pkb ilmu penyakit paru ii 2018 1
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of pkb ilmu penyakit paru ii 2018 1
PKB ILMU PENYAKIT PARU II 2018
1
STAGING KANKER PARU
I Gede Ketut Sajinadiyasa
Prodi Spesialis Ilmu Penyakit Paru/KSM Paru FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar
Divisi Paru Dep/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar
Pendahuluan
Kanker paru merupakan penyebab utama kematian diantara penyakit
kanker baik pada laki-laki maupun wanita. Laporan WHO pada tahun 2015
kematian oleh karena kanker paru sebanyak 1,59 juta tiap tahun merupakan
kejadian kematian tertinggi dibanding penyebab kanker lainnya.1 Laporan dari
Amerika Serikat kanker paru juga merupakan penyebab kematian tertinggi
terkait kanker. Jumlah kematian tahunan sebanyak 158,040. (86.380 laki-laki
dan 71.660 perempuan).2 Berdasarkan data Globocan atau International
Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2012, di Indonesia terdapat
25.322 kasus kanker paru-paru yang menimpa pria dan 9.374 kasus yang
menimpa wanita.3
Tatalaksana kanker paru ditentukan salah satunya oleh stadium
kanker disamping diagnosis histopatologi, tampilan status dan diagnosis
biomolekuler. Stadium kanker akan menentukan pilihan terapi dan prognosis
pasien. Stadium kanker paru harus dibuat sebelum memulai terapi sehingga
pilihhan terapi dapat ditentukan dengan tepat. Penentuan stadium kanker
paru ditentukan oleh besarnya tumor, ada tidaknya keterlibatan kelenjar
getah bening dan ada tidaknya proses metastase. Staging dapat berubah
tergantung kondisi dan perkembangan teknologi sehingga dalam
perjalanannya klasifikasi stadium kanker paru dapat berubah.3,4
PKB ILMU PENYAKIT PARU I 2017
Secara garis besar untuk kepentingan terapi kanker paru
dikelompokan dalam dua kelompok yaitu non-small cell lung cancer (NSCLC)
dan small cell lung cancer (SCLC). NSCLC dibedakan lagi menjadi tiga yaitu
adeno karsinoma, squamus sel karsinoma dan large sel karsinoma.3
Pada
tulisan ini penulis ingin menyampaikan bagaimana stadium kanker paru
terbaru khusunya untuk kanker dengan histopatologi non-small cell lung
cancer (NSCLC).
Diagnosis kanker Paru
Untuk kepentingan terapi diagnosis kanker paru ditegakkan secara
citologi ataupun histopatologi. Selain diagnosis histopatologi, diagnosis lain
yang juga harus dibuat adalah diagnosis stadium kanker paru, diagnosis
terhadap tampilan pasien dan diagnosis mulekuler. Stadium penyakit kanker
harus ditentukan oleh karena akan menentukan pilihan terapi dari kanker
paru.3
Diagnosis kanker paru dan stadium kanker paru dapat ditegakkan
berdasar pada keluhan dan gejala klinis serta pemeriksan penunjang seperti
rontgen dada, ct scan dada, bronkoskopi, ebus, USG abdomen, MRI dan PET
scan.3,4
Penentuan Stadium Kanker Paru
Pemeriksaan radiologi dan pencitraan nuklir memegang peran
penting dalam penentuan stadium klinis kanker paru- Setelah anamnesis yang
tepat dan pemeriksaan fisik, foto rontgen dada biasanya merupakan langkah
pertama dalam mendiagnosis penyakit pada rongga toraks, tetapi ct scan
PKB ILMU PENYAKIT PARU II 2018
3
spiral dengan kontras adalah teknik pilihan dalam penilaian kanker paru. Ct
scan dapat menilai toraks dan abdomen bagian atas. Foto toraks berguna
untuk penilaian kasus sebelum operasi, dan tindak lanjut pasca operasi,
sebagai dasar untuk perbandingan dengan foto toraks berikutnya. Positron
emission tomography (PET) dan terutama PET-CT, telah mengubah stadium
kanker paru, dan hendaknya dilakukan secara rutin untuk mendapat stadium
klinis yang optimal. Teknik lain seperti USG toraks, MRI diperlukan secara
sesuai dengan indikasi yang lebih spesifik.4
Komponen Tumor (T)
CT scan merupakan cara terbaik dalam pengukuran ukuran tumor.
Ukuran tumor merupakan salah satu faktor prognosis terpenting dalam
kanker paru. Dalam penentuan stadium klinis, ukuran tumor sebaiknya diukur
dengan CT inspirasi menggunakan jendela paru, dan ukur diameter
terpanjang. Dalam kasus nodul paru dengan ground glass opacity dengan
bagian padat, maka komponen padat yang diukur untuk digunakan
menetapkan kategori tumor (T). Namun Opasitas ground glass juga diukur
untuk menilai implikasi prognosis oleh karena keberadaan komponen ground
glass memiliki prognosis yang lebih baik.
Secara umum, CT dapat menggambarkan invasi pembuluh darah
besar atau struktur mediastinum. Ultrasonografi transtorakal dan MRI
memberikan hasil yang lebih baik daripada CT dalam evaluasi invasi dinding
dada dan pleura parietalis.. Untuk staging pra-operasi Pancoast tumor MRI
menunjukan hasil yang lebih baik dibanding CT. USG transtorakal, MRI dan
PKB ILMU PENYAKIT PARU I 2017
PET- CT dapat ditambahkan untuk menilai perbedaan antara kanker paru dan
atelektasis obstruktif.4
Komponen Kelenjar (N)
Pada tahun 2009, IASLC mengusulkan bagan baru dari kelenjar
getah bening regional, dikelompokkan dalam zona dan stasiun yang harus
dipertimbangkan dengan hati-hati dalam staging kanker paru. Dalam diagnosis
keterlibatan kelenjar getah bening CT menunjukkan sensitivitas 0,70 dan 0,85
untuk PET-CT. PET-CT menunjukkan hasil yang lebih baik daripada CT dan PET
tersendiri dalam mendiagnosis keterlibatan kelenjar getah bening. Namun,
sensitivitas PET-CT terkait dengan ukuran kelenjar. Sensitivitas 0,85 untuk
diameter kelenjar lebih besar dari atau sama dengan 10 mm, tetapi hanya 0,32
untuk diameter kelenjar kurang dari 10 mm. Diffusion-weighted MRI memiliki
peran potensial untuk membedakan kelenjar getah bening jinak dari kelenjar
getah bening yang ganas. Sebuah meta-analisis dilakukan oleh WU et al.
menunjukkan bahwa Diffusion-weighted MRI memiliki kepekaan yang dengan
PET-CT (0,75 berbanding 0,72), tetapi spesifisitas lebih tinggi (PET-CT 0,89
versus MRI 0,95). Namun, dua uji klinis lainnya tidak menemukan perbedaan
dalam nilai diagnostik PET-CT dan Diffusion-weighted MRI untuk staging
kanker paru. Diffusion-weighted MRI dapat dipertimbangkan dalam beberapa
kasus sebagai alternatif PET-C, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
menetapkan peran MRI dalam mendikriksikan N pada kanker paru.4
PKB ILMU PENYAKIT PARU II 2018
5
Komponen Metastase (M)
Metastasis kanker paru dapat b intra- atau ekstratoraks. Metastasis paru
dapat diidentifikasi pada CT. CT bisa mengidentifikasi metastasis pleura
sebagai nodul pleura, dan PET-CT dapat menunjukkan pengambilan FDG
pleura. Metastasis ekstratoraks dapat digambarkan dengan mudah dengan
PET-CT. Salah satu kontribusi penting dari PET-CT untuk staging kanker paru
adalah deteksi metastasis yang tidak jelas dan meningkatkan staging tumor.
Metastasis adrenal dapat digambarkan dengan baik oleh PET-CT dan tidak ada
teknik lain dibutuhkan. Dalam studi sistematis dan meta-analisis data yang
ditampilkan bahwa PET sendiri menunjukkan sensitivitas 0,97 dan spesifisitas
0,91, dengan tingkat positif palsu 9,7%, karena beberapa lesi adrenal jinak
yang menunjukkan serapan FDG ringan. Oleh karena itu, lesi adrenal positif
yang terisolasi harus dikonfirmasi untuk menghindari seorang pasien tidak
dapat dioperasi atas dasar positif palsu. Staging serebral direkomendasikan
pada semua pasien dengan pilihan terapi kuratif. MRI menunjukkan hasil yang
lebih baik daripada CT dalam diagnosis metastasis otak. Pada studi yang
mengevaluasi kombinasi PET-MRI yang dilakukan dalam staging kanker paru,
menyimpulkan bahwa kombinasi PET-MRI tidak menunjukkan perbaikan
dalam staging serebral, dan MRI saja tetap merupakan standar emas.
Metastasis tulang dapat dideteksi dengan PET-CT, PET-MRI dan difusi MRI.
Secara global PET-CT adalah alat terbaik dalam staging awal kanker paru,
bahkan dalam kanker paru sel kecil / SCLC, dibandingkan dengan CT, bone
scan dan analisis sumsum tulang, kecuali untuk metastasis otak.4
PKB ILMU PENYAKIT PARU I 2017
Stadium Kanker Paru
Stadium kanker terbaru saat ini adalah kalsifikasi TNM edisi ke
delapan. Adapun Klasifikasi stadium kanker paru seperti pada tabel berikut.5-7
1. Klasifikasi satdium Kanker Paru sistem TNM edisi-8
Stadium T N M
Occult carcinoma TX N0 M0
0 Tis N0 M0
IA1 T1Mi
T1a
N0
N0
M0
M0
IA2 T1b N0 M0
IA3 T1c N0 M0
IB T2a N0 M0
IIA T2b N0 M0
IIB T1 a,b,c
T2 a, b
T3
N1
N1
N0
M0
M0
M0
IIIA T1 a,b,c
T2 a, b
T3
T4
T4
N2
N2
N1
N0
N1
M0
M0
M0
M0
M0
IIIB T1 a,b,c
T2 a, b
N3
N3
M0
M0
PKB ILMU PENYAKIT PARU II 2018
7
T3
T4
N2
N2
M0
M0
IIIC T3
T4
N3
N3
M0
IVA Semua T
Semua T
Semua N
Semua N
M1a
M1b
IVB Semua T Semua N M1c
Keterangan:
T:
• TX: sel terbukti ganas didapat dari dahak/sekret bronkopulmoner tapi
tidak terlihat tumor secara bronkoskopi dan radiologis.
• Tis: Karsinoma insitu
• T1: Tumor ≤ 3 cm, dikelilingi oleh paru-paru atau pleura viseralis,
tanpa bukti adanya invasi bronkoskopik yang lebih proksimal
daripada bronkus lobuler.. (tidak di bronkus utama). Penyebaran
superfisial tumor dari berbagai ukuran invasinya terbatas pada
dinding bronkus, yang dapat juga meluas ke proksimal bronkus
utama, juga diklasifikasikan sebagai T1a.
• T1Mi: Minimal invasif adeno karsinoma
• T1a: Tumor ≤ 1 cm
• T1b: Tumor > 1 cm ≤ 2 cm
• T1c: Tumor > 2 cm ≤ 3 cm
• T2: Tumor lebih dari 3 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm; atau tumor
dengan salah satu berikut. Tumor T2 dengan fitur ini diklasifikasikan •
PKB ILMU PENYAKIT PARU I 2017
Melibatkan bronkus utama tanpa memandang jarak ke carina, tetapi
tanpa melibatkan carina, menginvasi pleura visceral, berhubungan
dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif yang meluas ke
daerah hilus, baik yang melibatkan bagian paru-paru atau seluruh
paru-paru.
• T2a: Tumor > 3 cm ≤4 cm
• T2b: Tumor > 4 cm, ≤ 5 cm
• T3: Tumor> 5 cm ≤ 7 cm atau telah meninvasi salah satu dari : pleura
parietalis, dinding dada, nervus prenikus, perikardium parietalis atau
adanya nodul pada segmen yang sama dng tumor primer.
• T4: Tumor > 7 cm atau menginvasi salah satu dari: diafragma,
mediastinum, jantung, trakea, pembuluh darah besar, nervus
laringeal recurent, esofagus, corvus vertebral, carina, nodul terpisah
pada lobus lain ipsilateral dari tumor primer.
N
• N0: Tidak ada kelenjar getah bening (KGB) yang terlibat.
• N1: Metastase KGB peribronkial ipsilateral daan atau hilus ipsilateral
dan intrapulmoner. bronkopulmoner atau ipsilateral hilus.
• N2: Metastase KGB mediastinal ipsilateral dan atau sub carina.
• N3: Metastase KGB mediastinal kontra lateral atau hilus kontralateral
atau KGB skaleneus ipsi/kontralateral atau KGB supraklavikula.
M
• M0: Tidak ada metastase jauh.
• M1a: ada nodul pada kontralateral lobus tumor dengan nodul pleura
atau efusi pleura / perikard malignan.
PKB ILMU PENYAKIT PARU II 2018
9
• M1b: Metastase tunggal ekstratoraks pada satu organ dan
melibatkan satu kelenjar.
• M1c: Ditemukan metastase jauh multipel baik pada satu atau multi
organ (otak, hati, dll).
Tabel 2 Harapan hidup lima tahun pasien kanker paru sesuai stadium sistem
TNM edisi-8.7
Stadium Harapan hidup 5 tahun
IA1 92%
IA2 83%
IA3 77%
IB 68%
IIA 60%
IIB 53%
IIIA 36%
IIIB 26%
IIIC 13%
IVA 10%
IVB 0%
Ringkasan
Dalam tatalaksana kanker paru penentuan stadium kanker sangat
diperlukan untuk pilihan pengobatan. Stadium kanker juga dapat menentukan
prognosis. Penentuan stadium kanker paru dapat dibuat melalui anamnesis
yang baik, pemeriksaan fisik yang detail dan pemeriksaan penunjang.
PKB ILMU PENYAKIT PARU I 2017
Pemeriksaan radiologi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam
penentuan stadium klinis kanker paru. Saat ini stadium kanker paru terbaru
menggunakan klasifikasi sistem TNM edisi -8.
Daftar Pustaka
1. WHO. Cancer fact sheet 2017 didapat dari WHO int diakses
12/7/2017
2. American Cancer Society.: Cancer Facts and Figures 2015
www.cancer.org diakses 7/10/2016
3. Kementerian Kesehatan.Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
kanker Paru. 2016
4. Rami-Porta R, Call S, Dooms C, et al. Lung cancer staging: a concise
update. Eur Respir J 2018; 51: 1800190
[https://doi.org/10.1183/13993003.00190-2018].
5. Detterbeck FC, MD, Boffa DJ, Kim AW,Tanoue LT. The Eighth Edition
Lung Cancer Stage Classification. CHEST 2017; 151(1):193-203
6. Goldstraw P, Chansky K, Crowley J, PhD. Et al. The IASLC Lung Cancer
Staging Project: Proposals for Revision of the TNM Stage Groupings in
the Forthcoming (Eighth) Edition of the TNM Classification for Lung
Cancer Journal of Thoracic Oncology 2016; 11(!): 39-51
7. Kay FU, Kandathil A, Batra K et al. Revisions to the Tumor, Node,
Metastasis staging of lung cancer (8th edition): Rationale, radiologic
findings and clinical implications. World J Radiol 2017; 9(6): 269-279