askep aneurisme

29
Akademi Keperawatan Harum Jakarta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aneurisma berasal dari bahasa Yunani “aneurysma” berarti pelebaran. Aneurisma adalah keadaan dimana pembuluh darah menjadi membesar secara abnormal atau mengembang (over – inflated) seperti balon yang menonjol keluar. Aneurisma adalah pembuluh darah biaasanya arteri ya ng trjadi akibat kelemahan dinding pembuluh draah karena defek, penyakit/cedera, sehingga berbentuk tonjolan yang berdenyut yang pada tonjolan tersebut bisa terdengar mur – mur (Kamus Keperawatan Edisi 17). Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya dinding pembuluh darah, yang didasarkan atas hilangnya dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu tunika media dan tunika intima, sehingga menyerupai tonjolan/balon (http//asramamedikalkunhas.blogspot.com). Berdasarkan hal diatas maka kelompok tertarik untuk membuat makalah dengan judul ”Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Aneurisma Aorta Torakalis”. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum

Transcript of askep aneurisme

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aneurisma berasal dari bahasa Yunani “aneurysma” berarti

pelebaran. Aneurisma adalah keadaan dimana pembuluh darah

menjadi membesar secara abnormal atau mengembang (over –

inflated) seperti balon yang menonjol keluar.

Aneurisma adalah pembuluh darah biaasanya arteri ya ng

trjadi akibat kelemahan dinding pembuluh draah karena

defek, penyakit/cedera, sehingga berbentuk tonjolan yang

berdenyut yang pada tonjolan tersebut bisa terdengar mur

– mur (Kamus Keperawatan Edisi 17).

Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya

dinding pembuluh darah, yang didasarkan atas hilangnya

dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu tunika media

dan tunika intima, sehingga menyerupai tonjolan/balon

(http//asramamedikalkunhas.blogspot.com).

Berdasarkan hal diatas maka kelompok tertarik untuk

membuat makalah dengan judul ”Asuhan Keperawatan Pada

Klien Dengan Aneurisma Aorta Torakalis”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I Sistem

Kardiovaskular.

2. Tujuan khusus

Agar mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian

pada klien dengan aneurisma aorta torakalis.

Agar mahasiswa/i mampu menentukan diagnosa

keperawatan pada klien dengan aneurisma aorta

torakalis.

Agar mahasiswa/i mampu merencanakan tindakan

keperawatan pada klien dengan aneurisma aorta

torakalis.

Agar mahasiswa/i mampu melaksanakan tindakan

keperawatan pada klien dengan aneurisma aorta

torakalis.

Agar mahasiswa/i dapat melakukan evalasi pada

klien dengan aneurisma aorta torakalis.

C. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam makalah ini yaitu pembahasan

tentang penyakit pada kardiovaskular.

D. Metode Penulisan

Metode penulisan dalam pembuatan makalah ini mengunakan

study kepustakaan yang berhubungan dengan judul makalah

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

ini dan melakukan pencarian melalui website internet

sebagai sumber dari makalah ini.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, makalah ini dibagi menjadi

3 BAB, yaitu : BAB I PENDAHULUAN (Latar Belakang, Tujuan

Penulisan, Ruang Lingkup, Metode Penulisan, Sistematika

Penulisan), BAB II TINJAUAN TEORITIS (Anatomi Fisiologi,

Definisi, Klasifikasi, Etiologi, Patofisiologi,

Manifestasi Klinis, Komplikasi, Penatalaksanaan Medis,

Pemeriksaan Diagnostik, Asuhan Keperawatan), dan BAB III

PENUTUP (Kesimpulan dan Saran).

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi Fisiologi

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

Jantung adalah organ

muskular berongga yang

bentuknya menyerupai

piramid atau jantung pisang

dan merupakan pusat

sirkulasi darah ke seluruh

tubuh. Jantung terletak

dalam rongga toraks pada bagian mediastinum. Hubungan

jantung dengan sekitarnya :

Dinding jantung berhubungan dengan sternum (rongga

dada) dan kartilago kostalis setinggi kosta ke – 3

sampai ke – 4.

Dinding samping berhubungan dengan paru – paru dan

fasies mediastinalis.

Dinding atas setinggi torakal ke – 6 sampai

servikal ke – 2 dan berhubungan dengan aorta,

pulmonalis, bronkus dekstra, serta bronkus

sinistra.

Dinding belakang berhubungan dengan mediastinum

posterior, esofagus, aorta desendens, vena azigos,

dan kolumna vertebralis.

Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.

Jantung difiksasi (dipertahankan) pada tempatnya agar

tidak mudah berpindah tempat. Penyokong jantung utama

adalah paru – paru yang letaknyta menekan jantung dari

samping, diafragma menyokong dari bawah, dan pembuluh

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

darah besar yang keluar dan masuk jantung sehingga

jantung tidak mudah berpindah.

1. Lapisan Jantung

Lapisan jantung terdiri atas perikardium,

miokardium, dan endokardium.

a) Perikardium : lapisan ini merupakan kantong

pembungkus jantung yang letaknya dalam

mediastinum minus, posterior terhadap korpus

sterni dan rawan iga ke – 2 sampai dengan

iga ke – 6.

1) Perikardium viseral (fibrosum) : bagian

kantong yang membatasi pergerakan jantung

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

terikat di bawah sternum tendinium

diafragma, bersatu dengan pembuluh darah

besar melekat pada sternum melalui

ligamentum sternoperikardial.

2) Perikardium parietal (serosum) : membatasi

perikardium fibrosum dengan perikardium

serosum disebut epikardium, mengandung

sedikit cairan yang berfungsi sebagai

pelumas.

Diantara dua lapisan jantung ini terdapat

lendir yang berfungsi sebagai pelicin

untuk menjaga agar pergesekan antara

perikardium tidak menimbulkan gangguan

terhadap jantung. Pada permukaan

posteriorjantung perikardium serosum

membentuk vena besar disebut sinus obligus

dan sinus transverses.

b) Miokardium : lapisan jantung menerima darah

arteri koronaria. Arteri koronaria sinistra

bercabang menjadi arteri desendens anterior

dan tiga arteri sirkumpfleks. Arteri

koronaria dekstra memberikan darah untuk

sinoatrial node, ventrikel kanan, dan

permukaan diafragma ventrikel kanan. Vena

koronaria menegmablikan darah ke sinus dan

bersirkulasi langsung ke dalam paru – paru.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

c) Endokardium : dinding dalam atrium

(endokardium) diliputi oleh membran yang

mengkilat terdiri atas jaringan endotel

(selaput lendir yang licin). Bagian ini

memiliki kumpulan otot paralel yang mengarah

ke depan krista. Mengarah ke aurikula dari

ujung bawah krista terminalis terdapat

sebuah lipatan endokardium menonjol yang

dikenal sebagai valvula vena kava inferior

yang terletak didepan muara vena inferior

menuju ke sebelah tepi dan disebut fossa

ovalis. Diantara atrium kanan dan ventrikel

kanan terdapat hubungan melalui orifisium

artikulare.

2. Bagian – Bagian Jantung

a) Basis kordis : bagian jantung sebelah atas

yang berhubungan dengan pembuluh darah besar

(aorta asendens, arteri pulmonalis, vena

pulmonalis, dan vena cava superior). Basis

kordis dibentuk oleh atrium sinistra dan

sebagian atrium dekstra, sedangkan bagian

posterior dibentuk oleh aorta desendens,

esofagus, vena azigos, dan duktus torasikus

setinggi vertebra torakalis ke – 5 sampai ke

– 8.

b) Apeks kordis : bagian bawah jantung yang

berbentuk kerucut tumpul. Bagian ini

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

dibentuk oleh ujung ventrikel sinistra dari

dinding toraks dan ditutupi oleh paru – paru

dan pleura sinistra dari dinding toraks.

3. Ruang – Ruang Jantung

Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu dua ruang

yang berdinding tipis disebut atrium (serambi), dan

dua ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel

(bilik).

a) Atrium

Kanan

Atrium kanan memiliki lapisan dinding

yang tipis berfungsi sebagai tempat

penyimpanan darah dan mengalirkan darah dari

vena – vena sirkulasi sistemis ke dalam

ventrikel kanan dan kemudian ke paru – paru.

Darah yang berasal dari pembuluh vena ini

masuk ke dalam atrium kanan melalui vena

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

cava superior, inferior, dan sinus

koronarius. Tidak terdapat katup – katup

sejati yang memisahkan vena cava dan atrium

kanan tetapi dipisahkan oleh lipatan katup

atau pita otot.

b) Ventrikel Kanan

Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik

yaitu bulan sabit yang berguna untuk

menghasilkan kontraksi bertekanan rendah,

yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam

arteri pulmonalis. Sirkulasi pulmonar

merupakan sistem aliran darah bertekanan

rendah, dengan resistensi yang jauh lebih

kecil terhadap aliran darah yang berasal

dari ventrikel kanan. Namun sirkulasi

sistemis yang menerima darah dari ventrikel

kiri merupakan sistem aliran darah

bertekanan tinggi. Oleh karena itu, beban

kerja dari ventrikel kanan jauh lebih tingan

daripada ventrikel kiri. Akibatnya tebal

dinding ventrikel kanan hanya sepertiga dari

tebal dinding ventrikel kiri.

c) Atrium Kiri

Atrium kiri menerima darah yang sudah

dioksigenasasi dari paru – paru melalui vena

pulmonalis. Tidak terdapat katup sejati

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

antara vena pulmonalis dan atrium kiri. Oleh

karena itu, darah akan mengalir kembali ke

pembuluh paru – paru bila terdapat perubahan

tekanan dalam atrium kiri (retrograde).

Peningkatan tekanan atrium kiri yang akut

akan menyebabkan bendungan pada paru – paru.

Atrium kiri memiliki dinding yang tipis dan

bertekanan rendah. Darah dari atrium kiri

mengalir ke dalam ventrikel kiri melalui

katup mitral.

d) Ventrikel Kiri

Dinding ventrikel kiri tiga kali lebih

tebal dari ventrikel kanan. Ventrikel kiri

harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi

untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemis

dan mempertahankan aliran darah ke jaringan

– jaringan perifer.

4. Pembuluh Darah

Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran

darah ke seluruh tubuh. Saluran darah ini merupakan

sistem tertutup dan jantung sebagai pemompanya.

Fungsi pembuluh darah adalah mengangkut

(transportasi) darah dari jantung ke seluruh bagian

tubuh dan mengangkat kembali darah yang sudah

dipakai kembali ke jantung. Fungsi ini disebut

sirkulasi darah. Darah mengangkut gas – gas, zat

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

makanan, sisa metabolisme, hormon, antibodi, dan

keseimbangan elektrolit.

Pembuluh darah utama dimulai dari aorta yang

keluar dari ventrikel kiri melalui belakang kanan

arteri pulmonalis, membelok ke belakang melalui

radiks pulmonalis kemudian turun sepanjang kolumna

vertebralis menembus diafragma,

selanjutnya ke rongga panggul

dan berakhir pada anggota gerak

bawah. Pembuluh mempunyai 3

lapisan utama :

Lapisan pertama disebut

lapisan intima

Lapisan kedua adalah lapisan media

Lapisan ketiga adalah adventisia

5. Sirkulasi Darah Aorta

Aorta merupakan

pembuluh darah arteri

yang paling besar,

keluar jantung bagian

ventrikel sinistra

melalui aorta asendens,

membelok ke belakang

melalui radiks

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

pulmonalis sinistra turun sepanjang kolumna

vertebralis dan menembus diafragma turun ke abdomen.

Jalan aorta terdiri atas tiga bagian yaitu : aorta

asendens, arkus aorta, dan aorta desendens.

a) Aorta asendens : muncul pada basis ventrikel

sinistra berjalan ke atas dan ke depan,

panjangnya kira – kira 5 cm, mempunyai dua

cabang yaitu arteri koronaria dekstra dan

arteri koronaria sinistra.

1) Arteri koronaria dekstra : berasal dari

sinus anterior memberikan darah untuk

jantung kanan, memeperdarahi sel otot

miokardium.

2) Arteri koronaria sinistra : memberikan

darah untuk jantung kiri berasal dari

sinus posterior aorta untuk memperdarahi

otot lapisan jantung miokardium.

b) Arkus aorta : merupakan lanjutan aorta

asendens melengkung ke arah kiri, terletak

di belakang menubrium sterni berjalan ke

atas, ke belakang, dan ke kiri trakea

setinggi angulus sterni. Bagian yang

melengkung ke arah kiri di depan trakea

sikit turun ke bawah sampai vertebra

torakalis ke – 4. Arkus aorta mempunyai

cabang – cabang sebagai berikut :

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

1) Arteri brakhiosepalika (arteri

anonima) : merupakan arteri terbesar

setelah aorta, mempunyai cabang :

a. Arteri karotis komunis dekstra, memberikan

darah untuk kepala.

b. Arteri subklavia dekstra, memberikan darah

untuk anggota gerak atas bagian

kanan.

2) Arteri subklavia sinistra : memberikan

darah untuk kepala.

3) Arteri karotis komunis sinistra :

memberikan darah untuk anggota gerak

atas bagian kiri.

c) Aorta desendens : merupakan lanjutan dari

arkus aorta menurun mulai dari vertebra

torakalis IV sampai dengan vertebra lumbalis

IV. Setelah itu berjalan di sebelah kiri

korpus vertebra setinggi angulus sterni,

kemudian berlanjut pada mediastinum

posterior sampai vertebrae XII melewati

hiatus aortikus diafragma berlanjut sampai

vertebra lumbalis IV kemudian bercabang dua

menjadi aorta torakalis dan aorta

abdominalis.

a. Aorta torakalis : merupakan lanjutan

dari arkus aorta, menurun mulai dari

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

vertebra torakalis ke – 4 sampai

vertebra lumbalis IV. Aorta berjalan di

sebelah kiri korpus vertebra setinggi

angulus sterni kemudian berjalan ke

bawah manubrium sterni posterior sampai

vertebrae XII melewati hiatus aortikus

diafragma di garis tengah berlanjut ke

bawah sampai lumbalis IV. Aorta

torakalis mempunyai cabang – cabang

yaitu rongga toraks dan dinding toraks.

b. Aorta abdominalis : mulai pada vertebra

torakalis XII sampai ke lumbalis IV.

Aorta abdominalis bercabang dua, yaitu

arteri iliaka komunis dekstra dan arteri

iliaka komunis sinistra.

B. Definisi

Aneurisma berasal dari

bahasa Yunani “aneurysma”

berarti pelebaran.

Aneurisma adalah keadaan

dimana pembuluh darah

menjadi membesar secara

abnormal atau mengembang

(over-inflated) seperti balon

yang menonjol keluar.

Pelebaran yang terjadi

adalah lokal dan lebih dari 50% diameter pembuluh darah.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

Aneurisma adalah keadaan yang berbahaya karena dapat

ruptur dan menyebabkan kematian kapan saja.

Aneurisma adalah pelebaran atau

menggelembungnya dinding pembuluh

darah, yang didasarkan atas

hilangnya dua lapisan dinding

pembuluh darah, yaitu tunika media

dan tunika intima, sehingga

menyerupai tonjolan/balon,

(http//asramamedikalkunhas.blogspot.com).

Aneurisma adalah pembuluh darah biaasanya arteri ya ng

trjadi akibat kelemahan dinding pembuluh draah karena

defek, penyakit/cedera, sehingga berbentuk tonjolan yang

berdenyut yang pada tonjolan tersebut bisa terdengar mur

– mur, (Kamus Keperawatan Edisi 17).

Aneurisma adalah suatu penonjolan (pelebaran, dilatasi)

pada dinding suatu arteri. Aneurisma aorta dada atau

aneurisma aorta thoracalis (Thoracic aortic aneurysms/Syphilitic

aneurysm) terjadi pada bagian dari aorta yang melewati

dada. Aneurisma aorta merupakan dilatasi dinding aorta

yang sifatnya patologis, terlokalisasi dan permanen

(irreversible).

Pada salah satu bentuk aneurisma torakalis yang khusus,

pelebaran aorta terjadi ditempatnya keluar dari jantung.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

Pelebaran ini bisa menyebabkan kelainan fungsi katup

antara jantung dan aorta (katup aorta), sehingga pada saat

katup menutup, darah kembali merembes ke jantung.

Dinding aorta yang mengalami aneurisma lebih lemah

daripada dinding aorta yang normal. Oleh karena itu,

karena tekanan yang begitu besar dari darah menyebabkan

dinding aorta menjadi melebar.

C. Klasifikasi

Aneurisma aorta dapat dibagi berdasarkan morfologi dan

lokasinya. Menurut morfologinya, aneurisma aorta dapat

dibagi

menjadi

3 yaitu :

1. Fusiform

aortic

aneurysm : bentuknya lebih baik, dilatasinya simetris

pada sekeliling dindig aorta, dan bentuknya lebih

sering ditemukan.

2. Saccular aortic aneurysm : berbentuk seperti kantong yang

menonjol keluar dan berhubungan dengan dinding aorta

melalui leher yang sempit.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

3. Pseudoaneurysm or false aortic aneurysm : merupakan

akumulasi dara ekstravaskuler diserta disrupsi

ketiga lapisan pembuluh darah. Dindingnya merupakan

trombus dan jaringan yang berdekatan.

Berdasarkan lokasinya, aneurisma aorta dibagi menjadi 3

yaitu :

1. Abdominal aortic aneurysm (AAA) : lokasinya pada aorta

abdominalis, biasanya mulai dari bawah arteri

renalis dan meluas ke bifurkasio aorta, kadang –

kadang melibatkan arteri iliaka. Aneurisma ini

jarang meluas ke atas arteri renalis untuk

melibatkan cabang – cabang viseral mayor aorta.

2. Thoracic aortic aneurysm (AAT) : lokasinya pada aorta

toraks, bagian – bagian yang mengalami pelebaran

biasanya pada ascending aorta di atap katup

aorta, aortic arch, dan descending thoracic aorta di

luar arteri subklavia kiri.

3. Thoracoabdominalis aortic aneurysm (AATA) : lokasinya pada

aorta desendens yang secara bersamaan melibatkan

aorta abdominalis.

D. Etiologi

Thoracic aortic aneurysm disebabkan oleh melemahnya struktur

dinding pembuluh darah arteri, hipertensi, merokok,

infeksi, dan trauma dada. Trauma dada biasanya pada

kecelakaan kendaraan bermotor, dapat menyebabkan ruptur

tunika intima dan media aorta desendens pada ligamentum

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

arteriosus. Ligamentum arteriosus mengikat aorta pada

suatu titik tertentu, sehingga pada saat laju kendaraan

berhenti mendadak, struktur – struktur dalam toraks masih

bergerak ke depan, sedangkan aorta yang diikat oleh

ligamentum arteriosus tetap pada tempatnya, hal ini dapat

menyebabkan terjadinya robekan pada tunika – tunika

pembuluh darah. Akibatnya, tipe cedera ini dikenal

sebagai trauma karena perlambatan. Tunika adventisia

dapat tetap utuh, walaupun dapat pula terjadi ruptur

atau berkembang menjadi aneurisma palsu. Penyebab lainnya

adalah aterosklerosis (penumpukan lemak pada dinding

pembuluh darah arteri) dapat juga menyebabkan pertumbuhan

dan pecahnya aneurisma.

E. Patofisiologi

Aneurisma terjadi karena pembuluh darah kekurangan

elastin, kolagen, dan matriks ekstraseluler yang

menyebabkan melemahnya dinding aorta. Kekurangan komponen

tersebut bisa disebabkan oleh faktor inflamasi

(aterosklerosis). Sel radang pada dinding pembuluh darah

yang mengalami aterosklerosis mengeluarkan matriks

metalloproteinase. Matriks metalloproteinase akan

menghancurkan elastin dan kolagen, sehingga persediaannya

menjadi berkurang. Selain matriks metalloproteinase,

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

faktor lain yang berperan terjadinya aneurisma adalah

plasminogen activor, serin elastase, dan katepsin.

Aneurisma akan mengakibatkan darah yang mengalir pada

daerah tersebut mengalami turbulensi. Keadaan itu

menyebabkan deposit trombosit, fibrin, dan sel – sel

radang. Akibatnya, dinding aneurisma akan dilapisi

trombus. Lama kelamaan trombus berlapis tersebut akan

membentuk saluran yang sama besar dengan saluran aorta

bagian proksimal dan distal. Selain itu, interaksi dari

banyak faktor lain dapat menjadi predisposisi pembentukan

aneurisma pada dinding aorta. Aliran turbulen pada daerah

bifurkasio dapat ikut meningkatkan insiden aneurisma di

tempat – tempat tertentu.

Suplai darah ke pembuluh darah melalui vasa vasorum

diduga dapat terganggu pada usia lanjut, memperlemah

tunika media dan menjadi faktor predisposisi terbentuknya

aneurisma.

Apapun penyebabnya, perkembangan aneurisma akan selalu

progresif. Tegangan atau tekanan pada dinding berkaitan

langsung dengan radius pembuluh darah dan tekanan

intraarteri. Dengan melebar dan bertambahnya radius

pembuluh darah, tekanan dinding juga meningkat sehingga

menyebabkan dilatasi dinding pembuluh darah. Sehingga

angka kejadian ruptur aneurisma juga meningkat seiring

meningkatnya ukuran aneurisma. Selain itu, sebagian besar

individu yang mengalami aneurisma juga menderita

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

hipertensi sehingga menambah tekanan dinding dan

pembesaran aneurisma.

Bagan :

F. Tanda dan Gejala

Arteri media melemah

Aneurisma membesar

Pelebaran lebih lanjut

Terjadi perdarahan

Kematian

Terjadi ruptur

Tekanan pada dinding arteri meningkat

Membuat peregangan pada arteri intima &

advertisia

Menekan organ disekitar

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

Gejalanya adalah nyeri (biasanya di punggung sebelah

atas), batuk dan bunyi mengi.

Penderita bisa mengalami batuk berdarah karena tekanan

atau erosi pada pipa udara (trakea) maupun pada saluran

pernafasan disekitarnya. Penekanan terhadap kerongkongan

bisa menyebabkan kesulitan menelan. Penekanan terhadap

pita suara bisa menyebabkan suara penderita menjadi

serak.

Penderita bisa mengalami sindroma Horner yang terdiri

dari : pengkerutan pupil, penurunan kelopak mataber, dan

keringat hanya pada satu sisi wajah.

Jika aneurisma aorta torakalis pecah, biasanya akan

timbul nyeri yang luar biasa di punggung sebelah atas.

Nyeri ini bisa menjalar ke punggung bawah. Nyeri juga

bisa dirasakan di dada dan lengan, menyerupai serangan

jantung (infark miokardial). Penderita dengan cepat bisa

jatuh ke dalam keadaan syok dan meninggal karena

kehilangan banyak darah.

G. Komplikasi

Komplikasi utama pada aneurisma adalah ruptur, yang

dapat menimbulkan hemoragi dan kemungkinan kematian.

Hipertensi berat meningkatkan resiko ruptur.

H. Penatalaksanaan Medis

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

Jika lebar dari aneurisma aorta torakalis mencapai 7,5

cm, biasanya dilakukan pembedahan perbaikan dengan

pencangkokan buatan. Pada penderita dengan sindrom Marfan

meskipun aneurismanya lebih kecil, dianjurkan untuk

dilakukan pembedahan perbaikan, karena cenderung pecah.

Angka kematian selama pembedahan cukup tinggi, yaitu

sekitar 10 – 15%. Terapi dengan obat (beta blocker)

diberikan untuk mengurangi denyut jantung dan tekanan

darah sehingga akan mengurangi resiko pecahnya aneurisma.

I. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan foto rontgen akan memperlihatkan

pelebaran dari bayangan aorta torakalis.

2. Pemeriksaan CT – Scan terutama spiral CT – Scan

merupakan pemeriksaan penting dalam mendiagnosis

aneurisma aorta.

3. MRI atau USG transesofageal digunakan untuk

menentukan ukuran yang pasti dari aneurisma.

4. Aortografi biasanya digunakan untuk membantu

menentukan jenis pembedahan yang perlu dilakukan.

5. EKG, enzim jantung, dan ekokardiogram dilakukan

untuk mengesampingkan penyakit jantung sebagai

penyebab nyeri dada.

J. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

a) Riwayat penyakit sekarang

b) Riwayat penyakit dahulu

c) Riwayat penyakit keluarga

d) Pemeriksaan fisik : tekanan darah, adanya

perdarahan, mual dan muntah, adanya nyeri pada

arteri yang membesar, adanya distensi vena, sistem

pernapasan (dyspnea), sistem gastrointestinal

(nutrisi), sistem urologi (output urine).

e) Pemeriksaan Penunjang : rontgen dada, CT – Scan,

MRI atau USG transesofageal, aortografi,

pemeriksaan radiologi.

2. Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri berhubungan dengan anuerisma aorta.

b) Resiko tinggi terhadap komplikasi : ruptur

berhubungan dengan aneurisma aorta.

3. Rencana Keperawatan

a) Dx 1. Nyeri berhubungan dengan aneurisma aorta

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jama masalah gangguan nyeri dapat

teratasi.

Kriteria Hasil :

Rasa nyeri klien berkurang.

Wajah klien rileks.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

Klien tidak merintih.

Intervensi Keperawatan :

Mandiri :

1) Kaji karakteristik nyeri meliputi : lokasi,

durasi, intensitas nyeri dengan menggunakan

skala nyeri.

R/ : Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri

sehingga dapat menentukan jenis tindakannya.

2) Beri tahu dokter bila nyeri menetap atau

memburuk.

R/ : Ini dapat menandakan progresi aneurisma dan

seperlunya intervensi pembedahan segera.

3) Ajarkan pada klien tehnik distraksi dan

relaksasi.

R/ : Untuk mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi :

4) Berikan analgesik yang diresepkan dan evaluasi

keefektifan seperlunya.

R/ : Analgesik memblok rasa nyeri.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

b) Dx 2. Resiko tinggi terhadap komplikasi : ruptur

berhubungan dengan aneurisma aorta.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam masalah resiko tinggi terhadap

komplikasi dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

TD tetap antara 90/60 – 120/80 mmHg.

Tak adanya manisfestasi syok hipovolemik

Intervensi Keperawatan :

Mandiri :

1) Pantau masukan dan halauran setiap jam bila

halauran urine 8 jam kurang dari 240 ml

sebaliknya setiap 8 jam.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

R/ : Untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan

untuk deteksi dini komplikasi.

2) Pantau TD, nadi dan pernapasan setiap jam bila

di UPI, sebaliknya 2 – 4 jam.

R/ : Untuk mengevaluasi keefektifan terapi dan

untuk deteksi dini komplikasi.

3) Pertahankan tirah baring pada posisi semi

fowler’s.

R/ : Tirah baring menurunkan penggunaan energi.

Posisi tegak memudahkan pernapasan.

4) Beritahu dokter bila : nyeri dada hebat dan rasa

tersobek, syok (kulit dingin dan lembab,

disertai dengan hipotensi, takikardia dan

pucat).

R/ : Tindakan segera diperlukan unutk

menyelamatkan hidup pasien.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aneurisma berasal dari bahasa Yunani “aneurysma”

berarti pelebaran. Aneurisma adalah keadaan dimana

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

pembuluh darah menjadi membesar secara abnormal atau

mengembang (over-inflated) seperti balon yang menonjol

keluar. Pelebaran yang terjadi adalah lokal dan lebih

dari 50% diameter pembuluh darah. Aneurisma adalah

keadaan yang berbahaya karena dapat ruptur dan

menyebabkan kematian kapan saja.

Aneurisma adalah pelebaran atau menggelembungnya

dinding pembuluh darah, yang didasarkan atas hilangnya

dua lapisan dinding pembuluh darah, yaitu tunika media

dan tunika intima, sehingga menyerupai tonjolan/ balon

(http//asramamedikalkunhas.blogspot.com).

Aneurisma adalah pembuluh darah biaasanya arteri ya ng

trjadi akibat kelemahan dinding pembuluh draah karena

defek, penyakit/cedera, sehingga berbentuk tonjolan yang

berdenyut yang pada tonjolan tersebut bisa terdengar mur

– mur (Kamus Keperawatan Edisi 17).

Diagnosa yang muncul pada klien dengan aneurisma adalah

nyeri berhubungan dengan anuerisma aorta dan resiko

tinggi terhadap komplikasi : ruptur berhubungan dengan

aneurisma aorta.

B. Saran

Setelah mempelajari tentang asuhan keperawatan pada

klien dengan aneurisma diharapkan mahasiswa/i dapat

mengerti dan memahami dalam melakukan tindakan asuhan

keperawatan tersebut. Saran dari penyusunan makalah ini,

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

penulis menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna

untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang

bersifat membangun membangun dalam penyempurnaan makalah

ini.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keparawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan :

Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan

Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.

Hancock, Christin.1999. Kamus Keperawatan Edisi 17. Jakarta :

EGC

Juall, Carpenito Lynda. 2009. Diagnosa Keperawatan. Jakarta :EGC.

Marry, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Kardiovaskular. Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien

dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular : Pengantar dan Teori.

Jakarta : Salemba Medika.

Syaifudin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa

Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

Wiklson, Judith M. 2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

http://.google.com/picture pada tanggal 3 Desember 2011 jam

11.45 WIB

http://.mediasticore.com pada tanggal 3 Desember 2011 jam

11.30 WIB