gambaran pengobatan tb paru pada pasien dewasa

116
GAMBARAN PENGOBATAN TB PARU PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KARDINAH TEGAL KARYA TULIS ILMIAH Oleh : DIYAN RAHMAWATI 1608E037 PROGRAM STUDI DIII FARMASI POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL 2019

Transcript of gambaran pengobatan tb paru pada pasien dewasa

GAMBARAN PENGOBATAN TB PARU PADA PASIEN DEWASA

DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KARDINAH TEGAL

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

DIYAN RAHMAWATI

1608E037

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2019

ii

GAMBARAN PENGOBATAN TB PARU PADA PASIEN DEWASA DI

INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KARDINAH TEGAL

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Dalam Mencapai Gelar Derajat Ahli Madya

Oleh :

DIYAN RAHMAWATI

1608E037

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2019

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN PENGOBATAN TB PARU PADA PASIEN DEWASA DI

INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KARDINAH TEGAL

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

DIYAN RAHMAWATI

1608E037

DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH :

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Sari Prabandari, S.Farm MM.,Apt Heni Purwantiningrum, M.Farm.,Apt NIDN. 0623018502 NIDN. 9906966988

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : DIYAN RAHMAWATI

NIM : 1608E037

Jurusan /Program Studi : DIII Farmasi

Judul Karya Tulis Ilmiah : Gambaran Pengobatan TB Paru Pada Pasien

Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kardinah

Tegal

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya

Farmasi pada Jurusan / Program Studi DIII Farmasi, Politeknik Harapan

Bersama Tegal.

TIM PENGUJI

Penguji 1 : Wilda Amananti, S.Pd., M.Si (…………………...)

Penguji 2 : Sari Prabandari, S.Farm.MM.,Apt (…………………...)

Penguji 3 : Heni Purwantiningrum, M.Farm.,Apt (…………………...)

Tegal, Maret 2019

Program Studi DIII Farmasi

Ketua Program Studi,

Heru Nurcahyo, S.Farm., M.sc., Apt NIDN. 0611058001

v

HALAMAN PERNYATAAN

ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan

dengan benar.

NAMA : DIYAN RAHMAWATI

NIM : 1608E037

Tanda Tangan :

Tanggal : Maret 2019

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA TULIS ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Politeknik Harapan Bersama Tegal, saya yang

bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Diyan Rahmawati

NIM : 1608E037

Jurusan/Program Studi : DIII Farmasi

Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Politeknik Harapan Bersama Tegal Hak Bebas Royalti Nonekslusif (None-

esclusive Royalti Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

GAMBARAN PENGOBATAN TB PARU PADA PASIEN DEWASA DI

INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KARDINAH TEGAL

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas

Royalti/Nonekslusif ini Politeknik Harapan Bersama Tegal berhak menyimpan,

mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan mempublikasikan karya tulis ilmiah saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tegal

Pada Tanggal : Maret 2019

Yang menyatakan

(Diyan Rahmawati)

vii

MOTO

� Alangkah bahagianya hidup bagi mereka yang mampu senantiasa

menerima seluruh rangkaian skenario Tuhan. Pada ujian dan cobaan ia sabar,

tabah dan tak mudah hancur, sementara pada nikmat dan karunia yang

Tuhannya berikan ia bersyukur dan tidak kufur -diyanrhm-

� Ridho Allah Ridho-Nya Orangtua

Semangat dalam semangat orangtua dan slalu melibatkan Allah dalam hal

apapun.

Kupersembahkan buat :

� Ibu, Bapa tercinta dan kakak tercinta (mba winda, mas rudi, mas didi)

� 5 Bidadari Rumah : Sabila EY, Putri NK, Khushartati, dan Tiara

� Rifqi DK, Winda Nurma dan Adnan Luki Septiadi

� Keluarga 5G Regular Plus Angkatan 2019

� Almamaterku

viii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah berjudul "GAMBARAN PENGOBATAN TB PARU PADA

PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KARDINAH

TEGAL" dengan baik. Karya tulis ilmiah ini ditujukan untuk memenuhi salah

satu syarat dalam mencapai gelar derajat Ahli Madya pada program studi

Politeknik Harapan Bersama Tegal. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini,

penulis banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. MC. Chambali, B.Eng.EE. M. Kom selaku Direktur Politeknik

Harapan Bersama Tegal

2. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm., Apt selaku ka. Prodi DIII Farmasi Politeknik

Harapan Bersama Tegal yang telah memberikan banyak kebijaksanaan dan

memikirkan berbagai penyelesaian masalah terkait dengan studi mahasiswa.

3. Ibu Sari Prabandari, S.Farm.MM.,Apt selaku pembimbing I dengan segala

kelebihan potensi pemikiran telah mendidik, mengarahkan dan membimbing

penulis selama ini.

4. Ibu Heni Purwantiningrum, M.Farm.,Apt selaku pembimbing II yang dengan

penuh kesabaran dan ketelatenan memberikan arahan dan bimbingan

selama ini.

5. Ibu dan Bapak yang telah memberikan dukungan moral maupun material

serta doa dan semangat sehingga karya tulis ilmiah ini dapat selesai.

6. Bapak dan Ibu yang berkerja di Rumah Sakit Kardinah Kota Tegal yang telah

membantu dan membimbing menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Teman-teman semua yang selalu memberikan dukungan serta dorongan untuk

terus semangat dalam menyelesaikannya karya tulis ilmiah ini.

Semoga Allah SWT memberikan ampunan, melimpahkan rahmat, dan

mencurahkan karuniaNya serta melipat gandakan pahala amal kebajikan semua

ix

pihak yang telah memberikan bantua kepada penulis selama proses penyelesaian

karya tulis ilmiah ini.

Untuk itu, penulis sangat mengharap kritik dan saran dari semua pihak

yang bersifat membangun lebih baiknya karya tulis. Akhirnya penulis berharap

semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Tegal, Maret 2019

Diyan Rahmawati

x

INTISARI RAHMAWATI, DIYAN. PRABANDARI, SARI. PURWANTININGRUM , HENI., 2019. GAMBARAN PENGOBATAN TB PARU PADA PASIE N DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KARDINAH TEGAL .

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah maupun seluruh lapisan masyarakat karena dapat menyebabkan kematian. Menurut Dinkes Kota Tegal jumlah penderita tuberculosis (TB) sepanjang Januari – Desember 2017 meningkat mencapai 321 kasus, naik dibandingkan 2016 lalu hanya 313 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengobatan tuberkulosis paru berdasarkan standar dari Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Depkes RI pada pasien dewasa di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kardinah Tegal.

Penelitian ini merupakan jenis non eksperimental dengan rancangan deskriptif kuantitatif. Sampel diperoleh dengan menggunakan rumus slovin. Pengambilan sampel menenggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi dan didapatkan data 200 pasien. Populasinya adalah rekam medik pasien TB paru di instalasi rawat jalan RSUD Tegal bulan Januari – Desember 2017.

Gambaran pengobatan TB paru pada pasien dewasa pengobatan dengan kategori 1 didapat tepat indikasi 100 pasien (100%), tepat dosis 100 pasien (100%), tepat interval waktu pemberian fase intensif 86 pasien (100%) dan tidak tepat interval waktu pemberian fase lanjutan 14 pasien (14%), tepat lama pemberian 86 pasien (100%). kategori 2 didapat tepat indikasi 100 pasien (100%), tepat dosis 100 pasien (100%), tepat interval waktu pemberian 100 pasien (100%), dan tepat lama pemberian 100 pasien (100%).

Kata kunci : Tuberkulosis paru, gambaran pengobatan.

xi

Abstract RAHMAWATI, DIYAN. PRABANDAEI, SARI. PURWANTININGRUM , HENI. THE OVERVIEW OF PULMONARY TUBERCULOSIS MEDICATION ON AD ULT PATIENTS AT OUTPATIENT INSTALLATION OF KARDINAH REG IONAL GENERAL HOSPITAL OF TEGAL.

Tuberculosis is an infectious disease caused by mycobacterium tuberculosis and is a health problem that still needs serious attention from the government and all levels of society because it can cause death. The highest number of cases reported were in the province namely West Java, East Java, Central Java. According to the city health office, the number of tuberculosis (TB) patients in city Tegal during January – October 2017 increased to 321 cases, up from last year’s only 313 cases. This study ed to describe the treatment of pulmonary tuberculosis based on the standards of the national guidelines for the prevention of tuberculosis in the ministry of health in adult patients at outpatient installations of Kardinah General Hospital of Tegal.

The research is a non experimental type with a quantitative descriptive design. Samples were obtained using slovin formula, sampling using purposive sampling with inclusion criteria and obtained data of 200 patients. The population is the medical record of pulmonary tuberculosis patients at the outpatient installations of Kardinah General Hospital of Tegal.

The pattern of treatment and OAT conformity based on the national guidelines for tuberculosis prevention by the Republic of Imdonesia health department in 2014 all categories 1 and 2 have met conformity. The results of the description of pulmonary TB treatment in adult patients obtained the results of treatment categories found 100 patients (100%) right indication, 100 patients (100%) right dose, 86 patients (86%) right rime interval of administration, for exactly 6 month there were 85 patients (98,83%) and more than 8 month as many as 1 patient (1,17%) exactly the length of administration. While category 2 revealed 100 patients (100%) right indication, 100 patients (100%) right dose, 100 patients (100%) right at the time interval of administration, exactly 8 month there were 10 patient (10%) exactly the duration of administration.

Key word: Pulmonary Tuberculosis, O

verview of Treatment

xii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ............................................................................................. i

Halaman Judul Karya Tulis Ilmiyah ............................................................... ii

Halaman Persetujuan ...................................................................................... iii

Halaman Pengesahan ..................................................................................... iv

Halaman Pernyataan Orisinalitas .................................................................... v

Halaman Persetujuan Publikasi....................................................................... vi

Halaman Motto dan Persembahan ................................................................. vii

Prakata ............................................................................................................ viii

Intisari ............................................................................................................. x

Abstract............................................................................................................ xi

Daftar Isi ......................................................................................................... xii

Daftar Tabel..................................................................................................... xv

Daftar Gambar ................................................................................................. xvi

Daftar Lampiran.............................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 7

2.1 Tuberkulosis Paru.................................................................... 7

2.1.1 Mycobacterium Tuberculosis......................................... 8

2.1.2 Klasifikasi Tuberculosis.................................................. 9

2.1.2.1 Klasifikasi Tuberculosis dan tipe

penderita ......................................................... 9

1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 4

1.5 Batasan Masalah ..................................................................... 5

1.6 Keaslian Penelitian .................................................................. 6

xiii

2.1.2.2 Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang

terkena............................................................ 10

2.1.2.3 Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak

mikroskopis, yaitu pada TB paru..................... 11

2.1.2.4 Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan

penyakit............................................................. 12

2.1.2.5 Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya ...................................................... 13

2.1.3 Gejala Tuberkulosis .................................................... 14

2.1.4 Patogenesis Tuberkulosis ............................................ 15

2.1.5 Penegakan Diagnosis .................................................. 17

2.1.6 Mekanisme Resistensi Mikroorganisme terhadap

Obat Antituberkulosis ............................................... 21

2.1.7 Kriteria Kategori Pasien Tuberkulosis ........................ 22

2.1.7.1 Pengobatan dengan OAT-Kombipak ............. 22

2.1.7.2 Pengobatan dengan OAT-FDC .................... 24

2.2 Pengobatan Tuberkulosis....................................................... 24

2.2.1 Prinsip Pengobatan...................................................... 25

2.2.2 Pemilihan Obat............................................................ 26

2.2.3 Terapi Obat Antituberkulosis (OAT) .......................... 30

2.2.3.1 Obat Antituberkulosis-kombipak

(OAT- kombipak) ....................................... 34

2.2.3.2 Obat Antituberkulosis Fixed Dose Combination

(OAT-FDC) ..................................................... 36

2.2.4 Pengobatan Rasional Antituberkulosis ...................... 36

2.2.5 Hasil Akhir Pengobatan ............................................. 37

2.2.6 Tinjauan Umum RSUD Kardinah …....................... 39

2.3 Kerangka Teori .................................................................... 43

2.4 Kerangka Konsep ................................................................ 44

xiv

BAB III METODE PENELTIAN .............................................................. 45

3.1 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 45

3.2 Rancangan dan Jenis Penelitian................................................. 45

3.3 Populasi dan Sampel.................................................................. 45

3.3.1 Populasi ......................................................................... 45

3.3.2 Sampel .......................................................................... 46

3.3 Variabel Penelitian ................................................................... 48

3.5 Definisi Operasional Variabel .................................................. 49

3.6 Jenis Dan Sumber Data ............................................................ 50

3.7 Pengolahan Dan Analisis Data ................................................. 51

3.8 Etika Penelitian......................................................................... 55

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan ............................................ 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 75

LAMPIRAN.................................................................................................... 77

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyebab kematian utama

yang diakibatkan oleh infeksi. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk

dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada tahun 1995,

diperkirakan ada 9 juta pasien TB paru dan 3 juta kematian akibat TB di

seluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB di

dunia terjadi pada Negara-negara berkembang.

Penyakit TB ini masih menjadi kasus yang perlu diperhatikan

penanggulangnya, sehingga untuk mengoptimalkannya dibuatlah sebuah

standar Pedoman Penanggulangan Nasional Tuberkulosis oleh Depkes RI

yang kemudian menjadi acuan bagi para tenaga kesehatan di Rumah Sakit

termasuk RSUD Kardinah Tegal. Program tersebut memiliki fokus dalam

penemuan dan penyembuhan pasien sehingga akan memutuskan penularan

TB dan dengan demikian akan menurunkan angka kejadian TB di

masyarakat (Depkes RI, 2014). Berdasarkan jumlah penderita tuberkulosis

(TB) di Kota Tegal sepanjang Januari- Oktober 2017 meningkat. Tahun

Ini mencapai 321 kasus, naik dibandingkan 2016 lalu hanya 313 kasus.

, mengacu angka penderita TB tersebut Kota Tegal menempati peringkat

ketiga tertinggi di Jawa Tengah. Pemicu meningkatnya angka penderita

TB dipengaruhi berbagai faktor baik internal maupun eksternal.

2

Diantaranya, luasnya paparan penyebaran kuman mycobacterium

tuberculosis. kondisi lingkungan dengan ventilasi pencahayaannya yang

kurang, hingga faktor daya tahan tubuh seseorang. Umumnya pasien yang

terinfeksi bakteri TB dapat menularkan penyakitnya melalui kontak

intensif (dalam keluarga) dan kontak pasif (lingkungan). Oleh sebabnya

faktor yang memungkinkan seseorang terkontaminasi oleh kuman TB

ditentukan oleh lamanya dia berada pada lokasi terkontaminasi tersebut

(Priyanto, 2009:156). Penanganan terhadap tingginya prevalensi TB paru

tersebut harus dilakukan untuk mengendalikan penyakit TB paru, salah

satunya dengan pengobatan. Pengonbatan penyakit TB paru dapat

dilakukan selama 6-9 bulan dan diberikan melalui dua fase yakni fase awal

kemudian fase lanjutan (Depkes RI, 2010) pengobatan ini bertujuan

menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas

hidup, mencegah terjadinya kematian, kekambuhan, memutuskan rantai

penularan dan mencegah terjadinya penularan TB resistensi obat ( Depkes

RI, 2014).

Jenis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang tersedia terdiri dari OAT

lini pertama kategori I dan kategori II. Pengobatan TB dewasa kategori I

berlangsung selama 6-8 bulan terbagi dalam 2 fase yaitu fase awal

(intensif) dan fase lanjutan, obat diminum setiap hari selama 2 atau 3

bulan dan fase lanjutan obat diminum 3 kali seminggu selama 4 atau 5

bulan. Pengobatan TB dewasa kategori II berlangsung selama 8 bulan

tebagi dalam 2 fase, yaitu fase intensif (awal) obat diminum setiap hari

3

selama 2 bulan dan fase lanjutan obat diminum 3 kali seminggu selama 5

bulan (Depkes RI, 2014). Pasien yang masuk untuk berobat pun

bervariatif, mulai dari anak-anak, usia dewasa produktif hingga dari

golongan usia senja, namun penderita yang paling banyak adalah dari

golongan produktif (21-59) (Walker, 2003).

Ketepatan pengobatan yaitu tepat indikasi, tepat dosis, tepat interval

waktu pemberian dan tepat lama pemberian merupakan faktor penting yang

berperan dalam mencegah resistensi kuman tuberkulosis, menghambat

penularan dan mengurangi angka kematian.

Alasan adanya melakukan penelitian ini karena banyaknya penderita

tuberkulosis yang semakin meningkat di Indonesia khususnya Kota Tegal,

saya ingin mengetahui gambaran pengobatan TB paru pada pasien dewasa

di instalasi rawat jalan RSUD Kardinah Tegal.

1.2. Rumusan Masalah

1. Pada pengobatan tuberkulosis paru apakah sesuai dengan standar dari

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Depkes RI?

2. Bagaimanakah gambaran pengobatan tuberkulosis paru berdasarkan

standar dari Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Depkes

RI pada pasien dewasa di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kardinah Tegal?

4

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apakah pada pengobatan tuberkulosis paru sesuai dengan

standar dari Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Depkes

RI.

2. Mengetahui gambaran pengobatan tuberkulosis paru berdasarkan

standar dari Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Depkes

RI pada pasien dewasa di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kardinah Tegal.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk mengetahui gambaran pengobatan tuberkulosis paru

pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan berdasarkan Standar

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Depkes RI.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu

pelayanan dan sebagai bagan gambaran pengobatan tuberkulosis paru

pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan RSUD Kardinah Tegal.

5

1.5. Batasan Masalah

1. Tempat penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Jalan di RSUD

Kardinah

2. Data diambil dari rekam medik pasien BPJS bulan Januari - Desember

tahun 2017 Instalasi Farmasi RSUD Kardinah.

3 Penelitian ini tentang kesesuaian pengobatan tuberkulosis paru kategori

1 dan kategori 2 berdasarkan standar di instalasi rawat jalan RSUD

Kardinah Tegal.

6

1.6. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian penelitian

Pembeda Nanda

Kusumawardhani, 2015

Megawati Bakri, 2016

Monita Prananda, 2014

Diyan Rahmawati, 2019

1

Judul Penelitian

Evaluasi penggunaan obat antituberkulosis pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Paru Sidawangi Jawa Barat Periode Januari – Juni 2015

Evaluasi penggunaan obat antituberkulosis (OAT) pasien tuberkulosis paru di Puskesmas Jumpandang Baru.

Evaluasi penggunaan obat antituberkulosis paru pada pasien dewasa di unit pengobatan penyakit paru-paru (UP4) Pontianak.

Gambaran pengobatan TB paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan RSUD Kardinah Tegal.

2

Sampel (subyek) penelitian

Pola pengobatan TB paru pada bulan Januari – Juni 2015 Dengan teknik Cross-sectional

Pasien dengan pengobatan kombinasi terapi, penyakit penyerta kronik, hasil tes BTA pada bulan Januari – Desember 2015 Dengan teknik chi-square

Pasien TB rawat jalan UP4 Pontianak yang memenuhi kriteria inklusi Dengan teknik Cross sectional study (potong lintang)

Pengobatan TB paru Kategori 1 dan 2 fase intensif dan fase lanjutan pada bulan Januari – Desember 2017 Purposive Sampling

3

Teknik pengumpu lan data

Retrospektif Retrospektik Pengumpulan data retrospektif data sekunder rekam medik dan peresepan

Pengumpulan data secara retrospektif

4

Metode penelitian

Deskriptif non analitik

Survey Deskriptif

Survey Deskriptif

Deskriptif Kuantitatif

5 Analisis data

Deskriptif Statistik deskriptif Deskriptif Deskriptif

6 Hasil penelitian

Hasil menunjukkan bahwa 71 pasien (56%) pasien mendapatkan terapi TB kategori I (2(HRZE)S/4(HR)3 dan 55 pasien (46%) pasien mendapatkan terapi TB kategori 2 yakni (2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR) 3E3

Hasil penelitian menunjukkan sebesar 98,3% pasien di puskesmas diberikan OAT jenis KDT sedangkan kesembuhan mencapai 60% berdasarkan kesesuaian terhadap standar pedoman Penanggulangan TB Nasional tahun 2014 diperoleh hasil pengobatan kategori I memenuhi 98,3% kategori 2 memenuhi 100%

Hasil evaluasi kesesuaian penggunaan OAT diperoleh kesesuaian indikasi 100%, jenis OAT 100%, dosis OAT 100% dengan standar Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Depkes RI tahun 2011

Pola pengobatan dan kesesuaian OAT berdasarkan Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2014 semua kategori 1 dan kategori 2 telah memenuhi kesesuaian. Gambaran pengobatan TB paru pada pasien dewasa pengobatan dengan kategori 1 didapat tepat indikasi 100

7

pasien (100%), tepat dosis 100 pasien (100%), tepat interval waktu pemberian fase intensif 86 pasien (100%) dan tidak tepat interval waktu pemberian fase lanjutan 14 pasien (14%), tepat lama pemberian 86 pasien (100%). kategori 2 didapat tepat indikasi 100 pasien (100%), tepat dosis 100 pasien (100%), tepat interval waktu pemberian 100 pasien (100%), dan tepat lama pemberian 100 pasien (100%).

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis Paru

2.1.1 Mycobacterium Tuberculosis

Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang dapat hidup

terutama di paru atau berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai

tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai

kandungan lemak yang tinggi pada membrane selnya sehingga

menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam dan

pertumbuhan dari kuman Mycobacterium tuberculosis berlangsung

dengan lambat. Penularannya terjadi pada malam hari karena sifat

dari bakteri ini tidak tahan terhadap UV (Rab, 1996).

Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus

atau lengkung. Basil ini terdapat dalam keadaan dalam keadaan

tunggal atau berkelompok, tidak bergerak, dan tidak membentuk

spora (Rahardja,K, t.t.).

Tuberkulosis paru yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis yang ditandai oleh pembentukan granuloma pada

jaringan yang terinfeksi dan oleh hypersensitivitas yang diperantari

sel (Cell-mediatel hypersensitivity). Apabila dalam pengobatan

tuberkulosis paru terdapat kesalahan maka pada penyakit yang aktif

9

akan terjadi perjalanan penyakit yang kronik dan berakhir dengan

kematian (Isselbacher, K. 1995). Kebanyakan individu yang

terinfeksi Mycobacterium tuberculosis tidak menunjukkan penyakit

secara langsung tetapi ditandai oleh kronisitas dengan nekrosis

jaringan yang disebabkan oleh hipersensitivitas tipe lambat

(Shulman, t.t.)

2.1.2 Klasifikasi Tuberkulosis

2.1.2.1 Klasifikasi Tuberkulosis dan Tipe Penderita (Depkes RI,

2008)

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien

tuberkulosis memerlukan suatu definisi kasus yang meliputi

empat hal, yaitu:

1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau

ekstra paru

2. Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara

mikroskopis) BTA aktif atau BTA negative

3. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat

4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah

pernah diobati

Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe adalah:

1. Menentukan paduan pengobatan yang sesuai

2. Registrasi kasus secara benar

10

3. Menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif

4. Anilisis hasil pengobatan

Beberapa istilah dalam definisi kasus:

1. Kasus TB: pasien TB yang telah dibuktikan secara

mikroskopis atau didiagnosis oleh dokter.

2. Kasus TB pasien dengan biakan positif untuk

Mycobacterium tuberkulosis atau tidak ada fasilitas

biakan, sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak

SPS hasilnya BTA positif.

Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori

diagnostik sangat diperlukan untuk:

1. Menghindari terapi yang tidak kuat (undertreatment)

sehingga mencegah timbulnya resistensi

2. Menghindari pengobatan yang tidak perlu

(overtreatment) sehingga meningkatkan pemakaian

sumber daya lebih biaya efektif

3. Mengurangi efek samping

2.1.2.2 Klasifikasi Berdasarkan Organ Tubuh Yang Terkena

1. Tuberkulosis paru

Adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan

(parenkim) paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru)

dan kelenjar pada hilus.

11

2. Tuberkulosis Ekstra Paru

Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain

selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput

jantung, kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus,

ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

2.1.2.3 Klasifikasi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan

Dahak Mikroskopis, Yaitu Pada TB Paru

1. Tuberkulosis Paru BTA Positif

a. Sekurang – kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak

SPS

b. Hasilnya BTA positif

c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan

foto toraks pada dada menunjukkan gambaran

tuberkulosis

d. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif

dan biakan kuman TB positif

e. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif

setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan

sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada

perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT

12

2. Tuberkulosis Paru BTA Negatif

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru

BTA positif. kriteria diagnostik TB paru BTA negatif

harus meliputi:

a. Minimal 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA

negatif

b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran

tuberkulosis

c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotik

OAT

d. Ditentukan oleh dokter untuk diberi pengobatan

2.1.2.4 Klasifikasi Berdasarkan Tingkat Keparahan Penyakit

1. TB paru BTA Negatif Foto Toraks Positif

Dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya,

yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat apabila

gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran

kerusakan paru yang luas atau keadaan umum pasien

buruk.

2. TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat

keparahan penyakitnya, yaitu:

a. TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar

limfe.

13

b. Pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali

tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.

c. TB ekstra paru berat, misalnya: meningitis, milier,

pericarditis peritonitis, pleuritis eksudativa

bilateral, TB tulang belakang, TB usus, Tb saluran

kemih dan alat kelamin.

2.1.2.5 Klasifikasi Berdasarkan Riwayat Pengobatan

Sebelumnya

Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

dibagi menjadi beberapa tipe pasien, yaitu:

1. Kasus Baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT

atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan

(4 minggu).

2. Kasus Kambuh (Relaps)

Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh

atau pengobatan lengkap, di diagnosis kembali dengan

BTA positif (apusan atau kultur).

3. Kasus Putus Berobat (Default/Drop Out/DO)

Adalah pasien TB yang telah berobat dan putus berobat

2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

14

4. Kasus Gagal (Failure)

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap

positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima

atau lebih selama pengobatan.

5. Kasus Pindahan (Transfer In)

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang

memiliki register TB lain untuk melanjutkan

pengobatannya.

6. Kasus Lain

Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan

diatas. Dalam kelompok ini termasuk kasus kronik,

yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA

positif setelah selesai pengobatan ulang.

2.1.3 Gejala Tuberkulosis

Gejala tuberkulosis paru adalah batuk lebih dari 4 minggu

dengan atau tanpa sputum, malaise, gejala flu, demam derajat

rendah, nyeri dada dan batuk darah.

a. Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza,

kadang- kadang suhu badan dapat mencapai 40-41oC. Serangan

demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi dapat timbul

kembali. Hal seperti ini terus menerus terjadi dan sangat

15

dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien serta berat ringannya

infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.

b. Malaise

Penyakit tuberkulosis paru bersifat radang yang menahun.

Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada

nafsu makan, badan semakin kurus (BB turun), sakit kepala,

meriang nyari otot, dan keringat malam.

c. Batuk/batuk darah

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Keadaan dan

kondisi bronkus pada setiap penyakit yang tidak sama, maka

kemungkinan terjadinya baru terjadi karena penyakit telah

berkembang dalam jaringan selama berminggu-minggu atau

berbulan-bulan dimulai dari peradangan. Sifat batuk dimulai

dari batuk kering kemudian setelah terjadi peradangan menjadi

produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah

berupa batuk darah, karena terdapat pembuluh darah yang

pecah.

2.1.4 Patogenesis Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh sel

mediated immune response. Sel efektornya adalah makrofag, sedang

limfosit (biasanya sel T) merupakan immunoresponse cell. Inhalasi

partikel besar yang berisi lebih dari tiga basil tuberkulosis tidak akan

sampai ke alveoli, partikel akan melekat di dinding bronkus dan akan

16

dikeluarkan oleh system mukosiliari, tetapi inhalasi partikel kecil

yang berisi 1 – 3 basil dapat sampai ke alveoli (Misnadiarly, 2011).

Basil tuberkulosis yang menginfeksi paru dalam 6 – 8

minggu akan menimbulkan gejala karena telah mengaktifasi

limfosit T helper CD 4 agar memproduksi interferon gamma guna

aktifasi makrofag sehingga meningkatkan kemampuan

fagositosisnya. Disamping itu juga diproduksi TNF (Tumor

Necrotizing Factor) oleh limfosit dan makrofag dimana TNF

berperan dalam aktifasi makrofag dan inflamasi lokal (Misnadiarly,

2011).

Tuberkulosis ditandai dengan berbagai gejala seperti batuk

keras selama 3 minggu atau lebih, nyeri dada, batuk dengan

darah/sputum, badan lemas dan mudah kelelahan, berat badan

menurun, nafsu makan menurun, menggigil, demam dan berkeringat

pada malam hari. Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TBC

akan menjadi sakit. Tuberkulosis dapat diklasifikasikan menjadi

TBC laten dan TBC aktif.

Pada TB laten, bakteri TB hidup di dalam tubuh penderita

namun tidak menyebabkan sakit ataupun munculnya suatu gejala.

Pada kondisi ini tubuh dapat melawan bakteri shingga mencegah

bakteri untuk tumbuh (Syamsudin, 2013).

Pada TB aktif, bakteri yang semula tidak aktif di dalam tubuh

akhirnya menajadi aktif dikarenakan sistem imun yang tidak dapat

17

mencegah bakteri tumbuh. Kebanyakan orang yang menderita

penyakit ini akan mudah untuk menyebarkan bakteri TBC kepada

orang yang menderita penyakit ini akan mudah untuk menyebarkan

bakteri TBC ke orang lain. Infeksi TBC terjadi ketika seseorang

menghirup droplet nuclei yang mengandung mycobacterium

tuberkulosis. Bakteri ini akan dimakan oleh makrofag alveolus

sehingga sebagian besar dari bakteri ini akan rusak atau terhambat.

Sejumlah kecil bakteri ini dapat memperbanyak diri secara

intraseluler dan akan terlepas bebas ketika makrofag mati. Jika

bertahan hidup, maka bakteri ini akan tersebar melalui kanal limfatik

atau aliran darah menuju jaringan dan organ yang letaknya lebih jauh

(termasuk area nodus limfatik, bagian aspek paru – paru, ginjal, hati,

otak dan tulang). Proses diseminasi ini akan menyebabkan sistem

imun untuk memberikan respon. Sekitar 5% dari ruang yang telah

terinfeksi Mycobacterium tuberkulosis akan berkembang menjadi

bentuk aktif dalam waktu 2 tahun setelah infeksi (Syamsudin,

2013).

2.1.5 Penegakan Diagnosis

Penegakan diagnosis pada pasien yang diduga menderita

tuberkulosis paru dapat dilakukan dengan beberapa pemeriksaan :

a. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda fisik yang terjadi 10 pada pasien

tuberkulosis paru adalah badan kurus atau berat, pada kulit

18

tampak pucat, pada pemeriksa fisik pasien tuberkulosis suhu

sering pada malam hari, nadi umunya meningkat seiring dengan

demam (Crofton1999).

Pada pemeriksaan fisik pasien tuberkulosis paru sering

tidak menunjukkan suatu kelainan terutama pada kasus dini.

Tuberkulosis paru terjadi secara asimtomatik dan penyakit baru

dicurigai dengan didapatnya kelainan radiologi dada (Bahar,

2003).

b. Pemeriksaan Radiologis Paru

Merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi

tuberkulosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya

lebih dibandingkan pemeriksaan sputum, tetapi dalam beberapa

hal pemeriksaan radiologis memberikan beberapa keuntungan

seperti pada tuberkulosis anak-anak dan tuberkulosis mulier.

Pada kedua hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui

pemeriksaan dada sebab dengan pemeriksaan sputum hampir

selalu negatif (Bahar, 2003).

Pada awal penyakit gambaran radiologis berupa bercak-

bercak seperti awan dengan batas-batas yang tidak tegas.

Apabila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat

berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal sebagai

tuberkulosis.

19

c. Pemeriksaan Laboratorium

1) Darah

Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena

hasilnya kadang-kadang meragukan, hasilnya tidak

sensitive dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru

akan diperoleh jumlah leukosit dan laju endap darah (LED)

meningkat (Bahar, 2003). Laju endap mungkin meningkat

tetapi hasil yang normal dapat memungkinkan terjadinya

tuberkulosis (Crofton, 1999).

2) Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan

ditemukannya kuman BTA (Bakteri Tahan Asam) diagnosis

sudah dapat dipastikan. Pemeriksaan sputum juga dapat

memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah

diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga

dapat dikerjakan, tetapi kadang tidak mudah untuk

mendapat sputum, terutama pada pasien dengan batuk yang

tidak produktif (Bahar, 2003).

Untuk mendapatkan sputum pada batuk non

produktif dapat dilakukan dengan cara pasien dianjurkan

minum air sebanyak + 2 liter satu hari sebelum pemeriksaan

sputum dan melakukan reflek batuk. Dapat juga

memberikan tambahan obat-obat mukolitik ekspektoran

20

atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30

menit. Apabila masih sulit, sputum dapat diperoleh dengan

cara bonkospidiambil dnegan brushing atau bronchial

washing. Sputum yang akan diperiksa sebaiknya dalam

keadaan segar. Kriteria sputum BTA positif apabila

sekurang-kurangnya ditemukan 3 kuman batang BTA

dalam satu sediaan (Bahar, 2003).

Diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa

dapat ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara

mikroskopis. Hasil pemeriksaan BTA dinyatakan positif

apabila ditemukan sedikitnya dua dari tiga specimen

sewaktu pagi (Anonim, 2011).

3) Tes Tuberkulin

Pemeriksaan tuberculin masih banyak dipakai untuk

membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis paru pada

anak-anak.

Pada penderita yang dicurigai tuberkulosis paru

perlu dilakukan pemeriksaan dahak apabila ditemukan 3

spesimen kuman tuberkulosis maka dapat dinyatakan

penderita tuberkulosis paru BTA positif. Pada pemeriksaan

dahak apabila

ditemukan 1 kuman tuberkulosis atau sama sekali

tidak ditemukan sedangkan dari gejala dicurigai

21

tuberkulosis paru, perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut

yaitu dengan foto rontgen paru atau pengulangan pada

pemeriksaan dahak SPS. Jika hasil rontgen mendukung

tuberkulosis paru, maka penderita didiagnosis sebagai

penderita BTA positif, tetapi apabila hasil rontgen tidak

mendukung tuberkulosis paru maka akan perlu dilakukan

kembali pemeriksaan dahak SPS (Anonim 2001).

2.1.6 Mekanisme Resistensi Mikroorganisme Terhadap Obat

Antituberkulosis

Terjadinya resistensi terhadap Obat Antituberkulosis dapat

disebabkan karena penggunaan obat yang tidak sesuai dengan aturan

pemakaian, dalam pengobatan tuberkulosis timbulnya resistensi

terhadap obat antituberkulosis apabila penggunaan obat dalam

bentuk tunggal dan pemakaian obat kurang dari jangka waktu yang

telah ditentukan yaitu 6-8 bulan. Mikroorganisme dapat

memperlihatkan resistensi terhadap obat-obat dengan mekanisme

sebagai berikut:

a. Resistensi terhadap rifampisin disebabkan oleh perubahan

polymerase RNA akibat mutasi kromosom yang sering terjadi

b. Mikroorganisme mengubah permeabilitas terhadap obat yang

disebabkan oleh perubahan selaput luar yang mengganggu

pengangkutan ke dalam sel

22

c. Mikroorganisme mengembangkan sasaran struktur yang diubah

terhadap obat, resistensi terjadi karena hilang atau berubahnya

suatu protein khusus pada subunit 30 dari ribosom pada bakteri

yang merupakan tempat pengikat pada bakteri

d. Mikroorganisme menghasilkan enzim yang dapat merusak zat

aktif obat

e. Mikroorganisme mengembangkan jalur metabolism lain yang

memintas reaksi yang dihambat oleh obat (Jawetz, 2001).

2.1.7 Kriteria Kategori Pasien Tuberkulosis

Dalam menentukan kriteria pasien tuberkulosis paru

berdasarkan pada pemeriksaan diagnosis yaitu dapat diketahui dari

hasil pemeriksaan BTA dan pemeriksaan rontgen. Kriteria pasien

yang menggunakan obat antituberkulosis-kombipak dibagi dalam 4

kategori, sedangkan pada penggunaan Obat Antituberkulosis Fixe

Dose Combination kriteria pasien berdasarkan diagnosis dibagi

dalam dua kategori.

2.1.7.1 Pengobatan Dengan OAT-Kombipak

Apabila dalam pengobatan tuberkulosis

menggunakan OAT-Kombipak, maka pengelompokkan

pasien berdasarkan pasien berdasarkan diagnosis dapat

dibagi menjadi 4 kategori yaitu:

23

1. Kategori 1

Berdasarkan hasil diagnosis dari pemeriksaan BTA dan

pemeriksaan rontgen, pasien tuberkulosis yang

tergolong dalam kategori 1 adalah penderita baru

tuberkulosis paru BTA positif, penderita tuberkulosis

paru BTA negatif rontgen positif sakit berat, dan

penderita dengan pengobatan setelah lalai.

2. Kategori 2

Pasien tuberkulosis paru yang tergolong dalam kategori

2 adalah penderita kambuh, penderita, gagal, dan

penderita dengan pengobatan setelah lalai.

3. Kategori 3

Pasien tuberkulosis paru yang tergolong dalam kategori

3 adalah penderita BTA negatif dn rontgen positif sakit

ringan, serta pada penderita ekstra paru ringan.

4. Kategori 4

Pasien yang tergolong dalam kategori sisipan apabila

pada akhir tahap intensif pengobatan baik pada

penderita kategori 1 dan kategori 2, hasil pemeriksaan

BTA masih positif (Anonim, 2011).

24

2.1.7.2 Pengobatan Dengan OAT-FDC

Berdasarkan pemeriksaan BTA dan pemeriksaan

rontgen apabila dalam pengobatan tuberkulosis paru dengan

menggunakan OAT-FDC, kriteria pasien dibagi menjadi 2

kategori yaitu:

1. Kategori 1

Pasien yang termasuk dalam kategori 1 adalah

penderita baru tuberkulosis paru dengan hasil

laboratorium BTA positif, penderita baru tuberkulosis

paru dengan BTA negatif/rontgen positif baik

ringan atau berat, dan pada penderita tuberkulosis

ekstra paru baik ringan atau berat.

2. Kategori 2

Pasien yang tergolong dalam kategori 2 adalah

penderita kambuh, gagal dan lalai setelah berobat

dengan hasil BTA positif (Anonim 2003b).

2.2 Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan tuberkulosis menggunakan paduan obat dimaksudkan

untuk membunuh basil dengan cepat, mencegah kekambuhan, mencegah

resistensi, mencegah kematian dan menurunkan tingkat penularan (Zubaidi,

1995).

25

Pengobatan tuberkulosis dibedakan menjadi dua kelompok obat,

yaitu obat primer dan obat sekunder. Obat primer yang sering digunakan

karena efektivitasnya yang tinggi dengan toksisitas yang dapat diterima.

Sebagian besar penderita sembuh dengan paduan obat tersebut. Isoniazid,

rifampisin, pirazinamid, etambutol dan streptomisin termasuk dalam

kelompok obat ini.

Kelompok obat sekunder kurang efektif, tetapi karena pertimbangan

resistensi dan kontraindikasi dari penderita, maka paduan kelompok obat ini

kadang digunakan. Kelompok obat ini meliputi etionamid, sikloserin,

amikasin, kapreomisin dan kanimisin (Zubaidi, 1995).

2.2.1. Prinsip Pengobatan

Prinsip pengobatan tuberkulosis paru dengan menggunakan

obat antituberkulosis dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis

dengan jumlah dan dosis yang tepat selama 6-8 bulan. Tujuannya

agar semua kuman dapat termusnahkan. Pengobatan tuberkulosis

paru diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap intensif dan tahap

lanjutan (Anonim, 2011).

Pada tahap intensif penderita mendapat obat setiap hari dan

diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap

semua obat antituberkulosis. Apabila pengobatan tahap intensif

diberikan secara tepat maka pada penderita tuberkulosis BTA positif

yang sangat menular menjadi tidak menular dalam kurum waktu 2

26

minggu. Pada akhir pengobatan tahap intensif sebagian besar

penderita tuberkulosis paru BTA negatif (Anonim, 2011).

Pada fase lanjutan, pengobatan tuberkulosis paru

menggunakan isoniazid bersama rifampisin selama 7 hulan sehingga

seluruh massa pengobatan menjadi 9 bulan. Dalam studi terbaru

menyebutkan pengobatan selama 6 bulan yaitu melalui tahap intensif

2 bulan dan tahap lanjutan 4 bulan sama efektifnya dengan

pengobatan selama 9 bulan (Rahardja, K).

2.2.2. Pemilihan Obat

Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan tuberkulosis

paru adalah isoniazid (INH), rifampisin, pirazinamid, etambutol, dan

streptomisin merupakan lima agen baris pertama untuk mengobati

tuberkulosis paru. Isoniazid dan rifampisin adalah dua obat yang

paling aktif. Suatu kombinasi isoniazid dengan rifampisin yang

diberikan selama 9 bulan akan menyembuhkan 95-98% kasus-kasus

tuberkulosis. Tambahan pirazinamid pada kombinasi isoniazid-

rifampisin untuk 2 bulan pertama akan mempersingkat lama terapi

sampai menjadi 6 bulan tanpa kehilangan efikasinya. Pada

prakteknya, suatu terapi tuberkulosis diawali dengan pemakaian obat

sekaligus yaitu isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol

ataupun streptomisin (Katzung, 2004).

27

Obat-obat alternatif dalam lini kedua biasanya

dipertimbangkan hanya dalam kasus resistensi terhadap obat-obat

pilihan pertama, dalam kasus kegagalan respons klinis pada

terapi konvensional dan berkenaan dengan efek-efek toksik. Obat

antituberkulosis lini kedua antara lain amikasin, asam aminosalisilat,

capreomycin, ciprofloksasin, clofazimin, cycloserin, ethionamid,

levofloxasin, rifabutin dan rifapentine (Katzung, 2004)

Tabel 1.1 Obat tuberkulosis

Lini baris Pertama

Obat Dosis Khusus Dewasa

Isoniazid 300 mg/hari

Rifampisin 600 mg/hari

Pirazinamid 25 mg/hari

Etambutol 15-25 mg/kg/hari

Streptomisin 15 mg/kg/hari

Lini Baris Kedua

Amikasin 15mg/kg/hari

Asam aminosalisilat 8-12 mg/kg/hari

Capreomycin 15 mg/kg/hari

Ciprofloxacin 1500 mg/kg/hari

Clofazimine 200 mg/hari

Cycloserine 500-1000 mg/hari, terbagi Ethionamide 500-700 mg/hari

Levofloxacin 500 mg/hari

Rifabutin 300 mg/hari

Rifapentine 600 mg sekali atau dua kali seminggu

28

1. Isoniazid

Isoniazid atau disebut dengan isonikotinil hidrazid

(INH). Obat ini adalah produk yang diaktifkan oleh katalase-

peroksida mikrobakterium bersifat tuberkulostatik. Mekanisme

kerja INH menghambat biosintesis asam mikolat, INH juga

mencegah perpanjangan rantai asam lemak yang sangat panjang

yang merupakan bentuk awal molekul asam mikolat. Absorbs

obat tergganggu bersama dengan makanan, khusunya

karbohidrat atau dengan antasida yang mengandung alumunium.

Efek samping yang sering terjadi, seperti neuritis perifer

diakibatkan oleh definisi pirodoksin, penanganannya diberikan

piridoksin (Vitamin B6) (Magliozzo, 2009).

2. Rifampisin

Rifampisin berasal dari jamur Streptomyces. Mekanisme

kerja rifampisin menghalangi transkripsi dengan berinteraksi

dengan submit B bakteri, menghambat sintesis RNA dengan

menekan langkah inisiasi. Obat ini bersifat bakterisidal. Efek

samping yang terjadi, seperti mual, muntah, dan ruam namun

dapat ditoleransi. Rifampisin dapat menginduksi sejumlah enzim

sitokrom p450, rifampisin dapat memendekkan waktu paruh

obat lain yang diberikan secara bersamaan (Magliozzo, 2009).

29

3. Pirazinamid

Prirazinamid adalah agen antituberkulosis sintetik yang

bersifat dan digunakan dalam kombinasi dengan isoniazid,

rifampisin, dan etambutol. Pirazinamid aktif melawan basil

tuberkel dalam lingkungan asam lisosom dan juga dalam

makrofag (Magliozzo, 2009).

4. Streptomisin

Obat ini bersifat bakteriostatik dan bakterisid terhadap

bakteri TB. Farmakokinetiknya hampir semua streptomisin

berada dalam plasma dan hanya sedikit yang berada dalam

eritrosit. Efek samping streptomisin adalah ototoksik,

nefrotoksik, dan anemia aplastik (Magliozzzo, 2009).

5. Etambutol

Etambutol bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya

menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel

terhambat dan sel mati. Obat ini dapat diberikan kombinasi

bersama pirazinamid, rifampisin, dan isoniazid. Efek

sampingnya, turunnya kemampuan penglihatan, hilangnya

kemampuan membedakan warna, dan halusinasi. Penghentian

obat memulihkan gejala optik (Magliozzo, 2009).

30

2.2.3. Terapi Obat Antituberkulosis (OAT)

Dalam pengobatan tuberkulosis paru digunakan Obat

Antituberkulosis kombipak dan OAT-FDC (Fixed Dose

Combination). Pedoman pengobatan dari tuberkulosis untuk

pengobatan tuberkulosis (Chatu, 2010).

1. Tahap 1 : Rifampisin + isoniazid + pyrazinamide selama 2

bulan

2. Tahap II : Rifampisin + isoniazid selama 4 bulan

Dalam kasus dengan resistensi isoniazid, etambutol bisa

diberikan pyridoxine (vitambin B6) sepanjang pengobatan dengan

isoniazid, bisa mengakibatkan defisiensi vitamin B6. Terapi OAT

lini pertama diperuntukkan (Depkes RI, 2014).

2.2.3.1 Obat Antituberkulosis-kombipak (OAT-kombipak)

1. Kategori 1

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru :

a. Pasien baru TB paru BTA positif

b. Pasien TB paru BTA negative foto toraks positif

c. Pasien TB ekstra paru

Obat Antituberkulosis yang digunakan pada kategori

yaitu 2HRZE, 2HRZE/4HR, 2HRZE/6HE.

31

Tabel 1.2 Paduan OAT-kombipak kategori 1

Fase Pengoba

tan

Lamanya pengobatan

Dosis per hari hari /hari

Jumlah hari/kali menelan

obat H R Z E

Fase Intensif

2 bulan 1 1 3 3 56

Fase Lanjutan

4 bulan 2 1 ..... …. 48

Keterangan:

H : Isoniazid (@300 mg)

Z : Pirazinamid (@500 mg)

R : Rifampisin (@450 mg)

E : Etambutol (@250 mg)

Obat yang digunakan pada fase intensif terdiri

dari isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), dan

etambutol (E), obat-obat tersebut diberikan setiap hari

selama 2 bulan (2HRZE). Kemudian diteruskan dengan

fase lanjutan yang terdiri dari isoniazid (H) dan

rifampisin (R), yang diberikan tiga kali dalam

seminggu selama 4 bulan (4H3R3). Obat ini diberikan

pada penderita tuberkulosis paru BTA positif, penderita

tuberkulosis paru BTA negatif dengan rontgen positif

yang sakit berat dan penderita tuberkulosis ekstra paru

berat (Depkes RI, 2014).

32

2. Kategori 2

Obat antituberkulosis yang digunakan pada

kategori 2HRZES/HRZE/5H3R3E3, 2HRZES/ HRZE /

5HRE. Pada tahap intensif pengobatan diberikan

selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan

isoniazid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z),

etambutol (E) dan suntikan streptomisin setiap hari di

Unit Pelayanan Kesehatan. Dilanjutkan 1 bulan dengan

isoniazid (H), Rifampisin (R), pirazinamid (Z), dan

etambutol (E) yang diberikan tiga kali dalam seminggu.

Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan

selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali

dalam seminggu. Dalam penyuntikkan streptomisin

perlu diperhatikan yaitu diberikan setelah penderita

selesai menelan obat. Obat ini diberikan pada penderita

kambuh (Relaps), penderita gagal (Failure) dan pada

penderita dengan pengobatan setelah lalai (after

default) (Depkes RI, 2014).

33

Tabel 1.3 Paduan Obat-kombipak kategori 2

Tahap pengobatan

Lamanya pengobatan

H R Z

E

S

Jumlah hari/kali menelan

obat

@250 mg

@500 mg

Tahap intensif (dosis harian)

2 bulan

1 bulan

1 1

1 1

3 3

3 3

0,75 gr

56

28

Tahap lanjutan (dosis 3x

seminggu)

5 bulan 2 1 - 1 2 - 60

Keterangan:

H : Isoniazid (@300 mg)

R : Rifampisin (@450 mg)

Z : Pirazinamid (@500 mg)

3. Sisipan

Obat Antituberkulosis yang digunakan pada

fase sisipan yaitu HRZE obat antituberkulosis fase

sisipan diberikan apabila pada fase intensif pengobatan

penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau

penderita BTA positif dengan kategori 2 dimana

hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif. Pemberian

OAT sisipan setiap hari selama 1 bulan (Depkes RI,

2014).

34

Tabel 1.5 Obat Antituberkulosis fase sisipan

Tahap pengobatan

Lama pengobatan

H R Z E

Jumlah hari/kali menelan

obat

Tahap intenif (dosis harian)

1 bulan 1 1 3 3 28

Keterangan :

H : Isoniazid (@300 mg) Z : Pirazinamid (@500 mg) R : Rifampisin (@450 mg) E : Etambutol (@250 mg

2.2.3.2 Obat Antituberkulosis Fixed Dose Combination

(OAT-FDC)

1. Kategori 1

Pada fase intensif digunakan 4FDC yang setiap

tablet mengandung isoniazid, rifampisin, pirazinamid,

dan etambutol diberikan tiap hari selama 56 hari. Pada

fase lanjutan digunakan 2FDC yang setiap tablet

mengandung isoniazid dan rifampisin (Depkes RI,

2014).

35

Tabel 1.4 Paduan OAT-KDT kategori 1

Berat Badan

Tahap ntensif tiap hari

selama 56 hari

Tahap lanjutan 3 kali seminggu

selama 16 minggu

30 – 37 kg 2 tablet 4FDC 2 tablet 2FDC

38 – 54 kg 3 tablet 4FDC 3 tablet 2FDC

55 – 70 kg 4 tablet 4FDC 4 tablet 2FDC

>71 kg 5 tablet 4FDC 5 tablet 2FDC

Pemeriksaan dahak harus tetap dilakukan karena untuk

evaluasi pelaksanaan program penanggulangan

tuberkulosis (Depkes RI, 2014).

2. Kategori 2

Pada fase intensif digunakan 4FDC yang setiap

tablet mengandung isoniazid, rifampisin, pirazinamid,

dan etambutol serta digunakan juga injeksi

streptomisin, diberikan tiap hari selama 56 hari pada

fase lanjutan digunakan 2FDC yang setiap tablet

mengandung isoniazid dan rifampisin serta digunakan

juga etambutol, diberikan selama 3 kali seminggu

selama 20 hari. Kategori 2 diberikan pada penderita

kambuh, gagal dan lalai setelah berobat dengan hasil

BTA positif (Depkes RI, 2014).

36

Tabel 1.6 Paduan OAT-FDC Kategori 2

Berat Badan

fase Intensif tiap hari HRZE (150/75/400/2750)+S

fase Lanjutan 3

kali seminggu

RH (150/150)+E

Selama 56 hari Selama 28 hari

Selama 5 bulan

30 – 37 kg

2 tab 4FDC + 500 mg streptomisin inj.

2 tab 4FDC

2 tab 2FDC+2 tab etambutol

38 – 54 kg

3 tab 4FDC+ 1000 mg streptomisin inj

3 tab 4FDC

3 tab 2FDC+3 tab etambutol

55 – 70 kg

4 tab 4FDC + 1000 mg streptomisin inj

4 tab 4FDC

4 tab 2FDC+4 tab etambutol

2.2.4 Pengobatan Rasional Antituberkulosis

Pengobatan rasional adalah pengobatan yang sesuai dengan

kebutuhannya untuk periode waktu dan dengan harga yang paling

murah untuk untuk pasien dan masyarakat (BinFar, 2011).

a. Tepat Diagnosis

Untuk diagnosis yang tepat agar obat yang diberikan sesuai

dengan indikasi yang seharusnya.

37

b. Tepat Indikasi Penyakit

Setiap obat memiliki spectrum terapi yang spesifik. Misalnya

antibiotik, diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan

demikian, pemberian obat ini hanya untuk pasien yang memberi

gejala adanya infeksi bakteri.

c. Tepat Pemilihan Obat

Keputusan ini dilakukan setelah diagnosis digerakkan dengan

benar.

d. Tepat Dosis

Kesesuaian dosis yang diberikan kepada pasien berdasarkan

kondisi pasien tersebut.

e. Tepat interval waktu pemberian

Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin

dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien.

f. Tepat Lama Pemberian

Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing-

masing

2.2.5 Hasil Akhir Pengobatan

Hasil pengobatan penderita tuberkukosis daoat dikategorikan sebagai

berikut (Anonim, 2001) :

1. Sembuh

Penderita tuberkulosis paru dinyatakan sembuh apabila hasil

pemeriksaan ulang dahak sedikitnya dua kali pemeriksaan

38

hasilnya negatif, baik pada pemeriksaan akhir fase intensif

maupun pada pemeriksaan satu bulan sebelum akhir

pengobatan.

2. Pengobatan Lengkap

Penderita tuberkulosis paru dinyatakan masuk dalam

pengobatan lengkap apabila penderita tuberkulosis paru telah

menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi tidak ada

hasil pemeriksaan ulang dahak, khususnya pada akhir

pengobatan.

3. Gagal

Penderita tuberkulosis paru dinyatakan gagal pada hasil akhir

pengobatan apabila :

a. Penderita tuberkulosis paru dinyatakan gagal pada hasil

akhir pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali

positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau pada

akhir pengobatan.

b. Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya

pada akhir bulan kedua positif.

4. Defaulted atau Drop Out

Pasien drop out adalah penderita yang tidak mengambil obat dua

bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya

selesai.

39

5. Meninggal

Pasien dinyatakan meninggal apabila penderita yang dalam

masa pengobatan diketahui meninggal karena sebab apapun.

2.2.6 Tinjauan Umum RSUD Kardinah

Menyatakan bahwa tinjauan umum RSUD Kardinah sebagai

berikut:

Nama Tempat : RSUD Kardinah

Alamat : Jl KS.Tubun No 2 Kota Tegal

Jam Kerja : 24 Jam

Kepala Rumah Sakit : dr. Heri Susanto sp.A

Apoteker Pengelola Rumah Sakit : Endro sutjahjono S.Si, Apt

1. Rumah Sakit

Menurut (Kemenkes, 2014), dalam rangka meningkatkan derajat

masyarakat selain upaya promotif dan preventif, diperlukan juga

upaya kuratif dan rehabilitasi. Upaya kesehatan yang bersifat

kuratif dan rehabilitative dapat diperoleh melalui Rumah Sakit

yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan

rujukan.

a. Rumah Sakit Kardinah memiliki visi yaitu “menjadi rumah

sakit bertaraf nasional, berwawasan pendidikan dan

penelitian, profesional serta mandiri dengan pelayanan

prima” dan memiliki misi yaitu:

40

1) Mengembangkan menejemen rumah sakit yang efektif

dan profesional (good clinical governance).

2) Mengembangkan pelayanan kesehatan sesuai dengan

perkembangan teknologi kedokteran terkini

berwawasan lingkungan (continuous improvement).

2. Pelayanan Medis di RSUD Kardinah

a. Medical check up

b. Dokter umum

c. Dokter spesialis atau sub spesialis

1) Anak

2) Bedah

3) Kandungan atau kebidanan

4) Penyakit dalam

5) Syaraf

6) THT

7) Mata

8) Kulit dan kelamin

9) Jantung

10) Bedah tulang

11) Rehabilitas medik

3. Pelayanan Penunjang

a. Laboratorium Patologi Klinik

b. X-Ray

41

c. CT-scan

d. USG

e. ECG

f. Echocardiografi

g. Endoscopy

h. Konsultasi gizi

4. Fasilitas

a. UGD 24 jam

b. Rawat Inap

c. Rawat Jalan

d. Kamar Bedah

e. ICU

5. Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai fungsi yaitu :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan

kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan

melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua

dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya

manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam

pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta

42

penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka

peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan

etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

43

Standar Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) berdasarkam Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis dari Departemen Kesehatan RI Tahun 2014

Dosis untuk paduan OAT-FDC (Kombinasi Dosis Tetap) Kategori 1

Berat Badan

Tahap ntensif tiap hari

selama 56 hari

Tahap lanjutan 3 kali seminggu

selama 16 minggu

30 – 37 kg 2 tablet 4FDC 2 tablet 2FDC

38 – 54 kg 3 tablet 4FDC 3 tablet 2FDC

55 – 70 kg 4 tablet 4FDC 4 tablet 2FDC

>71 kg 5 tablet 4FDC 5 tablet 2FDC

(Departemen kesehatan RI, 2014)

Dosis untuk paduan OAT-Kombipak Kategori 1

Fase Pengoba

tan

Lamanya pengobata

n

Dosis per hari hari /hari

Jumlah hari/kali

menelan obat H R Z E

Fase Intensif

2 bulan 1 1 3 3 56

Fase Lanjutan

4 bulan 2 1 ..... …. 48

(Departemen kesehatan RI, 2014)

44

Dosis untuk paduan OAT-FDC (Kombinasi Dosis Tetap) Kategori 2

Berat Badan

fase Intensif tiap hari HRZE (150/75/400/2750)+S

fase Lanjutan 3 kali seminggu RH (150/150)+E

Selama 56 hari Selama 28 hari

Selama 5 bulan

30 – 37 kg 2 tab 4FDC + 500 mg streptomisin inj.

2 tab 4FDC

2 tab 2FDC+2 tab etambutol

38 – 54 kg 3 tab 4FDC+ 1000 mg streptomisin inj

3 tab 4FDC

3 tab 2FDC+3 tab etambutol

55 – 70 kg 4 tab 4FDC + 1000 mg streptomisin inj

4 tab 4FDC

4 tab 2FDC+4 tab etambutol

>71 kg

5 tab 4FDC + 1000 mg streptomisin inj

5 tab FDC

5 tab 2FDC+5 tab etambutol

(Departemen kesehatan RI, 2014)

Dois untuk paduan OAT-Kombipak Kategori 2

Tahap pengobatan

Lamanya pengobatan

H R Z

E

S

Jumlah hari/kali menelan

obat

@250 mg

@500 mg

Tahap intensif (dosis

harian)

2 bulan

1 bulan

1 1

1 1

3 3

3 3

0,75 gr 56

28

Tahap lanjutan (dosis 3x seminggu)

5 bulan 2 1 - 1 2 - 60

(Departemen kesehatan RI, 2014)

45

Catatan :

1. Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal

streptomisin adalah 500 mg tanpa memperhatikan berat badan.

2. Untuk wanita hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khsusus

3. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan

aquabidest sebanyak 3,7 ml sehingga menjadi 4 ml (1ml = 250 mg)

(Departemen Kesehatan RI, 2014).

Dosis FDC untuk sisipan Beratb Badan Fase Intensif tiap hari

selama 28 hari RHZE (150/75/400/275)

30 – 37 kg 2 tablet 4FDC

38 – 54 kg 3 tablet 4FDC

55 – 70 kg 4 tablet 4FDC

> 71 kg 5 tablet 4FDC

(Departemen Kesehatan RI, 2014)

Dosis paduan untuk OAT-Kombipak sisipan

Tahap pengobatan

Lama pengobatan

H R Z E

Jumlah hari/kali menelan

obat

Tahap intenif (dosis

harian) 1 bulan 1 1 3 3 28

(Departemen Kesehatan RI, 2014)

46

2.3 Kerangka Teori

Angka keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukkan

persentase pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yang

menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan

lengkap) di antara pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yang

tercatat (Infodatin, 2015).

Gambar 2.2.6 Bagan Kerangka Teori Gambaran Pengobatan TB

Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kardinah Tegal (InfoDatin, 2015).

Tuberkulosis

Klasifikasi Tuberkulosis Kriteria Tuberkulosis 1. Pengobatan Kategori 1

pengobatan OAT-Kombipak dan OAT-FDC

2. Pengobatan Kategori 2 pengobatan OAT-Kombipak dan OAT-FDC

3.

Pengobatan Rasional OAT 1. Tepat Indikasi 2. Tepat Dosis 3. Tepat Interval waktu pemberian 4. Tepat Lama Pemberian

47

2.4 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Tidak diteliti : Diteliti

Gambar 2.2.7 Kerangka Konsep Gambaran Pengobatan TB Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kardinah Tegal (InfoDatin, 2015).

Tuberkulosis

Pengobatan Tuberkulosis

Hasil Akhir Pengobatan

Sesuai Pengobatan

Tidak Sesuai Pengobatan

1. Tepat indikasi

2. Tepat dosis

3. Tepat interval waktu pemberian

4. Tepat lama pemberian

48

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian manajemen farmasi yang

mengambil lokasi di RSUD Kardinah Tegal tepatnya di jalan KS.Tubun No

2 Tegal. Penelitian ini menggunakan dokumen terdahulu yang mendapatkan

pengobatan TB paru kategori 1 fase intensif fase lanjutan dan Kategori 2

fase intensif fase lanjutan.

3.2 Rancangan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif.

Deskriptif kuantitatif adalah pengukuran yang datanya dinyatakan dalam

angka dan peristiwa / fakta lebih akurat dan keyakinan yang lebih tinggi dan

terukur (Bungin, 2013).

3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan (Paramani, 2013). Populasi dalam penelitian ini berjumlah

yang merupakan seluruh pengobatan TB paru kategori 1 dan kategori 2

di RSUD Kardinah Tegal.

49

2. Sampel

Sampel adalah suatau cara yang ditempuh dengan pengambilan

sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian

(Yuni, 2018). Teknik pengambilan sampel ini menggunakan purposive

sampling yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang

ditentukan oleh peneliti untuk dapat dianggap mewakili karakteristik

populasinya (Supardi,Sudibyo,Surahman : 2014 : 71). Menurut

Sugiyono (2003), purposive sampling adalah cara pengambilan sampel

dengan menetapkan ciri yang sesuai dengan tujuan, dimana sampel

adalah bagian populasi yang memenuhi :

Kriteria inklusi :

4. Pasien dengan diagnosa TB paru yang menjalani rawat jalan di

RSUD Kardinah Kota Tegal pada periode Januari sampai dengan

Desember 2017.

2. Rekam medik pasien rawat jalan BPJS yang menggunakan OAT-

Kombipak dan OAT-FDC kategori 1 dan pengobatan kategori 2

dengan standar pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis

Depkes RI.

3. Pengobatan kategori 1 fase intensif dan fase lanjutan dengan

diagnosa TB paru dan pengobatan kategori 2 fase intensif dan fase

lanjutan.

4. Rasional pengobatan dengan tepat indikasi, tepat dosis, tepat

interval waktu pemberian, tepat lama pemberian.

50

5. Kriteria berusia 18-60 tahun (Menurut Walker, 2003)

Kriteria eksklusi :

1. Rekam medik pasien TB paru dengan disertai diagnosa penyakit

lain.

2. Rekam medik yang hilang atau tidak terbaca

3. Pengobatan TB MDR

Jumlah sampel yang digunakan dihitung dengan rumus :

n = N

1 + d�

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran sampel

d2 = Tingkat kesalahan 10% (0,1)

Berdasarkan data pasien dari Rumah Sakit Kardinah pasien yang

menggunakan dua kategori pada bulan Januari – Desember 2017

sebanyak 200 pasien. Kategori 1 sebanyak 100 pasien dan kategori 2

sebanyak 100 pasien sehingga sampel yang diambil adalah sebagai

berikut :

Kategori 1

n = 100

1 + 100(0,1)�= 99dibulatkan100pasien

Kategori 2

n = 100 = 99 dibulatkan 100 pasien 1 + 100 (0,01)2

51

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah karakteristik dari subyek penelitian, atau

fenomena yang memiliki beberapa nilai (variasi nilai). Variabel yang

dikumpulkan harus mengacu pada tujuan dan kerangka konsep. Variabel

adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok

yang berbeda dengan yang dimiliki oleh anggota kelompok tersebut.

Variabel adalah konsep yang mempunyai nilai bervariasi (Supardi, Sudibyo

dkk., 2014 : 44).

Variabel dalam penelitian ini adalah gambaran pengobatan TB paru

pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan RSUD Kardinah Tegal.

52

3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat

Ukur Hasil Ukur Skala

1 Obat antituber kulosis paru

Penulisan obat

kategori 1 dan kategori

2 fase intensif dan

fase lanjutan

Melihat data rekam medik

obat antituberkulosis

paru yang mengandung

OAT-kombipak OAT-FDC

kategori 1 dan kategori 2 di

instalasi rawat jalan RSUD

Kardinah

Rekam medik

Obat kategori 1

dan 2 OAT-kombipak, OAT-FDC

Nominal

2 Jenis Jenis golongan

Obat Antituberku

losis fase intesif, fase

lanjutan pada

kategori 1 dan 2 OAT-kombipak OAT-FDC

Melihat data rekam medik pasien yang mengandung fase intensif, fase lanjutan

pada kategori 1 dan 2 OAT-kombipak OAT-FDC

Rekam medik

OAT kombipak dan OAT-

FDC

Ordinal

53

3 Jumlah Jumlah obat

kategori 1 dan 2 pada

fase intensif,

fase lanjutan

Melihat data rekam medik

pasien TB paru yang tergolong kategori 1 dan 2

pada OAT-kombipak OAT-

FDC berdasarkan umur, jenis

kelamin, jenis obat, berat

badan, tepat dosis, tepat

indikasi, tepat interval waktu

pemberian, tepat lama pemberian

Rekam medik

Sesuai dan tidak sesuai

pada pengobatan kategori 1 dan 2 pada

OAT-kombipak OAT-FDC berdasarkan umur, jenis kelamin,

jenis obat, berat

badan, tepat dosis, tepat indikasi,

tepat interval waktu

pemberian, tepat lama pemberian

Interval

3.6 Jenis Dan Sumber Data

Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan

dilaporkan oleh orang atau instansi diluar dari peneliti sendiri, walaupun

yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data asli. Penulis peroleh

melalui sumber informan, yakni :

1. Dokumen-dokumen, arsip-arsip, dan laporan-laporan dari rumah sakit

2. Buku-buku referensi yang terdapat diperpustakaan dengan fokus

penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu pengambilan data

rekam medik di Rumah Sakit Kardinah Tegal.

54

3.7 Pengolahan Data Dan Analisis Data

Menurut (Notoadmodjo, 2010) menanyatakan bahwa proses

pengolahan data dengan menggunakan bantuan komputer dilakukan dengan

tahap-tahap sebagai berikut :

1. Editing data, yaitu hasil pengumpulan data di lapangan harus dilakukan

pengolahan data penyuntingan (editing) terlebih dahulu, secara umum

editing adalah kegiatan untuk mengecek dan perbaikan isian formulir

atau kuisioner atau chek in list tersebut, meneliti kelengkapan

responden dan jawaban responden.

2. Coding, kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka atau bilangan.

3. Entry data, yaitu jawaban yang sudah diberi kategori kemudian

dimasukkan ke dalam tabel dengan menghitung frekuensi data.

4. Cleaning data, adalah proses yang dilakukan ketika data masuk ke

computer, data diperiksa kembali apakah terjadi kesalahan atau tidak.

Jika terdapat yang salah diperiksa oleh proses cleaning ini.

Setelah data sudah terkumpul selanjutnya diolah menjadi bentuk

presentase dan disajikan dalam bentuk diagram atau tabel.

Tabel 3.2 Data Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik Jumlah Pasien Persentase

Perempuan

Laki-laki

Total

55

Tabel 3.3 Data Pasien Berdasarkan Usia

Karakteristik Variasi

Kelompok Jumlah Pasien

Persentase (%)

Umur

15-20 tahun

21-59 tahun

60 tahun keatas

Total

Tabel 3.4 Data Pasien Berdasarkan Jenis OAT-Kombipak dan OAT-FDC

Kesesuaian Pengobatan

TB Paru

OAT-Kombipak OAT-FDC

Jumlah Pasien

Persentase Jumlah Pasien

Persentase

Sesuai

Tidak Sesuai

Total

Tabel 3.5 Data Pasien Berdasarkan Pengobatan OAT-Kombipak

Kategori OAT-Kombipak

Kesesuaian Pengobatan

Fase Intensif

Fase Lanjutan

Sesuai Tidak Sesuai

1 HRZE HR 2 HRZES HRE

Tabel 3.6 Data Pasien Berdasarkan Pengobatan OAT-FDC

Kategori

Jenis Obat Kesesuaian Pengobatan

Fase Intensif Fase

Lanjutan Sesuai

Tidak Sesuai

1 4FDC 2FDC

2 4FDC+S/4FDC 2FDC+E

56

Tabel 3.7 Data Pasien Berdasarkan Tepat Indikasi

Obat yang diberikan

Tepat Indikasi Tidak Tepat Indikasi

Jumlah Pasien

Persentase Jumlah Pasien

Persentase

Kategori 1

Kategori 2

Total

Tabel 3.8 Data Pasien Berdasarkan Lama Pemberian Obat

Antituberkulosis

Kategori Pengobatan

Lama Pengobatan

Jumlah Pasien Persentase (%)

Kategori 1

Tepat 6 Bulan

>6 Bulan

Total

Kategori 2

Tepat 8 Bulan

>8 bulan

Total

Tabel 3.9 Data Pasien Berdasarkan Interval Waktu Pemberian

Kategori Pengobatan

Interval Waktu

Pemberian

Tahap Intensif (Pasien)

Tahap Lanjutan (Pasien)

Persentase (%)

Kategori 1 Sesuai

Tidak Sesuai

Total

Kategori 2 Sesuai

Tidak Sesuai

Total

57

Tabel 3.10 Data Pasien Berdasarkan Tepat Dosis Kategori I

Berat Badan

Pengobatan Berdasarkan Depkes RI

Jumlah Pasien

Tepat Dosis

Persentase (%)

Fase Intensif Tiap Hari Selama 56 Hari HRZE (150/75/400/

275)

Fase Lanjutan

3x Seminggu Selama 16 Minggu

30-37 kg

2tab 4FDC/HRZE

2tab 4FDC

Sesuai

38-54 kg

3tab 4FDC/HRZE

3tab 4FDC

Sesuai

55-70 kg

4tab 4FDC/HRZE

4tab 4FDC

Sesuai

>71 kg 5tab 4FDC/HRZE

5tab FDC

Sesuai

Total

Tabel 3.11 Data Pasien Berdasarkan Tepat Dosis Kategori 2

Berat

Badan

Pengobatan Berdasarkan Depkes RI

Jumlah Pasien

Tepat Dosis

Persentase (%)

Fase Intensif Tiap Hari HRZE

(150/75/400/275)

Fase Lanjutan 3x Seminggu

Selama 16 Minggu

Selama 56 Hari

Selama 28 Hari

Selama 5 Bulan

30-37 kg

2tab 4FDC+500mg Streptomisin

inj

2tab 2FDC

2tab 4FDC

38-54 kg

3tab 4FDC+750mg Streptomisin

inj

3tab 2FDC

3tab 4FDC

55-70 kg

4tab 4FDC+

4tab 2FDC

4tab 4FDC

58

1000 mg

Streptomisin

inj >71 kg

5tab 4FDC+1000 mg

Streptomisin

inj

5tab 5FDC

5tab 5FDC

Total Sesuai

3.8 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti sudah mendapatkan

rekomendasi dari Politeknik Harapan Bersama Prodi DII Farmasi dan sudah

mendapatkan izin dari pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal.

Etika penelitian meliputi:

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan subyek yang diteliti . peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Jika responden setuju untuk

diteliti, maka harus mendatangani lembar persetujuan tersebut. Jika

responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan akan tetap

menghormati hak-haknya.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama

responden pada lembar pengumpulan data.

59

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok

data tertentu saja yang akan disajikan sebagai riset. Cara untuk menjaga

kerahasiaan adalah dengan menyimpan lembar kuisioner sampai jangka

waktu yang lama. Setelah tidak digunakan, maka lembar kuisioner itu

dibakar.

60

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Selama tahun 2017 ditemukan kasus tuberkulosis paru dirawat jalan pada

umur dewasa sebesar 58079 kasus. Pasien yang diteliti adalah seluruh populasi

pasien dewasa dengan diagnosa tuberkulosis paru di instalasi rawat jalan Rumah

Sakit Umum Kardinah Tegal Periode bulan Januari – Desember tahun 2017.

Hasil yang diperoleh terdapat 200 pasien yang masuk dalam kriteria inklusi

menurut perhitungan sampel kategori 1 terdapat 100 pasien dan terdapat 100

pasien dalam kategori 2. Didapatkan hasil sebagai berikut:

4.1 Gambaran Karakteristik Jenis Kelamin Pasien Tuberkulosis Paru

Penelitian ini karakteristik jenis kelamin pasien di instalasi rawat

jalan RSUD Kardinah Tegal terbagi menjadi 2 kategori yaitu laki-laki dan

perempuan pada kategori 1 dan 2. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.1 Karakteristik Pasien TB Paru Berdasarkan Jenis Kelamin Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kardinah Tegal

Karakteristik Jumlah pasien Persentase

Perempuan 34 17%

Laki-laki 166 83%

Total 200 100%

(Sumber : Rekam medik, 2017)

61

Berdasarkan tabel 4.1 data rekam medis rawat jalan pada pasien

tuberkulosis paru diperoleh data dengan perbandingan laki-laki dan

perempuan sebanyak laki-laki 166 (83%) dan perempuan 34 (17%). Dari

data yang dikeluarkan (Dian Wahyu Laily, 2013) mayoritas pasien TB paru

ialah laki-laki yaitu sebanyak 108 pasien (55,1%) sedangkan jumlah pasien

perempuam sebanyak 88 pasien (44,9%).

Menurut Monita Prananda (2014) yang menyimpulkan bahwa laki-

laki memang lebih rentan terkena infeksi kuman Tuberkulosis salah satu

laki-laki. Kebiasaan merokok diketahui dapat mengganggu sistem imunitas

saluran pernafasan sehingga lebih rentan untuk terinfeksi. Weny I. Wiyono

dkk (2010) bahwa pada perempuan lebih banyak kurang terdiagnosis dan

dilaporkan sehingga diagnosis tuberkulosis sering terlambat

ditemukan pada perempuan karena kurang berminat pergi ke pelayanan

kesehatan untuk memeriksakan kesehatannya.

4.2 Gambaran Karakteristik Berdasarkan Usia

Penelitian ini karakteristik jenis kelamin pasien di instalasi rawat

alan RSUD Kardinah Tegal terbagi menjadi 2 kategori yaitu laki-laki dan

perempuan pada kategori 1 dan 2. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

62

Tabel 4.2 Karakteristik Pasien TB Paru Berdasarkan Usia Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kardinah Kota Tegal

Karakteristik Variasi kelompok

Jumlah pasien Persentase (%)

Umur

15-20 tahun 2 1% 21-59 tahun 189 94,5%

60 tahun keatas 9 4,5% Total 200 100%

(Sumber : Rekam medik, 2017)

Berdasarkan kelompok usia penderita TB paru di RSUD Kardinah

yaitu pada kelompok usia 15-20 tahun sebanyak 2 pasien (1%), pada

kelompok usia 21-59 tahun sebanyak 189 pasien (94,5%) dan pada usia 60

keatas sebanyak 9 pasien (4,5%). sebagian besar penderita TB paru adalah

penduduk yang berusia produktif antara 21-59 tahun. Hasil dari (Yelfi

Anwar dkk, 2016) pasien TB tertinggi pada umur 41 – 55 tahun (43,18%)

kemudian umur 26 – 40 tahun (39,10%) serta tingkat terendah pada pasien

dengan usia 15 – 25 tahun (17,72%). Tingginya pada usia produktif

dikarenakan mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga risiko untuk

terpapar menjadi lebih besar karena lebih sering berinteraksi dengan

lingkungan sekitar (Depkes RI, 2011).

Menurut Monita Prananda (2014) penderita yang dikategorikan

penderita tuberkulosis untuk tingkat penularan penyakit ini lebih tinggi pada

usia produktif karena lebih sering berinteraksi dengan lingkungan sekitar

umunya mempunyai aktifitas cukup tinggi dalam sehari-hari sehingga

kadang-kadang terlupakan untuk datang berobat dan minum obat secara

teratur dalam interval waktu pemberian.

63

4.4 Gambaran Karakteristik Pasien Berdasarkan Kategori Pengobatan

Penelitian ini jenis pasien di instalasi rawat jalan RSUD Kardinah

Tegal terbagi menjadi 2 yaitu kategori 1 dan kategori 2. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4 Karakteristik Pasien TB Paru Berdasarkan Kategori Pengobatan Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kardinah Tegal

Kategori Pengobatan Jumlah Persentase (%)

Kategori 1 100 50%

Kategori 2 100 50%

Total 200 100%

(Sumber : Rekam medik, 2017)

Berdasarkan kategori pengobatan TB paru terdapat pengobatan

kategori 1 dengan jumlah 100 pasien (50%) kategori 2 dengan jumlah 100

pasien (50%). Berdasarkan hasil Monita Prananda (2014) kategori

pengobatan pasien diperoleh hasil pasien kategori 1 (80%) dan yang

termasuk dalam kategori 2 terdapat (20%).

Menurut Depkes RI (2014) tujuan dari penggolongan ini agar

mempermudah pengobatan karena standar terapi bagi setiap kategori

berbeda dan dapat disesuaikan berdasarkan kategori yang diderita

disamping berat badan tahap pengobatannya.

64

4.5 Gambaran Jenis Obat Anti Tuberkulosis Kategori 1 dan 2 Berdasarkan

Indikasi

Pengobatan tuberkulosis paru yang tepat dimaksudkan untuk

mencegah kekambuhan, mencegah resistensi kuman, memutuskan rantai

penularan dan mencapai tingkat kesembuhan pasien. Berikut gambar

analisis pengobatan jenis OAT-Kombipak dan jenis OAT-FDC pada tabel

dibawah ini :

Tabel 4.5 Gambaran Jenis Obat Antituberkulosis Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kardinah Tegal

No Jenis OAT Jumlah Pasien Persentase (%)

1. OAT-Kombipak 72 36%

2. OAT-FDC 128 64%

Total 200 100%

(Sumber : Rekam medik, 2017)

Berdasarkan gambaran pengobatan jenis OAT-Kombipak yang

sesuai pengobatan 72 pasien (36%), sedangkan gambaran pengobatan jenis

OAT-FDC yang sesuai ada 128 pasien (64%). Dari hasil (Monita Prananda

dkk, 2016) pengobatan OAT-FDC yaitu (88,8%) dibandingkan dengan

penggunaan OAT-Kombipak hanya (12%). Tablet OAT-FDC terdiri dari 2

atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosis yang digunakan disesuaikan

dengan berat badan pasien. Sedangkan paket kombipak adalah obat lepas

yang terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol yang

dikemas dalam bentuk blister. Keuntungan penggunaan OAT-FDC yaitu

lebih aman dan mudah pemberiannya, lebih nyaman untuk penderita, lebih

65

sesuai antara dosis obat dengan berat badan pasien, pengelolaan obat lebih

mudah. Pemberian OAT-Kombipak disediakan untuk digunakan dalam

pengobatan pasien yang mengalami efek samping dari penggunaan OAT-

FDC.

Menurut Depkes RI (2009), Obat Antituberkulosis ini diberikan

dalam 3-4 obat yaitu kombinasi isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan

etambutol karena apabila diberikan dalam obat tunggal dapat

mengakibatkan resistensi yang sangat cepat.

4.6 Gambaran Kesesuaian Pengobatan OAT-Kombipak

Penelitian ini mempunyai jenis pengobatan fase intensif dan fase

lanjutan dalam pengobatan kategori 1 dan kategori 2. Berikut gambar

analisis pengobatan jenis OAT-Kombipak pada tabel 4.5 dibawah ini :

Tabel 4.6 Gambaran Pengobatan Jenis OAT-Kombipak Paru Pada Pasien Dewasa di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kardinah Tegal

Kategori

Jenis Obat Kesesuaian pengobatan

Fase intensif Fase

lanjutan Tidak sesuai

Sesuai

1 HRZE HR 14 60

2 HRZE+S HRE - 11

(Sumber : Rekam medik, 2017)

Jumlah gambaran pengobatan jenis OAT-Kombipak dalam kategori

1 sebanyak 60 yang sesuai sebanyak 14 pasien tidak sesuai dalam

66

pengobatan fase lanjutan. Gambaran pengobatan untuk kategori 2 sebanyak

11 pengobatan OAT-Kombipak yang sesuai.

Menurut Nugraheni AU (2007) Kesesuaian pengobatan artinya OAT

Kombipak kategori 2 diberikan kepada pasien baru tuberkulosis paru

dengan hasil BTA positif. Ketidaksesuaian penggunaan artinya OAT-

kombipak kategori 1 tidak diberikan kepada pasien baru tuberkulosis paru

dengan hasil BTA positif.

4.6.1 Gambaran Keseuaian Pengobatan OAT-FDC

Penelitian ini mempunyai jenis pengobatan fase intensif dan fase

lanjutan dalam pengobatan kategori 1 dan kategori 2. Berikut gambar

analisis pengobatan jenis OAT-FDC pada tabel 4.6 dibawah ini :

Tabel 4.6.1 Gambaran Pengobatan Jenis OAT-FDC Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Kardinah Tegal

Kategori

Jenis Obat Kesesuaian pengobatan

Fase intensif Fase

lanjutan Tidak sesuai

Sesuai

1 4FDC 2FDC - 40

2 4FDC+S/4FDC 2FDC+E - 89

(Sumber : Rekam medik, 2017)

Hasil penelitian pada gambaran pengobatan jenis OAT-FDC

kategori I fase intensif dan fase lanjutan sebanyak 40 yang sesuai. 4FDC

terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol yang dilakukan

selama 4 bulan. Sedangkan 2FDC terdiri dari isoniazid dan rifampisin yang

dilakukan selama 2 bulan. Untuk kategori 2 fase intensif dan fase lanjutan

67

terdapat 89 yang sesuai 4FDC+S/4FDC fase intensif dan fase lanjutan

2FDC+E selama 8 bulan dengan pengobatan kambuh.

Hasil penelitian Nanda Kusumawardhani (2015) pada lama

pemberian pengobatan kategori 1 ditemukan hasil sebanyak 68 pasien

(95,77%) sesuai dan 3 pasien (4,33%) tidak sesuai dan kategori 2 pada lama

pengobatan ditemukan 55 pasien (100%) tepat pada tahap intensif 53

(96,36%) dan 2 pasien (5,44%) tidak sesuai.

Menurut Depkes RI ( 2014) lama pemberian harus tepat dan sesuai

dengan penyakitnya masing-masing. Mengenai pengobatan TB yang lama

pemberian obatnya untuk kategori 1 paling singkat selama 6 bulan dan

untuk kategori 2 sekitar 8 bulan.

4.7 Gambaran Tepat Indikasi Berdasarkan Standar Pengobatan

Kesesuaian indikasi yaitu jika penggunaan obat sesuai dengan

kebutuhan klinis pasien yang dilihat dari diagnosis atau keluhan diketahui

kesesuaian penggunaan obat yaitu dimana gejala penderita TB paru yaitu

pasien mengalami batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih, dahak

bercampur darah, sesek nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat

badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,

demam meriang lebih dari 1 bulan. Berikut gambar analisis tepat indikasi

pada tabel 4.9 :

68

Tabel 4.9 Kesesuaian Tepat Indikasi Pada Pengobatan TB Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kardinah Tegal

Obat yang diberikan

Tepat indikasi Tidak tepat indikasi

Jumlah pasien

Persentase (%)

Jumlah pasien

Persentase (%)

Kategori 1 100 50% 0 0

Kategori 2 100 50% 0 0

Total 200 100% 0 0

(Sumber : Rekam medik, 2017)

Dari hasil data yang diperoleh kesesuaian tepat indikasi pengobatan

TB paru pada kategori 1 sebanyak 100 pasien (50%) dan kategori 2

sebanyak 100 pasien (50%).

Hasil dari (Octy Jen Camila, 2015) diketahui ketepatan penggunaan

obat antituberkulosis tepat indikasi sebanyak 55 pasien (100%). Gejala

batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih, dahak bercampur darah,

sesek nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,

malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih

dari 1 bulan dapat pula dijumpai pada, penyakit paru selain TB seperti

bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru (Depkes RI, 2009).

69

4.8 Gambaran Tepat Dosis Obat Anti Tuberkulosis

Pemberian dosis OAT pada pengobatan TB paru di RSUD Kardinah

dilihat berdasarkan berat badan pasien berdasarkan Standar Penanggulangan

Pengobatan Tuberkulosis Depkes RI tahun 2014, untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.8 Gambaran Pengobatan Tepat Dosis Pada Pengobatan TB Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kardinah Tegal Kategori 1

Berat badan

Pengobatan berdasarkan Depkes RI

Jumlah pasien

Tepat dosis

Persentase (%)

Fase lntensif tiap hari

selama 56 hari HRZE

(150/75/400/275)

Fase lanjutan

3x seminggu selama 16 minggu

HR (150/150)

30-37 kg 2 tab 4FDC 2tab

4FDC

18 Sesuai 20,94%

38-54 kg 3tab 4FDC 3tab

4FDC

65 Sesuai 75,58%

55-70 kg 4tab 4FDC 4tab

4FDC

3 Sesuai 3,48%

>71 kg 5tab 4FDC 5tab

4FDC

- - 0

Total 86 100%

(Sumber : Rekam medik, 2017)

70

Keterangan :

1. 2 tab 4FDC = 2 tablet mengandung 4 Fixe Dose C

2. ombination (FDC), yaitu Isoniazid 75 mg, Rifampisin 150 mg,

Pirazinamid 400 mg dan Etambutol 275 mg.

3. 2 tab 2FDC = 2 tablet mengandung 2 Fixe Dose Combination (FDC),

yaitu Isoniazid 150 mg dan Etambutol 150 mg.

71

Tabel 4.8.1 Gambaran Pengobatan Tepat Dosis Pada Pengobatan TB Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kardinah Tegal Kategori 2

Berat badan

Pengobatan berdasarkan Depkes RI

Jumlah pasien

Tepat dosis

Persenta se (%)

Fase intensif tiap hari selama 56

hari RHZE (150/75/400/275)

+ S

Fase lanjutan

3x seminggu selama 16 minggu

(150/150) + E (400)

Selama 56 hari

Selama 28 hari

Selama 5 bulan

30-37 kg

2 tab 4FDC+ 500mg Streptomisin

inj

2tab 2FDC

2tab 4FDC

32 Sesuai 32%

38-54 kg

3tab 4FDC+ 750 mg Streptomisin

inj

3tab 2FDC

3tab 4FDC

66 Sesuai 66%

55-70 kg

4tab 4FDC +

1000 mg

Streptomisin

inj

4tab 2FDC

4tab 4FDC

2 Sesuai 2%

>71 kg

5tab 4FDC +

1000 mg

Streptomisin

inj

5tab 5FDC

5tab 5FDC

- - 0

Total 100 100% (Sumber : Rekam medik, 2017)

72

Keterangan :

1. 2 tab 4FDC + 500 mg streptomisin inj = 2 tablet mengandung 4

Fixe Dose Combination, yaitu Isoniazid 75 mg, Rifampisin 150 mg

Pirazinamid 400 mg dan Etambutol 275 mg dan 500 mg

Streptomisin inj.

2. 2 tab 2FDC = 2 tablet mengandung 2 Fixe Dose Combination,

yaitu Isoniazid (150 mg), dan Etambutol (150 mg).

3. 2 tab 2FDC + 2 tab Etambutol = 2 tablet mengandung 2 Fixe Dose

Combination Rifampisin 150 mg dan Isoniazid 150 mg dan 2 tablet

Etambutol 400 mg.

Dari hasil yang diperoleh pada kategori 1 pada fase intensif dan

fase lanjutan terdapat 100% yang sesuai. Kategori 2 sebanyak 100%

yang sesuai berdasarkan standar Pedoman Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis Depkes RI.

Menurut hasil Nanda Kusumawardhani, 2015 menunjukkan

sebanyak 71 pasien yang menggunakan OAT kategori 1 sudah

diberikan dosis yang tepat. Pada kategori 2 menunjukkan 55 pasien

yang sudah diberikan dosis secara tepat. Hal ini berdasarkan berat

badan pasien. Oleh karena itu, berat badan harus diketahui terlebih

dahulu untuk menganalisis tepat dosis dalam penelitian karena obat

yang diberikan dalam bentuk kombinasi dosis tunggal (Depkes RI,

2014).

73

Menurut Monita Prananda dkk, 2014 kesesuaian dosis TB paru

meliputi besaran, frekuensi dan durasi yang disesuaikan Depkes RI.

Dosis metrupakan faktor yang menentukan dalam penyembuhan

penyakit TB paru, dimana penggunaan OAT yang diberikan dengan

dosis yang kurang maka resiko dapat muncul adalah gagal pada terapi,

namun jika dosis yang diberikan berlebihan dapat membahayakan

kondisi pasien baik berupa efek samping maupun reaksi toksik.

4.9 Gambaran Tepat Interval Waktu Pemberian

Untuk kategori I interval waktu pemberian pada fase intensif satu

kali sehari dan pada fase lanjutan tiga kali dalam seminggu satu tablet.

Kategori 2 fase intensif dan fase lanjutan diberikan tiga kali dalam

seminggu. Berikut analisis interval waktu pemberian pada tabel 4.11

dibawah ini :

Tabel 4.9 Gambaran Tepat Interval Waktu Pemberian Tuberkulosis Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kardinah Tegal

Kategori Pengobatan

Kesesuaian Pengobatan

Interval Waktu Pemberian

Persentase (%) Fase

Intensif (Pasien)

Fase Lanjutan (Pasien)

Kategori 1 Sesuai 86 14 100% Tidak sesuai - - 0

Total 86 14 100%

Kategori 2 Sesuai 100 100 100%

Tidak sesuai - - 0 Total 100 100 100%

(Sumber : Rekam medik, 2017)

74

Pemberian pengobatan interval waktu pemberian kategori 1 pada

tahap intensif yang sesuai 86 pasien (100%) dan 14 pasien (14%) tidak

sesuai dalam interval waktu pemberian. Sedangkan untuk kategori 2 yang

sesuai terdapat 10 pasien (100%). Dari hasil (Nanda Kusumawardhani,

2015) interval waktu pemberian pada tahap intensif kategori I sebanyak 71

pasien 58 pasien (81,69%) dan 13 (16,31%) tidak tepat berdasarkan lama

pemberian pengobatan kategori I pada tahap lanjutan. Untuk kategori 2

interval waktu pemberian sebanyak 55 pasien.

Cara pemberian obat hendaknya dibuat sederhana dan praktis, yang

bertujuan agar mudah ditaati oleh pasien (Depkes RI, 2014). Menurut

Depkes RI tahun 2014 umtuk kategori I interval waktu pemberian pada

tahap intensif satu kali sehari dan tahap lanjutan 3 kali dalam seminggu satu

tablet. Kategori 2 pada tahap intensif diberikan 1 kali sehari dan pada tahap

lanjutan diberikan 3 kali dalam seminggu satu tablet.

4.10 Gambaran Lama Pemberian Obat TB Paru

Mengenai pengobatan TB yang lama pemberian obatnya untuk

kategori 1 paling singkat 6 bulan, kategori 2 sekitar 8 bulan dan lama

pemberian pengobatan OAT-FDC kategori 1 pada tahap intensif adalah

selama 2 bulan setiap hari dan tahap lanjutan adalah selama 4 bulan 3 kali

semingguu. Berikut analisis lama pemberian obat antituberkulosis pada

tabel 4.10 :

75

Tabel 4.10 Gambaran Lama Pemberian Obat Antituberkulosis Berdasarkan Standar Pengobatan Paru Pada Pasien Dewasa Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Kardinah Tegal

Kategori Pengobatan

Lama Pengobatan

Jumlah Pasien

Persentase (%)

Kategori 1 Tepat 6 Bulan 85 98,83% >6 Bulan 1 1,17%

Total 86 100%

Kategori 2 Tepat 8 Bulan 90 90%

>8 bulan 10 10% Total 100 100%

(Sumber : Rekam medik, 2017)

Penelitian ini terdapat kesesuaian lama pemberian kategori I

dengan lama pemberian tepat 6 bulan sebanyak 85 pasien (98,83%) dan >6

bulan sebanyak 2 pasien (1,17%) dan kategori 2 dengan lama pemberian

tepat 8 bulan sebanyak 90 pasien (90%) dan >8 bulan sebanyak 10 pasien

(10%). Dari hasil (Nanda Kusumawardhani, 2015) ditemukan hasil

sebanyak 68 pasien (95,77%) tepat lama pemberian kategori 1 dan 3 pasiem

(4,23%) tidak sesuai beradasarkan lama pemberian obat. Mengenai

pengobatan lama pemberian obat paling cepat adalah dalam waktu 6 bulan

dan kategori 2 sampai 8 bulan (Depekes RI, 2014). Terjadinya resistensi

kuman tuberkulosis terhadap suatu obat dapat timbul selama pengobatan.

Oleh karena itu ketetapan lama pemberian obat sangat penting dalam

menentukan keberhasilan terapi.

76

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelitian yang telah dilakukan terkait gambaran

pengobatan TB paru pada pasien dewasa di instalasi rawat jalan RSUD

Kardinah Tegal dapat disimpulkan bahwa :

1. Pola pengobatan dan kesesuaian OAT berdasarkan Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis oleh Departemen Kesehatan RI tahun

2014 semua kategori 1 dan kategori 2 telah memenuhi kesesuaian.

2. Obat Antituberkulosis yang digunakan di RSUD Kardinah Tegal

tahun 2017 adalah OAT-FDC 100 pasien (100%) dan OAT-Kombipak

sebanyak 100 pasien (100%).

3. Gambaran pengobatan TB paru pasien dewasa pada kategori 1 di

RSUD Kardinah Tegal berdasarkan indikasi sebanyak 100 pasien

(100%), kesesuaian dosis sebanyak 100 pasien (100%), kesesuaian

interval waktu pemberian sebanyak 86 pasien (100%) dan tidak

kesesuaian interval waktu pemberian sebanyak 14 pasien (14%).

4. Sedangkan pada kategori 2 dengan pengobatan TB paru pada pasien

dewasa di RSUD Kardinah Tegal berdasarkan kesesuaian indikasi

sebanyak 100 pasien (100%), kesesuaian dosis sebanyak 100 pasien

(100%), kesesuaian interval waktu pemberian sebanyak 100 pasien

(100%).

77

5.2 Saran

1. Upaya penanganan Tuberkulosis paru difokuskan bukan hanya di

pengobatan, namun juga pencegahan penyakit melalui perbaikan

ekonomi, status gizi, dan pendidikan di tingkat masyarakat dengan

melibatkan instansi terkait lainnya agar masyarakat yang belum

terkena penyakit TB paru dapat lebih waspada dan lebih tahu

2. Disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai evaluasi terkait

penggunaan obat anti tuberkulosis pada pasien TB-MDR.

3. Disarankan untuk dilakukan pengambilan lokasi di 2 tempat atau lebih

sebagai pembanding sehingga hasil yang di dapat lebih variatif.

78

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2001. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. ———. 2003a. Lebih Mengenal TBC. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. ———. 2003b. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Bahar, Asril. 2003. Ilmu Penyakit Dalam. 3 ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Bungin. 2013. Metodelogi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta.

Crofton, J. 1999. Tuberkulosis Klinis. 93–113 ed, Diterjemahkan oleh Muherman

Harun, edisi ke-2, Widya Medika, Jakarta. Isselbacher, K., I dkk. 1995. Horrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. 13,

342–354 ed. 2 vol. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Jawetz, dkk. 2001. Medical Mikrobiology. Twenty Second. 147–148 vol. New

York: Medical Publishing Division. Katzung, B. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. 91–105 vol. Fakultas

Kedokteran University Airlangga: Salemba Medika. Kementrian Kesehatan RI. 2008. ―Peraturan Kemenkes RI Nomor

269/Menkes/Per/2008 Tentang Rekam Medis. ———. 2013. ―Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana

Tuberkulosis. ———. 2014. ―Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT

RINEKA CIPTA. Pusadatin. 2015. ―Tuberkulosis Temukan Obat Sampai Sembuh. Rahardja,K, Tjay, T.H. Obat-obat penting, khasiat, penggunaan dan efek-efek

sampingnya. 5 ed. Jakarta: PT Elex Menia Komputindo Kelompok Gramedia.

Shulman, S.T. Dasar-dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi. IV. I 208–219.

79

Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sugiyono. 2013. Metodelogi Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta. Supangat, Andi. 2010. Statistik dalam Kajian Deskriptif, Iferensi

dan Nonparametik. Jakarta: Kencana Prenida Media Grup. Supardi, dan Surahman. 2014. Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Farmasi.

Jakarta: CV. Trans Info Media. Syamsudin, Sesilian Andriani Keban. 2013. Farkoterapi Gangguan

Saluran Pernapasan. Jakarta: Satelit Merdeka. World Health Organization. 2010. Multydrug and Extensively Drug -

Resistant TB. Global Report On Surveillance and Response, WHO Library Cataloguing-in- Publication Data. WHO/HTM/TB/2010. 3, Prancis.

Zubaidi, Y. 1995. Farmakologi dan Terapi. IV. 597–610 vol. Jakarta: Gaya Baru.

80

81

82

83

84

85

86

87

88

DATA REKAM MEDIK TB PARU PADA PASIEN DEWASA

DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD KARDINAH

No No. RM BB Umur

Jenis kelamin

Diagnosa Tes

BTA Katego

ri Fase

Intensif

Lama Pengob

atan

Fase Lanjutan

Lama pengobat

an

Interval waktu pemberian

Keterangan

L P Fase

intensif Fase lanjutan

1. 030782 44 39 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

2. 030801 50 60 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

3. 031026 40 52 L - TB paru ++ 1 4FDC 3

tab 2 bln

2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

4 040527 45 26 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

5 041049 38 29 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

6 041049 45 60 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

7 061065 50 58 - P TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

8 060748 52 59 - P TB paru + - - 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

9 100850 51 60 - P TB paru + - - 1 4FDC 3

tab 2 bln

2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

10 100856 42 53 L - TB paru ++ 1 4FDC 3

tab 2 bln

2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

11 100867 45 51 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

12 240874 50 46 - P TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

13 020550 47 60 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

14 080883 40 51 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

15 090742 50 51 - P TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln

2FDC 3tab

4 bln 1x3tab 3xseminggu

3tab Sembuh

16 090875 52 57 - P TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 17 210687 40 53 - P TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 18 220449 39 60 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 19 250639 41 52 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2bln 4HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 20 280577 44 57 - P TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 21 040870 39 60 - P TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln - - 1x1 tab - Putus obat

89

22 061014 42 31 L - TB paru ++ 1 2HRZE 1 bln - - 1x1 tab - Putus obat 23 070584 42 60 - P TB paru ++ 1 2HRZE 1 bln - - 1x1 tab - Putus obat 24 390669 37 43 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln - - 1x1 tab - Putus Obat 25 140824 43 52 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln - - 1x1 tab - Putus obat 26 160797 44 56 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln HR 4 bln 1x1tab 3xseminggu Sembuh

27 160945 33 51 L - TB paru ++ 1 2HRZE 3 bln 2 FDC 3tab

4 bln 1x1tab 3xseminggu

3tab Sembuh

28 180709 40 47 L - TB paru ++ 1 2HRZE 1 bln - - 1x1 tab - Putus obat 29 210619 41 43 - P TB paru ++ 1 2HRZE 1 bln - - 1x1 tab - Putus obat 30 220831 36 26 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln - - 1x1 tab - Putus obat

31 230486 37 29 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh

32 230569 40 56 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

33 230733 45 35 L - TB paru + + 1 4FDC3ta

b 2 bln

2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

34 230741 53 54 L - TB paru + + 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

35 230857 39 51 - P TB paru + + 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu

3tab Sembuh

36 230912 40 22 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

37 231023 38 24 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu

3tab Sembuh

38 240659 41 45 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

39 240851 50 33 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

40 240886 40 22 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu

3tab Sembuh

41 250093 35 21 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu

3tab Sembuh

42 290331 40 24 L - TB paru ++ 1 2HRZE 1 bln - - 1x1 tab - Putus obat

43 290630 47 36 L - TB paru ++ 1 2HRZE

2 bln HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu

3tab Sembuh

44 290488 46 53 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 45 290783 37 57 - P TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 46 300772 41 60 - P TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 47 300830 43 60 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 48 100472 40 53 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 49 110573 32 43 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 50 110625 39 34 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 51 120795 60 28 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln - - 1x1 tab - Putus obat 52 130675 36 50 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh

53 150862 41 35 L - TB paru ++ 1 2HRZE 3 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x1 tab 3xseminggu

3 tab Sembuh

54 190505 40 47 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh

55 190963 60 49 L - TB paru ++ 1 2HRZE 1 bln - - 1x1 tab - Putus obat 56 200697 37 50 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh

90

57 250933 42 54 L - TB paru + - - 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 58 270835 45 26 L -- TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 59 030736 40 38 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 60 040872 32 28 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln - - 1x1 tab - Putus obat

61 081035 40 23 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh

62 090781 46 26 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

63 100692 39 44 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

64 130334 42 29 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

65 160717 40 24 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

66 270545 38 51 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2

bln 4HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh

67 060552 44 38 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln

2FDC 3tab

4 bln 1x1 tab

3xseminggu

3tab Sembuh

68 160974 45 21 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x1 tab

3xseminggu

3tab Sembuh

69 191212 51 40 L TB paru ++ 1 4FDC 3TAB

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x1 tab

3xseminggu

3tab Sembuh

70 191227 46 32 L - TB paru ++ 1 2HRZE 1 bln - - 1x1 tab - Putus obat 71 210417 43 27 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh

72 140971 33 25 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln

4HR

4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh

73 210417 37 25 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 74 220440 41 28 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 75 030506 41 23 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 76 031382 42 20 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 77 180546 40 41 L TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 78 180486 50 50 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 79 240359 51 44 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 80 050571 40 29 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 81 070499 39 54 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 82 080633 51 41 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln - - 1x1 tab - Putus obat 83 090583 60 58 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 84 090653 54 30 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 85 110480 50 40 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 86 111119 52 57 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh 87 111152 38 23 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh

88 111231 40 32 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

89 120812 51 49 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

90 130668 54 22 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

91 150647 38 24 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

92 160652 40 25 L - TB paru ++ 1 4FDC 2 bln 2FDC 4 bln 1x3tab 3xseminggu Sembuh

91

3tab 3tab 3tab

93 180636 44 33 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

94 180711 39 35 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

95 180812 50 28 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

96 181013 46 46 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

97 230573 48

51 L - TB paru ++ 1 4FDC 3tab

2 bln

2FDC 3tab

4 bln 1x3 tab 3xseminggu

3tab Sembuh

98 310613 51 49 L - TB paru ++ 1

4FDC 3tab

2 bln 2FDC 3tab

4 bln 1x3tab

3xseminggu

3tab Sembuh

99 250714 50 40 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh

100 270816 35 21 L - TB paru ++ 1 2HRZE 2 bln 4 HR 4 bln 1x1 tab 3xseminggu Sembuh

101 281020 35 34 L - TB paru ++ 2 2HRZES 2 bln 4HRE 8 bln

1x seminggu

3x seminggu Sembuh

102 318325 37 30 L - TB paru ++ 2 2HRZES 2 bln 4HRE 8 bln 1x

seminggu3x seminggu Sembuh

103 348526 35 35 L - TB paru ++ 2 2HRZES 2 bln 4HRE 8 bln 1x

seminggu3x seminggu Sembuh

104 358826 32 40 L - TB paru ++ 2 2HRZES 2 bln 4HRE 8 bln 1x

seminggu3 seminggu Sembuh

105 369083 36 45 L - TB paru ++ 2 2HRZES 2 bln 4HRE 8 bln 1x

seminggu3x seminggu Sembuh

106 380861 34 43 L - TB paru ++ 2 2HRZES 2 bln 4HRE 8 bln 1x

seminggu3x seminggu Sembuh

107 641251 31 38 L - TB paru ++ 2 2HRZES 2 bln 4HRE 8 bln 1x

seminggu3x seminggu Sembuh

108 580915 30 40 L - TB paru ++ 2 2HRZES 2 bln 4HRE 8 bln 1x

seminggu3x seminggu Sembuh

109 610922 30 42 L - TB paru ++ 2 2HRZES 2 bln 4HRE 8 bln 1x

seminggu3x seminggu Sembuh

110 641234 34 44 L - TB paru ++ 2 2HRZES 2 bln 4HRE 8 bln 1x

seminggu3x seminggu Sembuh

111 563927 50 50 L - TB paru ++ 2

4FDC+S 3tab

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

112 642378 40 18 L - TB paru ++ 2 3tab

4FDC+S

2 bln

4tab 2FDC+Etambutol

5 bln 1x1

3x seminggu Sembuh

92

4FDC 3tab 1 bln 3 tab 3x seminggu

113 764434 34 21

L

- TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

114 787413 36

34 L - TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

115 311625 56 24

-

P TB paru ++ 2

4tab 4FDC+S

4tab 4FDC

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

2tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

116 759719 39 40 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

117 426261 53

50 L TB paru ++ 2)

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

118

768314 34 30 L - TB paru ++ 2 2HRZES 2 bln 4HRE 8 bln

1x seminggu

3x seminggu Sembuh

119 544662 39

35 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1X1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

120 780754 52 40 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1X1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

121 743559 50 51

- P TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x

seminggu

3x seminggu Sembuh

93

122 78440 33 20

- P TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab

4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

123 405953 34 49 L TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

124 391205 60 33

L TB paru ++ 2

4tab 4FDC+S

4tab4FDC

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

2tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

125 588728 50 51

L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

126 802759 39 55 L

- TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

127 804270 37 56 L P TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

128 804874 38 45 L

- TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

129 804053 53 47

L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

130 810910 35 55

L - TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

94

131 702074 51 43

L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

132 351158 51 23 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

133 812090 32 39

- P TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

134 714068 34 40

L - TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1X1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

135 813538 35 48

L - TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

136 781801 40 47 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

137 427820 43 32 L

- TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

138 204838 45 30

- P TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

139 806307

40 53

L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

95

140 774972 33 50

- P TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

141 815566 37 52 - P TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

142 775133 50 31 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

143 649149 53 30 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

144 813115 60 49 L - TB paru ++ 2

4tab 4FD+S

4tab 4FDC

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

4tab

5 bln

1X1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

145 818506 39 47 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

146 822424 41 36 - P TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1X1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

147 821015 51 38 - P TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

148 824328 52 32 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

96

149 643109 30 34 L - TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

150 819373 33 46 - P TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

151 822423 51 49 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1X1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

152 440986 50 44 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

153 789152 52 45 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

154 820763 40 55 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

155 828678 43 59 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

156 813982 42 43 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

157 643150 50 40 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

97

158 637739 52 38 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

159 576017 38 31 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

160 826213 49 28 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

161 829562 47 56 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

162 619528 35 35 L TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

163 822141 30 34 L - TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

164 821215 36 38 L TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

165 811467 37 25 - P TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

166 576017 42 56 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

98

167 830874 40 58 - P TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

168 813783 51 50 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

169 816497 38 45 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

170 637739 51 44 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

171 280843 53 39 - P TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

172 829562 50 50 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

173

834430 48 50 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

174 821333 46 59 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

175 613421 39 47 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

99

176 576017 41 53 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

177 204283 46 39 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

178 706214 49 53 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

179 821299 44 30 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

180 560373 47 39 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

181 838630 50 46 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

182 100177 52 58 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

183 609812 40 38 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

184 814959 42 33 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

100

185

719820 45 55 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

186 626745 47 38 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

187 293750 50 21 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

188 581189 53 45 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

189 630070 54 49 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

190 636752 51 44 L - TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

191 435059 51 50 - P TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

192 602289 49 39 - P TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

193 644059 47 50 - P TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

101

194 552963 51 38 - P TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

195 565317 50 45 - P TB paru ++ 2

3tab 4FDC+S

4FDC 3tab

2 bln

1 bln

4tab 2FDC+Etambutol

3 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

196 559012 30 39 L - TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

197 435059 33 43 L - TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

198 661055 31 52

L - TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

199 664862 32 42 - P TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

200 665293 32 40 - P TB paru ++ 2

2tab 4FDC+S

2tab 4FDC

2 bln

1 bln

2tab 2FDC+Etambutol

2 tab

5 bln

1x1

3x seminggu

3x seminggu Sembuh

102

CURRICULUM VITAE

Nama : Diyan Rahmawati

Tempat dan Tanggal Lahir : Tegal, 18 Mei 1997

Agama : Islam

Nomor Telepon / HP : 0895-3581-94518

E-mail : [email protected]

Pendidikan : - SDN Panggung 6 Tegal

- SMP Negeri 5 Tegal

- SMK Al-ikhlash Tegal

- D3 Politeknik Harapan Bersama Kota Tegal

Judul KTI : GAMBARAN PENGOBATAN TB PARU PADA

PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT

JALAN RSUD KARDINAH TEGAL

Nama Orang Tua

Ayah : Budiyono

Ibu : Windarni

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Alamat KTP : Jl. Kaligung gg 1 No. 14 RT/RW: 04/04 Kec.

Tegal Timur Kel. Panggung Tegal Kota