Laporan Pendahuluan dan Askep Anak Hiperaktif

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat terjadi disekolah maupun di rumah (Isaac, 2005). Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala menetap sampai dengan masa dewasa (Townsend, 1998). ADHD adalah salah satu alasan dan masalah kanak- kanak yang paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk diperiksa oleh para professional kesehatan mental. Konsensus pendapat professional menyatakan bahwa kira-kira 3,05% atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998). Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Di beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika 1

Transcript of Laporan Pendahuluan dan Askep Anak Hiperaktif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD)

dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian,

impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai

dengan tahap perkembangan dan gangguan ini dapat

terjadi disekolah maupun di rumah (Isaac, 2005).

Pada kira-kira sepertiga kasus, gejala-gejala

menetap sampai dengan masa dewasa (Townsend, 1998).

ADHD adalah salah satu alasan dan masalah kanak-

kanak yang paling umum mengapa anak-anak dibawa

untuk diperiksa oleh para professional kesehatan

mental. Konsensus pendapat professional menyatakan

bahwa kira-kira 3,05% atau sekitar 2 juta anak-anak

usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).

Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5%

dari populasi usia sekolah sampai tingkat tertentu

dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat

hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang

diacu untuk mendapatkan bantuan professional karena

masalah perilaku, datang dengan keluhan yang

berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

Di beberapa negara lain, penderita ADHD jumlahnya

lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia.

Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di

beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika

1

Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini

cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak

yang ada, 15 di antaranya menderita hiperaktif.

"Untuk Indonesia sendiri belum diketahui jumlah

pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat

(Pikiran rakyat, 2009).

Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang

prevalensi anak ADHD di Indonesia meningkat menjadi

sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak menderita

ADHD. Peningkatan ini disebabkan oleh berbagai

faktor seperti genetik ataupun pengaruh lingkungan

yang lain, seperti pengaruh alkohol pada kehamilan,

kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu makanan,

dll (Verajanti, 2008).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Teori Anak Dengan Hiperaktif?

2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Anak Dengan Hiperaktif?

C. Tujuan

1. Mengetahui Bagaimana Konsep Teori Anak Dengan

Hiperaktif.

2. Mengetahui Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Anak Dengan Hiperaktif.

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Laporan Pendahuluan

1. Pengertian

3

Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah

gangguan kekurangan perhatian menandakan gangguan-

gangguan sentral yang terdapat pada anak-anak,

yang sampai saat ini dicap sebagai menderita

hiperaktivitas, hiperkinesis, kerusakan otak

minimal atau disfungsi serebral minimal. (Nelson,

1994) Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola

perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku

ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak

bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak

hatinya atau impulsif. (Dr. Seto Mulyadi dalam

bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“)

Hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak

normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan

gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.

(Sani Budiantini Hermawan, Psi.,)

Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :

a. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan

perhatian (in-atensi)

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya,

tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka

tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini

kebanyakan ada pada anak perempuan. Anak

dalam tipe ini memiliki cirri-ciri : tidak

mampu memusatkan perhatian secara utuh, tidak

mampu mempertahankan konsentrasi, mudah

beralih perhatian dari satu hal ke lain hal,

4

sering melamun dan dapat digambarkan sedang

berada “diawang-awang”, tidak bisa diajak

bicara atau menerima instruksi karena

perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa

dan kacau.

b. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive.

Mereka menunjukkan gejala yang sangat

hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa

memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali

ditemukan pada anak- anak kecil. Anak dalam

tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu

energik, lari ke sana kemari, melompat

seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara,

berisik. Ia juga impulsif: melakukan sesuatu

secara tak terkendali, begitu saja bertindak

tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons,

tidak sabaran. Tetapi yang mengherankan,

sering pada saat belajar, ia menampakkan

tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa

mengikuti pelajaran.

c. Tipe gabungan (kombinasi)

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya,

hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak-anak

termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe

ini mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu

memperhatikan aktivitas dan mengikuti

5

permainan atau menjalankan tugas,

perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah

pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan

impulsif.

Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah

suatu pola perilaku pada seseorang yang

menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak

terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif

(bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif

selalu bergerak dan tidak pernah merasakan

asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh

anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan

perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke

fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti

mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun

tidak kunjung datang.

2. Etiologi

a. Faktor neurologik

Insiden hiperaktif yang lebih tinggi

didapatkan pada bayi yang lahir dengan

masalah-masalah prenatal seperti lamanya

proses persalinan, distresfetal, persalinan

dengan cara ekstraksi forcep,

toksimiagravidarum atau eklamsia dibandingkan

dengan kehamilan dan persalinan normal. Di

samping itu faktor-faktor seperti bayi yang

lahir dengan berat badan rendah, ibu yang

6

terlalu muda, ibu yang merokok dan minum

alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif.

Terjadinya perkembangan otak yang lambat.

Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang

sampai kini banyak dianut adalah terjadinya

disfungsi pada salah satu neurotransmiter di

otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan

zat aktif yang berguna untuk memelihara

proses konsentrasi. Beberapa studi

menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah

di daerah tertentu pada anak hiperaktif,

yaitu di daerah striatum, daerah orbital-

prefrontal, daerah orbital-limbik otak,

khususnya sisi sebelah kanan.

b. Faktor toksik

Beberapa zat makanan seperti salisilat dan

bahan-bahan pengawet memiliki potensi untuk

membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di

samping itu, kadar timah (lead) dalam serum

darah anak yang meningkat, ibu yang merokok

dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X

pada saat hamil juga dapat melahirkan calon

anak hiperaktif.

c. Faktor genetik

Didapatkan korelasi yang tinggi dari

hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan

anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35%

7

dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya

hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini

juga terlihat pada anak kembar.

d. Faktor psikososial dan lingkungan

Pada anak hiperaktif sering ditemukan

hubungan yang dianggap keliru antara orang

tua dengan anaknya.

3. Epidemiologi

Angka kejadian ADHD di seluruh dunia

diperkirakan mencapai hingga lebih dari 5 %.

Dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki

dibandingkan dengan wanita. Di Amerika Serikat,

penelitian menunjukkan kejadian ADHD mencapai 7%.

4. Patofisiologi

Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas

ditandai dengan gangguan konsentrasi, sifat

impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti

yang meyakinkan tentang sesuatu mekanisme

patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak

pria yang hiperaktiv, yang berusia antara 6 – 9

tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang

telah memberikan tanggapan yang baik terhadap

pengobatan–pengobatan stimulan, memperlihatkan

derajat perangsangan yang rendah (a low level of

arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka,

sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan,

sebagaimana yang berhasil diukur dengan

8

mempergunakan elektroensefalografi, potensial–

potensial yang diakibatkan secara auditorik serta

sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai

skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian

mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang

buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu

pengobatan serta perawatan, maka angka–angka

laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta

penilaian yang diberikan oleh para guru mereka

memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.

5. Gejala klinis

Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak

yang terkena gangguan ini memperlihatkan aktifitas

fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan

anak–anak kontrol yang normal, tetapi gerakan–

gerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang

bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah.

Mereka mempunyai rentang perhatian yang pendek,

mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan mereka

cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan

atau merenungkan akibat tindakan tersebut. Mereka

mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan

frustasi dan secara emosional mereka adalah orang–

orang yang labil serta mudah terangsang. Suasana

perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat

netral atau pertenangan, mereka kerap kali

9

berkelompok, tetapi secara sosial mereka bersikap

kaku.

Beberapa orang di antara mereka bersikap

bermusuhan dan negatif, tetapi ciri ini sering

terjadi secara sekunder terhadap permasalahan–

permasalahan psikososial yang mereka alami.

Beberapa orang lainnya sangat bergantung secara

berlebih–lebihan, namun yang lain lagi bersikap

begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan

sembrono. Kesulitan-kesulitan emosional dan

tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya sekunder

terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah

laku mereka. Anak-anak ini akan menerima celaan

dan hukuman dari orang tua serta guru dan

pengasingan sosial oleh orang-orang yang sebaya

dengan mereka. Secara kronik mereka mengalami

kegagalan di dalam tugas-tugas akademik mereka dan

banyak diantara mereka tidak cukup terkoordinasi

serta cukup mampu mengendalikan diri sendiri untuk

dapat berhasil di dalam bidang olah raga. Mereka

mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri

yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang

rendah dan kerap kali mengalami depresi. Terdapat

angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan

belajar membaca matematika, mengeja serta tulis

tangan. Prestasi akademik mereka dapat tertinggal

1 – 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang

10

sesunguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang

diukur.

6. Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan

menegakkan diagnosis gangguan kekurangan

perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas

dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-

gelombang lambat yang bertambah banyak pada

elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan

adanya bukti tentang penyakit neurologik atau

epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini

mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang

dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di

dalam melakukan penilaian tentangketidakmampuan

belajar pada anak itu.

7. Penatalaksanaan

a. Keperawatan

1) Pengobatan serta perawatan yang harus

dilaksanakan pada anak yang mengalami

gangguan hiperaktif ditujukan kepada

keadaan sosial lingkungan rumah dan

ruangan kelas penderita serta kepada

kebutuhan-kebutuhan akademik dan

psikososial anak yang bersangkutan, suatu

penjelasan yang terang mengenai keadaan

anak tersebut haruslah diberikan kepada

11

kedua orang tuanya dan kepada anak itu

sendiri.

2) Anak tersebut hendaklah mempunyai

aturan yang berjalan secara teratur

menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan

mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan

sebaiknya selalu diberikan kata-kata

pujian.

3) Perangsangan yang berlebihan serta

keletihan yang sangat hebat haruslah

dihindarakan, anak tersebut akan

mempunyai saat-saat santai setelah

bermain terutama sekali setelah ia

melakukan kegiatan fisik yang kuat dan

keras

4) Periode sebelum pergi tidur haruslah

merupakan masa tenang, dengan cara

menghindarkan acara-acara televisi yang

merangsang, permainan-permainan yang

keras dan jungkir balik.

5) Lingkungan di sekitar tempat tidur

sebaiknya diatur sedemikian rupa, barang-

barang yang membahayakan dan mudah pecah

dihindarkan.

6) Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang

lebih formal akan dapat membantu, dengan

memberikan hadiah kepada anak tersebut

12

berupa bintang atau tanda sehingga mereka

dapat mencapai kemajuan dalam tingkah

laku mereka.

b. Medis

1) Terapi farmakologi :

Farmakoterapi kerap kali diberikan

kepada anak-anak yang mengalami gangguan

hiperaktif. Farmakologi yang sering

digunakan adalah dekstroamfetamin,

metilfenidat, magnesium pemolin serta

fenotiazin. obat tersebut mempunyai

pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih

sedikit. Cara bekerja obat tersebut

mungkin sekali adalah dengan mengadakan

modifikasi di dalam gangguan-gangguan

fundamental pada rentang perhatian,

konsentrasi serta impulsivitas. Oleh

karena respon yang akan mereka berikan

terhadap pengobatan tidak dapat

diramalkan sebelumnya, maka biasanya

diperlukan suatu masa percobaan klinik,

mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu

dengan pemberian pengobatan setiap hari

untuk menentukan apakah akan terdapat

pengaruh obat itu atau tidak.

2) Dosis:

13

Obat tersebut diberikan setelah makan

pagi dan makan siang, agar hanya

memberikan pengaruh yang minimal kepada

nafsu makan dan tidur penderita.

a. Metilfenidat : dosis yang diberikan

berbeda-beda sesuai dengan usia

masing-masing anak akan tetapi

berat badan tidak berpengaruh

terhadap dosis.pada awalnya mereka

diberikan 5 mg pada saat makan pagi

serta pada waktu makan siang. Jika

tidak ada respon yang diberikan

maka dosis di naikan dengan 2,5 mg

dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi

anak-anak yang berusia 8-9 tahun

dosis yang efektif adalah 15-20

mg/24 jam. Sementara itu anak yang

berusia lebuh lanjut akan

memerlukan dosis sampai 40 mg/jam.

Pengaruh obat ini akan berlangsung

selama 2-4 hari. Biasanya anak akan

bersifat rewel dan menangis. Jika

pemakaian obat ini sudah

berlangsung lama dan dosis yang

diberikan lebih dari 20 mg/jam

rata-rata mereka akan mengalami

14

pengurangan 5 cm dari tinggi yang

diharapkan.

b. Dekstroamfetamin : dapat diberikan

dalam bentuk yang dilepaskan

(showreleased) secara sedikit demi

sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg

dengan masa kerja selama 8-18 jam

sehingga penderita hanya

membutuhkan satu dosis saja setiap

hari, pada waktu sarapan pagi.

Dosisnya dalah kira sebesar

setengah dosis metilfenidat,

berkisar antara 10-20 mg/jam

c. Magnesium pemolin : dianjurkan

untuk memberikan dosis awal sebesar

18,75 mg, untuk selanjutnya

dinaikan dengan setengah

tablet/minggu. Akan dibutuhkan

waktu selama 3-4 minggu untuk

menetapkan keefektifan obat

tersebut. Efek samping dari obat

tersebut adalah berpengaruh

terhadap fungsi hati, kegugupan

serta kejutan otot yang meningkat.

d. Fenotiazin : dapat menurunkan

tingkah laku motorik anak yang

bersangkutan, efek samping :

15

perasaan mengantuk, iritabilitas

serta distonia.

Secara umum efek samping dari pemakaian obat-

obatan tersebut diatas adalah anoreksia dan

penurunan berat badan, nyeri perut bagian

atas serta sukar tidur, anak akan mudah

menangis serta peka terhadap celaan ataupun

hukuman, detak jantung yang meningkat serta

penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal

demikian maka pengurangan dosis atau

penghentian pengguanaan obat-obatan perlu

dihentikan.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan

anak berdasarkan umur atau usia anak antara

lain :

a. Neonatus (0-28 hari)

1) Apakah ketika lahir neonatus menangis?

2) Bagaimana kemampuan memutar-mutar

kepala?

3) Bagaimana kemampuan menghisap?

4) Kapan mulai mengangkat kepala?

5) Bagaimana kemampuan motorik halus anak

(misalnya kemampuan untuk mengikuti

garis tengah bila kita memberikan

respons terhadap jari atau tangan)?

16

6) Bagaimana kemampuan berbahasa anak

(menangis, bereaksi terhadap suara atau

bel)?

7) Bagaimana kemampuan anak dalam

beradaptasi (misalnya tersenyum dan

mulai menatap muka untuk mengenali

seseorang?

b. Masa bayi / Infant (28 hari - 1 tahun)

1) Bayi usia 1-4 bulan.

a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak

(misalnya mengangkat kepala saat

tengkurap, mencoba duduk sebentar

dengan ditopang, dapat duduk dengan

kepala tegak, jatuh terduduk

dipangkuan ketika didukung pada posisi

berdiri, komtrol kepala sempurna,

mengangkat kepala sambil berbaring

terlentang, berguling dari terlentang

ke miring, posisi lengan dan tungkai

kurang fleksi danm berusaha untuk

merangkan)?

b) Bagaimanan kemampuan motorik halus

anak (misalnya memegang suatu objek,

mengikuti objek dari satu sisi ke sisi

lain, mencoba memegang benda dan

memaksukkan dalam mulut, memegang

benda tetapi terlepas, memperhatikan

17

tangan dan kaki, memegang benda dengan

kedua tangan, menagan benda di tangan

meskipun hanya sebentar)?

c) Bagimana kemampuan berbahasan anak

(kemampuan berbicara dan tersenyum,

dapat berbunyi huruf hidup,

berceloteh, mulai mampu mengucapkan

kata ooh / ahh, tertawa dan berteriak,

mengoceh spontan atau berekasi dengan

mengoceh)?

d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial

anak (misalnya: mengamati tangannya,

tersenyum spontan dan membalas senyum

bila diajak tersenyum, mengenal ibunya

dengan penglihatan, penciuman,

pendengaran dan kontak, tersenyum pada

wajah manusia, meskipun tidur

dalamsehari lebih sedikit dari waktu

terhaga, membentuk siklus tidur bangun

, menangis menjadi sesuatu yang

berbeda, membedakan wajah-wajah yang

dikenal dan tidak dikenal, senang

menatap wajah-wajah yang dikenalnya,

diam saja ketika ada orang asing)?

2) Bayi Umur 4-8 bulan

e) Bagaimana perkembangan motorik kasar

anak (misalnya dapat telungkup di alas

18

dan sudah mulau mengangkat kepala

dengan melakukan gerakan menekan kedua

tangannya dan pada bulan keempat sudah

mulai mampu memalingkan ke kanan dan

ke kiri, sudah mulai bisa duduk dengan

kepala tegak, sudah mampu membalik

badan, bangkit dengan kepala tegak,

berkonsentrasi beban pada kaki dan

dada terangkat dan bertumpu pada

lengan, berayun ke depan dan

kebelakang, berguling dari terlentang

ke tengkurap dan dapat dudu dengan

bantuan selama waktu singkat)?

f) Bagaimana perkembangan motorik halus

anak (misalnya: sudah mulai mengamati

benda, mulai menggunakan ibu jari dan

jari telunjuk untuk memegang,

mengeksplorasi benda yangsedang

dipegang, mengambil objek dengan

tangan tertangkup, mampu menahan kedua

benda di kedua tangan secara simultan,

menggunakan bahu dan tangan sebagai

satu kesatuan, mentransfer obajek dari

satu tangan ke tangan yang lain)?

g) Bagaimana kemampuan berbahasan anak

(misalnya: menirukan suara atau kata-

kata, menolek ke arah suara dan

19

menoleh ke arah sumber suara, tertawa,

menjerit, menggunakan vokalisasi

semakin banyak, menggunakan kata yang

terdiri dari dua suku kata dan dapat

membuat dua bunyi vokal yang bersamaan

seperti ba-ba)?

h) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial

anak (misalnya merasa terpaksa jika

ada orang asing, mulai bermain dengan

mainan, takut akan kehadiran orang

asing, mudah frustasi dan memukul-

mukul dengan lengan dan kaki jika

sedang kesal)?

3) Bayi Umur 8-12 bulan

a) Bagaimana kemampuan motorik kasar

anak (misalnya duduk tanpa pegangan,

berdiri dengan pegangan, bangkit

terus berdiri, berdiri 2 detik dan

berdiri sendiri)?

b) Bagaimana kemampuan motorik halus

anak (misalnya mencari dan meraih

benda kecil, bila diberi kubus mampu

memindahkannya, mampu mengambilnya

dan mampu memegang dengan jari dan

ibu jari, membenturkannya dan mampy

menaruh benda atau kubus

ketempatnya)?

20

c) Bagaimana perkembangan berbahasa

anak (misalnya: mulai mengatakan

papa mama yang belum spesifik,

mengoceh hingga mengatakan dengan

spesifik, dapat mengucapkan 1-2

kata)?

d) Bagaimana perkembangan kemampuan

adaptasi sosial anak (misalnya

kemampuan bertepuk tangan,

menyatakan keinginan, sudah mulai

minum dengan cangkir, menirukan

kegiatan orang lain, main-main bola

atau lainnya dengan orang)?

4) Masa Toddler

a) Bagaimana perkembangan motorik kasar

anak (misalnya: mampu melanhkah dan

berjalan tegak, mampu menaiki tangga

dengan cara satu tangan dipegang,

mampu berlari-lari kecil, menendang

bolan dan mulai melompat)?

b) Bagaimana perkembangan motorik halus

anak (misalnya: mencoba menyusun

atau membuat menara pada kubus)?

c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak

(misalnya: memiliki sepuluh

perbendaharaan kata, mampu menirukan

dan mengenal serta responsif

21

terhadap orang lain sangat tinggi,

mampu menunjukkan dua gambar, mampu

mengkombinasikan kata-kata, mulai

mampu menunjukkan lambaian anggota

badan)?

d) Bagaimana kemampuan anak dalam

beradaptasi sosial (misalnya:

membantu kegiatan di rumah, menyuapi

boneka, mulai menggosok gigi dan

mencoba memakai baju)?

5) Masa Prasekolah (Preschool)

a) Bagaimana perkembangan motorik kasar

anak (misalnya: kemampuan untuk

berdiri dengan satu kaki selama 1-5

detik, melompat dengan satu kaki,

berjalan dengan tumit ke jari kaki,

menjelajah, membuat posisi merangkan

dan berjalan dengan bantuan)?

b) Bagaimana perkembangan motorik halus

anak (misalnya: kemampuan

menggoyangkan jari-jari kaki,

menggambar dua atau tiga bagian,

memilih garis yang lebih panjang dan

menggambar orang, melepas objek

dengan jari lurus, mampu menjepit

benda, melambaikan tangan,

menggunakan tangannya untuk bermain,

22

menempatkan objek ke dalam wadah,

makan sendiri, minum dari cangkir

dengan bantuan menggunakan sendok

dengan bantuan, makan dengan jari,

membuat coretan diatas kertas)?

c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak

(misalnya: mampu menyebutkan empat

gambar, menyebutkan satu sampai dua

warna, menyebutkan kegunaan benda,

menghitung atau mengartikan dua kata,

mengerti empat kata depan, mengertio

beberapa kata sifat dan sebagainya,

menggunakan suara yntum

mengidentifikasi objek, orang dan

aktivitas, menirukan bebagai bunyi

kata, memahami arti larangan,

berespons terhadap panggilan dan

orang-orang anggota keluarga dekat)?

d) Bagaimana perkembangan adaptasi

sosial anak (misalnya: bermain dengan

permainan sederhana, menagis jika

dimarahi, membuat permintaan

sederhana dengan gaya tubuh,

menunjukkan peningkatan kecemasan

terhadap perpisahan, mengenali

anggota keluarga)?

6) Waktu schoolage

23

a) Bagaimana kemampuan kemandirian anak

dilingkungan luar rumah?

b) Bagaimana kemampuan anak mengatasi

masalah yang dialami disekolah?

c) Bagaimana kemampuan beradaptasi

sosial anak (menyesuaikan dengan

lingkungan sekolah)?

d) Bagaimana kepercayaan diri anak saat

berada di sekolah?

e) Bagaimana rasa tanggung jawab anak

dalam mengerjakan tugas di sekolah?

f) Bagaimana kemampuan anak dalam

berinteraksi sosial dengan teman

sekolah?

g) Bagaimana ketrampilan membaca dan

menulis anak?

h) Bagaimana kemampua anak dalam belajar

di sekolah?

7) Masa adolensence

a) Bagaimana kemampuan remaja dalam

mengatasi masalah yang dialami secara

mandiri?

b) Bagaimanan kemampuan remaja dalam

melakukan adaptasi terhadap perubahan

bentuk dan fungsi tubuh yang dialami?

c) Bagaimana kematangan identitas

seksual?

24

d) Bagaimana remaja dapat menjalankan

tugas perkembangannya sebagai remaja?

e) Bagaiman kemampuan remaja dalam

membantu pekerjaan orang tua di rumah

(misalnya membersihkan rumah,

memasak)?

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang

mengalami AttentionDeficytHiperactivityDisorder

(ADHD) antara lain:

1) Pengkajian riwayat penyakit

a) Orang tua mungkin melaporkan bahwa

anaknya rewel dan mengalami masalah

saat bayi atau perilaku hiperaktif

hilang tanpa disadari sampai anak

berusia todler atau masuk sekolah

atau daycare.

b) Anak mungkin mengalami kesulitan

dalam semua bidang kehidupan yang

utama, seperti sekolah atau bermain

dan menunjukkan perilaku overaktif

atau bahkan perilaku yang

membahayakan di rumah.

c) Berada diluar kendali dan mereka

merasa tidak mungkin mampu menghadapi

perilaku anak.

d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai

usaha mereka untuk mendisplinkan anak

25

atau mengubah perilaku anak dansemua

itu sebagian besar tidak berhasil.

2) Penampilan umum dan perilaku motorik

a) Anak tidak dapat duduk tenang di

kursi dan mengeliat dan bergoyang-

goyang saat mencoba melakukannya.

b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang

dari satu benda ke benda lain dengan

sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang

jelas.

c) Kemampuan anak untuk berbicara

terganggu, tetapi ia tidak dapat

melakukan suatu percakapan, ia

menyela, menjawab pertanyaan sebelum

pertanyaan berakhir dan gagal

memberikan perhatian pada apa yang

telah dikatakan.

d) Percakapan anak melompat-lompat

secara tiba-tiba dari satu topik ke

topik yang lain. Anak dapat tampak

imatur atau terlambat tingkat

perkembangannya.

3) Mood dan afek

a) Mood anak mungkin labil, bahkan

sampai marah-marah atau

tempertantrum.

26

b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah

hal biasa.

c) Anak tampak terdorng untuk terus

bergerak atau berbicara dan tampak

memiliki sedikit kontrol terhadap

perilaku tersebut.

d) Usaha untuk memfokuskan perhatian

anak dapat menimbulkan perlawanan dan

kemarahan.

4) Proses dan isi pikir

Secara umum tidak ada gangguan pada area

ini meskipun sulit untuk mempelajari

anak berdasarkan tingkat aktivitas anak

dan usia atau tingkat perkembangan.

5) Sensorium dan proses intelektual

a) Anak waspada dan terorientasi, dan

tidak ada perubahan sensori atau

persepsi seperti halusinasi.

b) Kemampuan anak untuk memberikan

perhatian atau berkonsentrasi

tergangguan secara nyata.

c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau

3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3

menit pada bentuk gangguan yang lebih

ringan.

d) Mungkin sulit untik mengkaji memori

anak, ia sering kali menjawab, saya

27

tidak tahu, karena ia tidak dapat

memberi perhatian pada pertanyaan

atau tidak dapat berhenti memikirkan

sesuatu.

e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah

terdistraksi dan jarang yang mampu

menyelesaikan tugas.

6) Penilaian dan daya tilik diri

a) Anak yang mengalami ADHD biasanya

menunjukkan penilaian yang buruk dan

sering kali tidak berpikir sebelum

bertindak

b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya

dan melakukan tindakan impulsif,

seperti berlari ke jalan atau

melompat dari tempat yang tinggi.

c) Meskipun sulit untuk mempelajari

penilaian dan daya tilik pada anak

kecil.

d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan

kurang mampu menilai jika

dibandingkan dengan anak seusianya.

e) Sebagian besar anak kecil yang

mengalami ADHD tidak menyadari sama

sekali bahwa perilaku mereka berbeda

dari perilaku orang lain.

28

f) Anak yang lebih besar mungkin

mengatakan, "tidak ada yang

menyukaiku di sekolah", tetapi mereka

tidak dapat menghubungkan kurang

teman dengan perilaku mereka sendiri.

7)Konsep diri

a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada

anak yang masih kecil, tetapisecara

umum harga diri anak yang mengalami

ADHD adalah rendah.

b) Karena mereka tidak berhasil di

sekolah, tidak dapat memiliki banyak

teman, dan mengalami masalah dalam

mengerjakan tugas di rumah, mereka

biasanya merasa terkucil sana merasa

diri mereka buruk.

c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul

karena perilaku mereka sendiri

sebagai orang yang buruk dan bodoh.

8) Peran dan hubungan

a) Anak biasanya tidak berhasil

disekolah, baik secara akademis

maupun sosial.

b) Anak sering kali mengganggu dan

mengacau di rumah, yang menyebabkan

perselisihan dengan saudara kandung

dan orang tua.

29

c) Orang tua sering meyakini bahwa

anaknya sengaja dan keras kepala dan

berperilaku buruk dengan maksud

tertentu sampai anak yang didiagnosis

dan diterapi.

d) Secara umum tindakan untuk

mendisiplinkan anak memiliki

keberhasilan yang terbatas pada

beberapa kasus, anak menjadi tidak

terkontrol secara fisik, bahkan

memukul orang tua atau merusak

barang-barang miliki keluarga.

e) Orang tua merasa letih yang kronis

baik secara mental maupun secara

fisik.

f) Guru serungkali merasa frustasi yang

sama seperti orang tua dan pengasuh

atau babysister mungkin menolak untuk

mengasuh anak yang mengalami ADHD

yang meningkatkan penolakan anak.

9)Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri

Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika

mereka tidak meluangkan waktu untuk makan

secara tepat atau mereka tidak dapat duduk

selama makan. Masalah penenangan untuk tidur

dan kesulitan tidur juga merupakan masalah

yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku

30

ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada

riwayat cedera fisik.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Harga diri rendah situasional berhubungan

dengan koping individu tidak efektif.

b. Risiko cedera berhubungan dengan

hiperaktivitas dan perilaku impulsif.

c. Ketidakefektifankoping individu

berhubungan dengankelainan fungsi

darisystem keluarga dan perkembangan ego

yang terlambat, serta penganiayaan dan

penelantaran anak.

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan

ansietas dan hiperaktif.

e. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan

dengan ancaman konsep diri, rasa takut

terhadap kegagalan, disfungsi system

keluarga dan hubungan antara orang tua dan

anak yang tidak memuaskan.

f. Koping defensif berhubungan dengan harga

diri rendah, kurang umpan balik atau umpan

balik negatif yang berulang yang

mengakibatkan penurunan makna diri.

g. Penurunan koping keluarga berhubungan

dengan perasaan bersalah yang berlebihan,

marah atau saling menyalahkan diantara

31

anggota keluarga tentang perilaku anak,

kepenatan orang tua karena menghadapi anak

dengan gangguan dalam jangka waktu yang

lama.

h. Defisit pengetahuan tentang kondisi,

prognosis, perawatan diri dan kebutuhan

terapi berhubungan dengan kurang sumber

informasi, interpretasi yang salah tentang

informasi.

32

3. Perencanaan

33

34

NO DIAGNOSAKEPERAWATAN

RENCANA TUJUANDAN KRITERIA HASIL

RENCANA TINDAKAN RASIONAL

1 Harga dirirendahsituasionalberhubungandengan kopingindividu tidakefektif

Tujuan :Anakmemperlihatkanperasaan-perasaannilai diri yangmeningkat saatpulang, dengancriteria hasil :1. Ekspresiverbal dari aspek-aspek positiftentang diri,pencapaianmasalalu danprospek-prospekmasa depan2. Mampumengungkapkanpersepsi yangpositif tentangdiri3. Anakberpartisipasidalam aktivitas-aktivitas barutanpamemperlihatkanrasa takut yangektrim terhadapkegagalan.

1. Pastikanbahwa sasaran-sasaran yang akandicapai adalahrealistis.

2. Sampaikanperhatian tanpapersyaratan untukpasien.

3. Sediakanwaktu bersama anak,keduanya pada satuke satu basis danpada aktivitas-aktivitas kelompok.

4. Menemanianak dalammengidentifikasiaspek-aspek positifdari diri anak.

5. Bantu anakmengurangipenggunaanpenyangkalansebagai suatumekanisme bersikapmembela.

6. Memberikandorongan dan

1. Hal inipenting untukpasien untukmencapai sesuatu,maka rencana untukaktivitas-aktivitas di manakemungkinan untuksukse adalahmungkin dankesuksesan inidapat meningkatkanharga diri anak.

2. Komunikasidari padapenerimaan Andaterhadap anaksebagai makhlukhidup yang bergunadapat meningkatkanharga diri.

3. Hal ini untukmenyampaikan padaanak bahwa Andamerasa bahwa diaberharga untukwaktu Anda.

4. Aspek positifyang dimiliki anakdapatmengembangkan

35

4. Implementasi

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan

dari rencana keperawatan yang telah disusun pada

tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan

pada implementasi ini terdiri dari tindakan

mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan

tindakan rujukan / ketergantungan.Implementasi

tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan.

5. Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan

keperawatan pada anak dengan hiperaktif antara

lain:

a. Anak mampu memperlihatkan perasaan-perasaan

nilai diri yang meningkat saat pulang.

b. Anak tidak akan melukai diri sendiri atau

orang lain.

c. Anak mampu mengembangkan dan menggunakan

keterampilan koping yang sesuai dengan umur

dan dapat diterima sosial.

d. Anak mampu untuk mencapai tidur tidak

terganggu selama 6 sampai 7 jam setiap

malam.

e. Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah

tingkat sedang, sebagaimana yang ditandai

36

oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang

tidak perilaku yang tidak mampu dalam

menanggapi terhadap stres.

f. Anak mampu mendemonstrasikan kemampuan

untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa

menjadi defensif, perilaku merasionalisasi

atau mengekspresikan pikiran waham

kebesaran.

g. Orang tua dapamendemonstrasikan metode

intervensi yang lebih konsisten dan efektif

dalam berespons perilaku anak.

h. Dapat mengungkapkan secara verbal pemahaman

tentang penyebab masalah perilaku, perlunya

terapi dalam kemampuan perkembangan.

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Sindroma hiperaktivitas merupakan istilah gangguan

kekurangan perhatian menandakan gangguan-gangguan

sentral yang terdapat pada anak-anak, yang sampai saat

ini dicap sebagai menderita hiperaktivitas,

hiperkinesis, kerusakan otak minimal atau disfungsi

serebral minimal. (Nelson, 1994). Ada tiga tipe anak

hiperaktif yaitu Tipe anak yang tidak bisa memusatkan

perhatian (in-atensi), Tipe anak yang hiperaktif dan

impulsive dan tipe gabungan. Etiologi dari hiperaktif

37

yaitu Faktor neurologic, Faktor toksik, Faktor genetic

dan Faktor psikososial dan lingkungan.

Di Amerika Serikat, penelitian menunjukkan

kejadian ADHD mencapai 7%. Kurang konsentrasi/gangguan

hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi,

sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Terdapat angka

kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan belajar membaca

matematika, mengeja serta tulis tangan. Prestasi

akademik mereka dapat tertinggal 1 – 2 tahun dan lebih

sedikit daripada yang sesunguhnya diharapkan dari

kecerdasan mereka yang diukur. Tehnik-tehnik perbaikan

aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan

memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang

atau tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan

dalam tingkah laku mereka.

Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-

anak yang mengalami gangguan hiperaktif. Farmakologi

yang sering digunakan adalah dekstroamfetamin,

metilfenidat, magnesium pemolin serta fenotiazin. obat

tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang

lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin

sekali adalah dengan mengadakan modifikasi di dalam

gangguan-gangguan fundamental pada rentang perhatian,

konsentrasi serta impulsivitas.

38

DAFTAR PUSTAKA

Aniez. 2010. Definisi Anak Hiperaktif.

From :http://aniezandmyprince.blogspot.com/2010/03/

definisi-anak-hiperaktif.html. [diakses 7 april 2012]

Baniah Sri Handayani. 2011. Penyebab Anak Hiperaktif.

From :http://www.ibudanbalita.

com/diskusi/pertanyaan/59679/penyebab-anak-hiperaktif.

[diakses 7 april 2012]

Erfansyah, H.R. 2011. Keperawatan Anak Hiperaktif. From :

http://erfansyah.blogspot.com /2011/01/kep-anak-

hiperaktif.html [diakses: 8 April 2012 ]

Heri. 2012. Asuhan keperawatan anak dengan HIPERAKTIF. From:

http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-

keperawatan-anak-dengan_8226.html [diakses: 8 April

2012]

Santhya, Kadek. 2012. Contoh Askep Anak Hiperaktif. Terdapat

di : http://kadeksantya.blogspot.com/2012/05/contoh-

askep-anak-hiperaktif.html diakses pada Sabtu, 15 Maret

2014 pk. 17.00 wita

39

Surana, Taufan. 2003. Mengarahkan Anak Hiperaktif. From:

http://www.balitacerdas.com/perilaku/hiperaktif.html[di

akses: 8 April 2012]

Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2.

Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-

bedahBrunner&Suddarth. Jakarta: EGC

40