PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)

26
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI MENAHUN (PPOM) DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 1. Astri Milani ( 2. Bangun Nugroho ( 3. Deni Estu Utami (13013) 4. Desi Mustikasari (13014) 5. Della Octavia (13064) 6. Diyan Malasari (13018) 7. Dwi Prabandari (13019) 8. 1

Transcript of PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT PARU

OBSTRUKSI MENAHUN (PPOM)

DISUSUN OLEH :KELOMPOK 3

1. Astri Milani (

2. Bangun Nugroho (

3. Deni Estu Utami (13013)

4. Desi Mustikasari (13014)

5. Della Octavia (13064)

6. Diyan Malasari (13018)

7. Dwi Prabandari (13019)

8.

1

Dosen Pembimbing : Siti Nur S, S. Kep., Ns., M.

Kes

AKPER INSAN HUSADA SURAKARTA

2014A. DEFINISI

1.Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) adalah

kelainan dengan klasifikasi yang luas, termasuk

bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan

asma. Ini merupakan kondisi yang terdapat pulih

yang berkaitan dengan dispnea pada aktivitas fisik

dan mengurangi aliran udara (Baughman, 2000 :

444).

2.Penyakit paru obtruksi menahun (PPOM) adalah

aliran udara mengalami obstruksi yang kronis dan

pasien mengalami kesulitan dalam pernafasan. PPOM

sesungguhnya merupakan kategori penyakit paru-paru

yang utama dan bronkitis kronis, dimana keduanya

menyebabkan perubahan pola pernafasan (Reeves,   

2001 : 41).

3.Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau

Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) adalah

klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup

bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema

dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002).

2

B. KLASIFIKASI

Penyakit yang termasuk dalam kelompok

penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai

berikut:

1. Bronkitis kronik

Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk

hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak,

sekurang-kuranganya 3 bulan dalam satu tahun dan

terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-

turut.(5)

2. Emfisema paru

Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomic,

yaitu suatu perubahan anatomic paru yang ditandai

dengan melebarnya secara abnormal saluran udara

bagian distal bronkus terminalis, yang disertai

kerusakan dinding alveolus.(5)

3. Asma

Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh

hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial

terhadap pelbagai jenis rangsangan. Keadaan ini

bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran

napas secara periodic dan reversible akibat

bronkospasme.(4)

4. Bronkiektasis

3

Bronkiektasis adalah dilatasi bronkus dan

bronkiolus kronik yan mungkin disebabkan oleh

berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan

obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan,

atau benda-benda dari saluran pernapasan atas, dan

tekanan terhadap tumor, pembuluh darah yang

berdilatasi dan pembesaran nodus limfe.(1)

C. ETIOLOGI

Etiologi penyakit ini belum diketahui.

Penyakit ini dikaitkan dengan factor-faktor risiko

yang terdapat pada penderita antara lain:(3)

1. Merokok sigaret yang berlangsung lama

2. Polusi udara

3. Infeksi peru berulang

4. Umur

5. Jenis kelamin

6. Ras

7. Defisiensi alfa-1 antitripsin

8. Defisiensi anti oksidan

Pengaruh dari masing-masing factor risiko

terhadap terjadinya PPOK adalah saling memperkuat

dan faktor merokok dianggap yang paling dominan.

D. PATOFISIOLOGI

4

Fungsi paru mengalami kemunduran dengan

datangnya usia tua yang disebabkan elastisitas

jaringan paru dan dinding dada makin berkurang.

Dalam usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi

otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit

bernapas.(6)

Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen

seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat oleh

darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh.

Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus

darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru

juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem

respirasi seperti fungsi ventilasi paru.(6)

Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan

mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga

menimbulkan kerusakan apda dinding bronkiolus

terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi

obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis),

yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase

ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada

saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak

dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air

trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya

keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya

obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan

kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase

5

ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi

gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami

gangguan (Brannon, et al, 1993).(3)

6

Faktor predisposisi

Edema, spasme bronkus, peningkatan secret bronkiolus

Metabolisme anaerob

Udara terperangkap dalam alveolus

Obstruksi bronkiolus awal fase ekspirasi

Defisit energi

Produksi ATP menurun

Gangguan metabolisme jaringan

Suplai O2 jaringan rendahPaO2 rendah PaCO2 tinggi

Lelah, lemah

Sesak napas, napas pendek

Gangguan pertukaran gas

Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Pola napas tidak efektif

Gagal jantung kanan

Insufisiensi/gagal

napas

Kurang perawatan diriIntoleransi aktivitas

Gangguan pola tidur

Bersihan jalan napas tidak efektif

Hipoksemia

E. PATHWAY

Gambar 1. Pathways (1, 2, 3, 4, 5)

Hipertensi

pulmonal

Kompensasikardiovask

7

F. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:

(3)

1. Mempunyai gambaran klinik dominant kearah

bronchitis kronis (blue bloater).

2. Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema (pink

puffers).

Tanda dan gejalanya adalah sebagi berikut:(3)

1. Kelemahan badan

2. Batuk

3. Sesak napas

4. Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi

5. Mengi atau wheeze

6. Ekspirasi yang memanjang

7. Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit

lanjut.

8. Penggunaan otot bantu pernapasan

9. Suara napas melemah

10. Kadang ditemukan pernapasan paradoksal

11. Edema kaki, asites dan jari tabuh.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi dari PPOM menurut Tucker (1998 : 238)

adalah :

1. Disritmia

2. Gagal pernafasan akut

8

3. Gagal jantung

4. Kor pulmoner

5. Edema perifer

6. Hepatomegali

7. Sianosis

8. Distensi vena leher

9. Murmur regurgitasi

10. Polisitemia

11. Peptik dan refluks esofagus

Komplikasi dari PPOM menurut Mansjoer (2000 : 481) :

infeksi yang berulang, pneumothoraks spontan,

eritrositosis karena keadaan hipoksia kronis, gagal

nafas, dan cor pulmonal.

Komplikasi dari PPOM menurut Smeltzer (2002 : 596) :

1. Gagal atau insufisiensi pernapasan

2. Atelektasis

3. Pneumonia

4. Pneumothoraks

5. Hipertensi paru

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai

berikut:

1. Pemeriksaan radiologis

9

Pada bronchitis kronik secara radiologis ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan:

a. Tubular shadows atau farm lines terlihat

bayangan garis-garis yang parallel, keluar dari

hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut

adalah bayangan bronkus yang menebal.(5)

b. Corak paru yang bertambah(5)

Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto

dada yaitu:

a. Gambaran defisiensi arteri, terjadi

overinflasi, pulmonary oligoemia dan bula.

Keadaan ini lebih sering terdapat pada emfisema

panlobular dan pink puffer.(5)

b. Corakan paru yang bertambah.(5)

2. Pemeriksaan faal paru

Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang

menurun, VR yang bertambah dan KTP yang normal.

Pada emfisema paru terdapat penurunan VEP1, KV,

dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau

MEFR (maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF

dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal.

Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut,

sedang pada stadium dini perubahan hanya pada

saluran napas kecil (small airways). Pada emfisema

kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli

untuk difusi berkurang.(5)

10

3. Analisis gas darah

Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin

menurun, timbul sianosis, terjadi vasokonstriksi

vaskuler paru dan penambahan eritropoesis.

Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan

eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia.

Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia

menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih

berat dan merupakan salah satu penyebab payah

jantung kanan.(5)

4. Pemeriksaan EKG

Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise

jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal terdapat

deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran

II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio

R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1.

Sering terdapat RBBB inkomplet.(5)

5. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab

infeksi.

6. Laboratorium darah lengkap

I. PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah: (3)

1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasiu gejala

tidak hanya pada fase akut, tetapi juga fase

kronik.

11

2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan

aktivitas harian.

3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila

penyakitnya dapat dideteksi lebih awal.

Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai

berikut:(3)

1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya

segera menghentikan merokok, menghindari polusi

udara.

2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan

berbagai cara.

3. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila

tidak ada infeksi antimikroba tidak perlu

diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat

sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai

hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.

4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat

bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid untuk

mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih

controversial.

5. Pengobatan simtomatik.

6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang

timbul.

7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen

harus diberikan dengan aliran lambat 1 – 2

liter/menit.

12

8. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:

a. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu

pengeluaran secret bronkus.

b. Latihan pernapasan, untuk melatih penderita

agar bisa melakukan pernapasan yang paling

efektif.

c. Latihan dengan beban olah raga tertentu, dengan

tujuan untuk memulihkan kesegaran jasmani.

d. Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan

terhadap penderita dapat kembali mengerjakan

pekerjaan semula.

e. Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk

penyesuaian diri penderita dengan penyakit yang

dideritanya.

13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PPOM/PPOK

A. PENGKAJIAN

Pengkajian mencakup informasi tentang gejala-

gejala terakhir dan manifestasi penyakit sebelumnya.

Berikut ini beberapa pedoman pertanyaan untuk

mendapatkan data riwayat kesehatan dari proses

penyakit: (1, 2)

1. Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan

pernapasan?

2. Apakah aktivitas meningkatkan dispnea?

3. Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi

aktivitas?

4. Kapan pasien mengeluh paling letih dan sesak

napas?

5. Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh?

6. Riwayat merokok?

7. Obat yang dipakai setiap hari?

8. Obat yang dipakai pada serangan akut?

9. Apa yang diketahui pasien tentang kondisi dan

penyakitnya?

Data tambahan yang dikumpulkan melalui observasi dan

pemeriksaan sebagai berikut:

1. Frekuensi nadi dan pernapasan pasien?

2. Apakah pernapasan sama tanpa upaya?

14

3. Apakah ada kontraksi otot-otot abdomen selama

inspirasi?

4. Apakah ada penggunaan otot-otot aksesori

pernapasan selama pernapasan?

5. Barrel chest?

6. Apakah tampak sianosis?

7. Apakah ada batuk?

8. Apakah ada edema perifer?

9. Apakah vena leher tampak membesar?

10. Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum

pasien?

11. Bagaimana status sensorium pasien?

12. Apakah terdapat peningkatan stupor?

Kegelisahan?

Palpasi:

1. Palpasi pengurangan pengembangan dada?

2. Adakah fremitus taktil menurun?

Perkusi:

1. Adakah hiperesonansi pada perkusi?

2. Diafragma bergerak hanya sedikit?

Auskultasi:

1. Adakah suara wheezing yang nyaring?

2. Adakah suara ronkhi?

3. Vokal fremitus nomal atau menurun?

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

15

1. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan

bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekresi

tertahan tebal, sekresi kental, penurunan energi

atau kelemahan.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan

gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas

oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara),

kerusakan alveoli.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan dypsnea, kelemahan efek samping

obat, produksi sputum, anoreksia, mual atau

muntah.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak

adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja

silia, menetapnya sekret)

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang

informasi atau tidak mengenal sumber informasi,

salah mengerti tentang informasi, kurang mengingat

atau keterbatasan kognitif.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Menurut Donges (2000 : 156) fokus intervensi PPOM

antara lain :

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI1. Inefektif Tujuan : a)Auskultasi

16

bersihan

jalan nafas

berhubungan

dengan

bronkospasme,

peningkatan

produksi

sekret,

sekresi

tertahan

tebal,

sekresi

kental,

penurunan

energi atau

kelemahan.

mempertahankan

potensi jalan

nafas dengan

kriteria hasil :

Mempertahankan

jalan nafas

paten dengan

bunyi nafas

bersih dan

jelas.

Menunjukkan

perilaku untuk

memperbaiki

bersihan jalan

nafas, misal :

batuk efektif

dan

mengeluarkan

sekret.

bunyi nafas,

catat adanya

bunyi nafas.

b)Pantau

frekuensi

pernafasan.

c)Catat adanya

derajat

dypsnea.

d)Kaji pasien

untuk posisi

yang nyaman.

e)Pertahankan

polusi

lingkungan

minimum.

f)Bantu latihan

nafas

abdomen.

g)Tingkatkan

masukan

cairan sampai

3000 ml/hari.2. Kerusakan

pertukaran

gas

Tujuan yang

ditetapkan adalah

mempermudah

a) Kaji

frekuensi,

kedalaman

17

berhubungan

dengan

gangguan

suplai

oksigen

(obstruksi

jalan nafas

oleh sekresi,

spasme

bronkus,

jebakan

udara),

kerusakan

alveoli.

pertukaran gas

dengan kriteria

hasil :

Pasien akan

menunjukkan

perbaikan

ventilasi

dengan

oksigenasi

jaringan

adekuat dengan

GDA dalam

rentang normal

dan bebas

gejala distres

pernafasan.

Pasien akan

berpartisipasi

dalam program

pengobatan

dalam tingkat

kemampuan atau

situasi.

pernafasan,

catat

penggunaan

otot

aksesori,

nafas bibir,

ketidakmampua

n bicara atau

berbincang.

b) Tinggikan

kepala tempat

tidur, bantu

pasien

memilih

posisi yang

mudah untuk

bernafas dan

latihan nafas

dalam.

c) Kaji kulit

dan warna

membran

mukosa.

d) Dorong

pengeluaran

sputum.

18

e) Auskultasi

bunyi nafas,

catat area

penurunan

aliran udara

dan bunyi

tambahan.

f) Awasi

tingkat

kesadaran

atau status

mental.

g) Awasi

tanda vital

dan irama

jantung.

h) Berikan O2

tambahan

sesuai

indikasi

hasil GDA dan

intoleransi

pasien3. Perubahan

nutrisi

kurang dari

Tujuan yang

ditetapkan adalah

meningkatkan

a) Kaji

kebiasaan

diit, masukan

19

kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan

dypsnea,

kelemahan

efek samping

obat,

produksi

sputum,

anoreksia,

mual atau

muntah.

masukan nutrisi

dengan kriteria

hasil :

Pasien akan

menunjukkan

peningkatan

berat badan

menuju tujuan

yang tepat.

Pasien akan

menunjukkan

perilaku atau

perubahan pola

hidup untuk

meningkatkan

dan atau

mempertahankan

berat yang

tepat.

makanan saat

ini.

b) Auskultasi

bunyi usus.

c) Berikan

perawatan

oral, buang

sekret.

d) Dorongan

periode

istirahat

selama 1 jam,

sebelum dan

sesudah

makan.

e) Hindari

makanan

penghasil gas

dan minuman

karbonat.

f) Hindari

makanan yang

sangat panas

atau sangat

dingin.

g) Timbang

20

berat badan

sesuai

indikasi.

h) Kaji

pemeriksaan

laboratorium.

i) Konsul

dengan ahli

gizi.4. Resiko tinggi

infeksi

berhubungan

dengan tidak

adekuatnya

pertahanan

utama

(penurunan

kerja silia,

menetapnya

sekret)

Tujuan yang

diterapkan tidak

ada tanda dan

gejala infeksi

dengan kriteria

hasil :

Menyatakan

pemahaman

penyebab atau

faktor resiko

individu.

Mengidentifika

si intervensi

untuk mencegah

atau

menurunkan

resiko

a) Kaji suhu

tubuh pasien

b) Kaji

pentingnya

nafas dalam,

batuk

efektif,

perubahan

posisi

sering, dan

masukan

cairan

adekuat.

c) Kaji

warna,

karakter, bau

sputum.

21

individu.

Menunjukkan

teknik,

perubahan pola

hidup untuk

meningkatkan

lingkungan

yang aman.

d) Ajarkan

cuci tangan

yang benar.

e) Awasi

pengunjung.

f) Dorong

keseimbangan

antara

aktivitas dan

istirahat.

g) Diskusikan

kebutuhan

masukan

nutrisi

adekuat.5. Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan kurang

informasi

atau tidak

mengenal

sumber

informasi,

salah

mengerti

Tujuan yang

ditetapkan adalah

meningkatkan

tingkat

pengetahuan dengan

kriteria hasil :

Menyatakan

pemahaman

kondisi atau

proses

penyakit dan

a) Jelaskan

proses

penyakit

individu.

b) Diskusikan

obat

pernafasan,

efek samping,

dan reaksi

yang tak

diinginkan.

22

tentang

informasi,

kurang

mengingat

atau

keterbatasan

kognitif.

tindakan.

Mengidentifika

si hubungan

tanda dan

gejala yang

ada dari

proses

penyakit dan

menghubungkan

dengan faktor

penyebab.

Melakukan

perubahan pola

hidup dan

berpartisipasi

dalam program

pengobatan.

c) Anjurkan

menghindari

agen sedatif

anti

anestesi.

d) Tekankan

pentingnya

perawatan

oral atau

kebersihan

gigi.

e) Diskusikan

pentingnya

menghindari

orang yang

sedang

infeksi

pernafasan

akut.

f) Kaji efek

bahaya

merokok dan

nasehatkan

menghentikan

rokok pada

pasien dan

23

atau orang

terdekat.

g) Berikan

reinforcement

tentang

pembatasan

aktivitas.

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner & Suddarth, alih bahasa: Agung Waluyo (et.

al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC

2. Long Barbara C. (1996) Perawatan medical Bedah Suatu

pendekatan Proses keperawatan, alih bahasa: Yayasan

Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran

Bandung, Bandung.

3. Darmojo; Martono (1999) Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan

Usia Lanjut), Jakarta: Balai penerbit FKUI

4. Price Sylvia Anderson (1997) Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit, alih bahasa: Peter Anugerah, Buku

Kedua, edisi 4, Jakarta: EGC

5. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Indonesia (2001) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, edisi

ketiga, Jakarta: balai Penerbit FKUI

6. Nugroho, Wahjudi (2000) Keperawatan Gerontik, edisi

2, Jakarta: EGC

7. Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan:

Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien, alih

bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, edisi 3,

Jakarta: EGC

8. Caepenito Lynda Juall (1997) Buku Saku Diagnosa

Keperawatan, alih bahasa: Yasmin Asih, edisi 6,

Jakarta: EGC

25

9. Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C.,

2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, (terjemahan), Alih

Bahasa : I Made Krisna dan Ni Made Sumarwati, Ed. 3,

EGC, Jakarta.

26