PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT PARU
OBSTRUKSI MENAHUN (PPOM)
DISUSUN OLEH :KELOMPOK 3
1. Astri Milani (
2. Bangun Nugroho (
3. Deni Estu Utami (13013)
4. Desi Mustikasari (13014)
5. Della Octavia (13064)
6. Diyan Malasari (13018)
7. Dwi Prabandari (13019)
8.
1
Dosen Pembimbing : Siti Nur S, S. Kep., Ns., M.
Kes
AKPER INSAN HUSADA SURAKARTA
2014A. DEFINISI
1.Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) adalah
kelainan dengan klasifikasi yang luas, termasuk
bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan
asma. Ini merupakan kondisi yang terdapat pulih
yang berkaitan dengan dispnea pada aktivitas fisik
dan mengurangi aliran udara (Baughman, 2000 :
444).
2.Penyakit paru obtruksi menahun (PPOM) adalah
aliran udara mengalami obstruksi yang kronis dan
pasien mengalami kesulitan dalam pernafasan. PPOM
sesungguhnya merupakan kategori penyakit paru-paru
yang utama dan bronkitis kronis, dimana keduanya
menyebabkan perubahan pola pernafasan (Reeves,
2001 : 41).
3.Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau
Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) adalah
klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup
bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema
dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002).
2
B. KLASIFIKASI
Penyakit yang termasuk dalam kelompok
penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai
berikut:
1. Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk
hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak,
sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan
terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-
turut.(5)
2. Emfisema paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomic,
yaitu suatu perubahan anatomic paru yang ditandai
dengan melebarnya secara abnormal saluran udara
bagian distal bronkus terminalis, yang disertai
kerusakan dinding alveolus.(5)
3. Asma
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh
hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial
terhadap pelbagai jenis rangsangan. Keadaan ini
bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran
napas secara periodic dan reversible akibat
bronkospasme.(4)
4. Bronkiektasis
3
Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan
bronkiolus kronik yan mungkin disebabkan oleh
berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan
obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan,
atau benda-benda dari saluran pernapasan atas, dan
tekanan terhadap tumor, pembuluh darah yang
berdilatasi dan pembesaran nodus limfe.(1)
C. ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini belum diketahui.
Penyakit ini dikaitkan dengan factor-faktor risiko
yang terdapat pada penderita antara lain:(3)
1. Merokok sigaret yang berlangsung lama
2. Polusi udara
3. Infeksi peru berulang
4. Umur
5. Jenis kelamin
6. Ras
7. Defisiensi alfa-1 antitripsin
8. Defisiensi anti oksidan
Pengaruh dari masing-masing factor risiko
terhadap terjadinya PPOK adalah saling memperkuat
dan faktor merokok dianggap yang paling dominan.
D. PATOFISIOLOGI
4
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan
datangnya usia tua yang disebabkan elastisitas
jaringan paru dan dinding dada makin berkurang.
Dalam usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi
otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit
bernapas.(6)
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen
seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat oleh
darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.
Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus
darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru
juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem
respirasi seperti fungsi ventilasi paru.(6)
Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan
mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga
menimbulkan kerusakan apda dinding bronkiolus
terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi
obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis),
yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase
ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada
saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak
dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air
trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya
keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya
obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan
kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase
5
ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi
gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami
gangguan (Brannon, et al, 1993).(3)
6
Faktor predisposisi
Edema, spasme bronkus, peningkatan secret bronkiolus
Metabolisme anaerob
Udara terperangkap dalam alveolus
Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi
Defisit energi
Produksi ATP menurun
Gangguan metabolisme jaringan
Suplai O2 jaringan rendahPaO2 rendah PaCO2 tinggi
Lelah, lemah
Sesak napas, napas pendek
Gangguan pertukaran gas
Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Pola napas tidak efektif
Gagal jantung kanan
Insufisiensi/gagal
napas
Kurang perawatan diriIntoleransi aktivitas
Gangguan pola tidur
Bersihan jalan napas tidak efektif
Hipoksemia
E. PATHWAY
Gambar 1. Pathways (1, 2, 3, 4, 5)
Hipertensi
pulmonal
Kompensasikardiovask
7
F. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:
(3)
1. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah
bronchitis kronis (blue bloater).
2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink
puffers).
Tanda dan gejalanya adalah sebagi berikut:(3)
1. Kelemahan badan
2. Batuk
3. Sesak napas
4. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi
5. Mengi atau wheeze
6. Ekspirasi yang memanjang
7. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit
lanjut.
8. Penggunaan otot bantu pernapasan
9. Suara napas melemah
10. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
11. Edema kaki, asites dan jari tabuh.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi dari PPOM menurut Tucker (1998 : 238)
adalah :
1. Disritmia
2. Gagal pernafasan akut
8
3. Gagal jantung
4. Kor pulmoner
5. Edema perifer
6. Hepatomegali
7. Sianosis
8. Distensi vena leher
9. Murmur regurgitasi
10. Polisitemia
11. Peptik dan refluks esofagus
Komplikasi dari PPOM menurut Mansjoer (2000 : 481) :
infeksi yang berulang, pneumothoraks spontan,
eritrositosis karena keadaan hipoksia kronis, gagal
nafas, dan cor pulmonal.
Komplikasi dari PPOM menurut Smeltzer (2002 : 596) :
1. Gagal atau insufisiensi pernapasan
2. Atelektasis
3. Pneumonia
4. Pneumothoraks
5. Hipertensi paru
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan radiologis
9
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Tubular shadows atau farm lines terlihat
bayangan garis-garis yang parallel, keluar dari
hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut
adalah bayangan bronkus yang menebal.(5)
b. Corak paru yang bertambah(5)
Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto
dada yaitu:
a. Gambaran defisiensi arteri, terjadi
overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula.
Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema
panlobular dan pink puffer.(5)
b. Corakan paru yang bertambah.(5)
2. Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang
menurun, VR yang bertambah dan KTP yang normal.
Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV,
dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau
MEFR (maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF
dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal.
Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut,
sedang pada stadium dini perubahan hanya pada
saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema
kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli
untuk difusi berkurang.(5)
10
3. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin
menurun, timbul sianosis, terjadi vasokonstriksi
vaskuler paru dan penambahan eritropoesis.
Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan
eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia.
Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia
menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih
berat dan merupakan salah satu penyebab payah
jantung kanan.(5)
4. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise
jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal terdapat
deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran
II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio
R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1.
Sering terdapat RBBB inkomplet.(5)
5. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab
infeksi.
6. Laboratorium darah lengkap
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah: (3)
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasiu gejala
tidak hanya pada fase akut, tetapi juga fase
kronik.
11
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan
aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila
penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai
berikut:(3)
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya
segera menghentikan merokok, menghindari polusi
udara.
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan
berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila
tidak ada infeksi antimikroba tidak perlu
diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai
hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat
bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid untuk
mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
controversial.
5. Pengobatan simtomatik.
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang
timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen
harus diberikan dengan aliran lambat 1 – 2
liter/menit.
12
8. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
a. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu
pengeluaran secret bronkus.
b. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita
agar bisa melakukan pernapasan yang paling
efektif.
c. Latihan dengan beban olah raga tertentu, dengan
tujuan untuk memulihkan kesegaran jasmani.
d. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan
terhadap penderita dapat kembali mengerjakan
pekerjaan semula.
e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk
penyesuaian diri penderita dengan penyakit yang
dideritanya.
13
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PPOM/PPOK
A. PENGKAJIAN
Pengkajian mencakup informasi tentang gejala-
gejala terakhir dan manifestasi penyakit sebelumnya.
Berikut ini beberapa pedoman pertanyaan untuk
mendapatkan data riwayat kesehatan dari proses
penyakit: (1, 2)
1. Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan
pernapasan?
2. Apakah aktivitas meningkatkan dispnea?
3. Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi
aktivitas?
4. Kapan pasien mengeluh paling letih dan sesak
napas?
5. Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh?
6. Riwayat merokok?
7. Obat yang dipakai setiap hari?
8. Obat yang dipakai pada serangan akut?
9. Apa yang diketahui pasien tentang kondisi dan
penyakitnya?
Data tambahan yang dikumpulkan melalui observasi dan
pemeriksaan sebagai berikut:
1. Frekuensi nadi dan pernapasan pasien?
2. Apakah pernapasan sama tanpa upaya?
14
3. Apakah ada kontraksi otot-otot abdomen selama
inspirasi?
4. Apakah ada penggunaan otot-otot aksesori
pernapasan selama pernapasan?
5. Barrel chest?
6. Apakah tampak sianosis?
7. Apakah ada batuk?
8. Apakah ada edema perifer?
9. Apakah vena leher tampak membesar?
10. Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum
pasien?
11. Bagaimana status sensorium pasien?
12. Apakah terdapat peningkatan stupor?
Kegelisahan?
Palpasi:
1. Palpasi pengurangan pengembangan dada?
2. Adakah fremitus taktil menurun?
Perkusi:
1. Adakah hiperesonansi pada perkusi?
2. Diafragma bergerak hanya sedikit?
Auskultasi:
1. Adakah suara wheezing yang nyaring?
2. Adakah suara ronkhi?
3. Vokal fremitus nomal atau menurun?
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
15
1. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan
bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekresi
tertahan tebal, sekresi kental, penurunan energi
atau kelemahan.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan
gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas
oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara),
kerusakan alveoli.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan dypsnea, kelemahan efek samping
obat, produksi sputum, anoreksia, mual atau
muntah.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja
silia, menetapnya sekret)
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi atau tidak mengenal sumber informasi,
salah mengerti tentang informasi, kurang mengingat
atau keterbatasan kognitif.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut Donges (2000 : 156) fokus intervensi PPOM
antara lain :
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI1. Inefektif Tujuan : a)Auskultasi
16
bersihan
jalan nafas
berhubungan
dengan
bronkospasme,
peningkatan
produksi
sekret,
sekresi
tertahan
tebal,
sekresi
kental,
penurunan
energi atau
kelemahan.
mempertahankan
potensi jalan
nafas dengan
kriteria hasil :
Mempertahankan
jalan nafas
paten dengan
bunyi nafas
bersih dan
jelas.
Menunjukkan
perilaku untuk
memperbaiki
bersihan jalan
nafas, misal :
batuk efektif
dan
mengeluarkan
sekret.
bunyi nafas,
catat adanya
bunyi nafas.
b)Pantau
frekuensi
pernafasan.
c)Catat adanya
derajat
dypsnea.
d)Kaji pasien
untuk posisi
yang nyaman.
e)Pertahankan
polusi
lingkungan
minimum.
f)Bantu latihan
nafas
abdomen.
g)Tingkatkan
masukan
cairan sampai
3000 ml/hari.2. Kerusakan
pertukaran
gas
Tujuan yang
ditetapkan adalah
mempermudah
a) Kaji
frekuensi,
kedalaman
17
berhubungan
dengan
gangguan
suplai
oksigen
(obstruksi
jalan nafas
oleh sekresi,
spasme
bronkus,
jebakan
udara),
kerusakan
alveoli.
pertukaran gas
dengan kriteria
hasil :
Pasien akan
menunjukkan
perbaikan
ventilasi
dengan
oksigenasi
jaringan
adekuat dengan
GDA dalam
rentang normal
dan bebas
gejala distres
pernafasan.
Pasien akan
berpartisipasi
dalam program
pengobatan
dalam tingkat
kemampuan atau
situasi.
pernafasan,
catat
penggunaan
otot
aksesori,
nafas bibir,
ketidakmampua
n bicara atau
berbincang.
b) Tinggikan
kepala tempat
tidur, bantu
pasien
memilih
posisi yang
mudah untuk
bernafas dan
latihan nafas
dalam.
c) Kaji kulit
dan warna
membran
mukosa.
d) Dorong
pengeluaran
sputum.
18
e) Auskultasi
bunyi nafas,
catat area
penurunan
aliran udara
dan bunyi
tambahan.
f) Awasi
tingkat
kesadaran
atau status
mental.
g) Awasi
tanda vital
dan irama
jantung.
h) Berikan O2
tambahan
sesuai
indikasi
hasil GDA dan
intoleransi
pasien3. Perubahan
nutrisi
kurang dari
Tujuan yang
ditetapkan adalah
meningkatkan
a) Kaji
kebiasaan
diit, masukan
19
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
dypsnea,
kelemahan
efek samping
obat,
produksi
sputum,
anoreksia,
mual atau
muntah.
masukan nutrisi
dengan kriteria
hasil :
Pasien akan
menunjukkan
peningkatan
berat badan
menuju tujuan
yang tepat.
Pasien akan
menunjukkan
perilaku atau
perubahan pola
hidup untuk
meningkatkan
dan atau
mempertahankan
berat yang
tepat.
makanan saat
ini.
b) Auskultasi
bunyi usus.
c) Berikan
perawatan
oral, buang
sekret.
d) Dorongan
periode
istirahat
selama 1 jam,
sebelum dan
sesudah
makan.
e) Hindari
makanan
penghasil gas
dan minuman
karbonat.
f) Hindari
makanan yang
sangat panas
atau sangat
dingin.
g) Timbang
20
berat badan
sesuai
indikasi.
h) Kaji
pemeriksaan
laboratorium.
i) Konsul
dengan ahli
gizi.4. Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan tidak
adekuatnya
pertahanan
utama
(penurunan
kerja silia,
menetapnya
sekret)
Tujuan yang
diterapkan tidak
ada tanda dan
gejala infeksi
dengan kriteria
hasil :
Menyatakan
pemahaman
penyebab atau
faktor resiko
individu.
Mengidentifika
si intervensi
untuk mencegah
atau
menurunkan
resiko
a) Kaji suhu
tubuh pasien
b) Kaji
pentingnya
nafas dalam,
batuk
efektif,
perubahan
posisi
sering, dan
masukan
cairan
adekuat.
c) Kaji
warna,
karakter, bau
sputum.
21
individu.
Menunjukkan
teknik,
perubahan pola
hidup untuk
meningkatkan
lingkungan
yang aman.
d) Ajarkan
cuci tangan
yang benar.
e) Awasi
pengunjung.
f) Dorong
keseimbangan
antara
aktivitas dan
istirahat.
g) Diskusikan
kebutuhan
masukan
nutrisi
adekuat.5. Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan kurang
informasi
atau tidak
mengenal
sumber
informasi,
salah
mengerti
Tujuan yang
ditetapkan adalah
meningkatkan
tingkat
pengetahuan dengan
kriteria hasil :
Menyatakan
pemahaman
kondisi atau
proses
penyakit dan
a) Jelaskan
proses
penyakit
individu.
b) Diskusikan
obat
pernafasan,
efek samping,
dan reaksi
yang tak
diinginkan.
22
tentang
informasi,
kurang
mengingat
atau
keterbatasan
kognitif.
tindakan.
Mengidentifika
si hubungan
tanda dan
gejala yang
ada dari
proses
penyakit dan
menghubungkan
dengan faktor
penyebab.
Melakukan
perubahan pola
hidup dan
berpartisipasi
dalam program
pengobatan.
c) Anjurkan
menghindari
agen sedatif
anti
anestesi.
d) Tekankan
pentingnya
perawatan
oral atau
kebersihan
gigi.
e) Diskusikan
pentingnya
menghindari
orang yang
sedang
infeksi
pernafasan
akut.
f) Kaji efek
bahaya
merokok dan
nasehatkan
menghentikan
rokok pada
pasien dan
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer, Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth, alih bahasa: Agung Waluyo (et.
al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC
2. Long Barbara C. (1996) Perawatan medical Bedah Suatu
pendekatan Proses keperawatan, alih bahasa: Yayasan
Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran
Bandung, Bandung.
3. Darmojo; Martono (1999) Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut), Jakarta: Balai penerbit FKUI
4. Price Sylvia Anderson (1997) Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit, alih bahasa: Peter Anugerah, Buku
Kedua, edisi 4, Jakarta: EGC
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia (2001) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, edisi
ketiga, Jakarta: balai Penerbit FKUI
6. Nugroho, Wahjudi (2000) Keperawatan Gerontik, edisi
2, Jakarta: EGC
7. Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien, alih
bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, edisi 3,
Jakarta: EGC
8. Caepenito Lynda Juall (1997) Buku Saku Diagnosa
Keperawatan, alih bahasa: Yasmin Asih, edisi 6,
Jakarta: EGC
25