karena distress

pernafasan

Penurunanan BB menetap (empisema) dan

peningkatan BB karena edema (Bronkitis)

Turgor kulit buruk, edema, berkeringat,

16

Tanda penurunan BB, penurunan massa otot

HygieneGejala Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan

bantuan melakukan aktivitas tubuh

Tanda Kebersihan buruk, bau badan

PernafasanGejala Nafas pendek, khususnya pada saat kerja,

cuaca atau episode serangan asthma, rasa

dada tertekan/ketidakmampuan untuk

bernafas. Batuk menetap dengan produksi

sputum setiap hari selama 3 bulan berturut-

turut selam 3 tahun sedikitnya 2 tahun.

Sputum hijau, putih, kuning dengan jumlah

banyak (bronchitis)

Episode batuk hilang timbul dan tidak

produktif (empisema),

Riwayat Pneumonia, riwayat keluarga

defisiensi alfa antitripsin

Tanda Respirasi cepat dangkal, biasa melambat,

fas ekspirasi memanjang dengan mendengkur,

nafas bibir (empisema)

Pengguanaan otot Bantu pernafasan, Dada

barell chest, gerakan diafragma minimal.

Bunyi nafas, Ronki, wheezing, redup

Perkusi hypersonor pada area paru (udara

terjebak, dan dapat juga redup/pekak karena

adanya cairan).

17

Kesulitan bicara 94 – 5 kalimat 0

Sianosis bibir dan dasar kuku, jari tabuh.

Seksualitas

Libido menurun

Interaksi

sosialGejala Hubungan ketergantungan, kurang sisitem

pendukung

Tanda Keterbatasan mobilitas fisik

Kelalaian hubungan antar keluarga

18

3. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

ketidakadekuatan batuk, peningkatan produksi

mukus/peningkatan sekresi lendir

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pembatasan

jalan nafas, kelelahan otot pernafasan, peningkatan

produksi mukus atau spasme bronkus.

3. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi

sekunder terhadap peningkatan kerja pernafasan atau

kesulitan masukan oral sekunder dari anoreksia.

4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakitnya.

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

tidak adequatnya immunitas tubuh

6. Kurang pengetahuan berhu bungan dengankurang informasi

4. Perencanaan

Perencanaan meliputi penyusunan prioritas, tujuan

dan kriteria hasil dari masing-masing masalah yang

ditemukan.

Tujuan Penatalaksanaan

Mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

Pemeliharaan fungsi paru yang optimal dalam waktu

singkat dan panjang.

Pencegahan dan penanganan eksaserbasi.

Mengurangi perburukan fungsi paru setiap tahunnya.

Kriteria Keberhasilan :

Berkurangnya gejala sesak nafas.

19

Berkurangnya frekuensi dan lamanya eksaserbasi.

Membaiknya faal paru.

Menurunnya gejala psikologik (depresi, kecemasan).

Memperbaiki kualitas hidup.

Dapat melakukan aktifitas sehari-hari.

20

DIAGNOSA

KEPERAWATANTUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL

1. Bersihan jalan

nafas tidak

efektif

berhubungan

dengan

ketidakadekuatan

batuk,

peningkatan

produksi

mukus/peningkata

n sekresi lendir

Klien dapat mening-

katkan bersihan

jalan nafas

Kriteria hasil

1. Mampu

mendemonstrasikan

batuk terkontrol

2. Intake cairan

adekuat

1. Kaji kemampuan klien untuk

memobilisasi sekresi, jika

tidak mampu :

a. Ajarkan metode batuk

terkontrol

b. Gunakan suction (jika perlu

untuk mengeluarkan sekret)

c. Lakukan fisioterapi dada

2. Secara rutin tiap 8 jam lakukan

auskultasi dada untuk

mengetahui kualitas suara nafas

dan kemajuannya.

3. Berikan obat sesuai dengan

resep; mukolitik, ekspektorans

4. Anjurkan minum kurang lebih 2

liter per hari bila tidak ada

1. Memantau tingkat

kepatenan jalan nafas

dan meningkatkan

kemampuan klien

merawat diri /

membersihkan/membebas

kan jalan nafas

2. Memantau kemajuan

bersihan jalan nafas

3. Mengencerkan secret

agar mudah

dikeluarkan

4. mengencerkan sekert

21

kontra indikasi

5. Anjurkan klien mencegah infeksi

/ stressor

a. Cegah ruangan yang ramai

pengunjung atau kontak

dengan individu yang

menderita influenza

b. Mencegah iritasi : asap

rokok

c. Imunisasi : vaksinasi

Influensa.

5. Menghindarkan bahan

iritan yang

menyebabkan kerusakan

jalan nafas

2. Gangguan

pertukaran gas

berhubungan

dengan

pembatasan jalan

nafas, kelelahan

otot pernafasan,

Klien mampu

menunjukkan

perbaikan

oksigenasi.

Kriteria hasil

1. Gas arteri dalam

batas normal

1. Observasi status pernafasan,

hasil gas darah arteri, nadi

dan nilai oksimetri

2. Awasi perkembangan membran

mukosa / kulit (warna)

3. Observasi tanda vital dan

status kesdaran.

1. Memantau perkembangan

kegawatan pernafasan

2. Gangguan Oksigenasi

perifer tampak

cianosis

3. Menentukan status

pernafasan dan

22

peningkatan

produksi mukus

atau spasme

bronkus.

2. Warna kulit

perifer membaik

(tidak cianosis)

3. RR : 12 – 24 x

/menit

4. Bunyi nafas

bersih

5. Batuk (-)

6. Ketidaknyamanan

dada (–)

7. Nadi 60 – 100

x/menit

Dyspnea (–)

4. Evaluasi toleransi aktivitas

dan batasi aktivitas klien

5. Berikan oksigenasi yang telah

dilembabkan

6. Pertahankan posisi fowler

dengan tangan abduksi dan

disokong dengan bantal atau

duduk condong ke depan dengan

ditahan meja.

7. Kolaborasi untuk

a. Berikan obat yang telah

diresepkan

b. Berikan obat depresan saraf

dengan hati-hati

(sedatif/narkotik).

kesadaran

4. Mengurangi penggunaan

energi berlebihan

yang membutuhkan

banyak Okigen

5. Memenuhi kebutuhan

oksiegen

6. Meningkatkan

kebebasan suplay

oksiegn

Obat depresan akan

mendepresi system

pernafasan dan

menyebabkan gagal

nafas

23

3. Gangguan

kebutuhan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

ketidakadekuatan

intake nutrisi

sekunder

terhadap

peningkatan

kerja

pernafasan,

kesulitan

masukan oral

sekunder dari

anoreksia

Klien akan

menunjukkan

kemajuan/peningkatan

status nutrisi

Kriteria hasil

a. Klien tidak

mengalami

kehilangan BB

lebih lanjut

b. Masukan makanan

dan cairan

meningkat

c. Urine tidak pekat

d. Output urine

meningkat.

e. Membran mukosa

lembab

f. Kulit tidak

1. Kaji kebiasaan diit. Catat

derajat kesulitan

makan/masukan. Evaluasi BB

2. Berikan perawaatan oral

3. Hindari makanan penghasil gas

dan minuman karbont

4. Sajikan menu dalam keadaan

hangat

5. Anjurkan makan sedikit tapi

sering

6. Kolaborasi tim nutrisi untuk

menentukan diit

1. Pasien distress

pernafasan sering

anoreksia. Dan juga

sering mempunyai pola

makan yang buruk.

Sehingga cenderung Bb

menurun

2. kebersihan oral

menhilangkan bakteri

penumbuh bau mulut

dan eningkatkan

rangsangan /nafsu

makan

3. menimbulkan distensi

abdomen dan

meningkatkan dispnea

4. Menu hangat mempenga-

ruhi relaksasi

24

kering

g. Tonus otot

membaik

spingkter / saluran

pencrnaan shg respon

mual/muntah berkurang

5. menegah perut penuh

dan menurunkan resiko

mual

6. Menentukan diit yang

tepat sesuai

perhitungan ahli gizi

4. Cemas

berhubungan

dengan kurangnya

pengetahuan

tentang

penyakitnya.

Tujuan : rasa cemas

berkurang/hilang.

Kriteria Hasil :

1. Klien

mengungkapkan

bahwa ia tidak

cemas.

1. Kaji tingkat kecemasan yang

dialami oleh pasien.

2. Beri kesempatan pada pasien

untuk mengungkapkan rasa

cemasnya.

3. Lakukan pendekatan kepada klien

dengan tenang dan meyakinkan

1. Untuk menentukan

tingkat kecemasan

yang dialami pasien

sehingga perawat bisa

memberikan intervensi

yang cepat dan tepat.

2. Dapat meringankan

25

2. Ekspresi wajah

rileks.

3. RR : 12 – 24 X /

menit.

4. N : 60 - 100 X /

menit

dan hindari pemberian informasi

atau instruksi yang bertele-

tele dan terus menerus.

4. Berikan penjelasan yang

sederhana dan singkat tentang

tujuan intervensi dan

pemeriksaan diagnostik serta

anjurkan kepada klien untuk

ikut serta dalam tindakan

keperawatan.

5. Berikan keyakinan pada pasien

bahwa perawat, dokter, dan tim

kesehatan lain selalu berusaha

memberikan pertolongan yang

terbaik dan seoptimal mungkin.

6. Berikan kesempatan pada

keluarga untuk mendampingi

pasien secara bergantian.

beban pikiran pasien.

3. Agar terbina rasa

saling percaya antar

perawat-pasien

sehingga pasien

kooperatif dalam

tindakan keperawatan.

4. Penjelasan yang

sederhana dan singkat

tentang tujuan

intervensi dan

pemeriksaan

diagnostik serta

anjurkan kepada klien

untuk ikut serta

dalam tindakan

keperawatan dapat

mengurangi beban

26

7. Ciptakan lingkungan yang tenang

dan nyaman.

pikiran pasien.

5. Sikap positif dari

tim kesehatan akan

membantu menurunkan

kecemasan yang

dirasakan pasien.

6. Pasien akan merasa

lebih tenang bila ada

anggota keluarga yang

menunggu.

7. Lingkung yang tenang

dan nyaman dapat

membantu mengurangi

rasa cemas pasien.

27

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu

Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu

Penyakit Paru. Airlangga University Press.

Surabaya.

Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical

surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach.

W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan

Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta.

Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan

Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian Perawatan

Pasien. EGC.Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji. (1990). Ilmu Penyakit Dalam

Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995).

Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses

Penyakit. EGC. Jakarta.

Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian

Pulmonologi FKUI. Jakarta.

28

LAPORAN KASUS (PROSES KEPERAWATAN)

Nama Mahasiswa : Imanuddin

N I M : 010030189- B

Ruang : Paru RSUD jombang

Pengkajian diambil tanggal : 16 oktober 2011. Jam 10.00

WIB

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn A No.

Regester : ..............................

.....

Umur : 56 Tahun.

Jenis Kelamin : Laki-laki.

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Status Marietal : Kawin

Pekerjaan : PNS

Pendidikan : SLTA

Bahasa yang digunakan : Indonesia

Alamat : jln.veteran mancar jombang

Tanggal MRS : 16 oktober 2011 Jam…………..…. WIB.

Cara Masuk : Lewat Instalasi Rawat Darurat RSUDjombang

Diagnosa Medis : PPOK

Alasan Dirawat : Mendapatkan pertolongan pemberian

Oksigen

2. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

1) Riwayat keluhan utama

klien mengatakan bahwa dadanya sesak

29

2) Riwayat Penyakit Sekarang

klien mengatakan bahwa sering Sesak nafas sejak 5

tahun yang lalu, dan 5 hari ini sesaknya bertambah

berat, padahal sudah minum obat dan aerosol tetapi

masih tetap sesak. Pasien mengatakan kalau Sesak

nafasnya datang pada waktu berbaring, duduk, berdiri

maupun berjalan. Sebelum sesak pasien batuk berdahak

berwarna putih kekuningan.lalu pasien pergi ke RSUD

jombang pada tanggal 16 oktober 2011 pukul 10.00 WIB

3) Upaya yang telah dilakukan

klien mengatakan pergi ke RSUD jombang

4) Terapi/operasi yang pernah dilakukan

klien mengatakan bahwa pasien pernah melakukan aerosol

terapi sejak sesak dan pasien tidak pernah operasi

sebelumnya.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

klien mengatakan bahwa Orang tua dan anak dari pasien

ada juga yang menderita penyakit seperti yang

diderita pasien saat ini

6) Genogram

30

: pasien yang menderita

: laki-laki

: perempuan

7) Riwayat Penyakit Dahulu

klien mengatakan bahwa sering Sesak nafas sejak 5

tahun yang lalu.pasien pernah MRS dengan penyakit

yang sama selama 8 kali. Mempunyai riwayat Asthma

Bronkiale sejak kecil. Pasien merokok selama 30 tahun

sebanyak 2 pak/hari.

8) Keadaan Kesehatan Lingkungan

klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat

tinggal cukup bersih.

9) Riwayat Kesehatan Lainnya

klien mengatakan pernah mempunyai penyakit asthma

bronkiale sejak kecil

10)Riwayat sebelum sakit

klien mengatakan mempunyai penyakit keturunan (asthma)

11)Penyakit berat yang penah di derita

klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit berat

selain sesak nafas

31

12)Obat-obatan yang biasa dikonsumsi

klien mengatakan bahwa biasanya mengkonsumsi obbat-

obatan dari rumah sakit

13)Kebiasaan berobat

klien mengatakan biasanya berobat dirumah sakit.

14)Alergi

klien mengatakan bahwa tidak mempunyai alergi obat-

obatan maupun makanan

15)Kebiasaan merokok/alkohol

klien mengatakan bahwa pasien mempunyai kebiasaan

merokok 30 tahun 2 pak/hari

16)Alat bantu yang dipakai :

Gigi palsu : tidak

Kaca mata : tidak

Pengengaran : tidak

3. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1) Keadaan Umum :

Lemah , sesak nafas , batuk , kesadaran compos mentis.

2) Tanda-tanda vital

Suhu : 36,8 0C

- Axilla

32

Nadi : 100 X/menit.

- Kuat dan teratur

Tekanan darah : 100/60 mmHg.

- Lengan kanan

- Berbaring

Respirasi : 32 x/menit

- normal

3) Body Systems

(1)Pernafasan (B 1 : Breathing)

Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 32 x/menit.

Nafas pendek, khususnya pada saat kerja, cuaca atau

episode serangan asthma, rasa dada

tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas. Batuk

menetap dengan produksi sputum setiap hari selama 3

bulan berturut-turut selama 3 tahun sedikitnya 2

tahun. Sputum putihkekuningan dengan jumlah banyak.

Pengguanaan otot bantu pernafasan, Dada barell

chest, gerakan diafragma minimal. Bunyi nafas,

Ronki, wheezing, redup. Perkusi hypersonor pada

area paru. Sianosis bibir dan dasar kuku, jari

tabuh.

Hasil foto Thorax PA 16 oktober 2011

Cor : bentuk Tear Drops

Pulmo : Tampak bronchopulmonary Pattern sedikit

meningkat hiperacrated kedua paru.

Kedua sinus Phrenicocostalis tumpul (tampak tenting

pada kedua hemidiafragma).

33

Tampak perselubungan homogen pada hemithorax kanan

bawah lateral.

Tampak callus formation pada costa 5, 6, 7, dan 8

kanan belakang.

Kesimpulan: Emphysematous Lung, Efusi Pleura

bilateral yang telah mengalami organisasi bekas

fraktur Costa 5, 6, 7, dan 8 kanan belakang.

(2)Cardiovascular (B 2 : Bleeding)

Nadi 100 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah

100/60 mmHg, Suhu 36,8 0C, Pembengkakan pada

ekstremitas bawah. Distensi vena leher, sianosis

perifer.

Hasil EKG tanggal 16 oktober 2011

Sinus takikardi disertai PAC dan PVC oleh karena

pemberian Aminophyllin (Efek Aritmogenik).

(3)Persyarafan (B 3 : Brain)

Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)

Verbal : Orientasi baik (5)

Motorik : Menurut perintah (6)

Compos Mentis : Pasien sadar baik.

Persepsi Sensori : Tidak ada kelainan/ Dalam batas

normal.

Pendengaran : Tidak ada kelainan/ Dalam batas

normal.

Penciuman : Tidak ada kelainan/ Dalam batas

normal.

Pengecapan : Tidak ada kelainan/ Dalam batas

34

normal.

Penglihatan : Tidak ada kelainan/ Dalam batas

normal.

Perabaan : Tidak ada kelainan/ Dalam batas

normal.

(4)Perkemihan-Eliminasi Uri (B.4 : Bladder)

- Produksi urine : 1200 cc/24 jam

- Frekuensi urine : 6 x / hari

- warna urine : kuning muda.

- Bau urine : bau khas (amoniak)

(5)Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)

- Mulut dan tenggorokan:

a. Warna lidah : normal/ merah muda

b. Lesi : tidak ada

c. Masa : tidak ada

d. Gangguan bicara : tidak ada/normal

- Abdomen : normal,

a. Inspeksi : tidak ada meteriosmus,tidak

ada asites, tidak terdapat obstipasi maupun

diare

b. Auskultasi :

birsing usus 16 x / menit

Peristaltik normal

c. Perkusi : tidak terdapat timpani

d. Palpasi : tidak terdapat kelainan

35

- Rectum : normal, tidak ada masalah

- klien buang air besar 1 X/hari.

(6)Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)

Kemampuan pergerakan sendi bebas/terbatas

Parese ada/tidak, Paralise ada/tidak, Hemiparese

ada/tidak,

Ekstrimitas : Tidak ada kelainan/ Dalam batas

normal.

Atas : Tidak ada kelainan/ Dalam batas

normal.

Bawah : Tidak ada kelainan/ Dalam batas

normal.

Tulang Belakang : Tidak ada kelainan/ Dalam

batas normal.

Warna kulit : sianosis

Akral : hangat

Turgor : baik

Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.

(7)Sistem Endokrin

Terapi hormon : tidak ada terapi

hormonal

Karakteristik sex sekunder : Tidak ada kelainan/

Dalam batas normal.

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik : Tidak

ada kelainan/ Dalam batas normal.

Pola aktivitas sehari-hari

36

(1)Pola Persepsi Dan Tata Laksana Hidup Sehatan

Pada klien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik

terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup

sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak

Penyakit Paru Obstruktif Kronik sehingga menimbulkan

persepsi yang negatif terhadap dirinya dan

kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur

pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu

perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah

dimengerti pasien.

(2)Pola Nutrisi dan Metabolisme

Akibat mual/muntah, nafsu makan menurun,

ketidakmampuan makan karena distress pernafasan maka

berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut

dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan

metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan

penderita.

TB = 162 cm. BB = 33 kg. BB Edial = (162 – 100) –

10% = 56 kg.

(3)Pola Eliminasi

Jumlah urine 1200 cc/24 jam, warna urine kuning muda.

Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan. Klien

buang air besar 1 X/hari.

(4)Pola tidur dan Istirahat

37

Perlu tidur dalam posisi duduk cukup tingi. Dispnea

pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas

atau latihan.

Tanda : gelisah, insomnia.

(5)Pola Aktivitas dan latihan

Keletihan, kelelahan, malaise. Ketidakmampuan

melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit

bernafas. Kelelahan, kelemahan umum/kehilangan masa

otot.

(6)Pola Hubungan dan Peran

Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung.

Keterbatasan mobilitas fisik.

Kelalaian hubungan antar keluarga.

(7)Pola Sensori dan Kognitif

Klien mampu melihat dan mendengar dengan baik, klien

tidak mengalami disorientasi.

(8)Pola Persepsi Dan Konsep Diri

Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan

menyebabkan penderita mengalami gangguan pada

gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya

perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami

38

kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self

esteem). Klien mengalami cemas karena Kurangnya

pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan

diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.

(9)Pola Seksual dan Reproduksi

Libido menurun, gangguan potensi seksual, gangguan

kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada

proses ejakulasi serta orgasme. Selama dirawat di

rumah sakir klien tidak dapat melakukan hubungan

seksual seperti biasanya.

(10) Pola mekanisme/Penanggulangan Stress dan koping

Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang

kronik, perasaan tidak berdaya karena ketergantungan

menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa

kecemasan (Ansietas), ketakutan dan peka rangsang,

mudah tersinggung dan marah, dapat menyebabkan

penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping

yang konstruktif / adaptif.

(11) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan

fungsi tubuh berupa PPOK tidak menghambat klien dalam

melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah

klien.

Personal Higiene

39

Penurunan Kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan

melakukan aktivitas tubuh Kebersihan buruk, bau

badan.

Ketergantungan

Klien tidak mempunyai kebiasaan minum-minuman yang

mengandung alkohol.

Klien mempunyai kebiasaan merokok sejak 30 tahun yang

lalu dan mampu menghabiskan 2 pak / hari.

Aspek Psikologis

Klien terkesan takut akan penyakitnya, merasa

terasing dan sedikit stress menghadapi tindakan yang

diprogramkan.

Aspek Sosial/Interaksi

Hubungan ketergantungan, kurang sisitem pendukung.

Keterbatasan mobilitas fisik. Kelalaian hubungan

antar keluarga.

Aspek Spiritual

Klien dan keluarganya sejak kecil memeluk agama

Islam, ajaran agama dijalankan setiap saat. Klien

40

sangat aktif menjalankan ibadah dan aktif mengikuti

kegiatan agama yang diselenggarakan oleh mesjid di

sekitar rumah tempat tinggalnya maupun oleh

masyarakat setempat.

Saat ini klien merasa tergangguan pemenuhan kebutuhan

spiritualnya

DIAGNOSTIC TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan Laboratorium.

Darah lengkap tanggal: 16 oktober 2011

- Hb : 10,7 gr% mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P

11,5 – 16,0 mg/dl)

- Leukosit : 18.600 (4000 – 11.000).

- Trombosit : 381 (150 – 350).

- PCV : 0,33

Faal Hati tanggal : 16 oktober 2011

- SGOT : 20 (L < 37 P < 31) U/L

Faal Ginjal tanggal : 16 oktober 2011

Ureum/BUN : 12 mg/dl (10 – 45)

- Serum Creatinin : 0,93 mg/dl (L : 0,9 – 1,5 P : 0,7

– 1,3)

Darah lengkap tanggal: 16 oktober 2011

- Hb : 10,6 gr% mg/dl (L 13,5 – 18,0 – P 11,5

– 16,0 mg/dl)

- LED : 100 (L 0 – 15/jam P 0 –

20/jam

41

- Leukosit : 17.600 (4000 – 11.000).

- Hematokrit : 31,1 (L 0,40 – 0,47P 0,38

– 0,42)

- Trombosit : 421 (150 – 350)

- PCV : 0,33

Gula darah tanggal : 16 oktober 2011

- Glukosa Puasa : 50 mg/dl (< 126 mg/dl)

Lemak tanggal : 16 oktober 2011

- Cholesterol Total : 217 (100 - 240)

Faal Hati tanggal : 16 oktober 2011

- Alkali Phospatase : 261

- SGOT : 29,2 (L < 37 P < 31) U/L

- SGPT : 16,11 (L < 40 P < 31) U/L

- Albumin : 3,81 gr/dl (3,2 – 3,5 gr/dl)

Faal Ginjal tanggal : 16 oktober 2011

- Uric Acid : 4,13 mg/dl (L : 3,4 – 7,0 P

2,4 – 5,7)

Elektrolit tanggal : 16 0ktober 2011

- Natrium : 136 mmol/l (135 – 145 mmol/l)

- Kalium : 2,2 mmol/l (3,5 – 5,5 mmol/l)

Gas Darah Analisa :

- PH : (7,35 – 7,45)

- PO2 : (80 – 100) mmHg

- PCO2 : (35 – 45) mmHg

- HCO3 : (22 – 26) mmol/L

42

- BE : (- 2,5 - + 2,5) mmol/L

43

TERAPI :

- Oksigen 2 Lt/mt

- Inj Cepotaxime 3 X 1 gr.

- Tab Cefrofloxacin 2 X 500 mg

- Atroven Nebulizer 4 x / hr.

- Bricasma Nebulizer 4 x / hr.

- Syr Antacid 3 X 1 C1

- Tab Ranitidin 2 X 1

- Tab Codein 3 X 10 mg

- Infus RL drip KCl 25 mg/24 jam

Tanda tangan mahasiswa

Kelompok 1

44

ANALISA DAN SINTESA DATA

NO D A T A ETIOLOGI MASALAH1. S :

Klien mengatakan sesak nafas. rasadada tertekan/ketidakmampuan untuk bernafas.O : 1. Warna kulit

perifer cianosis.

2. RR : 32 x /menit.

3. Nafas pendek.4. Pengguanaan

otot bantu pernafasan

5. Sianosis bibirdan dasar kuku, jari tabuh.

inflamasibronkus &alveoli

fibrosis

menurunnyafungsi ventilasi

alveolar

penurunan PaO2

Gangguanpertukaran gas

2. S : Klien mengatakan selalu ingin batuk.Klien mengatakan mempunyai kebiasaan merokoksejak 30 tahun yang lalu dan mampu menghabiskan 2 pak / hari.O : 1. Bunyi nafas :

Ronki, wheezing, redup.

2. Perkusi hypersonor pada area paru.

Merokok /polusiudara

Gangguanpembersihan

Paru

Inflamasibrounkus&alveoli

Fungsi silia me

Meningkatnyakeenjar mukus

Peningkatanproduksi mukus

Bersihan jalannafas tidakefektif

45

3. Batuk menetap dengan produksi sputum (+)

3. O : Klien hanya makanbeberapa sendok dari makanan yangdisajikan.S : Klien mengeluh sesak nafas pada waktu makan

Intake makananyang kurang.

Gangguanpemenuhannutrisi kurangdari kebutuhantubuh

4. O : S : Klien mengatalakncemas karena Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, pemeriksaan diagnostik dan tujuan tindakan yang diprogramkan.Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).

Kurangnyapengetahuantentangpenyakitnya.

Cemas

5. O : S : Klien mengatakan kurang mengetahuitentang proses penyakit, perawatan maupun pengobatan serta kurangnya

Kurangnyainformasi.

Kurangnyapengetahuantentang prosespenyakit, diet,perawatan danpengobatan

46

pengetahuan tentang diet.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan

produksi mukus.

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan Intake makanan yang kurang.

4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakitnya.

5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet,

perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya

informasi.

47

RENCANA TINDAKAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL1. Gangguan pertukaran

gas berhubungandengan peningkatanproduksi mukus.

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan dalam 1x24 jam diharapkan Klien mampu menunjukkan perbaikan oksigenasi.Kriteria hasil1. Warna kulit

perifer membaik (tidak cianosis)

2. RR : 12 – 24 x /menit

3. Nafas panjang4. Tidak menggunakan

otot bantu pernafasan.

5. Ketidaknyamanan dada (–)

6. Nadi 60 – 100 x/menit.

1. Observasi statuspernafasan, hasil gasdarah arteri, nadi dannilai oksimetri.

2. Awasi perkembanganmembran mukosa / kulit(warna).

3. Observasi tanda vitaldan status kesadaran.

4. Evaluasi toleransiaktivitas dan batasiaktivitas klien.

5. Berikan oksigenasiyang telahdilembabkan.

6. Pertahankan posisifowler dengan tanganabduksi dan disokongdengan bantal ataududuk condong ke depandengan ditahan meja.

1. Memantau perkembangankegawatan pernafasan.

2. Gangguan Oksigenasiperifer tampak cianosis.

3. Menentukan statuspernafasan dan kesadaran.

4. Mengurangi penggunaanenergi berlebihan yangmembutuhkan banyakOkigen.

5. Memenuhi kebutuhanoksiegen.

6. Meningkatkan kebebasansuplay oksiegn.

7. Obat mukolitik danekspektoransia akanmengencerkan produksi

48

7. Dyspnea (–) 7. Kolaborasi untukpemberian obat yangtelah diresepkan.

mukus yang mengental.

2. Bersihan jalan nafastidak efektifberhubungan denganpeningkatan produksimukus/peningkatansekresi lendir

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Klien dapat meningkatkan bersihan jalan nafasKriteria hasil1. Bunyi nafas

bersih/Vesikuler2. Batuk (-)3. Mampu

mendemonstrasikanbatuk terkontrol.

4. Intake cairan adekuat

1. Kaji kemampuan klienuntuk memobilisasisekresi, jika tidakmampu :a. Ajarkan metode

batuk terkontrolb. Gunakan suction

(jika perlu untukmengeluarkansekret)

c. Lakukan fisioterapidada

2. Secara rutin tiap 8jam lakukan auskultasidada untuk mengetahuikualitas suara nafasdan kemajuannya.

1. Memantau tingkatkepatenan jalan nafas danmeningkatkan kemampuanklien merawat diri /membersihkan/membebaskanjalan nafas.

2. Memantau kemajuanbersihan jalan nafas.

3. Mengencerkan secret agarmudah dikeluarkan.

4. mengencerkan sekert.

49

3. Berikan obat sesuaidengan resep;mukolitik,ekspektorans

4. Anjurkan minum kuranglebih 2 liter per haribila tidak ada kontraindikasi

5. Anjurkan klienmencegah infeksi /stressora. Cegah ruangan yang

ramai pengunjungatau kontak denganindividu yangmenderita influenza

b. Mencegah iritasi :asap rokok

c. Imunisasi :vaksinasiInfluensa.

5. Menghindarkan bahaniritan yang menyebabkankerusakan jalan nafas

3. Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi 1. Untuk mengetahui tentang

50

nutrisi kurang darikebutuhan tubuhberhubungan denganIntake makanan yangkurang.

tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi Kriteria hasil :1. Berat badan dan tinggi badan ideal.

2. Pasien mematuhi dietnya.

dan kebiasaan makan.

2. Anjurkan pasien untukmematuhi diet yangtelah diprogramkan.

3. Timbang berat badansetiap seminggusekali.

4. Identifikasi perubahanpola makan.

5. Kerja sama dengan timkesehatan lain untukpemberian diet TinggiKalori dan TinggiProtein.

keadaan dan kebutuhannutrisi pasien sehinggadapat diberikan tindakandan pengaturan diet yangadekuat.

2. Kepatuhan terhadap dietdapat mencegah komplikasiterjadinyahipoglikemia/hiperglikemia.

3. Mengetahui perkembanganberat badan pasien (beratbadan merupakan salahsatu indikasi untukmenentukan diet).

4. Mengetahui apakah pasientelah melaksanakanprogram diet yangditetapkan.

5. Pemberian diet yangsesuai dapat mempercepatproses penyembuhan danmencegah komplikasi.

4. Cemas berhubungandengan kurangnyapengetahuan tentang

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama

1. Kaji tingkat kecemasanyang dialami olehpasien.

1. Untuk menentukan tingkatkecemasan yang dialamipasien sehingga perawat

51

penyakitnya. 1x 24 jam diharapkanklien rasa cemas berkurang/hilang.Kriteria Hasil :1. Pasien dapat mengidentifikasikansebab kecemasan.

2. Emosi stabil., pasien tenang.

3. Istirahat cukup.

2. Beri kesempatan padapasien untukmengungkapkan rasacemasnya.

3. Gunakan komunikasiterapeutik.

4. Beri informasi yangakurat tentang prosespenyakit dan anjurkanpasien untuk ikutserta dalam tindakankeperawatan.

5. Berikan keyakinan padapasien bahwa perawat,dokter, dan timkesehatan lain selaluberusaha memberikanpertolongan yangterbaik dan seoptimalmungkin.

6. Berikan kesempatan

bisa memberikanintervensi yang cepat dantepat.

1 Dapat meringankan bebanpikiran pasien.

2 Agar terbina rasa salingpercaya antar perawat-pasien sehingga pasienkooperatif dalam tindakankeperawatan.

3 Informasi yang akurattentang penyakitnya dankeikutsertaan pasiendalam melakukan tindakandapat mengurangi bebanpikiran pasien.

4 Sikap positif daritimkesehatan akanmembantu menurunkankecemasan yang dirasakanpasien.

5 Pasien akan merasa lebihtenang bila ada anggota

52

pada keluarga untukmendampingi pasiensecara bergantian.

7. Ciptakan lingkunganyang tenang dannyaman.

keluarga yang menunggu.6 Lingkung yang tenang dan

nyaman dapat membantumengurangi rasa cemaspasien.

5. Kurangnya pengetahuantentang prosespenyakit, diet,perawatan, danpengobatanberhubungan dengankurangnya informasi.

Setelah dilakukan tindakan asuhan kperwatan selama 1x 24jam diharapkan Pasien memperoleh informasi yang jelasdan benar tentang penyakitnya.Kriteria Hasil :1. Pasien mengetahui

tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.

2. Pasien dapat melakukan perawatan diri

1. Kaji tingkatpengetahuanpasien/keluargatentang penyakit paruobstruktif kronik.

2. Kaji latar belakangpendidikan pasien.

3. Jelaskan tentangproses penyakit, diet,perawatan danpengobatan pada pasiendengan bahasa dankata-kata yang mudahdimengerti.

4. Jelasakan prosedur

1. Untuk memberikaninformasi padapasien/keluarga, perawatperlu mengetahui sejauhmana informasi ataupengetahuan yangdiketahuipasien/keluarga.

2. Agar perawat dapatmemberikan penjelasandengan menggunakan kata-kata dan kalimat yangdapat dimengerti pasiensesuai tingkat pendidikanpasien.

3. Agar informasi dapatditerima dengan mudah dantepat sehingga tidakmenimbulkankesalahpahaman.

53

sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

yang kan dilakukan,manfaatnya bagi pasiendan libatkan pasiendidalamnya.

4. Dengan penjelasdan yangada dan ikut secralangsung dalam tindakanyang dilakukan, pasienakan lebih kooperatif dancemasnya berkurang.

54

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP)

DIAGNOSA

KEPERAWATANTINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI (SOAP)

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.

1. Mengobservasi status pernafasan, nadi dantekanan darah.

2. Mengawasi perkembangan membran mukosa / kulit(warna).

3. Mengobservasi tanda vital dan statuskesadaran.

4. Mengevaluasi toleransi aktivitas dan batasiaktivitas klien.

5. Memberikan oksigenasi yang telah dilembabkan.6. Mempertahankan posisi fowler dengan tangan

abduksi dan disokong dengan bantal atau dudukcondong ke depan dengan ditahan meja.

7. Mengkolaborasikan untuk pemberian obat yangtelah diresepkan.

S :O :1. Warna kulit perifer membaik

(tidak cianosis)2. RR : 12 – 24 x /menit3. Ketidaknyamanan dada (–)4. Nadi 60 – 100 x/menit.5. Dyspnea (–)A : Tujuan BerhasilP : Intervensi dihentikan

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

1. Mengkaji kemampuan klien untuk memobilisasisekresi, jika tidak mampu :a. Mengajarkan metode batuk terkontrolb. Menggunakan suction (jika perlu untuk

mengeluarkan sekret)

S :O :1. Bunyi nafas bersih2. Batuk (-)3. Mampu mendemonstrasikan batuk

55

peningkatan produksi mukus/peningkatan sekresi lendir

c. Melakukan fisioterapi dada2. Secara rutin tiap 8 jam melakukan auskultasi

dada untuk mengetahui kualitas suara nafas dankemajuannya.

3. Memberikan obat sesuai dengan resep;mukolitik, ekspektorans

4. Menganjurkan minum kurang lebih 2 liter perhari bila tidak ada kontra indikasi

5. Menganjurkan klien mencegah infeksi / stressora. Mencegah ruangan yang ramai pengunjung atau

kontak dengan individu yang menderitainfluenza

b. Mencegah iritasi : asap rokok.

terkontrol.4. Intake cairan adekuatA : Tujuan BerhasilP : Intervensi dihentikan

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.

1. Mengkaji status nutrisi dan kebiasaan makan.2. Menganjurkan pasien untuk mematuhi diet yang

telah diprogramkan.3. Menimbang berat badan setiap seminggu sekali.4. Mengidentifikasi perubahan pola makan.5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk

pemberian diet Tinggi Kalori Tinggi Protein.

S :

O : 1. Pasien mematuhi dietnya.A : Tujuan tercapai sebagianP : Intervensi terus dilakukan.

4. Cemas berhubungan dengan kurangnya

1. Mengkaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.

2. Memberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.

S :

O : 1. Pasien dapat

56

pengetahuan tentang penyakitnya.

3. Menggunakan komunikasi terapeutik.4. Memberi informasi yang akurat tentang proses

penyakit dan menganjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.

5. Memberikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selaluberusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.

6. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.

7. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

mengidentifikasikan sebab kecemasan.

2. Emosi stabil., pasien tenang.3. Istirahat cukup.A : Tujuan BerhasilP : Intervensi dihentikan

5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet,perawatan, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.

1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit PPOM.

2. Mengkaji latar belakang pendidikan pasien.3. Menjelaskan tentang proses penyakit, diet,

perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

4. Menjelasakan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi klien dan libatkan klien didalamnya.

S : O : 1. Pasien mengetahui tentang

proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dandapat menjelaskan kembali bila ditanya.

2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.

A : Tujuan BerhasilP : Intervensi dihentikan

57